• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fraktur Dan Dislokasi Sendi Siku Pada Anak.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Fraktur Dan Dislokasi Sendi Siku Pada Anak."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

FRAKTUR DAN DISLOKASI SENDI SIKU PADA ANAK

Yoyos Dias Ismiarto, dr, SpOT(K),M.Kes.CCD

DEPARTEMEN / SMF ORTHOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN

BANDUNG

(2)

---FRAKTUR DAN DISLOKASI SENDI SIKU PADA ANAK

PENDAHULUAN

Kasus fraktur dan dislokasi pada anak di daerah sendi siku sangat sering terjadi. Seorang ahli Sir Robert Jones, mengatakan bahwa kasus ini sering kali sulit untuk didiagnosa oleh seorang ahli bedah dan penanganan serta prognosisnya tergantung dari ketepatan dan identifikasi awal dari kasus ini sendiri. Hal yang paling ditakuti dari outcome kasus ini adalah tidak dapat kembali normalnya fungsional dari sendi siku itu sendiri pada anak-anak. Pada kasus lainnya pada anak dikatakan bahwa manipulasi haruslah seminimal mungkin dilakukan untuk mencapai outcome yang baik, tetapi berlainan dengan fraktur dan dislokasi sendi siku pada anak ini. Dimana pada kasus ini haruslah dilakukan manipulasi penanganan yang sebaik dan setepat mungkin untuk menghasilkan outcome yang baik.

EPIDEMIOLOGI

Pada kasus trauma pada anak, kasus trauma pada sendi siku sendiri tercatat cukup sering terjadi antara lain disertai dengan fraktur distal humerus terbanyak dan urutan berikutnya adalah kasus dengan fraktur lateral condiler serta diikuti dengan kasus fraktur medial epicondiler. Sedangkan kasus fraktur olecranon, head radial dan T-condiler fraktur lebih jarang terjadi. Angka insidensi menurut usia pada kasus ini terbanyak terjadi pada usia 5-10 tahun. Sedangkan angka insidensi pada kasus ini menurut jenis kelaminnya adalah kasus pada anak wanita lebih banyak terjadi dari pada kasus pada anak pria. Rata-rata kasus ini disertai dengan phiseal injuri, alas an kuat untuk pernyataan ini dikarenakan masih rapuhnya perichondrial ring yang belum sepenuhnya matang dalam pertumbuhannya.

ANATOMI

(3)

Table 1. ossifikasi regional sendi

Rockwood & Wilkins' Fractures i

Kapitellum adalah tulang yang pe head dan medial epikondile. Osi olekranon. Seluruh pusat osifika epikondiler. Sendi siku merupaka lain : radiohumeral ulnohumera bantalan lemak, dimana satu ter anterior (di fossa coronoid). Seda oleh arteri interosseous yang ber operasi dilakukan maka, komple dari vaskularisasi di daerah ini. avaskuler nekrosis, ini disebabkan ka

RADIOGRAFI

Pada pemeriksaan radiografi dari digunakan sebagai petunjuk pe gambaran radiologi dengan se perbandingan sisi sehat dan sisi y

Beberapa penilaian radiografi dapa view, Seperti pada contohnya Ba varus dari distal humerus yang te yang terjadi. Baumann angle

sendi siku. Dikutip dari : Beaty, James H.; Ka

es in Children, 6th Edition

g pertama kali berossifikasi kemudian dilanjutka Osifikasi selanjutnya diikuti oleh troklear, lateral ifikasi merupakan intraartikulasi terkecuali me upakan persendian yang komplek, dimana terdapat 3

eral dan radioulnar joint. Pada persendian ini j terdapat di daerah posterior (di fossa olecranon Sedangkan untuk vaskularisasinya sendiri sendi

berjalan dan menyuplai perdarahan dari sisi post pleks arteri ini perlu diperhatikan untuk mencega

ni. Trochlear dan medial kondiler sangat rentan bkan karena perdarahannya merupakan nonanastom

dari sendi siku, ada beberapa garis dan sudut pencit pemeriksaan pada kasus-kasus posr injuri. Mem

sendi siku yang sehat dapat dilakukan untuk i yang mengalami injuri.

dapat dilakukan baik dari AP view maupun latera Baumann angle yang memeriksa seberapa besarn g terbentuk sesaat setelah post injuri berupa frakt e sendiri diperiksa besarnya sudut yang dibe

Kasser, James R.

utkan dengan radial ral epikondiler dan edial dan lateral t 3 artikulasi antara ni juga memiliki 2 non) dan di daerah ndi siku diperdarahi posterior. Pada saat gah ada disruption an akan terjadinya omosis

ncitraan yang dapat emperbandingkan untuk mendapatkan

(4)

pertemuan antara garis capitella normalnya sendiri adalah 5-8 der angle. Sudut ini diukur dari sudut garis medial epikondiler phiseal dilakukan bagi anak dengan 3-10 t

Sedangkan dari lateral view kita adalah 30-40 derajat.

Gambar 1. Garis radiologic dan Kapitelar Angle. Dikutip dari : M Pediatric Orthopaedics, 6th Edition

SUPRAKONDILER FRAKTUR

Kasus suprakondiler fraktur ini m Mekanisme injuri pada kasus ini jatuh. Seringnya fragment distal hum suprakondiler fraktur sendiri ber

llar phiseal dengan garis anatomical axis dari hum derajat. Pemeriksaan lainnya adalah medial epikondi sudut yang dibentuk oleh garis anatomical axis hum

eal. Normal sudut yang dibentuk adalah 25-46 10 tahun)

kita dapat mengukur lateral capitelar angle, dimana

an sudut pemeriksaan pada sendi bahu, A. Bauma : Morrissy, Raymond T.; Weinstein, Stuart L. Love h Edition

UR

ni merupakan kasus terbanyak pada trauma di da ini adalah beban tumpuan pada siku yang hipereks al humerus akan bergeser ke arah posterior. Seda berasal dari mekanisme trauma dimana siku terke

i humerus. Derajat kondiler ephipiseal is humerus dengan 46 derajat (khusus

na nilai normalnya

umann's. B. Lateral . Lovell & Winter's

(5)

posisi fleksi. Klasifikasi fraktur pada kasus suprakondiler ini di gambarkan oleh Gartland menjadi 3 tipe, aitu

• Tipe 1 : tiddak disertai dengan pergeseran

• Tipe 2 : angulasi dengan moderate disrupsi

• Tipe 3 : komplit bergesr antara 2 segment fraktur

Kasus ini dapat pula disertai dengan cedera pada persarafan yang disertai dengan deficit neurologis berupa neuropraksi, yang akan sembuh secara spontan pada bulan ke 4. Segment fraktur yang bergeser kea rah poserolateral dapat mencederai nerves median. Sedangkan pergeseran segmen fraktur ke arah posteromedial dapat mencederai nervus radial. Penanganan pada kasus ini dengan tipe non displaced (tipe I) dapat digunakan above elbow cast selama 3 minggu. Pengukuran dari sudut Baumann haruslah dilakukan secara teliti, di kedua sisinya. Pergeseran lebih dari 10 derajat dengan impaksi varus dibutuhkan penanganan reduksi tertutup dan percutaneus pinning. Sedangkan pada penanganan tipe II pada kasus ini diperlukan reduksi tertutup dan casting dengan posisi fleksi 90-100 derajat. Bila diperlukan posisi fleksi untuk mempertahankan reduksi lebih dari 100 derajat maka diperlukan penggunaan perkutaneus pinning. Follow up pada kasus ini sendiri dilakukan setiap minggu selama 2 minggu untuk mencegah terjadinya pergeseran segmen fraktur. Pada penanganan tipe III kasus ini dengan fragmen yang mengalami displaced sebaiknya dilakukan dengan reduksi dan pinning, dibandingkan dengan reduksi tertutup dan casting. Mengingat komplikasi yang akan ditimbulkan dapat berupa resiko tinggi terkena Volksmann’s iskemik kontraktur. Prosedur pinning yang

(6)

Gambar 2. A,B : fraktur suprakondi dipertahankan postoperative. Dikut & Winter's Pediatric Orthopaedic

Gambar 3. A,B : Fraktur suprakondi Dikutip dari : Morrissy, Raym Orthopaedics, 6th Edition

kondiler tipe II. C,D : reduksi dan pinning dan pos Dikutip dari : Morrissy, Raymond T.; Weinstein,

dics, 6th Edition

uprakondiler tipe III, C,D : penanganan reduksi da ymond T.; Weinstein, Stuart L. Lovell & W

n posisi fleksi yang n, Stuart L. Lovell

(7)

Bila ditemukan gangguan vaskul nerve palsy setelah dilakukannya reduksi dan rekonstuksi vaskul operatif maka tindakan observasi kali disebabkan oleh iatrogenic be median nerve dan radial nerve. terjadi pada 4 sampai 6 bulan tindakan eksplorasi secepatnya.

Komplikasi lainnya yang kem menyebabkan terjadinya malunion. untuk memperbaiki deformitasny

Bila terjadi fraktur suprakondiler ini dikenal dengan nama floa compartment sindrom dan second reduksi dan internal fiksasi denga segera

kularisasi seperti warna pucat dan dingin pada tan ya reduksi, maka diperlukan tindakan segera deng kuler. Bila ditemukan adanya deficit neurologis vasi sampai eksplorasi perlu dilakukan. Deficit neur

c berupa overtreatment. Deficit neurologis sering ve. Penyembuhan terhadap injuri pada nerves di an kemudian. Bila penyembuhan tidak terjadi m

.

emungkinan terjadi adalah Cubitus Varus, ka union. Cubitus Varus yang terjadi dapat ditangani d

nya.

kondiler yang disertai dengan fraktur pada daerah forea loating elbow. Kasus floating elbow ini dapa econdary displacement. Penanganan pada kasus ngan menggunakan pinning pada suprakondiler da

tangan atau adanya ngan anterior open is setelah tindakan neurologis ini sering ngkali terjadi pada s diharapkan akan di maka diperlukan

, kasus ini dapat ni dengan osteotomi

(8)

Table 2. Prosedur penanganan pa dari : Morrissy, Raymond T.; We Edition

FRAKTUR DISTAL HUMERUS PHY

Kasus ini sering terjadi pada bay dari trauma rotasional yang dapa klasifikasi Salter-Haris tipe I d swelling dan krepitasi pada sendi pada kasus suprakondiler fraktur. pertama kali dialami, maka manipul

FRAKTUR LATERAL KONDILER

Fraktur pada kasus ini menempa pada posisi lengan sedang supina avulse pada fragmen kondiler. An tahun. Pada kasus ini sering terja tipe IV. Klasfikasi fraktur pada ka

Gambar 4. A : tipe I fraktur dis fraktur dengan artikulasi disrupt mengalami rotasi. Dikutip dari : Pediatric Orthopaedics, 6th Edition

n pada gangguan neurovaskuler setelah postoperati Weinstein, Stuart L. Lovell & Winter's Pediatric Or

ERUS PHYSIS

bayi dan anak kecil, dimana mekanisme injurinya pat mengakibatkan fraktur dengan cedera pada eph dan II. Diagnose dapat ditegakan dengan tanda ndi siku. Komplikasi dan penanganan pada kasus ktur. Dan bila kasus ini ditemukan pada hari ke 7-10

nipulasi tidak diperbolehkan.

LER

pati urutan kedua, mekanisme injurinya terjadi upinasi dimana ekstensor longus dan brevis dapat

. Angka isidensi pada kasus ini sering terjadi pada erjadi cedera pada daerah physeal dengan klasifika

kasus ini dikemukakan oleh Jacob sebagai berikut

displace dengan artikulasi yang masih intak. B : uption. C : tipe III fraktur displae dengan fragm i : Morrissy, Raymond T.; Weinstein, Stuart L. Love h Edition

rative care. Dikutip c Orthopaedics, 6th

nya sendiri berasal ephyfiseal dengan anda klinis berupa us ini sama dengan 7-10 setelah cedera

di dari varus force pat mengakibatkan pada anak usia 5-10 ifikasi Salter-Haris ikut :

(9)

Dengan pergeseran fragmen frakt nonunion. Penanganan pada kasus menggunakan casting. Dan bila penanganan dengan pinning dan dilakukan tiap minggunya.

Gambar 5. A,B : lateral condiler f casting. C,D : lateral condiler fra dan casting. Dikutip dari : Mor Pediatric Orthopaedics, 6th Edition

FRAKTUR MEDIAL KONDILER

Kasus ini sangat jarang terjadi, ba avulse. Mekansme injurinya sam penanganan yang serius karena medial kondiler sendiri bergeser dengan internal fiksasi.

FRAKTUR LATERAL EPIKONDI

Kasus ini juga jarang terjadi dan lateral kondiler. Fraktur ini tida

aktur yang lebih dari 3 mm memungkinkan muncul kasus ini dapat dilakukan dengan reduksi dan im

bila ditemukan pergeseran lebih dari 3 mm, m dan casting selama 4-6 minggu, serta pemeriksaan

er fraktur dengan displace 2mm dan penangananny fraktur dengan displace 5mm dan penanganannya

orrissy, Raymond T.; Weinstein, Stuart L. Lov h Edition

ER

, bahkan seringkali terjadi misdiagnosis dengan me sama dengan fraktur pada medial epikondiler. Ka na kasus ini melibatkan gangguan pada artikula

ser lebih dari 2mm maka harus segera dilakuka

DILER

dan sering kali merupakan misdiagnosa dari frakt tidak merupakan fraktur yang melibatkan permuka

unculnya komplikasi Lovell & Winter's

medial epikondiler r. Kasus ini butuh kulasi surface. Bila kukan open reduksi

(10)

Penanganan pada kasus ini adala dari 5 mm, maka perlu dilakukan e

FRAKTUR MEDIAL EPIKONDIL

Fraktur medial epikondiler erjadi yang sedang ekstensi. Pergeseran otot fleksor forearm yang berorig 14 tahun. Sebagian besar kasus entrapment dari segmen fraktur penanganan operatif segera denga

Gambar 6. A,B : medial epikondi open reduksi dan intrafragmentar L. Lovell & Winter's Pediatric Or

FRAKTUR RADIAL NECK

Fraktur radial neck termasuk frakt ini terjadi di usia 7-12 tahun. Me dengan kompresi pada radial ne

dalah early immobilisasi dan motion. Bila ditemuka kukan eksisi segera pada epikondiler yang mengalami

DILER

jadi karena mekanisme trauma valgus langsung ran pada segmen fraktur ini terjadi oleh karena t origo pada daerah ini. Insidensi pada kasus ini terj

us ini seringkali disertai dengan terjadinya elbow ktur di dalam sendi siku. Bila kasus ini terjadi m

ngan reduksi terbuka dan interfragmen screw.

kondiler fraktur dan elbow dislokasi. C,D : postope ntari screw. Dikutip dari : Morrissy, Raymond T.; W

Orthopaedics, 6th Edition

raktur dengan klasifikasi Salter-Haris tipe I dan II Mekanisme injuri pada kasus ini adalah valgus stre

neck pada sat terjatuh dengan sendi siku yang e

ukan displace lebih mi pergeseran.

ung pada sendi siku na tarikan dari otot-terjadi pada usia 9-lbow dislokasi dan di maka diperlukan

postoperative dengan T.; Weinstein, Stuart

(11)

radial neck pada anak-anak mem Dimana setelah terjadinya kasus yang terbatas dan bersifat permane yaitu bila kasus ini terjadi pada a fraktur lebih dari 3 mm, angulas Penanganan pada kasus ini dapa stress, dan dikombinasi dengan yaitu dengan menggunakan pinni

Gambar 7. Teknik reduksi pada Weinstein, Stuart L. Lovell & Wi

Komplikasi yang dapat muncul pa lengan bawah, radioulnar sinostos

DISLOKASI SENDI SIKU

Kasus dislokasi sendi bahu pada pada decade 2. Kasus dislokasi banyak disertai dengan fraktur me mengalami dislokasi kearah post Penanganannya dilakukan reduks diberikan pain program dan m menggunakan posterior splintyan

emiliki prognosis yang kurang baik dalam seg sus ini maka seorang anak akan memiliki ROM anen. Prognosis yang jelek didukung oleh bebera da anak dengan usia diatas 10 tahun dan memiliki ulasi lebih dari 30 derajat, penanganan yang terla dapat dilakukan dengan teknik reduksi tertutup, t ngan penekanan pada radial headnya. Tindakan alt

nning untuk menstabilkan segmen fraktur.

pada fraktur radial neck. Dikutip dari : Morrissy Winter's Pediatric Orthopaedics, 6th Edition

ul pada kasus ini antara lain adalah hilangnya day nostosis, nonunion, avaskuler nekrosis pada radial hea

da anak jarang sekali terjadi, angka insidensi lebi si sendiri sering disertai dengan fraktur penyerta medial epikondiler. Dislokasi sendi siku yang pali posteriorlateral dari radial head dan ulna terhadap

duksi tertutup dengan traksi longitudinal, dima muscle relaxan. Pada kasus ini diterapkan imobi ang digunakan selama 2 minggu.

egi fungsionalitas.

(12)

REFERENSI

1. Morrissy, Raymond T.; Weinstein, Stuart L. Lovell & Winter's Pediatric Orthopaedics, 6th Edition pp 1448-62

2. Beaty, James H.; Kasser, James R. Rockwood & Wilkins' Fractures in Children, 6th

Gambar

Table 1. ossifikasi regional sendisendi siku. Dikutip dari : Beaty, James H.; Ka
Gambar 1. Garis radiologic dan an sudut pemeriksaan pada sendi bahu, A. Baumaumann's. B
Gambar 2. A,B : fraktur suprakondikondiler tipe II. C,D : reduksi dan pinning dan posn posisi fleksi yang
Gambar 4. A : tipe I fraktur disdisplace dengan artikulasi yang masih intak. B :  : tipe II minimali
+4

Referensi

Dokumen terkait

VIII. Kapang merupakan multiseluler yang bersifat aktif karena merupakan organisme saprofit dan mampu memecah bahan – bahan organic kompleks menjadi bahan yang lebih sederhana. Di

Arsip elektronik merupakan informasi yang terkandung dalam file dan media elektronik, yang dibuat, diterima, atau dikelola oleh organisasi maupun

Skripsi dengan judul “Analisis Keterampilan Guru dalam Mengadakan Varasi pada Pembelajaran Tematik Kelas II di SDN Purwantoro 2 Malang” adalah hasil karya saya,

Sedangkan pasar yang berada di bawah naungan peradaban materialisme dan filosofi kapitalisme tidak lain adalah miniatur hutan rimba dimana yang kuat memangsa yang

Empedu, suatu cairan yang dibentuk oleh hati, dialirkan melalui saluran langsung ke usus halus untuk membantu mencerna lemak atau ke kandung empedu untuk disimpan

Catatan: Anda tidak direkomendasikan untuk mencoba melakukan dengan titik-titik sampel sejumlah 10.000 jika Anda tidak bekerja dengan komputer yang mampu bekerja cepat, karena

Untuk mengembangkan potensi tenaga dalam dan daya prana yang telah berhasil anda bangkitkan, untuk han-han selanjutnya anda harus melatih olah pernafasan tiap 2 atau 3 kali

Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan: (1) terdapat pengaruh penggunaan metode pembelajaran STAD yang dilengkapi laboratorium riil dan virtual terhadap prestasi