• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MASYARAKAT DESA MERDEKA KECAMATAN MERDEKA KABUPATEN KARO TERHADAP CERITA RAKYAT KARO BEGU GANJANG KAJIAN RESEPSI SASTRA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI MASYARAKAT DESA MERDEKA KECAMATAN MERDEKA KABUPATEN KARO TERHADAP CERITA RAKYAT KARO BEGU GANJANG KAJIAN RESEPSI SASTRA."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT DESA MERDEKA KECAMATAN MERDEKA

KABUPATEN KARO TERHADAP CERITA RAKYAT KARO

BEGU GANJANG KAJIAN RESEPSI SASTRA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Oleh

BOY SYAHPUTRA SURBAKTI

NIM 2113210006

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas segala nikmat iman, islam, kesempatan serta kekuatan

yang telah diberikan Allah SWT, Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini berjudul “PERSEPSI MASYARAKAT DESA MERDEKA

KECAMATAN MERDEKA KABUPATEN KARO TERHADAP CERITA

RAKYAT KARO BEGU GANJANG KAJIAN RESEPSI SASTRA”. Skripsi ini

dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan Skripsi ini banyak

mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai

pihak, kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu, dengan

segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Syawal Gultom M.Pd., Rektor Universitas Negeri Medan

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

3. Drs. Syamsul Arif, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia

sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi.

4. S. Fahmy Dalimunthe. S.Sos., M.I.Kom., Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra

Indonesia.

5. Dr. Wisman Hadi, S.Pd., M.Hum., Ketua Program Studi Sastra Indonesia dan

Dosen Pengarah

6. Fitriani Lubis, S.Pd., M.Pd., Dosen Pembimbing Akademik.

7. M. Surif, S.Pd., M.Si., Dosen Pengarah.

(7)

10. Bapak/Ibu serta Pegawai di lokasi penelitian Desa Merdeka, Kec. Merdeka,

Kab. Karo.

11. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Siswa Surbakti dan Ibu Nurdelfiana Br.

Nainggolan yang senantiasa mendukung dan menyemangati. Kakanda

Ramadan Afandy, yang selalu menjadi acuan dan inspirasi penulis. Adik

kecil Albert Surbakti yang selalu di hati, serta yang tak akan terlupakan adik

tercinta, (Alm) Robet Surbakti, cahaya kecil pelindung hati.

12. Teman-teman seperjuangan penulis di Himpunan mahasiswa Islam Komisariat

FBS Unimed.

13. Teman terdekat di hati yang menyemangati J.I.

14. Teman-teman Nondik 2011 yang telah mendukung dan memberikan semangat

kepada penulis, Adnan, Yudi, Okta, Eben, Rozi, Siddik, Umil, Lysti, Ruben,

Aisyah, Sulaiman, Domi, Iqbal, Rizky.

15. Semua pihak yang ikut berperan dalam penyelesaian Skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan namanya satu persatu.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

penyempurnaan Skripsi ini. Semoga Skripsi ini memberikan manfaat bagi

pembacanya.

Medan, Mei 2015

Penulis,

(8)

i ABSTRAK

Boy Syahputra Surbakti. Nim. 2113210006. Persepsi Masyarakat Desa Merdeka Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo Terhadap Cerita Rakyat Karo Begu

Ganjang Kajian Resepsi Sastra. Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan cerita Begu Ganjang yang dulu dengan yang sekarang dan mengetahui apakah terdapat pergeseran persepsi masyarakat Desa Merdeka terhadap cerita Begu Ganjang setelah memeluk agama. Selain itu ingin untuk mengetahui sejauh mana peran cerita rakyat Karo Begu

Ganjang dalam meningkatkan permasalahan sosial di Desa Merdeka. Pada penelitian

ini tanggapan langsung dari masyarakat Desa Merdeka sebagai sumber data, dan datanya adalah kata-kata atau tanggapan masyarakat itu sendiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Alat pengumpulan data yang digunakan untuk menjaring data adalah observasi, wawancara dan dokumentasi data. Untuk mengelola data yang diperoleh dalam penelitian ini, dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif yaitu merupakan teknik pemecahan masalah yang diteliti dengan cara menggambarkan atau melukiskan keadaan objek atau subjek penelitian.

Dari hasil perolehan data ditemukan bahwa terdapat pergeseran persepsi masyarakat Desa Merdeka terhadap cerita Begu Ganjang yang dahulu dengan sekarang yaitu dalam hal fungsi. Pada awalnya digunakan untuk hal baik seperti menjaga harta benda dan kebun, sedangkan saat ini digunakan untuk menakuti hingga mencabut nyawa seseorang yang tidak disukai oleh pemilik Begu Ganjang. Terdapat pergeseran persepsi masyarakat Desa Merdeka terhadap cerita Begu Ganjang setelah memeluk agama. Masyarakat Desa Merdeka masih mempercayai adanya roh-roh leluhur dan

Begu Ganjang, namun memiliki persepsi pribadi Begu Ganjang itu tidak layak untuk

disembah maupun diyakini karena telah memeluk agama. Cerita Begu Ganjang berpotensi dalam meningkatkan permasalahan sosial yang ada di Desa Merdeka, khususnya dalam perlakuan masyarakat terhadap seseorang yang diduga memelihara

Begu Ganjang.

(9)

iv DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN PERTANYAAN PENELITIAN ... 7

A. Kerangka Teoretis... 7

1. Persepsi Masyarakat ... 10

2. Karo ... 11

3. Cerita Rakyat Karo “Begu Ganjang” ... 12

4. Foklor ... 14

a. Pengertian Foklor... 14

b. Ciri-ciri Foklor ... 15

(10)

v

d. Bentuk-bentuk Foklor Indonesia ... 16

5. Sastra ... 19

6. Sastra Lisan ... 20

7. Resepsi Sastra ... 21

8. Desa Merdeka, Kec. Merdeka, Kab. Karo ... 25

a. Gambaran Umum Desa Merdeka, Kec. Merdeka, Kab. Karo ... 26

b. Keadaan Penduduk ... 27

B. Pertanyaan Penelitian ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32

A. Metodologi Penelitian ... 32

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

C. Sumber Data ... 33

D. Kriteria Responden ... 33

E. Instrumen Penelitian ... 34

F. Teknik Pengumpulan Data ... 35

G. Teknik Analisi Data ... 38

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Hasil Penelitian ... 42

1. Penyajian Data... 42

B. Pembahasan ... 43

1. Perubahan Tanggapan Terhadap Cerita Begu Ganjang ... 43

(11)

vi

Cerita Begu Ganjang Setelah Memeluk Agama ... 52

3. Peran Cerita Begu Ganjang Terhadap Peningkatan Masalah sosial di Desa Merdeka ... 57

BAB V PENUTUP ... 62

A. Simpulan ... 62

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN ... 67

A. Glosarium ... 67

B. Daftar Pertanyaan Informan ... 69

C. Data Wawancara ... 70

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sastra merupakan bagian dari kebudayaan. Setiap suku atau daerah

mempunyai sastra yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Karo

merupakan salah satu dari daerah di Indonesia yang masih menjunjung tinggi

kebudayaannya. Turi-turin (Cerita Rakyat) merupakan salah satu bentuk sastra

daerah yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat Karo dan diwariskan

secara turun-temurun serta merupakan salah satu produk kebudayaan.

Pada kenyataannya telah berkembang sastra-sastra daerah: Aceh, Batak,

Sunda, Jawa, Bali, Bugis, Toraja, Lombok, dan sebagainya. Dalam konteks

wilayah pertumbuhan dan perkembangannya secara nasional, berbagai sastra

daerah itu dapat disebut juga sastra Indonesia dengan pengertian sastra milik

bangsa Indonesia (Yudiono, 2007:11).

Sastra lisan pada hakikatnya adalah tradisi yang dimiliki oleh sekelompok

masyarakat tertentu. Keberadaannya diakui, bahkan sangat dekat dengan

kelompok masyarakat yang memilikinya. Dalam sastra lisan, isi ceritanya

seringkali mengungkapkan keadaan sosial budaya masyarakat yang melahirkan.

Biasanya sastra lisan berisi berupa gambaran latar sosial, budaya, serta sistem

kepercayaan.

Istilah sastra lisan dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris,

(13)

2

bahasa Belanda, yaitu orale letterkunde. Sastra lisan (oral literature) adalah

berbagai bentuk sastra yang dikemukakan secara lisan (Ratna,2011:102).

Sastra lisan atau kesusastraan lisan adalah kesusatraan yang mencakup

ekspresi kesusastraan warga suatu kebudayaan yang disebarkan dan diturun

menurunkan secara lisan (dari mulut ke telinga). Sastra lisan Karo penyebarannya

secara lisan dan hanya berdasarkan daya ingat penuturnya. Sehingga tidak

mustahil sangat mudah mengalami perubahan dan penyimpangan dari bentuknya

yang asli. Selain itu, orang tua yang menguasai sastra lisan Karo jumlahnya

semakin kecil. Keadaan ini mempercepat punahnya sastra lisan yang asli dan

terjadilah kesalahan penafsiran pada kalangan masyarakat era baru terhadap sastra

lisan Karo.

Isu mengenai Begu Ganjang memang tidak pernah terlepas dari

perbincangan masyarakat sampai saat ini. Berita mengenai Begu Ganjang ini

tergolong masih sering muncul untuk ukuran zaman yang sudah modern seperti

saat ini. Diyakini pada awalnya Begu Ganjang digunakan masyarakat Karo

terdahulu sebagai penjaga kebun dari gangguan pencuri dan orang-orang usil.

Namun pada saat ini digunakan sebagai alat untuk menjegal orang yang tidak

disukai oleh sipemilik Begu Ganjang tersebut. Pendapat lain menyatakan Begu

Ganjang digunakan untuk memperkaya pemiliknya. Konon hantu ini dapat

membunuh korbannya dengan cara mencekik. Lantas mengapa begu yang satu ini

dapat menghilangkan nyawa, sampai saat ini belum ada yang dapat membuktikan

(14)

3

Hingga saat ini telah banyak kasus yang terjadi sehubungan dengan Begu

Ganjang ini. Banyak yang menjadi korban dari masalah yang sebenarnya

metafisik ini. Mulai pengusiran dari desa, pembakaran tempat tinggal,

pengeroyokan hingga pembakaran hidup-hidup para tertuduh dan pemelihara

Begu Ganjang

(http://www.gobatak.com/inilah-sebabnya-mengapa-pemelihara-begu-ganjang-tak-pernah-tersangkut-pidana/).

Kasus Begu Ganjang pada tahun 2009 - Mei 2010 meningkat tajam, tercatat ada 7 kasus Begu Ganjang yang terjadi. Hampir keseluruhan, baik pelaku maupun korban yang dicurigai pemilik Begu Ganjang adalah orang-orang yang sudah menjadi Kristen. Kehidupan dan pemahaman beragama yang telah dianut bertahun-tahun tidak membendung tindakan anarkis dalam penyelesaian masalah terhadap orang yang dicurigai. Mereka (para pelaku) melaksanakannya secara bersama-sama dan sudah direncanakan. Tindakan penghakiman yang dilakukan tidak tanggung-tanggung kejamnya, bahkan sampai ada pada tahap pembakaran tubuh yang berakhir dengan kematian

( http: //www.gkpi.or.id/news/read/16/begu-ganjang-berpikirlah-panjang-oleh-riana-hutabarat/ ).

Kajian tentang sastra lisan dan foklor seperti cerita Begu Ganjang sendiri

dapat menggunakan teori dari resepsi sastra. Secara umum, resepsi sastra diartikan

sebagai tanggapan pembaca terhadap karya sastra. Resepsi sastra merupakan

aliran yang meneliti teks sastra dengan bertitik-tolak pada pembaca yang member

reaksi atau tanggapan terhadap teks sastra. Pembaca selaku pemberi makna adalah

variabel menurut ruang, waktu, dan golongan sosial-budaya. Hal itu berarti

bahwa karya sastra tidak sama pembacaan, pemahaman, dan penilaiannya

sepanjang massa atau dalam seluruh golongan masyarakat tertentu (Imran, 1991).

Dari setiap suku memiliki cerita rakyat yang menarik dan khas. Cerita

mengenai Begu Ganjang merupakan salah satu cerita yang sudah terkenal tidak

(15)

4

indonesia. Karena itu cerita rakyat ini menarik untuk dibahas lebih lanjut dengan

pendekatan Resepsi sastra, karena beragamnya penilaian masyarakat terhadap

cerita itu sendiri.

“Dilatarbelakangi oleh penjabaran sebelumnya, akhirnya peneliti membuat

judul Sudut Pandang Masyarakat Desa Merdeka Kecamatan Merdeka Kabupaten

Karo Terhadap Cerita Rakyat Karo “Begu Ganjang”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang muncul

dalam sudut pandang masyarakat tentang cerita rakyat Begu Ganjang adalah

sebagai berikut:

(1) Perubahan yang terjadi dalam Cerita Begu Ganjang yang sekarang dengan

Cerita Begu Ganjang dahulu.

(2) Adanya pergeseran persepsi masyarakat Karo terhadap Cerita Begu Ganjang

yang berada di Desa Merdeka Kab. Karo, setelah masyarakatnya

memeluk agama.

(3) Peran Cerita rakyat Karo Begu Ganjang dalam meningkatkan permasalahan

sosial di Desa Merdeka.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, agar kajian penelitian ini lebih terfokus

dan mendalam, maka perlu ada pembatasan masalah. Karena itu, penelitian ini

difokuskan pada persepsi Masyarakat Karo terhadap cerita Begu Ganjang yang

(16)

5 D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka masalah

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

(1) Apakah terdapat perubahan tanggapan masyarakat Desa Merdeka terhadap

cerita Begu Ganjang dahulu dengan sekarang?

(2) Apakah terdapat pergeseran persepsi cerita Begu Ganjang pada masyarakat

Karo di Desa Merdeka setelah memeluk agama?

(3) Apakah peran cerita rakyat Karo Begu Ganjang dalam meningkatkan

permasalahan sosial di Desa Merdeka?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

(1) Untuk mengetahui adakah perubahan cerita Begu Ganjang yang dulu dengan

yang sekarang.

(2) Untuk mengetahui apakah terdapat pergeseran persepsi cerita Begu Ganjang

pada masyarakat Karo di Desa Merdeka setelah memeluk agama?

(3) Untuk mengetahui sejauh mana peran cerita rakyat Karo Begu Ganjang dalam

meningkatkan permasalahan sosial di Desa Merdeka.

F. Manfaat Penelitian Manfaat Teoretis

Dengan tercapainya tujuan dari penelitian ini, hasil penelitian ini sangat

bermanfaat bagi kelanjutan penulisan-penulisan karya ilmiah dalam sastra yang

(17)

6

(1) Memberi masukan untuk memperkaya ilmu kesusastraan khususnya dalam

Sastra Lisan.

(2) Memberi masukan untuk memperkaya kajian tentang ilmu Sastra khususnya

Resepsi Sastra.

(3) Sebagai bahan pengembangan dan pendalaman terhadap cerita rakyat Begu

Ganjang.

Manfaat Praktis

Dengan tercapainya tujuan dari penelitian ini, hasil dari penelitian ini

sangat bermanfaat bagi perkembangan pengetahuan sastra dari masyarakat dan

dalam bidang penelitian sastra lisan.

1) Memberi masukan positif bagi masyarakat agar tidak terjadi kesalahan

penafsiran yang berakibat kesalahfahaman terhadap cerita rakyat Begu

Ganjang.

2) Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan

wawasan peneliti tentang cerita rakyat yang jarang dibahas khususnya pada

(18)

62

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1) Terdapat perubahan tanggapan masyarakat Desa Merdeka Kec. Merdeka, Kab.

Karo terhadap cerita rakyat Karo Begu Ganjang. Yaitu dalam penggunaan

Begu Ganjang oleh pemiliknya yang awalnya digunakan untuk hal yang baik

berubah menjadi hal yang tidak baik seperti, menakuti masyrakat, mengganggu

anak-anak hingga menghilangkan nyawa seseorang.

2) Terdapat pergeseran persepsi masyarakat Desa Merdeka terhadap cerita Begu

Ganjang setelah memeluk agama. Yaitu menganggap bahwa begu ganjang

merupakan kepercayaan adat dan leluhur belaka.

3) Cerita rakyat Karo Begu Ganjang berpeluang besar dalam menimbulkan

permasalahan sosial di Desa Merdeka. Yaitu anggapan bahwa pemilik Begu

ganjang telah menyalahgunakan fungsi Begu Ganjangnya. Menjadikan

pemiliknya menerima sanksi sosial berupa dikucilkan. Kenyataannya anggapan

seseorang memiliki Begu Ganjang tidak pernah dapat dibuktikan. Sehingga

dapat mengubah pola pikir seseorang terhadap masyarakat yang dianggap

memiliki Begu ganjang ke arah yang lebih negatif.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian tentang persepsi masyarakat Karo terhadap

cerita rakyat Karo Begu Ganjang yang berada di Desa Merdeka. Kemudian

diperoleh data-data serta informasi sesuai dengan yang dibutuhkan dalam tujuan

(19)

63

Dalam hal ini peneliti mencoba memberi suatu gambaran berupa saran

yang mudah-mudahan dapat berguna bagi perkembangan pemikiran demi

lancarnya suatu proses persatuan dan kesatuan bangsa. Khususnya hubungan

antara warga Desa yang menjadi satu diantara kekayaan ciri khas bangsa

indonesia. Maka akan dikemukakan beberapa saran yaitu :

1). Bagi masyarakat Desa Merdeka

Kebudayaan merupakan sebuah warisan yang di berikan serta diajarkan

oleh nenek moyang kita. Baik itu berbentuk upacara adat, tarian adat, kepercayaan

adat dan tradisi. Maka dari itu, ada baiknya jika kita sebagai pewaris dari

kebudayaan tersebut untuk mempertahankan dan melestarikan kebudayaan yang

kita miliki. Walaupun terkadang kebudayaan tersebut bertentangan dengan ajaran

Agama yang kita anut. Yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapi

kebudayaan itu.

2) Bagi Orang tua di Tanah Karo

Orang tua dalam hal ini sebagai perantara orang terdahulunya dalam

penyebaran cerita Begu Ganjang sebaiknya meminimalisir cerita-cerita yang

berupaya menyudutkan seseorang dan dapat merubah tanggapan anak-anaknya

terhadap cerita Begu Ganjang dengan menambah ajaran-ajaran Agama

masing-masing agar tidak timbul ketakutan yang dapat berdampak pada psikologi

(20)

64 3) Bagi segenap kalangan masyarakat

Setiap warga Desa hendaknya tidak menghakimi secara sepihak seseorang

yang dianggap memiliki Begu Ganjang, karena hal ini sangat buruk akibatnya

bagi orang yang tertuduh maupun orang yang akan menghakimi. Satu hal yang

pasti, sampai saat ini belum ada pembuktian dari tuduhan terhadap kepemilikan

Begu Ganjang yang dapat dibawa ke ranah hukum. Maka sudah pasti mereka yang

menghakimi akan berhadapan dengan hukum. Musyawarah mufakat sesama

penduduk Desa guna menghasilkan keputusan yang bijaksana adalah salah satu

upaya yang dapat ditempuh dalam kasus ini, maka besar harapan peneliti kepada

setiap oknum masyarakat agar dapat mengaplikasikannya guna kebaikan bersama.

4) Bagi Peneliti dan Insan Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan

pembaca serta melatih kepekaan sosial terhadap dinamika kehidupan manusia dan

problematika sosial yang terjadi di sekitar, sehingga persoalan persepsi terhadap

(21)

65

Daftar Pustaka

Abdullah, Imran. T. 1991. Resepsi Sastra: Teori dan Penerapannya. Dalam

Jurnal Online Budaya, Sastra, dan Bahasa Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Vol. 1, No. 2

Anggraini, Irene. 2013. Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Pesan Mistik

DalamProgram Acara Dua Dunia DI Trans 7. Dalam Jurnal E-Komunikasi Program Studi Ilmu E-Komunikasi Universitas Kristen Petra, Surabaya. Vol. 1, No. 1

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Danandjaja, James. 1984. Folklore Indonesian: Ilmu gosip, Dongeng, dan

lain-lain. Jakarta: Grafiti Pers

Emzir & Rohman, Saifur. 2015. Teori dan Pengajaran Sastra. Jakarta: Rajawali Pers

Endraswara, Suwardi. 2012. Filsafat Sastra: Hakikat, Metodologi dan Teori. Yogyakarta: Layar Kata

Harisah, Afifah & Masiming, Zulfitria. 2008. Persepsi Manusia Terhadap Tanda,

Simbol, dan Spasial. Jurnal SMARTek, Vol.6, No.1

Hilal, Al. 2012. Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tanjung Batu Kabupaten

Ogan Ilir Tentang Pendidikan. Dalam Jurnal Online Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sriwijaya. Vol. 1, No. 2

Hutabarat, Riana. 2011. Begu Ganjang: Berfikirlah Panjang!. Gereja Kristen Protestan Indonesia http: //www.gkpi.or.id/news/read/16/begu-ganjang-berfikirlah-panjang-oleh-riana-hutabarat/

( 20Maret 2015 )

Ike. 2012. Inilah Sebabnya Mengapa Pemelihara Begu Ganjang Tak Pernah Tersangkut Pidana. GoBatak.com http: //www.gobatak.com/inilah- sebabnya-mengapa-pemelihara-begu-ganjang-tak-pernah-tersangkut-pidana/

( 3 Februari 2015 )

M. Hikmat, Mahi. Metode Penelitian: Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan

(22)

66

Milala, Jhony. 2011. Menguak Misteri Begu Ganjang. Karo Indonesia http: //limamarga. blogspot.com/ 2012/04 /menguak-misteri-begu-ganjang.html?m=1

( 2 Februari 2015 )

Purba, Antilan.2001. Pengantar Ilmu Sastra. Medan : Usu Press

Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Antropologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Suhartono. Yulianto, B. & Ahmadi, A. 2010. Cerita Rakyat Di Pulau Mandangin:

Kajian Struktural Antropologi Claude Levi Straus. Dalam Jurnal Online Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya. Volume. 23, No. 4

Wellek, Rene & Warren, Austin. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia

(23)

RIWAYAT HIDUP

Boy Syahputra Surbakti , lahir di Desa Merdeka, 12 Maret 1993. Putra kedua dari

Bapak Siswa Surbakti dan Ibu Nurdelfiana Br. Nainggolan. Beliau mengakhiri

pendidikannya dari bangku Sekolah Dasar (SD) tahun 2005, tepatnya di SD

Negeri 03 Berastagi, setelah itu ia melanjutkan jenjang pendidikannya ke Sekolah

Menengah Pertama tepatnya di SMP Negeri 1 Berastagi dan selesai tahun 2008.

Pendidikan Menengah Atas diakhiri di SMA Negeri Berastagi pada tahun 2011.

Kini telah menyelesaikan studi S-1 Jurusan Sastra Indonesia di Universitas Negeri

Medan (UNIMED), dengan judul skripsi: “Persepsi Masyarakat Desa Merdeka

Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo Terhadap Cerita Rakyat Karo “Begu

Ganjang”: Kajian Resepsi Sastra”, dengan indeks judisium yang sangat

memuaskan. Selama menyelesaikan pendidikannya, ia dikenal dengan

Referensi

Dokumen terkait

4 Effektivitas Ekstrak Etanol Daun Buas buas ( Premna pubescens .Blumue) Terhadap Limfosit Pada Tikus Putih ( Rattus norvegicus. Blume and Centella asiatica Extracts

Dari grafik lama waktu penyelesaian KTI mahasiswa Program Studi DIII Kebidanan tingkat akhir di STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta didapatkan hasil dengan presentase

Mengubah masyarakat secara revolusioner (perubahan secara cepat) harus berakhir dengan kemenangan kaum proletar. Sehingga pada gilirannya pemerintahan negara harus

Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan media pembelajaran berbantuan komputer pada materi garis dan sudut. Model media pembelajaran ini adalah model tutorial,

Our goal in writing Involvement parent program for teachers is to empower you to be a more successful teacher by showing you how to get the support you need

Equaliz adalah band asal kota Medan bergenre pop-rock yang beranggotakan lima?. personil yang merupakan alumni dan mahasiswa Etnomusikologi USU, terdiri

* Ziarah bid'iyah yaitu ziarah kubur untuk tujuan-tujuan tertentu bukan sebagaimana yang tersebut diatas, diantaranya untuk shalat disana, thawaf, mencium dan

cinerea pada benih cabai memberikan pengaruh nyata terhadap peubah bibit muncul di lapangan dan bibit terserang, namun memberikan pengaruh tidak nyata pada peubah