• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PROPORSI BAGIAN TUBUH DAN KADAR PROKSIMAT IKAN GABUS (Channa striata) PADA BERBAGAI UKURAN MARGARETHA DOMINIKA WINEM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN PROPORSI BAGIAN TUBUH DAN KADAR PROKSIMAT IKAN GABUS (Channa striata) PADA BERBAGAI UKURAN MARGARETHA DOMINIKA WINEM"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PROPORSI BAGIAN TUBUH DAN KADAR

PROKSIMAT IKAN GABUS (Channa striata) PADA

BERBAGAI UKURAN

MARGARETHA DOMINIKA WINEM

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Kajian Proporsi Bagian Tubuh dan Kadar Proksimat Ikan Gabus (Channa Striata) pada Berbagai Ukuran” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, 5 Maret 2014

Margaretha Dominika Winem NIM C34090064

(4)

ABSTRAK

MARGARETHA DOMINIKA WINEM. Kajian proporsi bagian tubuh dan kadar proksimat ikan gabus (Channa striata) pada berbagai ukuran. Dibimbing oleh RUDDY SUWANDI dan NURJANAH.

Ikan gabus (Channa striata) merupakan jenis ikan air tawar yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia. Ikan gabus banyak ditemukan di perairan umum dan belum dibudidayakan secara luas. Ikan gabus hidup di muara-muara sungai, danau, rawa, dan dapat pula hidup di air kotor dengan kadar oksigen rendah serta tahan terhadap kekeringan. Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui proporsi bagian-bagian tubuh ikan dan komposisi kimia daging ikan gabus pada berbagai ukuran dan jenis kelamin. Prosedur yang dilakukan pada penelitian ini yaitu pengukuran proporsi tubuh ikan dan analisis proksimat. Ikan gabus betina memiliki rendemen daging yang lebih tinggi dibanding ikan gabus jantan. Rendemen terbesar terdapat pada daging dengan bobot tubuh ikan 2 kg. Kadar air dan kadar abu tertinggi terdapat pada ikan gabus jantan 0,5 kg yaitu 80,41% dan 1,47%. Kadar protein tertinggi yaitu 20,14% terdapat pada ikan gabus betina 1 kg. Kadar lemak tertinggi terdapat pada ikan gabus jantan 2 kg yaitu sebesar 1,69%. Kadar karbohidrat tertinggi terdapat pada ikan gabus betina 2 kg yaitu 2,71%.

Kata kunci: ikan gabus (Channa striata), proksimat, proporsi tubuh

ABSTRACT

MARGARETHA DOMININIKA WINEM. Study body parts proportion and levels proximate snakehead ( Channa striata ) on various sizes. Supervised by RUDDY SUWANDI and NURJANAH.

Snakehead (Channa striata) is a freshwater fish that known by Indonesian people. Snakehead is found in common waters and not yet cultivated widely. Snakehead live in outfall, lakes, swamp, and can also live in dirty water with low oxygen content and can resistant to drought. The purpose of this research is to know the body parts proportion of fish and chemical composition of flesh on any size and sex. Prosedure carried on research is measurement body proportion of fish and proximate analysis. The largest body part of snakehead found in flesh of 2 kg fish. The highest moisture and ashes content found on 0.5 kg male snakehead were 80.41 % and 1.47 %. The highest protein content was 20.14 % found on 1 kg female snakehead. The highest fat content was found on 2 kg male snakehead (1.69 %). The highest content of carbohydrate was found on 2 kg female snakehead (2.71 %).

(5)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

(6)
(7)

KAJIAN PROPORSI BAGIAN TUBUH DAN KADAR

PROKSIMAT IKAN GABUS (Channa striata) PADA

BERBAGAI UKURAN

MARGARETHA DOMINIKA WINEM

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Teknologi Hasil Perairan

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Kajian proporsi bagian tubuh ikan dan kadar proksimat ikan gabus (Channa striata) pada berbagai ukuran

Nama : Margaretha Dominika Winem NIM : C34090064

Program Studi : Teknologi Hasil Perairan

Disetujui oleh

Dr Ir Ruddy Suwandi MS, MPhil Pembimbing I

Prof Dr Ir Nurjanah, MS Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Joko Santoso, MSi Ketua Departemen

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013 hingga September 2013 dengan judul Kajian Proporsi Bagian Tubuh dan Kadar Proksimat Ikan Gabus (Channa striata) pada Berbagai Ukuran.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Ruddy Suwandi MS, M Phil. dan Ibu Dr Ir Nurjanah, MS. selaku pembimbing, dan Dr Ir Agoes M Jacoeb, Dipl-Biol. selaku dosen penguji serta staf dosen dan administrasi Departemen Teknologi Hasil Perairan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Mama, kakak Delizius Nathalis Kolop, adik Maria Salome Oktinun dan Silvia Aren yang telah membantu penelitian ini dan memberikan semangat, dukungan serta doa. Disamping itu ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada Nurokmatunnisa’, Zaikanur, Christy, Silvana, Amelia, Saptari, Anissa, Yulian, Budi, Imam, Handi, Abdhu serta teman-teman THP 46 atas segala bantuan dan motivasinya.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Bogor, 5 Maret 2014

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

Ruang Lingkup Penelitian ... 2

METODE PENELITIAN ... 2

Waktu dan Tempat ... 2

Bahan ... 3

Alat ... 3

Prosedur Analisis Penelitian ... 3

Analisis data ... 3

Pengkajian proporsi daging ikan ... 3

Analisis Proksimat... 5

1. Analisis kadar air (AOAC 2005) ... 5

2. Analisis kadar abu (AOAC 2005) ... 5

3. Analisis kadar lemak (AOAC 2005) ... 5

4. Analisis kadar protein (AOAC 2005)... 6

5. Analisis karbohidrat by difference ... 6

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 7

Morfometrik Ikan Gabus (Channa striata) ... 7

Proporsi Bagian Tubuh Ikan ... 8

Komposisi Kimia Ikan Gabus (Channa striata) ... 10

KESIMPULAN DAN SARAN ... 12

Kesimpulan ... 12

Saran ... 12

DAFTAR PUSTAKA ... 13

LAMPIRAN ... 15

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Panjang dan lebar rata-rata ikan gabus (Channa striata) ... 7

Tabel 2 Komposisi kimia daging ikan gabus (Channa striata) ... 10

DAFTAR GAMBAR

1

Pengujian proksimat ... 4

2 Diagram alir pengkajian daging ikan... 4

3 Morfologi ikan gabus ... 8

4 Proporsi bagian tubuh ikan gabus jantan dan betina ... 8

5 Kadar proksimat ikan gabus dalam berat kering ... 11

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lampiran 1 Dokumentasi penelitian... 15

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perairan darat merupakan salah satu jenis perairan yang memiliki biota perairan yang cukup banyak untuk dimanfaatkan. Salah satu biota perairan yang dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomis penting adalah ikan gabus (Channa striata). Ikan gabus merupakan jenis ikan air tawar yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia. Ikan gabus banyak ditemukan di perairan umum dan belum dibudidayakan secara luas (Heri 2009). Ikan gabus hidup di muara-muara sungai, danau, rawa, dan dapat pula hidup di air kotor dengan kadar oksigen rendah serta tahan terhadap kekeringan. Ikan gabus dapat ditemukan di wilayah perairan Indonesia dengan nama daerah yang berbeda Ikan gabus hampir tersebar diseluruh wilayah perairan tawar di Indonesia, ikan ini memiliki sebutan yang berbeda-beda disetiap daerahnya yaitu gabus, rayong, delek, deleg, kutuk, bado, bace, sepungkat, haruan, bakok, pior, ruting, dan ruan. Daerah papua menyebutnya dengan sebutan ikan gabus, dan untuk daerah Merauke ikan ini disebut gastor (Saanin 1984).

Ikan gabus memiliki sifat karnivora dan memiliki ciri-ciri tubuh berbentuk hampir bulat, panjang, dan semakin ke belakang berbentuk pipih. Ikan gabus memiliki bagian punggung yang berbentuk cembung dan perut yang rata serta kepala yang pipih. Ikan gabus tidak memiliki jari-jari sirip yang keras. Ukuran tubuh ikan gabus sangat beranekaragam dan dapat mencapai panjang 90-110 cm. Di Sumatera Selatan nilai ekonominya terus meningkat karena ikan gabus selain dimanfaatkan dalam bentuk ikan segar juga telah digunakan sebagai bahan pembuatan kerupuk, pempek dan olahan lainnya, karena mengandung nilai gizi yang cukup tinggi (Heri 2009). Penangkapan ikan gabus di perairan umum dari tahun ke tahun makin meningkat, menurut data statistik KKP produksi ikan gabus di Indonesia dari tahun 2000 hingga 2010 naik sebesar 1,19%, pada tahun 2010 produksinya sebesar 34.017 ton dengan kenaikan produksi dari tahun 2009 sebesar 21,79%. Produksi ikan gabus di provinsi Papua pada tahun 2010 mencapai 2.285 ton (KKP 2011).

Pemanfaatan ikan ini dari berbagai ukuran, yaitu pada ukuran benih dimanfaatkan sebagai pakan ikan hias, dan pada ukuran konsumsi, ikan ini sangat digemari karena memiliki daging yang tebal dan rasa yang khas. Sedangkan dalam bentuk kering ikan ini diolah menjadi ikan asapan atau ikan asin. Pemanfaatan ikan gabus di Jayapura belum banyak, beberapa kelompok masyarakat mengkonsumsi ikan gabus dalam bentuk masakan (dipanggang, digoreng, dimasak berkuah), namun sebagian lagi tidak suka mengkonsumsi ikan gabus toraja karena bentuknya yang menyerupai ular. Ikan gabus umumnya dikonsumsi masyarakat lokal di daerah Merauke sebagai lauk dan belum banyak dimanfaatkan dalam pembuatan berbagai produk perikanan (Bakar et al. 2012). Setiap bagian tubuh ikan gabus memiliki proporsi yang berbeda berdasarkan pada ukuran tubuh dari ikan gabus tersebut sehingga setiap bagian ikan dapat dimanfaatkan sesuai dengan manfaatnya. Penelitian ini dilakukan karena sejauh ini belum ada yang mengkaji proporsi paling besar dari daging ikan gabus dibandingkan dengan bagian tubuh yang lainnya, sehingga yang diharapkan dari

(14)

2

penelitian ini yaitu dapat diketahuinya rendemen daging ikan gabus maksimum yang diperoleh dikaitkan dengan ukuran tubuh ikan gabus.

Perumusan Masalah

Ikan gabus merupakan komoditas perairan air tawar yang sangat banyak dikonsumsi oleh masyarakat, karena ikan ini memiliki daging yang sangat tebal dan rasa yang khas. Ikan gabus saat ini belum dimanfaatkan secara maksimal dalam pembuatan produk perikanan. Umumnya ikan gabus diolah menjadi ikan asap atau ikan asin, oleh karena itu, diperlukan informasi tentang proporsi bagian tubuh ikan gabus yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan olahan hasil perikanan serta kandungan kimia yang terdapat pada daging ikan gabus tersebut.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui proporsi bagian-bagian tubuh ikan gabus pada berbagai ukuran tubuh dan komposisi kimia daging ikan gabus pada jenis kelamin yang berbeda.

Manfaat Penelitian

Keluaran dari kajian ini adalah dapat diketahuinya rendemen daging ikan gabus maksimum yang dikaitkan dengan ukuran tubuhnya dan komponen kimia yang terkandung dalam tubuh ikan gabus.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah pengambilan contoh, pengkajian proporsi bagian tubuh, analisis kandungan gizi, dan perbandingan secara visual organ dalam ikan berdasarkan ukurannya serta penulisan laporan.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian kajian proporsi bagian tubuh dan analisis kadar proksimat ikan gabus (Channa striata) pada berbagai ukuran dilaksanakan dari bulan Juni 2013 sampai September 2013. Sampel diambil di Distrik Semangga, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Proses preparasi dan penimbangan sampel ikan gabus dilakukan di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perairan

(15)

3

LPPMHP Merauke, Papua. Pengujian komponen kimia atau uji proksimat dilakukan di Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi LPPM, Institut Pertanian Bogor.

Bahan

Bahan utama yang digunakan yaitu ikan gabus, bahan untuk analisis yang digunakan yaitu air, es batu, akuades, n-heksana, larutan H2SO4 pekat, NaOH

40%, asam borat (H3BO3) 2%, HCl, dan indikator bromcherosol green methyl

red.

Alat

Alat yang dugunakan dalam penilitian ini adalah wadah penampung ikan, serokan, talenan, timbangan digital, penggaris, dan pisau bedah, masker, sarung tangan, cawan porselen, desikator, oven, sudip, kertas saring, kapas, tabung Soxhlet, labu Kjeldahl 100 mL, dan labu Erlenmeyer 125 mL.

Prosedur Analisis Penelitian

Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu pengkajian proporsi daging ikan gabus dan pengujian proksimat ikan gabus. Penelitian yang dilakukan ini menggunakan deskripsi hasil pengamatan visual dan penimbangan.

Analisis data

Data penelitian diolah dengan perhitungan regresi linear sederhana menggunakan program excel 2010. Perlakuan dari penelitian ini adalah perbedaan besar ikan dan dilakukan sebanyak 2 kali ulangan dalam selang waktu yang berbeda. Variabel yang diukur dalam penelitian ini yaitu bobot masing-masing bagian ikan, yaitu kepala dan insang, badan, tulang, kulit, dan jeroan serta bobot keseluruhan ikan gabus. Variabel lain yang dilihat yaitu perubahan warna pada bagian-bagian ikan tersebut berdasarkan ukurannya yang berbeda. Ukuran bobot ikan gabus yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 0,5 kg, 1 kg, dan 2 kg. Masing-masing sampel ikan tersebut diukur panjang dan lebar serta bobotnya. Masing-masing ukuran ikan berjumlah 20 ekor yang diletakkan pada wadah yang berbeda sesuai dengan ukuran kelompoknya. Prosedur kerja penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Pengkajian proporsi daging ikan

Setelah ikan ditangkap dari perairan, lalu dimasukkan ke dalam wadah, yaitu masing-masing sebanyak 20 ekor tiap wadahnya sesuai dengan ukuran bobotnya. Kemudian semua ikan ditimbang berdasarkan bobot yang berbeda dan diukur panjang dan lebarnya. Ikan gabus yang telah ditimbang lalu dipisahkan antara kepala serta badan dan kedua bagian tersebut ditimbang bobotnya. Setelah ditimbang dan dicatat datanya, badan dan jeroannya dipisah dan ditimbang lagi.

(16)

4

Gambar 1 Pengujian proksimat

Gambar 2 Diagram alir pengkajian proporsi daging ikan

Ulangan 1 Ulangan 2 Bobot 0,5 kg Rawa Bobot 2 kg Bobot 1 kg Bobot 0,5 kg Bobot 1 kg Bobot 2 kg Penimbangan Berat total:

panjang dan lebar Kepala dan insang

Badan: daging, kulit, dan tulang

Jeroan: usus, hati, ginjal, gelembung renang dan gonad Ikan gabus

Kadar air Kadar abu

Ikan gabus

Kadar protein Kadar lemak

Preparasi

(17)

5

Badan ikan gabus yang telah dipisahkan dan ditimbang, kemudian dilakukan lagi pemisahan daging, tulang dan kulit (pemisahan kulit dan sisik) dari badan ikan lalu di timbang secara keseluruhan dan ditimbang terpisah antara masing-masing bagian tubuh ikan gabus tersebut. Setelah badan ikan gabus ditimbang, dilakukan pemisahan kepala dan insang lalu ditimbang lagi masing-masing bagian tersebut. Setelah itu setiap bagian tersebut ditimbang secara terpisah dan secara keseluruhan. Semua bagian ikan gabus yang telah ditimbang dan dicatat datanya, lalu dihitung masing-masing ukuran atau bobot dari ikan gabus.

Analisis Proksimat

Analisis proksimat adalah suatu analisis yang dilakukan untuk menghitung komposisi kimia suatu bahan, termasuk didalamnya analisis kadar air, abu, lemak, dan protein.

1. Analisis kadar air (AOAC 2005)

Tahap pertama yang dilakukan untuk menganalisis kadar air adalah mengeringkan cawan porselen dalam oven pada suhu 105oC selama 1 jam. Cawan tersebut diletakkan ke dalam desikator (kurang lebih 15 menit) dan dibiarkan sampai dingin kemudian ditimbang. Cawan tersebut ditimbang kembali hingga beratnya konstan. Sebanyak 5 gram contoh dimasukkan ke dalam cawan tersebut, kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 105oC selama 5 jam, kemudian cawan dimasukkan ke dalam desikator sampai dingin dan selanjutnya ditimbang kembali. Perhitungan kadar air ditentukan dengan rumus

Perhitungan kadar air : % kadar air = (B1-B2) × 100% B

Keterangan:

B = berat sampel (gram)

B1 = berat (sampel+cawan) sebelum dikeringkan B2 = berat (sampel+cawan) setelah dikeringkan

2. Analisis kadar abu (AOAC 2005)

Cawan pengabuan dikeringkan di dalam oven selama 1 jam pada suhu 600oC, kemudian didinginkan selama 15 menit di dalam desikator dan ditimbang hingga didapatkan berat yang konstan. Sampel sebanyak 5 gram dimasukkan ke dalam cawan pengabuan dan dipijarkan di atas nyala api hingga tidak berasap lagi. Setelah itu dimasukkan ke dalam tanur pengabuan dengan suhu 600oC selama 1

jam, kemudian ditimbang hingga didapatkan berat yang konstan. Perhitungan kadar abu ditentukan dengan rumus:

Berat abu (g) = berat sampel dan cawan akhir (g) – berat cawan kosong (g) Kadar abu (bobot basah) = Berat abu (g) × 100%

Berat sampel awal (g)

3. Analisis kadar lemak (AOAC 2005)

Contoh seberat 5 gram dimasukkan ke dalam kertas saring pada kedua ujung bungkus ditutup dengan kapas bebas lemak dan selanjutnya sampel yang telah dibungkus dimasukkan ke dalam labu lemak yang sudah ditimbang berat

(18)

6

tetapnya dan disambungkan dengan tabung Soxhlet. Selongsong lemak dimasukkan ke dalam ruang ekstraktor tabung Soxhlet dan disiram dengan pelarut lemak (n-heksana), kemudian dilakukan refluks selama 6 jam.pelarut lemak yang ada dalam labu lemak didestilasi hingga semua pelarut lemak menguap. Pada saat destilasi pelarut akan tertampung di ruang ekstraktor, pelarut dikeluarkan sehingga tidak kembali ke dalam labu lemak, selanjutnya labu lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC, setelah itu labu didinginkan dalam desikator sampai beratnya konstan.

Kadar lemak dihitung dengan rumus sebagai berikut

Keterangan :

W1 = Berat sampel (gram)

W2 = Berat labu lemak kosong (gram) W3 = Berat labu lemak dengan lemak (gram)

4. Analisis kadar protein (AOAC 2005)

Tahap-tahap yang dilakukan dalam analisis protein terdiri dari tiga tahap, yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Pengukuran kadar protein dilakukan dengan metode mikro Kjeldahl. Sampel ditimbang sebanyak 0,25 gram, kemudian dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl 100 mL, lalu ditambahkan satu butir kjeltab dan 3 mL H2SO4 pekat. Contoh didestruksi pada suhu 410oC selama kurang lebih

1 jam sampai larutan jernih lalu didinginkan. Setelah dingin, ke dalam labu kjeldahl ditambahkan 50 mL akuades dan 20 mL NaOH 40%, kemudian dilakukan proses destilasi dengan suhu destilator 100oC. Hasil destilasi ditampung dalam labu Erlenmeyer 125 mL yang berisi campuran 10 mL asam borat (H3BO3)

2% dan tetes indikator bromcherosol green methyl red yang berwarna merah muda. Setelah volume destilat mencapai 40 ml dan berwarna hijau kebiruan, maka proses destilasi dihentikan. Lalu destilat dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna merah muda. Volume titran dibaca dan dicatat.larutan blanko dianalisis seperti contoh. Kadar protein dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan : fp = Faktor pengenceran

5. Analisis karbohidrat by difference

Kadar karbohidrat total ditentukan dengan metode by difference yaitu: 100% - (kadar air + abu + protein + lemak).

(19)

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Morfometrik Ikan Gabus (Channa striata)

Ikan gabus yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ikan gabus yang memiliki ukuran atau bobot sebesar 0,5 kg, 1 kg, dan 2 kg yang telah diukur panjang dan lebar totalnya serta dipisahkan antara ikan jantan dan ikan betina. Ikan gabus ini memiliki ciri-ciri yaitu bentuk tubuhnya bulat, panjang dan semakin ke belakang berbentuk pipih (compressed). Bagian punggung ikan ini cembung, perutnya rata dan kepalanya pipih seperti ular (head snake). Ikan ini memiliki warna tubuh bagian punggung hitam dan perut berwarna putih. Ikan gabus merupakan ikan yang bersifat karnivora atau pemakan segala pada fase hidup yang berbeda pula. Ikan gabus termasuk dalam famili Channidae dengan nama latin Channa striata. Menurut Safran (2003) ikan gabus memiliki ketahanan tubuh yang sangat baik, ikan ini hidup dengan kondisi perairan yang mempunyai pH 6,2-7,8 dan temperatur 26,5 ºC-31,5 ºC. Panjang dan lebar rata-rata ikan gabus disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Panjang dan lebar rata-rata ikan gabus (Channa striata) Ukuran Panjang (cm) Lebar (cm)

J05 30,73±1,26 4,43±0,26 B05 30,39±1,74 4,68±0,47 J1 39,15±2,28 5,91±0,38 B1 38,03±2,62 5,91±0,47 J2 45,91±1,60 7,16±0,37 B2 46,08±2,19 7,53±0,64

Keterangan: J05 = jantan 0,5kg; B05 = betina 0,5kg; J1 = jantan 1kg; B1 = betina 1kg; J2 = jantan 2kg; B2 = betina 2kg

Penelitian yang dilakukan menggunakan ikan gabus yang memiliki panjang rata-rata yang tidak terlalu berbeda antara ikan jantan dan ikan betina. Ikan gabus jantan yang digunakan memiliki ukuran panjang berkisar antara 29,76 cm sampai 46,09 cm dan ikan gabus betina berkisar antara 29,22 cm sampai 46,54 cm untuk semua ukuran bobot ikan yang digunakan yaitu 0,5 kg, 1 kg, dan 2 kg. Panjang maksimal ikan jantan dapat mencapai 100 cm (Yamamoto dan Tagawa 2000). Umumnya Lebar maksimum ikan gabus dapat mencapai 12 cm (Requieron et al. 2012). Menurut Allington (2002) dialam panjang ikan gabus dapat mencapai antara 60 cm sampai 75 cm. Ikan gabus (Channa striata) yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 3.

(20)

8

Gambar 3 Morfologi ikan gabus

Proporsi Bagian Tubuh Ikan

Proporsi bagian tubuh ikan gabus antara lain bagian kepala dan insang, daging, tulang, kulit, dan jeroan. Masing-masing bagian tubuh memiliki proporsi yang berbeda-beda berdasarkan ukuran atau bobot ikan gabus tersebut. Proporsi ikan gabus jantan dan betina disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4 Proporsi bagian tubuh ikan gabus jantan dan betina (J05: jantan 0,5 kg; B05: betina 0,5 kg; J1: jantan 1 kg; B1: betina 1 kg; J2: jantan 2 kg; J2: betina 2 kg; = kepala+insang; = daging; = tulang; = kulit; = jeroan)

Bobot rendemen kepala dan insang ikan gabus jantan maupun betina meningkat seiring dengan bertambahnya bobot ikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa proporsi kepala dan insang ikan gabus jantan maupun betina bertambah

(21)

9

sesuai dengan bobot tubuh dari ikan gabus tersebut. Nurjanah et al. (2011) menyatakan bahwa rendemen ikan dipengaruhi oleh pertumbuhan ikan tersebut. Proporsi daging ikan gabus semakin meningkat atau semakin besar sesuai dengan ukuran bobot ikan. Rendemen terbesar pada ikan gabus adalah daging yang hampir mencapai setengah dari bobot tubuh ikan. Rendemen daging maksimum terdapat pada ikan gabus betina dengan bobot ikan 2 kg. Rata-rata rendemen daging pada ikan gabus betina lebih tinggi dibandingkan dengan ikan gabus jantan, hal ini dapat dipengaruhi oleh perbedaan cara atau kebiasaan makan ikan, serta tingkat kematangan gonad ikan gabus. Menurut Safran (2003) ikan gabus jantan dan betina mempunyai kebiasaan makan yang berbeda. Perbedaan Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah jenis kelamin, umur, faktor keturunan, dan ketersediaan makanan (Effendie 1997 dalam Nurjanah et al. 2007).

Proporsi tulang pada ikan gabus jantan maupun betina memiliki nilai atau bobot yang semakin meningkat berdasarkan ukuran atau bobot tubuhnya. Nilai bobot tulang terkecil yaitu pada bobot tubuh ikan 0,5 kg dan tertinggi pada bobot 2 kg. Rendemen kulit ikan gabus semakin bertambah nilainya sesuai dengan bobot tubuh ikan tersebut. Nilai proporsi jeroan ikan gabus jantan dan betina memiliki sedikit berbedaan. Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya sel telur pada jeroan ikan yang menambah bobot dari jeroan ikan gabus betina. Tang dan Affandi (2000) menyatakan bahwa pertambahan gonad pada ikan gabus betina dapat mencapai 10-25% dari bobot tubuhnya.

Ikan gabus (Channa striata) dengan ukuran bobot yang berbeda memiliki panjang tubuh serta proporsi tubuh yang berbeda pula. Ikan gabus jantan dengan bobot yang lebih besar memiliki panjang tubuh yang besar pula, karena panjang tubuh ikan gabus berbanding lurus dengan bobot tubuhnya. Umar dan Astuti (2006) menyatakan bahwa hubungan antara pertambahan berat tubuh ikan dan pertambahan panjang ikan sangat berhubungan erat. Sehingga setiap proporsi bagian tubuh ikan pun ikut bertambah mulai dari kepala hingga jeroan ikan tersebut. Ikan gabus betina umumnya mempunyai bobot proporsi yang lebih tinggi khususnya pada jeroan karena bertambahnya gonad. Umumnya ikan gabus betina memiliki berat tubuh yang berkaitan dengan tingkat kematangan gonad yang secara tidak langsung mempengaruhi proporsi tubuh ikan gabus betina tersebut. Kartamihardja (1994) menyatakan bahwa ikan gabus betina yang terdapat di Waduk Kedungombo Jawa Tengah matang kelamin pada ukuran panjang total 18,5 cm. Menurut Fitriliyani (2005), ikan gabus mencapai umur kamatangan gonad antara 1 dan 2 tahun dengan ukuran panjang sekitar 25 cm, dan bobot ikan gabus yang matang gonad dapat mencapai 0,220 kg (Manda 2009).

Hubungan panjang-berat berbeda antar spesies yang berkaitan dengan bentuk tubuh secara genetis, dan di dalam suatu spesies hubungan panjang-berat dipengaruhi oleh kondisi kebugaran individu. Kondisi seringkali menunjukkan ketersediaan pakan dan pertumbuhan awal ikan, dan bersifat dinamis dan bervariasi. Bahkan di dalam satu kelompok individu terdapat perbedaan kondisi, dan kondisi rata-rata masing-masing populasi bervariasi secara musiman dan tahunan. Jenis kelamin dan perkembangan gonad juga memberikan variasi hubungan panjang (Schneider et al. 2000). Chauchan (1987) menyatakan bahwa umumnya bentuk tubuh ikan dapat berubah sepanjang hidupnya dan berat jenis jaringan tubuh dapat berubah.

(22)

10

Komposisi Kimia Ikan Gabus (Channa striata)

Komposisi kimia daging ikan meliputi air, abu, protein, lemak, dan

karbohidrat. Komposisi kimia ikan gabus (Channa striata) disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Komposisi kimia daging ikan gabus (Channa striata)

Sampel Kadar air (%) Kadar protein (%) Kadar lemak (%) Kadar abu (%) Karbohidrat (%) J05 80,41±0,13 17,44±1,09 0,09±0,14 1,47±0,40 0,59±0,71 B05 78,55±0,26 18,01±0,74 0,42±0,16 0,56±0,57 2,46±0,88 J1 78,25±0,12 19,34±0,51 0,90±0,13 0,71±0,52 0,80±0,00 B1 78,19±0,16 20,14±1,87 0,81±0,11 0,72±0,23 0,14±1,64 J2 80,22±0,68 15,33±3,23 1,69±1,05 1,12±0,36 1,64±2,50 B2 79,77±1,10 16,82±1,04 0,33±0,21 0,37±0,52 2,71±0,67 Keterangan: J05 = jantan 0,5kg; B05 = betina 0,5kg; J1 = jantan 1kg; B1 = betina 1kg; J2 = jantan 2kg; B2 = betina 2kg

Kadar Air

Kadar air ikan gabus jantan dengan bobot 0,5 kg memiliki nilai yang paling tinggi yaitu 80,41%. Hasil yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan hasil kadar air pada penelitian Ahmed et al. (2012) yaitu sebesar 82,66%. Kadar air yang diperoleh antara ikan gabus jantan dan ikan gabus betina pada ketiga ukuran tidak menunjukkan perbedaan nilai kadar air yang besar. Perbedaan kadar air dapat dipengaruhi oleh jenis makanan dan habitat hidup ikan. Daging ikan gabus memiliki kandungan air yang sangat tinggi. Umumnya daging ikan memiliki kandungan air yang banyak dalam tubuhnya (Rumaniah 2002).

Kadar Protein

Kadar protein ikan gabus betina dengan bobot 1 kg memiliki nilai sebesar 20,14%. Hasil kadar protein yang diperoleh pada ikan gabus dengan jenis kelamin yang berbeda tidak menunjukkan perbedaan nilai yang besar. Kandungan protein yang tinggi pada daging ikan dipengaruhi oleh jenis makanan, habitat, serta ketersediaan makanan. Junianto (2003) menyatakan bahwa umumnya ikan yang memiliki kadar protein yang tinggi yaitu berkisar antara 15-20%. Prasetyo et al. (2012) mengungkapkan bahwa ikan gabus merupakan ikan air tawar yang memiliki kandungan protein lebih tinggi dibanding ikan bandeng, ikan mas, dan ikan kakap.

Kadar Lemak

Kadar lemak ikan gabus jantan dengan bobot 2 kg memiliki nilai sebesar 1,69%. Hasil ini menunjukkan kadar lemak yang tidak terlalu berbeda antara ikan gabus jantan dan betina. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil yang diperoleh Tsaniyatul et al. (2013) yaitu sebesar 1,75%. Perbedaan nilai kadar abu dapat disebabkan oleh faktor habitat hidup ikan, jenis kelamin, dan jenis makanan. Ikan gabus merupakan ikan yang tergolong berprotein tinggi dan berlemak rendah, hal tersebut seperti yang dinyatakan oleh Junianto (2003) bahwa ikan yang tergolong berprotein tinggi dan berlemak rendah yaitu dengan kadar lemak kurang dari 5%.

(23)

11

Kadar Abu

Kadar abu ikan gabus jantan dengan bobot 0,5 kg memiliki kandungan abu yang tertinggi yaitu 1,47%. Kandungan abu yang terdapat pada ikan gabus jantan dan betina tidak terlalu berbeda. Hasil tersebut berbeda dengan hasil kadar abu yang dihasilkan oleh Prasetyo et al. (2012) yaitu sebesar 4,5%. Kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. Perbedaan kadar abu tersebut dipengaruhi oleh habitat hidup ikan gabus. Kandungan abu pada ikan gabus bergantung pada habitat hidup ikan tersebut yang berhubungan dengan kandungan mineral yang terdapat dalam tubuh ikan gabus (Tsaniyatulet al. 2013).

Kadar Karbohidrat

Kadar karbohidrat dihitung secara by difference. Kadar karbohidrat ikan gabus betina dengan bobot 2 kg memiliki kadar karbohidrat yang tertinggi yaitu 2, 71%. Kandungan karbohidrat meningkat diakibatkan oleh menurunnya kadar protein, lemak, dan abu pada daging ikan.

Kandungan kimia yang terdapat dalam ikan gabus (Channa striata) memiliki nilai yang beragam. Berdasarkan berat kering ikan gabus nilai protein yang terkandung sangat tinggi. Distribusi kadar proksimat ikan gabus dalam berat kering disajikan pada Gambar 5. Ikan gabus merupakan ikan air tawar yang memiliki kadar protein yang cukup tinggi. Berdasarkan berat kering protein ikan gabus dapat mencapai 92,34% dan nilai kadar protein terendah yaitu sebesar 77,50%. Hal tersebut menunjukkan nilai kadar protein ikan gabus yang tidak jauh berbeda berdasarkan jenis kelamin dan berat tubuh ikan yang berbeda. Kadar lemak tertinggi yang diperoleh pada berat kering daging ikan gabus yaitu mencapai 8,54%.

Gambar 5 Kadar proksimat ikan gabus dalam berat kering ( = jantan 0,5 kg; = betina 0,5 kg; = jantan 1 kg; = betina 1 kg; = jantan 2 kg; = betina 2 kg)

(24)

12

Kadar lemak yang dihasilkan berhubungan dengan kadar protein yang terdapat pada ikan gabus. Ikan gabus merupakan salah satu biota air tawar yang memiliki kadar protein tinggi dan kadar lemak yang rendah yaitu dibawah 5% (Rumaniah 2002). Kadar abu yang dihasilkan berdarkan berat kering daging ikan gabus yang tertinggi yaitu 7,50%. Perbedaan kadar abu berdasarkan jenis kelamin dan bobot tubuh ikan sendiri dapat dipengaruhi oleh jenis makanan dan habitat dari ikan tersebut. Kadar abu yang terkandung dipengaruhi oleh kandungan mineral yang terdapat pada habitat hidup dari ikan gabus tersebut (Wahyu et al. 2013). Kandungan karbohidrat terbesar yaitu 13, 40%, tingginya nilai karbohidrat dipengaruhi oleh berkurangnya kandungan protein, lemak, dan abu pada daging ikan karena pengurangan kandungan air daging ikan.

Ikan gabus memiliki kandungan gizi dan albumin yang cukup tinggi dari pada ikan yang lain. Ikan gabus sangat kaya akan albumin, salah satu jenis protein penting. Albumin diperlukan tubuh manusia setiap hari, ikan tersebut memiliki protein yang sangat tinggi, ikan ini merupakan sumber albumin bagi penderita hipoalbumin (rendah albumin) dan luka. Ikan gabus mempunyai kandungan albumin sebesar 6,22% (Wahyu et al. 2013).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Ikan gabus (Channa striata) memiliki proporsi tubuh yang berbeda-beda berdasarkan bobot tubuhnya. Ikan gabus dengan bobot tubuh 0,5 kg, 1 kg, dan 2 kg memiliki rendemen daging yang lebih tinggi dibanding rendemen bagian lainnya. Ikan gabus betina memiliki rendemen daging yang lebih tinggi dibanding ikan gabus jantan. Rendemen terbesar terdapat pada daging dengan bobot tubuh ikan 2 kg. Kadar air dan kadar abu tertinggi terdapat pada ikan gabus jantan 0,5 kg yaitu 80,41% dan 1,47%. Kadar protein tertinggi yaitu 20,14% terdapat pada ikan gabus betina 1 kg. Kadar lemak tertinggi terdapat pada ikan gabus jantan 2 kg yaitu sebesar 1,69%. Kadar karbohidrat tertinggi terdapat pada ikan gabus betina 2 kg yaitu 2,71%.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh panjang dan berat ikan gabus terhadap indeks kondisi ikan dan kematangan gonad ikan gabus terhadap pertumbuhan panjang tubuh serta pertambahan berat tubuh ikan gabus sehingga dapat dibandingkan antara tingkat kematangan gonad dan pertumbuhan panjang serta berat ikan gabus. Selanjutnya perlu dikaji lebih dalam tentang kandungan albumin yang terdapat pada daging ikan gabus.

(25)

13

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed S, Arifur AFMR, Mustafa G, Belal MH, Nahar N. 2012. Nutrient composition of indigenous and exotic fishes of rainfed waterlogged paddy fields in Lakshmpur, Bangladesh. World Journal Of Zoology. 7 (2):135-140.

Allington NL. 2002. Channa striatus Fish Capsule for Biology of Fish. http://www. Umich.edu/bio440/fishcapsules96/channa.html [ 4 Desember 2012]

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official Method of Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Arlington: The Association of Official Analytical Chemist, Inc.

Bakar TA, Kurniaty RM, Mahendradatta M, Suryani. 2012. Difusi teknologi produksi konsetrat protein dari ikan gabus sebagai food supplement di Jayapura. Prosiding INSINAS 2012.

Chauchan RS. 1987. Food parasites and length-weight relationship of a hill stream fish, Schizothorax plagiostomus (Heckel). Indian Journal of Animimal Research. 21(2): 93-96.

Fitriliyani I. 2005. Pembesaran larva ikan gabus (Channa striata) dan efektivitas induksi hormon gonadotropin untuk pemijahan induk [tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Heri AS. 2009. Uji potensi ekstrak ikan gabus (channa striata) sebagai hepatoprotektor pada tikus yang diinduksi dengan parasetamol [tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Kartamihardja ES. 1994. Biologi reproduksi populasi ikan gabus Channa striata di Waduk Kedungombo. Bogor: Bulentin Perikanan Darat.12:113-119. [KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan, Ditjen Perikanan Tangkap. 2011.

Statistik Perikanan Tangkap Indonesia 2010. [internet]. [diunduh 23 September 2013]. Tersedia pada http//www.dkp.go.id.

Manda RP. 2009. Pola lingkaran pertumbuhan otolith ikan gabus (Channa striata) diperairan sungai Siak Propinsi Riau. Berkala Perikanan Terubus 37 (2):1-11.

Nurjanah, Nurhayati T, Zulaikha F. 2007. Karakteristik mutu ikan bandeng (Chanos chanos) di tambak Sambiroto kabupaten Pati, Jawa Tengah. Prosiding Seminar Internasional Perikanan. Jakarta: 11-12 Desember 2007.

Nurjanah, Abdullah A, Kustiariyah. 2011. Pengetahuan dan Karakterisasi Bahan Baku Hasil Perairan. Bogor: IPB Press.

Requieron EA, Anthony MJT, Demayo CG. 2012. Applications of relative warp analysis in describing of scale shape morphology between sexes of the snakehead fish Channa striata. International Journal of Biological, Ecological and Environmental Sciences. 1 (6): 2277 – 4394.

(26)

14

Prasetyo MN, Sari N, Sri CB. 2012. Pembuatan kecap dari ikan gabus secara hidrolisis enzimatis menggunakan sari nanas. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. 1: 329-337.

Rumaniah. 2002. Kajian proses pembuatan fish nugget dari ikan mas (Cyprinus carpio) [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Saanin H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan 2. Bogor: Binacipta. Schneider, JC, Laarman PC, Gowing H. 2000. Length-weight relationship.

Chapter 17 in Schneider, J.C. (ed.) 2000. Manual of fisheries survey methods II. With periodic updates. Michigan Department of Natural Resources, Fisheries Special Report 25. Ann Arbor.

Safran M. 2003. Biologi reproduksi, makanan dan pertumbuhan ikan gabus (Channa striata) dibanjiran sungai Musi Sumatera Selatan [tesis]. Bogor (ID): Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Tang MU, Affandi. 2000. Biologi reproduksi ikan. Pusat Penelitian dan Pengawasan Perairan. Bogor 110 hal.

Tsaniyatul SMS, Dwi TS, Suprayitno E. 2013. Pengaruh suhu pengukuran terhadap kandungan gizi dan organoleptik abon ikan gabus (Ophiocephalus striatus). THPi student Journal. I (1): 33-45.

Umar C, Astuti. 2006. Analisis hubungan panjang berat beberapa ikan asli danau Sentani Papua. Prosiding Seminar Nasional Ikan IV, 8-9 juli Bogor. Wahyu DS, Dwi TS, Eddy S. 2013. Pemanfaatan residu daging ikan gabus

(Ophiocephalus striatus) dalam pembuatan kerupuk ikan beralbumin. THPi Student Journal. I (1): 21-32.

Yamamoto MN, Tagawa AW. 2000. Hawaii’s native and exotic freshwater aniamal. Mutual Publishing. 200p.

(27)

15

LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi penelitian

Timbangan yang digunakan Alat-alat penelitian

Proses penimbangan bobot ikan Proses pemfilletan daging ikan

(28)

16

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Merauke, Papua pada tanggal 21 Maret 1991. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan ayah bernama Alm. Benediktus Kolop dan ibu bernama Monika Turunun. Pendidikan yang ditempuh oleh penulis dimulai dari TK Santa Maria Fatima Kelapa V Merauke pada tahun 1995 dan melanjutkan pendidikan di SD YPPK Hati Kudus Kelapa V Merauke pada tahun 1997 dan lulus pada tahun 2003. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 02 Merauke dan lulus pada tahun 2006. Pendidikan yang ditempuh penulis selanjutnya yaitu di SMA YPPK Yoanes XXIII Merauke pada tahun 2006 dan lulus pada tahun 2009. Penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD).

(29)
(30)
(31)

Referensi

Dokumen terkait

Rata-rata diameter eritrosit pada ikan gabus jantan (8,16 µm) lebih besar dibandingkan ikan betina (7,69 µm), akan tetapi keduanya memiliki bentuk sel yang hampir

Panjang total TL rata-rata mm benih ikan gabus yang diberi pakan cacing darah beku dengan feeding rate % bobot tubuh yang berbeda selama 30 hari Pertumbuhan mutlak sebagai persentase

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan dengan protein yang berbeda terhadap kadar albumin dan pertumbuhan pada ikan Gabus

Menurut Bijaksana (2011), beberapa penelitian banyak menujukan bahwa pengaruh induk betina untuk pertama kalinya memijah memiliki ukuran telur ikan lebih kecil, kemudian

Performa Sintasan dan Pertumbuhn Larva Ikan Gabus Channa striata pada Perlakuan pH yang Berbeda , Skripsi S1

umur 16 – 22 hari, dan cacing sutera umur 24 – 33 hari sesuai dengan perkembangan sistem pencernaan dan ukuran bukaan mulut pada larva ikan gabus, sehingga

Berdasarkan kelompok ukuran, serasah dan ikan sepat siam merupakan makanan utama ikan gabus (Tabel 3), dan berdasarkan waktu, selain ikan sepat siam dan serasah

Epidermis bagian dorsal pada kulit ikan gabus memiliki sel mukus dan sel pigmen yang lebih banyak dibandingkan dengan epidermis bagian abdomen, jaringan ikat