Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 3 (SeNaTS 3) Tahun 2019 Sanur-Bali, 4 Juli 2019
Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana
i KOMITE ILMIAH
Prof. Ir. I Nyoman Arya Thanaya, ME, Ph.D (Unud) Prof. Putu Alit Suthanaya, ST, MEngSc, Ph.D (Unud)
Prof. Dr. Ir. I Wayan Runa, MT (Warmadewa) Dr. I Made Agus Ariawan, ST, MT (Unud)
Ir. Made Sukrawa, MSCE, Ph.D (Unud) Ir. Ida Ayu Made Budiwati, MSc, Ph.D (Unud)
I Ketut Sudarsana, ST, Ph.D (Unud) Ida Bagus Rai Widiarsa, ST, MASc, Ph.D (Unud)
Gede Pringgana, ST, MT, Ph.D (Unud) Dr. Ir. I Nyoman Sutarja, MS (Unud) Dr. Ir. I Dewa Ketut Sudarsana, MT (Unud) Dr. A. A Gde Agung Yana, ST, MT (Unud)
Gusti Ayu Putu Candra Dharmayanti, ST, MSc, Ph.D (Unud) Anak Agung Diah Parami Dewi, ST, MT, Ph.D (Unud) Dr. Eng. Ni Nyoman Pujianiki, ST, MT, M.Eng (Unud)
Kadek Diana Harmayani, ST, MT, Ph.D (Unud) Dr. Ir. Anissa Maria Hidayati, MT (Unud) Ida Bagus Wirahaji, ST, S.Ag, M.Si, MT (Unhi)
Ida Bagus Gede Indramanik, ST, MT (UNR)
I Gusti Agung Ayu Istri Lestari, ST, MT (Unmas)
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 3 (SeNaTS 3) Tahun 2019 Sanur-Bali, 4 Juli 2019
Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana
v DAFTAR ISI
KOMITE ILMIAH ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
SAMBUTAN KETUA PANITIA ... xi
SAMBUTAN KOORDINATOR PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL ... xiii
KEYNOTE SPEAKERS ... xv
BIDANG KEAHLIAN ... xvii
JADWAL ACARA ... xvii
KEYNOTE SPEAKER
INFRASTRUKTUR HIJAU BERBASIS MITIGASI BENCANA ... KS-1
PERAN FORENSIC ENGINEERING DALAM MITIGASI BENCANA DAN
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TEKNIK SIPIL BERKELANJUTAN ... KS-9
BIDANG UPAYA PENCEGAHAN, MITIGASI DAN KESIAPSIAGAAN BENCANA
DESAIN ARSITEKTUR NAUNGAN BAGI PENGUNGSI GUNUNG AGUNG DI BALI ... MB-1
BIDANG STRUKTUR DAN MATERIAL
ANALISIS KERUSAKAN BANGUNAN SEKOLAH PASCA GEMPA DI KECAMATAN
TAWAELI KOTA PALU ... SM-1
ANALISIS PENGARUH BENTUK DINDING GESER BETON BERTULANG
TERHADAP KAPASITAS DAN LUAS TULANGAN ... SM-8
DESAIN CAMPURAN DAN KUAT TEKAN BETON RINGAN UNTUK APLIKASI
BALOK BERTULANG KOMPOSIT SANDWICH ... SM-16 DESAIN COUPLING BEAM BERTIPE SLENDER PADA SHEAR WALL MENURUT
SNI 2847: 2013 ... SM-26
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 3 (SeNaTS 3) Tahun 2019 Sanur-Bali, 4 Juli 2019
vi
Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas UdayanaKOMPOSIT SERAT ABAKA PADA CAMPURAN BETON ... SM-35
PEMANFAATAN SERBUK BATU BATA SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN BATU
BATA TANPA PEMBAKARAN ... SM-45
PERENCANAAN DESAIN PERKUATAN STRUKTUR BANGUNAN EKSISTING AKIBAT PENAMBAHAN LANTAI (STUDI KASUS: HOTEL SEA SENTOSA
CANGGU) ... SM-52
PERILAKU LENTUR PASANGAN DINDING DENGAN PERKUATAN KAWAT
LOKET ... SM-63
PENGARUH VARIASI MUTU JAKET BETON DAN KEBERADAAN SENGKANG
TERHADAP KAPASITAS AKSIAL KOLOM ... SM-70
BIDANG GEOTEKNIK
ANALISIS KARAKTERISTIK TANAH DAN PENYEBAB LONGSOR DI DESA
BHUANA GIRI, BEBANDEM, KAB. KARANGASEM PROPINSI BALI ... GT-1
ANALISIS CBR LABORATORIUM PADA TANAH LATERIT YANG DISABILITASI
DENGAN KAPUR DAN SEMEN... GT-8
KARAKTERISTIK SENYAWA KIMIA STABILITASI TANAH SEMEN DENGAN
BAHAN ADITIF DIFA ... GT-16
KAPASITAS DUKUNG FONDASI DIATAS TANAH TIMBUNAN SAMPAH SEBAGAI
USAHA MITIGASI BENCANA ... GT-25
PERILAKU KARAKTERISTIK TANAH PASIR BERLANAU AKIBAT PENGARUH
AIR LIMBAH RUMAH TANAH YANG DIPERAM SELAMA 2 MINGGU ... GT-35
BIDANG MANAJEMEN PROYEK DAN REKAYASA KONSTRUKSI
ANALISIS BIAYA OVERHEAD PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI PT X ... MK-1
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA KERUGIAN NEGARA
PADA TAHAP PENGADAAN PEKERJAAN JASA KONSTRUKSI ... MK-11
ANALISIS INVESTASI PROYEK PEMBANGUNAN AKSARI HIDDEN RESORT
UBUD ... MK-21 ANALISIS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (SMK3) ... MK-31
Seminar Nasional Teknik Sipil 3 Juli 2019, Hal. SM-45 - SM-51
https://ucs.unud.ac.id/conf/senats-3
SeNaTS 3, Juli 2019 SM- 45
PEMANFAATAN SERBUK BATU BATA SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN BATU BATA TANPA PEMBAKARAN
Christian G. Sapta Saputra
1, I M. Alit K. Salain
2dan I. B. Rai Widiarsa
31,2,3 Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Udayana
E-mail: christian.saputra1137@gmail.com
ABSTRAK
Kondisi cuaca yang buruk dapat mempengaruhi produksi batu bata. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi ketergantungan akan cuaca adalah dengan cara membuat batu bata tanpa pembakaran. Produksi batu bata yang ada di Desa Pejaten, Kabupaten Tabanan, Bali, menghasilkan ±6% limbah dari total produksi 1 tungku dalam proses pembakaran. Berdasarkan informasi tersebut, penelitian ini dilakukan untuk memanfaatkan limbah batu bata dalam bentuk serbuk batu bata sebagai bahan dasar pembuatan batu bata tanpa pembakaran.
Penelitian ini dilakukan melalui pengaturan komposisi semen, pasir dan serbuk batu bata, dengan menggunakan benda uji batu bata berukuran 5,5 cm x 11 cm x 11,5 cm. Serbuk batu bata yang digunakan dengan persentase 55%, 60%, 65%, 70%, dan 75%. Pasir yang digunakan dengan persentase 20%, dan semen dengan persentase 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25%. Pengujian batu bata meliputi penyerapan air, dan kuat tekan pada umur 28 hari.
Hasil pengujian menunjukkan terjadi peningkatan kuat tekan, sedangkan penyerapan airnya menurun. Batu bata dengan campuran 25% semen, 20% pasir, dan 55% serbuk batu bata memberikan kuat tekan tertinggi sebesar 128,85 kg/cm2, dengan penyerapan air terendah sebesar 10,36%. Hal ini terjadi karena dengan meningkatnya jumlah semen, diikuti dengan menurunnya jumlah serbuk batu bata, dan jumlah pasir yang tetap meningkatkan kuat tekan, serta penyerapan air pada batu bata.
Kata kunci: serbuk batu bata, penyerapan air, kuat tekan
UTILIZATION OF BRICK POWDER AS A MATERIAL MAKING BRICKS WITHOUT BURNING
ABSTRACT
Bad weather conditions can affect brick production. One way that can be done to overcome the dependence on weather is by making bricks without burning. Brick production in Pejaten Village, Tabanan Regency, Bali, produces ± 6% of waste from the total production of 1 stove in the combustion process. Based on this information, this research was conducted to utilize brick waste in powder form as the basic material for brick making without burning. This research was carried out through the regulation of the composition of cement, sand and brick powder, using specimens measuring 5.5 cm x 11 cm x 11.5 cm. Brick powder used with a percentage of 55%, 60%, 65%, 70%, 75%. Sand is used with a percentage of 20%, and cement with a percentage of 5%, 10%, 15%, 20%, and 25%. Testing of bricks includes water absorption, and compressive strength at 28 days. The test results showed that the compressive strength increased while the water absorption decreased with the increase in the amount of cement followed by the decrease in the amount of brick powder used. The highest compressive strength was found in bricks with a mixture of 25% cement, 20% sand, and 55% brick powder amounting to 128.85 kg/cm2, with a water absorption of 10.36%.
Keywords: brick powder, water absorption, compressive strength
Christian G. Sapta Saputra, I M. Alit K. Salain dan I. B. Rai Widiarsa
SM- 46 SeNaTS 3, Juli 2019 1. PENDAHULUAN
Proses pembuatan batu bata dipengaruhi oleh cuaca. Apabila kondisi cuaca yang kurang baik akan mempengaruhi pembuatan batu bata. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi ketergantungan akan cuaca adalah dengan cara membuat batu bata tanpa pembakaran. Batu bata tanpa pembakaran menggunakan bahan campuran yang dapat membuat batu bata mengeras tanpa melakukan proses pembakaran, yaitu dengan menggunakan bahan perekat semen.
Produksi batu bata yang ada di Desa Pejaten, Kabupaten Tabanan, Bali, menghasilkan ±6% limbah dari total produksi 1 tungku dalam proses pembakaran. Dewasa ini limbah batu bata hanya dimanfaatkan sebagai bahan urugan, dan bahkan terbuang begitu saja. Limbah batu bata yang masih berukuran potongan-potongan kecil ditumbuk terlebih dahulu agar menjadi serbuk batu bata. Pemanfaatan limbah batu bata berupa serbuk batu bata dapat dipertimbangkan sebagai bahan dasar pembuatan batu bata.
Penelitian tentang batu bata tanpa pembakaran melalui pengaturan komposisi dari bahan pembentuknya telah banyak dilakukan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Amin (2014), batu bata tanpa pembakaran dengan campuran 29,96% pasir, 9,99% semen, 0,13% bijih besi, dan 59,92% tanah liat, diperoleh kuat tekan pada umur 28 hari sebesar 52,60 kg/cm2. Pada penelitian yang dilakukan oleh Zulkaiddah dkk. (2016), batu bata tanpa pembakaran dengan campuran 15% abu sekam, 15% abu ampas tebu, 10% semen, dan 60% tanah liat, diperoleh nilai kuat tekan pada umur 28 hari sebesar 27,90 kg/cm2.
Bertitik tolak dari hal di atas, maka dilakukan penelitian mengenai pembuatan batu bata tanpa pembakaran dengan campuran serbuk batu bata, pasir, dan semen sebagai perekat. Dengan menggunakan bahan-bahan campuran tersebut, diharapkan diperoleh batu bata tanpa pembakaran yang memenuhi persyaratan mekanis, dan dapat mengatasi ketergantungan akan cuaca.
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Batu bata tanpa pembakaran
Batu bata tanpa pembakaran merupakan batu bata yang diproses tanpa pembakaran. Batu bata tanpa pembakaran membutuhkan bahan campuran yang dapat membuat batu bata mengeras tanpa proses pembakaran, dengan menggunakan bahan perekat semen. Pasir menjadi salah satu bahan utama untuk membuat batu bata, agar batu bata yang dibuat tersebut tidak retak dan melengkung. Batu bata tersebut harus disimpan ke dalam tempat yang kering sehingga kekuatan dan kerapatannya akan dapat terjaga dengan baik.
Salah satu keunggulan dari batu bata yang dibuat tanpa proses pembakaran yaitu, waktu pembuatannya menjadi lebih singkat. Proses pembakaran pada batu bata dilakukan setelah pengeringan batu. Sedangkan pada batu bata tanpa pembakaran yang dilakukan tanpa proses pembakaran, batu bata akan mengeras seiring dengan proses pengeringan tersebut.
2.2 Limbah batu bata
Limbah batu bata berasal dari dua sumber yaitu dari limbah sisa hasil produksi dan limbah sisa aktivitas konstruksi yang tidak dapat dipakai. Jumlah limbah produksi yang dihasilkan akibat proses pembakaran yang tidak maksimal dan tidak merata. Proses pembakaran batu bata sebagian besar wilayah Indonesia menggunakan tungku tradisional. Limbah dengan pembakaran tradisional di Desa Pejaten, Kabupaten Tabanan, Bali menghasilkan ±6% dari total produksi 1 tungku dalam proses pembakaran, terdiri dari bagian yang patah dan hancur.
2.3 Kuat tekan batu bata
Kuat tekan batu bata didefinisikan sebagai kemampuan batu bata dalam menahan beban sampai terjadinya kegagalan. Kuat tekan rata-rata adalah jumlah kuat tekan semua benda uji dibagi dengan banyaknya benda uji.
Menurut SNI 15-2094-2000 besarnya kuat tekan rata-rata dan koefisien variasi yang diizinkan untuk bata merah pejal untuk pasangan dinding sesuai Tabel 1.
Pemanfaatan Serbuk Batu Bata Sebagai Bahan Pembuatan Batu Bata Tanpa Pembakaran
SeNaTS 3, Juli 2019 SM- 47 Tabel 1 Kuat tekan dan koefisien variasi untuk bata merah pejal untuk pasangan dinding
Kelas
Kuat tekan rata-rata minimum dari 30 bata yang diuji
kg/cm2 (MPa)
Koefisien variasi dari kuat tekan rata-rata yang diuji
% 50
100 150
50 (5) 100 (10) 150 (15)
22 15 15
Menurut ASTM C 67-02c mengatur tentang pengambilan sampel untuk pengujian batu bata. Sampel yang digunakan adalah setengah batu bata dari panjang batu bata, jika ukuran benda uji melebihi kapasitas mesin uji diperbolehkan dengan luas penampang tidak kurang dari 90,3 cm2.
Kuat tekan batu bata dapat dihitung dengan menggunakan persamaan yang diberikan pada ASTM C 67- 02c.
C =W
A (1)
dimana :
C = kuat tekan batu bata (kg/cm2);
W = beban tekan maksimum pada masing-masing benda uji (kg); dan A = luas rata-rata penampang tekan benda uji (cm2)
.
Kuat tekan rata-rata batu bata dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut.
Cr =∑inC
Nb (2)
dimana:
Cr = kuat tekan rata-rata batu bata (kg/cm2); dan Nb = jumlah benda uji
2.4 Penyerapan air batu bata
Penyerapan air adalah ukuran banyaknya air yang dapat memenuhi volume dari suatu material atau bahan.
Penyerapan air ini ditentukan sebagai perbedaan antara berat dari bahan dalam keadaan jenuh air dengan beratnya dalam keadaan kering. Menurut SNI 15-2094-2000 penyerapan air maksimum bata merah pejal untuk pasangan dinding adalah sebesar 20%.
Penyerapan air batu bata dapat dihitung dengan menggunakan persamaan yang diberikan pada ASTM C 67-02c.
Penyerapan =(Ws− Wd)
Wd x 100% (3)
dimana:
Ws = berat benda uji setelah direndam dalam air sampai jenuh; dan
Wd = berat benda uji setelah dikeringkan pada suhu (100-110) oC selama 24 jam
3. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1 Bahan penelitian
Penelitian ini menggunakan material yang terdiri dari air, semen, pasir, dan serbuk batu bata. Masing- masing diuraikan sebagai berikut.
1. Air yang digunakan untuk campuran benda uji batu bata adalah air dari PDAM yang terdapat pada Laboratorium Struktur dan Bahan, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran.
2. Semen yang digunakan adalah semen PPC merk Gresik.
3. Pasir yang digunakan berasal dari Karangasem, Bali dimana distribusinya dirancang memenuhi gradasi zone 2 sesuai SNI 03-2834-2000.
4. Serbuk batu bata (SBB) yang digunakan diambil dari limbah produksi batu bata yang berasal dari Desa Pejaten, Kabupaten Tabanan.
Christian G. Sapta Saputra, I M. Alit K. Salain dan I. B. Rai Widiarsa
SM- 48 SeNaTS 3, Juli 2019
Komposisi campuran benda uji batu bata dirancang melalui pengaturan komposisi campuran berdasarkan berat volume dari masing-masing bahan. Komposisi campuran diberikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Komposisi campuran benda uji batu bata
Campuran Semen Pasir SBB
C1 5% 20% 75%
C2 10% 20% 70%
C3 15% 20% 65%
C4 20% 20% 60%
C5 25% 20% 55%
3.2 Metode penelitian
Pelaksanaa penelitian dibagi dalam beberapa tahapan yang meliputi persiapan, pemeriksaan bahan, pencetakan benda uji , perawatan benda uji, pengujian benda uji, pengumpulan data dan analisis. Bagan alir penelitian ditampilkan pada Gambar 1.
Persiapan meliputi pembuatan jadwal pelaksanaan, persiapan alat, dan pemeriksaan bahan. Peralatan yang digunakan adalah alat uji bahan, mesin pencampur, cetakan benda uji batu bata berukuran 5,5 cm x 11 cm x 11,5 cm, alat uji tekan, dan alat uji penyerapan air. Pemeriksaan bahan meliputi berat satuan, berat jenis, kadar air, dan rancangan gradasi pasir.
Pencampuran dilakukan dengan menggunakan alat pencampur sesuai dengan standar. Sebelum dicampur pasir disiapkan dalam kondisi SSD. Jumlah air yang diperlukan dalam campuran adalah 0,3 dari berat semen ditambah yang diperlukan untuk serbuk batu bata.
Pada penelitian ini dibuat 5 buah campuran benda uji batu bata, masing-masing campuran dibuat 10 buah benda uji, 5 benda uji untuk penyerapan air, dan 5 benda uji untuk kuat tekan. Pengujian dilaksanakan pada umur 28 hari.
Gambar 1 Bagan alir penelitian Mulai
Persiapan alat dan bahan Pemeriksaan
bahan : Serbuk Batu Bata,
Pasir, dan Semen Pencetakan benda uji:
Penyerapan air (5,5 cm x 11 cm x 11,5cm)
Kuat tekan (5,5 cm x 11 cm x Pengeringan pada suhu kamar selama
28 hari Pengujian : Penyerapan air, dan kuat
tekan
A
Pemanfaatan Serbuk Batu Bata Sebagai Bahan Pembuatan Batu Bata Tanpa Pembakaran
SeNaTS 3, Juli 2019 SM- 49 Gambar 1 Bagan alir penelitian
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik bahan
1. Air : tidak dilakukan pemeriksaan karena yang digunakan adalah air PDAM dan diasumsikan sudah memenuhi syarat untuk mencampur adonan batu bata.
2. Semen : didapat hasil pengujian terhadap berat satuan sebesar 1,279 gr/cm3
.
3. Serbuk batu bata : dilakukan pengujian bagian yang lolos saringan No. 200, terhadap berat satuan didapat hasil sebesar 1,010 gr/cm3, dan kadar air sebesar 0,241%.
4.
Pasir: dilakukan pengujian terhadap berat jenis SSD, berat satuan, penyerapan, dan kadar lumpur, didapat hasil seperti ditampilkan pada Tabel 3. Untuk distribusi butir pasir sesuai syarat gradasi zone 2 seperti ditampilkan pada Gambar 2.Tabel 3 Pengujian pasir
Pengujian Pasir
Berat jenis SSD 2,646
Berat satuan (gr/cm3) 1,429 gr/cm3
Penyerapan (%) 8,696%
Kadar lumpur (%) 1,463%
Gambar 2 Rancangan gradasi pasir zone 2 0
20 40 60 80 100
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 10
% Lolos Ayakan
Ukuran Lubang Ayakan (mm)
Batas Minimum Batas Maksimum Hasil Pemeriksaan Selesai
Data hasil pengujian Analisis data hasil
pengujian Kesimpulan dan
saran A
Christian G. Sapta Saputra, I M. Alit K. Salain dan I. B. Rai Widiarsa
SM- 50 SeNaTS 3, Juli 2019
4.2 Penyerapan air
Hasil uji penyerapan air batu bata ditampilkan pada Gambar 3.
Gambar 3 Penyerapan air batu bata
Pada Gambar 3 di atas dapat dilihat bahwa terjadi penurunan penyerapan air dari campuran 1 (C1) ke campuran 5 (C5) sebesar 64,69%. Penyerapan air tertinggi terdapat pada campuran 1 (C1) sebesar 29,34%, sedangkan penyerapan air terendah terdapat pada campuran 5 (C5) sebesar 10,36%.
4.3 Kuat tekan
Hasil uji penyerapan air benda uji batu bata ditampilkan pada Gambar 4.
Gambar 4 Kuat tekan benda uji batu bata
Pada Gambar 4 di atas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan kuat tekan dari campuran 1 (C1) ke campuran 5 (C5) sebesar 262,24%. Kuat tekan tertinggi terdapat pada campuran 5 (C5) sebesar 128,85 kg/cm2, sedangkan kuat tekan terendah terdapat pada campuran 1 (C1) sebesar 35,57 kg/cm2.
4.4 Pembahasan
Pengaturan komposisi campuran yaitu semen, pasir dan serbuk batu bata, berpengaruh terhadap penyerapan air, dan kuat tekan batu bata. Jumlah semen yang meningkat, diikuti dengan turunnya jumlah serbuk batu, dan dengan jumlah pasir yang tetap meningkatkan kuat tekan batu bata, sedangkan penyerapan airnya menurun.
Menurunnya penyerapan air batu bata disebabkan oleh jumlah semen yang meningkat menghasilkan pasta semen yang lebih banyak sehingga dapat menutupi pori-pori antar agregat. Hal ini mengakibatkan batu bata
29.34
19.86 18.77
16.55
10.36
0 5 10 15 20 25 30 35
C1 C2 C3 C4 C5
Penyerapan Air (%)
Campuran Batu Bata
35.57
60.87
100.24 108.30
128.85
0 20 40 60 80 100 120 140
C1 C2 C3 C4 C5
Kuat Tekan (kg/cm2)
Campuran Batu Bata
Pemanfaatan Serbuk Batu Bata Sebagai Bahan Pembuatan Batu Bata Tanpa Pembakaran
SeNaTS 3, Juli 2019 SM- 51 lebih kedap air, dan penyerapan air menurun. Meningkatnya kuat tekan batu bata disebabkan oleh jumlah semen yang meningkat menghasilkan pasta semen yang lebih banyak, sehingga rekatan pasta semen yang kuat terhadap agregat meningkatkan kuat tekan batu bata.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Pengaturan komposisi campuran batu bata berpengaruh terhadap kuat tekan dan penyerapan air batu bata.
2. Jumlah semen yang meningkat, diikuti turunnya jumlah serbuk batu bata, dan dengan jumlah pasir yang tetap meningkatkan kuat tekan batu bata, sedangkan penyerapan airnya menurun.
5.2 Saran
1. Limbah batu bata berupa serbuk batu bata dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan batu bata tanpa pembakaran.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan limbah batu bata yang berasal dari berbagai tempat sebagai bahan dasar pembuatan batu bata tanpa pembakaran.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. (2014). “Inovasi Material Pada Pembuatan Bata Merah Tanpa Dibakar Untuk Kemakmuran Industri Kerakyatan”, Jurnal Kelitbangan, Vol. 2 ( 3).
Anonim. (2000). Bata Merah Pejal Untuk Pasangan Dinding (SNI 15-2094-2000). Badan Standardisasi Nasional Anonim. (2000). Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton (SNI 03-2834-2000). Badan Standardisasi
Nasional.
Anonim. (2002). Standard Test Methods for Sampling and Testing Brick and Structural Clay Tile1. ASTM International.
Zulkaiddah, N., Harianto,T. dan Maricar, H.M.I. (2016). Pengaruh Silika (SiO2) Dalam Ampas Tebu dan Sekam Padi Sebagai Bahan Tambahan Pembuatan Batu Bata Tanpa Pembakaran. Universitas Hasanuddin, Makassar.