Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/perspektif
Pengelolaan Keuangan Desa dalam Mewujudkan Good Financial Governance di Desa Lembang
Village Financial Management in Realizing Good Financial Governance in Lembang Village
Widuri Wulandari*, Siti Munawaroh & Agustina Setiawan Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia
Diterima: 21 Desember 2022 ; Direview: 21 Januari 2023; Disetujui: 24 Januari 2023 Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis pengelolaan keuangan desa dalam mewujudkan good financial governance di Desa Lembang. Masalah difokuskan pada kemampuan desa dalam pengelolaan keuangan desa dengan baik dan benar. Masih banyak desa yang salah dalam mengimplementasikan pengelolaan keuangan desa. Desa Lembang merupakan desa yang berada di Kabupaten Bandung Barat dan menjadi satu-satunya yang berstatus desa mandiri. Metode penelitian ini yaitu kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dengan para informan, observasi dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan cara data collection, data reduction, data display, dan penarikan kesimpulan.
Kajian ini menyimpulkan bahwa pengelolaan keuangan desa yang dilakukan oleh Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD) Desa Lembang sudah baik. Mulai dari perencanaan sampai kepada tahap pelaporan dan pertanggungjawaban, semua ikut berperan dan saling bekerja sama. Setiap tahapan dalam pengelolaan keuangan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban telah dijalankan sesuai dengan asas-asas pengelolaan keuangan yaitu transparan, akuntabel, partisipatif serta tertib dan displin anggaran. Dengan menjalankan seluruh asas yang ada, maka Pemerintah Desa Lembang telah sesuai dengan Indeks Desa Membangun (IDM) bahwa Desa Lembang berstatus desa mandiri, dan juga Pemerintah Desa Lembang telah menjalankan good financial governance.
Kata Kunci: Pengelolaan; Keuangan Desa; Good Financial Governance Abstract
This paper aims to analyze village financial management in realizing good financial governance in Lembang Village. The problem of tension is on the village's ability to properly and correctly manage village finances. There are still many villages that are wrong in implementing village financial management.
Lembang Village is a village in West Bandung Regency and is the only one with the status of an independent village. This research method is qualitative. Data collection techniques by interviews, observation, and documentation. Data analysis by collecting data, reducing data, presenting data, and drawing conclusions.
This study concluded that village financial management carried out by the Village Financial Management Technical Executor (PTPKD) in Lembang Village was good. From the planning to reporting and accountability stages, everyone plays a role and works together. Every stage in financial management, starting from planning, implementing, administering, reporting and accountability has been carried out by the principles of financial management, namely transparency, accountability, participatory and orderly and disciplined budgeting. By carrying out all the existing principles, the Lembang Village Government by the Development Village Index (IDM) that Lembang Village has the status of an independent village, and also the Lembang Village Government has implemented good financial governance.
Keywords: Management; Village Finance; Good Financial Governance
How to Cite: Wulandari, W. Munawaroh, S. & Setiawan, A. (2023), Pengelolaan Keuangan Desa dalam Mewujudkan Good Financial Governance, PERSPEKTIF ,12 (1): 345-353
*Corresponding author:
E-mail: [email protected] ISSN 2085-0328 (Print) ISSN 2541-5913 (online)
PENDAHULUAN
Governance merupakan adanya hubungan antara tiga aktor penting diantara state (negara/pemerintah), private sector (swasta) dan civil society (masyarakat). Fokus utama dari governance yaitu adanya perbaikan dalam kinerja atau dalam kualitas. Governance sebagai penekanan dalam proses pengambilan keputusan, apakah keputusan tersebut dijalankan atau tidak. Hadirnya konsep dari governance merupakan bentuk perubahan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Pada governance, power bukan menjadi satu- satunya. Namun dalam governance, semua urusan negara menjadi urusan semua.
Pemerintah bukan lagi to rule and to control, namun juga to orchestrate and to manage.
Melalui governance yang diperlukan bukan hanya hukuman (paksaan) tetapi juga diperlukan trust (kepercayaan) dari semua aktor. Melalui trust, maka akan hadir keterbukaan, akuntabilitas.
Dalam governance, ada koordinasi dan negosiasi dalam menentukan posisi atau keputusan yang dikehendaki bersama.
Governance telah memiliki banyak definisi dari para ahli, namun yang paling sering kita dengar yaitu pengertian dari United Nation Development Program UNDP (UNDP) yang mengatakan bahwa governance merupakan pengelolaan masalah-masalah dari organisasi pada bidang ekonomi, administrasi dan politik.
Proses dalam mendistribusikan kekukasaan, menjalankan hak-hak dan kewajiban dari setiap aktor baik warga negara, private sector, dan pemerintah. Sebagai jembatan dalam menyelesaikan perselisihan dan permasalahan di masyarakat dan warga negara. Menurut Lembaga Administrasi Negara dalam (Sedarmayanti, 2012) good governance merupakan proses yang dilakukan oleh pemerintahan yang solid dan bertanggungjawab, serta efisien dan efektif dengan menjaga “kesinergian” hubungan antara para aktor yaitu negara, sektor swasta dan masyarakat.
Untuk mewujudkan good governance ada prinsip-prinsip yang harus diterapkan untuk mencapai kepemerintahan yang baik menurut UNDP (United Nation Development Program) tahun 1997 sebagai berikut: Partisipasi, Kepastian Hukum, Transparansi, Tanggungjawab, Berorientasi pada
Kesepakatan, Keadilan, Efektivitas dan Efisiensi, Akuntabilitas dan Visi Strategik.
Fokus pada tulisan ini akan membahas tentang pengelolaan keuangan desa dalam mewujudkan good governance atau good financial governance. Konsep governance sudah menjadi bahan diskusi pada berbagai bidang.
Pada organisasi bidang keuangan yaitu International Monetary Fund (IMF), Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Menurut BMZ Strategy Paper dalam (Jaya et al., 2020) good financial governance yaitu negara dalam mengelola keuangan, baik dalam penerimaan dan pengeluaran harus transparan, sah, dan berorientasi kepada pembangunan masyarakat. Pengelolaan keuangan yang baik dalam suatu negara, ditandai dengan adanya lembaga negara dan administrasi keuangan yang bekerja secara efektif, bertanggung jawab sesuai dengan kedaulatan hukum, begitu juga dengan lembaga audit dan parlemen harus bekerja efisien, dan mempunyai mekanisme dan lembaga control masyarakat.
Menurut United Nation Economic and Social Commission for Asia and the Pasific (UNESCAP), mengatakan bahwa governance merupakan proses dalam mengambil, menentukan dan menjalankan sebuah keputusan. Governance dapat diterapkan pada berbagai bidang seperti, international governance, national governance, local governance, dan corporate governance.
Menurut Adam Tomkins dalam (Indrawati, 2012) mengatakan bahwa prinsip- prinsip good governance sejalan dengan pengelolaan keuangan negara jika dihubungan dengan good financial governance maka pengelolaan keuangan negara secara hukum harus sesuai dengan asas keterbukaan atau transparency dan peran serta masyarakat atau public participation. Wolrd Bank dalam (Kharisma, 2014) mendefiniskan good governance suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang bertanggung jawab dan, sesuai dengan prinsip demokrasi, pasar yang efisien, pencegahan dan pemberantasan korupsi baik secara politik maupun administrasi, penerapan disiplin anggaran serta menciptakan tumbuhnya aktivitas usaha yang legal and political framework. Fokus World Bank bukan hanya kepada negara dan organisasi saja namun dalam konsep good govenance, World Bank memiliki fokus kepada
hubungan antara negara, pasar, dan masyarakat sipil. Dalam menerapkan governance, hubungan ketiga aktor ini harus memiliki sinegritas dan konstruktif.
Prinsip good governance pada pengelolaan keuangan menuntut adanya transparansi dan akuntabilitas dalam sistem keuangan pemerintahan. Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa hadirnya konsep governance, dalam keuangan sebagai bentuk dari kinerja yang efektif dan jauhnya dari tindakan KKN. Tata kelola keuangan yang baik merupakan proses dari laporan keuangan yang baik, yang transparan dan akuntabilitas.
Prinsip dari good governance sejalan dengan asas-asas dalam pengelolaan keuangan desa yang dituang dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, adapun asas tersebut yaitu transparan, akuntabel, partisipatif serta tertib dan displin anggaran.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa merupakan sebagai bentuk dari adanya otonomi desa. Dengan adanya otonomi desa, Pemerintah Desa diberikan kewenangan untuk melakukan pengelolaan keuangan desa. Namun sejak diimplementasikannya pengelolaan keuangan desa, banyak memunculkan permasalahan baru, yaitu seperti yang disampaikan oleh (Desa, 2021): Pertama, keterbatasan kapasitas dari aparatur pemerintah desa dalam pengelolaan keuangan desa. Kedua, pemahaman yang kurang terkait pentingnya transparansi pengelolaan keuangan desa.
Ketiga, penyusunan surat pertanggungjawaban (SPJ) masih sulit.
Kelima, kepala desa yang kurang bertanggung jawab. Keenam, tugas pokok dan fungsi yang tidak berjalan baik oleh aparatur pemerintah desa. Ketujuh, pencairan dana yang belum dipahami oleh aparatur pemerintah desa. Kedelapan, keterbatasan anggaran pembinaan, pengawasan, monitoring dan evaluasi pengelolaang keuangan desa.
Kesembilan, kurangnya sarana dan prasanara desa.
Tugas besar yang diterima oleh desa, diikuti dengan tanggung jawab yang besar juga.
Untuk itu, pemerintah desa harus mampu menerapkan prinsip akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahannya. Di mana semua akhir kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah harus dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan yang ada (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), 2015).
Pengelolaan keuangan desa perlu menerapkan prinsip-prinsip dari good governance agar menciptakan pengelolaan keuangan yang baik (good financial governance). Hal ini diupayakan agar pemerintah desa yang ada di Indonesia jauh dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Penelitian ini dilakukan di Desa Lembang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, berdasarkan dari data (KemendesPDTT, 2022) Indeks Desa Membangun (IDM), Desa Lembang berstatus desa mandiri. Pemilihan Desa Lembaga pada penelitian ini dikarenakan di Kabupaten Bandung Barat, desa yang mendapatkan status desa mandiri lebih awal dibandingkan desa lainnya adalah Desa Lembang. Alasan lainnya yaitu beberapa Aparatur Pemerintah Desa Lembaga sudah memiliki pendidikan terakhir sarjana satu (S1), dibandingkan aparatur pemerintah desa lainnya yang masih banyak pendidikan terakhirnya SMA ke bawah. Jika dilihat dari tingkat pendidikan, Sumber Daya Manusia (SDM) di Pemerintah Desa Lembang memiliki kapasitas yang baik.
Hasil observasi awal peneliti melalui website resmi Desa Lembang, website Pemerintah Desa Lembang telah memberikan keterbukaan informasi kepada masyarakat terkait APBDes. Hal ini sejalan dengan prinsip dari good financial governance. Pemerintah Desa Lembang melakukan pemanfaatan kemajuan teknologi untuk menciptakan good financial governance.
Peneliti juga telah melakukan tinjauan pustaka dari beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan yang baik dan benar sesuai dengan prinsip- prinsip dari good financial governance, khususnya di Pemerintah Desa. Penelitian pertama yang dilakukan oleh (Otto et al., 2021) yang mendeskriptifkan dan menganalisis akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan Dana Desa di Lembang Tondon. Hasil dari penelitian yang dilakukan (Otto et al., 2021) menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan dana desa yang akuntabel ditandai dengan adanya keterlibatan dari Badan Permusyawarat Lembang (BPL), tokoh masyarakat dan masyarakat dalam program kerja yang dibuat, sedangkan untuk
transparansi ditunjukkan dengan sudah dilakukannya sosialisasi anggaran dana, laporan dan pertanggungjawaban kepada masyarakat.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh (Pundissing, 2021) mengenai pengelolaan alokasi dana desa (ADD) di Lembang Bau. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Lembang Bau dalam pengelolaan ADD sudah cukup baik, terlihat dari adanya partisipasi masyarakat, akan tetapi masih ada kekurangan, yaitu dalam pencairan dana, pelaporan dan pertanggungjawaban dana. Penelitian berikutnya yaitu dilakukan oleh (Yunianingrum & Kolopaking, 2018) terkait pengelolaan keuangan di Desa Bringinwareng dan Desa Guyangan. Hal dari penelitian yang dilakukan oleh (Yunianingrum & Kolopaking, 2018), Desa Bringinwareng telah menjalankan pengelolaan keuangan desa dengan baik, hal ini dilihat karena adanya akuntabilitas, transparansi dan partisipasi dari masyarakat, sedangkan untuk Desa Guyangan menunjukkan hasil transparansi yang rendah dalam pengelolaan keuangan desa, dan partisipatif dan akuntabilitas yang sedang.
Terakhir penelitian yang dilakukan oleh (Setiawan et al., 2022) menunjukkan hasil penelitian yaitu kemampuan aparatur pemerintah desa sangat dibutuhkan dalam pengelolaan keuangan desa. Pengelolaan keuangan desa yang baik dan benar, tergantung kepada sumber daya manusia yang menjalankan. Pemerintah Desa Cempakamekar belum sepenuhnya menjalankan tahapan pengelolaan keuangan desa. Hal ini dikarenakan masih kurangnya pengetahuan dan pendidikan yang dimiliki oleh Aparatur Pemerintah Desa Cempakamekar.
Dari keempat penelitian terdahulu, kebaharuan dari penelitian ini yaitu objek dari penelitian yaitu Pemerintah Desa Lembang.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan secara jelas, rinci, dan lengkap mengenai pengelolaan keuangan desa dalam mewujudkan good financial governance di Desa Lembang.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini menjelaskan secara mendalam dan terperinci mengenai fenomena yang terjadi di lapangan. Penelitian kualitatif tidak terlepas dari sebuah usaha
ilmiah untuk mencapai target yang substantive dalam rangka menyelesaikan sebuah persoalan tertentu dalam kehidupan, di mana penyelesaian persoalan ini dilakukan dengan analisis secara mendalam, tersktuktur dan sesuai dengan prinsip (Al-Hamdi et al., 2020).
Menurut (Sugiyono, 2020) metode penelitian kualitatif juga disebuat sebagai metode konstruktif, karena mengkonstruksikan fenomena yang terjadi di lapangan secara berserakan kemudian dibangun menjadi baru yang mudah dipahami.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak menghasilkan statistik atau cara kuantitas, melainkan melalui wawancara, dokumentasi, dan observasi (Moleong, 2019).
Untuk itu, peneliti menjelaskan fenomena yang terjadi di Desa Lembang dalam pengelolaan keuangan desa dalam mewujudkan good financial governance.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara wawancara secara terbuka dengan para informan yaitu PTPKD yang terdiri dari Kepala Desa, Bendahara Desa, Sekretaris Desa, Kepala Seksi, masyarakat, tokoh masyarakat, Badan Permusyawakatan Desa. Selain itu pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi atau pengamatan secara langsung di lapangan. Peneliti mengamati cara kerja PTPKD dalam pengelolaan keuangan. Terakhir pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi. Peneliti mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan desa di Desa Lembang.
Teknik analisis data yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan cara pengumpulan data (data collection), pengelompokkan data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (verification).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penyelenggaraan pemerintahan, laporan keuangan harus bersifat transparan yaitu adanya pertanggungjawaban yang terbuka, adanya aksebilitas terhadap laporan keuangan, adanya publikasi laporan keuangan, hak untuk tahu hasil audit, dan adanya ketersediaan dalam infomasi kinerja (Mbipi et al., 2021). Salah satu prinsip dalam pengelolaan keuangan desa yaitu akuntabilitas.
Akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban yang beriorentasi kepada hasil. Para pengguna
anggaran wajib menjawab dan menjelaskan kinerja organisasi apakah mencapai kegagalan atau keberhasilan pada suatu program (Muhajir, 2019). Jika prinsip-prinsip good governance dijalankan pada pengelolaan keuangan negara maka masyarakat akan sejahtera (welfare state) (Juliani, 2010).
Penerapan good financial governance dalam pengelenggaraan pengelolaan keuangan akan memperoleh kebijakan keuangan yang sesuai dengan prinsip standar pelayanan minimal, prinsip money follow function, prinsip performance based budget dan prinsip sustainable development (Jaya et al., 2020).
Menurut (Mardiasmo, 2018) bahwa economic governance merupakan proses pengambilan dan penentuan kebijakan pada bidang ekonomi yang berimplikasi pada masalah pemerataan, penurunan angka kemiskinan, dan peningkatan kualitas hidup pada suatu negara.
Administrative governance mengacu pada sistem implikasi kebijakan.
Pengertian Keuangan Desa menurut UU Desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa. Hak dan kewajiban tersebut menimbulkan pendapatan, belanja, pembiayaan yang perlu diatur dalam pengelolaan keuangan desa yang baik. Siklus pengelolaan keuangan desa meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban, dengan periodisasi 1 (satu) tahun anggaran, terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), 2015).
Perencanaan
Tahap perencanaan pada pengelolaan keuangan desa, merupakan tahap yang paling awal dan utama. Perencanaan harus dilakukan dengan baik, agar dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan keuangan desa dilakukan bersama-sama oleh PTPKD dengan masyarakat.
Pemerintahan Desa Lembang dalam perencanaan keuangan membuat dokumen perencanaan yang sifatnya 5 tahunan yaitu RPMDes dan RKPDes yang direncanakan setiap tahun dan kemudian menetapkan APBDes.
Sebelum membuat dokumen perencanaan, Pemerintahan Desa Lembang melakukan
Musdes (Musyawarah Desa) dengan masyarakat. Melalui Musdes ini sebagai dasar dalam pembuatan APBDes. Musdes rutin dilakukan minimal 4 kali dalam setahun.
Pemerintahan Desa Lembang dalam proses perencanaan khususnya dalam membuat rancangan APBDes melibatkan beberapa pihak yaitu masyarakat, RT/RW, disabilitas, tokoh masyarakat, PKK, kaum marjinal. Hasil dari Musdes, rancangana APBDes dilaporkan ke pihak kecamatan. Setelah rekomendasi atau evaluasi dari kecamatan, baru kemudian APBDes bisa ditetapkan. Dalam tahap perencanaan ini sebelum melakukan dan sesudah melakukan Musdes, Pemerintahan Desa Lembang juga melakukan rapat secara internal.
Pada tahap perencanaan PTPKD yang ada di Pemerintahan Desa Lembang mampu menjelaskan secara rinci dan jelas apa saja yang dilakukan pada tahap perencanaan, dan mereka mampu menjelaskan apa saja yang menjadi dasar atau landasan dalam pembuatan APBDesa. PTPKD juga mengetahui secara jelas apa saja dokumen perencanaan, dan proses pembuatan dokumen perencanaan. Pada tahap perencanaan tidak ada kendala yang dirasakan oleh PTPKD, hal ini dikarenakan pengetahuan yang baik dari PTPKD dalam perencanaan keuangan desa.
PTPKD juga telah menunjukkan adanya adanya keterlibatan masyarakat dalam menyusun APBDesa. Keterlibatan masyarakat pada tahap perencanaan sangat penting, dikarenakan masyarakat yang lebih merasakan dan mengetahui kondiri nyara di lapangan.
Keterlibatan masyarakat dalam tahap perencanaan ini merupakan bentuk dari dilaksanakannya transparansi dan partisipasi dalam pengelolaan keuangan desa.
Transparansi yang dilakukan oleh Pemerintah Desa Lembang ditunjukkan dengan melakukan rapat dan sosialisasi dalam merumuskan Rancangan APBDesa. Partisipatif ditunjukkan oleh Pemerintah Desa Lembang dengan melibatkan banyak unsur dalam proses perencanaan, ketika penyusunan APBDes, yang terlibat dari semua kalangan masyarakat.
Pelaksanaan
Pada tahapan ini Pemerintah Desa Lembang menjalankan ABPDes sesuaikan dengan RAB yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Kaur Keuangan atau Bendahara Desa
Lembang, semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam pelaksanaan dilakukan melalui
online, yaitu website yang telah disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Bandung Barat.
Gambar 1. Sistem Keuangan Desa Lembang Sumber: bandungbaratkab.smartvillage.com, 2022 Mulai dari verifikator Sekeretaris Desa
Lembang, menyetuji Kepala Desa Lembang, mengeluarkan atau pencairan Bendahara Desa, sampai kepada penerimaan kepada Kasi, semua dilakukan melalui website yang ada di atas. Kasi dari semua seksi memiliki kegiatan dalam satu tahun anggaran, mereka menyampaikan kegiatan tersebut melalui aplikasi. Mulai dari
perencanaan sampai pada
pertanggungjawaban semua sudah ada di dalam sistem keuangan desa berbasis online.
Operator dari aplikasi ini adalah Kaur Keuangan Desa atau Bendahara Desa Lembang.
Desa melakukan input dokumen perencanaan, RAB, penatausahaan, sampai pelaporan.
Pada tahap pelaksanaan, Pemerintah Desa Lembang sudah mengikuti aturan yang ada terkait penerimaan dan pengeluaran.
Keterlibatn dari Kepala Desa, Sekretaris Desa, Bendahara Desa dan para Kasi merupakan salah satu faktor utama dalam berjalannya pengelolaan keuangan sesuai aturan dan prinsip yang ada. Untuk Rancangan Anggara Biaya, Pemerintahan Desa Lembang membuatnya secara bersama-sama.
Surat Permintaan Pembayaran (SPP) diberikan oleh Kasi kepada Bendahara Desa, yang di mana pada isinya ada verifikator dari Sekeretaris Desa dan menyetuji oleh Kepala Desa. Semua pelaksanaan terbukti ada laporannya yang diarsipkan oleh Bendahara
Desa Lembang. Pada tahap pelaksanaan ini tidak ada kendala dari para PTPKD, karena semuanya sudah matang pada tahap perencanaan. Semua pelaksanaan kegiatan sudah sesuai dengan perencanaan, dan harus sesuai dengan APBDes. Jika ada pelaksanaan kegiatan yang berbeda, harus mengubah APBDes. Ada beberapa kegiatan yang tidak sesuai dengan APBDes, namun dananya didapatkan oleh Pemerintahan Desa Lembang dari kerja sama dengan pihak-pihak lainnya tau pihak swasta.
Pada tahap pelaksanaan ini, Pemerintah Desa Lembang telah menjalankan asas akuntabel dalam pengelolaan keuangan desa.
Hal ini dikarenakan semua Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD), menjalankan tugas pokok dan fungsinya masing-masing. PTPKD memenuji tanggungjawab mereka dengan bekerja dengan baik dan bisa dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan pemerintah pusat.
Sesuai aturan bahwa kepala desa dalam pengelolaan keuangan desa memiliki peran yang paling penting sebagai pegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan mewakili pemerintah desa dalam kepemilikan kekayaan milik desa yang dipisahkan, dalam hal ini kepala desa dibantu oleh PTPKD lainnya.
Sekretaris desa bertugas sebagai koordinator pelaksana teknis pengelolaan keuangan desa,
melakukan verifikasi terhadap bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran APBDesa. Kepala seksi sebagai pelaksana kegiatan sesuai bidangnya, melaksanakan kegiatan dan/atau bersama Lembaga Kemasyarakatan Desa yang telah ditetapkan di dalam APBDes, menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaknsaan kegiatan.
Bendahara desa atau Kepala urusan keuangan, bertugas menerima, menyimpan, menyetor/membayar, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran pendapatan desa dalam rangka pelaksanaan APBDesa.
Penatausahaan
Pada tahap ini penatausahaan atau pengarsipan dilakukan secara online melalui aplikasi SISKEUDES dan SITANTI. Namun Bendahara Desa Lembang juga melakukan dokumentasi secara fisik semua bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran keuangan serta bukti pelaksanaan kegiatan. Pada tahap ini yang bertanggung jawab adalah Kaur Keuangan atau Bendahara Desa. Setiap pengeluaran harus diketahui oleh PTPKD.
Penatausahaan keuangan desa di Desa Lembang dilakukan oleh Bendahara Desa
dengan mencatat seluruh transaksi yang ada berupa penerimaan dan pengeluaran.
Bendahara Desa Lembang telah memiliki Buku Kas Umum, Buku Kas Pembantu Pajak dan Buku Bank. Hal ini juga dibantu oleh Kasi Pelaksana. Penatausahaan di Desa Lembang sudah menjalankan asas dari akuntabel, yaitu bertanggung jawab dalam melaksanakan kewajiban dalam pengelolaan keuangan desa.
Hal ini merupakan bentuk pengimplemtasiaan dari asas tertib dan displin anggaran.
Pelaporan dan Pertanggungjawaban
Pemerintahan Desa Lembang melakukan laporan sesuai dengan aturan, yaitu secara per semester dan di akhir tahun anggaran. Laporan keuangan disampaikan kepada Camat dan Bupati melalui website atau aplikasi yang ada pada gambar 2 Pemerintah Desa Lembang juga melakukan pelaporan kepada BPD di akhir tahun anggaran atau paling lambat di Bulan Maret. Pertanggungjawaban keuangan desa ke masyarakat melalui website Desa Lembang, akun sosial Desa Lembang, dan spanduk yang berada di depan Kantor Desa Lembang.
Pelaporan tidak ada kendala dan tidak pernah terlambat.
Gambar 2 Baliho Keuangan Desa Lembang Sumber: Dokumentasi Pribadi Peneliti, 2022 Setiap ada kegiatan yang dilakukan
Pemerintah Desa Lembang, mereka selalu menyampaikan informasi keuangan kepada masyarakat. Penyampain informasi bukan hanya dilakukan oleh Kepala Desa Lembang atau Bendahara Desa namun semua Aparatur Pemerintah Desa Lembang. Semua kegiatan dijelaskan bersumber dari dana apa saja,
karena Pemerintah Desa Lembang, paham bahwa tidak semua masyarakat bisa melihat spanduk ataupun website desa, maka dilakukan penyampain informasi keuangan secara langsung kepada masyarakat melalui kegiatan ataupun saat ada Musdes. Hal ini pun dibenarkan oleh masyarakat Desa Lembang.
Masyarakat berpendapat sejauh ini Aparatur
Pemerintah Desa Lembang sudah transparansi dan akuntabel dalam pengelolaan keuangan desa. Keuangan dikelola dengan baik, semua kegiatan terlihat jelas, dan masyarakat merasakan dampaknya dari pengelolaan keuangan yang baik di Desa Lembang.
Tahap pertanggungjawaban yang dilakukan Pemerintahan Desa Lembang selain melalui online kepada Camat Lembang, Bupati Bandung Barat, BPD, Inspektorat, dan Kemendagri, sedangkan kepada masyarakat melalui pertemuan dengan masyarakat.
Monitoring dan evaluasi juga dilakukan oleh kecamatan 2 kali dalam setahun dan inspektorat dalam 1 tahun anggaran. Pada tahap Monev ini akan disampaikan kekurangannya.
Semua tahapan pengelolaan keuangan desa di Desa Lembang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat telah dijalankan sesuai dengan aturan dan telah berjalan dengan baik. Kendala yang terjadi selama pengelolaan keuangan desa di Desa Lembang hanya berkaitan dengan pengoperasiaan aplikasi atau website yang online, namun sejauh ini berlahan PTPKD mulai terbiasa, karena sering mendapatkan pelatihan. Hal ini sejalan dengan status Desa Lembang yaitu Desa Mandiri. Desa Mandiri merupakan desa yang mempunyai ketersediaan dan akses dalam pelayanan dasar yang mencukupi, insfrastruktur yang memadai, aksebilitas/transportasi yang tidak sulit, pelayanan publik yang berkualitas dan prima, penyelenggaraan pemerintahan yang sudah baik.
Jika dilihat dari penyelenggaraan pemerintahan di Desa Lembang, memang sudah berjalan dengan baik, khususnya dalam pengelolaan keuangan desa, yang telah mengikuti asas-asa pengelolaan keuangan desa.
Dengan demikian Pemerintah Desa Lembang telah menjalankan good financial governance.
SIMPULAN
Pemerintah Desa Lembang telah menjalankan good financial governance. Hal ini dilihat dari PTPKD Pemerintah Desa Lembang yang berkerja mengikuti dengan aturan yang ada, baik aturan yang dari UU Desa, Peraturan Menteri Dalam Negeri maupun Peraturan Menteri Desa, Pembanguan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. PTPKD memiliki komitmen bersama dalam menciptakan pengelolaan keuangan yang baik (good financial
governance.). Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Desa Lembang telah menjalankan prinsip dari good governance yaitu akuntabilitas dan beriorentasi terhadap kepastian hukum.
Selain itu Pemerintah Desa Lembang juga telah menjalankan prinsip partisipatif. Di mana dalam tahap perencanaan, yaitu penyusunan APBDesa, Pemerintah Desa Lembang melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan. Prinsip lainnya yang dijalankan oleh Pemerintah Desa Lembang yaitu transparan atau keterbukaan. Pemerintah Desa Lembang transparan kepada masyarakat terkait pengelolaan keuangan, hal ini dibuktikan dengan adanya baliho yang dipajang di depan kantor desa. Selain itu, PTPKD juga akan menyampaikan pertanggungjawaban keuangan ke masyarakat, di saat rapat atau pertemuan rutin antara masyarakat dengan pemerintah, dan juga mereka menyampaikan melalui akun media sosial Pemerintah Desa Lembang.
Setiap tahapan dalam pengelolaan keuangan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban telah dijalankan sesuai dengan asas-asas pengelolaan keuangan yaitu transparan, akuntabel, partisipatif serta tertib dan displin anggaran. Dengan menjalankan seluruh asas yang ada, maka Pemerintah Desa Lembang telah sesuai dengan Indeks Desa Membangun (IDM) bahwa Desa Lembang berstatus desa mandiri, dan juga Pemerintah Desa Lembang telah menjalankan good financial governance.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hamdi, R., Sakir, Suswanta, Atmojo, M. E., & Efendi, D. (2020). Penelitian Kualitatif (Pegangan Mahasiswa Ilmu Pemerintahan). Pustaka Pelajar.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). (2015). Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan Konsultasi Pengelolaan Keuangan Desa. BPKP.
Desa, P. (2021). Tantangan dan Masalah Implementasi Pengelolaan Keuangan.
Https://Pendampingdesa.Com/Tantangan- Dan-Masalah-Implementasi-Pengelolaan- Keuangan-Desa-2/.
Indrawati. (2012). Prinsip Good Financial Governance dalam Pengelolaan Keuangan Negara dalam Rangka Mewujudkan Clean Governance. Perspektif, XVII(3), 201–211.
Jaya, N. A., Ispriyarso, B., & Natalis, A. (2020).
Konstruksi Kebijakan Desentralisasi Fiskal Berbasis Paradigma Good Financial Governance Di Indonesia. Humani (Hukum Dan Masyarakat …, 10(No. 1 Mei 2020), 24–43.
https://www.researchgate.net/profile/Aga_N atalis/publication/344752514_Konstruksi_Ke bijakan_Desentralisasi_Fiskal_Berbasis_Paradi gma_Good_Financial_Governance_Di_Indonesi a/links/5f8dc00d458515b7cf8bb576/Konstr uksi-Kebijakan-Desentralisasi-Fiskal-Berbasis- Juliani, H. (2010). Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Dalam Pengelolaan Keuangan Negara Untuk Mewujudkan Good Governance.
Masalah-Masalah Hukum, 39(4), 366–371.
https://doi.org/10.14710/mmh.39.4.2010.36 6-371
Kharisma, B. (2014). Good Governance Sebagai Suatu Konsep Dan Mengapa Penting Dalam Sektor Publik Dan Swasta (Suatu Pendekatan Ekonomi Kelembagaan). Buletin Studi Ekonomi, 19(1), Mardiasmo. (2018). Otonomi & Manajemen 11.
Keuangan Daerah. CV. ANDI OFFSET.
Mbipi, S. D., Assih, P., & Sumtaky, M. (2021).
Pengelolaan Keuangan Daerah dan Good Governance terhadap Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah. AFRE (Accounting and Financial Review), 3(2), 152–158.
https://doi.org/10.26905/afr.v3i2.5503 Moleong, L. J. (2019). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Pt Remaja Rosdakarya.
Muhajir, I. (2019). Mewujudkan Good Governance
Melalui Asas Akuntabilitas dalam Pengelolaan Keuangan Negara. Jurnal Ilmiah Dunia Hukum,
4(1), 1.
https://doi.org/10.35973/jidh.v4i1.1346 Otto, O., Matasik, A. L., & ... (2021). Akuntabilitas dan
Transparasi Pengelolaan Keuangan Lembang Tondon Kecamatan Tondon Kabupaten Toraja Utara. Jurnal Ekonomi, Bisnis …, 2(2), 247–260.
http://journals.ukitoraja.ac.id/index.php/jesit /article/view/1419%0Ahttp://journals.ukitor aja.ac.id/index.php/jesit/article/download/14 19/1088
Pundissing, R. (2021). Analisis Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Di Lembang Bau Kecamatan Bonggakaradeng Kabupaten Tana Toraja. Jurnal Economix, 9(1), 37–48.
Sedarmayanti. (2012). Good Governance & Good Corporate Governance. Mandar Maju.
Setiawan, A., Wulandari, W., & Munawaroh, S. (2022).
Kemampuan Aparatur Pemerintah Desa Dalam.
Jurnal Moderat, 8(6), 171–183.
Sugiyono. (2020). Metode Penelitian Kualitatif. CV Akfabeta.
Yunianingrum, Y., & Kolopaking, L. M. (2018).
Kemampuan Aparat Pemerintah Desa dan Efektivitas Pengelolaan Keuangan Desa. Jurnal Sains Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat [JSKPM], 2(4), 495–508.
https://doi.org/10.29244/jskpm.2.4.495-508 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun
2014 tentan Pengelolaan Keuangan Desa Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa