BENTUK PENYAJIAN DAN FUNGSI MUSIK PADA
UPACARA PANGGUNI UTHIRAM DI KUIL SHRI
THENDAYUTHABANI KECAMATAN
LUBUK PAKAM KABUPATEN
DELI SERDANG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
DEDY NOBERD SIMAMORA
NIM.2111540003
JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRAK
Dedy Noberd Simamora, NIM 2111542003. Bentuk Penyajian dan Fungsi Musik Pada Upacara Pangguni Uthiram Di Kuil Shri thendayuthabani Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Fakultas Bahasa Dan Seni. Universutas Negeri Medan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tata upacara Pangguni Uthiaram, instrument yang digunakan, bentuk penyajian dan fungsi musik pada upacara Pangguni Uthiaram di Kuil Shri Thendayuthabani Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.
Penelitian ini berdasarkan pada landasan teoritis yang menjelaskan pengertian bentuk penyajian, pengertian fungsi musik, pengertian istrument musik, pengertian vokal, pengertian upacara pangguni uthiram.
Penelitian ini dilakukan di kuil Shri Thendayuthabani Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang pada bulan Desember sampai Februari 2016. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah Rajindra (ketua kuil), undangan, pendeta,
protokol dan pemusik pada upacara Pangguni Uthiram di kuil Shri
Thendayuthabani Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang, sedangkan sampel berjumlah 15 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan strudi kepustakaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tata upacara Pangguni Uthira dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Punia Waccanam merupakan acara pembuka dalam upacara ritual Pangguni Uthiram. Ritual Penusukan Vell adalah proses penusukan dengan vell berlangsung. Perarakan Radem (Kereta Kencana) adalah proses kereta kencana diarak arakkan mengelilingi Kota Lubuk Pakam. Kegunaan istrument musik pada upacara Pangguni Uthiram agama Hindu yaitu Cinei Takkai, dua Molo, Timbalis, Djembey, kerincingan, tiga Pambo, satti, dan Urumei sebagai rithem, Vokal sebagai pembawa melodi. Bentuk penyajian musik pada upacara Pangguni Uthiram agama Hindu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu musik mendoakan alat yang dipakai pada penusukan, menambah konsentrasi pada peserta nazar, dan mengiringi perjalanan dari sungai sampai kuil. Terdapat tiga fungsi musik pada upacara Pangguni Uthiram agama Hindu, yaitu pengungkapan emosional, fungsi komunikasi, fungsi sarana pengiring upacara.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan berkat-Nya Skripsi yang berjudul “Bentuk Penyajian Dan Fungsi
Musik Pada Upacara Pangguni Uthiram Di Kuil Shri Thendayuthabani
Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang” dapat diselesaikan dengan
baik.
Dalam penyelesaian Skripsi ini, tentunya penulis juga mengalami berbagai
kesulitan. namun proses itu tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik moral
maupun materil. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan kerendahan hati penulis
menuturkan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Si Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan,
3. Uyuni Widiastuti, M.Pd. Ketua Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa
Dan Seni Universitas Negeri Medan.
4. Dra. Pita HD Silitonga, M.Pd Sekretaris Jurusan Sendratasik FBS
Universitas Negeri Medan
5. Dr. Pulumun P. Ginting, S.Sn, M.Sn Ketua Prodi Pendidikan Musik
sekaligus Pembimbing Skripsi I
6. Danny Ivano Ritonga, M. Pd Pembimbing Skripsi II.
7. Herna Hizra, M. Sn Dosen Pembimbing Akademik.
8. Seluruh Dosen di Jurusan Sendratasik FBS Universitas Negeri Medan,
9. Narain Sami, SH, dan staf pegawai Parisada Hindu Dharma Indonesia
sebagai narasumber pada penelitian penulis.
10. Rajindra dan Rajeen selaku ketua kuil dan pemain musik.
11. Kedua Orang tua tercinta, Ayah penulis J. Simamora S. Pd dan Mama
N. Br. Manullang yang selalu mendidik, memberikan kasih sayang
yang tak terhingga mendukung baik secara moril maupun materil,
memberikan motivasi, semangat dan doa yang paling tulus yang tiada
iii
12. Teman – teman terbaik penulis Maria Simbolon S. Pd, Samson Fredi Sihombing, Anastaya Pinayungan dan juga buat Seluruh Keluarga
yang selalu memberikan semangat kepada penulis untuk dapat
menyelesaikan Skripsi ini.
13. Seluruh teman-teman yang ada di Prodi Pendidikan Musik angkatan
2011 terimakasih atas kerjasamanya selama proses perkuliahan.
Penulis juga menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari yang
diharapkan, baik dari segi kalimat, isi dan juga teknik penguraiannya.Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan Skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Skripsi yang sederhana ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam usaha peningkatan mutu
pendidikan, khususnya di bidang pendidikan musik.
Medan, Maret 2016 Peneliti,
iv
BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Landasan Teoritis . ... 11
5. Teori Upacara Pangguni Uthiram... ... 32
B. Kerangka Konseptual... ... 33
BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... ... 36
B. Lokasi dan Waktu Penelitian... ... 36
C. Populasi dan Sampel Penelitian... ... 37
v
1. Observasi... ... 39
2. Wawancara... ... 40
3. Dokumentasi.. ... 41
F. Teknik Analisis Data... ... 43
BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kuil Shri Thendayuthabani Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang ... 45
B. Tata Upacara Pangguni Uthiram di Kuil Shri Thendayuthabani Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang... 46
1. Punia Waccanam.... ... 47
2. Ritual Penusukan Vell... ... 50
3. Perarakan Radem (Kereta Kencana)... ... 53
C. Instrument musik yang digunakan pada saat Upacara Pangguni Uthiram Di Kuil Shri Thendayuthabani.... ... 55
D. Bentuk Penyajian Musik dalam Upacara Pangguni Uthiram Di Kuil Shri Thendayuthabani Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang... 59
E. Fungsi Musik dalam Upacara Pangguni Uthiram Di Kuil Shri Thendayuthabani Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang... 83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... ... 87
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Raga Marwa ... 23
Gambar 2.2 : Raga Bhairav ... 23
Gambar 2.3 : Raga Gaud-Sarang... 23
Gambar 2.4 : Raga Pahadi ... 24
Gambar 2.5 : Raga Yaman ... 24
Gambar 2.6 : Raga Bhimpalasi... 25
Gambar 2.7 : Raga Kedar ... 25
Gambar 2.8 : Raga Jog ... 25
Gambar 2.9 : Tabla... 29
Gambar 2.10 : Saramgi... 30
Gambar 2.11 : Sitar ... 30
Gambar 2.12 : Sarod... 31
Gambar 4.1 : Awal Pembacaan Mantra ... 48
Gambar 4.2 : Pembersihan Diri ... 49
Gambar 4.3 : Memberi Tanda Didahi. ... 49
Gambar 4.4 : Pemasangan Cincin dari Lalang. ... 50
Gambar 4.5 : Pemberian Bunga... ... 51
Gambar 4.6 : Mendoakan alat yang dipakai peserta nazar... 52
Gambar 4.7 : Proses Penusukan dengan Vell... 53
Gambar 4.8 : Kereta Kencana yang diarak... 55
vii
Kerincingan, Molo 2 ... 57
Gambar 4.10 : Pambo I, II, III, Satti Urumei ... 58
Gambar kuil Shri Thendayuthabani ... viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pemahaman tentang hakikat musik dapat menyadarkan kita tentang
keragaman aktivitas musik pada kelompok agama dan etnis di dunia. Musik tidak
saja melibatkan aspek pelaku- pelakunya, tetapi pada waktu yang sama, juga
melibatkan aspek pendengar yaitu, orang-orang yang mendengarkan musik yang
dilakukan oleh para pelaku musik tersebut. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
kegitan bermain musik atau bernyanyi merupakan sebuah kecenderungan yang
dilakukan oleh manusia atau kelompok masyarakat untuk mengungkapkan
perasaanya atau mengekspresikan dirinya. Musik dalam kehidupan setiap individu
atau kelompok masyarakat, memegang peranan tertentu dalam berbagai aspek
kehidupan.
Perasaan atau keinginan untuk berekspresi bagi setiap individu atau
kelompok masyarakat terdapat pada hampir seluruh aspek kehidupan.
Pengungkapan eksperesi tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti,
menulis puisi, mengarang cerita, melukis, bersenandung, bernyanyi dengan
mengikuti syair lagu, atau bernyanyi sambil memainkan alat musik, dan berbagai
cara lainya. Dalam hal ini nyanyian merupakan sarana atau cara bagi setiap
individu atau komunitas tertentu untuk secara langsung mengucapkan isi hati yang
2
Sebuah lagu atau melodi akan membuat kata-kata menjadi lebih hidup,
bersungguh-sungguh yang terpadu dengan iringan musik.
Dalam menyanyikan sebuah lagu, seseorang berupaya untuk
mengekspresikan dirinya sesuai dengan makna yang terdapat dalam teks/syair
lagu yang telah dinyanyikannya dengan cara mengidentifikasi , menghayati, dan
mengekspresikanya. Seseorang akan merasa senang dan terhibur saat
menyanyikan sebuah lagu atau dapat mencurahkan rasa kesedihanya sehingga
beban kesedihan yang dirasakan menjadi lebih ringan. Oleh karena itu,
mengekspresikan diri merupakan sebuah keinginan yang kuat atau merupakan
kebutuhan dari setiap individu.
Dalam konteks agama, nyanyian merupakan salah satu dari beberapa ciri
agama yang ada. Ciri-ciri selengkapnya adalah ragam ritual atau kebaktian, doa,
nyanyian, tari-tarian, saji-sajian, dan kurban.
Agama Hindu sebagai salah satu agama di Indonesia, bersendikan
Ketuhanan Yang Maha Esa, beriman dan bertagwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
dengan melaksanakan sila dan memiliki sifat-sifat Tuhan dan memuji kebesaran
Tuhan dalam setiap pelaksanaan kebaktian atau upacara Agama Hindu ( India ).
Ajaran agama tersebut harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga
setiap umat Hindu mendapatkan berkat dari Tuhan.
Pada mulanya hubungan antara Indonesia dengan India dalam bentuk
hubungan dagang, kemudian berkembang dengan hubungan agama dan budaya.
Proses masuknya budaya India ke Indonesia tidak hanya pada satu daerah. Kita
3
sekitar tarikh masehi di Indonesia telah dikenal agama Hindu dan Budha. Pada
mulanya agama Hindu berkembang dan mempunyai banyak pengikut di
Indonesia. Sebenarnya agama budha sudah masuk tetapi belum berkembang.
Pada masyarakat Tamil-Hindu memiliki banyak ritual, adapun beberapa
ritual pada masyarakat Tamil-Hindu meliputi : Thai Ponggal, Maha Puja
Thaipusam, Pangguni Uthiram, Maha Sivarahtri, Varudap Pirappu, Maha Adhi Puja, Vinayagar Chathurthi, Navarathri, Vijaya Dasami, Deepavali, Kumbhabisegam, Karthigei Thibem. Ritual-ritual ini merupakan bentuk ritual komunal yang umum dilakukan oleh masyarakat Tamil-Hindu walaupun diluar
hal tersebut masih banyak bentuk ritual personal yang mereka miliki.
Suku Tamil di dalam kehidupan sehari-harinya melakukan berbagai
kegiatan/acara sebagai ungkapan dari permohonan, persembahan atas segala
keinginannya. Mereka melakukan berbagai kegiatan tersebut seperti, upacara,
perayaan, pemujaan dan lain sebagainya sebagai wujud terimakasih kepada yang
dipercayai dengan menyertakan kesenian sebagai kelengkapan dalam Perayaan
tersebut, seperti upacara Pangguni Uthiram. Upacara pangguni Uthiram adalah
hari memperingati dewa Murugan. Dewa Murugan adalah putra kedua dewa
Siwa dan mempunyai kakak yang bernama Ganesha.
Pada masa dewa Ganesha dan dewa Murugan remaja, dewa Siwa
menyuruh kedua anak mengelilingi tiga alam sebanyak tiga kali yaitu alam
bawah, tengah dan atas. Siapa yang dahulu mengelilingi ketiga alam tersbeut akan
mengganti kedudukan ayahnya. Kemudian dewa Murugan pergi menelilingi alam
4
Setelah dewa Murugan tiba ia heran melihat dewa Ganesha sudah berada
dihadapan ayahnya dan menggantikan kedudukan dewa Siwa. Kemudian dewa
Murugan marah kepada ayahnya dan turun ke bumi. Setelah beberapa lama kemudian ibu dewa Murugan meminta ia pulang, lalu Murugan sadar bahwa yang
ia perbuat salah karena sudah marah kepada orang tuanya. Untuk menebus
kesalahannya dewa Murugan melakukan puasa selama 40 hari sebelum menemui
orang tuanya dan melakukan penusukan yaitu tusuk lidah, pipi dan dahi dengan
Vell atau alat dewa Murugan sendiri serta membawa Kavadi sebagai tempat persembahan kepada orang tuanya. Dari ketiga penusukan itu dewa Murugan
melakukan kesalahan yaitu marah kepada orang tuanya. Dari ketiga penusukan itu
lah umat Hindu selalu memperingati hari dewa Murugan atau Pangguni Uthiram.
Pada perayaan Pangguni Uthiram ini yang paling menakjubkan ialah
menusuk badan dengan Vell (jarum yang berbentuk lembing dan berbentuk hati)
senjata milik Dewa Murugan. Serta Kavadi (sebuah alat penyangga yang diusung
terbuat dari logam atau kayu yang dihiasi oleh bunga, dedaunan, bulu merak),
yang diangkat dan diletakkan diatas bahu kanan bagi yang melaksanakannya.
Pada peserta yang terlibat pada penusukan dengan vell harus melakukan puasa
selama 21 hari sampai 40 hari dimana setelah perayaanPangguni Uthiramselesai
mereka akan mendapat berkat yang lebih. Pada acara Pangguni Uthiram tidak
terlepas dari penonton yang hadir baik dari luar maupun dari dalam. Manfaat dari
para penonton yang hadir dari luar hanya sekedar menghargai bagi sesama umat
5
Fungsi musik di India adalah sebagai pengiring upacara adat, musik
tradisional india biasa digunakan dalam ritual-ritual memperingati dewa mereka,
upacara seperti pernikahan, dan bisa juga sebagai inspirasi masyarakat, sebagai
sumber hiburan spiritual. Nilai-nilai spiritual dan religius yang terkandung dalam
musik tradisional india, menjadi suatu hiburan tersendiri pada masyarakat. Jadi,
selain sebagai hiburan, juga dapat menjadi sumber nilai-nilai spiritual.
Pada perayaan Pangguni Uthiram diiringi dengan musik tradisi serta
didampingi dengan vokal, contoh beberapa alat musik tradisi pada pengiringan
Perayaan upacara Pangguni Uthiram seperti Kerincingan, Cine Takkai, Urumei
dan masih banyak lagi, pada permainan musik tersebut dibutuhkan ketrampilan
untuk memainkan instrument musik dan vokal, salah satu ketrampilan dari alat
musik tersebut seperti Urumei dimainkan sebagai variasi ritem/ritme dan vokal
sebagai pembawa melodi dalam upacara Pangguni Uthiram.
Untuk itu bentuk penyajian dan fungsi musik pada upacara Pangguni
Uttiram merupakan salah satu topik penelitian yang menarik bagi peneliti. Untuk
itu penulis mengangkat judul penelitian “ Bentuk Penyajian dan Fungsi Musik
pada Upacara Pangguni Uthiram Di Kuil Shri Thendayuthabani Kec. Lubuk
6
B. Identifikasi
Dari uraian di atas terdapat pada latar belakang masalah, maka
permasalahan dalam penelitian ini dapatdiidentifikasikan sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan agama Hindu di Indonesia ?
2. Bagaimana pelaksanaan upacara Pangguni Uthiram di kuil Shri
Thendayuthabani Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang ?
3. Apa saja alat musik yang digunakan pada upacara Pangguni
Uthiram di kuil Shri Thendayuthabani Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang ?
4. Bagaimana bentuk penyajian musik dalam upacara Pangguni
Uthiram di kuil Shri Thendayuthabani Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang ?
5. Bagaimana fungsi musik dalam upacara Pangguni Uthiram di kuil
Shri Thendayuthabani Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang ?
6. Bagaimana peralatan musik yang digunakan pada pelaksanaan
upacara Pangguni Uthiram di kuil Shri Thendayuthabani
7
C. Pembatasan
Sebagaimana uraian di atas pada latar belakang masalah bahwa kajian
tentang bentuk penyajian dan fungsi musik memiliki kajian yang relatif luas.
Maka oleh karena itu penulis merasa perlu membuat pembatasan masalah yang
terbatas pada kajian yang mencakup :
1. Bagaimana pelaksanaan upacara Pangguni Uthiram di kuil Shri
Thendayuthabani Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang ?
2. Apa saja alat musik yang digunakan dalam upacara Pangguni
Uthiram di kuil Shri Thendayuthabani Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang ?
3. Bagaimana bentuk penyajian musik pada upacara Pangguni
Uthiram di kuil Shri Thendayuthabani Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang ?
4. Bagaimana fungsi musik pada upacara Pangguni Uthiram di kuil
8
D. Perumusan
Rumusan masalah pada prinsipnya merupakan detail fokus yang akan di
garap. Rumusan masalah dapat di anggap sebagai kontrak bagi peneliti, sebab
peneliti menemukan jawaban atas beberapa pertanyaan dalam peneliti. Sesuai
dengan uraian diatas Maryeni (2005: 14), mengatakan bahwa “Rumusan masalah
merupakan jabaran detail fokus penelitian yang akan digarap. Rumusan masalah
menjadi semacam kontrak dari peneliti karena penelitian merupakan upaya untk
menemukan jawaban pertanyaan sebagamana terpapar dalam rumusan
masalahnya. Rumusan masalah juga biasa disikapi sebagai jabaran fokus
penelitian karena dalam praktiknya, proses penelitian senantiasa berfokus pada
butir-butir masalah sebagaimana dirumuskan.”
Berlandaskan dengan pendapat Maryeni (2005: 14), maka peneliti
merumuskan masalah penelitian ini menjadi sebagai berikut: “ Bagaimanakah
bentuk penyajian dan fungsi musik pada upacara Pangguni Uthiram di kuil shri
9
E. Tujuan Penelitian
Pada umumnya sebuah kegiatan penelitian berorientasi kepada tujuan
tertentu. Menurut Cholid (2009: 170) mengatakan “ Tujuan penelitian adalah
untuk menemukan masalah-masalah yang menimbulkan hambatan terhadap
pembangunan dan mencari penanggulangan hambatan itu, supaya usaha
pembangunan dapat berhasil secara optimal.”
Dapat disimpulkan bahwa tujuan penelitian terdapat ungkapan sasaran yang
ingin dicapai. Tujuan yang jelas akan mengarahkan penelitian pada gambaran
yang jelas tentang hasil yang akan dicapai. Tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan upacara Pangguni Uthiram di
kuil Shri Thendayuthabani Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.
2. Untuk mengetahui alat musik yang digunakan dalam upacara
Pangguni Uthiram di kuil Shri Thendayuthabani Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.
3. Untuk mengetahui bentuk penyajian musik pada upacara
Pangguni Uthiram di kuil Shri Thendayuthabani Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.
4. Untuk mengetahui fungsi musik pada upacara Pangguni
10
F. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis
Menurut Slameto (2004: 26), manfaat teoritis adalah manfaat yang dapat
membantu lebih memahami suatu konsep atau teori dalam suatu disiplin ilmu.
Konsep atau teori biasanya hanya “sebagian kecil” dari suatu konsep atau teori
besar yang dibangun oleh banyak ilmuan. Dari suatu penelitian, jarang sekali kita
mendapat suatu manfaat besar yang dapat mempengaruhi sebuah teori secara
keseluruhan. Menyadari hal ini, seorang peneliti seharusnya menghindari
pernyataan-pernyataan bombastis dalam manfaat dari penelitiannya. Peneliti
harus spesifik dalam penjelasannya. Dalam halk ini, akan sangat baik bila peneliti
telah mempelajari penelitian-penelitian lain yang sejenis, sehingga ia tahu
manfaat-manfaat apa saja yang dapat diambil dari berbagai penelitian yang sama.
Maka peneliti ini dapat bermanfaat secara teoritis secara berikut :
1. Memberi gambaran bagaimana bentuk penyajian dan fungsi musik
dalam upacara Pangguni Uthiram yang ditujukan kepada masyarakat
luas.
2. Memperkaya wawasan tentang budaya hindu-tamil, khususnya upacara
Pangguni Uthiram yang ditujukan kepada masyarakat luas.
3. Menjadi landasan dan gambaran penelitian bagi peneliti selanjutnya
11
b. Manfaat Praktis
Manfaat praktis menurut Slameto, (2004 : 26) mengatakan manfaat yang
bersifat terapan dan dapat sesegera digunakan untuk keperluan praktis seperti
memecahkan suatu masalah, membuat keputusan, atau memperbaiki suatu
masalah, membuat keputusan, atau memperbaiki suatu program yang sedang
berjalan. Seperti manfaat teoritis, dalam hal manfaat praktis, langsung pada
persoalannya, dan spesifik. Meskipun demikian, manfaat praktis dapat
diaplikasikan di konteks yang besar dan umum “Nasional” adalah suatu manfaat
praktis yang dapat diberlakuakan secara makro di tingkat Negara. Begitu pula
dengan manfaat “memberikan dasar rasional bagi perencanaan tenaga
kependidikan di sebuah lembaga X”, adalah manfaat praktis, yang barangkali
hanya berlaku terbatas di lembaga X tersebut.
Maka peneliti ini dapat bermanfaat secara praktis sebagai berikut :
1. Memberi wacana baru tentang pentingnya peran kritik, saran, dan
pesan dalam sebuah penelitian bagi dunia pendidikan di Indonesia.
2. Bagi peneliti berikutnya, bisa membuat penelitian yang berkualitas,
85
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Dalam tata upacara ritual Pangguni Uthiram kepercayaan Hindu-Tamil di
Kuil Shri Thendayuthabani kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli
Serdang masyarakat Hindu masih tetap menjaga dan menjalankan sesuai
tradisi yang diwariskan oleh leluhur mereka sebelumnya.(hal.46)
2. Instrumen yang digunakan pada upacara pangguni Uthiram adalah
instrument pukul(perkusi) termasuk dalam alat musik membranofon Cinei
Takkai, dua Molo, Timbalis, Djembey, kerincingan, tiga Pambo, satti, dan Urumei yang memiliki fungsi untuk memeriahkan, dan menambah konsentrasi peserta nazar pada upacara Pangguni Uthiram.(hal.55)
3. Musik Urumimelem merupakan hal yang penting dan wajib dalam
pelaksanaan kegiatan upacara karena memiiki fungsi yaitu menambah
konsentrasi pada peserta nazar yang melaksanakan upacara Pangguni
Uthiram.(hal.53)
4. Bentuk penyajian musik dalam upacara Pangguni Uthiram pada agama
Hindu di kuil Shri Thendayuthabani Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten
Deli Serdang memiliki bentuk penyajian yang menarik karena di dalam
musik tradisional tersebut juga terdapat nilai seni yang tinggi yang tidak
86
5. Fungsi musik dalam tata upacara Pangguni Uthiram pada agama Hindu di
kuil Shri Thendayuthabani Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli
Serdang fungsi pengungkapan emosional, fungsi komunikasi, fungsi
sarana pengiring upacara.(hal.83)
B. Saran
Dari beberapa kesimpulan di atas penulis mengajukan beberapa saran,
antara lain:
1. Bagi tetua atau pendeta yang mengerti tata pelaksanaan upacara Pangguni
Uthiram diharapkan memberi pelatihan kepada generasi muda khususnya umat Hindu agar upacara tersebut dapat dilaksanakan dan dilestarikan
secara turun-temurun.
2. Hendaknya pada setiap umat Hindu membuat suatu pelatihan khusus
dalam menarik minat kepada generasi muda untuk mempelajari musik
tradisonal Hindu yang telah diwariskan oleh leluhur mereka.
3. Memberikan pembelajaran dan motivasi kepada generasi muda untuk lebih
87
DAFTAR PUSTAKA
Djlantik, A.A.M. 2000. Pengantar Ilmu Estetika, Bandung Indonesia
http://raag–hindustani.com/scales3.html http://mahendrabuble.blogspot.co.id
Kaban, Lidya. 2010Medan. Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan
Kartono, dkk. 2004. Berkreasi Seni. Jakarta: Ganeca Exact
Larasati, Sri. 2014. “Bentuk Lagu dan Bentuk Penyajian Kidung Dewa Yadnya Pada Upacara Peribadatan Purnama dan Tilem Umat Hindu Bali Di Pura Agung Raksa Bhuana Medan”. Medan. Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan
Lister, Tandak. 2006. Adat dan Tata Cara Perkawinan Masyrakat Pakpak. Salak : PT. Grasindo Monoratama.
Maryeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta : Bumi Akasra
Merriam, Allan. P. 1964. The Antropology Of Music Chicago. North Western University Press.
Muttaqqin, Ali. 2008. Seni Musik Klasik Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Moeleong J.Lexy. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT REMAJA ROSDAKARYA
Naburko, Cholid. (2009). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara
Pasaribu, Indah. 2014. Peranan Nyanyian AUM Untuk Penyembahan Dewa Ganesha Dalam Ibadah Sembayang Masyarakat Hindu Tamil diKuil Shri Mariamman. Medan. Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.
Pier, K. E. 2009. Sejarah m=Musik Jilid 1. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.
Slameto.2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana
Simamora R Nova. 2014. “ Penyajian Musik Sebagai Daya Tarik Minat Wisatawan Dilokasi Objek Wisata Lumban Silintong Kecamata Balige Kabupaten Tobasa”Medan. Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negari Medan.
88
Sembiring, M Dolorosa. 2012. “Peranan Musik Dalam Upacara Keagamaan
Dewa Yadnya Pada Masyarakat Hindu Bali Di Pura Agung Raksa Bhuana Medan”. Medan. Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan
Soeharto, M. 1992. Kamus Musik. Jakarta. : Gramedia Widiasarana Indonesia
Supranto. 2004. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rodakarya
Sujarweni, Wiratna. 2014. Metodelogi Penelitian. Yogyakata :
PUSTAKABARUPRESS
Sugyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : ALFABETA,cv
Tampubolon P.N. Dian. 2009. “ Peranan Musik Dalam Upacara Ritual Agama