• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Siswa Sma Negeri 1 Binjai Tentang Minuman Isotonik Berelektrolit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perilaku Siswa Sma Negeri 1 Binjai Tentang Minuman Isotonik Berelektrolit"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU SISWA SMA NEGERI 1 BINJAI TENTANG MINUMAN ISOTONIK BERELEKTROLIT

SKRIPSI

Oleh :

FITRI DIAN NILA SARI NIM. 061000139

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERILAKU SISWA SMA NEGERI 1 BINJAI TENTANG MINUMAN ISOTONIK BERELEKTROLIT

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

FITRI DIAN NILA SARI NIM. 061000139

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul:

PERILAKU SISWA SMA NEGERI 1 BINJAI TENTANG MINUMAN ISOTONIK BERELEKTROLIT

Yang dipersiapkan dan dipertahankankan oleh : FITRI DIAN NILA SARI

NIM : 061000139

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 27 Desember 2010

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji:

Ketua Penguji I Penguji I

dr. Mhd. Arifin Siregar, MS Dra. Jumirah, Apt, MKes NIP. 19581111 198703 1 00 4 NIP. 19580315 198811 2 00 1

Penguji II Penguji III

Dr. Ir. Zulhaida Lubis, MKes Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, MSi NIP. 19620529 198903 2 00 1 NIP. 19680616 199303 2 003

Medan, Desember 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

ABSTRAK

Pada usia remaja, pemilihan makanan bukan dikarenakan oleh gizinya namun hanya karena kesenangan dan agar tidak kehilangan status. Banyaknya minuman isotonik yang beredar kini sudah menjadi gaya hidup baru di masyarakat. Padahal minuman isotonik tidak diperlukan dalam kondisi normal.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional, yang bertujuan untuk mengetahui perilaku siswa SMA Negeri 1 Binjai tentang minuman isotonik berelektrolit. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner pada 81 responden yang dipilih dengan teknik systematik random sampling dan penyajian hasil dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan siswa SMA Negeri 1 Binjai secara umum berada pada kategori baik (66,7%). Sementara itu, sikap dan tindakan siswa SMA Negeri 1 Binjai masing-masing secara umum berada pada kategori sedang, yaitu 90,1% dan 70,4%.

Oleh karena itu, disarankan kepada Dinas Pendidikan Kota Binjai agar bermitra dengan puskesmas dan Balai POM untuk memberi informasi tentang minuman isotonik berelektrolit kepada siswa. Selain itu hendaknya Departemen Komunikasi dan Informasi lebih ketat menyeleksi dan mengawasi iklan-iklan mengenai minuman isotonik yang tersebar agar tidak menyimpang. Begitu pula kepada siswa agar lebih selektif dalam memilih minuman isotonik yang akan dikonsumsi sesuai dengan kebutuhannya.

(5)

ABSTRACT

At adolescent age, the food selection is not because of the nutritions but only because of pleasure and so as not to lose the social level. The number of isotonic beverages which circulate now have become the new life style in society. Though beverage isotonic is not needed in a normal condition.

The purpose of this descriptive study with cross sectional design was to know the behavior of students at SMA Negeri 1 Binjai about isotonic beverage which have electrolyte. The research was carried out by giving questionnaire to 81 respondents which were chosen by systematic random sampling technique and the data result is showed in distribution of frequency table.

The result showed that the knowledge of students at SMA Negeri 1 Binjai was generally in good category (66,7%). Otherwise, the attitude and the actions of students at SMA Negeri 1 Binjai were generally in moderate category, those were 90,1% and 70,4%.

So, it is suggested the Office of Education Binjai to make relation with local government clinic and supervision of medication and food hall in order to give information about isotonic beverage which have electrolyte to the students. Besides that, Department of Communication and Information shall be tighter in selecting and observing the advertisement concerning isotonic beverage which spread over in order not to digress. And also the students shall be more selective in choosing the beverage isotonic to be consumed as according to their requirement.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Fitri Dian Nila Sari

Tempat/ Tanggal Lahir : Binjai, 16 Februari 1988

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Anak ke : 1 (pertama) dari 1 (satu) bersaudara Alamat Rumah : Jl. Sukarno - Hatta No. 551 Km. 17,1

Kec. Binjai Timur, Kota Binjai Sumatera Utara 20735

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri No.028226 Binjai (1994-2000)

2. SMP Negeri 3 Binjai (2000-2003) 3. SMU Negeri 1 Binjai (2003-2006)

4. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (2006-2010)

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha

Pengasih dan Penyayang yang telah memberikan umur panjang dan kesehatan lahir dan batin sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengetahuan,

Sikap, dan Tindakan Siswa SMA Negeri 1 Binjai tentang Minuman Isotonik Berelektrolit”. yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak secara moril maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan ketulusan dan kerendahan hati penulis ingin

mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara (FKM USU).

2. Dra. Jumirah, Apt, MKes selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat sekaligus Dosen Pembimbing II dan Dosen Penguji I, yang telah banyak

meluangkan waktu dan memberikan saran, bimbingan serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. dr. Mhd. Arifin Siregar, MS selaku Dosen Pembimbing I sekaligus sebagai Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan saran, bimbingan serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

(8)

5. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, MSi selaku Dosen Penguji III yang telah

memberikan masukan kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini. 6. dr. Ria Masniari Lubis, Msi selaku Dosen Pembimbing Akademik.

7. Seluruh Dosen pengajar di Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat yang telah mencurahkan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.

8. Seluruh Dosen dan staf di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama

penulis mengikuti pendidikan.

9. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Binjai, Drs. Sukatno yang telah memberi izin

dalam melakukan penelitian ini.

10.Guru SMA Negeri 1 Binjai, Drs. Usmani yang telah membantu dalam kelancaran penelitian. ini

11.Seluruh siswa SMA Negeri 1 Binjai yang telah bersedia menjadi responden dan membantu kelancaran penelitian ini.

12.Teristimewa untuk orang tua tercinta, ayahanda, Drs. Budi Irawadi dan ibunda, Sunartiani, yang telah mencurahkan kasih sayang, mendo’akan, memotivasi, dan memenuhi segala kebutuhan penulis selama ini, serta seluruh keluarga besar atas

doa dan motivasinya.

13.Bang Marihot yang telah membantu kelancaran urusan skripsi ini.

14.Rekan-rekan di FKM USU angkatan 2006, khususnya Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat yang memberi dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(9)

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2010

(10)
(11)

3.7.1. Pengetahuan ... 33

3.7.2. Sikap ... 34

3.7.3. Tindakan ... 34

3.8. Teknik Analisa Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN ……… 37

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………. 37

4.2. Karakteristik Responden ……… .. 37

4.3. Perilaku Responden ………………...… 39

4.3.1. Pengetahuan ………. 39

4.3.2. Sikap ……….... 43

4.3.3. Tindakan ……….. 45

BAB V PEMBAHASAN ……… 49

5.1. Karakteristik Responden ………...… 49

5.2. Perilaku Responden………

.

….…. 49

5.2.1. Pengetahuan ……….... 49

5.2.2. Sikap ……….….. 50

5.2.3. Tindakan.……….. 51

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ……….……….. 54

6.1. Kesimpulan .………..……… 54

6.2. Saran ………...…... 54 DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Perubahan pada air dalam tubuh sesuai usia ... 8

Tabel 2.2. Jumlah pengeluaran cairan tubuh (mL) ... 10 Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Siswa di SMA Negeri 1 Binjai... 38 Tabel 4.2. Gambaran Pengetahuan Siswa SMA Negeri 1 Binjai tentang Minuman

Isotonik Berelektrolit ……… 40

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Siswa SMA Negeri 1 Binjai tentang Minuman Isotonik Berelektrolit ………. 41

Tabel 4.4. Gambaran Sikap Siswa SMA Negeri 1 Binjai tentang Minuman Isotonik Berelektrolit ... 42 Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Sikap Siswa SMA Negeri 1

Binjai terhadap Minuman Isotonik Berelektrolit ………..… 43

Tabel 4.6. Tabulasi Silang antara Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Sikap Siswa SMA Negeri 1 Binjai terhadap Minuman Isotonik

Berelektrolit ……….. 43

Tabel 4.7. Gambaran Tindakan Siswa SMA Negeri 1 Binjai dalam Mengkonsumsi Minuman Isotonik Berelektrolit ………... 44 Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Tindakan Siswa SMA Negeri

Binjai terhadap Minuman Isotonik Berelektrolit ……….. 46

Tabel 4.9. Tabulasi Silang antara Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Tindakan Siswa SMA Negeri 1 Binjai terhadap Minuman Isotonik

Berelektrolit ………..……… 46

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Siswa SMA Negeri 1 Binjai tentang Minuman Isotonik Berelektrolit.

Lampiran 2. Master Data.

Lampiran 3. Hasil Pengolahan Statistik.

Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian kepada Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Binjai.

(14)

ABSTRAK

Pada usia remaja, pemilihan makanan bukan dikarenakan oleh gizinya namun hanya karena kesenangan dan agar tidak kehilangan status. Banyaknya minuman isotonik yang beredar kini sudah menjadi gaya hidup baru di masyarakat. Padahal minuman isotonik tidak diperlukan dalam kondisi normal.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional, yang bertujuan untuk mengetahui perilaku siswa SMA Negeri 1 Binjai tentang minuman isotonik berelektrolit. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner pada 81 responden yang dipilih dengan teknik systematik random sampling dan penyajian hasil dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan siswa SMA Negeri 1 Binjai secara umum berada pada kategori baik (66,7%). Sementara itu, sikap dan tindakan siswa SMA Negeri 1 Binjai masing-masing secara umum berada pada kategori sedang, yaitu 90,1% dan 70,4%.

Oleh karena itu, disarankan kepada Dinas Pendidikan Kota Binjai agar bermitra dengan puskesmas dan Balai POM untuk memberi informasi tentang minuman isotonik berelektrolit kepada siswa. Selain itu hendaknya Departemen Komunikasi dan Informasi lebih ketat menyeleksi dan mengawasi iklan-iklan mengenai minuman isotonik yang tersebar agar tidak menyimpang. Begitu pula kepada siswa agar lebih selektif dalam memilih minuman isotonik yang akan dikonsumsi sesuai dengan kebutuhannya.

(15)

ABSTRACT

At adolescent age, the food selection is not because of the nutritions but only because of pleasure and so as not to lose the social level. The number of isotonic beverages which circulate now have become the new life style in society. Though beverage isotonic is not needed in a normal condition.

The purpose of this descriptive study with cross sectional design was to know the behavior of students at SMA Negeri 1 Binjai about isotonic beverage which have electrolyte. The research was carried out by giving questionnaire to 81 respondents which were chosen by systematic random sampling technique and the data result is showed in distribution of frequency table.

The result showed that the knowledge of students at SMA Negeri 1 Binjai was generally in good category (66,7%). Otherwise, the attitude and the actions of students at SMA Negeri 1 Binjai were generally in moderate category, those were 90,1% and 70,4%.

So, it is suggested the Office of Education Binjai to make relation with local government clinic and supervision of medication and food hall in order to give information about isotonic beverage which have electrolyte to the students. Besides that, Department of Communication and Information shall be tighter in selecting and observing the advertisement concerning isotonic beverage which spread over in order not to digress. And also the students shall be more selective in choosing the beverage isotonic to be consumed as according to their requirement.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan tubuh manusia

akan air dalam sehari sesuai dengan banyaknya air yang keluar atau yang hilang dari dalam tubuh. Saat berolahraga kebutuhan air tentu akan lebih banyak dibanding

dalam keadaan istirahat. Oleh karena saat berolahraga suhu tubuh meningkat dan tubuh menjadi panas. Tubuh yang panas berusaha untuk menjadi dingin dengan cara berkeringat. Keringat - yang keluar saat berolahraga mempunyai tujuan untuk proses

pendinginan tubuh. Keringat yang keluar sangat banyak pada olahraga - selain mengandung air juga mengandung elektrolit (Primana, 2009).

Saat ini minuman isotonik semakin gencar menyerbu pasaran. Melalui iklan, produk ini dicitrakan mampu mengganti cairan tubuh dan mineral-mineral yang hilang dalam waktu singkat. Meski isotonik tidak boleh dikonsumsi sembarangan,

beberapa iklan produk isotonik justru memakai model orang biasa (bukan atlet) sebagai konsumen isotonik. Minuman isotonik itu juga ditenggak pada kondisi biasa

saja, seperti terjebak macet yang tidak selalu identik dengan keluarnya ion-ion tubuh secara berlebihan. Bahkan disebutkan, tanpa menyebut kondisinya, isotonik lebih baik dari air biasa. Dalam hal ini pesatnya perkembangan media massa juga turut

(17)

mudahnya penyebaran persepsi-persepsi yang salah mengenai minuman isotonik di

masyarakat.

Menurut Werdyaningsih (2009) minuman isotonik juga bermanfaat bagi

penderita demam berdarah dan tifus untuk memulihkan kondisinya. Sebenarnya, minuman isotonik ini hanya membantu mempercepat proses pemulihan. Bila si pasien rutin mengkonsumsi minuman isotonik, maka cairan tubuhnya yang hilang

akan tergantikan secara efektif. Minuman ini juga baik dikonsumsi saat mengalami dehidrasi atau diare. Dapat diartikan minuman isotonik fungsinya serupa dengan

oralit

Jika dalam kondisi normal, tidak melakukan aktivitas fisik berat, kita sebetulnya tidak membutuhkan minuman isotonik berelektrolit. Sebab, mineral dan

cairan yang hilang tersebut dapat diperoleh dari garam sebagai bumbu dapur dalam sayuran ataupun lauk pauk yang kita santap dan bahan makanan lain. Jadi apabila

hanya melakukan aktivitas fisik ringan, manusia hanya membutuhkan air putih biasa (Anonim, 2010).

Namun menurut Wardani (2008) di balik kesan kesegarannya, minuman

isotonik dapat berbahaya apabila dikonsumsi sembarangan. Yang menjadikannya berbahaya bukan karena sifat isotonik yang dimilikinya, namun karena kandungan

garam (elektrolit) yang dimilikinya. Apabila dikonsumsi dalam waktu yang panjang dapat menimbulkan efek samping, seperti detak jantung cepat, gangguan ginjal, dan tekanan darah tinggi.

(18)

dan gaya hidup seseorang. Apalagi pada saat usia remaja yang cenderung memiliki

rasa ingin tahu yang besar dan selalu ingin mencoba sesuatu yang baru. Pada saat dia melihat suatu iklan di suatu media dan lingkungan sekitarnya juga menjadikan

produk tersebut seperti life style maka remaja tersebut akan tertarik untuk mencobanya (Irwanto, 2002).

Dalam memilih makanan, remaja memasuki tahap independensi, yaitu

kebebasan dalam memilih makanan apa saja yang disukainya, bahkan tidak berselera lagi makan bersama keluarga di rumah. Aktivitas fisik yang banyak dilakukan di luar

rumah membuat seorang remaja sering dipengaruhi oleh rekan sebayanya. Pemilihan makanan tidak lagi didasari pada kandungan gizi makanan tersebut, melainkan sekedar bersosialisasi untuk kesenangan dan supaya tidak kehilangan status

(Khomsan, 2003). Remaja juga memiliki sifat energik yang menyebabkan aktivitas tumbuh fisik meningkat sehingga kebutuhan gizinya juga akan meningkat (Moehji,

2009). Demikian pula halnya dengan siswa SMA Negeri 1 Binjai yang termasuk dalam periode remaja.

SMA Negeri 1 Binjai merupakan SMA favorit di kota Binjai. Para siswanya

berasal dari berbagai latar belakang. Namun hanya calon siswa yang berasal dari kota Binjai itu yang berhak mendaftar. SMA Negeri 1 Binjai berlokasi di tengah kota

sehingga banyak warung yang menjual makanan dan minuman jajanan di sekitarnya.

Berdasarkan survei pendahuluan, banyak pedagang di sekitar SMA Negeri 1 Binjai yang menjual minuman isotonik berelektrolit. Saat dilakukan wawancara

(19)

sebanyak 3 botol setiap harinya. Dari pengamatan peneliti bahwa sebagian besar

pembelinya ternyata merupakan siswa SMA Negeri 1 Binjai. Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa siswa yang mengkonsumsi minuman isotonik berelektrolit tiap

harinya. Menurut Fransiska Rungkat Zakaria, dosen di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB ( Institute Pertanian Bogor ) dalam berisi garam, isotonik tidak boleh diminum. Apabila berlebihan, kandungan garam

dalam tubuh akan menyebabkan tekanan darah tinggi ( hipertensi).”

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul ”Perilaku Siswa SMA Negeri 1 Binjai tentang Minuman Isotonik Berelektrolit”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah bagaimana perilaku siswa SMA Negeri 1 Binjai tentang minuman isotonik

berelektrolit. 1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perilaku siswa SMA Negeri 1 Binjai tentang minuman isotonik berelektrolit.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan siswa SMA Negeri 1 Binjai tentang minuman isotonik berelektrolit.

(20)

3. Untuk mengetahui tindakan siswa SMA Negeri 1 Binjai dalam mengkonsumsi

minuman isotonik berelektrolit. 1.4. Manfaat

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain:

1. Sebagai informasi bagi siswa SMA Negeri 1 Binjai pada khususnya dan para

pembaca pada umumnya tentang minuman isotonik berelektrolit.

2. Sebagai informasi bagi Dinas Pendidikan Kota Binjai dalam mengkoordinasi

sekolah-sekolah di Binjai terhadap penyebaran informasi mengenai minuman isotonik berelektrolit.

3. Sebagai bahan evaluasi bagi Departemen Komunikasi dan Informasi dalam hal

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Cairan Tubuh

Cairan tubuh

adalah Cairan tubuh merupakan komponen penting bagi

Konsumsi cairan yang ideal untuk memenuhi kebutuhan harian bagi tubuh manusia adalah 1 ml air untuk setiap 1 kkal konsumsi energi tubuh atau dapat juga

diketahui berdasarkan estimasi total jumlah air yang keluar dari dalam tubuh. Secara rata-rata tubuh orang dewasa akan kehilangan 2.5 L cairan per harinya. Sekitar 1.5 L

cairan tubuh keluar melalui urin, 500 ml melalui keluarnya keringat, 400 ml keluar dalam bentuk uap air melalui proses respirasi (pernafasan) dan 100 ml keluar bersama dengan feces (tinja). Sehingga berdasarkan estimasi ini, konsumsi antara 8-10 gelas (1

gelas = 240 ml) biasanya dijadikan sebagai pedoman dalam pemenuhan kebutuhan cairan 1 gelas per harinya (Irawan, 2007).

2.1.1. Fungsi Cairan Tubuh

Dalam proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh, air mempunyai 2 fungsi utama yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat, vitamin dan

mineral serta juga akan berfungsi sebagai pembawa oksigen (O2) ke dalam sel-sel

(22)

samping hasil metabolisme seperti karbon dioksida (CO2) dan juga senyawa nitrat

(Irawan, 2007).

Selain berperan dalam proses metabolisme, air yang terdapat di dalam tubuh

juga akan memiliki berbagai fungsi penting antara lain sebagai pelembab jaringan-jaringan tubuh seperti mata, mulut, dan hidung, pelumas dalam cairan sendi tubuh, katalisator reaksi biologik sel, pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan

membantu dalam menjaga tekanan darah dan konsentrasi zat terlarut. Selain itu agar fungsi-fungsi tubuh dapat berjalan dengan normal, air di dalam tubuh juga akan

berfungsi sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada pada kondisi ideal yaitu ± 37°C (Irawan, 2007).

2.1.2. Komposisi Cairan Tubuh

Semua cairan tubuh adalah air (larutan pelarut), substansi terlarut (zat terlarut).

1. Air

Air adalah substansi kimia denga

tersusun atas dua

Air bersifat tidak pada

merupakan suat banyak zat kimia lainnya, seperti banyak macam

Air (H20) merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di

(23)

Namun bergantung kepadakandungan lemak dan otot yangterdapat di dalam tubuh,

nilai persentase ini dapat bervariasi antara 50-70% dari total berat badan orang dewasa. Oleh karena itu maka tubuh yang terlatih dan terbiasa berolahraga seperti

tubuh seorang atlet biasanyaakan mengandung lebih banyak air jika dibandingkan tubuh non atlet (Irawan, 2007).

Menurut Horne (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi air dalam tubuh

meliputi:

a. Sel-sel lemak: Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan

peningkatan lemak tubuh.

b. Usia: Sesuai aturan, cairan tubuh menurun dengan peningkatan usia.

c. Jenis kelamin: Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proposional,

karena lebih banyak mengandung lemak tubuh.

Tabel 2.1. Perubahan pada air dalam tubuh sesuai usia

Usia Kilogram Berat Badan (%)

Bayi prematur 80

3 bulan 70

6 bulan 60

1-2 tahun 59

11-16 tahun 58

Dewasa 58-60

Dewasa gemuk 40-50

Dewasa kurus 70-75

(Sumber: Horne, 2001).

Untuk mempertahankan status hidrasi, setiap orang dalam sehari rata-rata

(24)

Pemasukan air dalam tubuh terdiri dari air minum dan air yang terkandung

dalam makanan. Air metabolisme diproduksi oleh proses oksidasi dari karbohidrat, protein, dan lemak. (Eastwood, 2003 ; Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan

Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007). Menurut Eastwood (2003) 1 gram karbohidrat, protein, dan lemak masing-masing memproduksi 0.60 gram, 0.41 gram, dan 1.07 gram air.

Air yang diminum atau air dalam makanan diserap di usus, masuk ke pembuluh darah, beredar ke seluruh tubuh. Di kapiler air difiltrasi ke ruang

interstisium, selanjutnya masuk ke dalam sel secara difusi, dan sebaliknya, dari dalam sel keluar kembali. Dari darah difiltrasi di ginjal dan sebagian kecil dibuang sebagai urin, ke saluran cerna dikeluarkan sebagai liur pencernaan (umumnya diserap

kembali), ke kulit dan saluran nafas keluar sebagai keringat dan uap air (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).

Keringat dihasilkan kelenjar keringat yang tersebar di sebagian besar kulit. Bila suhu tubuh meningkat, secara refleks terjadi sekresi keringat. Komposisi air keringat mirip dengan cairan ekstraseluler tetapi kadar garamnya lebih rendah

(hipotonis). Keringat lebih berperan sebagai pengatur suhu tubuh, bukan sebagai pengatur cairan tubuh (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian

(25)

Tabel 2.2. Jumlah pengeluaran cairan tubuh (mL) Kehilangan cairan

tubuh melalui :

Jumlah Pengeluaran Cairan Tubuh (mL)

Pada suhu normal Pada suhu panas Saat bekerja berat

Insensibel kulit 350 350 350

(Sumber: Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).

Kebutuhan air sangat dipengaruhi aktivitas fisik, suhu lingkungan serta suhu tubuh (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan

FKUI, 2007; Eastwood, 2003). Bila udara panas, keringat lebih banyak dihasilkan. Saat berolahraga atau kerja berat, dimana suhu tubuh meningkat, dihasilkan pula

keringat yang lebih banyak. Air berasal dari minuman, makanan dan hasil metabolisme (karbohidrat, protein dan lemak) (Unit Pendidikan

Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007). Namun menurut Eastwood

(2003) selain dipengaruhi oleh suhu udara, kebutuhan air dapat pula dipengaruhi oleh aktivitas, diet, dan kesehatan.

2. Solut (terlarut)

Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut) yaitu elektrolit dan non elektrolit.

(26)

Kation adalah ion-ion yang membentuk muatan positif dalam larutan. Kation

ekstraseluler utama adalah natrium (Na+), sedangkan kation intraseluler utama adalah kalium (K+). Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa natrium ke

luar dan kalium ke dalam (Horne, 2001).

Sedangkan anion adalah ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion ekstraseluler utama adalah klorida (Cl-), sedangkan anion

intraselulernya utama adalah ion fosfat (PO4 3-) (Horne, 2001).

Selain elektrolit, cairan tubuh juga mengandung non-elektrolit.

Non-elektrolit merupakan substansi seperti glukosa dan urea yang tidak berdisoaiasi dalam larutan dan diukur berdasarkan berat (mg/100ml atau mg/dl). Non-elektrolit lainnya yang secara klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubin (Horne, 2001).

2.1.3. Pergerakan dan Keseimbangan Cairan Tubuh

Pergerakan cairan tubuh mencakup penyerapan air di usus, masuk ke

pembuluh darah, dan beredar ke seluruh tubuh. Pada pembuluh kapiler, air mengalami filtrasi ke ruang interstisium, selanjutnya masuk dalam sel melalui proses difusi, sebaliknya air dalam sel keluar ke ruang interstisium dan masuk ke pembuluh

darah (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).

Cairan tubuh berpindah antara kedua kompartemen untuk mempertahankan keseimbangan nilai cairan. Pergerakan cairan tubuh ditentukan oleh beberapa proses transpor yaitu difusi, transpor aktif, filtrasi, dan osmosis (Horne, 2001).

(27)

Transport Aktif adalah bahan bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi.

Banyak zat terlarut penting ditransport secara aktif melewati membran sel meliputi natrium, kalium, hidrogen, glukosa dan asam amino. (Horne, 2001).

Filtrasi adalah merembesnya suatu cairan melalui selaput permeable. Arah perembesan adalah dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi ke daerah dengan tekanan yang lebih rendah (Horne, 2001).

Osmosis adalah gerakan air melewati membran semipermeable dari area dengan konsentrasi zat terlarut rendah ke area dengan konsentrasi zat terlarut lebih

tinggi. Osmosis dapat terjadi melewati semua membran bila konsentrasi zat terlarut pada kedua area berubah (Horne, 2001).

2.2. Elektrolit

Cairan tubuh selain mengandung air juga mengandung bahan lain yang diperlukan oleh tubuh seperti elektrolit. Elektrolit dalam cairan tubuh terdiri dari

kation dan anion. Kation utama dalam cairan tubuh adalah natrium (Na+) dan kalium (K+), sedangkan anion utama adalah klorida (Cl-) (Primana, 2009).

1) Natrium

Di dalam produk pangan atau di dalam tubuh, natrium biasanya berada dalam bentuk garam seperti natrium klorida (NaCl). Di dalam molekul ini, natrium

berada dalam bentuk ion sebagai Na+. Diperkirakan hampir 100 gram dari ion natrium (Na+) terkandung di dalam tubuh manusia. Garam natrium merupakan garam yang dapat secara cepat diserap oleh tubuh dengan minimum kebutuhan untuk orang

(28)

kelebihan natrium yang terjadi di dalam tubuh dapat dikeluarkan melalui urin dan

keringat (Irawan, 2007).

Hampir semua natrium yang terdapat di dalam tubuh akan tersimpan di

dalam soft body tissue dan cairan tubuh. Ion natrium (Na+ ) merupakan kation utama pada cairan ekstraselular (ECF) dengan konsentrasi berkisar antara 135-145 mmol/L. Ion natrium juga berada pada cairan intraseluler (ICF) namun dengan konsentrasi

lebih kecil yaitu ± 3 mmol/L (Irawan, 2007).

Sebagai kation utama dalam cairan ekstraselular, natrium akan berfungsi

untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh, menjaga aktivitas saraf, kontraksi otot dan juga berperan dalam proses absorpsi glukosa. Pada keadaan normal, natrium (Na+) bersama dengan pasangan (terutama klorida, Cl-) akan memberikan kontribusi

lebih dari 90% terhadap efektif osmolalitas di dalam cairan ekstraseluler (Irawan, 2007).

2) Kalium

Kalium merupakan kation utama yang terdapat pada cairan intraseluler dengan konsentrasi ± 150 mmol/L. Sekitar 90% dari total kalium tubuh berada dalam

kompartemen ini. Sekitar 0.4% dari total kalium tubuh akan terdistribusi ke ruangan

vascular yang terdapat pada cairan ekstraseluler dengan konsentrasi 3.5-5.0 mmol /L.

Konsentrasi total kalium dalam tubuh diperkirakan sebanyak 2 g/kg berat badan. Namun jumlah ini dapat bervariasi tergantung pada jenis kelamin, umur dan massa otot. Kebutuhan minimum kalium diperkirakan sebesar 782 mg/hari (Irawan, 2007).

(29)

dengan kalsium (Ca+) dan natrium (Na+), kalium akan berperan dalam transmisi saraf,

pengaturan enzim dan kontraksi otot. Hampir sama dengan natrium, kalium juga merupakan garam yang dapat secara cepat diserap oleh tubuh. Setiap kelebihan

kalium yang terdapat di dalam tubuh akan dikeluarkan melalui urin serta keringat (Irawan, 2007).

3) Klorida

Elektrolit utama yang berada di dalam cairan ekstraseluler (ECF) adalah elektrolit bermuatan negatif yaitu klorida (Cl-). Jumlah ion klorida (Cl-) yang terdapat

di dalam jaringan tubuh diperkirakan sebanyak 1.1 g/kg berat badan dengan konsentrasi antara 98-106 mmol/L. Konsentrasi ion klorida tertinggi terdapat pada cairan serebrospinal seperti otak atau sumsum tulang belakang, lambung dan juga

pankreas (Irawan, 2007).

Sebagai anion utama dalam cairan ekstraseluler, ion klorida juga akan

berperan dalam menjaga keseimbangan cairan elektrolit. Selain itu, ion klorida juga mempunyai fungsi fisiologis penting yaitu sebagai pengatur derajat keasaman lambung dan ikut berperan dalam menjaga keseimbangan asam basa tubuh. Bersama

dengan ion natrium (Na+), ion klorida juga merupakan ion dengan konsentrasi terbesar yang keluar melalui keringat (Irawan, 2007).

2.3. Gangguan Keseimbangan Air dan Elektrolit

Ganggguan keseimbangan elektrolit umumnya berhubungan dengan ketidakseimbangan natrium dan kalium. Ketidakseimbangan elektrolit umumnya

(30)

dibanding dengan ketidakseimbangan natrium (Unit Pendidikan

Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).

2.3.1. Gangguan Keseimbangan Air dan Natrium.

Perubahan yang terjadi pada volume dan komposisi cairan tubuh serta osmolalitas akan menimbulkan 4 (empat) gangguan dasar di dalam tubuh yang secara klinis dikenal Hipovolemia, Edema, Hiponatremia, dan Hipernatremia (Unit

Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).

a. Hipovolemia

Hipovolemia adalah suatu keadaan dengan volume cairan tubuh berkurang; hal ini akan menyebabkan hipoperfusi jaringan. Hipovolemia dapat terjadi pada dua keadaan, yaitu deplesi volume dan dehidrasi (Unit Pendidikan

Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).

Gejala- gejala klinis yang terjadi pada hipovolemia yaitu pusing, kelemahan,

keletihan, anoreksia, mual, muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi dan oliguria, HR meningkat, suhu meningkat, turgor kulit menurun, lidah kering, mukosa mulut kering, mata cekung (Horne, 2001).

1) Deplesi Volume

Deplesi volume adalah keadaan dimana cairan ekstrasel berkurang;

kekurangan air dan natrium terjadi dalam jumlah yang sebanding. Misalnya hilangnya air dan natrium melalui saluran cerna seperti muntah dan diare, perdarahan atau melalui pipa naso-gastrik. Hilangnya air dan natrium juga dapat melalui ginjal

(31)

losses, keringat, luka bakar), atau melalui sekuestrasi cairan (misalnya pada obstruksi

usus, trauma, fraktur, pankreatitis akut) (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).

2) Dehidrasi

Dehidrasi ialah suatu gangguan dalam keseimbangan air yang disertai ”output” yang melebihi ”intake” sehingga jumlah air pada tubuh berkurang. Dehidrasi

dapat terjadi karena kemiskinan air (water depletion), kemiskinan natrium (sodium depletion), dan water and sodium depletion bersama-sama (Staf Pengajar Bagian

Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006).

Water depletion atau dehidrasi primer dapat terjadi pada orang yang mengeluarkan keringat yang sangat banyak, tanpa mendapat penggantian air (Staf

Pengajar Bagian Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006). Gejala-gejala khas pada dehidrasi primer ialah haus, air liur sedikit sekali

sehingga mulut kering, oliguria, sangat lemah, timbulnya gangguan mental seperti halusinasi dan delirium. Kematian akan terjadi bila orang kehilangan air ± 15% atau 22% total body water (Staf Pengajar Bagian Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, 2006).

Sodium depletion atau dehidrasi sekunder terjadi karena tubuh kehilangan

cairan tubuh yang mengandung elektrolit. Sodium depletion sering terjadi akibat keluarnya cairan melalui saluran pencernaan pada keadaan muntah-muntah dan diare yang keras. Gejala-gejala yang terjadi pada sodium depletion yaitu nausea,

(32)

b. Edema

Pada umumnya edema berarti meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler disertai dengan penimbunan cairan ini dalam sela-sela jaringan dan

rongga serosa. Edema dapat bersifat setempat atau umum (Staf Pengajar Bagian Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006).

Edema biasanya lebih nyata pada jaringan lunak atau jaringan ikat yang

renggang, misalnya jaringan subcutis dan paru-paru. Edema pada jaringan subcutis menimbulkan pembengkakan dan tampak paling nyata pada jaringan lunak yang

tekanan jaringannya rendah, seperti sekitar mata dan alat kelamin luar (genitalia sexterna). Kulit di atasnya biasanya menjadi renggang (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).

c. Hiponatremia

Hiponatremia dapat terjadi karena penambahan air atau penurunan cairan kaya

natrium yang digantikan oleh air. Gejala neurologis biasanya tidak terjadi sampai kadar natrium serum turun kira-kira 120-125 mEq/L (Horne, 2001).

Menurut waktu terjadinya, hiponetremia dapat dibagi dalam 2 jenis (Unit

Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007): 1) Hiponatremia akut

(33)

2) Hiponatremia kronik

Hiponatremia kronik adalah kejadian hiponatremia yang berlangsung lambat yaitu lebih dari 48 jam. Pada keadaan ini tidak terjadi gejala yang berat seperti

penurunan kesadaran dan kejang (ada proses adaptasi), gejala yang timbul hanya ringan seperti lemas atau mengantuk.

d. Hipernatremia

Hipernatremia adalah suatu keadaan dengan defisit cairan relatif. Hipernatremia jarang terjadi, umumnya disebabkan resusitasi cairan menggunakan

larutan NaCl 0.9% (kadar natrium 154 mEq/L) dalam jumlah besar. Hipernatremia juga dijumpai pada kasus dehidrasi dengan rasa haus (misal pada kondisi kesadaran terganggu atau gangguan mental) (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan

Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).

e. Isonatremia

Isonatremia adalah suatu keadaan patologis yang tidak menyebabkan gangguan pada kadar natrium di dalam plasma (osmolalitas plasma tetap berada dalam keadaan normal). Menurut Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan

Keprofesian Berkelanjutan FKUI ( 2007) keadaan seperti ini dapat dijumpai pada : 1) Turunnya kadar Na tubuh total diikuti oleh berkurangnya air tubuh total dalam

jumlah seimbang. Terjadi karena pemberian diuretik jangka panjang atau pada beberapa kondisi seperti muntah, diare, perdarahan dan thrid space sequestration. 2) Kondisi normal (steady state).

(34)

2.3.2. Gangguan Keseimbangan Air dan Kalium

Kadar normal kalium plasma berkisar antara 3.5-5 mEq/L. Bila kadar kalium kurang dari 3.5 mEq/L disebut sebagai hipokalemia dan kadar kalium lebih

dari 5 mEq/L disebut sebagai hiperkalemia. Kedua keadaan ini dapat menyebabkan kelainan fatal listrik jantung yang disebut sebagai aritmia, kelebihan ion kalium darah akan menyebabkan gangguan berupa menurunnya potensial trans-membran sel.

Kekurangan ion kalium ini menyebabkan frekuensi denyut jantung melambat (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).

a. Hipokalemia

Hipokalemia merupakan kejadian yang sering dijumpai. Penyebab hipokalemia dapat dibagi sebagai berikut (Unit Pendidikan

Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007) : 1) Asupan Kalium Kurang

Asupan kalium normal berkisar antara 40-120 mEq per hari. Hipokalemia akibat asupan kalium kurang biasanya disertai oleh masalah lain misalnya pada pemberian diuretik atau pemberian diet rendah kalori pada program menurunkan

berat badan (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).

2) Pengeluaran Kalium Berlebihan

Pengeluaran kalium berlebihan terjadi melalui saluran cerna, ginjal atau keringat. Pada saluran cerna bawah (diare, pemakaian pencahar), kalium keluar bersama

(35)

melalui keringat dapat terjadi bila dilakukan latihan berat pada lingkungan yang

panas sehingga produksi keringat mencapai 10 L (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).

3) Kalium Masuk ke Dalam Sel

Kalium masuk ke dalam sel dapat terjadi pada alkalosis ekstrasel, pemberian insulin, peningkatan aktivitas beta-andrenergik, paralisis periodik hipokalemik,

hipotermia. Defisit ion kalium tergantung pada lamanya kontak dengan penyebab dan konsentrasi ion kalium serum (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan

Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).

Tanda-tanda dan gejala yang terjadi pada hipokalemia yaitu keletihan, kelemahan otot, kram kaki, otot lembek atau kendur, mual, muntah, ileus, parestesia,

peningkatan efek digitalis, penurunan konsentrasi urin (mis; poliuria) (Horne, 2001).

b. Hiperkalemia

Istilah hiperkalemia digunakan bila kadar kalium dalam plasma lebih dari 5 mEq/L. Dalam keadaan normal jarang terjadi hiperkalemia oleh karena adanya mekanisme adaptasi oleh tubuh. Hiperkalemia dapat disebabkan oleh keluarnya

kalium dari intrasel ke ekstrasel dan berkurangnya ekskresi kalium melalui ginjal (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI,

2007).

2.4. Minuman Isotonik

Minuman isotonik adalah minuman yang mempunyai tekanan osmotik sama

(36)

olahragawan atau isotonik berkembang dengan pesat sejalan dengan kebutuhan

kegiatan olahraga yang semakin ramai. Pada prinsipnya minuman isotonik ini dirancang untuk mencegah dehidrasi serta untuk memberikan energi yang dapat

digunakan dengan cepat (Winarti, 2006).

Ide pertama munculnya minuman ini berasal dari para dokter yang sering melakukan operasi. Pada saat mereka susah mengambil makanan dan minuman untuk

konsumsinya, para dokter dan paramedis ini sering menggunakan cairan infus sebagai minumannya. Dengan minum cairan tersebut, stamina dan kebugarannya bisa pulih

kembali. Lalu mengapa tidak diproduksi saja cairan infus untuk dikonsumsi secara luas. Dari situlah akhirnya muncul ide untuk menghasilkan minuman yang komposisinya sama dengan cairan infus. Namun, karena cairan infus itu tidak enak,

akhirnya minuman isotonik tersebut dimodifikasi dengan berbagai bahan perasa yang membuatnya enak dan disukai konsumen (Werdyaningsih, 2009).

Sebuah minuman dikatakan isotonik jika dia mempunyai osmolaritasnya sekitar 250 mOsm/L-340 mOsm/L. Kandungan dalam minuman isotonik adalah elektrolit (Na+, K+, Ca2+, Mg2+, Cl-), sedangkan kandungan gula cukup rendah hanya

6%-7% per 100 mL nya (rata-rata = kurang lebih 26 kkal/100 mL, kebutuhan orang dewasa = kurang lebih 2.100 kkal/hari). Gula dalam hal ini dibutuhkan untuk

membantu mempercepat penyerapan elektrolit, dan sudah tentu kandungan yang terbanyak adalah air (Anonim, 2008).

Pertimbangan yang penting dalam membuat formulasi minuman isotonik ini

(37)

suhu tubuh, sehingga dengan demikian meningkatkan kinerja olahraganya. Kedua

sifat ini ditentukan oleh jumlah dan jenis karbohidrat yang terkandung dalam minuman isotonik serta faktor-faktor lainnya. Karena karbohidrat pada kadar kurang

dari 5 % tidak cukup memberikan kalori untuk meningkatkan efisiensi olahraga dan lebih dari 10 % mencegah pengosongan perut, maka minuman isotonik sebaiknya mengandung 6 % sampai 8 % karbohidrat. Glukosa, maltodekstrin, dan sukrosa yang

dapat menstimulasi penyerapan cairan umumnya adalah pemanis yang digunakan dalam minuman isotonik. Sedangkan fruktosa tidak digunakan dalam formulasi

karena lambat penyerapannya (Fardiaz, 1996). 2.5. Remaja

menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992).

sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa

transisi atau peralihan karen memiliki status anak (Arya, 2010). Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004)

perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun

(38)

1.

Pada masa ini,

perkembangan intelektual yang sangat intensif sehingga minat anak pada dunia luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi namun sebelum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya. Selain itu pada masa ini

remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa. 2. Remaja Pertengahan (15-18 Tahun)

Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan tetapi pada badaniah sendiri. Remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan

perenungan terhadap pemikiran filosofis dan etis. Maka dari perasaan yang penuh keraguan pada

pada diri sendiri. dirinya untuk melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang dilakukannya. Selain itu pada masa ini remaja menemuka n diri sendiri atau jati dirnya.

4. Remaja Akhir (18-21 Tahun)

Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal

dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri dengan keberanian. Remaja mulai memahami arah hidupnya dan menyadari tujuan hidupnya. Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang

(39)

2.6. Perilaku

Pengertian perilaku menurut Notoatmodjo (1993) dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa (pendapat, berfikir, bersikap dsb) untuk memberikan respon terhadap

situasi di luar subjek tersebut, dimana respon tersebut dapat bersifat pasif (tanpa tindakan) dan dapat juga bersifat aktif (dengan tindakan).

Perilaku menurut Mantra (1994) adalah merupakan respon (tanggapan)

individu terhadap stimulasi (rangsangan) baik yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya dan dibedakan atas tiga jenis, yaitu :

1. Perilaku ideal

Merupakan perilaku yang dapat diamati yang menurut para ahli perlu dilakukan oleh individu atau masyarakat untuk mengurangi atau membantu memecahkan

masalah.

2. Perilaku pada saat ini

Merupakan perilaku yang dilaksanakan saat ini yang diidentifikasi melalui observasi dan wawancara dilapangan, kemudian dianalisis, dan dikaitkan dengan perilaku ideal serta dicari jawaban mengapa mereka berperilaku seperti itu pada

saat ini.

3. Perilaku yang diharapkan

Merupakan perilaku yang diharapkan bisa dilaksanakan oleh sasaran atu sering disebut sebagai behavior yang akan dituju dalam pelaksanaan suatu program.

2.6.1. Pengetahuan

(40)

panca indera manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, sebab dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

2.6.2. Sikap

Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, berpersepsi dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai.

Menurut Mar’at (1981), ciri-ciri sikap adalah:

a. Sikap dibentuk dan diperoleh sepanjang perkembangan seseorang dalam hubungan dengan objek tertentu.

b. Sikap dapat berubah sesuai dengan keadaan dan syarat-syarat tertentu terhadap suatu kelompok.

c. Sikap dapat berupa suatu hal tertentu tetapi dapat pula juga berupa kumpulan dari

hal-hal tersebut.

d. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan.

Sikap mengandung daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro dan kontra terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan,

(41)

Sikap relatif lebih menetap, timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak

lahir tetapi merupakan hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah. Dalam psikologi sosial, sikap adalah kecenderungan individu yang dapat ditentukan

dari cara-cara berbuat (Notoatmodjo, 2003).

Pada umumnya sikap seseorang akan positif apabila pengetahuan tentang sesuatu hal positif pula, begitu pula sebaliknya. Namun selain pengetahuan, sikap

juga dipengaruhi oleh faktor seperti pendidikan, pengalaman masa lalu, keadaan sosial budaya termasuk norma atau nilai di lingkungan keluarga maupun masyarakat

(Notoatmodjo, 2003). 2.6.3. Tindakan

Suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan, untuk terwujudnya

suatu tindakan (perbuatan yang nyata) dibutuhkan pendukung atau kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas dan dukungan dari berbagai pihak. Adanya

hubungan yang erat antara sikap dan tindakan didukung oleh pengertian sikap yang menyatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak (Notoatmodjo, 2003).

Siswa SMA yang secara usia tergolong periode remaja (13 sampai dengan 18 tahun) memiliki ciri-ciri perilaku yang menonjol terutama terlihat pada perilaku

(42)

2.7. Kerangka Konsep

Menurut Rogers (1974) sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi 6 proses berurutan: awareness, interest, evaluation,

trial, dan adoption. Pada proses awareness orang tersebut sudah mengetahui terlebih dahulu objek. Kemudian dilanjutkan dengan proses interest dan evaluation dimana sikap sudah mulai timbul dan berkembang. Pada proses trial dan adoption subjek

telah mencoba bertindak dan berperilaku baru.

Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi

tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya. Sebagai contoh seorang siswa telah mendengarkan informasi mengenai minuman isotonik. Pengetahuan ini akan membuat siswa tersebut berpikir bagaimana apabila

dia mengkonsumsi minuman isotonik tersebut. Kemudian siswa tersebut berniat akan mengkonsumsi minuman isotonik tersebut. Niat siswa tersebut dapat dikatakan

sebagai sikap. Selanjutnya niat siswa tersebut diputuskannya secara nyata melalui tindakannya dengan mengkonsumsi atau tidak minuman isotonik tersebut.

Pengetahuan dan sikap siswa sangat mempengaruhi tindakannya terhadap

minuman isotonik berelektrolit. Hubungan antara pengetahuan, sikap, dan tindakan dalam kaitannya dengan suatu kegiatan tidak dapat dipisahkan. Adanya pengetahuan

tentang suatu hal akan menyebabkan orang tersebut memiliki sikap yang positif, kemudian akan mempengaruhi niatnya untuk ikut serta dalam suatu tindakan.

Adopsi perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang

(43)

Berdasarkan uraian di atas, maka secara singkat kerangka konsep dalam

penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

. Sikap siswa SMA

terhadap minuman isotonik berelektrolit Pengetahuan siswa SMA tentang minuman isotonik

berelektrolit Tindakan siswa SMA dalam

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskritif, dengan

menggunakan desain penelitian Cross Sectional bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang perilaku siswa SMA Negeri 1 Binjai tentang minuman isotonik

berelektrolit.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Binjai. Penentuan lokasi penelitian

karena SMA Negeri 1 Binjai merupakan sekolah favorit di kota Binjai dan para siswanya tidak ada yang berasal dari luar daerah. Selain itu dari wawancara singkat

peneliti dengan beberapa pedagang minuman di sekitarnya bahwa mereka penjualan minuman isotonik berelektrolit mereka tiap hari rata-rata mencapai 3 botol. Penelitian ini dimulai dari bulan Juli 2010 sampai dengan November 2010.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI dan XII SMA pada saat penelitian dilakukan, tahun ajaran 2010/ 2011 di SMA Negeri 1 Binjai, yaitu sebanyak 488 siswa.

3.3.2. Sampel

(45)

kepercayaan 10% karena pertimbangan waktu, tenaga, biaya, dan fasilitas-fasilitas lainnya.

Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus besar sampel untuk survei sampel (Vincent, 1991) yaitu :

N . Z

α

² . P (1 – P ) n =

( N – 1 ) Gp² + Z

α

² .P ( 1 – P)

Dimana :

N = Besar Populasi n = Besar Sampel

P = Proporsi populasi, dalam penelitian ini ditetapkan 0,5

Z

α

= Tingkat keandalan atau derajat kepercayaan 95% ditetapkan 1,96 Gp = Galat pendugaan atau kesalahan maksimum yang diinginkan peneliti, ditetapkan 10% (0,1)

Maka :

488 . 1,96² . 0,5 ( 1- 0,5)

n =

( 488 – 1) 0,1² + 1,96² . 0,5 ( 1- 0,5)

= 80,38

= 81 orang.

Jadi, sampel dalam penelitian ini sejumlah 81 orang.

Selanjutnya penarikan sampel terhadap populasi dengan cara systematik

random sampling. Pengambilan sampel systematik ialah suatu metode pengambilan

(46)

tertentu (Singarimbun, 1995). Langkah-langkah penerapan metode ini adalah sebagai

berikut :

1. Membuat kerangka sampling

Yaitu daftar populasi siswa di SMA Negeri 1 Binjai kelas XI dan XII. 2. Menentukan interval sampling

Jumlah sampel yang diambil adalah 80 siswa dari populasi sebanyak 488 siswa

pada kelas XI dan XII. Maka interval sampel adalah 488/81 = 6,02 dibulatkan menjadi 6. Hasil pengundian secara acak, misalnya 2 maka siswa yang menjadi

sampel adalah nomor 2, 8, 14, 20 dan seterusnya sampai mencapai jumlah 81 siswa.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder, dimana:

1. Data Primer terdiri dari pengetahuan, sikap, dan tindakan siswa tentang minuman isotonik berelektrolit yang diperoleh dengan wawancara dengan

menggunakan kuesioner.

2. Data Sekunder terdiri dari jumlah siswa, karakteristik siswa, dan data lain

yang mendukung yang diperoleh dari bagian administrasi di SMA Negeri 1 Binjai.

3.5. Defenisi Operasional

(47)

2. Sikap adalah tanggapan siswa terhadap minuman isotonik berelektrolit.

3. Tindakan adalah perbuatan yang dilakukan secara nyata oleh siswa dalam mengkonsumsi minuman isotonik berelektrolit.

4. Minuman isotonik adalah minuman yang mengandung elektrolit dan dapat secara cepat menggantikan ion tubuh yang hilang.

3.6. Uji Validitas dan Reabilitas

Sebelum penyebaran kuesioner pada sampel penelitian, butir-butir pertanyaan pada kuesioner harus diuji validitas dan reabilitas sebagai alat ukur maka terlebih

dahulu diuji pada 20 siswa SMA Negeri 1 Binjai kelas XI dan XII tahun ajaran 2010/ 2011.

Uji validitas menunjukkan sejauh mana skor atau nilai ataupun unsur yang

ingin diukur. Uji validitas dilakukan dengan mengukur korelasi antara masing-masing item pertanyaan dengan skor total variabel dengan nilai item corrected correlation

pada analisis reability statistics. Jika nilai item correted correlation > r tabel (0,444),

maka nilainya dinyatakan valid.

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana statu alat

pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Dalam penelitian ini tehnik untuk menghitung indeks realibilitas yaitu dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha,

yaitu menganalisis realibilitas alat ukur dari satu kali pengukuran dengan ketentuan jika nilai r Cronbach’s Alpha > rtabel (0,361), maka dinyatakan reliabel.

Setelah dilakukan pengujian ternyata didapat hasil bahwa nilai item correted

(48)

reliabilitas yaitu menggunakan metode Cronbach’s Alpha didapat hasil, nilai r

Cronbach’s Alpha (0,626) > rtabel (0,444), maka dinyatakan reliabel.

3.7. Aspek Pengukuran

Adapun variabel yang diukur adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan siswa tentang minuman isotonik berelektrolit.

3.7.1. Pengetahuan

Pengetahuan siswa tentang minuman isotonik berelektrolit dapat diukur dengan metode skoring terhadap kuesioner yang telah diberi bobot dengan kriteria:

1. Apabila jawaban responden dikategorikan tahu maka diberi skor 2 (dua). 2. Apabila jawaban responden dikategorikan kurang tahu maka diberi skor 1

(satu).

3. Apabila jawaban responden dikategorikan tidak tahu maka diberikan skor 0 (nol).

Pertanyaan terdiri dari 10 nomor dengan skor tertinggi masing-masing adalah 20. Berdasarkan jumlah skor yang telah diperoleh maka ukuran tingkat pengetahuan responden menurut Pratomo (1990):

1. Tingkat pengetahuan baik, apabila skor yang diperoleh responden lebih besar dari 75% dari skor maksimum, yaitu > 15.

2. Tingkat pengetahuan sedang, apabila skor yang diperoleh responden sebesar 40% - 75% dari skor maksimum, yaitu 8 - 15.

3. Tingkat pengetahuan kurang, apabila skor yang diperoleh responden lebih

(49)

3.7.2. Sikap

Sikap siswa terhadap minuman isotonik berelektrolit dapat diukur dengan metode skoring terhadap kuesioner yang telah diberi bobot dengan kriteria:

1. Untuk perrnyataan yang bernilai positif (pernyataan no. 1, 2, 5, 6, dan 10) : a. Apabila sikap responden setuju maka diberi skor 2 (dua).

b. Apabila sikap responden kurang setuju maka diberi skor 1 (satu).

c. Apabila sikap responden tidak setuju maka diberi skor 0 (nol). 2. Untuk pernyataan yang bernilai negatif (pernyataan no. 3, 4, 7, 8, dan 9) :

a. Apabila sikap responden setuju maka diberi skor 0 (nol).

b. Apabila sikap responden kurang setuju maka diberi skor 1 (satu). c. Apabila sikap responden tidak setuju maka diberi skor 2 (dua).

Pertanyaan terdiri dari 10 nomor dengan skor tertinggi masing-masing adalah 20. Berdasarkan jumlah skor yang telah diperoleh maka ukuran sikap responden menurut

Pratomo (1990):

1. Baik, apabila skor yang diperoleh responden lebih besar dari 75% dari skor maksimum, yaitu > 15.

2. Sedang, apabila skor yang diperoleh responden sebesar 40% - 75% dari skor maksimum, yaitu 8 - 15.

(50)

3.7.3. Tindakan

Tindakan siswa dalam mengkonsumsi minuman isotonik berelektrolit dapat diukur dengan metode skoring terhadap kuesioner yang telah diberi bobot dengan

kriteria:

1. Apabila tindakan responden baik maka diberi skor 2 (dua).

2. Apabila tindakan responden kurang baik maka diberi skor 1 (satu).

3. Apabila tindakan responden tidak baik maka diberi skor 0 (nol).

Pertanyaan terdiri dari 10 nomor, namun hanya 8 nomor yang dilakukan penskoran,

dengan skor tertinggi masing-masing adalah 16. Berdasarkan jumlah skor yang telah diperoleh maka ukuran sikap responden menurut Pratomo (1990):

1. Baik, apabila skor yang diperoleh responden lebih besar dari 75% dari skor

maksimum, yaitu > 12.

2. Sedang, apabila skor yang diperoleh responden sebesar 40% - 75% dari skor

maksimum, yaitu 6,4 - 12.

3. Kurang, apabila skor yang diperoleh responden lebih kecil dari 40% dari skor maksimum, yaitu < 6,4.

3.8. Teknik Analisa Data

Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing

Data yang dikumpulkan kemudian diperiksa. Bila terdapat kesalahan dalam pengumpulan data, data diperbaiki (editing) dengan cara memeriksa kembali

(51)

b. Koding

Data yang sudah diperiksa kemudian diklasifikasikan dan diberi tanda atau kode.

c. Tabulating

Untuk mempermudah pengolahan data serta pengambilan kesimpulan, data dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi kemudian dianalisis secara

deskriptif.

Data yang dikumpulkan, kemudian dianalisis untuk menggambarkan

(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMA Negeri 1 Binjai merupakan salah satu SMA favorit di kota Binjai.

SMA Negeri 1 Binjai didirikan pada tahun 1958 terletak di Jl. WR.Mongonsidi. Kecamatan Binjai Kota ini memiliki bangunan seluas 6052 m2 dengan jumlah siswa

sebanyak 779 orang. Sekolah ini memiliki tiga buah kantin di dalam sekolah yang menjual berbagai jenis makanan dan minuman jajanan. Sementara itu, tepat di luar gerbang sekolah terdapat beberapa pedagang kaki lima yang juga menjual beraneka

ragam makanan dan minuman jajanan seperti burger, pisang bakar, bakso bakar, makanan dan minuman kemasan, dan permen. Sekolah ini juga terdapat di tengah

kota, sehingga banyak warung yang menyediakan makanan dan minuman jajanan. 4.2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan orang tua,

(53)

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Siswa di SMA Negeri 1 Binjai

No. Karakteristik Siswa Jumlah

n %

5 Pendapatan Keluarga

<3 Juta 47 59,3

3-6 Juta 29 35,8

6-9 Juta 2 2,5

>9 Juta 2 2,5

Total 81 100

Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh jumlah siswa berdasarkan umur yaitu paling banyak yang berumur 16 tahun sebanyak 41 orang (50,6%),

(54)

adalah perempuan sebanyak 54 orang (66,7%), dan laki-laki sebanyak 27 orang

(33,3%).

Tabel di atas juga menunjukkan bahwa pekerjaan ayah siswa yang paling

banyak yaitu sebagai PNS sebanyak 29 orang (35,8%), wiraswasta sebanyak 26 orang (32,1%), dan hanya 5 orang (6,2%) dalam kategori lain-lain (supir, buruh, dan alm.). Sedangkan pekerjaan ibu siswa yang paling banyak yaitu sebagai ibu rumah tangga

sebanyak 47 orang (58,0%), dan paling sedikit yaitu sebagai karyawan swasta sebanyak 1 orang (1,2%). Pendapatan keluarga siswa sebagian besar yaitu <3 juta

rupiah sebanyak 48 orang (59,3%), dan ada pula yang mencapai >9 juta rupiah yaitu sebanyak 2 orang (2,5%).

4.3. Perilaku Responden

Perilaku responden tentang minuman isotonik berelektrolit dapat dilihat dari pengetahuan, sikap, dan tindakan siswa.

4.3.1. Pengetahuan

Pengetahuan siswa diukur meliputi pernah/tidak mendengar istilah minuman isotonik, pengertian minuman isotonik, nama lain minuman isotonik, manfaat

minuman isotonik, jumlah konsumsi ideal, waktu yang ideal dalam mengkonsumsi minuman isotonik, komposisi utama minuman isotonik, jenis minuman yang

(55)

Tabel 4.2. Gambaran Pengetahuan Siswa SMA Negeri 1 Binjai tentang 6. Waktu yang ideal dalam mengkonsumsi

minuman isotonik

67 82,7 11 13,6 3 3,7

7. Komposisi utama minuman isotonik 61 75,3 15 18,5 5 6,2 8. Jenis minuman yang kandungannya

mirip dengan minuman isotonik

67 82,7 8 9,9 6 7,4

9. Bahaya mengkonsumsi minuman isotonik berlebihan

72 88,9 9 11,1 0 0

10. Jenis minuman dengan elektrolit terbesar

70 86,4 3 3,7 8 9,9

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang tahu pengertian minuman isotonik yaitu minuman yang mempunyai tekanan osmotik sama dengan tekanan darah manusia hanya sebanyak 2 orang (2,5%) sedangkan 76 orang lainnya

(93,8%) kurang tahu yaitu menjawab minuman pengganti ion tubuh, dan 2 orang lainnya sama sekali tidak tahu. Begitu pula dengan siswa yang mengetahui nama lain

minuman isotonik adalah larutan oralit hanya 36 orang (44,4%). Adanya nilai yang mencolok juga pada jumlah siswa yang mengetahui jumlah konsumsi cairan yang ideal yaitu 2500 ml/hari hanya sebanyak 23 orang (28,4%) sedangkan 16 orang

(19,8%) lainnya tidak mengetahuinya.

Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa banyak siswa yang sudah

(56)

isotonik adalah setelah melakukan aktivitas fisik dan olahraga yang berat 67 orang

(82,7%), komposisi utama minuman isotonik adalah air, elektrolit, dan gula sebanyak 61 orang (75,3%), jenis minuman yang kandungan mirip dengan minuman isotonik

adalah air kelapa yaitu 67 orang (82,7%), bahaya minuman isotonik berlebihan adalah tekanan darah meningkat dan gangguan ginjal yaitu 72 orang (88,9%), dan yang mengetahui jenis minuman dengan elektrolit terbesar adalah air kelapa sebanyak 70

orang (86,4%).

Berdasarkan hasil skoring dari jawaban siswa maka pengetahuan siswa

tentang minuman isotonik berelektrolit dikategorikan atas tiga yaitu baik, cukup dan kurang. Hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Siswa SMA Negeri 1 Binjai tentang Minuman Isotonik Berelektrolit

No. Ukuran Tingkat Pengetahuan Jumlah

n %

1. Sedang 27 33,3

2. Baik 54 66,7

Total 81 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa paling banyak yang memiliki tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 54 orang (66,7%), dan siswa yang memiliki tingkat pengetahuan sedang yaitu sebanyak 27orang (33,3%).

4.3.2. Sikap

Sikap siswa merupakan respon tertutupnya terhadap fungsi minuman isotonik,

(57)

Tabel 4.4. Gambaran Sikap Siswa SMA Negeri 1 Binjai tentang Minuman

1. Mengkonsumsi minuman isotonik setiap beraktivitas fisik berat

50 61,7 29 35,8 2 2,5

2. Minuman isotonik mampu

mengembalikan cairan tubuh

68 84,0 12 14,8 1 1,2

3. Minuman isotonik boleh dikonsumsi tiap merasa haus

17 21,0 43 53,1 21 25,9

4. Mengkonsumsi minuman isotonik setiap bangun tidur

13 16,0 28 34,6 40 49.4

5 Minuman isotonik tidak dapat untuk semua umur

47 58,0 19 23,5 15 18,5

6. Minuman isotonik baik untuk diare 17 21,0 20 24,7 44 54,3 7. Komposisi utama minuman isotonik

sama dengan cairan oralit

36 44,4 30 37,0 15 18,5

8. Elektrolit tidak terkandung dalam makanan sehari-hari

43 53,1 27 33,3 11 13,6

9. Minuman isotonik baik untuk ginjal 11 13,6 29 35,8 41 50,6 10. Jumlah keringat yang keluar dengan

elektrolit yang hilang

71 87,7 7 8,6 3 3,7

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 71 siswa (87,7%) setuju bahwa

jumlah keringat yang keluar seimbang dengan elektrolit yang hilang. Sementara itu ada 43 orang siswa (53,1%) yang setuju bahwa elektrolit tidak terkandung dalam

makanan sehari-hari, dan 43 orang siswa (54,3%) tidak setuju minuman isotonik baik untuk diare.

Berdasarkan hasil skoring dari jawaban siswa maka sikap siswa dikategorikan

(58)

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Sikap Siswa SMA Negeri 1 Binjai terhadap Minuman Isotonik Berelektrolit

No. Ukuran Tingkat Sikap Jumlah

n %

1 Kurang 2 2,5

2 Sedang 73 90,1

3 Baik 6 7,4

Total 81 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa paling banyak yang memiliki tingkat sikap sedang yaitu sebanyak 73 orang (90,1%), siswa yang memiliki tingkat

sikap baik yaitu sebanyak 6 orang (7,4%), dan siswa dengan tingkat sikap kurang yaitu sebanyak 2 orang (2,5%).

Tabulasi silang antara pengetahuan siswa dengan sikap siswa tehadap

minuman isotonik berelektrolit dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Tabel 4.6. Tabulasi Silang antara Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Sikap Siswa SMA Negeri 1 Binjai terhadap Minuman Isotonik Berelektrolit

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa paling banyak siswa memiliki pengetahuan kategori baik dan sikap kategori sedang yaitu sebanyak 50 orang (92,6%), pengetahuan dan sikap kategori sedang yaitu sebanyak 23 orang (85,2%),

(59)

4.3.3. Tindakan

Tindakan siswa meliputi tindakan mereka dalam mengkonsumsi minuman isotonik berelektrolit, jenis minuman pilihan saat haus, dan pertimbangan dalam

memilih minuman isotonik berelektrolit. Gambaran tindakan siswa tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.7. Gambaran Tindakan Siswa SMA Negeri 1 Binjai dalam Mengkonsumsi Minuman Isotonik Berelektrolit

No Pertanyaan Jumlah

n %

1 Pada saat kapankah kamu mengkonsumsi minuman isotonik berelektrolit?

a. Setelah berolahraga keras 66 81,5

b.Saat merasa haus 12 14,8

c. Setelah bangun tidur. 3 3,7

Total 81 100

2 Apakah kamu sering mengkonsumsi minuman isotonik berelektrolit?

a. Ya 25 30,9

b. Tidak 56 69,1

Total 81 100

3 Seberapa sering kamu mengkonsumsi minuman isotonik berelektrolit?

a. 1-2 botol sehari 13 16,0

b. Tidak tentu, tergantung aktivitas 59 72,8

c. 1-4 botol sebulan 9 11,1

Total 81 100

4 Apabila saat sedang haus kamu ditawarkan beberapa jenis minuman, jenis minuman apa yang kamu pilih?

a. Coca cola, sprite, fanta 8 9,9

b. Aqua, 2 tang, tari 37 45,7

c. Mizone, vitazone, fatigon hydro, pocari sweet 36 44,4

Total 81 100

5 Apakah alasan kamu sering mengkonsumsi minuman isotonik berelektrolit?

a. Rasanya yang enak dan segar 31 38,3

b. Mengembalikan vitalitas sehabis olahraga 46 56,8

c. Sudah menjadi kebiasaan 4 4,9

(60)

Lanjutan Tabel 4.7

6 Apa yang menjadi pertimbangan kamu saat memilih suatu jenis minuman isotonik berelektrolit?

a. Rasa dan harga 30 37,0

b. Pendapat teman dan iklan 6 7,4

c. Kandungan gizi 45 55,6

Total 81 100

7 Siapa yang pertama kali menyarankan kamu meminum minuman isotonik berelektrolit?

a.Tidak ada (keinginan sendiri) 78 96,3

b.Orang tua atau teman 3 3,7

c. Guru olahraga 0 0

Total 81 100

8 Dimana kamu biasanya membeli minuman isotonik berelektrolit?

a. Supermarket 35 43,7

b. Kios/ warung dekat rumah 37 45,7

c. Kantin sekolah 9 11,1

Total 81 100

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa ada 13 orang siswa (16,0%) yang

secara rutin mengkonsumsi 1-2 botol minuman isotonik setiap harinya, dan ada 59 orang (72,8%) yang hanya mengkonsumsi minuman isotonik tergantung pada

aktivitas mereka. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa 66 orang siswa (81,5%) mengaku biasa mengkonsumsi minuman isotonik setelah berolahraga keras, dan 12 orang (14,8%) meminumnya pada saat haus. Dan dari tabel di atas diketahui pula 46

orang (56,8%) mengkonsumsi minuman isotonik dengan alasan untuk mengembalikan vitalitas setelah berolahraga, 31 orang (38,3%) karena rasanya yang

enak dan segar, dan 4 orang (4,9%) yang karena sudah menjadi kebiasaan.

Berdasarkan hasil skoring dari jawaban siswa maka tindakan siswa dikategorikan menjadi 3 yaitu baik, sedang, dan kurang. Kategori tindakan siswa

Gambar

Tabel 2.1. Perubahan pada air dalam tubuh sesuai usia Usia Kilogram Berat Badan (%)
Tabel 2.2. Jumlah pengeluaran cairan tubuh (mL)
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Siswa di SMA Negeri 1 Binjai Jumlah
Tabel 4.2. Gambaran Pengetahuan Siswa SMA Negeri 1 Binjai tentang Minuman Isotonik Berelektrolit
+7

Referensi

Dokumen terkait

yang lebih realistic untuk panjang chord( a). 4) Keandalan dari persamaan Kuang untuk sambungan TN untuk nilai P.. secara umum sangat lemah, meskipun ada variasi yang

Lakes Environmental sebuah perusahaan penghasil perangkat lunak menawarkan aplikasi WRPLOT (Wind Rose Plot) yang dapat melakukan perhitungan dalam menghasilkan

PT Tunas Gemilang Sakti Palembang dalam menjalankan aktivitasnya yaitu melakukan pengambilan dan mengantarkan produk pesanan sesuai dengan alamat yang dituju, oleh karena itu

Kesimpulan penelitian ini adalah; (1) tidak semua pertimbangan hukum putusan MK dalam perkara pengujian Undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar memberikan penafsiran

Terdapat empat aspek yang telah dikaji dalam kajian ini iaitu tahap pemahaman konsep pelajar dalam topik elektrokimia, salah konsep pelajar dalam topik elektrokimia, tahap

Penelitian yang dilakukan oleh Amelia Aghnes (2012) dengan judul Analisis Pengaruh Fluktuasi Kurs (US Dollar dan Euro) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek

[r]

[r]