Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana
Psikologi Pada Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia
Oleh:
Nur Ismi Maharani
1000333
DEPARTEMEN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Oleh
Nur Ismi Maharani
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Nur Ismi Maharani 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Nur Ismi Maharani (1000333). Pengaruh dating anxiety dan kesepian terhadap adiksi internet pada dewasa awal lajang di Kota Bandung. Skripsi. Departemen Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan UPI. Bandung (2015).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dating anxiety dan kesepian terhadap adiksi internet pada dewasa awal lajang di Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode regresi. Penelitian ini melibatkan 239 orang dengan status dewasa awal lajang di Kota Bandung. Pengumpulan data dilakukan dengan metode kuesioner menggunakan instrumen dating anxiety, kesepian serta instrumen adiksi internet yang diadaptasi oleh peneliti dari alat ukur bahasa asing. Hasil penelitian menunjukkan: a) kecemasan kencan pada sebagian besar dewasa awal lajang di Kota Bandung (28,9%) berada pada kategori cukup rendah; b) kesepian pada sebagian besar dewasa awal lajang di Kota Bandung (26.8 %) berada pada kategori cukup rendah; c) adiksi internet pada sebagian besar dewasa awal lajang di Kota Bandung (33,1%) berada pada kategori rendah; d) terdapat pengaruh positif yang signifikan dari dating anxiety terhadap adiksi internet yaitu sebesar 14,8 %. e) terdapat pengaruh positif yang signifikan dari kesepian terhadap adiksi internet yaitu sebesar 2,7%. f) terdapat pengaruh positif yang signifikan dari dating anxiety dan kesepian terhadap adiksi internet yaitu sebesar 16,7%.
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Nur Ismi Maharani (1000333). The influence of dating anxiety and loneliness toward internet addiction of single early adult in Bandung. Unpublished paper. Indonesia University of Education (2015).
This study was aimed at investigating influence dating anxiety and loneliness toward internet addiction of single early adults in Bandung. This study uses a quantitative approach with regression method. The study was conducted among 239 single early adults in Bandung. Data was collected through questionnaire method using instruments of dating anxiety, loneliness and internet addiction which were adapted by instrument of foreign languages. The results showed: a) dating anxiety of single early adult in Bandung (28,9%) is at low category; b) loneliness of single early adult in Bandung (26.8 %) is at low category; c) internet addiction of single early adult in Bandung (33,1%) is at low category d) there is a significant positive influence between dating anxiety towards internet addiction with 14,8% contribution. e) there is a significant positive influence between loneliness towards internet addiction with 2,7% contribution. f) there is a significant positive influence between dating anxiety and loneliness toward internet addiction with 16,7% contribution.
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. (2012). Profil Pengguna Internet Indonesia 2012. Retrived from
http://www.apji.or.id/v2/upload/Laporan/Profil%20Internet%20Indonsia%202012%
20(INDONESIA).pdf
Arumdina, Adonai Fisilia.(2013). Pengaruh Kesepian Terhadap Pemilihan Pasangan ada
Dewasa Awal yang Masih Lajang. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
Vol. 2 No.03
Ayas, T., & Horzum, M. B. (2010). Relation Between Depression, Loneliness, Self-Esteem
and Internet addiction. Education, 133(3), 283-290.
Brehm, dkk. (2002). Intimate Relationships.Third Edition. New York: The McGraw-Hill Compani Inc
Byun, S., Rufini, C., Mills, J., Douglas, A. C., Niang, M., Stepchenkova, S., … Balton, M. (2009). Internet addiction: Metasynthesis of 1996-2006 Quantitative Research Cyber Psychology & Behavior, 12(2), 203-207. doi:10.1089/cpb.2008.0102
Cacioppo, J. T., & Patrick, W. (2008). Loneliness: Human Nature and The Need for Social Connection. New York: W.W. Norton & Co.
Chorney, D., & Morris, T. (2008). The Changing Face of Dating anxiety: Issues in Assesment With Special Population. Clinical Psychology Social Practice, 15, 224-238.
Clark, J. V., & Arkowitz, H. (1975). Social anxiety and self-evaluation of interpersonal
performance. Psychological Reports, 36, 211-221
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Booth (Eds.), Romance and Sex in Adolescence and Emerging Adulthood: Risks and Opportunities. Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates
Cozby, P., & Bates, S. (2011). Methods in Behavioral Research (11th ed.). New York: McGraw-Hill.
Data Statistik Indonesia. (2014). Singulate Mean Age at Marriage (SMAM. Retrived from
http://www.datastatistik-indonesia.com/portal/index.php?option=com_content&task=view&id=540&Itemid=
540&limit=1&limitstart=3
Davis, R. (2001). A cognitive-behavioral model of pathological internet use. Computer
Human Behavior, 17: 187-95
Dewi, F. K. (2004). Hubungan antara Kesepian dengan Kecemasan pada Karyawan Lajang. (Skripsi). Universitas Gunadarma, Jakarta
Feinstein, S., C. & Ardon, M., S. (1973). Trends In Dating Patterns And Adolescent
Development. Journal of Youth and Adolescence. Vol. 2 - Issue 2 pp. 157-166
Glasgow, R., & Arkowitz, H. (1975). The behavioral assessment of male and female social
competence in dyadic heterosexual interactions. Behavior Therapy, 6, 488-498.
Glickman, A. R., & La Greeca, A. M. (2004). The Dating Anxiety Scale for Adolescent:
Scale Development and Association with Adolescent Functioning. Journal of Clinical Child and Adolescent Psychology,33, 566-578.
Hawkley, L. C., & Cacioppo, J. T., (2010). Loneliness Matter: A Theoritical and Empirical
Review of Consequences and Mechanism. The Society of Behavioral Medicine, 40, 218-227. doi:10.1007/s12160-010-9210-8
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kim, J., LaRose, R., & Peng, W. (2009). Loneliness as the Cause and The Effect of
Problematic Internet Use: The Relationship between Internet Use and Psychlogical
Well Being. Cyber Psychology & Behavior, 12(4), 451-455. doi:10.1089/cpb.2008.0327
Kugeares, Susana. (2002). Social Anxiety in Dating Initiation: An Experimental Investigation of an Evolved Mating-Specific Anxiety Mechanism. (Dissertation). University of Texas.
Larsen, R. J., & Shackelford, T. K. (1996). Gaze avoidance: Personality and social
judgments of people who avoid direct fact-to-face contact. Personality and Individual Differences, 21, 907-917.
Leary, M. R. (1990). Responses to social exclusion: Social anxiety, jealousy, loneliness,
depression, and low self-esteem. Journal of Social and Clinical Psychology, 9, 221-229.
Mazalin, D., & Moore, S. (2004). Internet use, Identity Development and Social Anxiety
Among Young Adults. Behavior Change, 21(2), 90-102.
Morahan-Martin, J., & Schumacher, P. (2003). Loneliness and social uses of the Internet.
Computers in Human Behavior, 19, 659-671. doi:10.1016/S0747-5632(03)00040-2
Muehlenhard, C. L., Koralewski, M. A., Andrews, A. L., & Burdick, C. A. (1986). Verbal
and nonverbal cues that convey interest in dating: Two studies. Behavior Therapy, 17, 404-419.
O’Banion, K., & Arkowitz, H. (1977). Social anxiety and selective memory for affective information about the self. Social Behavior and Personality, 5, 321-328.
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2004). Human Development (9th edition). New York: McGraw Hill.
Peplau, L. A., & Perlman, D. (1982). Blueprint for a Social Psychological Theory of Loneliness. In Cook, M., & Wilson, G. (Eds.), Love and Attraction (pp.101-110). Oxford: Pergamon.
Peplau, L. A., & Perlman, D. (1982). Theoritical Approach to Loneliness. In Peplau, L. A., & Perlman, D. (Eds.), Loneliness: A Sourcebook of current theory, research and therapy (pp.123-134). New York: Wiley.
Peplau, L. A., & Perlman, D. (1982). Loneliness Research: A Survey of Empirical Findings In Peplau L. A., & Goldston, S. (Eds.), Preventing The Harmful Consequences of
Severe and Persistent Loneliness (pp. 13-46). DDH Publication.
Rodaniar. (2008). Hubungan antara Kesepian dengan Kecanduan Internet (Internet Addiction Disorder) pada Mahasiswa. (Skripsi). Universitas Islam Yogyakarta, Yogyakarta
Santrock, J. (2008). Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup (5th ed.). Jakarta: Erlangga.
Schlenker, B. R., & Leary, M. R. (1985). Social anxiety and communication about the self.
Journal of Language and Social Psychology, 4, 171-192.
Schumaker, R. E., & Lomax, R. G. (2010). A Beginer’s Guide to Structural Equation
Modeling Third Edition. New York: Routledge Taylor & Francis Group.
Smith, R. E., & Sarason, I. G. (1975). Social anxiety and the evaluation of negative
interpersonal feedback. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 43, 429.
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Stevens, S., & Morris, T. (2007). College Dating and Social Anxiety: Using the Internet as a
Means of Connecting to Others. Cyber Psychology & Behavior, 10(5), 680-688. doi:10.1089/cpb.2007.9970
Sumantono, B. & Widhiarso, W. (2013). Aplikasi Model Rasch untuk Penelitian Ilmu-Ilmu
Sosial. Cimahi: Trim Komunikata Publishing House
Suman, M., Coget, J., & Yamauchi, Y. (2002). The Internet, Social Networks and
Loneliness. IT & Society, 1(1), 180-201.
Tuncer, I., Aktas E., & Esen B. K. (2013). An Analysis of University Students Internet Use
in Relation to Loneliness and Social Self Efficacy. Social and Behavioral Science,
84,1504-1508. doi: 10.1016/j.sbspro.2013.06.780
Twentyman, C. T., & McFall, R. M. (1975). Behavioral training of social skills in shy
males. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 43, 384-395.
Valkenburg, P. M., & Peter, Jochen. (2007). Who looks for casual dates on the internet? A
test of the compensation and the reaction hypotheses. New Media and Society. 9(5), 455-474. doi: 10.1177/1461444807076975.
Weiss, R. S. (1973). The Experience of Emotional and Social Isolation. Cambridge: The Massachusetts Institute of Technology Press.
Weiten, W., & Lloyd, M. (2006). Psychology Applied to Modern Life Adjustment in the 21st Century, New York: Wadsworth Publishing
Wenzel, A., Graff, J.,Macho, M., & Brendle, J., R. (2005). Communication and Social Skills
in Socially Anxious and Nonanxious Individuals in The Context of Romantic
Relationships. Behaviour Research and Therapy, 43 (4), 505-519
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Winkles, J. K. & Furman, W. (2010). Predicting romantic involvement, relationship
cognitions, and relationship qualities from physical appearance, perceived norms,
and relationship styles regarding friends and parents. Journal of Adolescence, 33, 827-836.
Young, K. (1996). Internet Addiction: The Emergence Of A New Clinical Disorder. Cyber Psychology and Behavior, 1(3), 237-244.
Young, K. (1998). Caught in The Net. New York: Jhon Wiley and Sons.
Young, K. (2007) Cognitive Behavioral Therapy with Internet Addicts: Treatment
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah yang mendasari
penelitian ini, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur
organisasi skripsi.
A. Latar Belakang
Fenomena lajang di Indonesia dapat dilihat dari adanya pergeseran usia
menikah. Pada tahun 2000, rata-rata usia menikah adalah 22,9 tahun sementara
pada tahun 2005 bergeser menjadi 23,2 tahun dan pada tahun 2013 menjadi 24,21
tahun (Data Statistik Indonesia, 2014). Pergeseran usia pernikahan ini akan
berkaitan dengan lamanya seseorang tersebut dalam status lajang. Padahal dalam
usia tersebut individu dituntut untuk dapat memenuhi tugas perkembangan
psikososial pada tahap dewasa awal yaitu, menjalin intimasi. Erickson,
menekankan pada konflik intimacy vs isolation. Apabila individu tidak berhasil
mengembangkan intimacy, maka individu tersebut akan berpeluang mengalami isolasi (isolation) (Erickson dalam Santrock, 2002). Oleh karena itu, untuk mewujudkan intimacy diperlukan interaksi dan hubungan romantis dengan lawan jenis. Salah satu bentuk hubungan romantis didapat melalui kencan (Chorney &
Morris, 2008).
Kencan merupakan tahapan awal yang mengarah pada hubungan romantis
(Feinstein & Ardon, 1973). Kencan akan memberikan banyak keuntungan seperti,
mengembangkan kemampuan interpersonal seperti sharing dan keterbukaan pada lawan jenis (Feiring, 1996; Furman & Shaffer, 2003 dalam Chorney & Morris,
2008), meningkatkan persepsi positif mengenai hubungan romantis (Winkles &
Furman, 2010). Masalah yang biasanya muncul dalam situasi kencan adalah
kecemasan kencan (Winkles, 2013).
Kecemasan kencan adalah perasaan cemas, tidak nyaman dan menghindari
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1990; Glickman & La Greca, 2004). Kecemasan kencan akan mengembangkan
adanya depresi, stress, dan perasaan kesepian dalam kehidupannya (Glickman &
La Greca, 2004; Odaci & Kalkan, 2010; Stevens & Morris, 2007). Kesepian
merupakan respon dari adanya perbedaan jarak antara keinginan untuk menjalin
kontak sosial dan pencapaian hubungan sosial. Kesepian bukan hanya bergantung
pada kuantitas hubungan sosial dan interaksi sosial, tapi juga kualitas hubungan
(Peplau & Perlman, 1982 dalam Sonderby, 2013). Tidak ada yang kebal terhadap
kesepian, namun beberapa orang beresiko lebih besar dibandingkan dengan orang
lain, salah satunya adalah wanita dan pria lajang (Cacioppo & Patrick, 2008).
Individu yang mengalami kesepian akan merasa sedih, self pity, depresi, dissatisfied (tidak puas), deprivied (kehilangan), dan distressed (menderita). Individu yang berbeda bisa saja memiliki perasaan loneliness yang berbeda pada situasi yang berbeda pula (Cacioppo & Patrick, 2008; Sonderby, 2013).
Kesepian yang terjadi pada lajang merupakan akibat tidak terpenuhinya
kebutuhan emosional yang diinginkan seperti kasih sayang, perhatian, mengenali
dan memahami dirinya seperti yang terwujud jika ia bersama orang yang disayangi
(pasangan romantis) (Sears, Freedman, & Peplau, 1985 dalam Arumdina, 2013).
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2004) menjelaskan bahwa
ditemukan adanya hubungan yang positif antara kesepian dan gejala kecemasan
pada seseorang dengan status lajang.
Terdapat beberapa reaksi yang dilakukan seseorang dalam menghadapi
kesepian yang dialami, diantaranya sad passivity (misalnya menangis, tidur, atau tidak melakukan apapun), active solitude (misalnya bekerja, mendengarkan musik), spending money (misalnya berbelanja), dan menjalin kontak sosial. Individu yang kesepian akan melakukan 3 pilihan cara untuk menjalin kontak
sosial. Pertama, individu akan mengubah keinginannya dalam menjalin kontak
sosial. Maka ia akan berusaha untuk nyaman dengan kesendiriannya. Kedua,
mengganti kontak sosial tanpa adanya interaksi 2 arah dengan manusia.Misalnya
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Individu akan membuat relasi baru dan/atau membuka relasi sosial yang sudah ada
(Morahan-Martin & Schumacher, 2003; Santrock, 2002).
Salah satu jalan untuk membuka relasi sosial adalah dengan menggunakan
media internet. Data statistik dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
(APJII, 2012) menunjukkan bahwa terdapat 2,622 juta pengguna internet di
Bandung. Fakta ini menunjukkan bahwa penggunaan internet di Bandung sangat
tinggi. Salah satu kontribusi terbesarnya adalah pengaruhnya terhadap bidang
komunikasi (Stevens & Morris, 2007).
Internet menyediakan ruang bagi orang yang memiliki interaksi
interpersonal yang lemah di dunia nyata, untuk mendapat dinamika kelompok dan
dukungan sosial yang mereka perlukan (Tuncer, Aktas & Esen, 2013). Dengan
menyembunyikan dirinya atau mengubah informasi personal dan dapat
berinteraksi dengan orang lain yang tidak pernah dikenal sebelumnya. Mereka
dapat berbagi segala hal di dalam dunia cyber (Young, 1997 dalam Tuncer, Aktas & Esen, 2013). Penggunaan internet telah memberikan kesempatan yang lebih luas
sehingga orang dapat saling berkenalan dan mengembangkan hubungan melalui
layanan hubungan secara online, email, social media, chat room. Individu yang mengalami kesepian akan membutuhkan hubungan persahabatan dan keakraban
dengan lingkungannya. Maka, internet menjadi salah satu sarana koping
permasalahan komunikasi tersebut (Sally, dalam Rosdaniar, 2008).
Internet juga merupakan sarana anxiety reduction, yaitu individu dapat mengurangi rasa malu dan rasa takut untuk berhubungan dan berkomunikasi
dengan orang lain terutama lawan jenis, seperti yang terjadi di dunia nyata secara
face to face (Knox, et al. dalam Steven & Moris, 2007). Individu dapat mengatur dengan siapa dan kapan dia akan berkomunikasi, mengatur identitasnya dengan
memperbaiki self-presentation atau memutuskan untuk anonim (Valkenburg & Peter, 2007).
Dengan kelebihan yang dimiliki oleh internet, kini banyak orang yang
menggunakan web internet sebagai tempat untuk mencari teman dan pasangan
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kesepian dan kecemasan kencan akan lebih mudah mendapatkan interaksi sosial
dan intimasi yang diinginkan (Kim, LaRose & Peng, 2009; Mazalin & Moore,
2004; Morahan-Martin & Schumaker, 2003; Suman, Coget & Yamauchi, 2002).
Hal ini akan membuat individu yang mengalami kesepian akan terus menerus
menggunakan internet dalam jangka waktu yang panjang dan merasa
ketergantungan. Jika terus berlanjut maka akan muncul menjadi adiksi internet
(Morahan-Martin & Schumaker, 2003; Tuncer, Aktas & Esen, 2013). Adiksi
internet adalah penggunaan internet yang intensif sehingga tidak terkontrol
(Morahan-Martin & Schumaker, 2003). Young (1998) menganggap gangguan ini
berakar dari gangguan behavioral impluse-control. Orang orang yang menunjukkan sindrom ini akan merasa cemas, depresi dan hampa saat tidak online di internet (Byun et al., 2009; Weiten & Llyod, 2006). Tidak sedikit di antara para
pengguna internet merupakan para internet addicts (pecandu internet). Angka pecandu internet ini sendiri cukup signifikan. Sebuah survey besar dilakukan oleh
David Greenfield pada tahun 1998 dengan partisipan sebanyak 18.000 orang
(DeAngelis, 2007 par. 8) ditemukan 5,7 persen dari seluruh partisipan dalam
survey tersebut memenuhi kriteria untuk compulsive internet usage (pemakaian internet yang tak terkontrol). Greenfield menyatakan bahwa ada hubungan yang
kuat antara internet addiction dan permasalahan pernikahan dan hubungan.
Tekanan dalam pernikahan dan hubungan ini lantas dimanifestasikan lewat
penggunaan yang tak terkontrol terhadap pornografi, cybersex, dan cyberaffairs. Hal ini semakin memperkuat bahwa penggunaan internet yang tidak terkontrol
berhubungan erat dengan adanya ketidak puasan dan tekanan dalam menjalin
hubungan salah satunya adalah mengenai hubungan romantis yang
mengembangkan perasaan kesepian.
Berdasarkan pemaparan di atas, individu yang mengalami kecemasan
kencan akan berpotensi untuk mengembangkan perasaan kesepian dan
memperbesar tendensi untuk membuat hubungan sosial dan romantis melalui
internet. Dengan demikian, akan berpeluang menggunakan internet secara
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
membuat peneliti tertarik untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dating anxiety (kecemasan kencan) dan kesepian terhadap adiksi internet pada dewasa awal lajang di Kota Bandung.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat pengaruh dating anxiety terhadap adiksi internet pada dewasa awal lajang di Kota Bandung?
2. Apakah terdapat pengaruh kesepian terhadap adiksi internet pada dewasa awal
lajang di Kota Bandung?
3. Apakah terdapat pengaruh antara dating anxiety dan kesepian terhadap adiksi internet pada dewasa awal lajang di Kota Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah dikemukakan di atas,
maka tujuan penelitian ini yaitu :
1. Menguji pengaruh dating anxiety (kecemasan kencan) terhadap adiksi internet pada dewasa awal lajang di Kota Bandung.
2. Menguji pengaruh kesepian terhadap adiksi internet pada dewasa awal lajang
di Kota Bandung.
3. Menguji pengaruh dating anxiety (kecemasan kencan) dan kesepian terhadap adiksi internet pada dewasa awal lajang di Kota Bandung.
D. Manfaat Penelitian
Dari tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti, tentunya diharapkan penelitian
ini mampu memberi manfaat baik secara teori maupun praktis. Adapun manfaat
yag diharapkan peneliti adalah sebagai berikut:
Manfaat teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan empiris bagi pengembangan konsep dan kajian psikologi, khususnya
untuk psikologi klinis mengenai kecemasan yang dialami oleh individu lajang
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
internet. Penelitian ini juga dapat dijadikan acuan dan dasar bagi peneliti
selanjutnya yang akan meneliti mengenai dating anxiety kecemasan kencan , kesepian, adiksi internet pada dewasa awal lajang.
Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam pencegahan adiksi internet dan intervensi bagi individu
yang mengalami kecemasan kencan, kesepian, dan adiksi internet. Selain itu,
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca terutama individu
dewasa awal yang masih lajang guna mengetahui karakteristik dan gejala
kecemasan kencan, kesepian, dan adiksi internet.
E. Struktur Organisasi Skripsi
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah B.Rumusan Masalah C.Tujuan Penelitian D.Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis 2. Manfaat Praktis BAB II LANDASAN TEORI BAB III METODE PENELITIAN
A.Populasi dan sample penelitian B.Variabel penelitian
C.Desain penelitian D.Definisi Operasional E. Teknik Pengumpulan Data F. Instrumen Penelitian
G.Proses Pengembangan Instrumen H.Teknik Analisis Data
I. Prosedur Penelitian
BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil
B.Pembahasan
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai populasi dan subjek penelitian,
metode penelitian, variabel dan definisi operasional, teknik pengumpulan data,
instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen penelitian, serta teknik
analisis penelitian.
A. Populasi dan sampel penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh individu dewasa awal lajang
di Kota Bandung yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Merupakan individu yang berusia 20-40 tahun karena pada usia tersebut
tergolong pada interval usia dewasa awal (Papalia, Olds & Fieldman,
2004).
2. Memiliki status lajang, artinya belum menikah
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
nonprobability sampling, yaitu tipe sampling yang digunakan ketika peneliti sulit mengetahui probabilitas jumlah populasi yang dipilih. Pada
penelitian ini probabilitas jumlah populasi dewasa lajang sulit diketahui.
Maka teknik pengembilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive sampling yaitu pemilihan sampel yaitu dewasa awal lajang di Kota Bandung yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan
(Cozby & Bates, 2012). Peneliti memutuskan untuk menggunakan 239
orang sebagai sampel dewasa awal lajang di Kota Bandung yang telah
mengisi online form yang dibuat oleh peneliti. Jumlah responden perempuan adalah 161 orang (67,4%) sedangkan laki-laki berjumlah 78
orang (32,6%). Partisipan juga terdiri dari 102 orang dengan status
berpacaran (42,7%) dan 137 orang (53,3%) sedang tidak berpacaran. Dari
239 orang tersebut ada yang memiliki pengalaman pacaran sebelumnya
yaitu berjumlah 215 orang (90%) dan sisanya, 24 orang (10%) tidak
27
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Variabel penelitian
Variabel penelitian variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kecemasan kencan sebagai variabel X1, kesepian sebagai variabel X2 dan adiksi internet sebagai variabel Y. X1 dan X2 berperan sebagai variabel bebas (independent) sedangkan Y berperan sebagai variabel terikat (dependent).
C. Desain penelitian
Pada penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
kuantitatif dengan dengan model seperti gambar 3.1 dibawah ini. Jenis
penelitian ini memfokuskan pada pengungkapan hubungan kausal antara
variabel kecemasan kencan (dating anxiety) dan kesepian (loneliness) sebagai variabel bebas terhadap adiksi internet (internet addiction) sebagai variabel terikat (Schumacker & Lomax, 2010).
Adapun desain penelitian ini dapat digambarkan melalui bagan berikut
ini:
1. Variabel bebas X1: dating anxiety (kecemasan kencan) 2. Variabel bebas X2 : kesepian
3. Variabel terikat Y: adiksi internet
X1
Y
X2
Gambar 3.1
Desain penelitian
D. Definisi Operasional
1. Definisi Operasional Kecemasan Kencan
Definisi operasional kecemasan kencan (dating anxiety) dalam penelitan ini adalah penilaian negatif dewasa awal lajang di Bandung
terhadap situasi kencan dengan lawan jenis maupun pasangan kencan yang
28
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan social distress-group. Hal ini dapat diketahui melalui skor dalam The Dating Anxiety Scale for Adolescent (DAS-A) yang disusun oleh Glickman & La Greca (2004).Semakin tinggi skor subjek pada skala DAS-A, maka
semakin tinggi derajat kecemasan kencan yang dialami subjek.Sebaliknya,
semakin rendah skor subjek maka semakin rendah derajat kecemasan
kencan yang dialami subjek.
2. Definisi Operasional Kesepian
Definisi operasional kesepian (loneliness) dalam penelitian ini adalah penilaian mengenai kondisi kesepian sosial (social loneliness) dan kesepian emotional (emotional loneliness) yang didasarkan pada teori kesepian Weiss (1973) yang dialami oleh dewasa awal di Kota Bandung yang dapat
diketahui dengan cara memberikan pilihan respon pada pertanyaan yang
tercantum dalam SELSA (Social and Emotional Loneliness Scale for Adults) yang disusun oleh Cramer, Ofosu & Barry (2000). Semakin tinggi skor
subjek pada skala SELSA, maka semakin tinggi derajat kesepian yang dialami subjek. Sebaliknya, semakin rendah skor subjek maka semakin
rendah derajat kesepian yang dialami subjek.
3. Definisi Operasional Adiksi Internet
Definisi operasional adiksi internet (internet addiction) dalam
penelitian ini adalah penilaian mengenai kondisi yang dialami oleh dewasa
awal lajang Kota Bandung yang dapat dilihat dari kondisi withdrawal and social problem, time management and performance, dan reality substitute. Hal ini dapat diketahui melalui skor dalam Internet Addiction Test yang disusun oleh Young (1998) dan divalidasi ulang oleh Chang & Law (2008).
Semakin tinggi skor subjek pada Internet Addiction Test, maka semakin tinggi derajat adiksi internet yang dialami subjek. Sebaliknya, semakin
rendah skor subjek maka semakin rendah derajat adiksi internet yang
dialami subjek.
E. Teknik pengumpulan data
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa pemberian
kuesioner. Kuesioner yang digunakan merupakan suatu set pernyataan
29
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penurunan konsep teori menjadi indikator (Cozby & Bates, 2011). Peneliti
menggunakan online form untuk menyebarkan kuesioner penelitian. Kuesioner ini terdiri dari sejumlah pertanyaan dan pernyataan yang yang memiliki
beberapa pilihan. Responden diminta untuk memilih salah satu dari alternatif
pilihan jawaban tersebut.
F. Instrumen penelitian
Pada penelitian ini terdapat tiga instrumen penelitian yang dijadikan
acuan dalam pengumpulan data. Jenis skala yang akan digunakan adalah likert rating. Untuk variabel adiksi internet diukur menggunakan adaptasi alat ukur The Dating Anxiety Scale for Adolescent (DAS-A), dan variabel kesepian mengadaptasi alat ukur SELSA, sementara adiksi internet diukur dengan mengadaptasi alat ukur Young’s Internet Addiction Test.
1. Instrumen kecemasan kencan (dating anxiety)
a. Spesifikasi
Untuk mendapatkan data tentang dating anxiety atau kecemasan kencan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen yang
mengacu pada alat ukur The Dating Anxiety Scale for Adolescent (DAS-A) yang dibuat oleh Glickman & La Greca (2004). Alat ukur ini berbahasa Inggris kemudian dilakukan Expert Judgement pdari segi bahasa Inggris oleh Dr. Doddy Rusmoyo MILS seorang dosen ahli
bahasa Inggris. Kemudian dilakukan Expert Judgement terhadap kajian
psikologi oleh dua orang dosen ahli psikologi yaitu, Helli Ihsan, M.Si
dan Medianta Tarigan, M.Psi. Alat ukur ini terdiri dari 21 item yang
disusun berdasarkan 3 aspek penting dalam dating anxiety yaitu fear of
negative evaluation-dating, social distress-dating, dan social
distress-group. Koefisien reabilitas kuesioner ini sebesar 0.91 atau sangat
reliabel.
b. Pengisian instrumen
Pada skala tersebut subjek diminta untuk memberikan jawaban
30
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
salah satu alternatif jawaban yang dianggap paling sesuai dengan
keadaan diri subjek. Alternatif jawaban, skala (1) tidak seluruhnya diri
saya (2) sebagian kecil diri saya (3) Setengahnya diri saya (4) Sebagian
besar diri saya (5) Keseluruhan diri saya.
c. Penyekoran
Penyekoran jawaban responden pada instrumen kecemasan kencan
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1) Jawaban dari setiap pernyataan tersebut dinilai dengan angka sebagai
berikut:
Tabel 3.1
Skoring skala kecemasan kencan
Pilihan Jawaban
Nilai Pernyataan
Favorable Unfavorable
Tidak seluruhnya diri saya 1 5
Sebagian kecil diri saya 2 4
Setengahnya diri saya 3 3
Sebagian Besar diri saya 4 2
Keseluruhan diri saya 5 1
2) Menjumlahkan seluruh skor pada instrumen kecemasan kencan yang
diperoleh responden.
3) Menentukan mean dan standar deviasi yang kemudian dibuat kategorisasi berdasarkan mean dan standar deviasi tersebut. Berikut adalah kategorisasi untuk variabel kecemasan kencan
Tabel 3.2
Kategorisasi Skala Kecemasan Kencan
Kategori Skor kecemasan kencan
Sangat tinggi X > 12.534
Tinggi 10.0710 < X ≤ 12.534
Cukup Tinggi 7.6077 < X ≤ 10.0710
Cukup Rendah 5.1444 < X ≤ 7.6077
Rendah 2.6811 < X ≤ 5.1444
31
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Instrumen kesepian (loneliness)
a. Spesifikasi
Untuk mendapatkan data tentang loneliness atau kesepian, dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen yang mengacu pada alat
ukur (Social and Emotional Loneliness Scale for Adults) yang disusun oleh Cramer, Ofosu & Barry (2000) berdasarkan teori kesepian yang
dikembangkan oleh Weiss (1973). Alat ukur ini berbahasa Inggris
kemudian dilakukan Expert Judgement pdari segi bahasa Inggris oleh Dr. Doddy Rusmoyo MILS seorang dosen ahli bahasa Inggris. Kemudian
dilakukan Expert Judgement terhadap kajian psikologi oleh dua orang dosen ahli psikologi yaitu, Helli Ihsan, M.Si dan Medianta Tarigan,
M.Psi. Instrumen ini terdiri dari 15 item pernyataan yang disusun
berdasarkan dua dimensi dalam kesepian yaitu emotional loneliness dan social loneliness. Koefisien reabilitas kuesioner sebesar 0.84 atau reliabel.
b. Pengisian instrumen
Pada skala tersebut subjek diminta untuk memberikan jawaban
atas pernyataan-pernyataan dengan memberikan tanda checklist (√) pada salah satu alternatif jawaban yang dianggap paling sesuai dengan
keadaan diri subjek. Alternatif jawabannya adalah Sangat Sesuai (SS),
Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS).
c. Penyekoran
Penyekoran jawaban responden pada instrumen kesepian
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1) Jawaban dari setiap pernyataan tersebut dinilai dengan angka sebagai
32
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.3
Skoring skala kesepian
Pilihan Jawaban
Nilai Pernyataan
Favorable Unfavorable
Sangat sesuai 1 4
Sesuai 2 3
Tidak sesuai 3 2
Sangat tidak sesuai 4 1
2) Menjumlahkan seluruh skor pada instrumen kesepian yang diperoleh
responden.
3) Menentukan mean dan standar deviasi yang kemudian dibuat kategorisasi berdasarkan mean dan standar deviasi tersebut. Berikut adalah kategorisasi untuk variabel kesepian.
Tabel 3.4
Kategorisasi Skala Kesepian
Kategori Skor kesepian
Sangat tinggi X > 6.397
Tinggi 4.7650 < X ≤ 6.397
Cukup Tinggi 3.133 < X ≤ 4.7650 Cukup Rendah 1.513 < X ≤ 3.133
Rendah 0.135 < X ≤ 1.513
Sangat Rendah X ≤ 0.135
3. Instrumen adiksi internet (internet addiction)
a. Spesifikasi
Untuk mendapatkan data tentang internet addiction atau adiksi internet dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrument yang
mengacu pada alat ukur Internet Addiction Test (Young, 1997) divalidasi ulang oleh Chang & Law (2008). Alat ukur ini berdasarkan 3 dimensi
33
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bahasa Inggris. Kemudian dilakukan Expert Judgement terhadap kajian psikologi oleh dua orang dosen ahli psikologi yaitu, Helli Ihsan, M.Si
dan Medianta Tarigan, M.Psi. Instrumen ini terdiri dari 18 item
pernyataan yang disusun berdasarkan 3 aspek penting dalam adiksi
internet yaitu, time management and performance, withdrawal and social
problem dan, reality substitute. Koefisien reabilitas kuesioner ini sebesar 0.88 atau reliabel.
b. Pengisian instrumen
Pada skala tersebut subjek diminta untuk memberikan jawaban
atas pernyataan-pernyataan dengan memberikan tanda checklist (√) pada salah satu alternatif jawaban yang dianggap paling sesuai dengan
keadaan diri subjek. Alat ukur ini terdiri dari 18 item, dengan alternatif
jawaban (1) jarang (2) kadang kadang (3) sering dan (4) seringkali (5)
selalu.
c. Penyekoran
Penyekoran jawaban responden pada instrumen adiksi internet
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1) Jawaban dari setiap pernyataan tersebut dinilai dengan angka sebagai
berikut:
Tabel 3.5
Skoring skala adiksi internet
Pilihan Jawaban
Nilai Pernyataan
Favorable Unfavorable
Jarang 1 5
Kadang-kadang 2 4
Sering 3 3
Seringkali 4 2
Selalu 5 1
2) Menjumlahkan seluruh skor pada instrumen adiksi internet yang
34
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) Menentukan mean dan standar deviasi yang kemudian dibuat kategorisasi berdasarkan mean dan standar deviasi tersebut. Berikut adalah kategorisasi untuk variabel adiksi internet.
Tabel 3.6
Kategorisasi Skala Adiksi internet
Kategori Skor adiksi internet
Sangat tinggi X > 8.298
Tinggi 6.304 < X ≤ 8.298
Cukup Tinggi 4.310 < X ≤ 6.304 Cukup Rendah 2.316 < X ≤ 4.310
Rendah 0.322 < X ≤ 2.316
Sangat Rendah X ≤ 0.322
Selain keempat alat ukur di atas, kuesioner dalam penelitian ini juga
akan mencantukan identitas subjek dan beberapa pernyataan yang berkaitan
dengan faktor demografis dalam penelitian ini. Identitas meliputi nama
(inisial), usia, pekerjaan, status berpacaran, dan pengalaman berpacaran.
G. Proses pengembangan instrumen
Peneliti menggunakan 3 alat ukur yang sudah ada, yaitu alat ukur yang
berbahasa asing (Bahasa Inggris). Peneliti melakukan modifikasi dan alih
bahasa terhadap alat ukur tersebut. Peneliti memutuskan menggunakan alat
ukur tersebut karena memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi.
1. Uji Konten (expert judgement)
Peneliti melakukan uji konten dengan melakukan expert judgment.Pertama, peneliti melakukan expert judgment pada ahli bahasa yaitu Dr. Doddy Rusmono MILS untuk mengalih bahasakan item-item yang
terdapat pada alat ukur tersebut. Kedua, peneliti juga melakukan expert judgment terhadap 2 dosen psikologi untuk memberikan penilaian apakah masing-masing item telah sesuai dengan indikator perilaku yang hendak
diungkap terhadap item-item yang digunakan dalam alat ukur.
2. Uji Keterbacaaan
Uji keterbacaan dilakukan agar meminimalisir kesalahan persepsi
mengenai kalimat yang digunakan.Hal ini penting, karena kalimat yang
35
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Peneliti melakukan uji keterbacaan pada mahasiswa dan orang yang berusia
20-40 tahun.
3. Reliabilitas
Setelah melakukan pengujian isi item, maka instrumen diuji cobakan
pada sampel lain yang memiliki karakter yang sama dengan dengan sampel
penelitian. Uji coba dilakukan pada tanggal 26-30 Oktober 2014 kepada
212 orang yang berusia 20-40 tahun dan masih lajang.
Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan menganalisis
reliabilitas item dan person/ responden oleh rasch model menggunakan
perangkat lunak Winsteps.
a. Reliabilitas responden dan item kecemasan kencan
Berdasakan analisis, reliabilitas responden menunjukkan
keseluruhan pola jawaban respon pada instrumen bagus karena nilai Infit
MNSQ dan Outfit MNSQ mendekati 1 dan disertai dengan keseluruhan
pola jawaban responden punya kesesuaian dengan model karena Infit
ZSTD dan Outfit ZSTD mendekati 0. Sedangkan pada reliabilitas item,
instrumen ini menunjukkan reliabilitas yang baik yaitu dengan nilai alpha
cronbach (KR-20) sebesar 0,91. Secara keseluruhannya hal ini
menunjukkan bahwa data aktual yang diperoleh dalam riset ini sesuai
dengan baik pada persyaratan model Rasch, sehingga analisis lebih lanjut
layak untuk dilakukan (Sumintono & Widhiarso, 2013).
b. Reliabilitas responden dan item kesepian
Berdasakan analisis, reliabilitas responden menunjukkan
keseluruhan pola jawaban respon pada instrumen bagus karena nilai Infit
MNSQ dan Outfit MNSQ mendekati 1 dan disertai dengan keseluruhan
pola jawaban responden punya kesesuaian dengan model karena Infit
ZSTD dan Outfit ZSTD mendekati 0. Sedangkan pada reliabilitas item,
instrumen ini menunjukkan reliabilitas yang baik yaitu dengan nilai alpha
cronbach (KR-20) sebesar 0,84. Secara keseluruhannya hal ini
36
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan baik pada persyaratan model Rasch, sehingga analisis lebih lanjut
layak untuk dilakukan (Sumintono & Widhiarso, 2013).
c. Reliabilitas responden dan item adiksi internet
Berdasakan analisis, reliabilitas responden menunjukkan
keseluruhan pola jawaban respon pada instrumen bagus karena nilai Infit
MNSQ dan Outfit MNSQ mendekati 1 dan disertai dengan keseluruhan
pola jawaban responden punya kesesuaian dengan model karena Infit
ZSTD dan Outfit ZSTD mendekati 0. Sedangkan pada reliabilitas item,
instrumen ini menunjukkan reliabilitas yang baik yaitu dengan nilai alpha
cronbach (KR-20) sebesar 0,88. Secara keseluruhannya hal ini
menunjukkan bahwa data aktual yang diperoleh dalam riset ini sesuai
dengan baik pada persyaratan model Rasch, sehingga analisis lebih lanjut
layak untuk dilakukan (Sumintono & Widhiarso, 2013).
4. Validitas
Validitas sangat penting dalam pengukuran, validitas instrumen adalah
seberapa jauh pengukuran oleh instrumen dapat mengukur atribut apa yang
seharusnya diukur (Frankel, Wallen, & Hyun, 2012). Dalam konteks analisis
model Rasch, validitas item dapat diketahui melalui penilaian terhadap logit
item tersebut (Sumintono & Widhiarso, 2013)
a. Validitas kecemasan kencan
Seperti yang terlihat pada summary statistic (terdapat pada lampiran), nilai logit rata-rata item adalah 0,0 logit yang menunjukkan
bahwa instrumen secara keseluruhan bisa mengukur. Nilai rata-rata item
0,0 logit adalah nilai acak yang ditetapkan untuk menyatakan
kemungkinan 50:50 yang tidak lain adalah ukuran sama antara tingkat
abilitas responden dan tingkat kesulitan soal (Bond & Fox, 2007
Sumintono & Widhiarso, 2013). Bila didapati bahwa rata-rata logit item
tidak 0,0 maka secara keseluruhan instrument tidak bagus. Pada alat ukur
37
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
instrumen ini memang bisa mengukur kecemasan kencan dan
keseluruhan instrumennya baik.
Dari keseluruhan item pada instrumen ini terdapat empat item yang
harus diperbaiki ulang yaitu item 7, 11, 12, dan 18. Hal ini karena item
yang ada tidak sesuai dengan model (misfit). Oleh karena itu diperlukan perbaikan kalimat pada item tersebut.
Tabel 3.7
Perbaikan item kecemasan kencan
No Sebelumnya Perbaikan
7 Saya merasa cemas saat seseorang
yang saya sukai mengabaikan
saya
Saya merasa cemas saat seseorang
yang saya sukai tidak memperhatikan
saya
11 Saya merasa tidak nyaman ketika
berkencan dengan seseorang yang
tidak saya kenal baik
Saya merasa tidak nyaman ketika
berkencan dengan seseorang yang
tidak saya kenal
12 Saya merasa tidak nyaman ketika
bersama lawan jenis yang tidak
saya kenal baik
Saya merasa tidak nyaman saat
bersama lawan jenis yang tidak saya
kenal
18 Saya cenderung lebih banyak
diam dari biasanya saat berada di
kelompok pria dan wanita
Saya lebih banyak diam dari biasanya
saat berada di kelompok pria dan
wanita secara bersamaan
b. Validitas kesepian
Seperti yang terlihat pada summary statistic (terdapat pada lampiran), nilai logit rata-rata item adalah 0,0 logit yang menunjukkan
bahwa instrumen secara keseluruhan bisa mengukur. Nilai rata-rata item
0,0 logit adalah nilai acak yang ditetapkan untuk menyatakan
kemungkinan 50:50 yang tidak lain adalah ukuran sama antara tingkat
abilitas responden dan tingkat kesulitan soal (Bond & Fox, 2007
Sumintono & Widhiarso, 2013). Bila didapati bahwa rata-rata logit item
tidak 0,0 maka secara keseluruhan instrument tidak bagus. Pada alat ukur
38
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memang bisa mengukur kesepian dan keseluruhan instrumennya baik.
Dari keseluruhan item pada instrument ini tidak terdapat item yang harus
diperbaiki ulang.Hal ini karena item yang tidak ada yang memenuhi
keseluruhan kualifikasi item yang misfit.
c. Validitas adiksi internet
Seperti yang terlihat pada summary statistic (terdapat pada lampiran), nilai logit rata-rata item adalah 0,0 logit yang menunjukkan
bahwa instrumen secara keseluruhan bisa mengukur. Nilai rata-rata item
0,0 logit adalah nilai acak yang ditetapkan untuk menyatakan
kemungkinan 50:50 yang tidak lain adalah ukuran sama antara tingkat
abilitas responden dan tingkat kesulitan soal (Bond & Fox, 2007
Sumintono & Widhiarso, 2013). Bila didapati bahwa rata-rata logit item
tidak 0,0 maka secara keseluruhan instrument tidak bagus. Pada alat ukur
adiksi internet ini rata-rata logit itemnya adalah 0,00, maka instrumen ini
memang bisa mengukur adiksi internet dan keseluruhan instrumennya
baik. Dari keseluruhan item pada instrument ini tidak terdapat item yang
harus diperbaiki ulang.Hal ini karena item yang tidak ada yang
memenuhi keseluruhan kualifikasi item yang misfit.
H. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan Multiple Regression Analysis (MRA) dengan dibantu oleh SPSS 16.00, hasil uji regresi tersebut akan
membentuk persamaan:
Y = a+ b1X1+ b2X2 Keterangan:
Y = Adiksi internet a = Intercept (konstan) b = Koefisien regresi X1 = Kecemasan kencan X2 = Kesepian
Uji regresi ganda dilakukan untuk memprediksi skor adiksi internet
dengan menggunakan kecemasan kencan dan kesepian sebagai variabel
39
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
variabel bebas terhadap adiksi internet, maka peneliti melakukan uji regresi
linier dan menentukan koefisien determinasi. Uji koefisien determinasi
dilakukan untuk mengukur seberapa besar kontribusi variabel terikat terhadap
vaiabel bebas. Hasil dari uji ini biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase
(%).Untuk mengetahui koefisien determinasi maka digunakan rumus sebagai
berikut.
KD = r2 x 100% Keterangan :
KD = Koefisien determinasi
R = Koefsien korelasi atau r square
I. Prosedur penelitian
Prosedur dalam penelitian ini terbagi menjadi beberapa tahap, sebagai
berikut:
a. Tahap Persiapan
1) Merumuskan masalah penelitian
2) Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan landasan teori serta
mencari penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan masalah yang
akan diteliti
3) Menentukan populasi dan sampel penelitian
4) Menentukan instrumen penelitian sesuai dengan teori yang digunakan.
5) Melakukan expert judgment instrumen dengan dua orang dosen ahli. 6) Melakukan uji coba instrumen terlebih dahulu untuk dilakukan analisis
item dan mengetahui kelayakan item serta reliabilitas instrumen yang
telah peneliti buat.
7) Membuat online form sebagai media pengumpulan data
b. Tahap Pelaksanaan
1) Menyebarkan link online form di pada jejaring facebook, twitter dan line milik pribadi.
2) Menyusun data, mengklasifikasi data, mengolah data, dan melakukan
40
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Tahap Pelaporan
1) Mendeksripsikan hasil penelitian
2) Menganalisis hasil temuan penelitian dengan mengaitkannya dengan
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian peneliti maka diketahui beberapa hal berikut
ini :
1. Terdapat pengaruh kecemasan kencan terhadap adiksi internet pada dewasa
awal lajang di Kota Bandung
2. Terdapat pengaruh kesepian terhadap adiksi internet pada dewasa awal
lajang di Kota Bandung
3. Terdapat pengaruh kecemasan kencan dan kesepian terhadap adiksi internet
pada dewasa awal lajang di Kota Bandung
Selain penemuan dari uji hipotesis, ditemukan pula informasi bahwa
tidak terdapat perbedaan pengaruh dari variabel demografis jenis kelamin,
status pacaran dan pengalaman pacaran dalam variabel kecemasan kencan dan
adiksi internet. Selain itu, terdapat perbedaan pengaruh dari variabel
demografis status pacaran dan pengalaman pacaaran pada variabel kesepian.
B. Saran
Berikut merupakan saran yang dirumuskan oleh peneliti setelah
melakukan pembahasan dari hasil penelitian :
1. Sebagian besar responden pada penelitian ini berusia 20-25 tahun, sehingga
rentang usia responden sangat sempit. Peneliti selanjutnya yang tertarik
meneliti mengenai topik yang sama sebaiknya memperkaya variasi usia
responden agar lebih mewakili rentang usia dewasa awal.
2. Terdapat temuan menarik, seperti subjek lajang yang tidak sedang pacaran
dan subjek yang tidak pernah pacaran sebelumnya memiliki tingkat
kesepian yang lebih tinggi. Peneliti selanjutnya dapat mengambangkan hasil
64
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Bagi dewasa awal lajang yang mengalami kesepian dan kecemasan kencan
dapat melakukan aktivitas lain yang lebih produktif seperti mengikuti
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
PERNYATAAN
ABSTRAK i
ABSTRACT ii
KATA PENGANTAR iii
UCAPAN TERIMA KASIH iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Rumusan Masalah 5
C Tujuan Penelitian 5
D Manfaat Penelitian 6
E Struktur Organisasi Skripsi 6
BAB II LANDASAN TEORI 8
A Teori 8
1. Kecemasan kencan 8
2. Kesepian 13
3. Adiksi Internet 17
4. Dewasa Awal 21
B Kerangka Pemikiran 22
C Hipotesis 25
BAB III METODE PENELITIAN 26
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B Variabel Penelitian 26
C Desain Penelitian 27
D Definisi Operasional 27
E Teknik Pengumpulan Data 29
F Instrumen Penelitian 29
G Proses Pengembangan Instrumen 35
H Teknik Analisis Data 40
I Prosedur Penelitian 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 42
A Hasil dan Pembahasan 42
1. Deskripsi data responden 42
2. Gambaran dating anxiety pada dewasa awal lajang di Kota Bandung 44 3. Gambaran kesepian pada dewasa awal lajang di Kota Bandung 48
4. Gambaran adiksi internet pada dewasa awal lajang di Kota Bandung 52
5. Pengaruh dating anxiety terhadap adiksi internet pada dewasa awal lajang
di Kota Bandung 55
6. Pengaruh kesepian terhadap adiksi internet pada dewasa awal lajang
di Kota Bandung 58
7. Pengaruh dating anxiety dan kesepian terhadap adiksi internet
dewasa awal lajang di Kota Bandung 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 66
A Kesimpulan 66
B Saran 66
DAFTAR PUSTAKA 68
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
[image:38.612.79.519.124.695.2]Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Kisi-kisi instrumen kecemasan kencan 30
Tabel 3.2 : Skoring skala kecemasan kencan 30
Tabel 3.3 : Kategori skala kecemasan kencan 31
Tabel 3.4 :Kisi-kisi skala kesepian 32
Tabel 3.5 :Skoring skala kesepian 32
Tabel 3.6 :Kategori skala kesepian 33
Tabel 3.7 : Kisi-kisi instrumen adiksi internet 34
Tabel 3.8 : Skoring skala adiksi internet 34
Tabel 3.9 : Kategori skala adiksi internet 35
Tabel 3.10 : Perbaikan item kecemasan kencan 38
Tabel 4.1 : Data Demografi Responden 42
Tabel 4.2 : Perbandingan rata-rata menurut data demografis 43
Tabel 4.3 : Uji signifikansi perbandingan rata-rata 44
Tabel 4.4 : Gambaran dating anxiety pada dewasa awal lajang
di Kota Bandung 45
Tabel 4.5 : Gambaran Tingkat Dimensi-Dimensi Kecemasan Kencan 46
Tabel 4.6 : Gambaran kesepian pada dewasa awal lajang di Kota Bandung 49
Tabel 4.7 : Gambaran Tingkat Dimensi-Dimensi Kesepian 50
Tabel 4.8 : Gambaran adiksi internet pada dewasa awal lajang di Kota Bandung 51
Tabel 4.9 : Gambaran Dimensi-Dimensi Adiksi Internet 54
Tabel 4.10 : Hasil Uji Regresi Dating Anxiety dan Adiksi Internet 55 Tabel 4.11 : Koefisien: kecemasan kencan dan adiksi internet 56
Tabel 4.12 : Hasil Uji Regresi Kesepian dan Adiksi Internet 58
Tabel 4.13 :Koefisien : kesepian dan adiksi internet 59
Nur Ismi Maharani, 2015
PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Kerangka Berfikir 24
Gambar 3.1 : Desain Penelitian 27
Gambar 4.1 : Grafik presentasi kecemasan kencan dewasa awal lajang
di Kota Bandung 45
Gambar 4.2 : Grafik presentasi kesepian dewasa awal lajang
di Kota Bandung 49
Gambar 4.3 : Grafik presentasi adiksi internet dewasa awal lajang