• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN LESSON STUDY ANTAR GURU BIDANG STUDI IPA DAN PERANANNYA DALAM PROSES PENINGKATAN MUTU PADA SMPN 1 GISTING DI KABUPATEN TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN LESSON STUDY ANTAR GURU BIDANG STUDI IPA DAN PERANANNYA DALAM PROSES PENINGKATAN MUTU PADA SMPN 1 GISTING DI KABUPATEN TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I

Prof. Dr. Ace Suryadi, Ph.D.

NIP. 1952072519780310001

Pembimbing II

Prof. Dr. H. Johar Permana, MA

NIP. 195908141985031004

Mengetahui

Ketua Program Studi Penjaminan Mutu Pendidikan

Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Pelaksanaan Lesson

Study antar guru bidang study IPA dan peranannya dalam proses

peningkatan mutu di SMPN 1 Gisting Kabupaten Tanggamus Provinsi

Lampung ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya sendiri, dan saya

tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan

ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila

kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya

saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Agustus 2012

Yang membuat pernyataan,

(3)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji Syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas

rahmat dan karuniaNya, tesis dengan judul Pelaksanaan Lesson Study antar

guru mata pelajaran IPA dan peranannya dalam proses peningkatan mutu

di SMPN 1 Gisting Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung telah tersusun

dengan baik. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis mengucapkan rasa terima

kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak terkait.

1.

Prof. H.Ace Suryadi, Ph.D sebagai Ketua Program Studi Penjaminan Mutu

Pendidikan dan sebagai pembimbing I, yang senantiasa memberikan waktu,

bimbingan dan arahan kepada penulis

2.

Prof. Dr. H. Johar Permana, MA sebagai Pembimbing II, yang senantiasa

menyediakan waktu, bimbingan dan arahan kepada penulis.

3.

Dosen-dosen Program Studi Penjaminan Mutu Pendidikan yang telah

mentransfer ilmunya pada penulis

4.

Rekan-rekan Seangkatan Tahun 2010 Program Penjaminan Mutu Pendidikan

yang senantiasa memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan

penelitian ini.

5.

Dra. Hj. Djuariyati, M.Pd, Selaku Kepala LPMP Provinsi Lampung, yang

telah berjasa dalam memberikan kesempatan dan dana kepada penulis untuk

(4)

6.

Bapak M. Fatqul Hajar Aswad, M.Pd Selaku Kepala Sekolah SMPN 1

Gisting Tanggamus yang telah memberikan fasilitas kepada penulis untuk

melakukan penelitian di sekolah yang ia pimpin.

7.

Guru-guru SMPN 1 Gisting Tanggamus, yang telah menyediakan waktu dan

informasi sehingga terselesaikannya tesis ini.

8.

Keluarga tercinta: Ibu di Bandung dan ibu mertua di Sumedang, serta istriku

tersayang Dra. Tuti Gantini yang tidak pernah berhenti memberikan

dukungan moril maupun materil, dan anak-anakku tercinta : Qonita Zahra

Fadhila, Qonita Raihani Fakhira, dan Qonita Syamila Qurrota’aini,

terima

kasih atas doa-doanya.

9.

Akhirnya, penulis hanya berdo’a semoga kebaikan dan kebijaksanaan yang

telah diberikan oleh berbagai pihak terkait, baik berupa moril maupun materil

mendapat balasan dari Allah SWT. Amiin.

Akhirnya, semoga penulisan ini bermanfaat sebagai bahan masukan untuk

pengembangan peran orang tua dalam sudah berjalan selama ini dan kontribusinya

dalam meningkatkan kompetensi guru.

Bandung, Agustus 2012

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan puja hanyalah milik Allah SWT, Tuhan Yang Maha

Agung yang telah menciptakan alam semesta ini secara sempurna. Shalawat dan

salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Shalawat dan

salam ini juga disampaikan kepada keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya

sampai akhir zaman.

Alhamdulillah, berkat ridho-Nya penulis telah menyelesaikan tesis ini

sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian magister pada Program Studi

Penjaminan Mutu Pendidikan. Tesis ini berjudul Pelaksanaan Lesson Study

antar guru mata pelajaran IPA dan peranannya dalam proses peningkatan

mutu di SMPN 1 Gisting Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. Secara

keseluruhan tesis ini terdiri dari lima bab, yaitu: pendahuluan, kajian teoritis,

metodologi penelitian, hasil penelitian dan bahasan, serta kesimpulan dan saran.

Walaupun dalam penyelesaian tesis ini penuh dengan berbagai hambatan

dan rintangan, tetapi berkat semangat dan tekat yang kuat serta bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak, akhirnya dapat terselesaikan juga. Harapan penulis

mudah-mudahan tesis ini dapat berguna bagi mereka yang berkecimpung di dunia

pendidikan serta masyarakat luas pada umumnya.

Bandung, Agustus 2012

(6)

DAFTAR ISI

Halaman :

JUDUL TESIS ...

i

HALAMAN PENGESAHAN ...

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ...

iii

UCAPAN TERIMA KASIH ...

iv

KATA PENGANTAR ...

vi

ABSTRAK ...

vii

DAFTAR ISI ...

viii

DAFTAR LAMPIRAN ...

x

DAFTAR TABEL ...

xii

DAFTAR GAMBAR ...

xiii

BAB I. PENDAHULUAN ...

1

1.1. Latar Belakang Penelitian...

1

1.2. Fokus penelitian ...

7

1.3. Rumusan Masalah ...

8

1.4. Tujuan Penelitian ...

9

1.5. Kegunaan Hasil Penelitian ...

9

BAB II. KAJIAN KEPUSTAKAAN ...

11

2.1. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) ...

11

2.1.1 Mutu ...

11

2.1.2 Konsep Mutu dalam Pendidikan ...

12

2.1.3 Penjaminan Mutu dalam pendidikan ...

18

2.2 Continuous Professional Development (CPD) ...

25

2.3 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ...

31

2.4 Lesson Study ...

36

2.5 Hubungan PTK dan Lesson Study ...

43

(7)

2.7 Kompetensi Guru ...

47

BAB.III. METODE PENELITIAN ...

62

3.1. Pendekatan Penelitian ...

62

3.2. Sumber Data ...

65

3.3. Tempat Penelitian ...

66

3.4. Teknik Pengumpulan Data ...

66

3.5. Teknik Mendapatkan Informan ...

68

3.6. Teknik Analisis Data ...

69

3.7. Keabsahan Data ...

71

BAB.IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

72

4.1. Hasil Penelitian ...

72

4.1.1. Profil SMPN 1 Gisting Tanggamus ...

72

4.1.2. Pelaksanaan Lesson Study antar Guru IPA ...

80

4.1.3. Pengaruh Lesson Study terhadap Kompetensi Guru ... 102

4.1.4. Peran Kepala Sekolah dalam Implementasi Lesson Study ... 117

4.2 Pembahasan ... 120

BAB.V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 135

5.1. Kesimpulan ... 135

5.2. Rekomendasi ... 138

DAFTAR PUSTAKA ... 142

LAMPIRAN ... 145

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kisi-kisi Instrumen ... 145

Lampiran 2 : Studi dokumentasi Kepala Sekolah ... 147

Lampiran 3 : Studi dokumentasi GR 01... 155

Lampiran 4 : Studi dokumentasi GR 02... 160

Lampiran 5 : Studi dokumentasi GR 03... 166

Lampiran 6 : Pedoman Wawancara Kepala Sekolah ... 169

Lampiran 7 : Transkrip Wawancara Kepala Sekolah ... 172

Lampiran 8 : Pedoman Wawancara Guru ... 178

Lampiran 9 : Transkrip Wawancara GR 01 ... 181

Lampiran 10 : Transkrip Wawancara GR 02 ... 187

Lampiran 11 : Transkrip Wawancara GR 03 ... 193

Lampiran 12 : Transkrip Wawancara GR 04 ... 199

Lampiran 13 : Pedoman Wawancara Siswa ... 204

Lampiran 14 : Transkrip Wawancara Siswa 01 ... 207

Lampiran 15 : Transkrip Wawancara Siswa 02 ... 212

Lampiran 16 : Transkrip Wawancara Siswa 03 ... 218

Lampiran 17 : Transkrip Wawancara Siswa 04... 223

Lampiran 18 : Transkrip Wawancara Siswa 05 ... 228

Lampiran 19 : Transkrip Wawancara Siswa 06 ... 233

Lampiran 20 : Transkrip Wawancara Siswa 07 ... 238

Lampiran 21 : Transkrip Wawancara Siswa 08 ... 243

Lampiran 22 : Transkrip Wawancara Siswa 09 ... 248

Lampiran 23 : Transkrip Wawancara Siswa 10 ... 253

Lampiran 24 : Observasi GR 01 ... 258

Lampiran 25 : Observasi GR 02 ... 261

Lampiran 26 : Observasi GR 03 ... 264

(9)

Lampiran 28 : Pedoman Wawancara Pengawas ... 271

Lampiran 29 : Transkrip Wawancara Pengawas ... 272

Lampiran 30 : Foto ... 258

Lampiran 31 : format 1 ... 278

Lampiran 32 : format 2 ... 280

Lampiran 33 : format 3 ... 281

(10)
[image:10.595.113.513.191.577.2]

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1

Tabel 2.2

Tabel 4.1

Tabel 4.2

Tabel 4.3

Tabel 4.4

Tabel 4.5

Tabel 4.6

Macam dan jenis kegiatan PKB

………

Langkah Penelitian Tindakan kelas dan Lesson

Study

………..

...

Keadaan Ruang SMPN 1 Gisting Tahun Pembelajaran

2011/2012……….

Pekerjaan Wali Murid SMPN 1 Gisting Tanggamus. …….

Nilai Semester Kelas IT, Unggulan dan Reguler SMPN 1

Kejuaraan Prestasi Akademik Siswa TIK SMPN 1 Gisting

Kualifikasi Pendidikan, Status, dan Jenis Kelamin ...

Data Siswa Tiga Tahun Terakhir...

29

44

78

80

92

103

105

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

Gambar 2.2

Gambar

2.3

Gambar 2.4

Gambar 2.5

Gambar 2.6

Gambar 2.7

Gambar 3.1

Gambar 4.1

Gambar 4.2

Pelanggan Pendidikan………

Siklus Keterkaitan Komponen dalam Sistem………….

Proses Penjaminan

Mutu………

...

Hirarki Konsep Mutu

………

...

Ihtisar

Penjaminan Mutu Pendidikan di Indonesia…….

Siklus PKB...

Lesson Study merupakan bagian dari PTK...

……

Model Analisis Interaktif...

………….

Denah Bangunan SMPN 1 Gisting Tanggamus ……….

Siklus penelitian tindakan model Kemmis dan Taggart.

(12)
(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Penelitian

Pemerintah Republik Indonesia telah menalkukan berbagai usaha dalam

meningkatkan mutu pendidikan nasional, salah satunya melalui peningkatan dan

kesejahteraan guru. Pada tahun 2005 pemerintah telah menerbitkan payung

hukum dalam peningkatan mutu pendidikan dengan mengeluarkan

Undang-undang No. 14 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan Pemerintah No. 19 tahun

2005 tersebut menuntut penyesuaian penyelenggaraan pendidikan dan pembinaan

guru sebagai profesi. Di satu pihak, pekerjaan sebagai guru akan memperoleh

penghargaan yang lebih tinggi, tetapi dilain pihak pengakuan tersebut

mengharuskan guru memnuhi sejumlah persyaratan agar mencapai standar

mnimal seorang profesional. Pengakuan terhadap guru sebagai tenaga profesional

akan diberikan manakala guru telah memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,

dan sertifikat pendidik yang dipersyaratkan (Pasal 8). Adapun jenis-jenis

kompetensi yang dimaksud pada undang-undang tersebut meliputi kompetensi

pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi

profesional (Pasal 10 ayat (1)). Dari keempat kompetensi tersebut, kompetensi

yang dianggap berkaitan langsung dengan tugas guru adalah kompetensi

pedagogik dan kompetensi profesional.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan, pasal 19, dinyatakan sebagai berikut :

1.

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara

(14)

utnuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik

serta psikologis peserta didik.

2.

Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam proses

pembelajaran pendidik memberikan keteladanan.

3.

Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran,

pelaksanaan proses pembalajaran, penilaian hasi pembelajaran, dan

pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran

yang efektif dan efisien.

Berdasarkan uraian diatas, jelas terlihat bahwa Pemerintah Indonesia selalu

melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia agar

dihasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.

Pembangunan manusia Indonesia yang seutuhnya tidak terlepas dari

adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang berkualitas ini

hanya dapat diperoleh melalui pendidikan yang unggul. Sebagaimana

dikemukakan oleh Ace Suryadi (2002 : 1) bahwa “

Pendidikan sebagai katalisator

utama pengembangan SDM

”.

Karena itulah pendidikan menjadi agenda prioritas

kebangsaan yang tidak bisa ditunda-tunda lagi untuk diperbaiki seoptimal

mungkin, sebab pendidikan yang berkualitas sekaligus sebagai starting point (titik

tolak) lahirnya peradaban yang maju dan unggul. Mengutip pendapat Alvin

Toffler dari buku yang ditulis A. Malik Fajar : Alvin Toffler (A. Malik Fajar,

1999 : 213) mengemukakan bahwa

education must shift into the future tense”

(pendidikan harus berorientasi pada perubahan masa depan). Atau, dengan

meminjam pernyataan Juan de Bonifacio dari buku yang ditulis G.S. Prakash

(15)

Mutu pendidikan yang baik hanya dapat dicapai dengan guru yang

profesional dengan segala kompetensi yang dimiliki. Untuk menjadi guru

profesional diperlukan high input Lesson Study energy (energi awal yang tinggi).

Ketika para guru telah memasuki ruang kelas dan menutup pintu-pintu kelas itu,

maka kualitas pembelajaran akan lebih banyak ditentukan oleh guru. Hal ini

sangat masuk akal, karena ketika guru sudah berada di dalam kelas, maka ia bisa

menebarkan virus positif dalam pembelajaran yang ia bawakan. Seorang guru bisa

saja menjadi pribadi yang sangat menyenangkan bagi siswa, sehingga siswa tidak

akan pernah merasa tertekan untuk mempelajari materi yang ia bawakan. Guru

bisa menjadi seorang motivator bagi siswanya untuk meningkatkan prestasinya.

Guru bisa saja membuat siswanya untuk berpikir divergent dengan memberikan

berbagai pertanyaan yang tidak hanya dijawab ya dan tidak, oleh karena itu

seorang guru di dalam kelas sebaiknya memiliki kemampuan untuk menggali

imajinasi dan kreasi dari siswanya.

Sebaliknya dengan otoritasnya di kelas yang begitu besar, bagi seorang

guru juga tidak menutup kemungkinan untuk tampil sebagai sosok yang

membosankan, instruktif, dan tak mampu menjadi idola bagi siswa di kelas.

Bahkan dia juga bisa berkembang ke arah proses pembelajaran yang secara tidak

sadar mematikan kreativitas, menumpulkan daya nalar, mengabaikan aspek

afektif. Singkatnya, untuk melindungi kepentingan siswa sebagai generasi bangsa,

dan juga untuk mengembangkan SDM Indonesia dalam jangka panjang di masa

depan, guru memang harus profesional dan efektif di kelasnya masing-masing

ketika ia harus melakukan proses pembelajaran.

Dalam hubungan ini, hasil penelitian sebagaimana dikemukakan oleh

(16)

Pendidikan memegang peranan kunci dalam pengembangan sumber daya

manusia dan insan yang berkualitas. Secara kuantitas, kemajuan pendidikan di

Indonesia cukup menggembirakan, namun secara kualitas perkembangannya

belum berkembang merata.

Sejalan dengan kutipan di atas, Helianti Kusuma, (2006:76) menyatakan

bahwa “

Pendidikan yang bermutu tercermin pada sekolah yang bermutu. Sekolah

yang bermutu menghasilkan SDM yang bermutu. Rendahnya mutu SDM

signifikan dengan rendahnya mutu pendidikan”.

Rendahnya mutu pendidikan khusunya pada tingkat pendidikan dasar di

Indonesia, bisa dilihat dari beberapa indikator, seperti rendahnya prestasi

akademik, kurangnya kreativitas dan lemahnya sikap kemandirian siswa.

Kenyataan ini disebabkan oleh banyak faktor seperti proses belajar mengajar di

sekolah yang kurang mendukung, kurangnya jumlah dan rendahnya mutu sarana

dan prasarana yang tersedia, serta kurangnya komitmen dan kemampuan guru.

Berkaitan dengan hal tersebut, Sukmadinata dkk. (2008:7) menyatakan sebagai

berikut.

Merupakan sesuatu yang mustahil, pendidikan atau sekolah menghasilkan

lulusan yang bermutu, jika tidak melalui proses pendidikan yang bermutu pula.

Merupakan sesuatu yang mustahil pula, terjadi proses pendidikan yang

bermutu jika tidak didukung oleh faktor-faktor penunjang proses pendidikan

yang bermutu pula.

Adapun faktor-faktor penunjang proses pendidikan yang bermutu tersebut

meliputi personalia, sarana dan prasarana pendidikan, fasilitas, media serta

sumber belajar yang memadai, biaya yang mencukupi, manajemen yang tepat,

serta lingkungan yang mendukung (Sukmadinata dkk., 2008:7).

Kepala sekolah sebagai pemimpin atau manajer di sekolah, memiliki peran

penting dalam meningkatkan kualitas SDM khususnya di sekolahnya.

(17)

peningkatan mutu sekolah. Peningkatan mutu ini dapat dimulai dari guru sebagai

ujung tombak pendidikan, salah satunya melalui implementasi Lesson Study di

sekolah. Implementasi Lesson Study di sekolah dapat meningkatkan kompetensi

guru melalui prinsip kolegialitas yang dimiliki oleh Lesson Study ini tanpa guru

harus meninggalkan tempatnya mengajar.

Kegiatan lesson study juga diharapkan mampu memberikan perubahan

budaya guru. Dimana budaya guru-guru dulunya suka mengajar tanpa persiapan

yang matang, media yang seadanya, metode yang kurang bervariatif, setting

duduk yang masih monoton, perhatian guru terhadap siswa yang mengalami

kesulitan masih kurang. Budaya tersebut diharapkan dapat dikikis dengan

melibatkan guru tersebut dalam kegiatan lesson study.

Masih banyaknya guru yang memiliki sikap tertutup terhadap

masukan-masukan dari luar dapat menyebabkan berkurangnya efektivitas kepemimpinan

kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas SDM di sekolahnya. Hal ini bisa saja

menjadi titik lemah dalam peningkatan kompetensi guru. Sikap-sikap seperti guru

tidak mau pembelajaran mereka dilihat orang lain, tidak mau menerima kritikan

dan saran saat melakukan mengajar, serta masih belum terbukanya dengan

ide-ide yang ditawarkan orang lain untuk memperbaiki pembelajaran, dikhawatirkan

dapat menghambat kinerja seorang guru terhadap kematangan kompetensi

kepribadian, sosial maupun profesionalismenya. Oleh karena itu, dengan

mengikuti kegiatan lesson study, guru diharapkan mampu merubah sikap-sikap

menuju ke arah yang lebih positif.

Sikap positif yang tumbuh dari kegiatan Lesson Study ini diharapkan tidak

hanya terjadi ketika open class saja, namun sudah menjadi kebutuhan bagi setiap

(18)

guru akan memiliki persiapan yang baik hanya ketika terjadi open class saja,

tetapi persiapan yang baik itu merupakan ciri khas dari seorang guru sebagai

tenaga profesional.

Dalam konteks inilah perlu selalu ada penelitian ilmiah yang praktis dan

operasional yang bertujuan untuk mengubah paradigma peningkatan kualitas dan

profesionalisme tenaga pangajar di sekolah/madrasah khususnya mata pelajaran IPA

sehingga memiliki kapasitas dan kompetensi sebagai guru IPA yang profesional

melalui model Lesson Study. Guru mata pelajaran IPA dipilih oleh peneliti karena

mata pelajaran ini adalah yang pertama diterapkan dalam kegiatan Lesson Study di

SMPN 1 Gisting, selain itu melalui mata pelajaran IPA, guru dapat menggali berbagai

metode pembelajaran yang variatif. Lesson Study merupakan suatu model (pola)

pembinaan profesi pendidik melalui pengakajian (telaah) pembelajaran secara

kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual

learning untuk membangun komunitas belajar yang dilaksanakan secara bertahap,

diawali dengan plan (perencanaan), lalu dilanjutkan dengan do (implementasi), dan

selanjutnya dilakukan refleksi (see). Dari sini diharapkan guru IPA akhirnya akan

mampu memperbaiki kualitas pembelajaran IPA dengan melakukan inovasi-inovasi

baru yang efektif, khususnya melalui implementasi model Lesson Study. Dengan

demikian implementasi model Lesson Study diharapkan menjadi trigger bagi

peningkatan kualitas dan kompetensi guru IPA di SMPN 1 Gisting, yang akhirnya

akan berdampak sistemik bagi peningkatan kualitas pendidikan secara umum

(makro).

1.2.Fokus Penelitian

Bertolak dari latar belakang dan analisis situasi yang dikemukakan di atas,

(19)

Study antar Guru Bidang Studi IPA dan peranannya dalam proses peningkatan

mutu pendidikan di sekolah.

SMPN 1 Gisting merupakan salah satu sekolah menengah pertama yang

berada di wilayah Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. Sekolah ini adalah

sekolah pertama di wilayah KabupatenTanggamus yang menerapkan kegiatan

Lesson Study dalam proses pembelajarannya. Lesson Study di sekolah ini sudah

diterapkan sejak tahun ajaran 2010/2011 semester pertama dengan frekuensi

kegiatan adalah satu kali setiap minggunya. Memasuki semester kedua, kegiatan

Lesson Study mulai mengalami penurunan frekuensi kegiatan karena adanya

hambatan dari dalam yaitu berkurangnya minat beberapa orang guru untuk

menjadi guru model, hal ini ternyata mempengaruhi kelancaran kegiatan Lesson

Study.

Memasuki tahun ajaran 2011/2012, kegiatan Lesson Study kembali

diaktifkan lagi dengan format yang berbeda. Kegiatan Lesson Study pada tahun

ajaran ini lebih bersifat Peer Teaching. Perubahan format ini dimaksudkan untuk

memfasilitasi beberapa orang guru yang enggan untuk menjadi guru model.

Namun kegiatan ini kembali vakum memasuki semester kedua karena adanya

kewajiban guru untuk mengajar 24 jam mengajar. Akibatnya, banyak guru dari

SMPN 1 Gisting harus mengajar di dua atau tiga sekolah lain untuk memenuhi

kewajiban mengajar tersebut.

Kondisi kegiatan Lesson Study yang sedemikian itu, menyebabkan

peneliti ingin mengetahui apakah proses pembelajaran yang dilakukan oleh

guru-guru SMPN 1 Gisting masih memegang budaya positif yang timbul karena

(20)

Lesson Study. Dari fokus masalah ini akan diperoleh gambaran yang

komprehensif dengan analisis secara cermat tentang implementasi model Lesson

Study dalam pembelajaran bidang studi IPA di SMPN 1 Gisting beserta dampak

sistemiknya

terhadap

peningkatan

kompetensi

pedagogis,

kompetensi

kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial guru bidang studi IPA

di SMPN 1 Gisting Kabupaten Tanggamus Lampung.

1.3.Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang penelitian, identifikasi dan batasan masalah

tersebut, maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian berkaitan dengan

peningkatan mutu di sekolah yaitu

Pelaksanaan Lesson Study antar guru

bidang study IPA dan peranannya dalam proses peningkatan mutu di

sekolah

Rumusan masalah penelitian tersebut dapat dirinci sebagai berikut :

1.1.

Bagaimanakah gambaran pelaksanaan Lesson Study antar guru IPA di

SMPN 1 Gisting ?

1.2.

Bagaimanakah pengaruh Lesson Study dalam meningkatkan kompetensi

guru ?

1.3.

Bagaimanakah peran Kepala Sekolah dalam mengelola implementasi

Lesson Study di SMPN 1 Gisting ?

1.4.

Tujuan Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh gambaran berkaitan

dengan implementasi kegiatan Lesson Study di SMPN 1 Gisting Tanggamus.

(21)

a.

Mendeskripsikan pelaksanaan Lesson Study antar guru IPA di SMPN

1 Gisting.

b.

Mendeskripsikan pengaruh Lesson Study dalam meningkatkan

kompetensi guru.

c.

Mendeskripsikan

peran

Kepala

Sekolah

dalam

mengelola

implementasi Lesson Study di SMPN 1 Gisting

1.5.

Kegunaan Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat untuk kepentingan teoritis dan

praktis. Secara teoritis penelitian ini dapat bermanfaat antara lain :

1.

Memberikan pengaruh yang berdaya guna secara teoritis, metodologis dan

empiris bagi kepentingan akademik dalam bidang ilmu pendidikan

terutama pada peningkatan kompetensi Guru.

2.

Dapat dijadikan sebagai suatu pola dan strategi dalam penerapan Lesson

Study di tingkat satuan pendidikan.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk dijadikan :

1.

Informasi bagi pengelola pendidikan dalam upaya meningkatkan

kompetensi Guru.

2.

Bahan masukan bagi LPMP

3.

Bahan masukan bagi instansi terkait yaitu Dinas Pendidikan Kabupaten

Tanggamus dalam merencanakan, melaksanakan, dan menerapkan

kegiatan Lesson Study di wilayahnya.

4.

Bahan masukan bagi sekolah menengah pertama yang ada di Kabupaten

Tanggamus untuk dijadikan sebagai pertimbangan secara kontekstual dan

konseptual operasional dalam merumuskan pola implementasi kegiatan

(22)

Dengan demikian, maka bila kebermanfaatan penelitian yang dilakukan ini

dijadikan sebagai salah satu acuan dalam pengembangan dan perbaikan sekolah

dan unsur-unsur yang ada didalamnya, maka diharapkan akan memberikan

(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1

Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian yang berjudul Pelaksanaan

Lesson Study antar guru bidang study IPA dan peranannya dalam proses

peningkatan mutu di SMPN 1 Gisting ini dilakukan melalui pendekatan deskriptif

analisis menggunakan metode kualitatif. Sehingga melalui pendekatan diharapkan

didapat gambaran yang komprehensif terkait pelaksanaan kegiatan Lesson Study

khususnya antar guru IPA dan peranannya dalam proses peningkatan mutu di

sekolah melalui proses penyimpulan induktif dan dipaparkan secara sistemik

berdasarkan data dan fakta yang diperoleh tanpa mengubah latar alamiahnya.

Dalam usaha memperoleh pemahaman, maka peneliti tidak mereduksi narasi dan

data lain menjadi lambang angka dan berusaha menganalisis data yang ada dengan

segala kekayaan maknanya sedekat mungkin dengan kenyataan.

Menurut Wikipedia (2012), penelitian kualitatif adalah penelitian yang

bersifat deskriptif dan

cenderung

menggunakan

analisis

dengan

pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan

dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar

fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga

bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan

sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatif peneliti

bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan

(24)

Penelitian kualitatif jauh lebih subyektif daripada penelitian atau survei

kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan

informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam.

Sifat dari jenis penelitian ini adalah penelitian dan penjelajahan terbuka berakhir

dilakukan dalam kelompok kecil yang diwawancarai secara mendalam.

Responden diminta untuk menjawab pertanyaan umum, kemudian peneliti

menjelajah dengan tanggapan mereka untuk mengidentifikasi dan menentukan

persepsi, pendapat dan perasaan tentang gagasan atau topik yang dibahas.

Moleong (2001:iv) menegaskan penelitian kualitatif mencoba mendalami

dan menerobosi gejalanya dengan menginterprestasikan masalah atau

menyimpulkan kombinasi dari berbagai arti permasalahan sebagaimana situasi

alamiahnya. Peneliti tidak mereduksi narasi dan data lain menjadi lambang angka

dan berusaha menganalisis data yang ada dengan segala kekayaan maknanya

sedekat mungkin dengan kenyataan.

Bogdan, R.C. and Biklen, S.K (2003:110

), dalam bukunya “

Qualitative

Research for Education : An Introduction to Theories and Methods , secara

ringkas menyebutkann antara lain :

1.

Penelitian kualitatif memiliki latar (setting) alamiah (natural) dengan

sumber data yang langsung dan instrumen kuncinya adalah peneliti

sendiri. Oleh karena itu pada penelitian ini penggalian data dilaksanakan

pada suasana yang alami, berjalan apa adanya sehingga bisa ditangkap

konteks secara langsung dari para sumber informasi. Dan dengan demikian

pula maka peneliti bertindak sebagai alat atau isntrument dalam hal

(25)

2.

Penelitian bersifat deskriptif yang berarti narasi yang dihasilkan

menggambarkan apa, mengapa dan bagaimana suatu fenomena terjadi.

3.

Penelitian ini menjadikan fokus penelitian sebagai batas dari pembahasan.

Fokus penelitian kemudian dipecah lagi menjadi unit analisis, kategori,

dan sub kategori yang dapat dijadikan patokan peneliti dalam mencari,

menggali dan menganalisis data.

4.

Desain awal penelitian ini bersifat tentatif dan verifikatif artinya desain

bisa berubah sesuai dengan temuan data di lapangan.

Karena sangat menekankan pada aspek kealamiahan itu, makanya dalam

penelitian kualititatif pengamatan, wawancara dan partisipasi langsung dan

penelaahan dokumen, merupakan beberapa metode pengumpulan data yang sering

dilakukan. Karena melalui pendekatan ini, peneliti dapat menangkap secara utuh

kealamiah dari informan yang terlibat dalam penelitiannya, seperti perasaan,

persepsi dan perilaku hingga dapat ditemukan suatu pemahaman mendalam

tentang suatu fenomena sesuai dengan fokus penelitian. Melalui cara ini, Jane

Richie salah seorang peneliti kualitatif dalam (Moleong, 2010:6) menjelaskan

peneliti dapat menyajikan dunia sosial dan perspektifnya di dalam dunia, dari sisi

konsep, perilaku, persepsi dan persoalan tentang informan penelitian.

Namun dalam tatanan penelitian yang dilakukan ini, partisipasi langsung

memang tidak dilakukan. Karena yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah

pelaksanaan Lesson Study antar guru mata pelajaran IPA dan peranannya dalam

peningkatan mutu di sekolah, sehingga wawancara dan observasi lapangan baik

dilakukan secara terstruktur dan mendalam menjadi referensi utama dalam

menjaring pemahaman tersebut. Melalui pola pengumpulan data seperti ini

(26)

Study antar guru bidang study IPA berdasarkan perspektif dari kepala sekolah,

guru, pengawas dan siswa.

3.2

Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland (Basrowi dan Suwandi, 2008:169) sumber

data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya

adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

a.

Kata-kata dan Tindakan

Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai

merupakan data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau

melalui perekaman video/audio tape, pengambilan foto, atau film. Pencatatan

data utama melalui wawancara atau pengamatan berperan serta merupakan hasil

usaha gabungan dari kegiatan mengamati, mendengar dan bertanya. Perumusan

masalah yang baik akan membatasi studi. Membatasi studi sebenarnya adalah

membatasi kata-kata dan tindakan yang akan dijaring dari orang-orang yang

menjadi subyek penelitian.

b.

Sumber Tertulis

Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber

tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip,

dokumen pribadi dan dokumen resmi. Dokumen resmi sekolah misalnya adalah

berupa laporan rapat, bulletin resmi, buku peraturan dan tata tertib, buku KTSP,

usul-usul kebijakan, daftar kemajuan staf pengajar dan pegawai TU, dan laporan

kemajuan siswa dan lain sebagainya.

(27)

Foto banyak dipakai sebagai alat untuk keperluan penelitian kualitatif,

karena dapat dipakai dalam berbagai keperluan. Foto menghasilkan data deskriptif

yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi subyektif

dan hasilnya sering dianalisis secara induktif.

Jadi, berdasarkan pendapat di atas, sumber data dalam penelitian ini terdiri

atas unsur manusia dan unsur non manusia.

a.

Unsur manusia (informan), sebagai suber data utama yang terdiri dari kepala

sekolah, guru, pengawas dan siswa.

b.

Unsur non manusia sebagai data pendukung penelitian meliputi sumber

tertulis, foto, dan rekaman audio/visual.

3.3

Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMPN 1 Gisting kabupaten Tanggamus Propinsi

Lampung. Sekolah ini dipilih oleh peneliti karena atas dasar beberapa

pertimbangan, antara lain : lokasi, kualitas, dan animo masyarakat. Lokasi sekolah

yang cukup jauh dari ibukota kabupaten (± 15 km) dan sangat jauh dari ibukota

propinsi (± 80 km) tidak membuat sekolah ini miskin prestasi, bahkan sekolah ini

menjadi model pelaksanaan Lesson Study untuk tingkat kabupaten. Kualitas yang

dimiliki sekolah ini pun sangat baik, terlihat dari kelulusan yang mencapai 100 %

tiap tahunnya, dan lulusaannya banyak diterima di SMA favorit di

Bandarlampung.

3.4

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa metode, sebagai berikut.

(28)

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan secara bebas terkontrol, artinya

wawancara dilakukan secara bebas sehingga diperoleh data yang luas dan

mendalam, namun masih dalam kerangka acuan permasalahan yang diteliti.

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan dengan informan langsung. Data yang

diperoleh dari wawancara mendalam berupa pengalaman, pendapat, perasaan, dan

pengetahuan informan mengenai bagaimana peran kepala sekolah dalam

pelaksanaan kegiatan Lesson Study. Selanjutnya, bagaimana kompetensi guru

bidang study IPA setelah implementasi Lesson Study di kelasnya, apakah guru

sudah terbiasa menyusun perangkat pembelajarannya sendiri atau tidak, apakah

guru masih melakukan pembelajaran dengan cara konvensional atau tidak, apakah

guru terbiasa melakukan perubahan setting kelas atau tidak, apakah pembelajaran

bersifat dua arah atau tidak, dan apakah siswa memiliki konsentrasi yang terjaga

terhadap materi yang dibahas atau tidak.

Hasil wawancara dicatat dan direkam untuk menghindari terjadinya

kesesatan recording. Di samping itu, peneliti juga menggunakan teknik recall

(ulangan) yaitu menggunakan pertanyaan yang sama tentang sesuatu hal guna

memperoleh kepastian jawaban dari informan. Apabila hasil jawaban pertama dan

selanjutnya sama, maka dapat dijadikan data yang sudah final.

2. Observasi Partisipatif

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap

gejala-gejala yang diteliti. Teknik pengumpulan data ini digunakan untuk

menjaring data yang diperlukan guna melengkapi data dari wawancara. Kegiatan

yang diamati antara lain kedisiplinan guru terhadap alokasi waktu, kehadiran,

motivasi, dan pemanfaatan lingkungan kelas dan sekolah sebagai sumber belajar.

(29)

hal-hal tentang partisipasi siswa, aktivitas, dan konsentrasi belajar siswa saat

pembelajaran sedang berrlangsung.

Observasi dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan secara aktif

untuk memperoleh gambaran dan keterangan riil mengenai sikap dan perilaku

informan. Keterangan dan informasi yang diperoleh kemudian dianalisis,

ditafsirkan, dan disimpulkan. Untuk memperoleh data, peneliti berlaku sebagai

pengamat sekaligus menjadi anggota utuh dari kelompok yang diamati, sehinggga

kesan subjektif dapat diredam dan objek yang diteliti tidak merasa bahwa dia

menjadi responden.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengambilan data yang diproses melalui

dokumen-dokumen. Data yang diperoleh dari dokumentasi dalam penelitian ini berupa

kutipan, segala macam naskah, catatan program, korespondensi, laporan dan

publikasi resmi sekolah dan komite sekolah. Dokumentasi yang diperlukan berupa

data-data proses kegiatan Lesson Study, data yang tersimpan di file/folder, dan

data yang tersimpan di web site milik sekolah.

3.5

Teknik Mendapatkan Informan

Pada penelitian yang dilakukan ini, pemilihan informan dilakukan melalui

pemilihan bertujuan (purposive sample). Menurut Moleong pemilihan bertujuan

ini paling relevan digunakan pada pendekatan penelitian kualitatif, karena sangat

berkaitan dengan faktor kontekstual. Bukan pada variasi pebedaan yang muncul

yaang nantinya dikembangkan menjadi generalisasi. ”Pada penelitian kualitatif

(30)

Snowball sampling merupakan cara pengambilan sampel/informan yang

dilakukan secara berantai, yang semula kecil kemudian membesar. Unit sampel

yang dipilih semakin lama makin terarah sejalan dengan makin terarahnya fokus

penelitian.

3.6

Teknik Analisis Data

Data-data yang sudah terkumpul dalam penelitian ini kemudian dianalisis

berdasarkan model analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles & Huberman

(1994). Ada empat komponen analisis yang dilakukan dengan model ini, yaitu

pengumpulan

data,

reduksi

data,

display

data,

dan

penarikan

kesimpulan/verifikasi. Masing-masing komponen berinteraksi dan membentuk

suatu siklus.

1. Pengumpulan Data

Data yang berhasil dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi

dicatat dalam bentuk catatan lapangan (field notes). Catatan lapangan tersebut

berisi apa yang dikemukakan oleh informan dan juga catatan tentang tafsiran

peneliti terhadap informasi yang diberikan oleh responden.

2. Reduksi Data

Reduksi data diperlukan karena banyaknya data dari masing-masing informan

yang dianggap tidak relevan dengan fokus penelitian, sehingga perlu dibuang atau

dikurangi. Reduksi data dilakukan dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai

dengan fokus penelitian ini. Data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih tajam, tentang objek pengamatan yang telah dilakukan

(31)

3. Display Data

Data yang sudah direduksi tersebut selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel atau

gambar, tulisan yang telah tersusun sistematis. Dengan demikian data tersebut

mudah dikuasai dan memudahkan pula dalam penarikan kesimpulan.

4. Penarikan Kesimpulan / Verifikasi

Penarikan kesimpulan/verifikasi sudah dilakukan sejak awal penelitian

berlangsung. Setiap perolehan data dianalisis dan disimpulkan walaupun masih

agak kabur, tetapi lama kelamaan akan semakin jelas dengan semakin banyaknya

data yang diperoleh dan mendukung verifikasi. Demikian seterusnya sehingga

membentuk sebuah siklus. Model analisis interaktif menurut Miles dan Huberman

[image:31.595.113.494.343.586.2]

adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1 Model analisis interaktif

Sumber : (Miles. & Huberman. 1994 : 12)

Gambar di atas menunjukkan bahwa dalam menganalisis data pada penelitian ini,

melalui beberapa proses, yaitu mulai dari pengumpulan data sesuai teknik yang

ditentukan. Selama proses pengumpulan data tersebut juga dilakukan reduksi data

untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, mengorganisir, sehingga

dapat dibuat kesimpulan dan verifikasi. Selanjutnya menyajikan data (display

Data display Data Colection

Conclusions :

Drawing/verifying Data

(32)

data) dalam bentuk yang sistematis kemudian diakhiri dengan penarikan

kesimpulan atau verifikasi.

3.7

Keabsahan Data

Peningkatan keabsahan hasil penelitian, dapat dilakukan melalui cek dan

ricek serta croscek pada prosedur penelitian yang sudah ditempuh, serta telaah

terhadap substansi penelitian. Dalam penelitian ini akan dilakukan pengecekan

keabsahan data melalui kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas dan

conformabilitas (Satori dan Komariah, 2008:100). Dalam kredibilitas (validitas

internal), keabsahan data hasil-hasil penelitian antara lain dilakukan melalui; (1)

peningkatan keterlibatan dalam kegiatan di lapangan; (2) pengamatan secara terus

menerus; (3) trianggulasi baik metode maupun sumber data dan (4) menggunakan

bahan referensi untuk meningkatkan nilai kepercayaan.

Transferabilitas mengandung makna bahwa hasil penelitian yang

didapatkan dapat diaplikasikan oleh pemakai penelitian. Penelitian ini

memperoleh tingkat yang tinggi bila para pembaca memperoleh gambaran dan

pemahaman yang jelas tentang konteks dan fokus penelitian. Dependabilitas dan

conformabilitas dilakukan dengan audit trail berupa komunikasi dengan

(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1.

Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan pada bab

sebelumnya, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut :

a.

Pelaksanaan Lesson Study di SMPN 1 Gisting dimulai pada tahun 2010

pada tahun ajaran baru diawali dari sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas

Pendidikan Tingkat 2 yang kemudian ditindak lanjuti oleh para guru untuk

diaplikasikan di lingkungan sekolah sebagai agenda rutin yang dibimbing

oleh tenaga fungsioal LPMP Lampung. SMPN 1 Gisting Kabupaten

Tanggamus merupakan sekolah yang pertama kali mengaplikasikan Lesson

Study dalam proses belajar mengajar di wilayah Kabupaten Tanggamus.

Walaupun kegiatan Lesson Study ini hanya berjalan satu semester pada

tahun ajaran 2010/2011dan satu semester saja di semester awal tahun ajaran

2011/2012, budaya mengajar yang baik sudah mampu diperlihatkan oleh

beberapa orang guru Bidang Study IPA. Hal ini ditunjukkan dengan adanya

perubahan-perubahan dalam proses mengajarnya, yaitu :

1.

Mulai melakukan variasi dalam metode pembelajarannya

2.

Pembelajaran yang dilakukan oleh beberapa orang guru IPA sudah

berorientasi kepada siswa. Guru IPA sudah mulai terbiasa untuk

berkomunikasi secara efektif dengan siswa. Senyum dan keramahan

(34)

kelas sehingga siswa pun tidak segan untuk memberikan pertanyaan

setiap kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung, setting kelas pun

sangat mungkin untuk berubah setiap saat tergantung sifat materi yang

akan dibawakan guru saat mengajar.

3.

Menimbulkan kebiasaan positif, dimana guru selalu memiliki

persiapan yang maksimal sebelum melakukan kegiatan pembelajaran

di dalam kelas. Mempersiapkan perangkat pembelajaran sudah

menjadi kebiasaan bagi guru di SMPN 1 Gisting, selain itu kepala

sekolah selalu mendorong gurunya untuk senantiasa mempersiapkan

perangkat pembelajarannya sebelum melakukan kegiatan mengajar di

dalam kelas karena selain kebutuhan guru sendiri juga kebutuhan

sekolah dalam rangka menyusun KTSP sekolah. Namun, ternyata

masih ada guru yang hanya meng-copypaste- kan perangkat

pembelajaran milik orang lain tanpa melakukan modifikasi ulang

terhadap perangkat pembelajaran tersebut. Dengan demikian, peneliti

menyimpulkan bahwa kebiasaan positif guru dalam menyusun

perangkat pembelajaran telah terbentuk, walaupun beberapa orang

guru masih menggunakan perangkat pembelajaran yang disusun oleh

orang lain.

b.

Secara konseptual, sebagian besar guru di lingkup SMPN 1 Gisting terutama

MGMP IPA cukup memahami dengan baik Lesson Study sebagai model

pembinaan profesi (pendidik) melalui telaah pembelajaran secara

(35)

Pemahaman konseptual Lesson Study yang cukup baik ini bisa dimaklumi

sebab mereka cukup intens dalam mengikuti workshop dan simulasi Lesson

Study yang diadakan sebelumnya. Secara praksis, pada putaran awal

implementasi Lesson Study di SMPN 1 Gisting telah dilaksanakan sesuai

dengan kerangka kerja Lesson Study yaitu planning (perencanaan), doing

(implementasi), dan seeing (refleksi). Peneliti menyimpulkan bahwa

kegiatan Lesson Study di SMPN 1 Gisting telah membentuk sikap guru

yang memiliki : 1) Semangat mengkritik diri sendiri, 2) Keterbukaan

terhadap masukan yang diberikan oleh orang lain, 3) semangat untuk

mengedepankan sikap mau mengakui kesalahan. 4) Bersikap terbuka

terhadap ide orang lain, tidak berusaha mencari hasil pemikiran sendiri yang

“asli” atau “murni” yang terpenting adalah hasil pemikiran itu dapat

menggalakkan peserta didik untuk belajar dan 5) berorientasi terhadap

pembimbingan siswa. Walaupun Lesson Study mengalami kevakuman,

namun kolegialitas antar guru IPA telah terbentuk. Guru-guru IPA saling

memberikan masukan-masukan mengenai konten materi hingga metode apa

yang paling baik untuk dilakukan, namun sifatnya masih non formal karena

kegiatan Lesson Study pada saat ini sedang berada dalam kevakuman.

Kerangka kerja Lesson Study yaitu plan, do dan see memang tidak terjadi,

namun berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, komunikasi

yang terjadi antar guru IPA cukup baik walaupun cenderung bersifat

memperbaiki cara mengajar guru model serta mengomentari metode

(36)

melakukan tugasnya dengan baik. Hal ini terlihat dari perangkat

pembelajaran yang lengkap. Guru sudah terbiasa dalam menyusun

kurikulum, silabus, dan RPP serta alat-alat peraga dan sumber belajar yang

akan digunakan setiap akan mengajar. Oleh karena itu, berdasarkan nilai

Ujian Nasional 2 tahun terakhir, nilai rata-rata mata pelajaran IPA

mengalami kenaikan. dari 8,11 menjadi 8,96Sehingga, bisa dikatakan bahwa

kegiatan Lesson Study membawa dampak peningkatan mutu pendidikan di

SMPN 1 Gisting.

c.

Peran kepala sekolah cukup dominan dalam kegiatan Lesson Study di

SMPN 1 Gisting Tanggamus. Hal ini ditunjukkan dengan keinginan kepala

sekolah untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya terutama

peningkatan kompetensi guru. Kepala sekolah meminta pihak dinas

pendidikan tingkat 2 untuk melakukan sosialisasi Lesson Study di kalangan

gurunya, kemudian dibantu dengan bantuan teknis dari LPMP Lampung

untuk melaksanakan kegiatan Lesson Study di sekolah yang ia pimpin.

5.2.

Rekomendasi

Dari kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diberikan

beberapa saran berkaitan dengan implementasi pembelajaran berbasis Lesson

Study di SMPN 1 Gisting Tanggamus. Adapun saran-saran yang disampaikan

peneliti adalah sebagai berikut.

a.

Pelaksanaan Lesson Study yang telah mengalami perubahan menjadi Lesson

(37)

dikembalikan kepada sifat kegiatan Lesson Study itu sendiri, sebagaimana

yang telah diaplikasikan pada putaran awal penggunaannya di SMPN 1

Gisting. Hal ini berkaitan erat dengan tugas guru sebagai tenaga profesional

yang harus menghasilkan karya nyata di bidang pendidikan. Karya nyata itu

tidak hanya berupa kenaikan nilai ujian nasional dan banyaknya sisa yang

lulus saja, namun lebih kepada hal yang bersifat sebagi hasil karya

intelektualitas, misalnya penelitian tindakan kelas (PTK). Lesson Study

mampu membantu guru dalam menyusun karya ilmiah tersebut, sehingga bila

guru sudah terbiasa melakukan penenlitian dan menghasilkan karya ilmiah,

maka Peningkatan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) telah terbentuk.

b.

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti melalui wawancara dengan siswa

dan guru, diperoleh fakta bahwa :

1.

Terbangunnya komunikasi antar sesama guru, dengan demikian melalui

Lesson Study guru sudah memahami mengenai prinsip kolegialitas.

2.

Guru mampu membuat perencanaan pembelajaran yang lebih detil dan

berorientasi pada upaya pembimbingan siswa.

3.

Posisi atau setting kelas yang tidak lagi pola konvensional. Pola

pembelajaran Lesson study mempengaruhi cara pengelolaan kelas ke arah

model belajar kelompok. Pengaturan tempat duduk dengan model

kelompok hampir menjadi kekhasaan dan budaya guru mengajar.

4.

Terbukanya wawasan guru menggali berbagai macam metode dan tekhnik

(38)

5.

Terbangunnya guru dalam kreasi dan mencipta media pembelajaran.

Sebelum open class guru mempersiapkan media pembelajaran seoptimal

mungkin agar dapat meningkatkan perhatian, pemahaman dan partisipasi

siswa dalam belajar.

Peneliti mengharapkan kepada pihak sekolah agar melengkapi data base

siswa. Semaksimal mungkin data base siswa tersebut bisa diupload ke web

site milik sekolah dan menggunakan password yang hanya dimiliki oleh guru

yang bersangkutan. Data base siswa ini sangat penting artinya karena

didalamnya selain memuat prestasi akademik siswa, kondisi keluarga, juga

memuat kesulitan siswa dalam belajar untuk mata pelajaran tertentu. Data

base ini sebaiknya selalu di-up date, sehingga bisa menjadi bahan masukan

bagi pihak sekolah dan guru dalam melakukan peningkatan mutu pendidikan.

c.

Peran kepala sekolah dalam kegiatan Lesson Study ini sangat strategis,

meskipun tidak adanya penetapan secara de facto tentang siapa saja yang

bertanggung jawab mengenai kelangsungan Lesson Study, sebaiknya kepala

sekolah melakukan koordinasi lagi dengan para guru mengenai kegiatan

Lesson Study ini. Berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan dengan

beberapa orang guru, ternyata mereka mengharapkan agar kegiatan Lesson

Study dikembalikan kepada asalnya sebagaimana pengaplikasian pada putaran

awal. Dengan demikian, kepala sekolah tinggal melakukan koordinasi dengan

guru dan menetapkan kembali kegiatan Lesson Study berbasis MGMP

(39)

Gambar

Tabel 2.1  Macam dan jenis kegiatan PKB …………………………
Gambar 3.1 Model analisis interaktif Sumber : (Miles. & Huberman. 1994 : 12)

Referensi

Dokumen terkait

26 Saat masalah demi masalah muncul, saya menjaga ketenangan emosi agar tidak terbawa keadaan 27 Ketika mengalami permasalahan, saya lebih rajin. dalam melakukan sholat wajib

Sehubungan dengan pernyataan tersebut, Peter Says Denim (Jl. 109, Hegarmanah) adalah citraan khas label asal Bandung yang karya-karya fashion-nya hampir mencapai

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi asam klorida (HCl) yang efektif dalam mendegradasi lignin dan hemiselulosa ditinjau dari penurunan biomassa

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan pada bab-bab sebelumnya sebagai berikut: 1) Perkembangan kosa kata bahasa Inggris anak dalam proses

merupakan penggunaan suatu proses yang mengaktivitasi pemikiran perilaku dan perasaan yang terus menerus dalam upaya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi menggunakan teknik penentuan informan. Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

Dinas kesehatan yang seharusnya juga memiliki tugas dalam pelaksanaan JKN belum sepenuhnya memahami apa yang menjadi tugasnya sehingga masih hanya sebatas penganggaran dan

Analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi Pajak Restoran dan Pajak Hiburan terhadap total pendapatan asli daerah Kota Manado kurun waktu 5 tahun