f.
!/
di{
i'":['t0q~-;~~A~
?J7,5~:9?g
~ --· ' ·- ~- .... J~
q,_ __ _...
ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
INDONESIA
TESIS
Diajukan Untuk Memenubi Persyaratan n a h.tm Memperoleh Gclar lVlagister
-
z
~
m
Sains Progrnm Studi Ilmu Ekonomi
.. ··r
-.
~-~ ;~~::
...
L~~-~ ~~ \~it\_1
__
~---"l r · ' : i
\ .!_ : ; ; ~ . ; . !
, . .... --- -.. · ----· ... - ---i--~
:::.---'40. INDU .•
TINA
. ~ "' L"'.ti.C; J"\U'!.. . . . rt ~ -AN'l'Y
.·r
h
KA<;;:l! - ·~ f · "!!~ lA H
· ·Nrif M •
.L . • #."~'~~ ... u 2 -~ o o ~::. 3 00.l oou~ ~ · ~ 4 · ·PUOGRi\M PA.SCA
SARJANA.
lLMU EKONOMJ
UNIVE.RSI'f'AS
NEGERl
!'vlEDA.N
ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER TERHADAP J>ERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
Disusun dan diajukan oleh :
TINA HERIANTY MASIT AH NIM. 0821 886 30044
Telah dipertahankan d i depan Panitia Ujian Tesis pada 02 Maret 20 11 dan dinyatakan telah memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister sains
Program Studi llmu Ekonomi Me dan, 07 Maret 2011
Menyetujui : Tim Pembimbing,
C7f(I11/JN!
Dr. Jonni Manurung
Ketua Program Studi
~~
Dr. Dedc R uslan, M.Sil'FRSETUJUAN DEWAN PENGUJI
TESIS MAGISTER SAINS
NO.
NAMA
C!f{~
..
1.
Dr. Jom. i ,Vbnurung
(Pembimbi n~ I)
2.
3.
Dr. H .
!Vlhd.Yusuf, M.Si.
(P e mbimb i n ~' .
II)
Dr. Dedc Ruslan ,M.Si
(Penguji)
<:=:_,};
Dr. Arwansyah ,M.Si
(Penguji)
Dr. Eko
W. Nugrahadi,M.Si
(Penguji)
(
...
~... .
Nama
Nim
Prodi
: T ina Herianty Masitah
Tanggal Sid:tttg
KATAPENGANTAR
Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat, karunia dan nikmat yang tiada temilai sehingga penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Analisis Kebijakan Fiska l dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Tesis
ini
merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan dan memperoleh gelar M agister Sain (M.Si.) dalam bidang Ilmu Ekonomi pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Dr. Jonni Manurung selaku pembimbing pertama dan Bapak Dr. H.
Muhammad Yusuf, M.Si selaku pembimbing kedua. Atas bimbingan, saran, petunjuk, dan motivasi beliau berdua Jpenulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Selanjutnya penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. selaku Rektor UNIMED.
2. Bapak Prof. Dr. Belferik Manullang selaku Direktur Program Pascasarjana UNIMED.
3. Bapak Dr. Dede Ruslan, M.Si. selaku Ketua Prodi Ilmu Ekonomi dan lbu Riza Indriani, SE., M.Si. selaku sekretaris Prodi Ilmu Ekonomi
4. Bapak Dr. Dede Ruslan , M.Si., Bapak Dr. Arwansyah, M .Si., dan Bapak Dr.Eko W.
Nugrahadi, M.Si. selaku narasumber dan sekaligus dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan yang sangat berharga bagi penulis dalam perbaikan tesis ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama
menempuh pendidikan di Program Pascasrujana Unimed.
6. lbunda Hj. Wan Siti Maryam dan Ayahanda Aim H. Muhammad. Yacub, serta
lbunda Hj. Surya Hanum dan Ayahanda H. Sulaiman Lubis yang telah memberikan
do'a, motivasi, teladan dan segenap duk:ungannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini.
7. Suami tercinta, lr. Qamaruddin Lubis serta serta buah hati tersayang Alif, Falia dan
Ozy yang selalu memberikan dorongan dan semangat kepada penulis.
8. Sahabat dan rekan-rekan mahasiswa/i Prodi Ilmu Ekonomi Unimed; Rahrni Yunita,
Mahdalena Nst, Indri Hapsari dan ternan-ternan lainnya yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian tesis dan proses perkuliahan sampai kegiatan akhir
studi di Program Pascasarjana Unimed.
9. Adi sebagai tenaga administrasi di Prodi llmu Ekonomi yang telah memberikan
memberikan sumbangan waktu dan tenaga kepada penulis dalam hal
melengkapi/mengurus syarat-syarat untuk ujian tesis.
l 0. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. yang telah memberikan
bantuan baik materil maupun spirituil sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
101.
Semoga bantuan, kesempatan, dukungan, arahan, dan motivasi yang telah
diberikan kepada penulis akan menjadi amal kebajikan.
Penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan,
pemerintah, dan masyarakat. Akan tetapi, penulis menyadari bahwa dalam tesis ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu penulis selalu mengharapkan saran dan masukan yang konsruktif dari semua pihak. Terima Kasih.
v
Medan, Maret 2011 Penulis,
ABSTRAK
TINA HERIANTY MASITAH. Analisis Kebijakan Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tesis.
Program
Studi Pasca Sarjana Universitas NegeriMedan.
Kebijakan fiskal dan moneter merupakan bagian yang integral dari kebijakan makroekonomi yang mempunyai target jangka panjang dan jangka pendek. Pengelolaan kebijakan fiskal dan moneter melalui koordinasi yang baik akan memberikan sinyal yang positif bagi pasar dan menjaga stabilitas makroekonomi yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dan tingkat signifikansi antara suku bunga deposito, nilai tukar, penerimaan pajak dan pengeluaran
pemerintah
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia serta mengetahui hubungan dan tingkat signifikansi antara jumlah uang beredar, tingkat inflasi, danpertumbuban ekonomi terbadap tingkat suku bunga deposito di Indonesia.
Analisis dilakukan dengan menggunakan data runtun waktu (time series) dari
tahun 2000 sampai 2009
secara
kuartal. Metode yang digunakan adalah pendekatan metode estim.asi two stage least squares (2 SLS) yang memakai model analisis regresiberganda simultan dengan delapan variabel, yaitu pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak, produk domestik bruto, tingkat suku bunga, nilai tukar rupiah, j umlah uang
beredar, indeks harga konsumen, dan inflasi dengan mempergunakan program EViews 5.1.
Hasil penelitian menunjukkan Produk Domestik Bruto (PDB) rata-rata meningkat sebesar 6.67 persen. Sedangkan Tingkat Suku Bunga Deposito (RET) rata-rata mengalami penurunan sebesar 0.29 persen.
Simulasi model kebijakan fiskal dan moneter membuktikan bahwa interaksi kebijakan fiskal dan moneter berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia, yaitu dapat meningkatkan produk domestik bruto dan menurunkan tingkat bunga deposito dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Namun pada
masa
periode penelitian kebijakan moneter kurang efektif dalani meningkatkan perekonomian Indonesia sedangkan kebijakan fiskal cukup efektif dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Oleh karena itu pemerintah perlu lebih efektif danefisien dalam menggunakan dana APBN terutama pada sektor-sektor yang menyentuh kepentingan masyarakat seperti perbaikan infrastruktur jalan, jembatan, irigasi dan lain-lain.
ABSTRACf
TINA IIERIANTY MASITAB. Analyse the Fiscal and Monetary Policy To Indonesia Economic Growth. Thesis. The State University of Medan School of Postgraduate Studies.
Fiscal and monetary policy represent the integral shares from policy macroeconomic having long-range and short-range goals. Fiscal and monetary policy management through good coordination will give the sinyal which are positive for market and take care of the stability macroeconomic affecting at economic growth. Intention of this research is to know the relation and mount the signifikansi among deposit rate, exchange rate, acceptance of governmental expenditure and tax to Indonesia economic growth and also know the relation and mount the signifikansi among money supply, inflation, and deposit rate in Indonesia economic growth.
Analyse conducted by using data time series from 2000 until 2009 by quartal. Method used by method approach estimate the two stage least squares ( 2 SLS) what hence model the doubled analysis regression simultan with eight variable, that is governmental expenditure, tax acceptance, gross domestic product, rate of interest, exchange rate rupiah, money supply, price index consumer, and inflation by utilizing program EVIEWS 5.1.
Result of research show the Gross Domestic Product (GOP) mount equal to 6.67 gratuity. While Deposit Rate Storey;Level ( RET) descend equal to 0.29 gratuity. Simulation model the monetary and fiscal policy prove that monetary and fiscal policy interaction have an effect on to make-up for Indonesia economic growth, that is can improve the GOP and degrade RET in improving economic growth in Indonesia. But at a period of monetary policy research period less be effective in improving Indonesian economics while effective fiscal policy enough in improving Indonesian economic growth. Therefore government need more effective and efficient in using fund APBN especially at sector touching society importance like infrastructure repair the road. bridge, irrigation and others
Keyword : fiscal policy, monetary policy, economic growth, doubled regression simultan
DAFfAR lSI
ABSTRAK ... ... ... ... ... ... ... . .... ... .
ABSTRACT... . ... .. ... . .. .... ... ... ...
IiKA TA PENGANT AR... iii
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... . 1.2.Rumusan Masalah.... ... ... . .... ... ... ... .... ... ... ... .. . .. ... ... .. .. .. . .... .. ... 15
1.3.Tujuan Penelitian ... 15
1.4.Manfaat Penelitian ... 16
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
z
':)
2.1. Landasan Teori ... ... 172.1.1. Kebijakan Fiskal dan Moneter ... 17
2.1.2. Keseimbangan Pasar Barang ... 24
2.1.3. Keseimbangan Pasar Uang ... 26
2.1.4. Interaksi Kebijakan Fiskal dan Moneter ... . 31
2.2. Penelitian Sebelumnya ... 34
2.3. Kerangka Pemikiran ... 37
2.4. Hipotesa Penelitian ... 38
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... ... 39
3.2. Jenis dan Sumber Data .... ... 39
3.3 . Model Analisis... ... .. . . .. ... . ... . .. .. . . .. . .. . . .. . . .. . . . .. . . 40
3.4. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... ... 40
3.5. Metode Analisis ... ... 42
3.6. Uji Hipotesis dan Uji Asumsi Ekonometrika ... 43
BAB IV. HASIL PENELITIAN D AN PEMBAHASAN 4. I. Perkernbangan Fiskal di Indonesia dalarn Pengeluar Pernerintah dan Penerimaan Pajak... 46
4.2. Perkembangan Produk Domestik Bruto... ... 48
4.3. Perkernbangan Tingkat Suku Bunga Deposito... 49
4.4. Perkembangan Jumlah Uang Beredar dan Nilai Tukar Rupiah/USD.... 50
4.5. Perkernbangan Indeks Harga Konsumen dan Inflasi.... ... 53
4.6. Hasil Estimasi Model Penelitian... 55
4.7. Analisis Hasil Estirnasi Model Penelitian ... ... ... ... 59
4.8. Sirnulasi Model Penelitian. . . 62
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesirnpulan... .... .... .... ... ... ... . ... .. ... . ... ... .. . .... .... . .... 66
5.2. Saran... . .. .. ... . .. 67
DAFTAR PUSTAKA... .. ... 69
DAFTAR TABEL
Tabell.l. Nilai PDB Indonesia Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2008
dan Laju Pertumbuhan Tahun 2007-2008.. . .. ... .. ... ... . .... . ... . .. .. .. 3 Tabel 1.2. Inflasi Nasional tahun 2006- 2009 (2002
=
1 00)... .. . ... .. . ... ... . .... 10Tabel 1.3. Jumlah Uang Beredar dalam miliar rupiah kurun waktu
2003 - 2008 ... ··· 11
Tabel 4.1 . Besaran Pengeluaran Pemerintah, Penerimaan Pajak, Produk Domestik
Bruto dan Tingkat Suku Bunga Deposito ... 47
Tabel 4.2. Besaran Jumlah Uang Beredar, Nilai Tukar Rupiah/USD, Indeks Harga Konswnen dan Inflasi... ... ... ... ... . . ... .. ... ... ... .. ... . ... ... ... . 51
Tabel 4.3. Tabel Estimasi Model Penelitian ... 56
Tabel 4.6. Hasil Uji Variance Inflating Factor (VIF) ... 59
Tabel4.7. Besaran Produk Domestik Bruto dan Tingkat Suku Bunga Deposito
SebeJurn dan Sesudah Interaksi Kebijakan Fiskal dan Moneter ... ... .... 63
Tabel4.8. Koridisi Produk Domestik Bruto dan Tingkat Suku Bunga pada Sebelurn Dan Sesudah Interaksi Kebijakan Fiskal dan Moneter. . . .. 64
DAFTAR GAMBAR
Gam bar 1.1. Grafik Jumlah Uang Beredar tahun 2003 - 2006 .... .. .. . . . ... .. 12
Gambar 2.1. Teori Preferensi Likuiditas (suku bunga, akan meyesuaikan diri untuk menyeimbangkan jumlah uang yang beredar dan jumlah permintaan uang)... ... .. . . ... . 23
[image:12.533.33.473.145.589.2]Gam bar 2.2. Perubahan Kurva IS dalam Kebijakan Fiskal... . . . 26
Gambar 2.3. Perubahan Kurva LM dalam Kebijakan Moneter... ... 3I Gambar 2.4. Keseimbangan Pendapatan Nasional dalam Model IS-LM... ... 33
Gambar 4.1. Kondisi Pengeluaran Pemerintah Indonesia tahun 2000: I - 2009:4.... .... 46
Gambar 4.2. Kondisi Penerimaan Pajak tahun 2000: 1 - 2009:4... ... 48
Gambar 4.3 . Perkembangan Produk Domestik Bruto Indonesia tahun 2000:1 - 2009:4... 49
G ambar 4.4. Kondisi Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Umum tahun 2000: l - 2009:4 ... 50
G ambar 4.5. Perkembangan Jumlah Uang Beredar dalam miliar rupiah tahun 2000: I - 2009:4 ... 52
G ambar 4.6. Kondisi Nilai Tukar Rupiah!USD tahun 2000: I - 2009:4 ... 53
Gambar 4.7. Kondisi Indeks Harga Konsumen tahun 2000:1- 2009:4 ... 53
Gambar 4.8. Perkembangan Tingkat Inflasi dalam persen tahun 2000:I- 2009:4 ... 54
l.l. Latar Belakang
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan perekonomian yang semakin dinamis dan terintegrasi dengan perekonoian dunia memberikan implikasi penting bagi para pelaku ekonomi terutama
dalam mengambil kebijakan makroekonomi. Kebijakan fiskal dan moneter merupakan
bagian yang integral dari kebijakan makroekonomi yang mempunyai target jangka
panjang dan jangka pendek. Pengelolaan kebijakan fiskal dan moneter melalui koordinasi
yang baik akan memberikan sinyal yang positif bagi pasar dan menjaga stabilitas
makroekonomi yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
Dalam jangka panjang, pertumbuhan ekonomi rnenjadi fenomena penting yang
dialami dunia pada dua abad terakhir, yang oleh seorang ahli ekonomi terkemuka
Arnerika Serikat, Kuznetz (peraih Nobel), disebut sebagai Modern Economic Growth.
Dalam periode tersebut dunia telah mengalami perubahan yang sangat nyata apabila
dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya. Didalam kegiatan ekonomi,
pertumbuhan berarti perkembangan ekonomi fisikal yang tetjadi di suatu negara, seperti
pertambahan jumlah dan produksi barang industri, perkembangan infrastruktur,
pertambahan jumlah sekolah, pertambahan kegiatan-kegiatan ekonomi yang sudah ada,
dan berbagai perkembangan lainnya. Tetapi akan sangat sukar untuk memberi gambaran
tentang berbagai perkembangan tersebut untuk menunj ukkan pertumbuhan ekonomi yang
dicapai. Oleh sebab itu dalam analisis makroekonomi tingkat pertumbuhan yang dicapai
suatu negara diukur dari perkembangan pendapatan nasional riil yang dicapai suatu
2
Di Indonesia, pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan stabilitas harga pokok
telah berhasil menurunkan tingkat kemiskinan, walaupun sempat mengalami kenaikan
pada periode 2005-2006. Data Susenas Maret 2008, menunjukkan tingkat kemiskinan
mencapai titik terendah. Penurunan ini terjadi baik di daerah pedesaan maupun
perkotaan. Sejak krisis ekonomi 1998 sampai dengan 2005, jumlah penganggur
mengalami kenaikan secara nominal dan persentase terhadap angkatan kerja. Namun
sejak tahun 2006, akselerasi laju pertumbuhan ekonomi telah berhasil menciptakan net
employment yang positif, sehingga menghasilkan tingkat pengangguran yang menurun
baik secara absolut maupun secara persentase terhadap angkatan kerja. Ekspansi
lapangan kerja ini didukung oleh penciptaan lapangan kerja di sektor formal.
Namun demikian pencapaian tersebut masih berada dibawah harapan masyarakat
dan sasaran pemerintah sendiri yang tercantum dalam Pembangunan J angka Menengah
Nasional (PJMN) 2004-2009. Tingginya harapan masyarakat tersebut bisa dimengerti
karena pencapaian kinerja ekonomi selama 30 tahun hampir lenyap disebabkan krisis
ekonomi tahun 1997-1998. Krisis ekonomi pada 10 tahun silam telah meninggalkan
trauma yang cukup dalam, sehingga mengikis kepercayaan masyarakat terhadap
perekonomian nasional. Walaupun demikian, berbagai kebijakan ekonomi yang tidak
populer, seperti kebijakan penyesuaian harga BBM tahun 2005 dan awal tahun 2008
berhasil digulirkan. Kebijakan ini temyata berhasil menstabilkan dan menggerakkan
kembali perekonomian Indonesia.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 3
Tabel 1.1. Nilai PDB Indonesia Menurut Lapangan Usaba Tabun 2007-2008 dan Laju Pertumbuban Ekonomi Tahun 2008
Atas Casar Harga Atas Casar Harga Laju Sumber
Berlaku Konstan Pertumbuhan Pertumbuhan
Lapangan Usaha (Triliun Rupiah) (Trillun Rupiah) 2008 (HK) 2008
2007 2008 2007 2008 (Persen) (Persen)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pertanian, Petemakan, 541,6 713,3 271,4 284,3 4 ,8 0,7
Kehutanan dan Perikanan
.
Pertambangan dan 441,0 543,4 171,4 172,3 0,5 0,0
Penggalian
~
lndustri Pengolahan 1 068,7 1380,7 538, 1 557,8 3,7 1,0
Ustrik, Gas dan Air Bersih 34,7 40,8 13,5 15,0 10,9 0,1
Konstruksi 305,2 419,3 121,9 1308 7 3 0,5
Perdagangan, Hotel dan 589,3 692,1 338,8 363,3 7,2 1,2
Restaurant
Pengangkutan dan 264,3 312,5 142,3 166,1 16,7 1,2
Komunikasi
Keuangan, Real Estate dan 305,2 368,1 183,7 198,8 8,2 0,8
Jasa Perusahaan
Jasa-jasa 399,3 483,8 182,0 193,7 6,4 0,6
Produk Oomestik Bruto (PDB) 3 949,3 4 954,0 1 963,1 2 082,1 6,1 6, 1
PDB T anpa Migas 3 532,8 4426,4 1 820,5 1 939,3 6,5
-:- I
Sumber : BPS 2008 _Jj
[image:15.526.35.471.65.602.2]4
USD. meningkat 1,8 kali pada akhir 2008 dibandingkan akhir 2004 dan melebihi
USD 2.000 per kapita pada akhir 2008.
Pada banyak negara dunia berkembang, yang umumnya memiliki tingkat
kesejahteraan rakyat yang relatif masih rendah, mempertinggi tingkat pertumbuhan
ekonomi memang sangat mutlak diperlukan untuk: mengejar ketertinggalan di bidang
ekonomi dari negara-negara industri maju. Oleh karena masih relatif lemahnya
kemampuan partisipasi swasta domestik dalam pembangunan ekonomi, mengharuskan
pemerintah untuk mengambil peran sebagai motor penggerak pembangunan ekonomi
nasional. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi dari tahun ke tahun adalah melalui
perkembangan sektor keuangan yang semakin pesat dewasa ini. Tetapi seiring
perkembangan moneter tersebut sekarang menyebabkan hubungan antara j umlah uang
beredar dan pertumbuhan ekonomi maupun laju inflasi cenderung kurang stabil.
Akibatnya krisis moneter melanda negara-negara berkembang dan memporakporandakan
struktur perekonomiannya. Bahkan bagi Indonesia hal ini berlanjut pada krisis ekonomi
dan politik yang telah menyebabkan kerusakan yang cukup signifikan terhadap
sendi-sendi perekonomian nasional (Prayitno dan Sanjaya, 2002: 43).
Dalam perspektif jangka menengah dan panjang, Indonesia tetap membutuhkan
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dalam dekade mendatang mengingat beberapa
hal. Pertama, perubahan dalam teknologi telah menurunkan elastisitas penciptaan
Japangan kerja per l% pertumbuhan ekonomi. Artinya jika kita ingin menurunkan tingkat
pengangguran menuju sekitar 4-5%, maka dalam dekade mendatang sektor non migas
5
dan memaksa banyak negara melakukan reorientasi strategi pembangunan ekonominya.
Kedua, Tingkat kemiskinan Indonesia juga masih tergolong tinggi. Sebagian besar
keluarga Indonesia masih hidup sedikit di atas garis kemiskinan. Laju pertumbuhan yang lebih tinggi dalam beberapa dekade mendatang akan kita butuhkan bukan hanya untuk mengentaskan kemiskinan absolut (dewasa ini sekitar 6%) namunjuga untuk mengurangi penduduk yang tergolong nyaris miskin (near poor) yang j umlahnya hampir separuh rakyat Indonesia. Kelompok rumah tangga yang nyaris miskin ini tergolong rentan terhadap gejolak baik yang sifatnya individual maupun global atau sistemik. Penguatan kelompok ini merupakan bagian yang sangat penting dalam menggerakkan perekonomian domestik dan proses transisi demokrasi mengingat kelompok ini merupakan bagian penting dari kelas menengah. Kita juga perlu mengembalikan kinerja sektor penghasil barang (tradables) yang tertinggal dalam proses percepatan pertumbuhan ekonomi 5 tahun terakhir. Pertumbuhan sektor tradables yang cepat, sangat dibutuhkan untuk membiayai investasi dan pembayaran bunga dan cicilan utang luar negeri di masa mendatang.
6
pendek dampak utama dari kebijakan fiskal adalah terhadap terhadap permintaan agregat barang danjasa (Mankiw, 2006: 338).
Dalam perekonomian dan pembangunan ekonomi suatu negara, peranan pemerintah secara empiris tidak dapat dielakkan. Peran pemerintah tersebut diwujudkan dalam kebijakan fiskal. Kebijakan ini memiliki dua instrument pokok, yaitu; perpajakan
(tax policy) dan pengeluaran (expenditure). Dengan menggunakan dua komponen
tersebut kebijakan fiskal mampu menjawab pertanyaan tentang bagaimana pengaruh penerimaan dan pengeluaran negara terhadap kondisi perekonomian, tingkat pengangguran dan inflasi. Dalam hal pembangunan ekonomi, rancangan kebijakan fiskal tidak hanya diarahkan untuk pengembangan aspek ekonomi (misalnya; pendapatan perkapita, pertumbuhan ekonomi, pengurangan pengangguran dan stabilitas ekonomi) tetapi j uga peningkatan harkat sosial seperti, pemerataan, pendidikan dan kesehatan. Untuk itu secara ringkas Mankiw (2000) mendifinisikan fiskal adalah " The government 's choice regarding levels of spending and taxation ".
Dalam perekonomian yang didasarkan pada mekanisme pasar, dimana Indonesia semakin menguatkan landasan itu dalam pengaturan perekonomiannya, dimensi persoalan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan tidak lagi terbatas pada relasi antar kebijakan makro ekonomi (Fiskal, Moneter, Perdagangan dan Investasi) tetapi akan juga menyangkut keterkaitan antara makro dan mikro ekonomi. Sehingga arab perubahan dan kebijakan fiskal tidak lagi cukup sampai pada posisi intervensi pemerintah yang minimum (m inimalist government intervention) akan tetapi haruslah sampai pada formula
7
Subiyanto dan Singgih, 2004). Apapun pengambilan keputusan dalam fiskal harus dapat
mendorong kondisi get price right, get all policies right, dan get institution right dalam perekonomian Indonesia (Buiter, 2002 :459).
Keselarasan kebijakan fiskal dan moneter di Indonesia pada tahun terakhir
menunjukkan perkembangan yang baik. Dari sisi kebijakan fiskal, dengan tetap menjaga
kesinambungan fiskal, pemerintah mampu memberikan stimulus untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi. Hal ini ditunjukkan dari defisit anggaran yang mampu
dikendalikan pada level 1,0% dari PDB pada tahun 2006 meskipun lebih tinggi dari
sasaran awal 0,7% dari PDB. Terkendalinya defisit anggaran ini mampu memberikan
stimulus pertumbuhan ekonomi mencapai 5,5% pada tahun 2006. Sedangkan dari sisi
moneter, stabilitas harga tetap terjaga dengan pengendalian inflasi pada level 6,60%
(y-oy) dibandingkan awal tahun 2006 yang mencapai 17,03%(y-(y-oy) (Bank Indonesia, 2006).
Hal ini juga ditandai dengan menurunnya tingkat suku bunga SBI sehingga kondisi
tersebut memberikan sinyal yang positifbagi sektor riil.
Sedangkan kebijakan moneter dapat dilakukan dengan membuat kebijakan yang
berhubungan dengan jumlah uang beredar. Dimana bank sentral sebagai otoritas dalam
pelaksanaan kebijaksanaan moneter berupaya untuk mempengaruhi atau mengendalikan
jumlah uang beredar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Selain itu, permintaan uang
merupakan salah satu fungsi kunci dalam semua model makro ekonomi, dimana fluktuasi
permintaan uang menunjukkan efektivitas dari kebijaksanaan moneter untuk mengatur
pengaruh stabilitas sektor riil dalam kondisi ekonomi secara makro.
Kebijakan moneter adalah semua upaya atau tindakan Bank Sentral dalam
8
nilai tukar) untuk mencapai tujuan ekonomi tertentu (Mishkin, 2004). Sebagai bagian dari
kebijakan ekonomi mak:ro, maka tujuan kebijakan moneter adalah untuk: mencapai
sasaran-sasaran kebijakan mak:roekonomi antara lain: pertumbuhan ekonomi, penyediaan
lapangan kerja, stabilitas harga dan keseimbangan neraca pembayaran. Keempat sasaran
tersebut merupakan tujuan akhir kebijakan moneter.
Idealnya, semua sasaran akhir kebijakan moneter dapat dicapai secara simultan
dan berkelanjutan. Namun, pengalaman di banyak negara menunjukk:an bahwa hal yang
dimaksud sulit dicapai, bahkan ada kecenderungan bersifat kontradiktif. Misalnya
kebijakan moneter yang kontraktif untuk menekan laju inflasi dapat berpengaruh negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa perekonomian
memburuk karena kebijakan moneternya bertujuan ganda.Untuk alasan ini, mayoritas
Bank Sentral termasuk BI fokus pada sasaran tunggal yaitu mencapai dan memelihara
inflasi yang rendah dan stabil.
Dalam perekonomian Indonesia, permasalahan jumlah uang beredar (JUB) dan
tingkat inflasi merupakan indikator ekonomi mak:ro yang sangat penting. Kedua indikator
ini, masing-masing mempunyai faktor-faktor penyebab dan mempunyai dampak negatif
yang parah terhadap perekonomian hila tidak segera diatasi. Variabel uang beredar
penawaran ataupun penawaran uang tidak saja sebagai variabel ekonomi pada umumnya,
tetapi juga berperan menjadi variabel kontrol atau variabel kebijakan ataupun variabel
yang ditargetkan guna mencapai tujuan tertentu dari kebijakan pemerintah. Hal ini karena
uang beredar sering sekali dikaitkan dengan masalah perubahan harga ataupun laju inflasi
9 Dalam hipotesa Keynes, penawaran uang atau Money Supply memiliki pengaruh
positifterhadap output dan pertumbuhan ekonomi. Apabila tetjadi kelebihanjumlah uang beredar, bank sentral akan mengambil kebijakan (menurunkan) tingkat suku bunga. Kondisi ini mendorong para investor untuk melakukan investasi , yang pada akhimya akan menciptakan kenaikan output dan memicu pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, permintaan uang memiliki hubungan negatif dengan output, meningkatkan permintaan uang akan berakibat pada peningkatan tingkat suku bunga dan pada akhimya berakibat pada penurunan output. lnvestasi suatu negara akan menghasilkan output bagi negara tersebut, yang pada akhirnya akan menjadi pendapatan nasionalnya. Pengambilan keputusan dalam hal saving dan investasi berhubungan erat dengan tingkat suku bunga atau interest rate yang berlaku. Bank sentral sebagai pemegang otoritas moneter harus
mampu menjaga kestabilan interest rate yang menarik bagi masyarakat untuk tetap
menabung dan juga untuk meningkatkan gairah investor untuk berinvestasi, selain itu tetap menjaga supply uang beredar di masyarakat untuk mencegah terjadinya inflasi, sebagai akibat dari berlebihnya jumlah uang yang beredar di masyarakat yang dapat mengakibatkan kenaikan harga barang-barang dan menimbulkan inflasi.
Makna inflasi adalah persentase tingkat kenaikan harga sejumlah barang dan j asa yang secara umum dikonsumsi rumah tangga. Ada barang yang harganya naik dan ada yang tetap. Namun, tidak jarang ada barang/jasa yang harganya justru turun. Resultante
10 Persentase kenaikan IHK dikenal dengan in:flasi, sedangkan penurunannya disebut deflasi. Inflasi/deflasi tersebut dapat dihitung menggunakan suatu rumus. Tujuan penyusunan inflasi adalah untuk memperoleh indikator yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga. Tujuan tersebut penting dicapai karena indikator tersebut dapat dipakai sebagai informasi dasar untuk pengambilan keputusan baik tingkat ekonomi mikro atau makro, baik fiskal maupun moneter. Pada tingkat mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya, dapat memanfaatkan angka inflasi untuk dasar penyesuaian nilai pengeluaran kebutuhan sehari-hari dengan pendapatan mereka yang relatif tetap.
Tabel l.2. Inflasi Nasional tahun 2006 -2009 (2002 = 100)
BULAN IHK INFLASI
2006 2007 2008 2009 2006 2007 2008 2009
Januari 138,72 147,41 158,26 113, 78*) 1,36 1,04 1,77 0,07*)
Februari 139,53 148,32 159,29 114,02*) 0,58 0,62 0,65 0,21*)
Maret 139,57 148,67 160,81 114,27*) 0,03 0,24 0,95 0,22*)
April 139,64 148,43 16 1,73 113,92*) 0,05 0,16 0,57 0,31*)
Mei 140,16 148,58 164,01 113,97*) 0,37 0,10 1.41 0,04*)
Juni 140,79 148,92 110,08 114,10*) 0,45 0,23 2,46 0,11 *)
Juli 141,42 149,99 111,59 114,61 *) 0,45 0,72 1,37 0,45*)
Agustus 141,88 151' 11 112, 16*) 0,33 0,75 0, 51*)
September 142,42 152,32 113,25*) 0,38 0,80 0,97*)
Oktober 143,65 153, 53 113,78*) 0,86 0,79 0,45*)
November 144,14 153,81 113,90*) 0,34 0,18 0, 12*)
Desember 145,89 155, 50 113,86*) 1,21 1,10 0,04*)
*) Tahun dasar 2007 (2007 = I 00)
Sumber: BPS
II
Laju inflasi tahun kalender 2009 sebesar 0,66 persen (IHK Juli 2009 dibandingkan IHK Desember 2008), sedangkan laju inflasi year on year (IRK Juli 2009 terhadap IHK Juli 2008) adalah 2,71 persen. Secara periodik, IHK dan inflasi dari bulan Januari 2006 sampai dengan Juli 2009.
Jumlah uang beredar dalam suatu kurun waktu tertentu sangat penting dalam perekonomian suatu negara. Berapa besar jumlah uang yang dikonsumsi penduduk suatu negara dan berapa besar jumlah uang yang dijadikan tabungan penduduk suatu negara adalah merupakan suatu altematif keputusan atau motif memegang uang, yang meliputi motif transaksi, motif beijaga-jaga dan motif spekulaasi, yang dikenal dengan teori
[image:23.536.35.470.161.599.2]liquidity pre_focence yang dicetuskan oleh J.M. Keynes (Fabozzi, dkk, 1991).
Tabel 1.3 Jumlah Uang Beredar dalam miliar rupiah kurun waktu 2003- 2008
A khtr Uang Uang Jurn lah Uang Su rat J urn la h
Berharga
Pe n od e Ka rtal Giral (M 1) Kuasi
Se lain Saharn (M2)
2003 94 ,333 119,451 213,784 728,788 1,794 944,366
2004 109,028 136,918 245,946 785,261 2,670 1,033,877
2005 123,991 147,148 271,139 929,343 2,280 1,202,762
2006 150,654 196,359 347,013 1,032,865 2,615 1,382,493
2007 182,967 267,089 450,056 1,196,119 3,487 1,649,662
2008 209,747 247,040 456,787 1,435,772 3,280 1,895,839
Sumber : Bank Indonesia
12
makro pada masa itu serta kebijakan pemerintah dan otoritas moneter pada saat itu.
Jumlah uang beredar dapat menggeser kondisi perekonomian dari baik ke buruk atau
sebaliknya. llustrasinya dapat dilihat pada Gambar 1.1.
1000 900 800 700 600 500
0
2003 2004 2005 2006 2007 2008
II Uang Kartal
•uang Giral DUang Kuasi
DSurat Berharga Selain Saham
Gam bar 1.1. Grafik Jumlah Uang Beredar tahun 2003 - 2006
Salah satu faktor penting dalam menganalisa dan meramalkan tingkat suku bunga
adalah inflasi. Pengertian inflasi dalam arti luas didefinisikan sebagai suatu kenaikan
relatif dalam tingkat harga umum. lnflasi dapat timbul hila jumlah uang atau uang
deposito dalam peredaran banyak, dibandingkan dengan jumlah barang-barang serta
jasa-jasa yang ditawarkan atau bila karena hilangnya kepercayaan terhadap mata uang
nasional, terdapat adanya gejala yang meluas untuk menukar dengan barang-barang
(Winardi, 1995 :58).
Secara teoretis terdapat dua jalur utama mekanisme transmisi kebijakan moneter,
yaitu melalui jalur jumlah uang yang beredar dan jalur harga melalui suku bunga Jalur
13 (Wrujiyo,dkk, 2003: 126). Pengujian empiris mengungkapkan bahwa pengaruh suku bunga terhadap inflasi mempunyai hubungan yang lebih stabil dibandingkan dengan agregat moneter. Upaya untuk menekan fluktuasi tingkat suku bunga tergantung pada keberhasilan mengendalikan gejolak di pasar uang.
Hal ini tidak hanya mempengaruhi keinginan konsumen untuk membelanjakan ataupun menabung uangnya tetapi juga mempengaruhi dunia usaha dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu tingkat suku bunga mempunyai pengaruh yang sangat luas, tidak hanya pada sektor moneter, melainkan juga pada sektor riil, sektor ketenagakerjaan, bahkan sektor intem asional (Erawati, 2002: 83).
Apabila tingkat bunga naik, maka investor saham akan menjual seluruh atau sebagian sahamnya untuk dialihkan ke dalam investasi lainnya yang relatif lebih menguntungkan dan bebas resiko, akibatnya indeks akan turun. Sebaliknya hila tingkat bunga turun, maka masyarakat akan mengalihkan investasinya pada saham yang relatif lebih profitable dan akibatnya indeks akan naik. Dengan demikian tingkat bunga akan memberikan pengaruh negatif terhadap indeks saham. Seperti kita ketahui bahwa tingkat bunga yang tinggi merupakan sinyal negatif terhadap harga saham, karena investor cenderung menarik investasinya dan memindahkannya dalam bentuk tabungan I deposito.
14
sehingga para pelaku lebih mudah mencari dana melalui sektor perbankan. Oleh karena itu dengan semakin menurunnya minat para pelaku usaha maupun perusahaan-perusahaan dalarn mencari dana di pasar modal akan menyebabkan pasar modal menjadi tidak menarik lagi bagi para investor. Dengan demikian jumlah uang yang beredar akan memberikan pengaruh negatif terhadap investasi saharn. Perubahan kurs valas (yang diwakili oleh US$) juga akan memberikan darnpak bagi pasar modal. Apabila kurs valas menguat, maka investor akan menjual seluruh atau sebagian saharnnya dan dialihkan pada valas untuk kemudian diinvestasikan ke tempat lain sebagai tabungan, sehingga harga saharn akan turun. Sebaliknya jika kurs valas melemah, investor akan membeli mata uang domestik untuk diinvestasikan pada saharn, sehingga harga saham akan cenderung naik. Variabel kurs valas atau exchange rate mempunyai pengaruh langsung
berupa kenaikan harga barang eksport maupun barang impor didalarn negeri (Budiono, 1997: 189).
15
l.l.Perumusan Masalah
Melihat pentingnya peranan kebijakan fiskal dan moneter dalam perekonomian suatu negara, dalam hal ini pertumbuhan ekonomi di Indonesia, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hubungan dan tingkat signifikansi antara suku bunga deposito, nilai tukar, penerimaan pajak dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
2. Bagaimana hubungan dan tingkat signifikansi antara j umlah uang beredar, tingkat inflasi, dan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat suku bunga deposito di Indonesia.
1.2. Tujuan Peneitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, adapun tuj uan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui hubungan dan tingkat signiftkansi antara suku bunga deposito, nilai tukar, penerimaan pajak dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
16
1.3. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :
1. Mengetahui hubungan jumlah uang beredar riil, tingkat inflasi, nilai tukar, penerimaan pajak, dan pengeluaran pemerintah terhadap tingkat bunga dan
pertumbuhan ekonomi Indonesia sehingga dapat digunakan sebagai dasar
pertimbangan bagi pembuat keputusan atau perencana kebijakan pembangunan.
2. Sebagai bahan masukan bagi berbagai pihak yang memiliki minat atau yang akan
melakukan penelitian lebih lanjut dalam bidang ini guna memperkaya sumber
kajian ilmiah yang berhubungan dengan kebijakan fiskal dan moneter Indonesia.
-
z
5.1. Kesimpulan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
l .Pengeluaran Pemerintah (GOV) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Sedangkan Penerimaan Pajak (TAX)
berpengaruh negatif terhadap PDB dan bersifat inelastis. Kedua kebijakan
ini telah menjalankan fungsi kebijakan fiskal yang antara lain meliputi
fungsi alokasi. distribusi, dan stabilisasi. Pembangunan sarana dan prasarana
untuk kebutuhan masyarakat, seperti pembangunan jalan, sekolah, rumah
ibadah, dan semua yang berkaitan dengan peningkatan proses produktif
dalam masyarakat diharapkan akan meningkatkan produksi secara agregat.
Subsidi BBM, pembiayaan pembangunan, program padat karya yang selalu
digulirkan pemerintah guna mengatasi pengangguran dan kerawanan sosial
dalam menjaga keseimbangan distribusi pendapatan negara sehingga
tercipta stabilitas nasional guna terpeliharanya keseimbangan ekonomi
terutama berupa kesempatan kerja yang tinggi, tingkat harga-harga umum
yang relatif stabil dan peningkatan pertumbuhan ekonomi.
2. Tingkat Suku Bunga Deposito (RET) berpengaruh negatif dan signifikan
mempengaruhi PDB. Hal ini merupakan indikasi bahwa tingkat kestabilan
ekonomi yang sedang membaik, sebab tingkat suku bunga yang terlalu
tinggi mengindikasikan bahwa kondisi ekonomi yang kurang stabil sehingga
67
dibutuhkan dana dari masyarakat dalam jumlah yang besar, sehingga ditetapkan suku bunga deposito yang sangat tinggi, hal ini pemah terjadi pada masa krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997. Penurunan suku bunga sebesar 1 persen akan meningkatkan PDB sebesar 0.5 persen atau bersifat inelastis.
3. Nilai Tukar Rupiah!USD (EXC) signifkan mempengaruhi PDB. Hal ini merupakan indikator dari membaiknya sistem perekonomian, sehingga peningkatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS yang diasumsikan sebagai apresiasi Rupiah terhadap USD merupakan kondisi yang akan mendorong terciptanya kestabilan pasar baik dalam maupun luar negeri terhadap kinerja ekspor maupun impor.
Jumlah Uang Beredar/Indeks Harga Konsumen (JUBIIHK) tidak
>
signifikan mempengaruhi Tingkat Suku Bunga Deposito (RET). Hal ini-
menjelaskan bahwa antara RET dan JUB/IHK mempunyai hubungan yangz
?
tidak signifikan. Jika tingkat jumlah uang beredar rendah, maka suku bunga deposito tidak akan mengalami kenaikan guna menarik dana dari masyarakat yang berarti juga tingkat harga tidak mengalami penurunan, hal ini tidak berdampak pada indeks harga konsumen. Dengan demikian kebijakan moneter kurang efektif.
68
masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank sehingga dana yang terbentuk dapat dipergunakan oleh perbankan dalam menstabilkan kinetjanya.
6. Tingkat Inflasi (INF) berpengaruh signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito (RET) , dimana jika terjadi kenaikan tingkat inflasi , maka tingkat suku bunga deposito juga akan berdampak positif sebab tingkat harga yang cenderung meningkat akan menyebabkan terbatasnya daya beli masyarakat akan barang konsumsi yang menyebabkan lebih baik untuk menyimpan uang yang salah satunya dalam bentuk deposito berjangka. 5.2. Saran
1. Pada masa periode penelitian kebijakan moneter kurang efektif dalam
>
meningkatkan perekonomian Indonesia sedangkan kebijakan fiskal cukupefektif dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Oleh karena itu pemerintah perlu lebih efektif dan efisien dalam menggunakan dana APBN terutama pada sektor-sektor yang menyentuh kepentingan masyarakat seperti perbaikan infrastruktur jalan, jembatan, irigasi dan lain-lain.
DAFfAR PUSTAKA
Asmanto, P. dan Soebagyo, 2004. Jurnal Penelitian :Ana/isis Pengaruh Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiscal Regional Terhadap Stabilitas Harga dan Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur, Universitass Airlangga.
Basri, Y. dan Sabri, M., 2003. Keuangan Negara dan Ana/isis Kebijakan Utang Luar Negeri. Rajawali, Jakarta
Budiono, 1997. Uang dan Bank. BPFE UGM, Yogyakarta
Suiter, W. H, 2002. The Fiscal Theory ofThe Price Level: A Critique, The Economic
Journal.
Erawati, N, 2002. Analisa Pergerakan Suku Bunga dan Laju Ekspektasi Injlasi
Untuk Menentukan Kebijakan Moneter di Indonesia, Jurnal M anajemen &
Kewirausahaan VoL 4, No.2, Universitas Kristen Petra, Surabaya.
Fabozzi, Franco Modigliimi dan M.G. Ferri, 1991. Pasar Lembaga Keuangan.
Penerbit Salemba EmpatJakarta
Haryanti, D., 2001. Analisa Variabel yang Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar di Indonesia. Jumal Media Ekonomi, Jakarta.
Ikhsan, Mohammad, 200 l. Penentuan Tingkat Bunga di Indonesia : Dampak Deregulasi
Juni 1983 hingga 1989, Jakarta.
Iswara, A. Glan dan Nopirin, 1986. Principles of Money, Banking, and Financial Markets, International Monetary Fund Staff Papers, Ritter, Lawrence. Dalam
Ringkasan Bacaan Pilihan Ekonomi Moneter, Edisi Pertama, Y ogyakarta.
Indrawati, Y., 2007. Interaksi Kebijakan Fiskal dan Moneter di Indonesia, Pendekatan Vektor Autoregression. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Jember.
King, 2002. The Relation Between Money and Economic Growth, Arkansas.
Kuncoro, M., 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah (Reformasi, Perencanaan, Strategi, dan Peluang). Penerbit Erlangga, Jakarta.
Mankiw, N, Gregory, 2000. Teori Makroekonomi. Alih Bahasa Imam Nunnawan, Erlangga, Jakarta.
Mankiw, N, Gregory, 2006. Pengantar Ekonomi Makro. Alih Bahasa Chriswan Sungkono, Salemba Empat, Jakarta.
Manurung, J. Dan Manurung, A.H., 2009. Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Moneter,
Salemba Empat, Jakarta.
Manurung, J., Manurung A.H., dan Saragih F.F., 2005. Ekonometrika : Teori dan Aplikasi.
PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Marks, Stephen, V., 2004. Fiscal Sustainability and Solvency: The Theory and Recent
Experimence in Indonesia. Bulletin of Indonesia Economic Studies.
Mishkin, F. S, 2004. The Economy of Money, Banking & Financial Market. Seventh Edition. Columbia University Press, New York
Naury, S, 2004. Ana/isis Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga dan Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia tahun 1970-2002, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Petrucci, Wahyu A., 1999. Money, Interest and Output. Economic Growth. Rome: Economic Journal ofUniversita Del Moise Campo.
Prayitno L. dan Sandjaya H., 2002. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Jumlah Uang Beredar di Indonesia Sebelum dan Sesudah Krisis: Sebuah Ana/isis
Ekonometrik, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol. 4, No. 1 , Fakultas
Ekonomi, Universitas Kristen Petra, Surabaya . .
Pyndick, Robert S.and Rubinfield D.L.,1991.Econometric Models and Economic Forecast.
Me. Graw Hill, USA.
Suseno, Solikin, 2002. Uang: Pengertian, Penciptaan dan Peranannya Dalam
Perekonomian, Jakarta.
Taylor, Mark P, 1999. Real Interest Rates and Macroeconomic Activity, London.
Warjiyo, dkk, 2003. Bank Indonesia Bank Sentral Republik Indonesia: Tinjauan
Kelembagaan, Kebijakan dan Organisasi, Pusat Pendidikan dan Studi
Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia, Jakarta.