MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai Gelar S-1 Sarjana Sastra
Oleh: Dina Astrimiati
NIM 1006204
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Hak Cipta
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Oleh
Dina Astrimiati
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Dina Astrimiati 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
DINA ASTRIMIATI
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing 1,
Drs. Memen Durachman M. Hum
NIP 196306081988031002
Pembimbing 2,
Nenden Lilis Aisyah M. Pd
NIP 197109262003122001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Pendidikan Indonesia
Dr. Dadang S. Anshori, M.Si
Dina Astrimiati , 2014
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu i
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG DI KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN” ini berikut seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masuarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Agustus2014
Yang membuat pernyataan,
Dina Astrimiati
Dina Astrimiati , 2014
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
menyampaikan nikmat, hikmah serta muhibah-Nya kepada seluruh umat-Nya
khususnya kepada penulis sehingga tetap diizinkan untuk merasakan setiap
wejangan-wejangan yang dihadirkan oleh-Nya. Shalawat dan salam penulis
curahkan kepada Baginda Rasululllah Saw. beserta para kekasih-kekasih-Nya
yang selalu berada dalam naungan-Nya.
Dengan kenikmatan yang dilimpahkan tak terkira, peneliti diizinkan untuk
merampungkan penyusunan skripsi yang berjudul “Motif Hukuman Pada
Legenda Gunung Pinang Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang Banten”
sebagai wujud dari hasil akhir penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Selain
itu, skripsi ini menjadi salah satu syarat yang harus ditempuh demi memperoleh
gelar Sarjana Sastra.
Penulis secara penuh menyadari bahwa tiada manusia yang sempurna di
dunia ini, begitu pula halnya dengan karya tulis ini. Oleh sebab itu, peneliti
menerima dengan senang hati segala jenis saran, kritikan, dan penilaiannya
terhadap karya tulis yang bersangkutan agar dapat menjadi perbaikan dan catatan
berharga untuk penelitian di masa depan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat,
tidak hanya bagi pembaca namun juga dapat dijadikan acuan pada
penelitian-penelitian selanjutnya.
Dina Astrimiati , 2014
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu iii
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Untaian puji serta syukur tak henti-hentinya peneliti lantunkan kepada Illahi
Rabbi, yang berkat firman dan kasih-Nya, peneliti diberi kesempatan untuk
disampaikan pada penghujung doa dan kerja keras yang telah dilakukan selama
ini. Ucapan terima kasih juga tidak lupa peneliti ucapkan kepada pihak-pihak
yang senantiasa membantu dan mendampingi peneliti dalam proses
menyelesaikan skripsi ini, baik secara moril maupun materiil. Melalui kesempatan
ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Dadang S. Anshori, M.Si selaku ketua jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan
Indonesia;
2. Tedi Permadi M. Hum selaku ketua prodi Bahasa dan sastra Indonesia
sekaligus dosen Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas
Pendidikan Indonesia;
3. Drs. Memen Durachman M. Hum selaku pembimbing 1 yang tidak hanya
setia memberi arahan dan masukan kepada peneliti dalam penelitian
skripsi, namun juga motivasi untuk tetap menjaga semangat dan
menghargai proses belajar;
4. Nenden Lilis A. M. Pd selaku pembimbing 2 yang tidak pernah jenuh
memberikan nasihat dan saran yang membangun secara intensif kepada
peneliti;
5. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah
menyampaikan ilmu dan pengetahuan sehingga menambah cakrawala
Dina Astrimiati , 2014
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu iv
6. Geng TU: Pak Aep, Mas Joko, dan Pak Wawan yang selalu memberikan
informasi penting yang berhubungan dengan akademik sehingga
memudahkan peneliti dalam mengurus segala sesuatunya;
7. Keluarga peneliti, khususnya ibu Christie Arni dan Ayah peneliti. Terima
kasih untuk air mata dan doa yang selalu kalian semaikan di setiap usaha
dan keringat yang mengucur;
8. Masyarakat Kecamatan Kramatwatu, khususnya Bapak Rahmat, Bapak
Khaerudin, Bapak Sain Salili, dan Bapak Anhar selaku informan LGP
yang telah memberikan kecukupan informasi serta keterangan terkait
objek penelitian;
9. Teh Yostiana yang telah banyak memberikan motivasi dan semangat
untuk memperjuangkan karya tulis ini;
10.Kerabat kelompok sosial yang senantiasa hadir bersama kebahagiaan dan
keceriaan selama proses penyusunan skripsi berlangsung: Fanny Marini
T., Citra Annisa A., Dininatiwi R., Raidah Azyyati F., Tiara Rahayu, Eka
B. Pramesty dan Danissa Citra;
11.Kawan seperjuangan lintas kampus, AP (Aswar P. dan Aditya P. red),
yang senantiasa menyediakan fasilitas untuk menunjang terlaksananya
kegiatan penelitian;
12.Ibu, Mas Caesar, Arifin Noor, Dedi, Imam dan Satria yang waktunya rela
direcoki oleh pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan objek penelitian;
13.Kerabat kostan: Teh Nurfadillah, Winda Nurfadilah, Syerel Stevany,
Ratnanengsih, yang menyampaikan bantuan dari Tuhan di menit-menit
terakhir. Juga Kak Amat, Kak Uril, dan segenap keluarga PAS ITB;
14.Kawan sejawat kelas Nondik A dan Nondik B;
15.Pihak-pihak lain yang telah terlibat dalam penggarapan penelitian ini.
Semoga Allah Swt. memberikan kasih dan cinta-Nya kepada semua
Dina Astrimiati , 2014
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu v
tulis sederhana ini dapat menjadi telaga bagi kepentingan ilmu pengetahuan,
khususnya di bidang sastra dan folklor.
Bandung, Agustus 2014
Peneliti
ABSTRAK
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG DI KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Dina Astrimiati
Legenda Gunung Pinang atau LGP merupakan cerita rakyat yang meriwayatkan mengenai keberadaan bentuk gunung pinang yang memiliki kaitan dengan cerita anak durhaka yang terletak di Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang, Banten. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mendeskripsikan secara objektif mengenai hubungan antara anak durhaka dengan motif hukuman yang terdapat pada cerita rakyat bersangkutan. Data yang bersumber dari tiga informan pilihan kemudian ditelusuri melalui lima aspek analisis, di antaranya yakni struktur, proses penciptaan, konteks penuturan, fungsi, dan makna.
Metode penelitian LGP yang dilakukan menggunakan kajian deskriptif yang bersifat analisis. Artinya kajian dilakukan dengan mendeskripsikan fakta-fakta objek yang berhubungan dengan cerita gunung pinang baru kemudian dianalisis. Adapun pendekatan yang digunakan yakni melalui folklor modern yang bersifat holistik.
Dina Astrimiati , 2014
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vi
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan cerita rakyat di suatu kolektif.
DAFTAR ISI PERNYATAAN i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR BAGAN ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 5
C. Batasan Masalah Penelitian ... 5
D. Rumusan Masalah penelitian ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 6
Dina Astrimiati , 2014
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vii
BAB II LANDASAN TEORETIS
A.Pengertian Legenda ... 8
B. Klasifikasi Legenda ... 10
C. Cerita Rakyat LGP Sebagai Legenda ... 11
D.Cerita Rakyat LGP Sebagai Sastra Lisan dan Tradisi Lisan ... 12
E. Teori Motif ... 14
1. Motif Hukuman ... 15
F. Kajian terhadap LGP ... 16
1. Analisis Strukturalisme Todorov ... 16
2. Analisis Proses Penciptaan ... 21
3. Analisis Konteks Penuturan ... 22
4. Fungsi ... 25
5. Makna ... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Metode Penelitian ... 28
B. Objek Penelitian... 28
C. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 30
D.Instrumen Penelitian ... 30
E. Prosedur Penelitian ... 31
F. Keabsahan Data ... 35
G.Definisi Operasional ... 35
H.Bagan Kerangka Berpikir Penelitian ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN MOTIF HUKUMAN LGP A.Analisis LGP 1 ... 38
1. Analisis Struktur ... 38
a) Analisis Alur ... 42
Dina Astrimiati , 2014
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu viii
c) Analisis Latar ... 57
2. Analisis Proses Penciptaan ... 61
a) Proses Pewarisan... 61
b) Proses Penciptaan... 63
3. Analisis Konteks Penuturan ... 64
a) Konteks Situasi ... 65
b) Konteks Budaya ... 69
4. Analisis Fungsi ... 77
5. Analisis Makna... 85
B. Analisis LGP 2 ... 90
1. Analisis Struktur ... 90
a) Analisis Alur ... 90
b) Analisis Tokoh ... 95
c) Analisis Latar... 102
2. Analisis Proses Penciptaan ... 105
a) Proses Pewarisan... 105
b) Proses Penciptaan... 107
3. Analisis Konteks Penuturan ... 108
a) Konteks Situasi ... 108
b) Konteks Budaya ... 112
4. Analisis Fungsi ... 120
5. Analisis Makna... 126
C. Analisis LGP 3 ... 131
1. Analisis Struktur ... 131
a) Analisis Alur ... 131
b) Analisis Tokoh ... 138
c) Analisis Latar ... 155
Dina Astrimiati , 2014
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ix
a) Proses Pewarisan ... 163
b) Proses Penciptaan ... 164
3. Analisis Konteks Penuturan ... 165
a) Konteks Situasi... 166
b) Konteks Budaya ... 168
4. Analisis Fungsi ... 176
5. Analisis Makna... 180
D. Motif Hukuman dalam LGP ... 185
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 191
DAFTAR PUSTAKA ... 194
LAMPIRAN ... 196
BIODATA PENULIS ... 220
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Daftar Informan ... 29
Tabel 3.2 Daftar Pertanyaan ... 30
Tabel 3.3 Daftar Pemerolehan Sumber Data ... 32
Tabel 4.1 Proses Pewarisan LGP 1 ... 62
Tabel 4.2 Proses Pewarisan LGP 2 ... 106
Dina Astrimiati , 2014
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu x
DAFTAR BAGAN
Bagan 4.1 Bagan Alur LGP 1 ... 42
Bagan 4.2 Bagan Alur LGP 2 ... 94
Dina Astrimiati , 2014
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu xi
DAFTAR GAMBAR
Gb. 4.1 Peta Lokasi Desa Pejaten ... 69
Gb. 4.2 Peta Lokasi Desa Tonjong ... 113
Dina Astrimiati , 2014
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1 ABSTRAK
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG DI KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Dina Astrimiati
Legenda Gunung Pinang atau LGP merupakan cerita rakyat yang meriwayatkan mengenai keberadaan bentuk gunung pinang yang memiliki kaitan dengan cerita anak durhaka yang terletak di Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang, Banten. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mendeskripsikan secara objektif mengenai hubungan antara anak durhaka dengan motif hukuman yang terdapat pada cerita rakyat bersangkutan. Data yang bersumber dari tiga informan pilihan kemudian ditelusuri melalui lima aspek analisis, di antaranya yakni struktur, proses penciptaan, konteks penuturan, fungsi, dan makna.
Metode penelitian LGP yang dilakukan menggunakan kajian deskriptif yang bersifat analisis. Artinya kajian dilakukan dengan mendeskripsikan fakta-fakta objek yang berhubungan dengan cerita gunung pinang baru kemudian dianalisis. Adapun pendekatan yang digunakan yakni melalui folklor modern yang bersifat holistik.
Dina Astrimiati , 2014
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Legenda bagian dari folklor merupakan bentuk refleksi dari kehidupan
masyarakat yang membesarkan cerita tersebut. Umumnya memiliki kegunaan
sebagai alat pendidik, pelipur lara, dan sistem proyeksi. Vansina (dalam Hutomo,
1991, hlm.12) mengemukakan bahwa folklor merupakan segala macam
keterangan lisan dalam bentuk laporan tentang suatu hal yang terjadi pada masa
lampau. Danandjaya (2007, hlm.5) mengatakan bahwa folklor merupakan cara
untuk mengabadikan hal-hal yang dirasakan penting oleh masyarakat pada sesuatu
di masa tertentu. Dengan begitu sangatlah jelas bahwa legenda merupakan bentuk
inventarisasi budaya masyarakat yang berbentuk lisan. Keberagaman legenda di
Nusantara menjadi sebuah tolak ukur, sejauh mana suatu masyarakat tersebut
menghargai kebudayaan lisan yang dimiliki.
Kendati demikian, kemunculan folklor tulis di tengah-tengah masyarakat
lisan sering menyebabkan terjadinya transmisi bahkan interpolasi yang
menimbulkan ketegangan antara penelitian folklor lisan dan tulis (Endraswara,
2009, hlm.17). Tidak dapat disangkal bahwa pergerakan waktu terus mendorong
folklor lisan dan tulis berkembang sehingga lambat laun kelisanan akan berbaur
dengan budaya tulis/keberaksaraan. Jika keadaan terus seperti itu, maka para
peneliti dituntut cermat dalam menanggapi dan mengambil data yang aktual dari
kedua hal tersebut.
Legenda yang berkaitan dengan suatu nama tempat dan bentuk topografi,
memiliki jumlah tidak terbatas di setiap daerah bila dibandingkan dengan mite
atau dongeng (Alan Dundes dalam Danandjaya, 2007, hlm.67). Kajian legenda
setempat di Nusantara telah mendapatkan banyak perhatian dari kalangan para
sarjana, khususnya pemerhati folklor, terlebih legenda setempat mengenai asal
muasal nama gunung.Animo masyarakat peneliti terhadap pengkajian legenda
2
Dina Astrimiati , 2014
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lantaran karakteristik sebuah cerita rakyat yang memiliki versi dan variannya,
sehingga dari sebuah penelitian dapat diketahui daerah mana saja yang memiliki
cerita yang semacam dengan penelitian yang dilakukan. Beberapa contoh
penelitian yang berkaitan dengan pengkajian legenda gunung yakni disertasi Ayu
Sutarto berjudul Suku Tengger Gunung Bromo dan legenda Gunung Kemukus
oleh Novitasari.
Adapun legenda serupa yang terdapat di daerah lainnya adalah legenda
asalMula Nama Tengger dan Terjadinya Gunung Batokberasal yang dari Jawa
Timur. Keduanya memiliki kesamaan motif yakni „motif gunung atau bukit yang tercipta dari kegiatan dewa atau tokoh legendaris di zaman dahulu‟ dan „motif ganjaran sebagai upah melaksanakan suatu tugas tertentu, yang secara tipu muslihat tidak diberikan‟ (Danandjaya, 2007, hlm.80). Motif-motif tersebut merupakan unsur-unsur cerita yang dapat dipergunakan bagi keperluan
penganalisisan dan perbandingan. Legenda setempat yang berhubungan erat
dengan bentuk topografi juga terdapat di kabupaten Serang, Banten.
Serang merupakan salah satu di antara sekian banyak daerah di Nusantara
yang memiliki ragam folklor, termasuk legenda. Daratan yang beriklim tropis
tersebut memiliki lore yang penyebarannya dilakukan secara turun-temurun baik
melalui lisan, gerak isyarat (gesture) dan atau alat pembantu pengingat. Salah satu
legenda setempat yang masih dipertahankan keeksistensiannya hingga kini yakni
legenda Gunung Pinang(selanjutnya akan disingkat menjadi LGP). LGP
merupakan cerita masyarakat Serang yang kini kian jarang diceritakan oleh
penutur aktif. Hal tersebut ditandai dengan minimnya ketidaktahuan penduduk
lokal sendiri mengenai keutuhan cerita dari LGP.
Kendati demikian, masyarakat Serang, khususnya masyarakat di Kecamatan
Kramatwatu tersebut mempercayai bahwa keberadaan Gunung Pinang sendiri
merupakan bentuk jelmaan dari kemurkaan seorang ibu karena tindakan anaknya
yang berbuat durhaka terhadap dirinya. Gunung yang berlokasi di perbatasan
kabupaten Serang dan Cilegon tersebut menarik bukan karena bentuk gunungnya
3
Dina Astrimiati , 2014
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
keberadaan cerita tersebut yang dijadikan sebagai alat proyeksi dan pendidikan
bagi anak-anak setempat agar tidak berbuat durhaka terhadap orang tua. Ditinjau
dari beberapa segi, motif LGP memiliki kesamaan motif dengan anak durhaka
lainnya, tidak hanya di Nusantara bahkan di dunia. Contoh motif anak durhaka
yang sangat terkenal di Indonesia yakni legenda Malin Kundang, sedangkan
legenda anak durhaka di dunia salah satu contohnya yaitu Si Tenggang dari
Malaysia.
Kabupaten Serang terletak di provinsi Banten dengan pusat
pemerintahannya berada di kota Serang. Tidak dapat disangkal jika dari
perkembangan tersebut akan memberi pengaruh besar terhadap sektor lainnya,
seperti perdagangan, jasa, pariwisata, dll. Kehadiran pemukiman industri pun
turut memengaruhi peningkatan jumlah penduduk dan sistem budaya. Mata
pencaharian yang pada awalnya sebagian besar adalah petani ladang, lambat laun
bertransisi menjadi pedagang, buruh, dsb. Bukan hal yang muskil apabila kondisi
tersebut akan menyebabkan pergeseran budaya terjadi. Seperti yang terjadi pada
keberadaan cerita LGP yang semakin tergerus waktu dari masyarakat penciptanya.
Ditinjau dari berbagai segi, motif LGP memiliki kesamaan motif anak
durhaka dengan beberapa cerita legenda di Nusantara seperti Sampuraga
(Kalimantan Tengah), Amat Rhang Mayang (Aceh), Joko Poneng (Brebes),
Boncel (Sunda), Gunung Batu Hapu (Kalimantan Selatan) dan Si Kintan (Aceh).
Motif anak durhaka di Nusantara umumnya memiliki kesamaan motif yang
menceritakan tentang seorang anak yang telah mengkhianati ibunya setelah
dirinya berhasil meraih kesuksesan dan kemapanan. Motif hukuman yang
dihadirkan pun tidak jauh berbeda. Pada kasus LGPmisalnya, hukuman yang
dihadirkan berupa kiamat kecil yang akhirnya mampu meluluhlantakkan seisi
dermaga dan membalikkan kapal. Cerita tersebut mirip sekali dengan legenda
gunung batu Sampuraga yang berasal dari Kalimantan Tengah. Namun, motif
hukuman terlihat berbeda dengan cerita yang berasal dari alamagraris berlatar
geografis pegunungan seperti pada kisah Boncel dari suku Sunda. Hukuman yang
4
Dina Astrimiati , 2014
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menjemput si tokoh. Meskipun memiliki jenis tipologi yang sama, namun
penggambaran hukuman yang dihadirkan di setiap daerah berbeda-beda, salah
satunya bergantung pada letak geografis daerah masing-masing. Oleh karena itu,
peneliti bermaksud untuk mengkaji penggambaran hukuman pada legenda
Gunung Pinang tentang anak durhaka di kabupaten Serang, Banten.
Dari penelitian sebelumnya, peneliti menemukan penelitian terdahulu yang
dapat dijadikan pedoman dan tuntunan dalam menyelesaikan penelitian ini. Adapun skripsi M. Riezky Novtriansyah (2013) yang berjudul “Kajian Antropologi Sastra cerita Rakyat Banten dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
di SMP” yang berisi mengenai pencatatan dan penganalisisan bahan data yang bersumber dari buku cerita rakyat Banten terbitan Kemendikbud. Penelitian
tersebut menguraikan bagaimana pola pikir masyarakat Banten secara global dan
keseluruhan, tercermin dari lima cerita lokal Banten yang salah satu di antaranya
memuat cerita LGP.
Adapun penelitian lainnya yang berkaitan dengan motif hukuman anak durhaka yakni skripsi Risna Tiadi (2009) berjudul “Kajian Perbandingan Motif Anak Durhaka Dalam Cerita Malin kundang Dengan Regen Boncel”. Karya ilmiah tersebut berusaha membanding-bandingkan cerita Malin Kundang dengan
Regen Boncel yang bersumber dari Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara terbitan
Pustaka Mandiri menggunakan teori-teori yang relevan.
Berdasarkan dari penelitian-penelitian sebelumnya yang membahas
mengenai unsur-unsur kebudayaan Banten yang bersumber dari buku cerita
Banten terbitan Kemendikbud,maupunpenelitian yang membahas mengenai motif
anak durhaka yang bersumber dari cerita anakNusantara terbitan Pustaka Mandiri,
penelitian yang akan dilakukan kali ini melibatkan setidaknya tiga sumber data
dari tiga informan untuk mendeskripsikan struktur cerita LGP menggunakan teori
relevan yang akan diulas pada bagian selanjutnya. Selain itu, penelitian ini
berusaha menyinggung secara eksplisit keterkaitan antara motif hukuman
LGPdengan legenda-legenda lain di Nusantara yang telah disebutkan sebelumnya.
5
Dina Astrimiati , 2014
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sebelumnya yakni sama-sama mengangkat LGP atau motif anak durhaka menjadi
objek penelitian.
Dengan mempertimbangkan hal yang telah dikemukakan di atas, peneliti
tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai motif hukuman dalam kajian
LGP. Hal tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian terhadap cerita
rakyat tersebut yang berada di Kabupaten Serang, Bantendengan judul “Motif Hukuman Pada Legenda Gunung Pinang Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang, Banten”.
Perlu disadari bahwa tradisi yang lahir dan berkembang di Indonesia
merupakan salah satu ciri khas dan identitas suatu bangsa. Sangat disayangkan
apabila masyarakat bersikap acuh dan mengabaikan keberadaan tradisi lisan. Jika
keadaan seperti ini berlangsung terus-menerus maka dapat dipastikan tradisi yang
dititipkan dari nenek moyang akan mengalami involusi bahkan binasa seiring
berjalannya waktu sehingga tidak akan ada catatan sejarah yang berarti.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Berangkat dari latar belakang di atas, maka peneliti memaparkan
permasalahan yang terjadi sebagai berikut.
1. Jumlah penutur LGPyang semakin sedikit di tengah kehidupan
masyarakat modern sehingga penuturan kini jarang dilakukan;
2. Ketidaktahuan masyarakat kini mengenai keutuhan cerita LGP;
3. Keterkaitan motif hukuman dan nilai moral di dalam masyarakat.
C. Batasan Masalah Penelitian
Peneliti membatasi permasalahan yang akan dikaji agar penelitian tidak
meluas. Adapun batasan masalah tersebut yakni penelitian ini mengkhususkan diri
untuk meneliti struktur, fungsi, proses penelitian, konteks penuturan, dan struktur
makna dari LGP yang bersumber dari tiga narasumber yang dipilih berdasarkan
dengan kriteria yang ditentukan yang terdapat di Kecamatan Kramatwatu
6
Dina Astrimiati , 2014
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Rumusan Masalah Penelitian
Berangkat dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, peneliti
mengajukan rumusan masalah yang kemudian dapat dijadikan acuan penelitian.
1. Bagaimana struktur LGPdi kecamatan Kramatwatu?
2. Bagaimana proses penciptaan LGP Kecamatan Kramatwatu?
3. Bagaimana konteks penuturan yang terdapat pada LGPdi
kecamatan Kramatwatu?
4. Bagaimana fungsi LGP di kecamatan Kramatwatu?
5. Bagaimana makna yang terkandung dalam LGP di kecamatan
Kramatwatu?
6. Bagaimana motif hukuman yang hadir dalam LGP di kecamatan
Kramatwatu?
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan keterkaitan latar belakang dan rumusan masalah yang telah
dipaparkan dimuka, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hal-hal
sebagai berikut.
1. Struktur LGP di kecamatan Kramatwatu;
2. Proses penciptaan LGPdi kecamatan Kramatwatu;
3. Konteks penuturan LGPdi kecamatan Kramatwatu;
4. Fungsi LGPdi kecamatan Kramatwatu;
5. Makna LGPkecamatan Kramatwatu;
6. Motif hukuman yang hadir dalam LGP di kecamatan Kramatwatu.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis dan manfaat
7
Dina Astrimiati , 2014
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Manfaat Teoretis
a. Menambah referensi tentang konsep hukuman tipologi anak
durhaka;
b. Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya atau penelitian
serupa mengenai legenda;
c. Sebagai upaya pelestarian budaya lisan yang masih aktif bertahan
dalam kolektif.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai sarana inventarisasi tradisi lisan masyarakat agar tidak
hilang ditelan arus globalisasi;
b. Mengetahui nilai folklor/budaya masyarakat lokal/setempat terkait
LGP;
c. Sebagai alat didaktis bagi pembaca khususmya anak-anak di
Nusantara.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam karya tulis ini berfungsi untuk memberikan
arahan terhadap langkah-langkah suatu penelitian. Adapun sistematika penulisan
dalam penelitian terdiri dari lima bab yakni.
Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang
masalah yang menguraikan alasan diadakannya penelitian serta objek yang akan
dikaji. Pembatasan masalah mencakup masalah-masalah yang terdapat dalam
objek kajian serta batasannya. Perumusan masalah mencakup masalah yang
terdapat dalam objek kajian yang hendak dicapai. Tujuan Penelitian mengarah
pada rencana yang hendak dicapai dalam penelitian ini. Manfaat penelitian berisi
seputar manfaat yang dihasilkan dari penelitian ini, terdapat manfaat teoritis dan
praktis. Sistematika penulisan berisi langkah-langkah dalam makalah ini. Bab
kedua merupakan landasan teori yang terdiri dari teori-teori yang dipakai dalam
mengkaji objek.Kemudian pada bab dua terdiri dari landasan teori yang
mengemukakan mengenai kajian pustaka berupa teori-teori yang dikembangkan
8
Dina Astrimiati , 2014
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bab ketiga menyajikan metodologi penelitian yang mencakup lokasi dan
sampel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan
data, dan metodologi yang digunakan dalam penelitian. Bab empat merupakan
uraian dari hasil penelitian dan pembahasan. Kemudian pada bab lima
menguraikan isi simpulan dan saran sebagai ringkasan dari pembahasan
Dina Astrimiati , 2014
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A.Metode Penelitian
Metode dianggap sebagai strategi untuk mencapai pemahaman mengenai
sebuah realitas. Pemahaman mengenai metode yang berfungsi untuk memecahkan
suatu masalah sangat diperlukan. Metode yang digunakan dalam penelitian LGP
yakni metode penelitian deksriptif analisis. Artinya, penelitian ini
mendeskripsikan fakta-fakta objek yang ada baru kemudian di analisis. Metode
tersebut biasa diaplikasikan dalam penelitian folklor dan kebudayaan. Menurut
Ratna (2004, hlm.34) metode deskriptif analisis diperoleh dari penggabungan dua
metode, dengan ketentuan bahwa kedua metode yang disatukan tidak
bertentangan. Penelitian semacam ini bertujuan untuk memberikan arti dan
interpretasi terhadap masalah yang kompleks. Metode penelitian ini sangat cocok
untuk mengetahui dan mendeskripsikan struktur, konteks penuturan, proses
penciptaan, fungsi, makna, juga motif hukuman secara menyeluruh pada LGP.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan telaah studi pustaka, studi
lapangan/observasi dan penganalisisan data. Asal-usul LGP diperoleh dari
sekurang-kurangnya tiga informan yang terpilih dari Kecamatan Kramatwatu
Kabupaten Serang, Banten.
Secara definitif, pendekatan penelitian merupakan proses atau cara dalam
mendekati objek kajian. Model pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
yakni menggunakan pendekatan folklor modern yang bersifat holistik, yakni
pendekatan yang dilakukan dengan mengumpulkan tidak hanya lore-nya saja,
namun juga folk-nya. Pendekatan dengan model semacam ini sering digunakan
oleh para ahli folklor, mengingat pendekatan lainnya yang serupa masih terfokus
pada folk atau lore-nya saja.
29
Dina Astrimiati , 2014
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Secara umum, Dampu Awang merupakan tokoh dari LGPyang dituturkan
oleh penutur aktif. Teks LGPdidapat dengan melakukan perekaman dari penutur
asli yang selanjutnya dianalisis menggunakan kajian struktural.
Lokasi administratif gunung pinangberada tepat di perbatasan antara
kabupaten Serang dan Cilegon. Kemudian dibuka secara umum pada tanggal 1991
sebagai lokasi pariwisata. Lokasi yang memiliki ketinggian 0-300 mdpl tersebut
dimanfaatkan oleh wisatawan domestik untuk berolahraga sepeda gunung, piknik,
dan penelitian kehutanan. Terdapat makam yang terletak di puncak gunung
pinang dan tidak diketahui pemiliknya dan sering didatangi wisatawan lokal untuk
sekedar berziarah ke makam tersebut. Masyarakat juga meyakini bahwa gunung
pinang sering disebut-sebut sebagai lokasi pengasingan atau bertapa dan memiliki
suasana magis di dalamnya.
Adapun cerita LGP yang dianalisis mengacu pada sumber utama data
primer dan data sekunder. Sumber data primer berupa tuturan yang diperoleh dari
informan berupa teks lisan yang direkam. Sedangkan data sekunder diperoleh
berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan dari informan berupa hal-hal di luar
konteks cerita namun masih berkaitan dengan cerita LGP. Adapun data informan
yang digunakan peneliti dalam mengkaji LGP yakni sebagai berikut.
Tabel 3.1 Data Informan
No. Nama Informan
Tempat, Tanggal Lahir
Pendidikan Jabatan Alamat
1. KH. Haerudin Serang,
1949 Sekolah Rakyat, Madrasah Aliyyah Pensiunan Angkatan Darat, Wiraswasta Kampung Kerikil Desa Pejaten
2. KH.Sain
Alaihin
Serang,
1942
Pesantren Pensiunan
Guru
Agama
Kampung
Kepuh
30
Dina Astrimiati , 2014
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tonjong
3. Anhar Serang,
1940
SD/Sekolah
Rakyat
Buruh Kampung
Lebakbulus
Desa
Lebakwana
*Sumber data peneliti
C.Waktu dan Lokasi Penelitian
Sebagai cerita lokal, LGP tersebar di empat kecamatan di kabupaten Serang.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada observasi awal, masyarakat di
Kecamatan Kramatwatu merupakan pewaris aktif yang menguasai cerita LGP.
Hal tersebut selain karena didasari oleh banyaknya kuantitas penutur yang
memahami cerita LGP, daerah tersebut merupakan lokasi terdekat dari letak lokasi
gunung pinang berada. Penelitian berfokus pada 3 desa yang menjadi bagian dari
Kecamatan Kramatwatu, yakni desa Pejaten, desa Tonjong dan desa Lebakwana.
Adapun waktu yang dilakukan dalam penelitian ini yakni dilakukan selama
kurun waktu 6 bulan. Sedangkan pada tanggal 6 Oktober 2013 di siang hari
(informan I), tanggal 10 Oktober 2013 di sore hari (informan 2) dan 11 Oktober
2013 (informan 3). Lokasi perekaman dilakukan di kediaman masing-masing
informan, mengingat kenyamanan penutur menjadi hal yang penting dan
diutamakan ketika menuturkan LGP.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dilakukan sebagai sarana penelitian yang digunakan
untuk mengumpulkan, memeriksa, menganalisa data secara sistematis sebagai alat
memecahkan permasalahan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yakni
observasi/pengamatan dan wawancara. Observasi dilakukan bertujuan untuk
menentukan informan, sedangkan wawancara dilakukan untuk mengetahui dan
melengkapi data-data penelitian yang berkaitan dengan konteks cerita. Adapun
31
Dina Astrimiati , 2014
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.2 Tabel Daftar Pertanyaan
No. Pertanyaan
1. Bagaimana cerita LGP di masyarakat kecamatan Kramatwatu?
2. Apa fungsi dari cerita LGP di masyarakat setempat?
3. Apakah cerita tersebut masih aktif diceritakan?
4. Bagaimana proses pewarisan yang dilakukan terhadap LGP?
5. Bagaimana pandangan masyarakat kecamatan Kramatwatu mengenai
kehadiran LGP?
*Sumber data Peneliti
Selain daftar pertanyaan dalam penelitian lapangan, peneliti menggunakan
instrumen tambahan agar memudahkan peneliti dalam menganalisis data-data.
Adapun instrumen tambahan yakni perekam dan catatan lapangan.
E. Prosedur Penelitian
Dalam prosedur penelitian terdapat teknik pengumpulan data dan teknik
pengolahan data.
1. Teknik Pengumpulan Data
Pada tahap pengumpulan data, peneliti melakukan pengumpulan data yang
kemudian dihimpun dan diidentifikasi agar memudahkan peneliti menganalisis
data lebih lanjut. Peneliti mengumpulkan data-data mengenai cerita LGP yang
didapat dari informan setempat dengan menggunakan alat perekam yang telah
disediakan. Selanjutnya data-data tersebut dihimpun untuk kemudian dilakukan
transkripsi data.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif.
Artinya, penelitian ini menggunakan dan memanfaatkan kumpulan data-data yang
didapat dari hasil wawancara, dokumen pribadi, majalah, memo atau catatan
lainnya yang bersifat alamiah. Metode kualitatif sering disebut juga sebagai
multimetode yang melibatkan sejumlah gejala sosial yang relevan. Bagi metode
kualitatif, makna merupakan bagian yang sangat esensial dan memberikan
32
Dina Astrimiati , 2014
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
keberadaannya (Ratna, 2004, hlm.47). Penelitian sastra lisan harus
memperhatikan sumber-sumber informan terpercaya.
Pada tahap ini, sekiranya peneliti wajib berkiblat pada teori van Sydow
mengenai active bearer of tradition (pemilkul folklor aktif) dan passive bearer of
tradition (pemikul folklor pasif). Hal tersebut perlu dilakukan peneliti agar data
yang diperoleh murni berbentuk sastra lisan yang bersandar pada ingatan, bukan
berasal dari hafalan yang didapat dari media tulisan. Adapun tahapan-tahapan
pengumpulan data yang dilakukan yakni.
a) Perekaman
Hutomo (1991, hlm.77) membagi perekaman menjadi dua jenis, yakni
perekaman dalam konteks asli (natural), dan perekaman dalam konteks tak asli.
Perekaman dalam konteks asli lebih menekankan pada pendekatan ethnography,
sedangkan perekaman dalam konteks tak asli dilakukan dengan sengaja. Kedua
jenis perekaman tersebut bergantung pada tujuan penelitian.
Perekaman dilakukan dengan menggunakan alat perekam kamera jenis
digital dan SLR serta recorder yang memanfaatkan fitur telepon genggam.
Perekaman dilakukan pada tanggal 6 Oktober 2013 pada waktu siang hingga sore
hari. Perekaman selanjutnya dilakukan pada tanggal 10 dan 11 Oktober 2013.
b) Pemilihan Narasumber
Kedudukan narasumber sangat penting dalam penelitian folklor. Adapun
sumber cerita “Legenda Gunung Pinang” didapat peneliti dari beberapa
narasumber sebagai berikut:
3.3 Tabel Pemerolehan Sumber Data
No. Data Teknik Sumber Data Keterangan
1. Legenda Gunung
Pinang
Observasi
dan
wawancara
Bpk. Zul (45 tahun) Kampung
Giripada
Desa Pejaten
Bpk. Samani (69
tahun)
Kampung
Pengarengan
33
Dina Astrimiati , 2014
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Ibu Sakiyah (68
tahun)
Kampung
Desa Pejaten
Bpk. Haerudin (58
tahun)
Kampung
kerikil Desa
Pejaten
Bpk. Rahmat (32
tahun)
Desa
Lebakwana
Bpk. Anhar (73 th) Desa
Lebakwana
Dedi (15 th) Desa Pejaten
Bpk. Abdul Aziz
(73 th)
Desa
Tonjong
Bpk.Sibli (42 th) Kampung
Tonjong
Desa
Tonjong
*Sumber data Peneliti
Peneliti memilah data berdasarkan narasumber yang memiliki kesadaran
penuh terhadap budaya yang dimilikinya. Dengan mengacu hal tersebut, peneliti
memilih 3 cerita dari 3 informan yang berasal dari 3 desa di Kecamatan
Kramatwatu, Serang, Banten.
Bapak KH. Haerudin merupakan penduduk asli desa Pejaten. Beliau
memiliki garis keturunan dengan Sultan Maulana Hassanudin, pejuang Islam di
Banten. Sehingga Beliau sering dipercaya sebagai sesepuh kampung dan selalu
dipercaya untuk memimpin jalannya ritual yang berlaku di kampung tersebut.
Adapun ritual yang rutin dijalankan setiap tahun berkenaan dengan ritual
pemandian tumbak yang dilakukan di bulan muharram yang percaya sebagai
penolak bala. Pengetahuannya mengenai cerita LGP dibuktikan dari intensitas
34
Dina Astrimiati , 2014
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berkunjung untuk mengetahui secara detail cerita tersebut. Berdasarkan penuturan
Beliau, alur LGP sangat berkaitan dengan legenda Tangkuban Perahu dan batu
menangis. Kendati demikian, kepercayaan masyarakat lokal terhadap cerita yang
melatarbelakangi gunung tersebut membuat gunung mengandung kekuatan magis
dengan dilihat dari sisi manapun.
Bapak KH. Sain Alaihin merupakan pensiunan guru agama yang telah
berusia 72 tahun. Pandangan dan pemahamannya mengenai cerita rakyat terutama
yang berkenaan dengan unsur Islam terlihat dari ketertarikannya terhadap cerita
rakyat yang kemudian diceritakan kembali pada para anak didik dan
keturunannya. Saat ini beliau aktif menjadi mentor senior pengajian di madrasah
Desa Tonjong sekaligus dipercayai menjadi tetua di setiap kegiatan dan dalam
kesempatan berceramah.
Penutur LGP 3 yakni bapak Anhar yang kini telah berusia 74 tahun. Sebagai
penduduk asli kampung Lebakbulus, beliau dipercaya masyarakat Lebakwana
yang memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai alur cerita LGP. Dalam
menuturkan LGP 3, Bapak Anhar fokus pada penceritaan legenda dan tidak
melibatkan audiens/penonton dalam bercerita, sehingga terjalin komunikasi satu
arah.
2. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan setelah data-data yang dibutuhkan dalam
penelitian diperoleh. Adapun tahapan-tahapan pengolahan data yakni transkripsi,
transliterasi, dan analisis data.
Transkripsi dilakukan untuk mengubah data dari data lisan ke tulis. Secara
definisi, transkripsi merupakan pengalihan tuturan ke dalam bentuk tulisan dengan
menggunakan teks berupa lambang bunyi. Data lisan yang dimaksud berupa
rekaman dan pertunjukan lisan. Data yang telah melalui proses transkripsi
selanjutnya dialihbahasakan dari bahasa Jawa dialek Banten ke Indonesia, atau
melalui proses transliterasi. Hal ini dimaksudkan untuk membantu orang lain
35
Dina Astrimiati , 2014
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menghindari kegiatan penerjemahan, mengingat keberadaan sastra lisan yang
dituturkan dalam bahasa daerah.
Analisis data merupakan proses pengaturan urutan data, mengorganisasikan
ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Dalam penelitian
kualitatif, analisis data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data, berikut
dengan tekniknya. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yakni: (a)
melakukan transkripsi data yang diperoleh; (b) melakukan transliterasi atau
penerjemahan terhadap teks LGP yang berbahasa Jawa dialek Serang atau dialek
Banten ke dalam bahasa Indonesia, (c) menganalisis struktur teks yang kemudian
dianalisis menggunakan teori strukturalisme dan skema aktan untuk diketahui
lebih lanjut struktur LGP, dan (d) menganalisis konteks penuturan, proses
penciptaan, makna, dan fungsi tentang legenda tersebut.
F. Keabsahan Data
Peneliti menggunakan beberapa teknik pemeriksaan keabsahan data untuk
memeroleh keabsahan data dengan cara sebagai berikut: (a) perpanjangan
Keikutsertaan /partisipan, (b) kecukupan referensial, dan (c) verifikasi data
perekaman.
Perpanjangan keikutsertaan merupakan teknik yang dilakukan peneliti
dalam memeroleh data dengan waktu yang tidak singkat. Perpanjangan
keikutsertaan dilakukan dengan melibatkan diri masuk ke dalam suatu kolektif
yang dituju sehingga memungkinkan mendapat peningkatan kepercayaan data.
Kecukupan referensial merupakan teknik yang digunakan untuk
menampung dengan menggunakan bahan-bahan tercatat atau terekam sebagai
penilaian interpretasi data. Sedangkan verifikasi data perekaman dilakukan untuk
memeriksa kebenaran dan pernyataan data yang diperoleh dari hasil wawancara
dan pengamatan.
G. Definisi Operasional
Agar terhindar dari penyimpangan makna, penulis menguraikan definisi
36
Dina Astrimiati , 2014
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Legenda merupakan cerita rakyat yang dipercaya pernah terjadi di zaman
dahulu yang berkaitan dengan sejarah suatu hal. Legenda Gunung Pinang
atau yang disingkat menjadi LGPtersebut merupakan cerita rakyat yang
diyakini keberadaannya oleh masyarakat di kecamatan Kramatwatu
kabupaten Serang, Banten yang dibuktikan dengan keberadaan susunan
gunung menyerupai perahu tertelungkup berkaitan dengan kepercayaan
masyarakat mengenai motif anak durhaka;
2. Motif Hukuman merupakan sebuah pola dari penggambaran mengenai
ganjaran atas perilaku yang menyimpang dari norma yang berlaku di
masyarakat;
3. Struktur berasal dari istilah Inggris, structure; Keseluruhan relasi antara
berbagai unsur sebuah teks; tata hubungan antara bagian-bagian suatu karya
sastra;
4. Proses Penciptaan merupakan tradisi yang sangat tergantung kepada
masyarakat pemilik dan sifat isi yang diciptakannya;
5. Konteks penuturan merupakan situasi kejadian saat penuturan yang
diujarkan tersebut berlangsung. Konteks penuturan ini sangat penting
kedudukannya dalam memudahkan pemahaman terhadap tuturan sebagai
37
Dina Astrimiati , 2014
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BaganKerangka Berpikir Penelitian
Motif Hukuman LGPdi Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang, Banten
Jumlah penutur legenda Gunung Pinang yang semakin sedikit di tengah kehidupan masyarakat modern sehingga penuturan kini jarang dilakukan;
Ketidaktahuan masyarakat kini mengenai keutuhan cerita legenda Gunung Pinang.
Kesimpulan Mendeskripsikan:
1. Struktur legenda Gunung Pinang; 2. Proses penciptaan legenda Gunung
Pinang;
3. Konteks penuturan legenda Gunung Pinang;
4. Fungsi legenda Gunung Pinang; 5. Makna legenda Gunung Pinang. 6. Motif hukuman
Legenda Gunung Pinang di
Legenda Gunung Pinang di kecamatan Kramatwatu
(Analisis struktur, proses penciptaan, penuturan, fungsi, makna, motif hukuman)
pengumpulan dan pengolahan data
1. Bagaimana struktur cerita legenda Gunung Pinang?
2. Bagaimana proses penciptaan cerita legenda Gunung Pinang?
3. Bagaimana konteks penuturan cerita legenda Gunung Pinang?
4. Bagaimana fungsi cerita legenda Gunung Pinang?
5. Bagaimana makna cerita legenda Gunung Pinang?
Metode Penelitian
38
Dina Astrimiati , 2014
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Dina Astrimiati , 2014
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 191
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan
Legenda Gunung Pinang atau LGP merupakan cerita rakyat yang berkaitan
dengan kedurhakaan seorang anak yang lahir dan hidup di masyarakat
Kramatwatu, Banten. Analisis yang dilakukan melibatkan setidaknya 3 informan
tersebut kemudian menghasilkan sebuah interpretasi yang dikaji melalui lima
aspek, antara lain analisis struktur, proses penciptaan, konteks penuturan, fungsi,
dan makna. Kelima aspek analisis tersebut menjadi langkah awal untuk
mengetahui hal-hal yang terkandung dalam LGP. Adapun simpulan yang
dihasilkan sebagai berikut.
Pertama, berkaitan dengan struktur cerita LGP. Struktur yang terdapat pada
cerita memiliki hubungan yang berkesinambungan antara satu sama lain baik alur,
tokoh, maupun latar. Adapun alur pada LGP 1 terdiri dari 29 fungsi utama yang
mengandung sebab akibat. Serupa dengan alur LGP 2 yang terdiri dari 26 fungsi
utama. Sedangkan alur pada LGP 3 terdiri dari 46 fungsi utama. Secara garis
besar ketiga informan menunjukkan 3 inti pokok cerita, yakni: tokoh utama yang
sentral dalam cerita, lokasi kejadian, dan lahirnya pantangan bagi masyarakat
untuk membangkang kepada orang tua. Pada analisis tokoh tercermin 3 tokoh
yang selalu hadir yakni tokoh Dampu Awang, ibu Dampu Awang, dan istri
Dampu Awang. Tampak dari ketiga tokoh tersebut berusaha saling
bahu-membahu membentuk cerita LGP. Adapun tokoh-tokoh lainnya yang muncul
dijadikan sebagai pelengkap cerita, dengan tujuan untuk menguatkan cerita dan
karakter tokoh-tokoh utama yang ada di dalamnya. Pada analisis latar yang sangat
dominan muncul yakni latar tempat berupa pelabuhan dan perkampungan. Kedua
latar tersebut memberikan pemahaman bahwa lokasi kejadian berlatar belakang
daerah maritim.
Kedua, berkaitan dengan proses penciptaan. Analisis ini menunjukkan
metode-metode yang dilakukan masyarakat dalam menjaga dan mempertahankan
192
Dina Astrimiati , 2014
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pewarisan dan proses penciptaan. Keseluruhan dari ketiga cerita LGP tersebut
sama-sama di wariskan secara vertikal dan horizontal. Artinya, mereka tidak
hanya menyampaikan cerita kepada keluarga kandung, namun juga kepada
masyarakat melalui sistem-sistem dan aturan tidak tertulis. Umumnya penciptaan
yang dilakukan melibatkan ingatan dan lebih berdasarkan pada kespontanitasan
penuturan.
Ketiga, analisis konteks penuturan yang secara umum menunjukkan
pergerakan aturan secara statis. Hal yang demikian ditunjukkan dari konteks
situasi penuturan yang cenderung tidak berubah, seperti waktu, tujuan, media
peralatan, teknik penuturan, penutur, dsb. Meskipun sedikit perubahan tampak
dari waktu penuturan LGP yang sebelumnya sering dituturkan sebagai media
pengantar tidur, kini dinikmati ketika sama-sama memiliki waktu senggang.
Selain itu, analisis dilanjutkan melalui aspek sosial budaya yang melatar
belakangi cerita LGP. Adapun analisis aspek sosial budaya dilakukan dengan
berkiblat pada unsur kebudayaan secara universal yang dkelompokkan oleh
Keontjaraningrat, seperti bahasa, sistem mata pencaharian, sistem teknologi dan
peralatan, religi, kesenian, dan organisasi sosial. Berdasarkan hasil analisis,
masyarakat di desa Kramatwatu masih tergolong dalam masyarakat tradisional.
Hal demikian terlihat dari peralatan-peralatan maupun sistem pencaharian yang
dilakukan. Selain itu, Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa ketiga cerita
LGP secara utuh menggambarkan pemikiran masyarakat yang telah berkembang
dan merupakan wujud dari sikap manusia dalam tahap ontologis. Hal yang
demikian ditunjukkan dari sikap-sikap masyarakat yang dilakukan dalam
menghadirkan solusi untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Keempat, analisis fungsi yang bersandar pada teori Bascom bahwa folklor
memiliki empat fungsi, yakni (1) sebagai sistem proyeksi pencermin suatu
angsan-angan kolektif, (2) alat pengesahan pranata dan lembaga kebudayaan, (3)
alat pendidikan anak, dan (4) alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma
masyarakat dipatuhi oleh anggota kolektif. Fungsi-fungsi tersebut otomatis
193
Dina Astrimiati , 2014
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dipatuhi oleh masyarakat. Adapun yang melanggar akan mendapatkan sanksi
sosial. Selain itu, LGP berfungsi sebagai media hiburan.
Kelima, makna yang terkandung dalam LGP tidak terlepas dari
pembelajaran mengenai kehidupan bagi setiap individu untuk meningkatkan
kualitas pribadinya di kehidupan bermasyarakat. Melalui pemaknaan dalam cerita
LGP, masyarakat diajarkan untuk selalu gigih dan berusaha keras dalam mencapai
harkat dan keinginan yang diimpikannya dalam mencapai makna dan kebahagiaan
hidup yang hakiki.
Keenam, motif hukuman yang termuat dalam legenda Gunung Pinang
memiliki kesamaan motif, yakni tokoh utama sama-sama mendapatkan hukuman
sebagai bentuk konsekuensi dari anggapan perilaku yang menyimpang dari aturan
kolektif. Bentuk hukuman yang hadir pun menunjukkan tipikal hukuman yang
sesuai dengan letak dan kondisi geografis, yakni pesisir pantai.
B. Saran
Berangkat dari hasil analisis yang telah dijabarkan di muka, maka penelitian
ini menemukan usulan-usulan yang dapat diajukan sebagai saran. Adapun
saran-saran yang diajukan sebagai berikut.
Pertama, hasil penelitian LGP dapat dijadikan sebagai data pustaka acuan
terhadap penelitian-penelitian serupa di masa depan, khususnya penelitian yang
mengarah pada motif-motif dan keterkaitannya dengan motif hukuman.
Kedua, diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat mengkaji secara detail
dan mendalam mengenai motif-motif hukuman anak durhaka lainnya yang
terdapat di sebuah wilayah tertentu, berikut dengan ruang budaya, kultur dan adat
serta ideologi yang melatari kolektif tersebut dengan berkiblat pada metode dan
kajian sastra lainnya.
Ketiga, penelitian LGP dapat dijadikan sebagai media dokumentasi dalam
melestarikan tradisi lisan yang ada di Kecamatan Kramatwatu dengan maksud
agar dapat mendatangkan sikap rasa kebermilikan kepada masyarakat terhadap
Dina Astrimiati , 2014
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 194
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 1984.Pengantar apresiasi sastra. Bandung: Sinar Baru
Bascom, William R. 1965a. “Folklore and Antrhopology” dalam Alan Dundes The
study of folklore. Englewood Cliff: Prentice Hall Inc.
________________. 1965a. “Four Function of Folklore” dalam Alan Dundes The
study of folklore. Englewood Cliff: Prentice Hall Inc.
Chaer, A. Pengantar semantik bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Chudari, Mudjahid. 2012. Tatabahasa bahasa Jawa Banten. Serang: Pustaka
Sarana Cipta
Danandjaya, James. 2007. Folklor Indonesia: Ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain.
Jakarta: Anggota IKAPI, Kreatama
Sutjiatiningsih, Sri. 1995. Banten kota pelabuhan jalan sutra. Jakarta: CV. Putera
Sejati Raya
Durachman, Memen. 1996. “Khotbah di Atas Bukit. Novel Gagasan Karya
Kuntowijoyo”. Tesis Pascasarjana UI: Tidak diterbitkan.
Endraswara, Suwardi. 2009. Metodologi penelitian folklor: Konsep teori, dan
aplikasi. Yogyakarta:PT. Buku Kita
Hasanuddin, dkk. 2004. Ensiklopedi sastra Indonesia.Bandung: Titian Ilmu
Hutomo, S. S. 1998. Mutiara yang terlupakan. Surabaya: HISKI
Koentjaraningrat. 1972. Pengantar ilmu antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
_____________. 1981. Beberapa pokok antropologi sosial. Jakarta: PT. Dian
Rakyat
Mardinsyah, Mardety. 2014. Cara baru memaknai malin kundang.
www.mardetymardinsyah.com. Diakses pada tanggal 06 Juni 2014.
Moleong, Lexy J. 2005. Metode penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya
Novtriansyah,M. Riezky. 2013. “Kajian antropologi sastra cerita rakyat Banten
dan rencana pelaksanaan pembelajaran di SMP”. Skripsi Untirta. Tidak
195
Dina Astrimiati , 2014
MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Rusyana, Yus., dkk. 2000. Prosa traadisional: Pengertian, klasifikasi, dan teks.
Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional
Peursen, C. A. van. 1988. Strategi kebudayaan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Poespoprodjo. W. 1999. Filsafat moral. Bandung: CV.Pustaka Grafika
Ratna, I Nyoman Kutha. 2010. Metodologi penelitian kajian budaya dan sosial
humaniora pada umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
___________________.2004. Teori, metode dan teknik penelitian sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Simatupang, G. R. Lono Lastoro. 2011. Penelitian cerita rakyat. Yogyakarta:
Makalah Seminar Kegiatan Peningkatan Mutu Tenaga Teknis Balai
Bahasa Yogyakarta
Sutarto, A. 1997. Legenda kasada dan karo tengger Lumajang. Jakarta: PT. Balai
Pustaka
Sobur, Alex. 2003.Psikologi umum. Bandung:Penerbit Setia Pustaka
Taum, Y. Y. 2011. Studi sastra lisan (sejarah, teori,metode, pendekatan disertai
contoh penerapannya). Yogyakarta: Lamalera
Teeuw, A. 1994. Indonesia antara kelisanan dan keberaksaraan. Jakarta: Pustaka
Jaya
Todorov, T. 1985. Tata sastra. Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh
Okke K.S. Zaimar, dkk. Jakarta: Djambatan
Tiadi, Risna. 2009.“Kajian perbandingan motif anak durhaka dalam cerita Malin
Kundang dengan Regen Boncel”. Skripsi UPI. Tidak diterbitkan.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori kesusasteraan. Jakarta: Gramedia
Yulianty, Tri K. S. S., dkk. 2007. Folklor lisan Sunda dan Rusia: Tinjauan
perbandingan motif. Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran
Zaimar, Okke K. S. 2008a. “Metodologi penelitian sastra lisan” dalam Pudentia