iv
Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran tentang State Anxiety (kecemasan sesaat) tentang pre-eklamsia pada wanita hamil dewasa madya yang berisiko pre-eklamsia di Kota Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik survey. Penarikan sampel dilakukan dengan teknik snowball sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 48 orang.
Alat ukur yang digunakan merupakan alat ukur yang dibuat oleh peneliti berdasarkan 4 aspek state anxiety dari teori state-trait anxiety oleh Charles Daniel Spielberger (1972). Kuesioner state anxiety terdiri dari 32 item yang mewakili empat aspek state anxiety, yaitu tension, nervousness, worry dan apprehension. Validitas alat ukur dilakukan dengan menggunakan expert validity (content validity). Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menghitung uji statistik dari data primer kemudian dilakukan tabulasi silang dengan data penunjang.
Berdasarkan pengolahan data, diperoleh hasil penelitian bahwa sebesar 65 % wanita hamil dewasa madya yang berisiko pre-eklamsia di Kota Bandung memiliki derajat state anxiety yang tinggi dan sebesar 35 % memiliki derajat state anxiety yang rendah. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa keempat faktor, yaitu usia, tingkat pendidikan, pengalaman terhadap pre-eklamsia dan trait anxiety ternyata tidak memengaruhi state anxiety.
v
Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
This research aims to know the description of state anxiety toward pre-eclamsy on middle adulthood pregnant woman who have risk for the pre-pre-eclamsy in Bandung. The method used in this research was a descriptive method with survey techniques. Sampling was done by using snowball sampling, with a sample of 48 people.
A measuring instrument used in this research made by researcher based on four state anxiety aspect from state-trait anxiety theory by Charles Daniel Spielberger (1972). State anxiety questionnaire consisted of 32 items, which represent four aspect state anxiety that tension, nervousness, worry and apprehension. The validity of the measuring instrument has been done by expert validity. The obtained data then processed by calculating primary data with statistical test and then do a crosstabulation with supporting data.
Based on the results of processing data, it found that as many as 65% middle adulthood pregnant woman who have risk of pre-eclamsy in Bandung have a high state anxiety degree and as much as 35% have a low state anxiety degree. From this research, the conclusions obtained that the four factors such as age, education level, experience toward pre-eclamsy, and trait anxiety were not showed any influence to state anxiety degree.
ix
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ...ii
PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN...iii
PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN...iv
ABSTRAK ...v
ABSTRACT...vi
KATA PENGANTAR...vii
DAFTAR ISI ...x
DAFTAR TABEL ...xv
DAFTAR BAGAN ...xvii
DAFTAR LAMPIRAN...xviii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ...1
1.2Identifikasi Masalah ...12
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ...12
1.3.1 Maksud Penelitian...12
1.3.2 Tujuan Penelitian ...12
1.4Kegunaan Penelitian ...13
1.4.1 Kegunaan Teoretis...13
1.4.2 Kegunaan Praktis ...13
x
Universitas Kristen Maranatha
1.6Asumsi Penelitian ...,...20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan 2.1.1 Pengertian Kecemasan ...22
2.1.2 Stressor ...26
2.1.3 Kecemasan Merupakan Proses Emosional ...27
2.1.4 Simptom-simptom kecemasan ...29
2.1.5 State-Trait Anxiety Theory ...32
2.1.6 Faktor-faktor Yang Memengaruhi Kecemasan ...35
2.1.7 Aspek-aspek State Anxiety ...36
2.2 Masa Dewasa Madya 2.2.1 Karakteristik Masa Dewasa Madya ...37
2.2.2 Perkembangan Fisik Masa Dewasa Madya ...37
2.2.3 Perkembangan Kognitif Masa Dewasa Madya ...39
2.3 Teori Kehamilan 2.3.1 Kehamilan ditinjau dari sudut ilmu pengetahuan ...40
2.3.2 Kehamilan ditinjau secara fisiologis ...40
2.4 Pre-Eklamsia 2.4.1 Etiologi dan Patofisiologi dari Pre-Eklamsia ...41
2.4.2 Gambaran klinis Pre-Eklamsia ...42
xi
Universitas Kristen Maranatha
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian...44
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...45
3.2.1 Variabel Penelitian ...45
3.2.2 Definisi Konseptual ...45
3.2.3 Definisi Operasional ...45
3.3 Alat Ukur 3.3.1 Alat ukur State Anxiety...46
3.3.2 Prosedur Pengisian Kuesioner ...48
3.3.3 Sistem Penilaian...48
3.3.4 Data Penunjang...50
3.3.5 Validitas Alat Ukur...50
3.3.6 Reliabilitas Alat Ukur……….……..51
3.4 Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel 3.4.1 Populasi Sasaran... ...53
3.4.2 Karakteristik Populasi... ...53
3.4.3 Teknik Penarikan Sampel...54
3.5 Teknik Analisis Data ...54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden Penelitian...56
4.1.1 Berdasarkan Usia Kehamilan...56
xii
Universitas Kristen Maranatha
4.1.3 Berdasarkan Kehamilan Ke-...58
4.1.4 Pendidikan Terakhir ………...59
4.2 Hasil Penelitian...59
4.2.1 Hasil Pengukuran Derajat State Anxiety...59
4.2.2 Hasil Tabulasi Silang Antara Derajat State Anxiety Dengan Derajat Aspek Tension, Nervousness, Worry dan Apprehension…60 4.3 Pembahasan Hasil Penelitian...62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...69
5.2 Saran...70
5.2.1 Saran Teoritis...70
5.2.2 Saran Praktis...70
DAFTAR PUSTAKA ...72
DAFTAR RUJUKAN ...73
xvi
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.4.1 Simptom-simptom Kecemasan ...30
Tabel 2.1.4.2 Manifestasi Kecemasan ...32
Tabel 3.1 Kisi-kisi alat ukur state anxiety ...47
Tabel 3.2 Sistem Penilaian...48
Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia Kehamilan...56
Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia...57
Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Kehamilan Ke-...58
Tabel 4.4 Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir dan Pekerjaan...59
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Derajat State Anxiety...59
Tabel 4.6 Tabulasi Silang Antara State Anxiety Dengan Tension...60
Tabel 4.7 Tabulasi Silang Antara State Anxiety Dengan Nervousness...61
Tabel 4.8 Tabulasi Silang Antara State Anxiety Dengan Worry...61
Tabel 4.9 Tabulasi Silang Antara State Anxiety Dengan Apprehension...62 Tabel 4.10 Tabulasi Silang Antara State Anxiety Dengan Trait Anxiety
Tabel 4.11 Tabulasi Silang Antara State Anxiety dengan Tingkat Pendidikan Tabel 4.12 Tabulasi Silang Antara State Anxiety dengan Pengalaman Terhadap
Pre-Eklamsia
Tabel 4.13 Tabulasi Silang Antara State Anxiety dengan Usia Kehamilan Tabel 4.14 Tabulasi Silang Antara State Anxiety dengan Kehamilan Ke-
xvii
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Kerangka Pikir ...22 Bagan 2.1.3 Kecemasan sebagai proses emosional ...28
xviii
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Persetujuan Lampiran 2 Kuesioner Data Penunjang
Lampiran 3 Kuesioner State Anxiety Lampiran 4 Data Primer State Anxiety Lampiran 5 Skor Masing-masing Aspek
Lampiran 6 Data Mentah Trait Anxiety
Lampiran 7 Tabulasi Silang Antara State Anxiety dengan Keempat Aspek
Lampiran 8 Tabulasi Silang Antara State Anxiety dengan Faktor-faktor yang Memengaruhi dan Data Pribadi
Lampiran 9 Kuesioner Trait Anxiety
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Mendapatkan seorang anak merupakan dambaan dari setiap pasangan yang
telah disahkan dalam ikatan pernikahan. Hadirnya seorang anak dalam suatu pasangan sendiri tentunya melalui proses biologis yang panjang. Bagi seorang wanita, kehamilan merupakan saat yang sangat menakjubkan dan juga
menegangkan ketika menyadari bahwa sebuah kehidupan baru tumbuh dan berkembang di dalam rahim. Dimulai dari bertemunya inti ovum (sel telur) dengan inti spermatozoa yang disebut konsepsi atau fertilisasi dan membentuk
zigot hingga mengalami perkembangan selama kurang lebih 40 minggu di dalam rahim ibu dan akhirnya lahir melalui proses persalinan (Manuaba,2005).
Usia kehamilan yang paling ideal bagi seorang perempuan untuk memiliki keturunan adalah pada usia 20 tahun ke atas dan berhenti pada usia 35 tahun. Sebaliknya usia kehamilan bagi perempuan yang berusia di bawah usia 20 tahun
serta diatas 35 tahun disebut kehamilan berisiko tinggi. Hal itulah yang menyebabkan pemerintah Indonesia menetapkan sebuah rumus kependudukan
2:5:35 yang berarti setiap pasangan diharapkan untuk memiliki dua orang anak saja, dengan jarak 5 tahun dan berhenti melahirkan setelah mencapai usia 35 tahun
2
Universitas Kristen Maranatha Kehamilan yang terjadi di usia di bawah 20 tahun dikategorikan sebagai kehamilan risiko tinggi karena secara fisiologis alat reproduksi belum matang dan
memungkinkan terjadinya beberapa hal, antara lain anemia kehamilan, keracunan kehamilan (gestosis), keguguran serta kelainan bawaan. Sebaliknya kehamilan
diatas usia 35 tahun dikategorikan sebagai kehamilan berisiko tinggi karena secara fisiologis kualitas dari ovum atau sel telur perempuan akan menurun serta berisiko mengalami penyakit degeneratif, seperti Pregnancy Induced Hypertension
(tekanan darah tinggi saat kehamilan) dan gestasional diabetes (peningkatan glukosa darah saat kehamilan) serta memperbesar kemungkinan bayi lahir cacat
(Manuaba,2005).
Pregnancy Induced Hypertension dan Gestasional Diabetes yang
termasuk dalam jenis-jenis penyakit degeneratif dapat muncul pada saat
kehamilan, selain dapat disebabkan oleh faktor keturunan juga dapat terjadi karena perubahan hormonal dan bentuk penyesuaian maladaptif pada tubuh
wanita saat kehamilan dan paling sering terjadi bagi wanita yang hamil diatas usia 35 tahun.
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang mengiringi proses penuaan
yang diakibatkan oleh menurunnnya fungsi organ atau alat tubuh. Sementara itu, hal-hal yang termasuk faktor turunan atau genetik, antara lain : gangguan-gangguan seperti obesitas, kelainan tulang atau organ dalam, serta mengandung
anak kembar. Penyakit maupun gangguan-gangguan diatas sebaiknya perlu diwaspadai pada wanita hamil karena dapat memicu berbagai komplikasi
3
Universitas Kristen Maranatha Pre- eklamsia adalah penyakit yang disertai dengan tanda-tanda hipertensi (meningkatnya tekanan darah), edema (pembengkakan hebat pada tangan, kaki
hingga wajah), serta proteinuria (terdapatnya kandungan protein pada air seni). Pada kondisi berat, pre-eklamsia dapat menjadi eklamsia dengan penambahan
gejala kejang-kejang. Di Indonesia sendiri, pre-eklamsia dan eklamsia merupakan penyebab kematian ibu hamil yang berkisar 1,5 sampai 25 %, sedangkan kematian
bayi antara 45 sampai 50% (Manuaba, 2005).
Menurut Dr.Hayka Natasha Silitonga.,Sp.Og (2014), banyak pasien wanita hamil berusia diatas 35 tahun menunjukkan kekhawatiran yang besar terhadap
pre-eklamsia, antara lain : adanya kekhawatiran akan terjadinya keguguran, khawatir mengalami pembedahan operasi Caesar saat usia kandungan belum mencapai usia 42 minggu (bayi lahir prematur), khawatir untuk memiliki anak
lagi (biasanya hal ini terjadi pada wanita yang pada kehamilan sebelumnya mengalami pre-eklamsia), mengalami kesedihan yang berlarut-larut (hal ini
pernah terjadi pada wanita yang pernah mengalami tiga kali keguguran berulang akibat pre-eklamsia), khawatir akan terulangnya kejadian seperti kehilangan memori, mata buram, kejang-kejang, kerusakan ginjal serta gangguan ritme
jantung (hal ini juga terjadi pada wanita yang pada kehamilan sebelumnya mengalami pre-eklamsia), khawatir bayinya terlahir cacat dan terutama risiko
terburuk yang dapat diakibatkan oleh pre-eklamsia yaitu merenggut nyawa ibu dan bayi.
Selain hal diatas, Dr. Hayka juga mengungkapkan bahwa pada beberapa
4
Universitas Kristen Maranatha obesitas, mereka juga mengalami kekhawatiran tertentu dalam menghadapi kehamilannya walaupun belum didiagnosis pre-eklamsia. Kekhawatiran yang
mereka rasakan adalah adanya perasaan khawatir tentang kesehatan janinnya, sering tampak gelisah, mengalami kesulitan tidur atau insomnia, lebih emosional
dari biasanya serta tidak percaya diri dalam menghadapi kehamilannya.
Hal tersebut menunjukkan adanya kecemasan yang dirasakan wanita hamil terhadap pre-eklamsia,Dr.Hayka Natasha Silitonga.,Sp.Og juga menambahkan
bahwa biasanya wanita yang berpotensi mengalami pre-eklamsia ini merasakan ketakutan dan kekhawatiran tinggi yang justru semakin memperburuk kondisi
kehamilannya karena dapat menyebabkan dua gejala komplikasi muncul secara bersamaan. Misalnya tekanan darah yang tidak stabil diakibatkan kecemasan yang tinggi terjadi bersamaan pada wanita yang juga mengalami Diabetes Gestasional
di awal kehamilannya.
Pada umumnya jika terjadi hal seperti ini dokter kandungan akan melakukan tindakan preventif berupa tes darah, pemeriksaan tekanan darah secara
rutin serta pemindaian dengan alat bernama Doppler untuk mengurangi komplikasi. Namun, bagi sebagian besar wanita hamil rasa cemas dan khawatir
tersebut akan tetap ada dan cenderung akan semakin tinggi dimulai dari trimester pertama hingga trimester ketiga kehamilan.
5
Universitas Kristen Maranatha ketegangan serta adanya peningkatan aktivitas sistem saraf otonom. Spielberger mengemukakan dua konstruk dalam menjelaskan kecemasan, yaitu kecemasan
dasar dan kecemasan sesaat. Kecenderungan penghayatan kecemasan yang relatif menetap disebut sebagai kecemasan dasar (trait anxiety) sedangkan kecemasan
sesaat (state anxiety) adalah suatu keadaan atau kondisi emosional dari individu yang bervariasi dalam intensitasnya dan berfluktuasi sepanjang waktu.
Trait anxiety (kecemasan dasar) membedakan bagaimana individu
menanggapi stressor(stimulus yang mengancam), baik itu stressor psikologis maupun stressor yang secara fisik berbahaya, sedangkan state anxiety bertugas
merespon trait anxiety terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh stressor tersebut.
Perbedaan individu dalam menanggapi stressor itu sendiri dipengaruhi
oleh makna stressor tersebut dan pengalaman individu dalam menghadapi stressor dimasa yang lalu. Respon state anxiety dalam menanggapi suatu situasi
yang dinilai mengancam akan diekspresikan langsung melalui perilaku. Hal inilah
yang dihayati oleh individu secara subyektif sehingga individu mengalami rasa khawatir, gelisah, disertai pengaktifan sistem saraf otonom.
Spielberger juga mengemukakan konsep mengenai Cognitive Appraisal (Penilaian Kognitif) yang mekanismenya dipengaruhi oleh trait anxiety, yaitu
6
Universitas Kristen Maranatha individu dengan trait anxiety tinggi cepat merasa cemas dalam menghadapi masalah sehari-hari yang mungkin tidak dinilai sebagai suatu masalah yang besar
bagi orang lain.
Meningginya state anxiety saat individu berhadapan dengan stressor yang
bersifat mengancam (sebagai akibat dari proses cognitive appraisal) dimunculkan secara fisiologis dalam empat aspek yaitu tension, nervousness, worry dan apprehension. Derajat keempat aspek inilah yang menjadi indikasi nyata bagi
individu saat merasakan kecemasan.
Menurut Coleman (dalam Fisher,1988), terdapat juga faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecemasan individu yaitu usia, pengalaman, tingkat
pendidikan dan kecemasan dasar(trait anxiety). Faktor usia dapat memengaruhi cara individu dalam mengevaluasi keadaan yang menimbulkan kecemasan.
Individu dewasa dengan rentang usia 25 sampai dengan 45 tahun biasanya kecemasannya cenderung lebih tinggi daripada individu yang berusia lebih muda dan hal ini cenderung dirasakan lebih bervariasi saat kehamilan(Kaplan &
Sadock, 1997).
Faktor pengalaman adalah faktor yang berkaitan erat dengan proses belajar
individu. Individu yang pernah mengalami pre-eklamsia pada saat kehamilan sebelumnya ataupun juga memiliki relasi atau keluarga yang pernah mengalami
peristiwa pre-eklamsia akan menilai pre-eklamsia sebagai suatu ancaman yang menimbulkan kecemasan dibandingkan individu yang tidak memiliki pengalaman
7
Universitas Kristen Maranatha Faktor tingkat pendidikan berhubungan dengan penerimaan dan pengolahan informasi yang diperoleh oleh individu. Individu yang memeroleh
pendidikan tinggi cenderung lebih baik dalam mengolah informasi yang diperoleh sehingga mampu untuk berpikiran lebih obyektif dan luas sebaliknya kecemasan
cenderung lebih mudah terjadi pada individu dengan tingkat pendidikan yang rendah dikarenakan kurangnya informasi yang diperoleh.
Selanjutnya, trait anxiety berhubungan dengan kecenderungan individu
dalam bereaksi menanggapi suatu stimulus dan tidak tergantung pada waktu. Seperti dijelaskan sebelumnya, individu yang trait anxiety-nya tinggi lebih
mudah memersepsi stressor sebagai ancaman yang menyebabkan state anxiety-nya juga menjadi cenderung lebih tinggi. Keempat faktor inilah yang nantianxiety-nya akan diolah melalui cognitive appraisal sehingga dapat memengaruhi kecemasan
individu.
Dalam batas wajar, kecemasan sampai batas tertentu; dalam hal ini kecemasan tersebut dimunculkan dalam reaksi fisiologis, namun masih bisa
dikendalikan dan tidak mengganggu aktivitas, berguna bagi seorang wanita hamil dan merupakan hal yang normal. Kecemasan dalam bentuk seperti itu akan
berfungsi sebagai sistem alarm yang berfungsi memberikan sinyal-sinyal atau tanda bahaya, sehingga wanita hamil akan lebih siap dan siaga menghadapi keadaan yang akan muncul. Kesiagaan ini dibutuhkan agar wanita hamil tetap
8
Universitas Kristen Maranatha wanita hamil bertindak hati-hati sehingga dapat melakukan tindakan preventif
dalam meminimalisir komplikasi pre-eklamsia.
Kecemasan diluar batas kewajaran atau kecemasan yang tinggi justru malah akan berdampak negatif. Kecemasan seperti ini dapat menganggu
seseorang secara psikis dan fisiologis, berakibat dalam aktivitas sehari-hari serta dapat menganggu kenyamanan orang disekitarnya. Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti terhadap 10 orang wanita hamil yang berusia diatas usia
35 tahun dan memiliki riwayat penyakit turunan dan degeneratif di RS Swasta ‘X’ Bandung, didapatkan data sebagai berikut. Sebanyak 60% responden merasa
sering merasa cemas, 20% responden merasa cemas hanya pada saat-saat tertentu, dan 20% responden jarang merasa cemas.
Dari 60% responden yang sering merasa cemas, mereka mengungkapkan
bahwa sebelum hamil mereka memang mudah merasa cemas dalam melakukan rutinitas sehari-harinya (ada pengaruh dari trait anxiety). Apabila mereka mengalami masalah dalam pekerjaan maupun rumah tangga mereka mudah
merasa gelisah, uring-uringan, kesulitan tidur, lekas marah dan sering berujung pada ketegangan emosional seperti marah-marah dan berteriak pada orang di
sekitarnya.
Saat mereka mengetahui diri mereka sedang hamil (state anxiety), mereka
9
Universitas Kristen Maranatha keguguran di saat bulan kedua kehamilan dikarenakan mengalami pre-eklamsia berat sehingga janinnya sulit berkembang. Responden tersebut mengungkapkan
bahwa ia sering menangis dan mengalami kesulitan tidur karena ia tidak ingin kejadian tersebut terulang. Ia juga mengatakan bahwa sejak hamil ia menjadi
sangat tergantung pada suaminya dan hal tersebut cukup membuat suaminya terganggu.
Ada juga responden yang mengungkapkan bahwa ia mulai merasa
uring-uringan saat mengetahui bahwa tekanan darahnya naik menjadi 130/90 mmHg saat usia kandungan 27 minggu. Ia menjadi lekas marah dan tidak bisa
berkonsentrasi dalam melakukan aktivitas sehari-harinya. Ia juga sering meminta dokter untuk dibuatkan resep obat-obatan penurun tekanan darah yang sebenarnya
tidak boleh dikonsumsi terlalu sering.
Salah seorang responden dengan yang didiagnosa oleh dokter mengalami obesitas atau kelebihan berat badan sejak remaja (obesitas yang dialami oleh
responden ini diakibatkan oleh faktor genetik) mengungkapkan bahwa dalam
menjalani kehamilannya saat ini ia menjadi memilah-milih asupan makanan yang masuk dan tidak jarang ia hanya mengkonsumsi nasi dan lauk secukupnya. Ia
merasa cemas dikarenakan saat kelahiran anak pertamanya ia terpaksa harus mengalami pembedahan Caesar di usia 37 minggu kehamilan. Ia mengalami insomnia parah, pusing, lemas serta tidak bersemangat menjalani aktivitas
10
Universitas Kristen Maranatha Dari 20% responden yang mengalami rasa cemas di saat-saat tertentu, mereka mengungkapkan bahwa sebelum hamil, kadang-kadang mereka
mengalami perasaan cemas dalam menjalani rutinitas sehari-harinya (trait anxiety). Di saat mereka masih merasa mampu untuk mengatasi suatu masalah
mereka biasanya masih bisa menenangkan dirinya, namun ada kalanya masalah muncul bertubi-tubi sehingga memunculkan perasaan cemas yang berlebihan.
Dalam menghadapi kehamilannya saat ini (state anxiety), mereka
mengatakan bahwa dukungan orang terdekat dapat membuat mereka merasa lebih tenang. Namun,apabila mereka mulai merasa sakit perut, tubuh membengkak dan
beberapa gejala lain yang mirip dengan gejala pre-eklamsia, mereka lekas merasa pusing, insomnia dan lemas. Mereka juga mengatakan bahwa mereka mulai sering menangis dan membayangkan hal-hal buruk yang dapat menimpa janinnya. Salah
seorang responden juga mengatakan bahwa ia rela membayar mahal untuk mendapatkan rawat inap di Rumah Sakit selama sebulan penuh untuk
meminimalisir komplikasi pre-eklamsia.
Selain itu, ada juga responden yang mengatakan bahwa dikarenakan ia didiagnosa mengalami gestasional diabetes saat kehamilan ketiganya ia menjadi
lekas tersinggung, mengalami gatal-gatal tanpa sebab, imsonia serta gugup. Responden tersebut mengungkapkan bahwa ia tidak menyangka bahwa keputusannya untuk hamil lagi di usia yang memasuki 41 tahun ternyata bukanlah
keputusannya yang tepat. Ia juga mengatakan kadang ia tidak berkonsentrasi dalam mengurus rumah tangganya dan kedua anaknya yang masih kecil karena
11
Universitas Kristen Maranatha gestasional diabetes ia mulai mempertimbangkan untuk berhenti bekerja agar bisa
rutin mengikuti terapi dari dokter.
Dari 20% responden yang jarang merasa cemas, mereka mengungkapkan bahwa sebelum hamil mereka selalu menjalani rutinitas sehari-harinya dengan
tenang dan jarang merasa cemas (ada pengaruh dari trait anxiety). Mereka mengatakan bahwa mereka baru akan merasa cemas saat menghadapi tekanan
atau masalah yang dirasa benar-benar serius.
Dalam menghadapi kehamilannya saat ini (state anxiety),mereka merasa berusaha untuk tetap tenang dan berpikir positif meskipun salah seorang responden mengungkapkan bahwa baru-baru ini ia didiagnosa mengalami
pre-eklamsia ringan yang ditandai dengan sakit perut yang intens dan pandangan mata yang buram. Responden tersebut mengatakan bahwa ia sempat menangis dan
gelisah sehingga akhirnya memilih rawat inap sementara untuk mengatasi gejala pre-eklamsia tersebut. Namun, saat ini ia mengungkapkan bahwa ia akan mencoba lebih tenang dan lebih banyak berdoa untuk mencegah kemungkinan munculnya
komplikasi lain.
Dari hasil wawancara diatas, didapatkan bahwa pre-eklamsia
menimbulkan kecemasan yang bervariasi bagi wanita hamil, terutama wanita hamil yang berada dalam tahapan usia dewasa madya serta berisiko pre-eklamsia.
12
Universitas Kristen Maranatha (kecemasan sesaat) tentang pre-eklamsia pada wanita hamil dewasa madya yang
berisiko pre-eklamsia di Kota Bandung.
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi dari masalah yang akan diteliti adalah peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran state anxiety tentang pre-eklamsia pada wanita
hamil dewasa madya yang berisiko pre-eklamsia di Kota Bandung.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Untuk mendapatkan gambaran mengenai state anxiety tentang pre-eklamsia pada wanita hamil dewasa madya yang berisiko pre-eklamsia di Kota
Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Untuk memperoleh pemahaman mengenai state anxiety (kecemasan sesaat) tentang eklamsia pada wanita hamil dewasa madya yang berisiko
13
Universitas Kristen Maranatha
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoretis
• Dapat memberikan informasi pengetahuan untuk ilmu Psikologi Klinis,
terutama mengenai state anxiety tentang pre-eklamsia pada wanita hamil dewasa madya yang berisiko pre-eklamsia.
• Memberikan sumbangan informasi kepada peneliti lain yang tertarik untuk
meneliti mengenai state anxiety pada wanita hamil dan mendorong
dikembangkannya penelitian-penelitian lain yang berhubungan dengan topik tersebut.
1.4.2 Kegunaan Praktis
• Memberikan tambahan informasi kepada wanita hamil tentang pentingnya
mengenali gejala-gejala kecemasan yang dapat terjadi pada kehamilan di usia riskan (diatas 35 hingga 45 tahun), efek-efek yang dapat ditimbulkan oleh tingginya kecemasan terhadap pre-eklamsia dan faktor-faktor yang
memengaruhi timbulnya kecemasan terhadap komplikasi tersebut sehingga wanita hamil dapat mengurangi kecemasannya selama kehamilan.
• Memberikan tambahan informasi kepada keluarga, khususnya kepada
suami mengenai state anxiety terhadap pre-eklamsia pada wanita hamil
14
Universitas Kristen Maranatha • Memberikan tambahan informasi kepada pihak rumah sakit, yaitu dokter,
bidan, perawat dan psikolog mengenai state anxiety tentang pre-eklamsia pada wanita hamil dewasa madya yang berisiko pre-eklamsia agar dapat mengetahui dan memahami keadaan psikologis ibu hamil sehingga dapat
menentukan tindakan preventif yang tepat, pendampingan secara psikis serta treatment yang tepat untuk mengurangi tingginya kecemasan yang
dirasakan.
1.5 Kerangka Pikir
Wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun sampai 45 tahun berada dalam usia masa dewasa tengah (middle adulthood). Menurut Santrock (2006), saat
seorang individu memasuki usia masa dewasa tengah (middle adulthood), maka mulai terjadi penurunan kondisi fisik yang dipersulit dengan semakin besarnya
tanggung jawab. Penurunan kondisi fisik yang dimaksud dapat berupa menurunnya kesehatan sistem reproduksi, berkurangnya intensitas aktivitas
seksual, hingga munculnya penyakit-penyakit pra-penuaan (penyakit degeneratif).
Pada masa dewasa madya, periode haid juga mulai mengalami ketidakteraturan yang menjadi pertanda bahwa kualitas sel telur perempuan juga mengalami penurunan. Hal tersebut menyebabkan kehamilan tidak begitu
dianjurkan saat melewati usia 35 tahun. Meskipun begitu, menurut Gilbert Brim (1992) karakteristik-karakteristik ini tidak menggambarkan semua wanita dalam
15
Universitas Kristen Maranatha anak lagi maupun memutuskan untuk siap memiliki seorang anak di periode usia
ini.
Kehamilan yang terjadi pada wanita diatas usia 35 tahun dikategorikan dalam kehamilan berisiko tinggi. Dikategorikan berisiko tinggi karena pada usia
35 tahun keatas seorang wanita rentan untuk mengalami penyakit/ gangguan kesehatan yang disebabkan oleh penuaan atau menurunnya fungsi tubuh. Penyakit atau gangguan tersebut disebut juga penyakit degeneratif. Dampak penyakit
degeneratif ini akan semakin membahayakan karena memperbesar potensi wanita hamil mengalami pre-eklamsia.
Bagi seorang wanita hamil, pre-eklamsia ini dapat dinilai sebagai stressor
karena dapat mengancam keselamatannya dan bayi yang dikandungnya sehingga wanita tersebut dapat merasakan kecemasan selama menjalani kehamilannya.
Sementara apabila kecemasan yang dirasakan cukup tinggi maka akan berdampak buruk bagi kehamilannya.
Menurut Spielberger(1972), kecemasan adalah reaksi emosional yang tidak menyenangkan pada bahaya-bahaya yang nyata maupun bahaya-bahaya yang dibayangkan dan dicirikan dengan adanya perasaan-perasaan ketakutan,
ketegangan serta adanya peningkatan aktivitas sistem saraf otonom (Spielberger,1972). Kecemasan terbagi dalam dua konstruk yaitu kecemasan
sesaat (state anxiety) dan kecemasan dasar (trait anxiety).
Trait anxiety adalah kecemasan dasar atau kecemasan umum yang sifatnya
16
Universitas Kristen Maranatha anxiety tampak dalam caranya merespon masalah sehari-hari, wanita hamil yang
trait anxiety-nya tinggi cenderung merasa cemas dalam menanggapi keberadaan
suatu stimulus yang menjadi ancaman yang mungkin bagi individu lain tidak dinilai mengancam.
Oleh karena itu, trait anxiety mengacu pada perbedaan individual dalam mengalami kecemasan, yaitu perbedaan-perbedaan dalam individu untuk menangkap stimulus yang dianggap berbahaya atau mengancam, sedangkan
kecenderungan berespon pada ancaman-ancaman diperlihatkan dalam bentuk state anxiety (Spielberger,1972).
State anxiety dapat dikonseptualisasikan sebagai keadaan emosional yang
berubah-ubah atau kondisi emosi individu yang memiliki variasi intensitas dan fluktuasi sepanjang waktu. Kondisi ini dihayati sebagai ketegangan yang
dirasakan secara sadar dan diaktivasi oleh sistem saraf pusat. Ketika individu memersepsi suatu keadaan sebagai hal yang berbahaya atau mengancam, maka state anxiety akan berada dalam derajat yang tinggi sehingga dapat menimbulkan
dampak pada kognitif individu (khawatir, sulit berkonsentrasi), emosi (mudah tersinggung, sensitif, marah-marah) dan juga berdampak pada reaksi fisiologis
seperti kehilangan kekuatan otot, merasa lebih lemah dari biasanya.
Reaksi-reaksi tersebut merupakan manifestasi state anxiety yang
17
Universitas Kristen Maranatha tulang sendi menjadi kaku. Pada wanita hamil aspek tension termanifestasi sebagai akibat dari tingginya kecemasan yang dirasakan wanita hamil sehingga
berdampak pada kondisi fisiologisnya.
Aspek nervousness merupakan suatu keadaan gelisah dengan
emosionalitas yang semakin meninggi. Pada wanita hamil aspek nervousness termanifestasi baik secara kognitif, emosi, maupun fisiologis, namun akibat yang ditimbulkan bagi fisiologis tidak sekuat aspek tension. Hal ini yang menyebabkan
wanita hamil mudah tersinggung, tampak gugup apabila mendengar hal-hal tentang kesehatan kehamilan ataupun pre-eklamsia.
Sementara itu, aspek worry melibatkan kognitif wanita hamil sepenuhnya
sehingga timbul penilaian dalam diri wanita hamil bahwa kehamilannya yang berisiko pre-eklamsia merupakan penyebab ketidakmampuan-nya dalam melewati
proses kehamilan sehingga dimanifestasikan dalam kekhawatiran yang berlebihan sebagai usaha untuk mengantisipasi kehamilannya dari pre-eklamsia.
Sama hal-nya dengan aspek worry, aspek apprehension juga melibatkan peran kognitif, namun penilaian yang timbul mengarah pada stressor. Dalam hal ini pre-eklamsia dinilai wanita hamil sebagai suatu ancaman yang berbahaya
sehingga wanita hamil akan melakukan pencegahan yang tampak berlebihan hanya karena ia merasa terlalu khawatir.
18
Universitas Kristen Maranatha individu dalam mengevaluasi keadaan yang menimbulkan kecemasan. Menurut Kaplan dan Sadock (1997), individu dewasa dengan rentang usia 25 sampai
dengan 45 tahun kecemasannya cenderung lebih tinggi daripada individu yang berusia lebih muda dan pada saat seorang wanita menghadapi kehamilan,
kecemasan yang dirasakan akan cenderung menjadi lebih tinggi lagi dari biasanya.
Saat cognitive appraisal wanita hamil memersepsi bahwa keputusannya untuk hamil di usia dewasa madya dapat lebih berisiko mengalami pre-eklamsia
terlebih lagi jika ia memiliki salah satu riwayat penyakit atau gangguan, maka hal tersebut dapat menjadi stressor sehingga derajat state anxiety-nya akan cenderung
tinggi. Namun, apabila cognitive-nya memersepsi bahwa banyak wanita yang bisa melewati proses kehamilan di usia matang tanpa harus merasakan kekhawatiran terhadap pre-eklamsia atau komplikasi apapun, derajat state anxiety-nya akan
cenderung rendah.
Faktor pengalaman adalah faktor yang berkaitan erat dengan proses belajar individu. Individu yang sebelumnya pernah memiliki pengalaman dengan salah
satu stimulus (sumber kecemasan), biasanya akan cenderung lebih cemas dalam menghadapi (stimulus) serupa dan akan menunjukkan perilaku menghindar(Stuart
&Sundeen, 1998).
Bagi individu yang pernah mengalami pre-eklamsia pada saat kehamilan
19
Universitas Kristen Maranatha anxiety-nya akan cenderung tinggi dikarenakan selain adanya kemungkinan
komplikasi tersebut diturunkan secara genetik, individu tersebut telah melihat
maupun mendengar dampak yang timbul dari pre-eklamsia.
Faktor tingkat pendidikan berhubungan dengan penerimaan dan
pengolahan informasi yang diperoleh individu. Individu yang memiliki wawasan serta pengetahuan yang luas mampu mengolah informasi dan dengan keluasan pengetahuan yang dimiliki, individu dimungkinkan untuk membandingkan antara
kebenaran informasi yang satu dan lainnya.
Bagi individu yang cenderung memiliki tingkat pendidikan yang rendah, biasanya lebih kesulitan untuk memiliki pengertian dan telaah yang rinci
mengenai suatu informasi. Pre-Eklamsia selama ini sering ditangani dengan cara yang salah dikarenakan informasi preventif yang didapat mengenai risiko
penyakit ini sering simpang siur sehingga hal ini semakin menyulitkan bagi individu yang cenderung berpendidikan rendah.
Apabila wanita hamil didiagnosa mengalami salah satu penyakit turunan atau degeneratif sehingga berpotensi pre-eklamsia, maka hal ini dapat menjadi stressor baginya karena cognitive-nya menyimpan informasi yang terbatas
mengenai penjelasan lebih lanjut tentang pre-eklamsia, serta cara-cara pencegahannya. Hal inilah yang menyebabkan meningkatnya derajat state anxiety.
20
Universitas Kristen Maranatha cognitive appraisal. Dengan demikian, kerangka pemikiran dalam penelitian ini
dapat disusun dalam bagan sebagai berikut :
Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pikir
1.6 Asumsi Penelitian
• Wanita hamil yang memiliki trait anxiety tinggi, cenderung memiliki state
anxiety yang tinggi karena cognitive appraisal akan memersepsi
pre-eklamsia sebagai ancaman atau keadaan yang membahayakan. Faktor yang memengaruhi
Aspek State Anxiety :
- Tension
- Nervousness
- Worry
- Apprehension
21
Universitas Kristen Maranatha • Wanita hamil yang memiliki trait anxiety rendah, cenderung memiliki
state anxiety yang rendah karena cognitive appraisal memersepsi
pre-eklamsia bukan sebagai ancaman atau keadaan yang membahayakan.
• State anxiety pada wanita hamil dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu
usia, pengalaman, dan tingkat pendidikan.
• State anxiety pada wanita hamil dimanifestasikan secara fisiologis dan
psikologis melalui 4 aspek yaitu tension, nervousness, worry dan
69
Universitas Kristen Maranatha
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai derajat state anxiety yang dilakukan
kepada 48 wanita hamil usia dewasa madya yang berisiko pre-eklamsia di kota Bandung, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Sebagian besar wanita hamil yang berisiko pre-eklamsia (65%) memiliki
derajat state anxiety yang tinggi dan sebagian lagi (35%) memiliki derajat state anxiety yang rendah.
2. Tinggi atau rendahnya derajat state anxiety wanita hamil yang berisiko pre-eklamsia, dimanifestasikan secara kognitif dan fisiologis melalui 4 aspek state anxiety yaitu tension, nervousness, worry dan apprehension.
Dan berdasarkan hasil penelitian, pada wanita hamil berisiko pre-eklamsia dengan derajat state anxiety tinggi, ada kecenderungan derajat dari
keempat aspek-pun tinggi sehingga kecemasannya termanifestasi secara nyata melalui reaksi fisiologis dalam kehidupan sehari-hari.
3. Derajat state anxiety pada diri seseorang dapat dipengaruhi oleh tiga
faktor, yaitu usia, pengalaman, dan tingkat pendidikan. Namun dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa ketiga faktor tidak menunjukkan
70
Universitas Kristen Maranatha
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa
saran yang diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
5.2.1 Saran Teoritis
1. Peneliti lain dapat meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecemasan, dengan memperhatikan kriteria dari responden
serta kemungkinan adanya faktor-faktor lain yang ternyata lebih berpengaruh dalam menimbulkan kecemasan diluar dari faktor -faktor yang dikemukakan oleh
Spielberger.
5.2.2 Saran Praktis
1. Untuk memberikan informasi kepada wanita hamil bahwa pre-eklamsia masih
bisa ditanggulangi dengan cara yang tepat sehingga cognitive appraisal-nya tidak lagi memersepsi bahwa pre-eklamsia akan selalu berbahaya bagi kehamilan, sehingga dari penilaian yang muncul tersebut wanita hamil dapat mengurangi
kecemasannya.
2. Bagi pihak rumah sakit/ medis, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk
memberikan informasi kepada wanita hamil mengenai kehamilan-kehamilan seperti apa yang rentan mengalami pre-eklamsia, efek-efek pre-eklamsia bagi ibu
71
Universitas Kristen Maranatha dapat merubah persepsinya terhadap pre-eklamsia dan dapat melewati proses
kehamilannya tanpa merasakan kecemasan yang berlebihan.
3. Memberikan informasi kepada anggota keluarga, khususnya suami agar mendampingi istrinya, mengingatkan istrinya bahwa pre-eklamsia masih bisa
ditanggulangi apabila istrinya mampu mengontrol kecemasannya selama proses kehamilan, memperhatikan asupan gizi dan gejala-gejala fisik tertentu yang
72
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Gramedia Widiarsana Indonesia
Hamilton, D. M. 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Kaplan, H. I. dan Sadock, B. J. 1997. Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Binarupa Aksara.
Manuaba, Chandranita Ayu Ida. 2005. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP- SP.
Santrock, John W. 2006. Life-Span Development 10th Edition. New York: Mc.Graw Hill.
Spielberger, Charles D. 1972. Current Trends in Theory and Research. London: Academic Press.
Stuart, G. W. dan Sundeen, S. J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
73
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR RUJUKAN
Donald, Alex Sanger. 2011. Studi Deskriptif Mengenai Derajat State Anxiety Pada Siswa Kelas XII yang sedang Menghadapi Persiapan Ujian Nasional di SMA”X” Bandung. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
http://www.babycenter.com/0-preeclamsia-257.bc, diakses pada tanggal 16 Januari 2014.
http://bhougheil.blogspot.com/2010/02/kecemasan.html, diakses pada tanggal 30 Maret 2014.