KAIN TENUN IKAT DENGAN BAHAN SUTERA ALAM
(Analisis Deskriptif Ornamen Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera
Alam di Kampung Tenun Panawuan Kabupaten Garut)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Seni Rupa
Oleh GENISA MEIRA
0901026
JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA DAN KERAJINAN
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAIN TENUN IKAT DENGAN BAHAN
SUTERA ALAM
(Analisis Deskriptif Ornamen Kain Tenun
Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung
Tenun Panawuan Kabupaten Garut)
Oleh Genisa Meira
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Pendidikan Seni Rupa
© Genisa Meira 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
September 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
GENISA MEIRA
KAIN TENUN IKAT DENGAN BAHAN SUTERA ALAM
(Analisis Deskriptif Ornamen Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di
Kampung Tenun Panawuan Kabupaten Garut)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING :
Pembimbing I
Dra. Tity Soegiarty, M.Pd.
NIP. 19550913 198503 2 001
Pembimbing II
Bandi Sobandi, M.Pd.
NIP. 19720613 199903 1 001
Mengetahui:
Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa
Universitas Pendidikan Indonesia
Bandi Sobandi, M.Pd.
ABSTRAK
Genisa Meira
KAIN TENUN IKAT DENGAN BAHAN SUTERA ALAM
(Analisis Deskriptif Ornamen Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung Tenun Panawuan Kabupaten Garut)
ABSTRACT
Genisa Meira
WOVEN FABRICS SILK IKAT WITH NATURAL INGREDIENTS
(Descriptive Analysis Ornament Woven Silk Tie with Natural Ingredients in Kampung Weaving Panawuan Garut)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN...i
ABSTRAK... ...ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR... ...ix
DAFTAR LAMPIRAN...xiii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Sistematika Penulisan ... 7
BAB II KONSEP TENUN...8
A. Pengetahuan Tentang Tenun ... 8
1. Pengertian Tenun... 9
2. Perkembangan Tenun... 8
3. Perkembangan Tenun di Jawa Barat... ...16
4. Fungsi Kain Tenun... 17
5. Penciptaan tenun... ...19
B. Pengetahuan Tentang Ornamen... 35
1. Pengertian Ornamen... 35
2. Perkembangan Ornamen di Indonesia ... 36
3. Fungsi Ornamen... 41
4. Jenis-jenis Ornamen... 41
C. Unsur-unsur Seni Rupa ... 55
1. Titik... ...55
2. Garis... ...56
3. Bidang... ...57
4. Bentuk... ...58
5. Warna... 59
D. Prinsip Penyusunan Unsur Seni Rupa... 65
1. Kesatuan... 65
2. Komposisi... ...65
3. Simetri... 66
4. Irama... 66
5. Keseimbangan... 67
6. Harmoni... 68
BAB III METODE PENELITIAN... 71
A. Lokasi dan Subjek Penelitian... 71
B. Desain Penelitian... 71
C. Metode Penelitian... 71
D. Definisi Operasional... 72
E. Instrumen Penelitian... 74
F. Teknik Pengumpulan Data... ...75
G. Teknik Pengolahan Data... ...77
H. Analisis Data... ...77
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... ...79
A. Deskripsi Hasil Penelitian... ...79
1. Gambaran Lokasi Penelitian... 79
2. Gambaran Hasil Penelitian... 89
B. Pembahasan Hasil Penelitian... 135
1. Pembahasan Hasil Penelitian Proses Pembuatan Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung Tenun... 135
2. Pembahasan Hasil Penelitian Ornamen pada Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung Tenun... ...140
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... 177
A. Kesimpulan... 177
B. Rekomendasi... ...179
DAFTAR PUSTAKA... 182
DAFTAR ISTILAH... 186
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1 Bahan untuk Membuat Tenun ... 27
2.2 Data Tanaman Alam dan Warna yang Dihasilkan... 30
2.3 Perkembangan Ornamen di Indonesia... 37
2.4 Pengulangan Bentuk pada Ornamen... 40
3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian... 74
4.1 Macam-Macam Alat untuk Membuat Tenun Ikat... 90
4.2 Macam-Macam Bahan untuk Membuat Tenun Ikat... 90
4.3 Analisis Unsur Seni Rupa pada Jenis Ornamen Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun... 174
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Tenunan Polos ... ...11
2.2 Tenunan Kepar... ...11
2.3 Tenunan Satin... ...12
2.4 Kain Tenun Renggang... ...13
2.5 Kain Tenun Ikat... ...13
2.6 Kain Tenun Ikat Pakan... ...14
2.7 Kain Tenun Ikat Lungsi... ...14
2.8 Kain Tenun Ikat Lungsi dan Pakan... .15
2.9 Kain Tenun Songket... .15
2.10 Kain Tenun Bersengkelit... ...16
2.11 Busana Tenun Ikat Rote ... ...18
2.12 Sarung Bantal dan Tikar dari Kain Tenun... 19
2.13 Hiasan Dinding dan Kursi dari Kain Tenun... ....19
2.14 Alat Tenun bukan Mesin (ATBM)... ...20
2.15 Penenun dengan Alat Tenun Gendong sedang Menggunakan Liro... 21
2.16 Alat tenun Gendong... ...21
2.17 Alat Epor... ...21
2.18 Alat Liro... ...21
2.19 Penenun dengan Alat Tenun Tijak (ATBM)... .22
2.20 Rangka ATBM... ...22
2.28 Rangka Utama Pergerakan Mesin Tenun... ...26
2.29 Alat Hani... ... 32
2.30 Tali Gun dengan Benang Lungsi Tersususun Sejajar... 33
2.31 Suri/sisir dengan Benang Lungsi Kelihatan Dimasukkan di antara Jeruji... 33
2.32 Sketsa Proses Menenun... ...34
2.33 Motif Tumpal... ...43
2.34 Motif Pilin Ganda... 44
2.35 Motif Pilin pada Kian Tenun Ikat Kalimantan... 44
2.36 Motif Parang Rusak pada Kain Batik... ...45
2.37 Motif Meander... ...45
2.38 Motif Meander pada Bejana... ...46
2.39 Motif Banji... ...47
2.40 Pola Kertas Tempel pada Dinding Candi Sewu, Surakarta dan Pola Kertas pada Dinding Candi Prambanan.... ...47
2.41 Motif Kawung pada Batik... 48
2.43 Motif Lereng Besar... 49
2.44 Batu Gajah... 50
2.45 Wayang Kulit Purwa... ...51
2.46 Motif Hias Topeng pada Nekara Bulan Panjang... 52
2.47 Motif Aneka Satwa pada Tenun Sumba... 53
2.48 Ukiran Kayu dari Pekalongan dan Madura... 55
2.49 Titik... 55
2.50 Garis... ...56
2.51 Bidang... ...57
2.52 Bentuk... 58
2.53 Bentuk Geometris... 58
2.54 Bentuk Organis... 59
2.55 Lingkaran Warna... ...59
2.56 Penerapan warna Analogus... 62
2.57 Penerapan Warna Monokromatis... ...62
2.58 Penerapan Warna Komplementer... 63
2.59 Warna Tint dan Shade... ...64
2.60 Tekstur dengan Teknik Marbling... ...64
2.61 Penerapan Prinsip Kesatuan... 65
2.62 Irama... ... 66
2.63 Penerapan Irama Zig-zag dan Berombak... ...67
2.64 Keseimbangan... ...67
2.65 Penerapan Keseimbangan Tegak Lurus, Vertikal dan Radial... ... 68
2.66 Harmoni... ...69
2.67 Penerapan Harmoni Karya Peserta Diklat Dasar Seni Rupa/Kriya... ...69
4.1 Peta Administrasi Kabupaten Garut... .80
4.2 Peta Wilayah Kecamatan Tarogong Kidul... . 81
4.3 Peta Administrasi Kampung Tenun... 82
4.4 Pabrik Kampung Tenun Panawuan Garut... . 83
4.5 Pabrik Kampung Tenun Tampak Depan ... . 83
4.6 Art Galeri Kampung Tenun... . 83
4.7 Pabrik Sebelum dan Sesudah Menerima Bantuan dan Binaan dari CTI dan PGN... 85
4.8 ATBM... 90
4.9 Proses Pemasakan Benang...95
4.10 Proses Pembuatan Kain Tenun Ikat dengan ATBM... 96
4.11 Alat Skeer... .97
4.12 Contoh Desain Pola... ...98
4.13 Proses Pengahanian Benang... ... 98
4.14 Proses Pengikatan Benang... ...99
4.15 Proses Pencelupan Benang... ...99
4.16 Proses Penjemuran... ...100
4.17 Pencoletan... 100
4.19 Penjemuran Terakhir... ...101
4.20 Pemencaran... 102
4.21 Pemaletan... ...102
4.22 Benang Lungsi yang Dililit pada Tali Gun...103
4.23 Benang Lungsi yang Ditusukan pada Sisir... ....103
4.24 Benang Pakan Hasil Pemaletan yang Digulung pada Teropong ... 104
4.25 Menginjak Pedal ... 104
4.26 Teropong yang akan Digeser ke dalam Laci ... 105
4.27 Menarik Sisir... 105
4.28 Hasil Kain Tenun Ikat... 106
4.29 Jenis Motif Hias pada Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun...107
4.30 Kerangka Analisis Ornamen... 108
4.31 Motif Hias Wajik... 109
4.32 Motif Etnik Modifikasi dari Tenun NTT... 111
4.33 Kain Tenun Ikat garut dan Tenun Songket NTT...112
4.34 Motif Etnik Modifikasi dari Tenun Bali... 113
4.35 Kain Tenun Ikat Garut dan Kain Tenun Bali ... 114
4.36 Motif Etnik Modifikasi Kain Tenun Kalimantan ... 115
4.37 Kain Tenun Ikat Garut dan Kain Tenun Ikat Kalimantan... ...116
4.38 Motif Bunga Puspa... 117
4.39 Motif Bunga Tapak Dara... 119
4.40 Motif Bunga Gambir... ...121
4.41 Motif Bunga Kusuma... 123
4.42 Motif Burung Bangau... ...125
4.43 Motif Sumping... 127
4.44 Motif Etnik Garut... ...129
4.45 Motif Ukel... .131
4.46 Kain Tenun Ikat Graut dan Ornamen Dayak Kalimantan... ...132
4.47 Tiang-Tiang ATBM... 136
4.48 Benang Diskeer pada Bum... ...138
4.49 Ornamen Geometris... ...141
4.50 Ornamen Non Geometris... ...142
4.51 Ornamen Geometris pada Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun... ...144
4.52 Ornamen Wajik pada Kain Batik Garut RM... 145
4.53 Keseimbangan Kombinasi Motif Wajik pada Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun... 147
4.54 Keseimbangan Kombinasi Motif Etnik Modifikasi Kain Tenun NTT pada Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun... 147
4.55 Keseimbangan Tegak Lurus Motif Etnik Modifikasi Kain Tenun Bali pada Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun... 148
4.56 Keseimbangan Tegak Lurus Motif Etnik Modifikasi Kain Kalimantan pada Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun... 148
4.58 Pengulangan Motif Etnik Modifikasi Kain Tenun
NTT pada Kain Tenun Ikat di KampungTenun... 151 4.59 Pengulangan Motif Etnik Modifikasi Kain Tenun
Bali pada Kain Tenun Ikat di KampungTenun... 152 4.60 Pengulangan Motif Etnik Modifikasi Kain Tenun
Kalimantan pada Kain Tenun Ikat di KampungTenun... 153 4.61 Ornamen Non Geometris Motif Bunga puspa, Bunga tapak Dara,
Bunga gambir, pada Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun... . 155 4.62 Ornamen Non Geometris Motif Bunga Kusuma, Burung Bangau,
Sumping, Etnik Garut, dan ukel pada Kain Tenun Ikat di Kampung
Tenun... 156 4.63 Motif Domba Garut pada Batik Cap Garutan... 157 4.64 Keseimbangan Tegak Lurus Motif Bunga Puspa pada Kain Tenun
Ikat di Kampung Tenun... 159 4.65 Keseimbangan Kombinasi Motif Bunga Tapak Dara pada Kain
Tenun Ikat di Kampung Tenun... 160 4.66 Keseimbangan Kombinasi Motif Bunga Gambir pada Kain
Tenun Ikat di Kampung Tenun... 160 4.67 Keseimbangan Kombinasi Motif Bunga Kusuma pada Kain
Tenun Ikat di Kampung Tenun... 161 4.68 Keseimbangan Kombinasi Motif Burung Bangau pada Kain
Tenun Ikat di Kampung Tenun... 161 4.69 Keseimbangan Kombinasi Motif Sumping pada Kain
Tenun Ikat di Kampung Tenun... 162 4.70 Keseimbangan Kombinasi Motif Etnik Garut pada Kain
Tenun Ikat di Kampung Tenun... 162 4.71 Keseimbangan Kombinasi Motif Ukel pada Kain
Tenun Ikat di Kampung Tenun... 163 4.72 Pengulangan Motif Bunga Puspa pada Kain Tenun Ikat
di Kampung Tenun... 164 4.73 Pengulangan Motif Bunga Tapak Dara pada Kain Tenun Ikat
di Kampung Tenun... 165 4.74 Pengulangan Motif Bunga Gambir pada Kain Tenun Ikat
di Kampung Tenun... 166 4.75 Pengulangan Motif Bunga Kusuma pada Kain Tenun Ikat
di Kampung Tenun... 167 4.76 Pengulangan Motif Burung Bangau pada Kain Tenun Ikat
di Kampung Tenun... 168 4.77 Pengulangan Motif Sumping pada Kain Tenun Ikat
di Kampung Tenun... 169 4.78 Pengulangan Motif Etnik Garut pada Kain Tenun Ikat
di Kampung Tenun... 170 4.79 Pengulangan Motif Ukel pada Kain Tenun Ikat
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran 1 Surat Pernyataan Kampung Tenun Panawuan Garut... ..193
Lampiran 2 Instrumen Pedoman Wawancara... ...194
Lampiran 3 Lembar Observasi... 196
Lampiran 4 Koran Harian Bisnis Indonesia... 197
Lampiran 5 Majalah Amica Januari 2012 (hal.24) ... 198
Lampiran 6 Majalah Amica Januari 2012 (hal 25)... 199
Lampiran 7 Majalah Bazaar Februari 2012... 200
Lampiran 8 Majalah Bazaar Juli 2012... 201
Lampiran 9 Majalah Inflight Garuda Juni 2012... 202
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang memiliki keanekaragaman dan
warisan budaya yang bernilai tinggi yang mencerminkan budaya bangsa. Salah
satu warisan budaya itu adalah tenun. Tenun merupakan salah satu
keanekaragaman warisan budaya Indonesia yang harus dilestarikan karena dapat
memperkaya ciri khas bangsa Indonesia dengan motif dan coraknya yang
beraneka ragam. Perbedaan letak geografis Indonesia yang terdiri dari beberapa
pulau mengakibatkan keragaman jenis kain dan ragam hiasnya tersebut. Pendapat
tersebut diperkuat oleh Kartiwa (2007: 9) bahwa:
Keragaman kain-kain tradisional dihasilkan oleh perbedaan geografis yang mempengaruhi corak hidup setiap suku bangsa di Nusantara. Perbedaan iklim mempengaruhi flora dan fauna yang ada dilingkungannya juga mempunyai andil besar terhadap perbedaan gaya hidup dan mata pencaharian sebuah kelompok masyarakat, sehingga satu yang berbeda dengan yang lainnya.
Tenun adalah kain tradisional Indonesia yang diproduksi di berbagai
wilayah Nusantara seperti Sumatera, Kalimantan, Bali, Sulawesi, Lombok, dan
Sumbawa. Tenun yang dihasilkannya pun berbeda-beda dan memiliki makna,
nilai sejarah, dan teknik yang berbeda juga. Hal ini terlihat dari segi warna, ragam
hias, dan jenis bahan serta benang yang digunakan. Keahlian bangsa Indonesia
dalam membuat kain tenun dapat dilihat dari ragam hiasnya yang tidak terlepas
dari makna dan nilai sejarah dari para leluhurnya dahulu. Kain tenun yang dipakai
untuk pakaian sehari-hari memakai motif yang sederhana berbeda dengan busana
adat yang dijadikan busana pembesar kerajaan pada waktu upacara adat, busana
untuk pengantin, kain samping untuk pria, perlengkapan peralatan adat yang
memakai kain yang khusus, dan motif yang mempunyai simbol dan makna
tertentu.
Indonesia memiliki beraneka ragam jenis dan motif tenun di seluruh
2
Palembang dengan tenun songketnya dan pulau Jawa sendiri memiliki motif yang
berbeda dan menarik yang berbeda dengan provinsi lainnya. Ada beberapa
wilayah di Jawa yang memiliki tenun dengan motif-motif yang beraneka ragam
seperti di Jepara terdapat tenun troso, di Banten terkenal dengan tenun baduy dan
juga di Jawa Barat terdapat kain tenun ikatnya. Teknik penciptaan tenun ikat ini
lebih rumit dan paling lama dalam proses pembuatannya. Setiap lembar benang
diikat terlebih dahulu dalam membuat ragam hiasnya dengan motif tertentu
kemudian dicelupkan ke dalam bahan pewarna. Proses tersebut membutuhkan
kemahiran dan kreativitas yang tinggi dari pembuatnya.
Kabupaten Garut yang tidak hanya dikenal dengan produksi dodolnya saja.
Di kabupaten ini masih tersimpan banyak sekali produk-produk yang sudah
dikenal oleh masyarakat Jawa Barat maupun oleh masyarakat luar provinsi, salah
satunya adalah kain sutera. Garut sudah terkenal sebagai daerah penghasil sutera,
mulai dari bahan sutera hingga tenunnya. Industri pertama sutera alam di Garut, di
pelopori oleh Bapak H. Aman Sahuri yang membudidayakan ulat sutera sebagai
bahan sarung tenun. Tenun ikat di Garut sudah ada sejak tahun 1960 yang
menyebabkan tenun ikat beraneka warna itu mulai berkembang di Garut. Tetapi,
pada tahun 1982 dengan banyaknya batik di Indonesia khususnya Garut sendiri
maka tenun ikat ini perlahan menghilang. Sehingga menuntut para perajin tenun
untuk memproduksi kain tenun polos putihan yang menjadi bahan dasar batik.
Industri tenun Garut sekarang telah menunjukkan peningkatan dan inovasi
yang kreatif yang bisa dilihat dari perkembangan industri tenun di wilayah
tersebut meskipun untuk bahan dasar membuat tenun yaitu sutera sekarang masih
menggunakan bahan baku yang didatangkan dari Cina. Masuknya benang sutera
dari Cina dahulu membuat jatuh industri pengembangan sutera alam di Garut.
Sutera tersebut harganya sangat murah dan kualitasnya lebih bagus daripada
sutera alam di Garut sehingga pasokan bahan dasar untuk membuat tenun
menyebabkan biaya proses produksi yang sangat tinggi. Industri tenun di Garut
akhirnya lebih memilih sutera yang berasal dari Cina dibandingkan dengan
3
mengupayakan supaya pengembangan sutera alam di Garut dapat diproduksi
kembali.
Di berbagai wilayah di Indonesia pola untuk membuat kain tenun ikat ini
hampir sama tetapi tetap mempunyai ciri, keunikan, dan kekhasan tersendiri. Di
Garut terdapat industri kreatif di Kampung Tenun Panawuan dengan bahan sutera
alam yang memproduksi tenun ikat yang menambah kerajinan tenun asal Garut.
Kampung Tenun ini adalah binaan dari CTI (Cita Tenun Indonesia) dan PT PGN
(Perusahaan Gas Negara) Tbk melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
yang baru diresmikan pada tanggal 27 Juni 2012 oleh Menteri Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Pangestu dengan tujuan untuk
meningkatkan kesadaran dan nilai tambah akan kerajinan tenun asal Garut. CTI
adalah sebuah perkumpulan yang bekerja untuk melestariakan, mengembangkan
pembinaan, dan memasarkan kain tenun Indonesia. Selain itu, CTI membuat
perubahan serta melakukan pembinaan dalam mensejahterakan perajin tenun di
Indonesia. Sedangkan PGN adalah sebuah perusahaan yang mempunyai sebuah
program kemitraan dan program bina lingkungan. Program Kemitraan tersebut
adalah menyaluran pinjaman serta membina pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Adanya program tersebut PGN bekerja sama dengan CTI sehingga Desa
Panawuan menjadi binaan dari mereka.
Kampung Tenun tersebut adalah tempat industri tenun produksi rumahan
yang membuat kain tenun ikat dan sulaman yang berada di Panawuan Loa di Desa
Sukajaya, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Kampung
tenun baru didirikan selama dua tahun dalam pembuatan kain tenun ikat bermotif
dengan bahan sutera alam yang sebelumnya hanya membuat tenun putihan saja.
Maka dengan didirikannya Kampung Tenun yang baru memproduksi tenun
bermotif, penulis sangat tertarik untuk meneliti seperti apakah ornamen tenun ikat
dengan bahan sutera alam Garut yang dibuat di “Kampung Tenun” tersebut.
Penulis bermaksud untuk meneliti proses pembuatan dan ornamen tenun hasil dari
kain tenun ikat dengan bahan sutera alam yang sangat menarik perhatian untuk
digali dan dijadikan objek penelitian. Selain itu, penulis bermaksud untuk
4
Garut yang sudah mulai redup yang kebanyakan sekarang memproduksi kain
tenun Garut hanya putihan saja.
Keberadaan kain tenun di Jawa khususnya di Garut yang memproduksi
teknik ikat harus dilestarikan karena tenun dapat memperkaya ciri khas bangsa
dan telah merambah ke berbagai negara. Indonesia merupakan suatu negara yang
kaya dengan daerah-daerah penghasil tenun. Dilihat dari daerah-daerah penghasil
tenun seperti di Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan
untuk daerah Indonesia Timur kekuatan tenun lebih dikenal pada tenun yang
disebut tenun ikat. Maka tenun ikat di Garut yang telah lama hilang harus
dilestarikan. Seperti pernyataan yang disebutkan oleh Soewarni (Marah, 1982: 4) bahwa: “Teknik ikat inilah yang membawa nama besar kain tenun Indonesia, sehingga banyak dicari oleh para wisatawan asing maupun museum”. Pernyataan
tersebut diperjelas juga oleh Latifah (2012: 2) bahwa:
Tenun dapat merambah ke berbagai negara dikarenakan motif dan coraknya yang sarat makna dan nilai sejarah yang sangat tinggi. Apalagi motif dan corak tenun yang dihasilkan disetiap daerah berbeda-beda dan memiliki nilai teknik yang tinggi, baik dari segi warna, motif, jenis bahan, dan benang yang digunakan.
Adanya kegiatan penelitian ini, penulis khususnya ingin memberikan
referensi dan penyebaran informasi bagi warga Indonesia tentang kebudayaan
Indonesia yang sekaligus bermaksud untuk meningkatkan kesadaran berbudaya
masyarakat untuk menghargai, menghayati dan mengembangkan nilai luhur
budaya bangsa, khususnya generasi muda. Penelitian ini diutamakan pada kain
tenun ikat dengan bahan sutera alam di “Kampung Tenun” Panawuan Garut,
sehingga bisa bermanfaat dalam membantu pengembangan kebudayaan nasional
dan dapat dicintai dan dibanggakan oleh masyarakat di Indonesia. Ornamen tenun
ini ditulis secara mendalam oleh penulis dalam karya tulis skripsi yang berjudul:
KAIN TENUN IKAT DENGAN BAHAN SUTERA ALAM (Analisis
Deskriptif Ornamen Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di
5
B. Rumusan Masalah
Peneliti dalam penelitian ini akan membatasi penelitian hanya pada proses
pembuatan dan ornamen kain tenun ikat dengan bahan sutera alam yang
dihasilkan oleh Kampung Tenun Panawuan Garut dengan rumusan sebagai
berikut:
1. Bagaimana proses pembuatan kain tenun ikat dari bahan sutera alam yang
dihasilkan oleh Kampung Tenun Panawuan Garut?
2. Bagaimana ornamen yang terdapat pada kain tenun ikat dengan bahan sutera
alam yang dihasilkan oleh Kampung Tenun Panawuan Garut?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui proses pembuatan pada kain tenun ikat dari bahan sutera
alam dari proses pemasakan benang atau gumingan sampai proses pembuatan
kain tenun ikat yang dihasilkan Kampung Tenun Panawuan Garut.
2. Untuk mengetahui dan mendokumentasikan jenis, bentuk, garis dan warna
serta prinsip penerapan motif pada tenun ikat berupa komposisi, keseimbangan,
dan irama pada ornamen kain tenun ikat dari bahan sutera alam yang dihasilkan
Kampung Tenun Panawuan Garut.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Bagi Penulis
a. Menambah wawasan dan gambaran tentang seni terapan, khususnya tenun di
Panawuan Loa di Desa Sukajaya, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten
Garut, Jawa Barat.
b. Dapat memperoleh penjelasan secara menyeluruh berkenaan dengan proses
pembuatan dan ornamen pada kain tenun ikat di desa di Panawuan Loa di Desa
6
c. Memperdalam apresiasi dan rasa cinta terhadap karya seni rupa, khususnya
seni kriya atau terapan.
2. Bagi Pembaca:
a. Menambah wawasan secara teoritis mengenai proses pembuatan dan ornamen
yang terkandung pada kain tenun ikat di di Panawuan Loa di Desa Sukajaya,
Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
b. Memperdalam apresiasi dan rasa cinta terhadap karya seni, khususnya seni
kriya.
c. Sebagai bahan rujukan atau dokumentasi bagi keperluan-keperluan yang
relevan.
3. Bagi Perajin atau Seniman
Penelitian ini diharapkan menjadi motivasi bagi perajin untuk lebih berkreasi
baik dalam segi teknis maupun estetisnya sehingga akan lebih diminati oleh
masyarakat.
4. Bagi Pemerintah Daerah
Sebagai tambahan referensi tentang potensi budaya yang berada di Kabupaten
Garut.
5. Bagi Masyarakat
a. Menjadi bahan observasi dan referensi bagi masyarakat yang membutuhkan
pengetahuan tentang tenun di Indonesia.
b. Sebagai motivasi bagi masyarakat untuk memanfaatkan keterampilan dan
kreatifitas sehingga memajukan perekonomian rakyat.
c. Sebagai upaya melestarikan budaya bangsa khususnya tenun agar dicintai dan
dibanggakan oleh masyarakat di Indonesia.
6. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Seni
Hasil penelitian ini akan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan seni
tentang tenun, khususnya tenun di Panawuan Loa di Desa Sukajaya,
7
E. Sistematika Penulisan
BAB I. PENDAHULUAN
Bab Pendahuluan di dalamnya membahas mengenai latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
BAB II. KAJIAN TEORETIS
Bab Kajian Teoritis didalamnya membahas mengenai deskripsi teori dan
kerangka teori. Deskripsi teori yaitu teori-teori yang bersangkutan mengenai judul
penelitian. Kerangka berpikir yaitu kesimpulan peneliti mengenai teori-teori yang
dibahas sebelumnya. Adapun yang dibahas dalam bab ini adalah teori yang
berkaitan dengan proses pembuatan dan ornamen pada kain tenun ikat dengan
bahan sutera alam di Kampung Tenun Panawuan Garut.
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
Bab Metodologi penelitian didalamnya membahas mengenai metode
penelitian, objek penelitian, dan teknik penelitian. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan metode deskriptif analisis yaitu suatu metode yang menggambarkan
masalah aktual dengan jalan mengumpulkan, menguraikan, menafsirkan, serta
menganalisis data dengan pendekatan kualitatif.
BAB IV. HASIL PENELITIAN
Bab hasil penelitian didalamnya dibahas mengenai deskripsi data penelitian,
analisis data penelitian, dan pembahasan hasil penelitian. Bab ini akan
menguraikan penjelasan hasil penelitian mengenai proses pembuatan dan
ornanamen pada tenun ikat di Kampung Tenun Panawuan Garut.
BAB V. PENUTUP
Bab ini di dalamnya terdapat kesimpulan dan saran. Kesimpulan di sini
yaitu kesimpulan dan teori-teori dan hasil penelitian. Saran yaitu
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi
Lokasi yang dijadikan objek penelitian ini adalah perajin tenun di Kampung
Tenun Panawuan Loa di Desa Sukajaya, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten
Garut, Jawa Barat.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah ornamen pada kain tenun ikat dengan bahan
sutera alam di Kampung Tenun. Sutera Alam Family merupakan salah satu
anggota industri tenun di Kampung Tenun yang memproduksi kain tenun ikat dan
sulaman hasil binaan dari PGN (Perusahaan Gas Negara) dan CTI (Cita Tenun
Indonesia) melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. Peneliti berharap
Kampung Tenun ini dapat memberikan informasi yang relevan sesuai dengan data
yang dibutuhkan.
B.Desain Penelitian
Desain penelitian ialah rencana tentang cara melaksanakan penelitian dalam
mengumpulkan penelitian dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara
teratur untuk mencapai tujuan yang diteliti. Desain penelitian yang digunakan
ialah dengan pendekatan kualitatif. Pada penelitian kualitatif desain penelitian
hanya bersifat sementara, dan diubah terus menerus selama proses penelitian dan
dalam hasil perumusannya, setelah dikonsultasikan maka dimusyawarahkan dan
disepakati bersama antara peneliti dan pihak-pihak yang memberikan informasi
secara valid mengenai kain tenun ikat di Kampung Tenun Panawuan, Garut.
C.Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah untuk mencapai
suatu tujuan tertentu yang digunakan sebagai alat bantu untuk menganalisis,
72
dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode
deskriptif analisis. Penelitian deskriptif menurut Arikunto (2009: 234) bahwa: “Penelitan deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan”. Maka penelitian dengan menggunakan metode deskriptif analisis adalah sebuah metode yang
menggambarkan masalah aktual dengan jalan mengumpulkan, menguraikan,
menafsirkan, serta menganalisis data.
Penelitian kualitatif menjelaskan masalah atau gejala yang ada dengan jalan
mengumpulkan, menganalisis dan kemudian menginterpretasikan data yang
diperoleh. Hal ini bisa dilihat dalam penelitian ini, bentuk laporan kualitatif
disusun dengan kata-kata dan ungkapan yang bersifat kreatif, serta menunjukan
ciri-ciri alamiah. Data dalam penelitian kualitatif yang dikumpulkan berupa buku,
tulisan, gambar, foto, dan hasil wawancara. Peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif ini untuk mencari informasi dan gambaran tentang jenis ornamen dan
proses pembuatan serta pewarnaan pada kain tenun ikat di Kampung Tenun
Panawuan Garut.
D. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini akan digunakan beberapa operasional variabel, di
antaranya definisi operasional tersebut adalah:
1. Analisis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan tim penyusun kamus
pusat pembinaan dan pengembangan bahasa (1989: 33) menjabarkan pengertian analisis bahwa: “penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk
perkaranya dan sebagainya)”. Konteks analisa dalam penelitian ini adalah
mengkaji dan menguraikan jenis ornamen yang ada pada kain tenun ikat di
73
2. Ornamen
Ornamen berasal dari bahasa Latin ornare, yang berdasar arti kata tersebut
berarti menghiasi. Dikemukakan oleh Sunaryo (Gustami, 1978), bahwa: “ornamen
adalah komponen produk seni yang ditambahkan atau sengaja dibuat untuk tujuan sebagai hiasan”. Konteks ornamen dalam penelitian ini adalah penerapan hiasan pada suatu produk yang terdiri dari motif yang merupakan unsur pokok dari
ornamen tersebut yang berfungsi untuk menghiasi.
3. Tenun
Tenun Menurut Soewarni (Marah, 1983: 2), bahwa: “sebuah kain tenun,
dihasilkan oleh perjalinan benang lungsi (benang yamg menunggu) dengan
benang pakan (benang yang datang)”. Dan menurut Budiyono, dkk (2008: 420),
bahwa:
Tenun merupakan teknik dalam kain yang dibuat dengan azas (prinsip) yang sederhana yaitu dengan menggabungkan benang secara memanjang dan melintang. Dengan kata lain bersilangnya antara benang lusi dan pakan secara bergantian.
Kain tenun ikat dalam konteks penelitian ini adalah kain yang motifnya
diperoleh dengan cara mengikat benang ditempat-tempat tertentu sebelum dicelup
dan ditenun. Setelah ikatannya dibuka, bagian benang yang diikat, dalam kain
akan membentuk ragam hias atau motif, sedangkan bagian yang tidak dicelup
merupakan warna dasar dari kainnya.
3. Serat sutera menurut Budiyono, dkk (2009: 64) bahwa:
Serat ini berbentuk filamen dan dihasilkan oleh larva ulat sutera waktu membentuk kepompong. Serat sutera adalah serat yang diperoleh dari sejenis serangga yang disebut lepidoptera. Serat sutera mempunyai sifat daya serapnya tinggi, kekuatannya tinggi, pegangannya lembut, tahan kusut, dan kenampakannya mewah.
Serat sutera dalam penelitian ini adalah serat yang diperoleh dari ulat yang
menghasilkan benang sutera alam yang nantinya akan dijadikan bahan pembuatan
kain tenun ikat di Kampung Tenun ini. Sutera yang digunakan adalah sutera alam
74
E. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan sesuatu metode
(Arikunto, 2006: 149). Pembuatan instrumen dengan menggunakan metode
dokumentasi, observasi serta wawancara merupakan hal yang sangant penting
bagi peneliti. Instrumen penelitian dalam penelitian kualitaitif ini adalah peneliti
sendiri untuk mengumpulkan data atau informasi. Peneliti harus mampu membuat
dan memberikan pandangan atas hal-hal dan kejadian-kejadian yang dilihatnya.
Yang dijadikan sumber informasi dalam penelitian ini adalah:
1. Sumber utama yaitu perajin kain tenun ikat, pemimpin rumah produksi
Kampung tenun dan masyarakat yang mengetahui seluk beluk dan sejarah
perkembangan kain tenun ikat di Kampung Tenun Panawuan, Garut.
2. Buku-buku yang relevan seperti buku kerajinan, budaya daerah, tulisan ilmiah,
kamus, media cetak dan internet.
3. Hasil kerajinan berupa kain-kain tenun ikat di Kampung Tenun Panawuan,
Garut.
4. Foto-foto hasil observasi.
Secara global instrumen penelitian ini dapat dilihat pada kisi-kisi penelitian.
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
No. Aspek yang diamati
Sub objek Indikator Teknik
1. Sumber Utama
Sejarah Mendeskripsikan sejarah berdirinya Kampung Tenun
Wawancara
Tujuan Mendeskripsikan tujuan berdirinya Kampung
75
No. Aspek yang diamati
Sub objek Indikator Teknik
Warna Mendeskripsikan warna motif hias pada ornamen
Pengumpulan data merupakan hal yang terpenting dalam sebuah penelitian.
Ketika kita ingin mengumpulkan data yang akurat, kita harus teliti dan serius
untuk menghasilkan data yang diinginkan supaya tujuan penelitian kita tercapai.
Maka pengumpulan data dilakukan dengan teknik-teknik sebagai berikut:
1. Studi kepustakaan (Library Research)
Studi kepustakaan yaitu suatu teknik mengumpulkan data melalui
dokumen-dokumen yang tertulis (Rizqina Danim, 2002: 106). Sebagian dokumen-dokumen yang
diperoleh peneliti dalam penelitian ini yaitu berasal dari buku-buku sumber yang
berkaitan dengan ornamen dan tenun. Untuk mendapatkan teori-teori yang
diinginkan, peneliti membaca buku tersebut dan mempelajarinya sesuai dengan
data yang dibutuhkan.
2. Wawancara (Interview)
Wawancara atau Interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi
semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi, Nasution (2009:
113). Peneliti dalam melakukan wawancara mengajukan pertanyaan yang
76
penelitian ini yaitu Bapak Hendar Rogesta, seorang pengrajin kain tenun ikat dan
sekaligus ketua di Kampung Tenun Panawuan Desa Sukajaya, Kecamatan
Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat ini.
3. Observasi
Observasi adalah suatu kegiatan mengumpulkan data yang dilakukan secara
sistematis dengan prosedur yang standar. Melalui observasi kita dapat
memperoleh gambaran yang lebih nyata dan jelas tentang objek yang akan kita
amati. Objek yang diamati yaitu kain tenun ikat dengan bahan sutera alam di
Kampung Tenun Panawuan Garut. Ditinjau dari motif hias dan ornamen serta
proses pembuatannya.
Observasi deskriptif ini dilakukan ketika peneliti datang tempat penelitian
yang beralamat di Kampung Panawuan, Desa Sukajaya. Pabrik yang beroperasi
di Kampung Panawuan ini ada dua. Tetapi yang terkenal dan diresmikan langsung
oleh Cti sebagai Kampung Tenun adalah Pabrik Sutera Alam Family. Tempat ini
menjadi objek utama bagi peneliti untuk mengumpulkan data dan hasil observasi
berupa foto dan data yang menunjang untuk penelitian.
Dalam hal ini peneliti hanya mengobservasi kedalam objek tertentu seperti
mengetahui tentang jenis ornamen yang berada di Kampung Tenun dan proses
pembuatanya saja yang sesuai dengan pengamatan, penglihatan, dan pendengaran
peneliti. Jadi, peneliti tidak terlibat lebih mendalam kedalam kegiatan-kegiatan
yang berada di tempat peneliti tersebut. Narasumber, pendokumentasian dan
catatan-catatan hasil pengamatanlah yang menjadi hal terpenting untuk menambah
informasi yang dibutuhkan dalam objek penelitian.
4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data melalui
dokumen-dokumen berupa gambar-gambar atau foto dan bahan-bahan lainnya yang sesuai
dengan masalah yang diteliti. Data-data yang dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya dapat diperoleh dengan menggunakan dokumentasi. Suatu data
akan lebih dipercayai kebenarannya ketika data tersebut didukung dengan hasil
77
menambah data dari masalah yang akan dianalisis oleh peneliti, selain wawancara
dan observasi maka peneliti juga membutuhkan dokumentasi juga.
Dokumentasi yang diperoleh berupa foto yang berasal dari buku-buku dan
sebagiannya lagi merupakan hasil pemotretan sendiri dari tempat yang diteliti.
Mulai dari pendokumentasian dengan memotret lokasi penelitian,
mendokumentasikan gambar dan jenis ornamen yang merupakan bagian utama
yang diteliti di Art Galeri Kampung Tenun, setelah itu dilakukan
pendokumentasian pembuatan kain tenun ikat di Pabrik Kampung Tenun mulai
dari proses pewarnaan benang lungsi dan pakan. Hal inilah yang membantu
peniliti dalam proses pengamatan dan mendeskripsikan hasil penelitian.
G. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data meliputi menghimpun data, mengklasifikasikan
data, menelaah data dan menarik kesimpulan dari data yang diperoleh dari hasil
beberapa teknik pengumpulan data tentang tenun ikat di Kampung Tenun
Panawuan, Garut. Peneliti dalam menghimpun data atas data yang telah ditulis,
dikumpulkan dan diambil sesuai dengan objek yang diteliti. Data tersebut
diperoleh dari tahapan kegiatan pertama yaitu melakukan observasi ke tempat
lokasi, kedua yaitu menyerahkan proposal dan surat izin penelitian ke tempat yang
akan diteliti dan tahap ketiga adalah wawancara dari narasumber dan dokumentasi
dari hasil observasi.
Data-data yang telah dikumpulkan tersebut selanjutnya diklasifikasikan atau
disusun dan dikelompokkan sesuai dengan masalah yang diteliti. Setelah itu data
ditelaah dan diberi komentar dan tafsiran terhadap data secara kontekstual.
Tahapan terakhir adalah menyimpulkan data yang diperoleh menjadi suatu
pernyataan umum dan menyusun data hasil temuan.
H. Analisis Data
Tahapan ini merupakan tahan terakhir setelah peneliti melakukan kegiatan
penelitian di lapangan. Setelah data yang peneliti terkumpul maka peneliti setelah
78
Karya ilmiah tersebut terdiri dari pendahuluan, landasan teori berupa konsep
tenun, metedologi penelitaian, pembahasan mengenai analisis ornamen pada kain
tenun ikat dengan bahan sutera alam di Kampung Tenun dan penutup berupa
kesimpulan dan rekomendasi. Kegiatan-kegiatan pada tahap analisis ini seperti:
1. Menggumpulkan catatan hasil observasi, dokumentasi, studi pustaka serta
wawancara di Kampung Tenun Panawuan Garut.
2. Mengelompokan data penelitian ke dalam data yang sejenis yang berhubungan
dengan Kampung Tenun.
3. Menyusun dan mengelompokkan data sesuai dengan fokus penelitian dan
tujuan penelitian.
4. Menganalisis hubungan antara data yang satu dengan data yang lainnnya.
5. Melakukan pengecekan ulang ke tempat penelitian atau menanyakan lewat alat
komunikasi apabila ada hal yang dirasa sulit dan meragukan.
6. Memberikan komentar antara data yang satu dengan data yanag lainnya.
7. Memberikan komentar berupa tanggapan, tafsiran terhadap data hasil
wawancara, observasi, studi pustaka dan dokumentasi.
8. Mendeskripsikan dan menyusun hasil temuan pada data yang diperoleh.
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun
(Analisis Deskriptif Ornamen Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di
Kampung Tenun Panawuan Kabupaten Garut) peneliti memperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Proses pembuatan kain tenun di Kampung Tenun melalui dua tahapan
pembuatan benang yaitu pembuatan benang lungsi dan pakan. Alat yang
digunakan masih menggunakan alat tenun tradisional yaitu alat tenun tijak atau
sekarang lebih terkenal dengan sebutan alat tenun bukan mesin (ATBM).
Teknik yang digunakan untuk membuat kain tenun ikat yaitu dengan cara
mengikat benang ditempat-tempat tertentu sebelum dicelup dan ditenun.
Setelah ikatannya dibuka, bagian benang yang diikat, dalam kain akan
membentuk ragam hias atau motif, sedangkan bagian yang tidak dicelup
merupakan warna dasar dari kainnya. Pembuatan kain tenun ikat ini
membutuhkan waktu yang cukup lama mulai dari proses persiapan dan proses
pembuatan tenun karena alat yang digunakan adalah alat tradisonal.
2. Ornamen di Kampung Tenun dibuat dengan cara mendesain terlebih dahulu
pada kertas, setelah itu motif yang telah dirancang diterapkan pada benang
sutera yang telah disusun dalam penyangga ketika akan dibuat benang untuk
proses tenun. Setelah benang tersebut diikat maka benang dilakukan
pencelupan dan pencoletan terlebih dahulu supaya motif yang telah dirancang
terlihat menarik. Maka setelah melakukan proses tenun, ornamen dari kain
tersebut muncul dan menjadi ornamen dengan motif yang menarik dan unik.
Ornamen di Kampung Tenun terdiri dari motif geometris dan non geometris.
Motif geometris yaitu motif Wajik, motif Etnik modifikasi dari kain tenun
NTT, Bali, dan Kalimantan. Sedangkan motif non geometris yaitu motif Bunga
Puspa, Bunga Tapak Dara, Bunga Gambir, Bunga Kusuma, Burung Bangau,
178
dan ciri khas Garut sendiri. Selain itu, motif-motif yang dibuat ada juga motif
lain yang dimodifikasi dari daerah lain. Hal ini membuat kain ikat di Garut
menambah motif hias yang beraneka ragam meskipun belum menandakan
bahwa kain tenun tersebut adalah khas Garut. Terdapat beberapa kesamaan
motif kain tenun ikat di Garut dengan batik tulis dan cap Garutannya. Hal ini
bisa kita lihat pada ornamen dengan motif Wajik dan Domba Garut yang
menjadi ciri khas Garut.
3. Warna-warna yang ditampilkan adalah warna yang sedang trend pada setiap
tahun. Contohnya pada tahun kemarin 2012 warna yang sedang trend adalah
warna musim panas, maka warna yang digunakan adalah warna hijau dan
kuning, sedangkan warna yang trend pada tahun 2013 adalah warna musim
semi seprti warna hijau anggur segar dan warna biru tebal. Tetapi pembuatan
kain tenun ikat pada tahun 2013 tidak hanya membuat kain dengan warna yang
sedang trend pada tahun itu saja, terdapat warna lain yang tidak menampilkan
bahwa kain tersebut dibuat di tahun 2013. Hal itu terjadi karena kain tenun ikat
di Kampung Tenun selain membuat motif sesuai dengan yang dibuat oleh
perancangnya tetapi ada juga kain hasil pesanan konsumen yang warnanya
tidak sesuai dengan warna yang sednag trend pada tahun itu.
4. Berdasarkan analisis dan penyusunan hasil data yang diperoleh yang dikaji
secara empirik bahwa menurut penulis jenis ornamen di Kampung Tenun
melakukan pengulangan bentuk pada setiap motif di kain tenun ikatnya.
Pengulangan motif pada kain tenun ikat motif Wajik yaitu 64 kali pengulangan.
Pengulangan pada kain tenun ikat motif Etnik modifikasi kain tenun NTT yaitu
68 kali pengulangan. Pengulangan motif pada kain tenun ikat motif Etnik
modifikasi kain tenun Bali yaitu 400 kali pengulangan. Pengulangan motif
pada kain tenun ikat motif Etnikmodifikasi kain tenun Kalimantan yaitu 176
kali pengulangan. Pengulangan motif pada kain tenun ikat motif Bunga Puspa
yaitu 52 kali pengulangan. Pengulangan pada kain tenun ikat motif Bunga
Tapak Dara yaitu 30 kali pengulangan. Pengulangan motif pada kain tenun ikat
motif Bunga Gambir yaitu 60 kali pengulangan. Pengulangan motif pada kain
179
pada kain tenun ikat motif Burung Bangau yaitu 32 kali pengulangan.
Pengulangan motif pada kain tenun ikat motif Sumping yaitu yaitu enam kali
pengulangan. Pengulangan motif pada kain tenun ikat motif Etnik Garut yaitu
yaitu enam buah. Pengulangan motif pada kain tenun ikat motif Ukel yaitu lima
kali pengulangan. Pengulangan dengan motif terbanyak ada pada motif Etnik
modifikasi kain tenun Bali dan motif yang sedikit pengulanganya ada pada
motif Ukel.
5. Keseimbangan yang nampak dari seluruh ornamen yaitu keseimbangan tegak
lurus, mendatar dan kombinasi. Ornamen yang memiliki keseimbangan tegak
lurus yaitu ornamen kain motif Etnik modifikasi kain tenun Bali dan
Kalimantan serta motif Bunga Puspa, keseimbangan mendatar terdapat pada
ornamen kain dengan motif Bunga Gambir dan motif Ukel serta keseimbangan
kombinasi terdapat pada ornamen kain motif Wajik, Etnik NTT, Bunga Tapak
Dara, Bunga Kusuma, Burung Merak, Sumping, dan Etnik Garut. Dapat
diketahui bahwa secara keseluruhan ornamen ini mempunyai keseimbangan
kombinasi dan menggunakan teknik pengulangan full repeat dikarenakan
pembuatan tenun ikat di Kampung Tenun membutuhkan proses yang tidak
sebentar. Sehingga kain yang dibuat keseluruhan membentuk pola dan desain
yang sederhana dan dibentuk dengan ukuran besar-besar terutama pada motif
non geometris.
B.Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini maka peneliti
menyampaikan rekomendasi sebagai berikut:
1. Bagi Penulis dan Pembaca
Sebagai generasi penerus bangsa sudah selayaknya kita melestariakan warisan
budaya bangsa yang diturunkan secara turun-temurun. Warisan kain tenun ini
yang sudah ada sejak zaman dahulu dan berada di berbagai daerah di Indonesia
ini. Kain tenun tersebut harus kita jaga dan jangan sampai hilang atau diambil
dan diakui oleh negara lain. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
180
ikat serta diharapkan menciptakan ornamen dengan inovasi yang baru, kreatif
dan unik yang sesuai dengan daerahnya masing-masing.
2. Bagi Jurusan Pendidikan Seni Rupa
Jurusan Pendidikan Seni Rupa adalah tempat untuk para mahasiswa yang
kreatif dan inovatif. Diharapkan Jurusan Pendidikan Seni Rupa ini selain
memberikan pelayanan ilmu pengetahuan tetapi juga memberikan fasilitas
yang maksimal kepada mahasiswanya terutama bahan referensi kepustakaan
untuk memperkaya ilmu pengetahuan khususnya tentang tekstil.
3. Bagi Peneliti Lain
Peneliti lain yang berminat akan melakukan penelitian di Kampung Tenun
untuk kedepannya penulis sarankan supaya mengkaji lebih dalam tentang tenun
di Kampung Tenun yang tidak hanya memproduksi kain tenun ikat saja, tetapi
ada kain tenun sulaman yang menarik juga untuk diteliti.
4. Bagi Perajin dan Pabrik
Perajin bukanlah tukang yang membuat sesuatu berdasarkan perintah. Tetapi
perajin bekerja sesuai dengan kreasinya yang dapat memberikan perhatian
lebih dari masyarakat. Tidak adanya pembukuan dalam mendokumentasikan
motif yang telah dibuat di pabrik, membuat penulis dan konsumen tidak
mengetahui motif apa saja yang dibuat di Kampung Tenun. Hal ini berakibat
pada konsumen yang ingin memilih dan mencari motif dengan pilihan yang
sedikit karena kain tenun yang ada, hanya ada pada hari itu. Tidak ada
pembukuan yang menunjukan motif yang beragam yang bisa dipilih oleh
konsumennya. Adanya penelitian ini diharapkan menjadi motivasi bagi perajin
untuk lebih berkreasi baik dalam segi teknis maupun estetisnya sehingga akan
lebih diminati oleh masyarakat serta dapat mengembangkan jenis ornamen kain
tenun ikat baru yang menjadi ciri khas Garut serta manajemen di pabrik harus
lebih ditingkatkan lagi secara optimal.
5. Bagi Pemerintah daerah dan masyarakat
Penelitian ini diharapkan sebagai tambahan referensi tentang potensi budaya
yang berada di Kabupaten Garut. Masyarakat pun dapat termotivasi untuk
181
perekonomian rakyat sekaligus dapat berupaya melestarikan budaya bangsa
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Budiyono, dkk. (2008). Kriya Tekstil untuk Sekolah Menengah Kejuruan Jilid 1 dan 2. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.
Ernawati, dkk. (2008). Tata Busana untuk SMK Jilid 2. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.
Hoop, A.N.J.Th. a. (1949). Ragam-ragam Perhiasan Indonesia. Uitgegeven Door Het Koninklijk Bataviasch Genootshap Van Kunsten En Wetenschappen.
Jumaeri, dkk. (1977). Pengetahuan Barang Tekstil. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
Kartiwa, S. (2007). Ragam Kain Tenun Indonesia Tenun Ikat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Kusrianto, A. (2006). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi.
Latifah, I. (2012). Busana Tenun Nusantara. Sleman: KTSP Pengayaan Pengetahuan.
Marah, R. dan Soewarni TH. (1982). Album Tenun Tradisional Aceh, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Proyek Media Kebudayaan.
Nasution, S. (2009). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: PT Bumi Aksara.
Pariwara, I. (2008). Ragam Hias Nusantara. Klaten: Rantinah Sastra.
Poespo, G. (2005). Pemilihan Bahan Tekstil. Yogyakarta: KANISIUS (Anggota IKAPI).
Sunaryo, A. (2009). Ornamen Nusantara Kajian Khusus Tentang Ornamen Indonesia. Semarang: Dahara prize.
183
Suryahadi, A. (2008). Seni Rupa Menjadi Sensitif, Kreatif, Apresiatif dan Produktif Jilid 1 SMK. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.
Tim Fakultas Teknik Surabaya. (2001). Pengetahuan Tentang Tenunan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Proyek Pengembangan Sistem dan Standar Pengolahan SMK Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Jakarta.
Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Skripsi
Loita, A. (2011). Analisis Visual Pakaian Kuda Renggong. Bandung: Tidak
diterbitkan.
Rizkina, I. (2012). Seni Kriya Lembah Kulit Kerang di Desa Megu Gede. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.
Internet
Alfaonline. (2012). Dixi Cuka 150 ML. [Online]. Tersedia: http://alfa/ online.com/product/dixi-cuka/-150-ml-/5036/53G [27 Juni 2013]
Anugrah, M. (2012, Januari). Menguntai Warna di Garut. Majalah Amica (Elektronik), 24-25, Tersedia: http://tenun/indonesia.com/news/ pelatihan/ garut.php [25 Juni 2013]
Batik Garut Pangirutan. (2012). Model Batik Khas dari Garut. [Online]. Tersedia: http://batikgarutpangirutan.blogspot.com/2012/03/model-batik-khas-dari-garut.html [24 Mei 2013]
Bilal, I. (2011). Pekalongan, Le Centre du Batik. [Online]. Tersedia: http://ichabilal.wordpress.com/2011/06/16/pekalongan-le-centre-du-batik/ [18 Mei 2013]
184
Dpi476diana. (2011). Tumpal. [Online]. Tersedia: http://dpi/ 476/ diana.word/ press.com/metodologi-penelitian/c-metode-dokumenter/motif/tumpal/m [18 Mei 2013]
Efita, A. (2011, Desember). Desa Kreatif Bertabur Tenun. Koran Harian Bisnis Indonesia (Elektronik), 02, Tersedia: http://tenun/ indonesia.com/news/ pelatihangarut.php php [25 Juni 2013]
Hammond, B. (2013). Greek Apulian 'White Meander Motif' Black-Glazed Thistle Mug. [Online]. Tersedia: http://www.time-lines.co.uk/greek-apulian-white-meander-motif-black-glazed-thistle-mug-020821-30950-0.html [18 Mei 2013]
Jiwandana, S. (2012). Batik. [Online]. Tersedia: http://my-taman/ langit.blogspot.com/2012/07/batik.html [18 Mei 2013]
Khetong. (2009). Pakaian Adat Rote. [Online]. Tersedia: http://khetong/ wordpress.com/2009/10/02/pakaian-adat-rote/ [24 Juni 2013]
Mengaku bacpaker. (2012). Backpaking ke Blitar: Bung Karno Banget!. [Online]. Tersedia: http:// mengakubackpaker.blogspot.com/2012/09/backpaking-ke-blitar-bung-karno-banget.html?m= [ 25 Juni 2013]
Paguyuban Pencinta Wayang. (2013). [Online]. Wayang Purwa Bali dan Jawa. Tersedia:http://wayang/ pabu.com/galeri-/wayang/tokoh-/ mahabrata/maha/ brata-wayang-p /purwa / [18 Mei 2013]
Sales Teepol. (2012). [Online]. Teepol Multipurpose Detergent. Tersedia: http://teepol.co.uk/?file=products/mpd.page [18 Mei 2013]
Sharmila. (2013). Motif Batik Kawung. [Online]. Tersedia: http://sharmila/ craft.com/index.php?route=information/news&news_id=11 [18 Mei 2013]
Situs Resmi Kabupaten Garut. (2010). Letak Geografis Garut. [Online]. Tersedia: http://garutkab.go.id/pub/static_ [25 Juni 2013]
Teamtouring.Net. (2010). Mblusuk ke Candi Plaosan. [Online]. Tersedia: http://teamtouring.net/mblusuk-ke-candi-pringapus.html [18 Mei 2013]
Zaenudin, A. (2012). Motif Pilin Ganda. [Online]. Tersedia: http://akhmad/ zaenudin-zaenu/din.blogspot.com/m/ [18 Mei 2013]
185
_. (2013). Kain Tenun Ikat Kalimantan. [Online]. Tersedia: http://kain/ tenun/detik.com/m/ [18 Mei 2013]
_ (2012, Februari). Masa Depan Sang Ikat. Majalah Bazaar. (Elektronik), 60, Tersedia: http://tenunindonesia.com/news_pelatihangarut.php php [25 Juni 2013]
_ (2012, Juli). Masa Depan Sang Ikat. Majalah Bazaar. (Elektronik), 40-42, Tersedia: http://tenunindonesia.com/news_pelatihangarut.php php [25 Juni 2013]
_ (2012, Juni). Spring Cultural Event 2012 Comes to the Land of Cherry Blossoms. Majalah Inflight Garuda. (Elektronik), 24, Tersedia: http://tenun/ indonesia.com/news_pelatihangarut.php php [25 Juni 2013]