• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR RISIKO KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 24-59 BULAN DI DESA GIRI MULYO KECAMATAN KAYU ARO BARAT KERINCI JAMBI TAHUN 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR RISIKO KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 24-59 BULAN DI DESA GIRI MULYO KECAMATAN KAYU ARO BARAT KERINCI JAMBI TAHUN 2020"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR RISIKO KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 24-59 BULAN DI DESA GIRI MULYO KECAMATAN KAYU ARO BARAT

KERINCI JAMBI TAHUN 2020

SKRIPSI

Diajukan

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Gizi

DISUSUN OLEH : ANGGIA WULAN PUTRI

1613211001

PROGRAM STUDI S-1 GIZI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG

2020

(2)

PROGRAM STUDI S1 GIZI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG Skripsi Agustus 2020

Nama : ANGGIA WULAN PUTRI Nim : 1613211001

FAKTOR – FAKTOR RISIKO KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 24-59 BULAN DI DESA GIRI MULYO KECAMATAN KAYU ARO BARAT KERINCI JAMBI TAHUN 2020

IX + 84 Halaman + 14 Tabel + 6 Lampiran

ABSTRAK

Prevalensi kejadian stunting di Indonesia menduduki peringkat kelima dunia untuk jumlah anak dengan kondisi stunting. Lebih dari sepertiga anak berusia di bawah lima tahun di Indonesia tingginya berada di bawah rata-rata. Tujuan penelitian untuk Mengetahui Faktor – faktor risiko apa saja yang mempengaruhi kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020.

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain case control design. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2020 di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi, sasaran 64 balita, teknik pengumpulan data yaitu data primer. Teknik pengolahan data dengan editing, coding, data entry, tabulating, cleaning serta analisa data dengan analisa univariat dan analisa bivariat dengan uji Chi-Square.

Dari hasil penelitian didapatkan pemberian ASI –Eksklusif ada yaitu (53,1%), asupan energi kurang (71,9%), asupan protein kurang yaitu (75%), asupan zink kurng yaitu (84,4%), asupan yodium kurang (12,5%), pengetahuan rendah (62,5%), anggota keluarga besar (53,1%). Ada hubungan pemberian ASI-Eksklusif, asupan energi,protein, zink dan pengetahuan dengan kejadian stunting.

Pemberian ASI Ekslusif, Pengetahuan Gizi Ibu, konsumsi Energi, Protein, Zink mempengaruhi balita untuk mengalami stunting. Diharapkan orang tua mengetahui pentingnya memperhatikan asupan gizi serta faktor-faktor risiko agar asupan nutrisi yang dibutuhkan anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya terpenuhi dan status gizi anak berada di ambang normal sehingga anak dapat terhindari darikjadian stunting.

Daftar Pustaka : 30 ( 2008-2019)

Kata Kunci : Pemberian ASI Ekslusif, Asupan Protein, Energi,

Yodium, Zink, Pengetahuan Gizi Ibu, Anggota Keluarga.

(3)

S1 NUTRITION STUDY PROGRAM STIKES PERINTIS PADANG

Thesis August 2020

Name : ANGGIA WULAN PUTRI Nim : 1613211001

RISK FACTORS FOR STUNTING INCIDENCE IN TODDLERS AGED 24-59

MONTHS IN GIRI MULYO VILLAGE, KAYU ARO BARAT DISTRICT, KERINCI JAMBI IN 2020

IX + 84 Pages + 14 Tables + 6 Attachments

ABSTRACT

The prevalence of stunting is higher than other nutritional problems such as malnutrition, underweight and obesity. Indonesia is ranked fifth in the world for the number of children with stunting conditions. More than a third of children under five years of age in Indonesia are below average. The research objective was to determine what risk factors affect the incidence of stunting in children aged 24-59 months in Giri Mulyo Village, Kayu Aro Barat District, Kerinci Jambi in 2020.

This type of research is analytic with a case control design. This research was conducted in July 2020 in Giri Mulyo Village, Kayu Aro Barat District, Kerinci Jambi, targeting 64 toddlers, data collection techniques are primary data. Data processing techniques used editing, coding, data entry, tabulating, cleaning and data analysis with univariate analysis and bivariate analysis with Chi-Square test.

The results showed that exclusive breastfeeding was (53.1%), less energy intake (71.9%), less protein intake (75%), less zinc intake (84.4%), less iodine intake. (12.5%), low knowledge (62.5%), extended family members (53.1%). There is a relationship between exclusive breastfeeding, energy intake, protein, zinc and knowledge with the incidence of stunting.

Knowledge, food intake and nutrition greatly affect toddlers to experience stunting.

It is hoped that parents will be more innovative and creative in serving food for their children, so that the nutritional intake needed by children during their growth and development is fulfilled and the child's nutritional status is at the normal threshold so that children can be avoided from stunting.

Bibliography: 30 (2008-2019)

Keywords: breastfeeding, protein intake, energy, iodine, zinc, family members.

(4)
(5)
(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Anggia Wulan Putri

Nim : 1613211001

Tempat/Tanggal Lahir : Sungai Penuh, 21 September 1997

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Nama Ayah : Drs.Abrizal

Nama Ibu : Adri Yanti

Email : Anggiawulanputri09@gmail.com

Alamat : Koto Lebuh Tinggi, Kabupaten Kerinci

Riwayat Pendidikan

1. TK Pertiwi : Tamatan Tahun 2004 2. SD 178/III Koto Lebuh Tinggi : Tamatan Tahun 2010 3. SMPN 5 Kerinci : Tamatan Tahun 2013 4. SMAN 4 Kerinci : Tamatan Tahun 2016 5. S1 Gizi STIKes Perintis Padang : Tamatan Tahun 2020 Kegiatan PBL

1. PBL (Table manner) di Hotel Novotel Bukittinggi 2. PBL di ACS Bandara Soekarno Hatta

3. PBL di Institusi Pertanian Bogor

4. PBL di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung 5. PBL di PT. Cimory Semarang

6. PKL di RSUD Petala Bumi Pekan baru

7. PMPKL di Kelurahan Dadok Tunggul Hitam Kecamatan Koto Tangah kota Padan

(7)

“Dia memberikan hikmah (ilmu yang berguna) kepada siapa yang dikehendaki Nya. Barang siapa yang mendapat hikmah itu Sesungguhnya ia telah mendapat kebajikan yang

banyak.Dan tiadalah yang menerima peringatan melainkan orang- orang yang berakal”.

(Q.S. Al-Baqarah: 269)

Alhamdulllahirabbil‟alamin…. Alhamdulllahirabbil „alamin….

Alhamdulllahirabbil alamin….

Akhirnya aku sampai ke titik ini,sepercik keberhasilan yang Engkau hadiahkan padaku ya Rabb.Tak henti-hentinya aku mengucap syukur pada_Mu ya Rabb

Semoga sebuah karya mungil ini menjadi amal shaleh bagiku dan menjadi kebanggaan bagi keluargaku tercinta

Ku persembahkan karya mungil ini…

Untuk belahan jiwa ku bidadari surgaku yang tanpamu aku bukanlah siapa-siapa di dunia fana ini, berkat do‟a, kasih sayang serta semangat yang selalu engkau berikan kepadaku

setiap waktu Mama ku tersayang (ADRI YANTI)

Serta orang yang menginjeksikan segala idealisme, prinsip, edukasi dan kasih sayang berlimpah dengan wajah datar menyimpan kegelisahan dan perjuangan yang tidak pernah

ku ketahui, namun tenang tentram dengan penuh kesabaran

dan pengertian luar biasa yaitu seseorang yang tidak mampu aku deskripsikan dengan kata- kata Papa ku tercinta (Drs.ABRIZAL)

Suamiku tercinta SAMSUL NOREVIAN, SE terima kasih atas waktu yang telah engkau korbankan untuk menemaniku, mendengarkan keluh kesahku. Dan terima kasih

atas kesabaran yang luar biasa serta do‟a, semangat dan motivasi yang terus kau berikan kepadaku serta mengajarkanku tentang banyak hal dalam proses pembuatan skripsi ini dari

yang tidak aku ketahui menjadi tahu, sekaligus menjadi pembimbing bagiku. Rasa syukur yang terus ku ucapkan kepada Allah SWT karena telah mengirimkan seseorang untukku

seperti dirimu.

Terima kasih yang sebesar besarnya kepada Dosen Pembimbing

Ibu Wilda Laila M.Biomed yang selalu menyemangatiku dan juga mengarahkanku setiap saat dan juga ibu Rahmita Yanti SKM,M.Kes yang sudah sabar membimbing saya selama ini, yang telah memberikan masukan dan ide –ide dalam pembuatan skripsi ini. Kepada bapak zulkifli . selaku

penguji terima kasih sudah meluangkan waktu untuk mengoreksi skripsi ini.

Kepada teman-teman seperjuangan khususnya rekan-rekan Nutritionist 16 yang tak bisa tersebutkan namanya satu persatu dan terima kasih yang tiada tara ku ucapakan Kepada Sahabatku Dian Viska Rahma dan Ronses adha “time goes by and our friendship will never die” terimakasih banyak atas supportnya baik itu moril & materil kalian adalah

„‟sister and brother but not blood”

(8)

Akhir kata, semoga skripsi ini membawa kebermanfaatan.Jika hidup bisa kuceritakan ---di atas kertas, entah berapa banyak yang dibutuhkan hanya untuk

Ku ucapkan terima kasih... :)

By : Anggia Wulan Putri, S.Gz

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan judul

“Faktor-faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020”. Skripsi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi pada program Serjana Gizi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Perintis Padang.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini, mudah – mudahan mendapat ridho Allah Yang Maha Kuasa, Aamiin. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp, M.Biomed sebagai Ketua STIkes Perintis Padang.

2. Ibu Widia Dara,MP selaku ketua program studi S1 Gizi STIKes Perintis Padang.

3. Ibu Wilda Laila M.Biomed sebagai dosen pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan saran untuk mengarahkan penulis dalam menyusun Skripsi ini.

4. Ibu Rahmita Yanti SKM,M.Kes sebagai dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, saran, motivasi, dan arahan yang sangat luar biasa kepada penulis.

5. Seluruh dosen dan staf pengajar STIKes Perintis Padang yang telah mendidik dan memberikan ilmunya hingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik.

6. Terimakasih buat Ayah dan Ibu tersayang, Suamiku tercinta serta Kakak dan Keluargaku tersayang yang telah memberikan semangat, dorongan, dan doa yang

(10)

tulus pada penulis dalam mempersiapkan diri untuk menjalani dan melalui semua tahap – tahapan pembuatan skripsi ini.

7. Teman – teman senasib dan seperjuangan Mahasiswa S1 Gizi STIKes Perintis Padang yang telah memberikan semangat dan dukungan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan proposal ini dan semoga skripsi ini ada manfaatnya bagi orang banyak.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan arti dan manfaat bagi pembaca, Aamiin.

Padang, Agustus 2020 Penulis

Anggia Wulan Putri

(11)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1 Tujuan Umum... 7

1.3.2 Tujuan Khusus ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

1.4.1 Bagi Puskesmas ... 10

1.4.2 Bagi Ibu Balita ... 10

1.4.3 Bagi Peneliti ... 10

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stunting ... 11

2.1.1 Penegertian Stunting ... 11

2.1.2 Penilaian Statusn Gizi ... 13

2.1.3 Faktor-faktor kejadian Stunting ... 17

2.2 Kerangka Teori ... 29

2.3 Kerangka Konsep ... 30

2.4 Hipotesis ... 31

2.5 Definisi Operasional ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 37

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

3.3.1 Populasi ... 38

ii

(12)

3.3.2 Sampel ... 38

3.4 Kriteria Sampel ... 39

3.4.1 Kriteria Inklusi ... 40

3.4.2 Kreiteria Eklusi ... 40

3.5 Pengumpulan Data ... 40

3.5.1 Sumber Data ... 40

3.5.2 Instrumen ... 41

3.5.3 Cara Pengumpulan Data ... 42

3.5.4 Persiapan Pengumpulan Data ... 42

3.5.5 Prosedur Pengumpulan Data ... 43

3.6 Pengolahan Data ... 44

3.7 Analisa Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian ... 48

4.2 Hasil Penelitian ... 48

4.3 Karakteristik Responden ... 49

4.4 Analisa Univariat ... 50

4.5 Analisa Bivariat ... 51

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Keterbatasan Penelitian ... 59

5.2 Analisa Univariat ... 59

5.3 Analisa Bivariat ... 70

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 82

6.2 Saran ... 84 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks...16

Tabel 2.2 Angka Kecukupan Energi Yang Dianjurkan Sehari……….………...…21

Tabel 2.3 Angka Kecukupan Protein Yang Dianjurkan Sehari………...24

Tabel 2.4 Angka Kecukupan Zink Yang Dianjurkan Sehari………...26

Tabel 2.4 Angka Kecukupan Yodium Yang Dianjurkan Sehari……….28

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Pekerjaan Orang Tua dan Jenis Kelamin Anak………..49

Tabel 4.2 Distrubusi Frekuensi Responden Menurut Variabel Penelitian Di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020…………....50

Table 4.3 Faktor Risiko Pemberian ASI Ekslusif Dengan Kejadian Stunting Di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020…………....52

Tabel 4.4 Faktor Risiko Asupan Energi dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020………...…53

Tabel 4.5 Faktor Risiko Asupan protein dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020………54

Tabel 4.6 Faktor Risiko Asupan Zink dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020………....54

Tabel 4.7 Faktor Risiko Asupan Yodium dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020………..………..…56

Tabel 4.8 Faktor Risiko pengatahuan Gizi Ibu dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020………57

Tabel 4.8 Faktor Risiko Jumlah Anggota Keluarga dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020………..……..58

iii

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Permohonan Persetujuan Responden Lampiran II Kuesioner Penelitian

Lampiran III Lembar Semi Quantitative Food Frequency Questionnare (SQ FFQ) Lampiran IV Output Hasil Analisa

Lampiran V Surat Izin Penelitian Lampiran VI Dokumentasi

iv

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah anak pendek (stunting) merupakann salah satu masalah gizi yang dialami oleh balita di dunia saat ini. Pada tahun 2017 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita di dunia mengalami stunting. Namun angka ini sudah mengalami penurunan jika dibandingkan dengan angka stunting pada tahun 2000 yaitu 32,6%. (World Health Organization WHO, 2018). Khususnya di negara-negara berkembang (UNICEF, 2013) stunting menjadi permasalahan karena berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya kesakitan dan kematian, perkembangan otak suboptimal sehingga perkembangan motorik terlambat dan terhambatnya pertumbuhan mental (Unicef, 2013).

Beberapa studi menunjukan risiko yang diakibatkan stunting yaitu penurunan prestasi akademik (Picauly & Toy, 2013), meningkatkan resiko obesitas (Hoffman et al, 2000);

Timaeus, 2012) lebih rentan terhadap penyakit tidak menular (Unicef Indinesia, 2013) dan peningkatan resiko penyakit degeneratif (Picualy & Toy, 2013), WHO, 2013, Crookston et al 2013).

Prevalensi kejadian stunting lebih tinggi dibandingkan dengan permasalahan gizi lainnya seperti gizi kurang, kurus dan kegemukan. (Riskesdes, 2013) . Pada tahun 2017, lebih dari setengah balita stunting di dunia berasal dari Asia (55%) sedangkan lebih dari sepertiganya (39%) tinggal di Afrika. Dari 83,6 juta balita stunting di Asia, proporsi terbanyak berasal dari Asia Selatan (58,7%) dan proporsi paling sedikit di Asia Tengah (0,9%). (Kemenkes RI, 2017). Dibandingkan dengan negara ASEAN, prevalensi stunting di Indonesia berada pada kelompok high prevalence, sama halnya dengan negara

(16)

Kamboja dan Myanmar (Bloem et al, 2013). Di Asia Tenggara, seperti Myanmar (35%), Vietnam (23%), dan Thailand (16%). Indonesia menduduki peringkat kelima dunia untuk jumlah anak dengan kondisi stunting. Lebih dari sepertiga anak berusia di bawah lima tahun di Indonesia tingginya berada di bawah rata-rata. (Millenn Chall Acc - Indones. 2013)

Indonesia termasuk negara dengan prevalensi Stunting tertinggi di South-East Asia Region setelah Timor Leste dan India. Meskipun presentse stunting di Indonesia turun dari 37,8% di tahun 2013 menjadi 27,67% di tahun 2019, namum angka ini masih tergolong tinggi (Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI, 2019). Balita yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal, menjadikan anak menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan di masa depan dapat beresiko pada menurunnya tingkat produktivitas. Pada akhirnya secara luas stunting akan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan memperlebar ketimpangan. (Kemenkes, 2013)

Konsumsi makan ibu pada saat hamil merupakan faktor langsung penyebab kejadian stunting. Berupa asupan makanan, seperti asupan protein, zink, dan energi yang tidak seimbang berhubungan dengan kejadian stunting, seperti yang diteliti oleh Fitri (2012). Makanan akan diubah menjadi energi dan zat gizi lain untuk menunjang semua aktivitas manusia. Kekurangan konsumsi energi dan protein akan menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi, sehingga untuk mengatasi kekurangan tersebut, tubuh akan menggunakan simpanan energi dan protein. Apabila keadaan ini berlangsung dalam waktu lama, maka simpanan energi dan protein habis, sehingga terjadi kerusakan jaringan yang menyebabkan seorang anak mengalami kurang gizi/stunting (Supariasa, 2011).

(17)

Srategi nasional tahun 2010 yang di keluarkan oleh kementrian kesehatan, pemberian makan yang baik dan tepat bagi bayi dan anak usia 0–24 bulan, merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan salah satunya adalah pemberian ASI Ekslusif (Direktorat, 2013). Rekomendasi ini sejalan dalam Renacana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RJPMN) 2010-2014 menetapkan sasaran pembangunan kesehatan yang terkait dengan pemberian ASI Ekslusif yaitu menurunkan prevalensi gizi kurang menjadi 15% dan balita stunting menjadi 32%

(Kemenkes, 2013). Dalam penelitian Hidayah (2013) risiko kejadian stunting pada anak usia 24-59 bulan akan meningkat sebesar 74% pada anak yang tidak mendapatkan ASI Ekslusif.

Kekurangan energi pada seorang anak merupakan indikasi kekurangan zat gizi lain. Apabila kondisi ini dibiarkan dalam jangka waktu lama, maka akan mengakibatkan terhambatnya proses pertumbuhan tulang yang menyebabkan terjadinya permasalahan dengan tinggi badan atau stunting pada balita. Eratnya hubungan protein dengan pertumbuhan menyebabkan seorang anak yang kurang asupan proteinnya akan mengalami pertumbuhan yang lebih lambat dari pada anak dengan jumlah asupan protein yang cukup (Bender, 2002) dan pada keadaan yang lebih buruk kekurangan protein dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan berhentinya proses pertumbuhan (Adriani, 2013). Pertumbuhan tinggi badan anak balita dapat terhambat bila anak balita tersebut mengalami defisiensi protein selama seribu hari pertama kehidupan dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama (Kemenkes RI, 2012).

(18)

Zink merupakan salah satu mikronutrien yang berperan sangat penting pada pertumbuhan manusia karena memiliki struktur serta peran di beberapa sistem enzim yang terlibat dalam pertumbuhan fisik, imunologi dan fungsi reproduksi. Akibatnya, saat terjadi defisiensi zink maka dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik anak-anak (Abunada, et al 2013). Pengaruh konsumsi zink terhadap kejadian stunting terbukti pula dari penelitian Hidayati et al., (2010) bahwa anak yang memiliki defisiensi zink 2,67 kali lebih berisiko mengalami stunting.

Yodium merupakan bagian integral dari kedua macam hormone tiroksin triiodotironin (T3) dan tetraiodotironin (T4). Fungsi utama hormon-hormon ini adalah mengatur pertumbuhan dan perkembangan. Hormon tiroid mengontrol kecepatan pelepasan energi dan zat gizi yang menghasilkan energi. Tiroksin dapat merangsang metabolisme sampai 30%. Disamping itu kedua hormon ini mengatur suhu tubuh, reproduksi pembentukan sel darah merah serta pungsi otot dan saraf, apap bila kadar senyawa T3 kurang akibat kebutuhan yodium yidak tercukupi, maka laju metabolisme basalsel makan randah sehingga proses tumbuh kembangn menjadi tergangu dan terhambat. (Devi, 2012)

Penelitian ini sejalan yang dilakukan oleh Nwamarah et al (2012), bahwa stunting terjadi karena efek dari penggunaan yodium rendah, meskipun mungkipun miungkin ada faktor predisposing lainnya, seperti infeksi dan gizi buruk yang dapat menyebabkan stunting (Nwamarah, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Devi (2012), mendapatkan bahwa garam yang mengandung yodium menjadi faktor risiko kejadian stunting.

Pengetahuan orang tua berhubungan dengan kejadian stunting pada anak (Astari

& al, 2005). Tingkat pengetahuan yang baik membantu pemilihan makanan dengan bijak dan tepat, serta penanganan gangguan kesehatan dengan baik (Huang W, 2015).

(19)

Jumlah anggota rumah tangga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada pola pertumbuhan anak dan balita dalam suatu keluarga. Jumlah anggota keluarga yang semakin besar tanpa diimbangi dengan meningkatnya pendapatan akan menyebabkan pendistribusian konsumsi pangan akan semakin tidak merata. Penelitian Fikadu et al, (2014) di Euthopia Selatan menunjukkan bahwa balita yang tinggal dengan 5 sampai 7 anggota kelurga memiliki risiko 2,97 kali lebih besar mengalami stunting dari pada balita yang tinggal dengan 2 sampai 4 anggota keluarga. Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan pangan, jika banyak orang yang tinggal dalam satu rumah.

Berdasarkan data rekap hasil pengumpulan ENTRI e-PPGBM (Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) tahun 2018 merekap jumlah stunting dari 21 puskesmas yang ada di Kabupaten Kerinci. Diketahui kejadian stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Gunung Labu kecamatan kayu aro barat dengan total sasaran 2.123 orang balita, terdapat total balita stunting sebanyak 317 orang balita dengan presentase 15% dari sasaran posyandu yang terlapor pada tahun 2018 dengan kategori sangat pendek 110 orang balita dan untuk kategori pendek 207 orang balita (Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci, 2018). Kemudian pada Februari 2019 sampai dengan September 2019 terjadi penurunan berdasarkan data hasil rekap ENTRI e- PPGBM yaitu diketahui diwilayah kerja Puskesmas Gunung Labu dengan total sasaran 1.613 orang balita terdapat total balita stunting sebanyak 106 orang balita untuk kategori sangat pendek 26 orang balita, dan untuk kategori pendek 80 orang balita dengan total presentse menjadi 7% dari jumlah sasaran ketiga terbesar dikabupaten kerinci yaitu 1.613 orang balita dari posyandu yang terlapor tahun 2019 (Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci, 2019).

(20)

Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Gunung Labu kecamatan kayu aro barat terdapat satu desa tertinggi kasus stunting yaitu Desa Giri mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat dengan total jumlah balita stunting 32 orang balita dari 87 orang balita usia 24-59 bulan di Desa Giri Mulyo Kecamatan kayu aro barat (Puskesmas Gunung Labu Kecamatan Kayu Aro Barat, 2019). Berdasarkan hasil survey awal ke lapangan Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Labu Desa Giri mulyo dengan jumlah responden 30 responden, ditemukan balita non stunting mempunyai asupan energi, protein, zink adekuat yaitu 80,0%, 76,6%, dan 73,3% sedangkan balita stunting mempunyai asupan energi, protein, zink inadekuat yaitu 63,3%, 66,6%,63,3% serta kurangnya pengetahuan orang tua terutama ibu terhadap asupan makan atau asupan zat gizi yang diberikan kepada anak balita, dilihat dari wawancara dan food recall 24 jam masih belum memenuhi konsumsi (Energi, protein, zink).

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“Faktor - faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020”.

1.2 Rumusan Masalah

Faktor risiko apa sajakah yang mempengaruhi kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Tahun 2020 ? 1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor – faktor risiko apa saja yang mempengaruhi kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020?

(21)

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Diketahui gambaran distribusi frekuensi Pemberian ASI Ekslusif pada balita usia 24-59 bulan pada kelompok kasus dan kelompok kontrol di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020

2. Diketahui gambaran distribusi frekuensi Konsumsi Energi pada balita usia 24-59 bulan pada kelompok kasus dan kelompok kontrol di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020

3. Diketahui gambaran distribusi frekuensi Konsumsi Protein pada balita usia 24-59 bulan pada kelompok kasus dan kelompok kontrol di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020

4. Diketahui gambaran distribusi frekuensi Konsumsi Zink pada balita usia 24-59 bulan pada kelompok kasus dan kelompok kontrol di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020

5. Diketahui gambaran distribusi frekuensi Konsumsi Yodium pada balita usia 24-59 bulan pada kelompok kasus dan kelompok kontrol di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020

6. Diketahui gambaran distribusi frekuensi Pengetahuan Gizi Ibu pada balita usia 24- 59 bulan pada kelompok kasus dan kelompok kontrol di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020

7. Diketahui gambaran distribusi frekuensi Jumlah Anggota Rumah Tangga balita usia 24-59 bulan pada kelompok kasus dan kelompok kontrol di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020

8. Diketahuinya faktor risiko Pemberian ASI Ekslusif terhadap kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020

(22)

9. Diketahuinya faktor risiko Konsumsi Energi terhadap kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020

10. Diketahuinya faktor risiko Konsumsi Protein terhadap kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020

11. Diketahuinya faktor risiko Konsumsi Zink terhadap kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020

12. Diketahuinya faktor risiko Konsumsi Yodium terhadap kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020

13. Diketahuinya faktor risiko Pengetahuan Gizi Ibu terhadap kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020

14. Diketahuinya faktor risiko Jumlah Anggota Rumah Tangga terhadap kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Puskesmas

Memberikan informasi bagi puskesmas mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Bart Kerinci Jambi untuk mendukung program pelayanan, khususnya pada anak balita.

(23)

1.4.2 Bagi Ibu Balita

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengatahuan ibu balita tentang status gizi yang baik dalam memilih menu makanan yang bergizi dan seimbang pada balita usia 24-59 bulan.

1.4.3 Bagi peneliti

Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari selama masa perkuliahan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya dilakukan pada anak balita di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020, yaitu untuk mengetahui faktor risiko Pemberian ASI Ekslusif, Konsumsi Energi, Konsumsi Protein, Konsumsi, Zink, Konsumsi Yodium, Pengetahuan gizi ibu, Jumlah Anggota Rumah Tangga terhadap kejadian stunting pada anak balita usia 24-59 bulan.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stunting

2.1.1 Pengertian Stunting

Stunting merupakan gangguan pertumbuhan linier yang disebabkan adanya malnutrisi asupan zat gizi kronis atau penyakit infeksi kronis maupun berulang yang ditunjukkan dengan nilai z-score tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari -2 standar deviasi (SD) berdasarkan standar World Health Organisation (WHO). Stunting merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan (growth faltering) akibat akumulasi ketidak cukupan nutrisi yang berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai usia 24 bulan (Hoffman et al, 2000; Bloem et al, 2013). Keadaan ini diperparah dengan tidak terimbanginya kejar tumbuh (catch up growth) yang memadai (Kusharisupeni, 2002;

Hoffman et al, 2000). Stunting juga menggambarkan kejadian gizi kurang yang berlangsung dalam waktu yang lama dan merupakan masalah kesehatan masyarakat karena berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya kesakitan dan kematian hingga terhambatnya pertumbuhan mental (The Lancet 2008).

Permaslahan gizi adalah permasalahan dalam siklus kehidupan, dimulai dari kehamilan, bayi, balita, remaja, sampai lansia. Masalah gizi dapat terjadi pada semua kelompok umur, bahkan masalah gzi pada suatu kelompok umur tertentu akan mempengaruhi status gizi pada periode siklus kehidupan berikutnya (intergenerational impact) (RI, 2012). Stunting diindonesia adalah salah satu maslaha besar terkait gizi.

Stunting merupakan salah satu bentuk kurang gizi pada anak yang dihitung berdasarkan

(25)

pengukuran tinggi badan menurut umur (TB/U) dengan nilai Z-score kurang dari -2 SD (standar deviasi) (World Health Organisation WHO, 2007)

Stunting adalah salah satu masalah gizi yang berdampak buruk terhadap kualitas hidup anak dalam mencapai titik tumbuh kembang yang optimal sesuai potensi genetiknya. Stunting dapat menghambat proses tumbuh kembang pada balita. Chilhood stunting atau tubuh pendek pada masa anak-anak merupakan akibat kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan di masa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak. (Kemenkes, 2015)

Indikasi dari stunting adalah pertumbuhan yang rendah dan efek kumulatif dari ketidak cukupan asupan energi, zat gizi makro dan zat gizi mikro dalam jangka waktu panjang, atau hasil dari infeksi kronis/infeksi yang terjadi berulang kali .Indikator yang digunakan untuk mengidentifikasi balita stunting adalah berdasarkan indeks Tinggi badan menurut umur (TB/U) menurut standar WHO child growth standart dengan kriteria stunting jika nilai z score TB/U < -2 Standard Deviasi (SD) (Picauly & Toy, 2013; Mucha, 2013). Periode 0-24 bulan merupakan periode yang menentukan kualitas kehidupan sehingga disebut dengan periode emas. Periode ini merupakan periode yang sensif karena akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi. Untuk itu diperlukan pemenuhan gizi yang adekuat pada usia ini (Mucha, 2013).

Stunting dapat berdampak pada kelangsungan hidup anak. WHO (2013) membagi dampak yang diakibatkan oleh stunting menjadi dua yang terdiri dari jangka pendek dan jangka panjang. Dampak stunting dari jangka pendek adalah dibidang kesehatan yang dapat menyebabkan peningkatan mortalitas dan morbiditas dibidang perkembangkan yaitu penurunan perkembangan kognitif, motorik, bahasa, dan bidang

(26)

ekonomi yaitu peningkatan pengeluaran biaya kesehatan. Adapun jangka panjang yang disebabkan oleh stunting yaitu dibidang kesehatan berupa perawakan yang pendek, peningkatan resiko untuk obesitas dan kormobidnya, dan penurunan prestasi dan kapasitas belajar, dan di baidang ekonomi berupa penurunan kemampuan dan kapasitas kerja (WHO, 2013).

2.1.2 Penilian Status Gizi

Zat Gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsingnya yaitu menghasilkan energi, membangun, memelihara jaringan serta mengatur proses-proses jaringan. Gizi merupakan bagian penting yang dibutuhan oleh tubuh guna perkembangan dan pertumbuhan dalam bentuk dan untuk memperoleh energi, agar manusia dapat melaksanakan kegiatan fisiknya sehari- hari. (Almatsier, 2009)

Penilaian status gizi anak balita di maksudkan untuk mengetahui apakah seseorang atau kelompok balita tersebut mempunyai status gizi kurang, baik atau lebih.

Penilian status gizi anak balita tersebut bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keseimbangan anatara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dengan zat gizi yang digunakan oleh tubuh, Sehingga tercipta kondisi fisik yang optimal

Metode penilian status gizi terbagi 2 (Supariasa, 2002) A. Penilian status gizi secara langsung dapat dibagi 4, yaitu :

1. Antropometri

Antropometri adalah ukuran tubuh manusia, Sedangkan antropologi gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh, tingkat umur, dan tingkat gizi. Antropologi secara umum digunakan untuk melihat keseimbangan asupan protein dan energi. Ketidak seimbangan ini terlihat pada pola

(27)

pertumbuhan fisik dan proporsi jaraingan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.

Tabel 2.1

Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks Indeks Status Gizi Ambang Batas (Z-score)

BB/U Gizi Lebih >2SD

Gizi Baik -2SD s/d 2SD

Gizi Kurang -3SD s/d <-2SD Gizi Buruk <-3SD

TB/U Tinggi >2SD

Normal -2SD s/d 2SD

Pendek -3SD s/d -2SD

Sangat Pendek <-3SD

BB/TB Gemuk >2SD

Normal -2SD s/d 2SD

Kurus -3SD s/d <-2SD

Sangat Kurus <-3SD Sumber : PP 1995 (2010)

2. Klinis

Penilaian tanda-tanda klinik berdasarkan pada perubahan yang terjadi yang berhubungan dengan kekurangan atau kelibihan asupan zat gizi yang dapat dilihat dari jaringan epitel di mata, kulit, rambut, mukosa, mulut, dan organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjer tiroid.

(28)

3. Biokimia

Penilian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan-jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urin, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.

4. Biofisik

Penilaian status gizi secara biofisik adalah melihat dari kemampuan fungsi jaringan meliputi, kemapuan kerja dan adaptasi sikap. Pemeriksaan ini bisa dilakukan secara klinis maupun tidak. Penilain status gizi biofisik sangat mahal dan memerlukan tenaga profesional.

B. Penilian status gizi secara tidak langsung dapat dibedakan menjadi 3, yaitu : 1. Survei konsumsi makanan

Survey konsumsi makan adalah pokok metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Kesalahan dalam survey makanan yang du sebabkan oleh pemikiran yang tidak tepat dalam menetukan jumlah makanan yang dikonsumsi, membesar besarkan konsumsi makanan yang bersosial tinggi, keinginan melaporkan konsumsi vitamin dan mineral tambahan kesalahan dalam mencatat (Semi FFQ).

2. Statistik vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisa data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasrkan umur, angka kesakitan dan angka kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

(29)

3. Faktor ekologi

Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi antara faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dan keadaan ekologi seperti iklim, tanah dan lain –lain.

2.1.3 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kedjadian Stunting pada Balita a. Pemberian ASI Ekslusif

Air susu ibu yang sering disebut dengan (ASI) adalah cairan yang diciptakan khusus yang keluar langsung dari payudara seorang ibu untuk seorang bayi. ASI merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi, praktis, bersih dan murah karena langsung diminum dari payudara seorang ibu. ASI mengandung seluruh zat gizi dan cairan yang dibutuhkan bayi untuk memenuhi kebutuhan zat gizi di 6 bulan pertamanya. Macam ASI terbagi atas 3 yaitu kolostrum, ASI Masa peralihan dan ASI mature. Kolostrum yaitu susu ysng keluar pertama, kental, berwarna kuning mengandung protein tinggi dan sedikit lemak (Walyani, 2015).

Manfaat ASI Ekslusif bagi seorang bayi dapat dilihat dari aspek gizi yaitu ASI pertama kali keluar setalah melahirkan berwarna kuning kental yang disebut kolostrum yang mengandung zat kekebalan terutama IgA utk melindungi seorang bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama penyakit diare. Banyaknya kolostrum yang diproduksi bermacam-macam tergantung dari hisapan seorang bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Meskipun sedikit tapi cuku untuk mememnuhi kebutuhan gizi bagi bayi. Oleh karena itu ASI pertama yang disebut dengan kolostrum tersebut harus diberikan pada seorang bayi karena mengandung semua zat gizi yang diperlukan bagi bayi seperti protein, karbohidrat, tinggi vitamin A, rendah lemak, sehingga sangat

(30)

sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran dan kehidupan (Sulistianingsih, 2015).

World Health Organisation menyatakan bahwa resiko kejadian stunting dapat diturunkan dengan pemberian ASI Ekslusif. Karena ASI memiliki kanduangan Kalsium yang memiliki biovailabilitas tinggi, sehingga dapat diserap dengan optimal terutama dalam fungsi pembentukan dan pertumbuhan tulang seorang anak (Horta BL, 2007, Susilowati, 2010). Perilaku ibu diindonesia dalam pemberian ASI Ekslusif memiliki hubungan yang bermakna dengan indeks PB/U, dimana ada 48 dari 51 anak stunting tidak mendapatkan ASI Ekslusif (Oktavia, 2011). Penelitian ini dilakukan oleh Istifiani (2011) menunjukkan bahwa umu pertama pemberian MP-ASI berhubungan signifikan dengan indeks status gizi PB/U pada bayi dua tahun. Begitu pula dengan penelitian Arifin (2012) menyatakan bahwa balita dengan ASI tidak Ekslusif mempunyai risiko 3,7 kali lebih besar mengalami stunting dibandingkan balita yang mendapat ASI Ekslusif.

b. Asupan Zat Gizi

Asupan makanan berkaitan dengan kandungan nutrisi (zat gizi) yang terkandung di dalam makanan yang dimakan. Dikenal dengan jenis nutrisi yaitu makronutrisi dan mikronutrisi. Makronutrisi merupakan nutrisi yang menyediakan kalori atau energi, diperlukan untuk pertumbuhan, metabolisme dan fungsi tubuh lainnya. Makronutrisi ini diperlukan tubuh dalam jumlah besar, terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak.

Nutrisi (zat gizi) merupakan bagian yang penting dari kesehatan dan pertumbuhan.

Nutrisi yang baik berhubunhan dengan peningkatan kesehatan bayi, anak-anak, dan ibu, sistem kekebalan yang kuat, kehamilan dan kelahiran yan aman, serta resiko rendah terhadap penyakit (WHO, 2011 : Makronutriens, 2008)

(31)

c. Konsumsi Energi

Setiap anak memiliki kebutuhan Energi yang berbeda ditentukan oleh metabolism basal tubuh, umur, fisik, aktifitas, lingkungan, suhu, serta kesehatan lainnya. Zat Energi yang mengandung energy disebut makronutrien dikenal dengan Lemak, Karbohidrat dan Protein.Setiap gram lemak, karbohidrat dan Protein masing-masing menghasilkan 9 kalori, 5 kalori dan 4 kalori. Dianjurkan agar jumlah energy yang diperlukan didapatkan daei 10-15% Lemak, 23-35% Protein, 50-60% Karbohidrat (Andriani et al, 2012)

Kebutuhan energi adalaah asupan energy yang berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energy bila ia mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas fisik yang dibutuhkan secara social dan ekonomi. Kekurangan energy terjadi bila konsumsi energy melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan, akibatnya tubuh akan mengalami keseimbangan energi yang dikeluarkan, akibatnya tubuh akan mengalami kesimbangan energy negative dan pada balita akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan (Almatsier, 2001). Selain itu, pertumbuhan atau penambahan obat hanya mungkin bila tersedia cukup campuran asam amino yang sesuai termasuk untuk pemeliharaan dan perbaikan (Almatsier, 2009).

Tabel 2.2

Angka Kecukupan Energi Yang Dianjurkan Sehari

1 – 3 Tahun 1350

4 – 6 Tahun 1400

Sumber : AKG 2019 (Angka Kecukupan Energi)

Terdapat hubungan antara asupan Energi dengan kejadian stunting pada balita.

Balita yang mempunyai asupan energi rendah mempunyai risiko 1,28 kali mengalami

(32)

stunting dibandingkan dengan balita yang memiliki tingkat asupan energi cukup (Zilda Oktarina, 2013). Sesuai dengan kerangka teori UNICEF yang menyatakan konsumsi makanan tidak adekuat merupakan salah satu factor yang mengakibatkan stunting (UNICEF, 1998). Analisis data Riskesdes tahun 2010 yang dilakukan oleh Fitri (2012) menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara konsumsi energi dengan kejadian stunting pada balita 12-59 bulan di Sumatera. Anak dengan tingkat kecukupan energi yang rendah, memiliki risiko sebesar 3.09 kali untuk menjadi stunting dibandingkan dengan anak yang memiliki tingkat kecukupan energi baik (Wanda Lestari, 2014).

d. Konsumsi Protein

Protein merupakan sumber asam amino esensial yang diperlukan sebagai zat pembangun, yaitu untuk pertumbuhan dan pembentukan protein dalam serum, hemoglobin, enzim, hormone serta antibody; mengganti sel-sel tubuh yang rusak;

memelihara keseimbangan asam basa cairan tubuh dan smber energy. (Merryanna dkk, 2012)

1. Metabolisme protein

Terjadinya pergantian (turnover) protein secara kontinu dalam tubuh. Selama masa pertumbuhan sintesi lebih banyak dari pada pemecahan, sedangkan pada kondisi pembuangan (wasting) misalnya kelaparan, kanker dan setelah pembedahan atau trauma, pemecahan lebih besar dari pada sintesis (Mary, 1009).

Metabolisme Protein dimulai dari lambung dan juga pada usus halus dengan kegiatan sebagai berikut : lambung oleh enzim pepsin, dan gastrik protease (dari lambung) Protein dicerna sampai berbentuk sederhana seperti polipepsida. Bagian ini kemudian ke usus halus, selanjutnya di usus halus ada kalanya protein dicerna di bagian usus khitmotripsin dan tripsin (dari pancreas). Enzin ini memotong polipeptida menjadi bentuk peptide yang lebih sederhana. Karbosipeptidase, aminopeptidase,

(33)

dipeptidase menyerang asam, dan bagian akhir peptidase kemudian menjadi asam amino bebas yang selanjutnya diserap oleh dinding halus (Depertemen, 2007)

2. Akibat kekurangan Protein

Kekurangan protein menyebabkan reterdasi pertumbuhan dan kematangan tulang, karena protein adalah zat gizi yang essensial dalam pertumbuhan. Protein mempunyai fungsi yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh (Almatsier, 2009)

3. Kebutuhan dan Anjuran Konsumsi Protein

Secara garis besarnya fungsi protein dalam tubuh yaitu Sebagai zat pembangun bagi pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh, sebagai pengatur kelangsungan proses didalam tubuh sebagai pemberi tenaga dalam keadaan energj kurang tercukupi oleh karbohidrat dan lemak. (Kartasapoetra, 2008)

Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam jumlah maupun mutu, seperti telur, susu, daging, ungags, ikan, dan kerang. Sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya, seperti temped an tahu, serta kacang- kacangan lain. Kacang kedelai merupakan sumber protein nabati yang mempunyai mutu atau nilai biologi tertinggi (Almatsier, 2009).

Perhitungan kecukupan gizi rata-rata perorang untuk anak balita mempunyai stadar tertentu, untk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.3

Angka Kecukupan Protein Yang Dianjurkan Sehari Golongan Umur Angka Kecukupan Protein (gr)

1 – 3 Tahun 20

4 – 6 Tahun 25

Sumber : AKG 2019 (Angka Kecukupan Protein)

(34)

Protein mempunyai fungsi yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh ( Almatsier, 2009 ). Hasil penelitian Husein Al Anshori (2013) anak dengan asupan Protein kurang berisiko 11,8 kali lebih besar untuk terjadinya stunting dibandingkan anak dengan asupan Protein cukup. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2012) dan Hidayah (2010) berdasarkan data Riskesdas 2010 di provinsi yang berbeda, terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi Protein dengan kejadian stunting pada balita.

e. Konsumsi Zink

Zink merupakan salah satu mikronutrien yang berperan sangat penting pada pertumbuhan manusia karena memiliki struktur serta peran di beberapa sistem enzim yang terlibat dalam pertumbuhan fisik, imunologi dan fungsi reproduksi. Akibatnya, saat terjadi defisiensi zink maka dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik anak-anak (Abunada, et al 2013). Zink juga berhubungan dengan hormon-hormon penting yang terlibat dalam pertumbuhan tulang seperti samatomedin-c, osteocalcin, testosteron, hormon tiroid dan insulin. Zink juga memperlancar efek vitamin D terhadap metab olisme tulang dengan stimulasi sintesis DNA di sel-sel tulang. Oleh sebab itu, zink erat kaitannya dengan metabolisme tulang, sehingga sangat penting dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan (Anindita, 2012). Kekurangan zink akan berdampak pada penurunan ketajaman indera perasa, melambatnya penyembuhan luka, gangguan pertumbuhan, menurunnya kematangan seksual, gangguan pembentukan IgG, dan gangguan homeostatis (Siswanto, et al 2013).

Zink (Zn) merupakan mineral yang memainkan peran penting dalam pertumbuhan sel, khususnya dalam produksi enzim – enzim yang penting bagi sintesis RNA dan DNA. Zinc juga berlimpah kepada otak. Kandungan Zn otak menempati urutan kelima setelah otot, tulang, kulit, dan liver. (Horne, 2000).

(35)

1. Fungsi Zink

Fungsi utama zink yang banyak di sorot akhir-akhir ini adalah sebagai zat gizi yang membantu pertumbuhan balita. Hal ini terkait dengan kemampuan Zink untuk sintesi DNA dan RNA. Zink membantu mengontrol pelepasan hormone dan transmisi impuls saraf dan pembentukan enzim dalam tubuh. Zink erat kaitannya dengan kerja dan fungsi reproduksi, respon imun dan fungsi otak. Selain itu zink juga berfungsi untuk membantu kerja liver mengeluarkan sisa metabolisme serta membantu sintesis protein dan pembentukan kolagen sehingga empercepat penyembuhan luka (Darmayanti et al, 2011).

2. Akibat kekurangan Zink

Kekurangan Zink dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan dan gangguan imunitas. Hasil penelitian Angelina (2013) menunjukkan terdapat korelasi antara asupan Zink dengan kejadian stunting. Berarti asupan Zink mempunyai hubungan yang cukup kuat dengan kejadian stunting. Begitu juga dalam penelitian Anshori, Husein (2013) balita dengan asupan Zink yang kurang berisiko 2,4 kali mengalami stunting dibandingkan balita dengan asupan Zink yang cukup.

3. Kebutuhan Zink

Angka kecukupan Zink yang dianjurkan dapat dilihat pada table dibawah ini : Tabel 2.4

Angka Kecukupan Zink Yang Dianjurkan Sehari Golongan Umur Angka Kecukupan Zink (mg)

1 – 3 Tahun 3

4 – 6 Tahun 5

Sumber : AKG 2019 (Angka Kecukupan Zink)

(36)

Sumber Zink yang paling baik adalah Protein hewani yang lebih mudah diserap karena mengandung asam amino yang meningkatkan absorbsi Zink. Seperti daging merah, ayam, telur, tiram, kepiting, produk susu. Sumber nabati seperti padi-padian, legume, kacang-kacangan, jamur, bayam, dan asparagus (Devi, 2010)

f. Konsumsi Yodium

Asupan nutrisi pada saat 1000 hari pertama kelahiran ( HPK ) sangat m,enentukan pervalensi stunting pada anak, salah satunya adalah yodium. Yodium dalah merupakan essensial yang sangat poenting bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia, terutama saat masih dalam kandungan. Defesiansi yodium pada ibu hamil dapat menyebabkan abortus spontan, kelainan kongenital, kelahiran prematur, lahir mati, kematian bayi perinatal, keterlambatan perkembangan gerak, dan juga stunting.

Defisiensi yodium dapat disebebakan rendahnya intake yodium atau kurangnya konsumsi makanan yang mengandung yodium. Selain itu juga bisa disebabkan rendahnya asupan yodium atau konsumsi zat goitrogenik, salah satunya adalah Tio sianat yang banyak terkantung dalam sayur – sayuran yang tumbuh didaerah endemik.

(Avi Baldana, 2019)

Yodium merupakan bagian integral dari kedua macam hormone tiroksin triiodotironin (T3) dan tetraiodotironin (T4). Fungsi utama hormon-hormon ini adalah mengatur pertumbuhan dan perkembangan. Hormon tiroid mengontrol kecepatan pelepasan energi dan zat gizi yang menghasilkan energi. Tiroksin dapat merangsang metabolisme sampai 30%. Disamping itu kedua hormon ini mengatur suhu tubuh, reproduksi pembentukan sel darah merah serta pungsi otot dan saraf, apap bila kadar senyawa T3 kurang akibat kebutuhan yodium yidak tercukupi, maka laju metabolisme

(37)

basalsel makan randah sehingga proses tumbuh kembangn menjadi tergangu dan terhambat. (Devi, 2012)

Penelitian ini sejalan yang dilakukan oleh Nwamarah et al (2012), bahwa stunting terjadi karena efek dari penggunaan yodium rendah, meskipun mungkipun miungkin ada faktor predisposing lainnya, seperti infeksi dan gizi buruk yang dapat menyebabkan stunting (Nwamarah, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Devi (2012), mendapatkan bahwa garam yang mengandung yodium menjadi faktor risiko kejadian stunting.

Tabel 2.5

Angka Kecukupan Yodium Yang Dianjurkan Sehari Golongan Umur Angka Kecukupan Yodium (mcg)

1 – 3 Tahun 90

4 – 6 Tahun 120

Sumber : AKG 2019 (Angka Kecukupan Yodium) g. Pengetahuan Gizi Ibu

Peranan orang tua terutama ibu sangat penting dalam pemenuhan gizi anak karena anak membutuhkan perhatian dan dukungan orang tua dalam menghadapi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Untuk mendapatkan gizi yang baik diperlukan pengetahuan gizi yang baik dari orang tua agar dapat menyediakan menu pilihan yang seimbang (Devi N, 2012).

Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan seorang ibu yang memiliki pengetahuan dan sikap gizi yang kurang akan sangat berpengaruh terhadap status gizi anakya dan akan sukar untuk memilih makanan yang bergizi untuk anak dan keluarganya. Tingkat pengetahuan yang baik membantu pemilihan makanan dengan bijak dan tepat, serta penanganan gangguan kesehatan dengan baik. (Huang W, 2015).

(38)

h. Jumlah Anggota Rumah Tangga

Sebagian besar tipe keluarga balita merupakan keluarga kecil (terdiri dari ≤ 4 orang) yaitu sebesar 56,6%. Jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap penyediaan dan distribusi pangan dalam keluarga. Pada rumah tangga yang memiliki jumlah anggota keluarga relatif banyak kualitas konsumsi pangan akan semakin buruk (Ariningsih dan Rahman, 2008). Keluarga dengan keadaan sosial ekonomi yang kurang dengan jumlah anak yang banyak akan mengakibatkan kebutuhan primer seperti makanan, sandang dan perumahan tidak terpenuhi (Soetjiningsih, 1995).

Penelitian Fikadu et al, (2014) di Euthopia Selatan menunjukkan bahwa balita yang tinggal dengan 5 sampai 7 anggota keluarga memiliki risiko 2,97 kali lebih besar mengalami stunting daripada balita yang tinggal dengan 2 sampai 4 anggota keluarga.

Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan pangan jika banyak orang yang tinggal dalam satu rumah.

(39)

2.2 Kerangka Teoritis

Adapun kerangka teoroitis yang digunakan sebagai dasar penelitian dapat dilihat dari gambar berikut :

Sumber : Gambar 5. Kerangka pembahasan pendek (stunting) di Indonesia, dimodifkasi dari “Logical framework of the Nutritional Problems”

Unicef, 2013

(40)

2.3 Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep yang digunakan sebagai dasar penelitian dapat dilihat dari gambar berikut :

Variabel Independen Variabel dependen

PEMBERIAN ASI EKSLUSIF

ENERGI

PROTEIN

ZINK

YODIUM

PENGETAHUAN GIZI IBU

STUNTING

JUMLAH ANGGOTA RUMAH TANGGA

(41)

2.4 Hipotesis 2.4.1 Hipotesis

a. Pemberian ASI Ekslusif merupakan faktor risiko kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020

b. Konsumsi Energi merupakan faktor risiko kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020 c. Konsumsi Protein merupakan faktor risiko kejadian stunting pada balita usia 24-59

bulan di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020 d. Konsumsi Zink merupakan faktor risiko kejadian stunting pada balita usia 24-59

bulan di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020 e. Konsumsi Yodium merupakan faktor risiko kejadian stunting pada balita usia 24-59

bulan di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020 f. Pengetahuan Gizi Ibu merupakan faktor risiko kejadian stunting pada balita usia 24-

59 bulan di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020 g. Jumlah Anggota Rumah Tangga merupakan faktor risiko kejadian stunting pada

balita usia 24-59 bulan di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 202

(42)

2.5 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Stunting Status gizi yang

didasarkan pada indeks Tinggi Badan menurut umur (TB/U) dengan ambang batas (Z-score) – 3 SD s/d -2 SD Standar Deviasi (SD)

Tinggi badan balita diukur dengan posisi berdiri

Microtoice (Alat ukur TB/U)

TB/U: Ratio

1 = Sangat Pendek <

-3,0 SD

2 = Pendek -3,0 s/d -2,0 SD

3 = Normal > 2,0 SD

(Kemenkes RI, 2010)

Ordinal

Pemberian ASI Ekslusif

Memberikan ASI saja untuk bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan

Kuesioner Wanwanc ara

1 = Tidak ASI Ekslusif

2 = ASI Ekslusif

(Kemenkes, 2013)

Ordinal

Konsumsi Jumlah asupan Wawancara Formulir %AKG Ratio

(43)

Energi energi yang berasal dari makanan dan minuman yang dikonsumsi anak dalam satu hari dari bangun tidur sampai tidur lagi

FFQ- Semi Quantitatif (software Nutrisurve y)

1 = Kurang < 80 % AKG

2 = Cukup > 80 %

(Kemenkes, 2019)

Ordinal

Konsumsi Protein

Jumlah Asupan Protein dalam gram/hari dan kemudian dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan

Wawancara Formulir FFQ- Semi Quantitatif (software Nutrisurve y

%AKG Ratio

1 = Kurang < 80 % AKG

2 = Cukup > 80 % AKG

(Kemenkes, 2019)

Ordinal

Konsumsi Zink

Jumlah asupan zink yang berasal dari makanan dan minuman yang dikonsumsi anak

Wawancara Formulir FFQ- Semi Quantitatif (software Nutrisurve

%AKG Ratio

1 = Kurang < 100 % AKG

2 = Cukup > 100 % AKG

Ordinal

(44)

dalam satu hari dari bangun tidur sampai tidur lagi

y (Kemenkes, 2019)

Konsumsi Yodium

Jumlah asupan yodium dalam gram/hari kemudian dubandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan

Kuesioner Wanwanc ara

AKG % Ratio

1 = Cukup > 80 % AKG

3 = Kurang < 80%

AKG

(Kemenkes, 2019)

Ordinal

Pengetahu an Ibu

Pengetahuan ibu terhadap

pengertian stunting, penyebab stunting, dan faktor resiko kejadaian stunting

Wawancara Kuesioner 1 = Rendah, < 75%

jawaban benar dari kuesioner tingkat pengetahuan

2 = Tinggi, ≥ 75%

jawaban benar dari kuesioner tingkat pengetahuan

(Dalam Lubis, 2008)

Ordinal

Jumlah Anggota

Banyaknya anggota rumah

Kuesioner Wawancar a

1 = Keluarga Besar (ART > 4 orang)

Ordinal

(45)

rumah tangga

tangga yang tinggal dan hidup bersama dengan balita dalam satu rumah

2 = Keluarga Kecil (ART < 4 orang)

(46)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitan

Penelitian ini merupakan studi penelitian analitik dengan desain kasus kontrol (case control design) yaitu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospective. Dengan kata lain, efek (penyakit atau status kesehatan) diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor risiko diidentifikasi terjadi pada masa yang lalu (Notoatmodjo, 2010).

KASUS (STUNTING)

Matching

KONTROL (TIDAK

Restrospektif

Retrospektif

Faktor risiko (+)

Faktor risiko (-)

Fakltor risiko (+)

Faktor risiko (-)

(47)

3.2 Tempat dan Waktu Penelitain

Penelitian ini akan dilakukan di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020, mulai dari pengambilan data sampai dengan ujian skripsi, November 2019 - September 2020.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua anak balita usia 24-59 bulan di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020 yaitu sebanyak 87 orang balita.

3.3.2 Sampel a. Sampel Kasus

Sampel pada penelitian ini adalah semua anak balita usia 24-59 bulan Stunting yang tercatat di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020 sebanyak 32 orang balita.

b. Sampel Kontrol

Sampel kontrol adalah anak balita usia 24-59 bulan yang tidak Stunting yang tercatat di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020 sebanyak 32 orang balita. Dalam jumlah sampel kontrol sama dengan jumlah sampel kasus, perbandingan kasus dan kontrol yaitu 1:1

c. Matching

Kesamaan dalam sampel kasus dan sampel kontrol menggunakan jenis kelamin balita usia 24-59 bulan.

Responden dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki anak balita usia 24- 59 bulan yang terdapat dalam populasi dan memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut :

(48)

3.4 Kriteria Sampel 3.4.1 Kriteria Inklusi

a. Kasus

1. Ibu yang mempunyai anak balita usia 24-59 bulan yang tercatat di Desa Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020 di diagnosa stunting , dan tidak memiliki kelainan.

2. Bersedia untuk diwawancarai atau menjadi responden 3. Berdomisili di tempat penelitian

4. Ibu mampu berkomunikasi dengan baik 5. Alamat mudah dijangkau

b. Kontrol

1. Anak jenis kelamin dan berusia sama dan bertempat tinggal di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Keirnci Jambi Tahun 2020. Normal dan tidak memiliki kelainan.

2. Bersedia di wawancarai atau mencadi responden 3. Ibu mampu berkomunikasi dengan baik

4. Berdomisili ditempat penelitian 5. Alamat mudah dijangkau 3.4.2 Kriteria Ekslusi

1. Ibu tidak bersedia diwawancarai atau tidak setuju anaknya dijadikan sampel penelitian

2. Anak yang dijadikan sampel dalam keadaan sakit 3. Anak tidak bisa ditemui dalam waktu 2 x 24 jam 4. Pindah ketempat lain

(49)

3.5 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh anak balita usia 24-59 bulan stunting yang tercatat di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi Tahun 2020, kemudian sebagai perbandingan diambil anak balita usia 24-59 bulan yang tidak stunting dengan kriteria yang sama atau dilakukan matching terhadap kelompok umur dan jenis kelamin.

3.6 Pendamping penelitian

Penelitian ini dibantu dan didampingi oleh satu orang bidan desa yang ada di Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi. Sebelum pelaksanaan penelitian, dilakukan penyamaan presepsi antara peneliti dengan bidaan desa yang terkait dengan penelitian ini.

3.7 Pengumpulan Data 3.7.1 Sumber Data

Pada penelitian ini data yang digunkan adalah data primer dan sekunder. Data primer didapat dari hasil wawancara menggunakan kuesioner pada responden yang menjadi sampel dalam penelitian. Data primer yang diperlukan antara lain :

a. Data status gizi TB/U (tinggi badan menurut umur) balita dengan pengukuran antropometri tinggi badan balita menggunakan microtoise yang diukur langsung oleh peneliti.

b. Data tentang pemberian ASI Ekslusif, pengetahuan gizi ibu, jumlah anggota rumah tangga, pekerjaan orang tua, nama balita, usia balita, jenis kelamin balita, dan berat badan balita didapatkann melalui pengisian kuesioner dan diwawancara langsung oleh peneliti.

(50)

c. Data tentang konsumsi Energi, Protein, dan Zink dan Yodium dengan melakukan wawancara menggunakan Semi Quantitative Food Frekuensi Quesioner (SQ FFQ) di wawancara langsung oleh peneliti.

Selain data primer, penelitian ini juga menggunakan data sekunder dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci dan Puskesmas Gunung Labu, Desa Giri Mulyo Kecamatan Kayu Aro Barat Kerinci Jambi untuk melihat gambaran umum wilayah dan data jumlah balita di lokasi penelitian.

3.6.2 Intrumen

Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Microtoise

Microtoise digunakan untuk mengukur tinggi badan balita dengan ketelitian 0,1 cm.

Selanjutnya, data tinggi balita diolah dengan menghitung.

b. Kuesioner

Kuesioner yang digunakan berisi pertanyaan – pertanyaan yang akan ditanyakan kepada ibu balita. Pertanyaan kuesioner meliputi data tentang pemberian ASI Ekslusif, pengentahuan gizi ibu, jumlah anggota rumah tangga, pekerjaan orang tua, usia balita, jenis kelamin balita, berat badan balita, nama balita, dan pengetahuan gizi energi, protein, zink dan yodium.

c. Semi Quantitative Food Frekuensi Quesioner (SQ FFQ)

Semi Food Frekuensi Quesioner (SQ FFQ) yang digunakan untuk mengetahui asupan makanan atau asupan zat gizi yang diberikan ibu untuk anak balita.

3.6.3 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara setelah adanya persetujuan untuk melakukan wawancara.

(51)

Pada lembar kuesioner terdapat juga tempat untuk mengisi hasil pengukuran tinggi badan sampel (anak balita). Hasil pengukuran tinggi badan (TB) yang telah diperoleh akan diolah untuk mencari status gizi berdasarkan antropometri dengan menggunkan standar baku WHO-2005 (Z-score tinggi badan menurut umur).

3.6.4 Persiapan Pengumpulan Data

Sebelum mengadakan penelitian, peneliti meminta izin penelitian kepada instasi terkait yaitu, Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci, Puskesmas Gunung Labu sebagai Puskesmas dengan wilayah kerja Gunung Labu Desa Giri Mulyo. Setelah surat diurus, peneliti meminta daftar nama balita usia 24-59 bulan untuk menentukan balita yang akan dijadikan sampel penelitian. Setelah ditentukan balita mana saja yang akan menjadi sampel penelitian, peneliti meminta izin kepada kepala desa setempat untuk melakukan penelitian di desa tersebut. Setelah itu peneliti langsung menuju rumah – rumah yang telah dijadikan sampel dengan dibantu oleh pendamping desa tersebut.

3.6.5 Pengumpulan Data 1. Pemilihan Responden

Pemilihan responden dilakukan dengan cara purposive sampling sehingga diperoleh balita yang terpilih sebagai responden.

2. Pengukuran Antropometri (Tinggi Badan)

Pengukuran antropometri anak balita TB/U (Tinggi badan munurut umur) dilakukan dengan menggunakan microtoice

3. Pengambilan data mengenai pengetahuan gizi ibu, jumlah anggota rumah tangga, usia balita, jenis kelamin balita, berat badan balita, pemberian ASI Ekslusif, konsumsi energi, konsumsi protein, konsumsi zink, konsumsi yodium yang dilakukan dengan cara wawancara. Wawancara dilakukan setelah adanya persetujuan terlebih dahulu.

Referensi

Dokumen terkait

tantangan bagi para Kyai pengasuh Pontren dalam urusan ekonomi adalah memperbesar jumlah Koppontren dan anggotanya.10 Keberadaan gerakan koperasi di kalangan pesantren

Kajian ini tidak semata-mata dibuat begitu saja tanpa melihat karya- karya orang lain sebagai pembanding.. 2, 2018 Tim Telaga Bakti Nusantara, 1997,

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemandirian petani dalam melakukan usaha agroforestri adalah umur, pengalaman berusaha agroforestri, luas lahan garapan, ketersediaan

pasangan tersebut memiliki kerabat seorang pendeta dan itu akan menjadi sangat bermakna bagi mereka yang memiliki kerabat untuk melangsungkan pernikahan, tidak ada yang salah

Dibelakang setiap karya agar dieantumkan: nama jurusan peserta, judul, lokasi pemotretan dan tahun pemotretan, jenis kamera yang digunakan, besar diafragma yang digunakan,

IAI Bunga Bangsa Cirebon penting untuk merevitalisasi keberadaan Lembaga Penjaminan Mutu Internal untuk berkontribusi dalam percaturan MEA dan khususnya menyiapkan

Tujuan belajar yang ingin dicapai adalah agar guru memiliki pemahaman mengenai konsep dasar dan terapan dasar terkait pendekatan, strategi, model, metode, dan teknik

Kemudian ketika berada di lapangan, saya menyadari 2 hal yang diakibatkan dari adanya pusat perbelanjaan terhadap lingkungan dan transportasi, dalam hal ini pemborosan