• Tidak ada hasil yang ditemukan

BENTUK PENYAJIAN MUSIKAL DALAM CERITA PENGANJAK KUDA SITAJUR PADA MASYARAKAT KARO DESA BARUS JAHE KECAMATAN BARUS JAHE KABUPATEN KARO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BENTUK PENYAJIAN MUSIKAL DALAM CERITA PENGANJAK KUDA SITAJUR PADA MASYARAKAT KARO DESA BARUS JAHE KECAMATAN BARUS JAHE KABUPATEN KARO."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BENTUK PENYAJIAN MUSIKAL DALAM CERITA PENGANJAK

KUDA SITAJUR PADA MASYARAKAT KARO DESA BARUS

JAHE KECAMATAN BARUS JAHE

KABUPATEN KARO

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

PUTRI HANDAYANI BR GINTING

NIM. 2103140037

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

ABSTRAK

Putri Handayani Br Ginting, NIM 2103140037, Bentuk Penyajian Musikal Dalam Cerita Penganjak Kuda Sitajur Pada Masyarakat Karo Desa Barus Jahe Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo, Jurusan Sendratasik, Program Studi Pendidikan Musik, UNIMED.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan dan bentuk penyajian, serta peranan instrumen musik kulcapi dalam cerita musikal penganjak kuda sitajur, yang dilaksanakan di Desa Barus Jahe Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo.

Penelitian ini berdasarkan pada landasan teoritis yang menjelaskan pengetian bentuk musik, pengertian musik pada masyarakat karo, dan sistem kekerabatan pada masyarakat karo, pengertian penyajian, menjelaskan penganjak kuda sitajur.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif, yang mengumpulkan berbagai informasi mengenai bentuk penyajian dan keberadaan serta peranan kulcapi dalam cerita musikal penganjak kuda sitajur. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan studi kepustakaan, observasi lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Barus Jahe Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo dan penelitian dilaksanakan dari November 2014 sampai Januari 2015.

Berdasarkan hasil penelitian, maka secara garis besar keberadaan turin-turin penganjak kuda sitajur di desa barus jahe kecamatan barus jahe, seiring dengan berjalanya waktu, pengaruh modernisasi, perkembangan zaman serta akulturasi antar suku di daerah tanah karo, minat masyarakat pada umumnya terhadap musikal turin-turin sangat berkurang akibat banyaknya muncul musik keyboard, yang lebih bervariasi. Cerita ini mengisahkan seorang pangeran yang rela berkorban dan mempertaruhkan semuanya demi ketentraman desanya. Penyajian musikal dalam cerita Penganjak Kuda Sitajur diceritakan kepada masyarakat melalui instrumen kulcapi dan biasanya diceritakan kepada masyarakat di jambur, kedai kopi bahkan rumah pemain kulcapi atau perkulcapi yang ada pada masyarakat karo, penyajianya sepontan tanpa ada persiapan khusus seperti acara-acara adat lainya, dimana instrumen kulcapi dapat mewakili cerita dengan bunyinya. Peranan kulcapi dalam cerita musikal penganjak kuda sitajur adalah sebagai pengiring turin-turin. Ditampilkan sebagai sebuah pertunjukan musikal tradisional dalam masyarakat Karo desa Barus Jahe, sebagai hiburan serta upaya masyarakat setempat dalam mempertahankan musikal dalam cerita penganjak kuda sitajur agar dapat dipelihara dan dilestarikan oleh generasi muda.

(7)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati dan ucapan syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini dengan baik sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Skripsi ini berjudul “Bentuk Penyajian Musikal Dalam Cerita Penganjak Kuda Sitajur Pada Masyarakat Karo Desa Barus Jahe Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Sendratasik Program Studi Pendidikan Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

Dalam penyelesaian tugas akhir ini, penulis juga mengalami berbagai kesulitan. Namun berkat doa dan juga bantuan moril maupun material dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Pada kesempatan ini dengan segenap ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

3. Uyuni Widiastuti, M.Pd selaku Ketua Jurusan Sendratasik FBS Universitas Negeri Medan serta selaku Dosen Pembimbing Akademik. 4. Dra. Pita HD Silitonga M.Pd selaku Seketaris Jurusan Sendratasik FBS

Universitas Negeri Medan serta selaku Pembimbing I.

5. Panji Suroso, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Musik Jurusan Sendratasik Universitas Negeri Medan, sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi II.

6. Bapak dan Ibu Dosen Prodi Pendidikan Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan yang telah memberikan ilmunya selama proses pembelajaran berlangsung dan selama perkuliahan.

7. Pulumun Ginting, M.Sn selaku Dosen Program Studi Pendidikan Musik Jurusan Sendratasik Universitas Negeri Medan yang dengan senang hati memberikan arahan, bimbingan dan semangat kepada penulis.

(8)

iii

9. Teristimewa kepada kedua Orang tua penulis tercinta J.Ginting dan Alm. P. Br Perangin-angin terimakasih untuk Doa, kesabaran, kesetiaan, perhatian, kasih sayang, dukungan dan pengorbanan baik moral maupun materi , memberikan motivasi, semangat dan doa yang tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan hingga sampai kepada Skripsi. 10.Buat abang tercinta Herdi Ginting, Niko Ginting dan Eda Novita Sari Br

Sitepu dan Alvaro Gafriel Ginting seluruh keluarga Ginting, Perangin-angin mergana yang telah memberikan motivasi dalam penyusunan Skripsi ini.

11.Sahabat tercinta Eviyona Barus, Devi Novitasari Hutapea, Risna Margaretta Damanik, Octa Maria Sihombing, Gusti Tamba, Lerin Riwanti Sitohang, Deasy Vita Nainggolan, Yose Yuliana Sinambela, Dina Mariana Simamora, Elda Sari Sihombing, Narita Pranata Zendrato, Iwanda Sitepu, Ricky Noris Bukit, Frans Tarigan, Wiranata Sembiring, Jhon Sembiring, Yehezkiel Tarigan Ica Ginting, Priskila Pandia, Christin PA yang telah memberikan doa, motivasi untuk menyelesaikan Skripsi ini.

12.Seluruh teman-teman stambuk 2010.

13.Teman-teman PPL di SMP Swasta Santa Maria Kabanjahe 2013 yang telah memberikan dukungan dan motivas kepada penulis.

14.Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan Skripsi ini.

Penulis juga menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari yang diharapkan, baik dari segi kalimat, isi dan juga teknik penguraianya. Oleh Karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan Skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga Skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan, khususnya di bidang pendidikan musik.

Medan, Maret 2015 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Landasan Teoritis ... 9

1. Bentuk Penyajian kesenian ... 9

a. Bentuk Penyajian ... 9

b. pengertian Seni ... 10

2. Pengertian Musik ... 11

3. Pengertian alat musik ... 14

4. Pengertian Musik Tradisional` ... 16

5. Musik Tradisional Karo ... 17

a. Gendang Lima Sendalanen ... 17

1) Sarune ... 18

2) Gendang Singindungi ... 20

3) Gendang Singanaki ... 21

4) Gung dan Penganak ... 22

b. Gendang Telu Sendalanen... 23

1) Kulcapi ... 24

(10)

v A. Metode Penelitian ... 31

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

C. Populasi dan Sampel ... 32

1. Populasi ... 32

2. Sampel ... 33

D. TeknikPengumpulan data ... 34

1. Studi Kepustakaan ... 34

2. Observasi ... 36

3. Wawancara ... 36

4. Dokumentasi ... 37

E. Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 39

1. Letak Geografis ... 39

2. Sistem Pencarian ... 42

3. Kepercayaan Dan Agama ... 43

4. Sistem Kekerabatan ... 45

(11)

e. Seni Drama ... 52

B. Keberadaan Penganjak Kuda Sitajur ... 53

C. Bentuk Penyajian ... 57

1. Tempat dan Waktu Pertunjukan ... 57

a. Tempat Pertunjukan ... 57

1) Jambur atau Losd ... 57

2) Kedai Kopi ... 59

3) Rumah Pemain Kulcapi ... 61

b. Waktu Pertunjukan ... 61

2. Alat Musik ... 62

3. Lagu yang Disajikan ... 62

D. Peranan Instrumen Kulcapi Pada Cerita Penganjak Kuda Sitajur ... 68

BAB V SARAN DAN KESIMPULAN A.Kesimpulan ... 71

B.Saran ... 72

(12)

DAFTAR TABEL

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Sarune ... 20

Gambar 2.2 Gendang Singindungi ... 21

Gambar 2.3 Gendang Singanaki ... 22

Gambar 2.4 Gung ... 23

Gambar 2.5 Penganak ... 24

Gambar 2.6 Kulcapi ... 26

Gambar 2.7 Balobat ... 26

Gambar 2.8 Keteng-Keteng ... 27

Gambar 4.2 Kantor Kepala Desa Barus Jahe ... 43

Gambar 4.3 Garis Keturunan ... 48

Gambar 4.3 Jambur atau Losd ... 59

Gambar 4.4 Jambur Pemuda-Pemudi ... 60

Gambar 4.5 Kedai Kopi Karo ... 61

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku

yang kaya akan seni budaya yang harus dikembangkan dan dilestarikan, dengan

ciri khas daerahnya sendiri. Salah satu bentuk nyata atau wujud kebudayaan yang

merupakan komplek ide-ide, gagasan serta hasil karya manusia adalah kesenian.

Seni merupakan penjelmaan dari keinginan manusia untuk memberi

bentuk melalui ungkapan dan perasaan yang dikemas kedalam bentuk artistik.

Sebuah seni diciptakan disebabkan manusia memerlukanya, dan sebagai salah

satu kebutuhan rohaninya. Kesenian merupakan sarana komunikasi baik dengan

warga masyarakat maupun alam semesta.

Dalam masyarakat tradisioanal, kesenian merupakan salah satu tiang yang

menopang keberadaaan masyarakat. Salah satunya adalah budaya pada suku

Batak yang merupakan suku yang berkembang di provinsi Sumatra Utara, Suku

Batak terdiri dari Batak Simalungun, Batak Toba, Batak Pakpak, Batak Angkola,

Batak Dairi dan Batak Karo. Keenam etnis Batak tersebut memiliki persamaan

dan perbedaan kebudayaan masing-masing. Seperti halnya kita lihat, hampir

diseluruh wilayah Indonesia memiliki kesenian yang berbeda dan masing-masing

memiliki keunikan tersendiri. Keunikan tersebut bisa dilihat dari teknik

(15)

2

Khususnya pada suku Batak Karo, yang mendiami beberapa daerah yang

meliputi Kabupaten Karo, Kabupaten Langkat, Kabupaten Deli Serdang, dan

Kabupaten Dairi, semuanya berada di Provinsi Sumatra Utara. Nama suku ini

dijadikan sebagai nama kabupaten disalah satu wilayah yang mereka diami yaitu

Kabupaten Karo yang terletak didataran tinggi Tanah Karo. Ibu kota Kabupaten

Karo adalah Kabanjahe. Berdasarkan wilayah geografisnya, sebagian besar

masyarakat Karo mendiami daerah Kabupaten Karo (meliputi daerah kabupaten

Karo dan sekitarnya) dan Kabupaten Langkat.

Masyarakat Karo Yang mendiami Kabupaten Karo sering disebut sebagai

karo gugung adalah masyarakat Karo yang mendiami dataran tinggi

(pegunungan), dan Masyarakat Karo yang mendiami Kabupaten Langkat disebut

sebagai karo jahe yang artinya masyarakat karo yang mendiami dataran rendah

wilayah Langkat, Deli Serdang, Kota Binjai dan Kota Medan.

Masyarakat Karo banyak memiliki keaneka ragaman kesenian dalam

kehidupan masyarakatnya. Kesenian itu sendiri terdiri dari beberapa bagian

seperti seni musik, sastra (cerita rakyat, pantun), tari, ukir (pahat).

Pada masyarakat Karo kebudayaan yang berhubungan dengan keseniaan

masih ada. Seni ini ada yang masih dipertahankan oleh mereka, terutama

diwilayah yang masih homogen secara etnik budaya. Seni ini menjadi tradisi

turun-temurun bagi mereka, namun beberapa wilayah yang heterogen etnik, ada

(16)

3

perubahan dalam cara berfikir dan dalam kehidupan sehari-harinya banyak

dipengaruhi oleh budaya lain.

Salah satu yang hampir punah adalah turin-turin (cerita rakyat) Penganjak

Kuda Sitajur. Pada hal cerita tersebut sangat menarik dan unik, karena dalam

penceritaanya banyak menyangkut dengan fenomena-fenomena kehidupan

sehari-hari manusia khusunya masyarakat Karo. Cerita Penganjak Kuda Sitajur ini

menceritakan tentang seorang pemuda yang bernama Sitajur melamar impalnya

atau anak perempuan dari pamanya. Yang dikenal pada masyarakat Karo dengan

istilah Ngembah Belo Selambar. Sitajur dikenal sebagai salah seorang pahlawan

yang selalu meminpin, ketika ada musuh yang mengganggu desanya. Ketika

upacara Ngembah Belo Selambar berlangsung, tiba-tiba sekelompok pemuda

desanya mengabari Sitajur bahwa musuh telah dekat dan akan menyerang

desanya. Sitajur kemudian memutuskan untuk ikut berperang melawan musuh

dengan menunggangi kudanya, akibat dari peperangan tersebutlah Sitajur

meninggal dunia.

Penganjak Kuda Sitajur diceritakan oleh seorang pemain kulcapi yang

disebut perkulcapi, di jambur (balai desa), dan kedai kopi yang ada pada

masyarakat Karo. Sambil cerita perkulcapi menuangkan dalam bentuk bunyi dari

instrumen kulcapi yang di mainkan. Menurut Sorensen Tarigan pada mulanya,

instrumen kulcapi adalah sebagai media menceritakan cerita rakyat yang terdapat

pada masyarakat Karo, dan sekitar tahun 70-an instrumen ini terus digunakan

dalam berbagai jenis upacara, ritual, seperti erpangir kulau, raleng tendi dan

(17)

4

Kulcapi adalah instrumen musik berjenis Kardopon, dengan dua senar.

dilihat dari cara memainkannya kulcapi memiliki beberapa kemiripan dengan

instrumen Batak Toba yang diberi nama hasapi, yang untuk menghasilkan

bunyi-bunyi sama dipetik, tapi dilihat dari karakter bunyi-bunyi yang dihasilkan dan teknik

permainan memiliki perbedaan.

Selanjutnya, Sorensen Tarigan yang dikenal sebagai salah satu pemain

kulcapi pada masyarakat Karo menyebutkan, tidak banyak pemain musik

tradisional Karo yang paham akan Penganjak Kuda Sitajur secara lengkap.

Menurut dia almarhum Tukang Ginting satu-satunya memahami cerita ini secara

lengkap. Namun ia masih dapat menceritakan cerita Penganjak Kuda Sitajur

sambil memainkan kulcapi.

Dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan

tersebut dalam suatu penelitian yang berjudul, “Bentuk Penyajian Musikal Dalam

Cerita Penganjak Kuda Sitajur Pada Masyarakat Karo Desa Barus Jahe

Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo”.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah ialah suatu tahapan permulaan dari penguasaan

masalah, dimana suatu objek tertentu dalam situasi tertentu dapat kita kenali

sebagai suatu masalah bertujuan agar penelitian yang dilakukan menjadi terarah,

serta cukupan masalah tidak terlalu luas. Hal ini sejalan dengan pendapat Hadali

(18)

5

“Idetifikasi masalah adalah suatu situasi yang merupakan akibat dari

interaksi dua atau lebih faktor (seperti kebiaaan-kebiasaan, keadaan-keadaan, dan lain sebagainya) yang menimbulkan berbagai pertanyaan”.

Berdasarkan pendapat diatas dan uraian latar belakang masalah, maka

permasalahan penelitian ini di identifikasi menjadi beberapa bagian, diantaranya:

1. Bagaimana keberadaan Penganjak Kuda Sitajur pada Masyarakat Karo

Desa Barus Jahe Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo?

2. Bagaimana bentuk penyajian musikal dalam cerita Penganjak Kuda

Sitajur pada Masyarakat Karo Desa Barus Jahe Kecamatan Barus Jahe

Kabupaten Karo?

3. Bagaimana peranan instrumen kulcapi dalam cerita musikal Penganjak

Kuda Sitajur?

4. Bagaimana minat Masyarakat karo terhadap bentuk penyajian musikal

dalam cerita Penganjak Kuda Sitajur pada Masyarakat Karo Desa Barus

Jahe Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo?

C.Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah ialah usaha untuk menetapkan batasan masalah dari

penelitian yang akan diteliti. Batasan masalah ini berguna untuk mengidentifikasi

faktor mana saja yang termasuk dalam ruang lingkup masalah penelitian dan

faktor mana yang tidak termasuk dalam ruang lingkup penelitian. Menurut

pendapat Sukardi (2003: 30) mengatakan bahwa :

“Dalam merumuskan ataupun membatasi permasalahan dalam suatu

(19)

6

karena itu perlu hati-hati dan jeli mengevaluasi rumusan permasalahan penelitian,

dan terangkum kedalam pertanyaan yang jelas”.

Maka untuk membatasi pembahasan topik menjadi terfokus dan tidak

melebar, maka penelitian menetapkan pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keberadaan Penganjak Kuda Sitajur pada Masyarakat Karo

Desa Barus Jahe Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo?

2. Bagaimana bentuk penyajian musikal dalam cerita Penganjak Kuda

Sitajur pada Masyarakat Karo Desa Barus Jahe Kecamatan Barus Jahe

Kabupaten Karo?

3. Bagaimana peranan instrumen kulcapi dalam cerita musikal Penganjak

Kuda Sitajur?

D. Rumusan Masalah

Menurut pendapat Sumadi (2005: 17) setelah masalah diidentifikasi dan

dipilih, maka perlu dirumuskan. Perumusan ini sangat penting, karena hasilnya

akan menjadi penuntun untuk langkah selanjutnya. Berdasarkan uraian latar

belakang masalah, identifikasi masalah, maka perumusan masalah dapat

dirumuskan: “Bagaimana Bentuk Penyajian Musikal Dalam Cerita Penganjak

Kuda Sitajur Pada Masyarakat Karo Desa Barus Jahe Kecamatan Barus Jahe

(20)

7

E. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan penelitian tentu berorentasi kepada tujuan, karena dengan

mengetahui tujuan, arah dari penelitian itu akan jelas. Hal ini sesuai dengan

pendapat Asril (2001: 18) yang mengatakan bahwa: “tujuan tersebut merupakan

pernyataan yang mengungkapkan hal yang akan diperoleh pada akhir penelitian,

sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan adalah jawaban yang diharapkan oleh

peneliti”. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana keberadaan Penganjak Kuda Sitajur pada

Masyarakat Karo Desa Barus Jahe Kecamatan Barus Jahe Kabupaten

Karo.

2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk penyajian musikal dalam cerita

Penganjak Kuda Sitajur pada Masyarakat Karo Desa Barus Jahe

Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo.

3. Untuk mengetahui bagaimana peranan instrumen kulcapi dalam cerita

musikal Penganjak Kuda Sitajur?

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan kegunaan dari penelitian yang merupakan

informasi dalam mengembangkan kegiatan penelitian selanjutnya. Maka

penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Sebagai bahan acuan atau perbandingan bagi peneliti yang lain, jika ingin

meneliti objek yang sama, namun tentu saja dari sudut pandang yang

(21)

8

2. Sebagai bahan motivasi bagi pembaca dalam melestarikan musik tradisi

karo, agar dapat dikenal oleh masyarat lain selain Karo.

3. Sebagai sumber informasi kesenian yang ada dan berkembang pada

masyarakat Karo.

4. Sebagai bahan refrensi untuk menjadi acuan pada penelitian yang relevan

kemudian hari.

5. Menambah sumber kajian bagi perpustakaan Jurusan Sendratasik Program

Studi Seni Musik Universitas Negeri Medan.

6. Sebagai pengalaman penulis, guna pembangunan ilmu selanjutnya kearah

(22)

71

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

berdasarkan data yang diperoleh dari tempat penelitian maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. keberadaan turin-turin penganjak kuda sitajur pada zaman dulu digunakan

masyarakat Karo sebagai media hiburan. Namun pada zaman sekarang

sudah jarang dipertunjukkan pada masyarakat karo, bahkan tidak ada lagi,

tetapi beberapa pemain musik tradisi karo masih dapat menceritakan dan

memainkan kembali cerita tersebut.

2. Penyajian cerita musikal penganjak kuda sitajur, dilakukan dimana atau

diceritakan oleh seorang pemain kulcapi yang disebut perkulcapi, di

jambur (balai desa), dan kedai kopi yang ada pada masyarakat Karo.

Sambil cerita perkulcapi menuangkan dalam bentuk bunyi dari instrumen

kulcapi yang di mainkan.

3. Peranaan kulcapi dalam turin-turin penganjak kuda sitajur sebagai musik

pengiring turin-turin, sehingga pendengar bisa lebih menghayati cerita

(23)

72

B. Saran

Dari beberapa kesimpula hasil penelitian dan pembahasan , maka dapat

diuraikan saran-saran sebagai berikut :

1. Melihat jarangnya dilaksankan bahkan tidak pernah lagi dilakasankan

acara musikal seperti cerita penganjak kuda sitajur di Desa Barus Jahe

Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo, yang diwariskan oleh nenek

moyang kita perlu kiranya tetap dipertahankan dan dilaksanakan supaya

tidak hilang seiring dengan perkembangan zaman.

2. Salah satu cara melestarikan budaya adalah dengan adanya pertunjukan

secara rutin, untuk itu disarankan kepada institusi atau pihak yang

berkompeten di bidang kebudayaan agar memberi perhatian kepada musisi

musik tradisional, khususnya terhadap penyajian musikal cerita penganjak

kuda sitajur.

3. Kepada generasi muda masyarakat Karo untuk tetap mempertahankan

(24)

73

(25)

73

DAFTAR PUSTAKA

Azari. Asril (2001), Bentuk dan Gaya Penulisan Karya Tulis Ilmiah, cetakan ke 4, Jakarta: Universitas Trisakti

Bugin, Burgan. 2011. “Metode Penelitian”. Jakarta : Bumi Pustaka

Corazon, CD. 2007. Traditional Musical Instrument Of The Philippines. Nevada : FMAdigest

Djelantik, A.A.M. 2000. Estetika sebuah pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Ginting Imanuel, 1995. Peralatan Tradisional Karo

Hadali, 2006. Metode Penelitian Kependidikan, Padang: Quantum Teaching

Leach, Maria. 2001. The New book of Knowledge. New york : Glolier, Inc

Maryeani, 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara

Noveli Cerah, 2010. Penyajian Gondang Lima Sendalanen Pada upacaraErpangir kulau di Desa Budaya Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Skripsi. Unimed

Nurhasanah, 2011. Bentuk Penyajian dan Nilai Estetika Tari Piso Surit Pada Masyarakat Karo di Kota Medan. Skripsi. Unimed

Ginting Pulumun, 2015. Spiritualitas Upacara Gendang Kematian Masyarakat Karo Pada Era Globalisasi. Disertasi. Udayana

Sugiono, 2008. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alpabetha

Sueharto, M.2001. Kamus Musik. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia

Sugiono, 2009. Metode Penelitian. Bandung: Alfabetha

Sugion, 2010. Metode o Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabetha

Sukardi, 2003. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sumadi, 2005:17. Sosiologi Tari. Yokyakarta: Media Abadi

(26)

74

Gambar

Tabel 4.1.Kecamatan Kabupaten Karo  ................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui untuk mengetahui keberadaan nyanyian nutu ku lesung, untuk mengetahui bentuk nyanyian nutu ku lesung, untuk mengetahui peranan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tata upacara Pangguni Uthiaram, instrument yang digunakan, bentuk penyajian dan fungsi musik pada upacara Pangguni Uthiaram di

Penelitian ini membahas tentang Tatak Nandorbin yang ada di Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat yang bertujuan untuk mengetahui tentang asal usul, dan bentuk

Desa Donorojo Kecamatan Secang Kabupaten Magelang dibagi menjadi tiga babak, yaitu babak tari warokan, babak tari kuda lumping putri, dan babak tari kuda lumping putra.. Tari warokan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan cerita Begu Ganjang yang dulu dengan yang sekarang dan mengetahui apakah terdapat pergeseran persepsi masyarakat Desa

Alat musik apa saja yang digunakan dalam Bentuk Penyajian Musik Tari Anggun Pola Pada Masyarakat Pakpak di Desa Singgabur Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serta mendeskripsikan bentuk penyajian kesenian Jaranan Thik yang berkembang di desa Coper, Kecamatan Jetis,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana bentuk penyajian musik dambus oleh Sanggar Bambusa Desa Payung Kabupaten Bangka Selatan, tradisi ini