PERSEPSI MASYARAKAT DESA MERDEKA KECAMATAN MERDEKA
KABUPATEN KARO TERHADAP CERITA RAKYAT KARO
BEGU GANJANG KAJIAN RESEPSI SASTRA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra
Oleh
BOY SYAHPUTRA SURBAKTI
NIM 2113210006
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas segala nikmat iman, islam, kesempatan serta kekuatan
yang telah diberikan Allah SWT, Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Skripsi ini berjudul “PERSEPSI MASYARAKAT DESA MERDEKA
KECAMATAN MERDEKA KABUPATEN KARO TERHADAP CERITA
RAKYAT KARO BEGU GANJANG KAJIAN RESEPSI SASTRA”. Skripsi ini
dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan Skripsi ini banyak
mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai
pihak, kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu, dengan
segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Syawal Gultom M.Pd., Rektor Universitas Negeri Medan
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
3. Drs. Syamsul Arif, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi.
4. S. Fahmy Dalimunthe. S.Sos., M.I.Kom., Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia.
5. Dr. Wisman Hadi, S.Pd., M.Hum., Ketua Program Studi Sastra Indonesia dan
Dosen Pengarah
6. Fitriani Lubis, S.Pd., M.Pd., Dosen Pembimbing Akademik.
7. M. Surif, S.Pd., M.Si., Dosen Pengarah.
10. Bapak/Ibu serta Pegawai di lokasi penelitian Desa Merdeka, Kec. Merdeka,
Kab. Karo.
11. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Siswa Surbakti dan Ibu Nurdelfiana Br.
Nainggolan yang senantiasa mendukung dan menyemangati. Kakanda
Ramadan Afandy, yang selalu menjadi acuan dan inspirasi penulis. Adik
kecil Albert Surbakti yang selalu di hati, serta yang tak akan terlupakan adik
tercinta, (Alm) Robet Surbakti, cahaya kecil pelindung hati.
12. Teman-teman seperjuangan penulis di Himpunan mahasiswa Islam Komisariat
FBS Unimed.
13. Teman terdekat di hati yang menyemangati J.I.
14. Teman-teman Nondik 2011 yang telah mendukung dan memberikan semangat
kepada penulis, Adnan, Yudi, Okta, Eben, Rozi, Siddik, Umil, Lysti, Ruben,
Aisyah, Sulaiman, Domi, Iqbal, Rizky.
15. Semua pihak yang ikut berperan dalam penyelesaian Skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan namanya satu persatu.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
penyempurnaan Skripsi ini. Semoga Skripsi ini memberikan manfaat bagi
pembacanya.
Medan, Mei 2015
Penulis,
i ABSTRAK
Boy Syahputra Surbakti. Nim. 2113210006. Persepsi Masyarakat Desa Merdeka Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo Terhadap Cerita Rakyat Karo Begu
Ganjang Kajian Resepsi Sastra. Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan, 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan cerita Begu Ganjang yang dulu dengan yang sekarang dan mengetahui apakah terdapat pergeseran persepsi masyarakat Desa Merdeka terhadap cerita Begu Ganjang setelah memeluk agama. Selain itu ingin untuk mengetahui sejauh mana peran cerita rakyat Karo Begu
Ganjang dalam meningkatkan permasalahan sosial di Desa Merdeka. Pada penelitian
ini tanggapan langsung dari masyarakat Desa Merdeka sebagai sumber data, dan datanya adalah kata-kata atau tanggapan masyarakat itu sendiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Alat pengumpulan data yang digunakan untuk menjaring data adalah observasi, wawancara dan dokumentasi data. Untuk mengelola data yang diperoleh dalam penelitian ini, dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif yaitu merupakan teknik pemecahan masalah yang diteliti dengan cara menggambarkan atau melukiskan keadaan objek atau subjek penelitian.
Dari hasil perolehan data ditemukan bahwa terdapat pergeseran persepsi masyarakat Desa Merdeka terhadap cerita Begu Ganjang yang dahulu dengan sekarang yaitu dalam hal fungsi. Pada awalnya digunakan untuk hal baik seperti menjaga harta benda dan kebun, sedangkan saat ini digunakan untuk menakuti hingga mencabut nyawa seseorang yang tidak disukai oleh pemilik Begu Ganjang. Terdapat pergeseran persepsi masyarakat Desa Merdeka terhadap cerita Begu Ganjang setelah memeluk agama. Masyarakat Desa Merdeka masih mempercayai adanya roh-roh leluhur dan
Begu Ganjang, namun memiliki persepsi pribadi Begu Ganjang itu tidak layak untuk
disembah maupun diyakini karena telah memeluk agama. Cerita Begu Ganjang berpotensi dalam meningkatkan permasalahan sosial yang ada di Desa Merdeka, khususnya dalam perlakuan masyarakat terhadap seseorang yang diduga memelihara
Begu Ganjang.
iv DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Batasan Masalah ... 4
D. Rumusan Masalah... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KERANGKA TEORETIS DAN PERTANYAAN PENELITIAN ... 7
A. Kerangka Teoretis... 7
1. Persepsi Masyarakat ... 10
2. Karo ... 11
3. Cerita Rakyat Karo “Begu Ganjang” ... 12
4. Foklor ... 14
a. Pengertian Foklor... 14
b. Ciri-ciri Foklor ... 15
v
d. Bentuk-bentuk Foklor Indonesia ... 16
5. Sastra ... 19
6. Sastra Lisan ... 20
7. Resepsi Sastra ... 21
8. Desa Merdeka, Kec. Merdeka, Kab. Karo ... 25
a. Gambaran Umum Desa Merdeka, Kec. Merdeka, Kab. Karo ... 26
b. Keadaan Penduduk ... 27
B. Pertanyaan Penelitian ... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32
A. Metodologi Penelitian ... 32
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32
C. Sumber Data ... 33
D. Kriteria Responden ... 33
E. Instrumen Penelitian ... 34
F. Teknik Pengumpulan Data ... 35
G. Teknik Analisi Data ... 38
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42
A. Hasil Penelitian ... 42
1. Penyajian Data... 42
B. Pembahasan ... 43
1. Perubahan Tanggapan Terhadap Cerita Begu Ganjang ... 43
vi
Cerita Begu Ganjang Setelah Memeluk Agama ... 52
3. Peran Cerita Begu Ganjang Terhadap Peningkatan Masalah sosial di Desa Merdeka ... 57
BAB V PENUTUP ... 62
A. Simpulan ... 62
B. Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 65
LAMPIRAN ... 67
A. Glosarium ... 67
B. Daftar Pertanyaan Informan ... 69
C. Data Wawancara ... 70
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sastra merupakan bagian dari kebudayaan. Setiap suku atau daerah
mempunyai sastra yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Karo
merupakan salah satu dari daerah di Indonesia yang masih menjunjung tinggi
kebudayaannya. Turi-turin (Cerita Rakyat) merupakan salah satu bentuk sastra
daerah yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat Karo dan diwariskan
secara turun-temurun serta merupakan salah satu produk kebudayaan.
Pada kenyataannya telah berkembang sastra-sastra daerah: Aceh, Batak,
Sunda, Jawa, Bali, Bugis, Toraja, Lombok, dan sebagainya. Dalam konteks
wilayah pertumbuhan dan perkembangannya secara nasional, berbagai sastra
daerah itu dapat disebut juga sastra Indonesia dengan pengertian sastra milik
bangsa Indonesia (Yudiono, 2007:11).
Sastra lisan pada hakikatnya adalah tradisi yang dimiliki oleh sekelompok
masyarakat tertentu. Keberadaannya diakui, bahkan sangat dekat dengan
kelompok masyarakat yang memilikinya. Dalam sastra lisan, isi ceritanya
seringkali mengungkapkan keadaan sosial budaya masyarakat yang melahirkan.
Biasanya sastra lisan berisi berupa gambaran latar sosial, budaya, serta sistem
kepercayaan.
Istilah sastra lisan dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris,
2
bahasa Belanda, yaitu orale letterkunde. Sastra lisan (oral literature) adalah
berbagai bentuk sastra yang dikemukakan secara lisan (Ratna,2011:102).
Sastra lisan atau kesusastraan lisan adalah kesusatraan yang mencakup
ekspresi kesusastraan warga suatu kebudayaan yang disebarkan dan diturun
menurunkan secara lisan (dari mulut ke telinga). Sastra lisan Karo penyebarannya
secara lisan dan hanya berdasarkan daya ingat penuturnya. Sehingga tidak
mustahil sangat mudah mengalami perubahan dan penyimpangan dari bentuknya
yang asli. Selain itu, orang tua yang menguasai sastra lisan Karo jumlahnya
semakin kecil. Keadaan ini mempercepat punahnya sastra lisan yang asli dan
terjadilah kesalahan penafsiran pada kalangan masyarakat era baru terhadap sastra
lisan Karo.
Isu mengenai Begu Ganjang memang tidak pernah terlepas dari
perbincangan masyarakat sampai saat ini. Berita mengenai Begu Ganjang ini
tergolong masih sering muncul untuk ukuran zaman yang sudah modern seperti
saat ini. Diyakini pada awalnya Begu Ganjang digunakan masyarakat Karo
terdahulu sebagai penjaga kebun dari gangguan pencuri dan orang-orang usil.
Namun pada saat ini digunakan sebagai alat untuk menjegal orang yang tidak
disukai oleh sipemilik Begu Ganjang tersebut. Pendapat lain menyatakan Begu
Ganjang digunakan untuk memperkaya pemiliknya. Konon hantu ini dapat
membunuh korbannya dengan cara mencekik. Lantas mengapa begu yang satu ini
dapat menghilangkan nyawa, sampai saat ini belum ada yang dapat membuktikan
3
Hingga saat ini telah banyak kasus yang terjadi sehubungan dengan Begu
Ganjang ini. Banyak yang menjadi korban dari masalah yang sebenarnya
metafisik ini. Mulai pengusiran dari desa, pembakaran tempat tinggal,
pengeroyokan hingga pembakaran hidup-hidup para tertuduh dan pemelihara
Begu Ganjang
(http://www.gobatak.com/inilah-sebabnya-mengapa-pemelihara-begu-ganjang-tak-pernah-tersangkut-pidana/).
Kasus Begu Ganjang pada tahun 2009 - Mei 2010 meningkat tajam, tercatat ada 7 kasus Begu Ganjang yang terjadi. Hampir keseluruhan, baik pelaku maupun korban yang dicurigai pemilik Begu Ganjang adalah orang-orang yang sudah menjadi Kristen. Kehidupan dan pemahaman beragama yang telah dianut bertahun-tahun tidak membendung tindakan anarkis dalam penyelesaian masalah terhadap orang yang dicurigai. Mereka (para pelaku) melaksanakannya secara bersama-sama dan sudah direncanakan. Tindakan penghakiman yang dilakukan tidak tanggung-tanggung kejamnya, bahkan sampai ada pada tahap pembakaran tubuh yang berakhir dengan kematian
( http: //www.gkpi.or.id/news/read/16/begu-ganjang-berpikirlah-panjang-oleh-riana-hutabarat/ ).
Kajian tentang sastra lisan dan foklor seperti cerita Begu Ganjang sendiri
dapat menggunakan teori dari resepsi sastra. Secara umum, resepsi sastra diartikan
sebagai tanggapan pembaca terhadap karya sastra. Resepsi sastra merupakan
aliran yang meneliti teks sastra dengan bertitik-tolak pada pembaca yang member
reaksi atau tanggapan terhadap teks sastra. Pembaca selaku pemberi makna adalah
variabel menurut ruang, waktu, dan golongan sosial-budaya. Hal itu berarti
bahwa karya sastra tidak sama pembacaan, pemahaman, dan penilaiannya
sepanjang massa atau dalam seluruh golongan masyarakat tertentu (Imran, 1991).
Dari setiap suku memiliki cerita rakyat yang menarik dan khas. Cerita
mengenai Begu Ganjang merupakan salah satu cerita yang sudah terkenal tidak
4
indonesia. Karena itu cerita rakyat ini menarik untuk dibahas lebih lanjut dengan
pendekatan Resepsi sastra, karena beragamnya penilaian masyarakat terhadap
cerita itu sendiri.
“Dilatarbelakangi oleh penjabaran sebelumnya, akhirnya peneliti membuat
judul Sudut Pandang Masyarakat Desa Merdeka Kecamatan Merdeka Kabupaten
Karo Terhadap Cerita Rakyat Karo “Begu Ganjang”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang muncul
dalam sudut pandang masyarakat tentang cerita rakyat Begu Ganjang adalah
sebagai berikut:
(1) Perubahan yang terjadi dalam Cerita Begu Ganjang yang sekarang dengan
Cerita Begu Ganjang dahulu.
(2) Adanya pergeseran persepsi masyarakat Karo terhadap Cerita Begu Ganjang
yang berada di Desa Merdeka Kab. Karo, setelah masyarakatnya
memeluk agama.
(3) Peran Cerita rakyat Karo Begu Ganjang dalam meningkatkan permasalahan
sosial di Desa Merdeka.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, agar kajian penelitian ini lebih terfokus
dan mendalam, maka perlu ada pembatasan masalah. Karena itu, penelitian ini
difokuskan pada persepsi Masyarakat Karo terhadap cerita Begu Ganjang yang
5 D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka masalah
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
(1) Apakah terdapat perubahan tanggapan masyarakat Desa Merdeka terhadap
cerita Begu Ganjang dahulu dengan sekarang?
(2) Apakah terdapat pergeseran persepsi cerita Begu Ganjang pada masyarakat
Karo di Desa Merdeka setelah memeluk agama?
(3) Apakah peran cerita rakyat Karo Begu Ganjang dalam meningkatkan
permasalahan sosial di Desa Merdeka?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
(1) Untuk mengetahui adakah perubahan cerita Begu Ganjang yang dulu dengan
yang sekarang.
(2) Untuk mengetahui apakah terdapat pergeseran persepsi cerita Begu Ganjang
pada masyarakat Karo di Desa Merdeka setelah memeluk agama?
(3) Untuk mengetahui sejauh mana peran cerita rakyat Karo Begu Ganjang dalam
meningkatkan permasalahan sosial di Desa Merdeka.
F. Manfaat Penelitian Manfaat Teoretis
Dengan tercapainya tujuan dari penelitian ini, hasil penelitian ini sangat
bermanfaat bagi kelanjutan penulisan-penulisan karya ilmiah dalam sastra yang
6
(1) Memberi masukan untuk memperkaya ilmu kesusastraan khususnya dalam
Sastra Lisan.
(2) Memberi masukan untuk memperkaya kajian tentang ilmu Sastra khususnya
Resepsi Sastra.
(3) Sebagai bahan pengembangan dan pendalaman terhadap cerita rakyat Begu
Ganjang.
Manfaat Praktis
Dengan tercapainya tujuan dari penelitian ini, hasil dari penelitian ini
sangat bermanfaat bagi perkembangan pengetahuan sastra dari masyarakat dan
dalam bidang penelitian sastra lisan.
1) Memberi masukan positif bagi masyarakat agar tidak terjadi kesalahan
penafsiran yang berakibat kesalahfahaman terhadap cerita rakyat Begu
Ganjang.
2) Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan
wawasan peneliti tentang cerita rakyat yang jarang dibahas khususnya pada
62
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1) Terdapat perubahan tanggapan masyarakat Desa Merdeka Kec. Merdeka, Kab.
Karo terhadap cerita rakyat Karo Begu Ganjang. Yaitu dalam penggunaan
Begu Ganjang oleh pemiliknya yang awalnya digunakan untuk hal yang baik
berubah menjadi hal yang tidak baik seperti, menakuti masyrakat, mengganggu
anak-anak hingga menghilangkan nyawa seseorang.
2) Terdapat pergeseran persepsi masyarakat Desa Merdeka terhadap cerita Begu
Ganjang setelah memeluk agama. Yaitu menganggap bahwa begu ganjang
merupakan kepercayaan adat dan leluhur belaka.
3) Cerita rakyat Karo Begu Ganjang berpeluang besar dalam menimbulkan
permasalahan sosial di Desa Merdeka. Yaitu anggapan bahwa pemilik Begu
ganjang telah menyalahgunakan fungsi Begu Ganjangnya. Menjadikan
pemiliknya menerima sanksi sosial berupa dikucilkan. Kenyataannya anggapan
seseorang memiliki Begu Ganjang tidak pernah dapat dibuktikan. Sehingga
dapat mengubah pola pikir seseorang terhadap masyarakat yang dianggap
memiliki Begu ganjang ke arah yang lebih negatif.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian tentang persepsi masyarakat Karo terhadap
cerita rakyat Karo Begu Ganjang yang berada di Desa Merdeka. Kemudian
diperoleh data-data serta informasi sesuai dengan yang dibutuhkan dalam tujuan
63
Dalam hal ini peneliti mencoba memberi suatu gambaran berupa saran
yang mudah-mudahan dapat berguna bagi perkembangan pemikiran demi
lancarnya suatu proses persatuan dan kesatuan bangsa. Khususnya hubungan
antara warga Desa yang menjadi satu diantara kekayaan ciri khas bangsa
indonesia. Maka akan dikemukakan beberapa saran yaitu :
1). Bagi masyarakat Desa Merdeka
Kebudayaan merupakan sebuah warisan yang di berikan serta diajarkan
oleh nenek moyang kita. Baik itu berbentuk upacara adat, tarian adat, kepercayaan
adat dan tradisi. Maka dari itu, ada baiknya jika kita sebagai pewaris dari
kebudayaan tersebut untuk mempertahankan dan melestarikan kebudayaan yang
kita miliki. Walaupun terkadang kebudayaan tersebut bertentangan dengan ajaran
Agama yang kita anut. Yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapi
kebudayaan itu.
2) Bagi Orang tua di Tanah Karo
Orang tua dalam hal ini sebagai perantara orang terdahulunya dalam
penyebaran cerita Begu Ganjang sebaiknya meminimalisir cerita-cerita yang
berupaya menyudutkan seseorang dan dapat merubah tanggapan anak-anaknya
terhadap cerita Begu Ganjang dengan menambah ajaran-ajaran Agama
masing-masing agar tidak timbul ketakutan yang dapat berdampak pada psikologi
64 3) Bagi segenap kalangan masyarakat
Setiap warga Desa hendaknya tidak menghakimi secara sepihak seseorang
yang dianggap memiliki Begu Ganjang, karena hal ini sangat buruk akibatnya
bagi orang yang tertuduh maupun orang yang akan menghakimi. Satu hal yang
pasti, sampai saat ini belum ada pembuktian dari tuduhan terhadap kepemilikan
Begu Ganjang yang dapat dibawa ke ranah hukum. Maka sudah pasti mereka yang
menghakimi akan berhadapan dengan hukum. Musyawarah mufakat sesama
penduduk Desa guna menghasilkan keputusan yang bijaksana adalah salah satu
upaya yang dapat ditempuh dalam kasus ini, maka besar harapan peneliti kepada
setiap oknum masyarakat agar dapat mengaplikasikannya guna kebaikan bersama.
4) Bagi Peneliti dan Insan Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan
pembaca serta melatih kepekaan sosial terhadap dinamika kehidupan manusia dan
problematika sosial yang terjadi di sekitar, sehingga persoalan persepsi terhadap
65
Daftar Pustaka
Abdullah, Imran. T. 1991. Resepsi Sastra: Teori dan Penerapannya. Dalam
Jurnal Online Budaya, Sastra, dan Bahasa Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Vol. 1, No. 2
Anggraini, Irene. 2013. Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Pesan Mistik
DalamProgram Acara Dua Dunia DI Trans 7. Dalam Jurnal E-Komunikasi Program Studi Ilmu E-Komunikasi Universitas Kristen Petra, Surabaya. Vol. 1, No. 1
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Danandjaja, James. 1984. Folklore Indonesian: Ilmu gosip, Dongeng, dan
lain-lain. Jakarta: Grafiti Pers
Emzir & Rohman, Saifur. 2015. Teori dan Pengajaran Sastra. Jakarta: Rajawali Pers
Endraswara, Suwardi. 2012. Filsafat Sastra: Hakikat, Metodologi dan Teori. Yogyakarta: Layar Kata
Harisah, Afifah & Masiming, Zulfitria. 2008. Persepsi Manusia Terhadap Tanda,
Simbol, dan Spasial. Jurnal SMARTek, Vol.6, No.1
Hilal, Al. 2012. Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tanjung Batu Kabupaten
Ogan Ilir Tentang Pendidikan. Dalam Jurnal Online Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sriwijaya. Vol. 1, No. 2
Hutabarat, Riana. 2011. Begu Ganjang: Berfikirlah Panjang!. Gereja Kristen Protestan Indonesia http: //www.gkpi.or.id/news/read/16/begu-ganjang-berfikirlah-panjang-oleh-riana-hutabarat/
( 20Maret 2015 )
Ike. 2012. Inilah Sebabnya Mengapa Pemelihara Begu Ganjang Tak Pernah Tersangkut Pidana. GoBatak.com http: //www.gobatak.com/inilah- sebabnya-mengapa-pemelihara-begu-ganjang-tak-pernah-tersangkut-pidana/
( 3 Februari 2015 )
M. Hikmat, Mahi. Metode Penelitian: Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan
66
Milala, Jhony. 2011. Menguak Misteri Begu Ganjang. Karo Indonesia http: //limamarga. blogspot.com/ 2012/04 /menguak-misteri-begu-ganjang.html?m=1
( 2 Februari 2015 )
Purba, Antilan.2001. Pengantar Ilmu Sastra. Medan : Usu Press
Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Antropologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Suhartono. Yulianto, B. & Ahmadi, A. 2010. Cerita Rakyat Di Pulau Mandangin:
Kajian Struktural Antropologi Claude Levi Straus. Dalam Jurnal Online Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya. Volume. 23, No. 4
Wellek, Rene & Warren, Austin. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia
RIWAYAT HIDUP
Boy Syahputra Surbakti , lahir di Desa Merdeka, 12 Maret 1993. Putra kedua dari
Bapak Siswa Surbakti dan Ibu Nurdelfiana Br. Nainggolan. Beliau mengakhiri
pendidikannya dari bangku Sekolah Dasar (SD) tahun 2005, tepatnya di SD
Negeri 03 Berastagi, setelah itu ia melanjutkan jenjang pendidikannya ke Sekolah
Menengah Pertama tepatnya di SMP Negeri 1 Berastagi dan selesai tahun 2008.
Pendidikan Menengah Atas diakhiri di SMA Negeri Berastagi pada tahun 2011.
Kini telah menyelesaikan studi S-1 Jurusan Sastra Indonesia di Universitas Negeri
Medan (UNIMED), dengan judul skripsi: “Persepsi Masyarakat Desa Merdeka
Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo Terhadap Cerita Rakyat Karo “Begu
Ganjang”: Kajian Resepsi Sastra”, dengan indeks judisium yang sangat
memuaskan. Selama menyelesaikan pendidikannya, ia dikenal dengan