• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Efektivitas Ekstrak Kulit Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Sebagai Insektisida Hayati Terhadap Nyamuk Aedes aegypti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Uji Efektivitas Ekstrak Kulit Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Sebagai Insektisida Hayati Terhadap Nyamuk Aedes aegypti"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Uji Efektivitas Ekstrak Kulit Buah Jeruk Nipis

(

Citrus aurantifolia

) Sebagai Insektisida

Hayati Terhadap Nyamuk

Aedes aegypti

Insektisida hayati yang berasal dari tumbuh-tumbuhan terbukti berpotensi untuk

mengen-dalikan vektor, baik untuk pemberantasan larva maupun nyamuk dewasa. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui efektivitas ekstrak kulit buah jeruk nipis (

Citrus aurantifolia

) sebagai insektisida

hayati terhadap nyamuk

Aedes aegypti

dan untuk mengetahui estimasi nilai

Lethal Concentration

(LC

50

) dari ekstrak kulit buah jeruk nipis (

Citrus aurantifolia

). Jenis penelitian ini adalah penelitian

ek-sperimen dengan rancangan

Post Test Only Control Group Design

. Sampel dalam penelitian ini adalah

nyamuk betina

Aedes aegypti

umur 2-5 hari sebanyak 300 ekor yang dibagi ke dalam empat

barrel

uji

yang masing-masing berisi 25 ekor nyamuk dengan perlakuan (0%, 15%, 30% dan 60%) serta ulangan

sebanyak 3 kali dengan waktu pajanan selama 20 menit. Perhitungan total kematian nyamuk

dil-akukan pada jam ke-24 setelah perlakuan. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa persentase

rata-rata kematian nyamuk pada konsentrasi 15% yaitu sebesar 25%, konsentrasi 30% yaitu sebesar 45%,

dan konsentrasi 60% yaitu sebesar 62%. Hasil uji anova diperoleh bahwa

p-value

= 0,004 (p = <0,05)

sehingga dapat dinyatakan ada perbedaan yang signifikan pada jumlah nyamuk yang mati antar

ke-lompok konsentrasi yang dibandingkan. Dan hasil uji probit diperoleh bahwa estimasi nilai

Lethal

Con-centration

(LC

50

) pada ektrak kulit jeruk nipis (

Citrus aurantifolia

) yaitu pada konsentrasi 40,087%.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak kulit buah jeruk nipis (

Citrus aurantifolia

) efektif sebagai

insektisida hayati terhadap nyamuk

Aedes aegypti

. Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk

menemukan formulasi insektisida dari ekstrak kulit buah jeruk nipis (

Citrus aurantifolia

) yang lebih

aplikatif sehingga penggunaannya lebih mudah dan praktis di masyarakat.

Kata Kunci : Kulit Buah Jeruk Nipis, Insektisida Hayati, Nyamuk Aedes aegypti

Abstrak

P E N E L I T I A N

Muh. Saleh

1

*, Andi Susilawaty

2

, Syarfaini

3

, Musdalifah

4

* Korespondensi : alejastam@gmail.com

1 ,2, 3 Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN Alauddin, Makassar

ISSN (Print) : 2443-1141

ISSN (Online) : 2541-5301

Pendahuluan

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue

yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes. Aedes aegypti dan

Aedes albopictus merupakan vector utama

penu-laran penyakit DBD (KEMENKES, 2014).

Berdasarkan data dari Ditjen P2PL, bahwa

pada tahun 2010, Indonesia menempati urutan tertinggi kasus DBD di ASEAN dengan jumlah kasus sebanyak 156.086 kasus (KEMENKES, 2015).

Ditengah masyarakat yang terancam se-rangan penyakit vektor nyamuk, tentunya semakin banyak pula produsen anti nyamuk yang mena-warkan produk unggulannya. Tetapi produk yang dikeluarkan sebagian besar obat anti nyamuk mengandung bahan kimia sintetis dengan konsen-trasi tinggi, yang mana selain dapat membunuh nya-muk bahan kimia tersebut juga dapat mengganggu

(2)

kesehatan manusia (Utomo, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat-kan oleh Indonesia Pharmaceutical Watch (IPhW) pada tahun 2001 bahwa, semua obat anti nyamuk yang beredar di pasaran dalam negeri baik berupa obat semprot, elektrik, bakar maupun cair mengan-dung senyawa kimia berbahaya bagi kesehatan yaitu: diklorvos, propoxos dan beberapa jenis pyre-throid. Akibat dari senyawa kimia tersebut akan terbukti ketika terakumulasi dalam tubuh atau kon-sentrasi melebihi ambang batas toleransi tubuh (Lumowa, 2013). Penelitian sebelumnya juga dil-akukan oleh Ikhsan tahun 2014, bahwa ekstrak kulit buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia) efektif dalam mematikan larva nyamuk Aedes aegypti.

Insektisida hayati yang berasal dari tumbuh-tumbuhan terbukti berpotensi untuk mengen-dalikan vektor, baik untuk pemberantasan larva maupun nyamuk dewasa. Selain itu jenis insektisida ini bersifat mudah terurai (bio-degredable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi alam serta bagi manusia dan binatang ternak karena residu cepat menghilang. Daya bunuh insektisida hayati berasal dari zat toksin yang dikandungnya. Zat tersebut dapat bersifat racun kontak, racun pernafasan serta racun perut pada hewan yang berbadan lunak (Utomo, 2010).

Berdasarkan uraian diatas, maka pada penelitian ini bertujuan untuk meneliti efektivitas ektrak kulit buah jeruk nipis (Citrus autantifolia) sebagai insektisida hayati terhadap nyamuk dewasa

Aedes aegypti.

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuanti-tatif menggunakan pendekatan eksperimen murni (true experiment) rancangan postes only control group desain. Penelitian ini dilakukan di Laboratori-um Kesehatan Lingkungan UIN Alauddin Makassar. Sabjek dalam penelitian ini adalah nyamuk Aedes aegypti yang diperoleh dari Laboratorium Ento-mologi Universitas Hasanuddin sebanyak 50 ekor yang kemudian dibiakkan di Laboratorium

Kesehatan Lingkungan UIN Alauddin Makassar. Sedangkan ekstrak kulit buah jeruk nipis diperoleh dari proses maserasi yang dibuat di Laboratorium Fitokimia UIN Alauddin Makassar.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang nyamuk (barrel uji) berukuran 30x30x30 cm3, sprayer, thermohygrometer, label, kapas, karet, kain kasa, paper cup, aspirator, pinset, baki, baskom, dan lembar observasi.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak kulit buah jeruk nipis konsentrasi 15%, 30%, 60%, etanol 96%, dan nyamuk Aedes Aegypti betina umur 2-5 hari yang hidup dan berge-rak aktif sebanyak 300 ekor.

Prosedur Penelitian

1. Siapkan 4 buah barrel uji yang berbentuk bujur sangkar berukuran 30 cm3.

2. Nyamuk Aedes aegypti yang diperoleh dari hasil pemeliharaan di Laboratorium Kesehatan Lingkungan dimasukkan ke dalam paper cup

dengan menggunakan aspirator. Masing-masing paper cup yang telah disediakan berisi 25 ekor nyamuk Aedes aegypti yang diambil secara acak. Jadi jumlah nyamuk dalam penelitian ini secara keseluruhan sebanyak 300 nyamuk Aedes aegypti.

3. Nyamuk Aedes aegypti yang terdapat pada masing-masing paper cup kenyang sukrosa kemudian dipindahkan ke dalam masing-masing barrel uji, menunggu selama 3 menit dan selanjutnya dilakukan pengukuran dan pencatatan temperatur dan kelembaban udara ruang sebelum dilakukan perlakuan.

4. Ekstrak kulit buah jeruk nipis (Citrus aurantifo-lia) dengan konsentrasi-konsentrasi tertentu dipersiapkan.

5. Pada saat akan digunakan, siapkan 4 buah botol sprayer untuk masing-masing konsentrasi dan kontrol negatif.

6. Semprotkan ke dalam masing-masing barrel uji. Penyemprotan dilakukan pada dinding-dinding

barrel uji.

7. Barrel uji 1 disemprot dengan menggunakan

31 HIG IENE

(3)

etanol 96% maksimal 10 semprot (sebagai kontrol negatif).

8. Barrel uji 2-4 disemprot dengan menggunakan ekstrak kulit buah jeruk nipis (Citrus aurantifo-lia) 15%, 30% dan 60% maksimal 10 semprot. 9. Amati nyamuk dalam barrel uji selama 20 menit. 10. Setelah 20 menit dipapar, semua nyamuk yang mati atau yang tidak dipindahkan ke dalam mas-ing-masing paper cup dengan menggunakan pinset dan aspirator bagi nyamuk yang masih hidup, di dalam paper cup telah disediakan laru-tan gula 10% (10 g gula+100 ml air) di atas kapas sebagai makanan nyamuk. Setelah itu, nyamuk disimpan selama 24 jam.

11. Setelah disimpan di Laboratorium selama 24 jam. Hitung dan catat jumlah nyamuk yang ma-ti. Kematian nyamuk dapat diamati secara fisik dengan tanda-tanda antara lain: nyamuk tidak bergerak sama sekali walaupun telah mendapat ransangan berupa sentuhan maupun hembusan angin serta tubuh nyamuk telah menujukkan kekakuan.

12. Apabila jumlah kematian nyamuk pada kontrol negatif kurang dari 5%, maka hal tersebut dapat diabaikan, namun apabila lebih dari 20% maka uji harus diulang. Sedangkan apabila kematian nyamuk pada kelompok kontrol negatif antara 5-20%, maka untuk menghitung persentase ke-matian nyamuk pada masing-masing dosis dil-akukan dengan menggunakan formula/rumus Abbot.

13. Perlakuan terhadap sampel uji dilakukan sebanyak 3 kali replikasi.

Analisis Data

Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh pada penelitian ini yaitu uji one way anova untuk melihat hub-ungan/pengaruh ekstrak kulit buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap nyamuk Aedes aegypti dan uji probit untuk mengetahui dan menentukan

Lethal Consentration (LC50) daya bunuh dari ekstrak

kulit buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap nyamuk Aedes aegypti.

Hasil

Berdasarkan tabel 1, data jumlah nyamuk

Aedes aegypti yang pingsan dan mati setelah

disem-protkan dengan ekstrak kulit buah jeruk nipis (Citrus

aurantifolia) dengan berbagai konsentrasi pada

menit ke-20, pada kontrol negatif yaitu 0 atau tidak ditemukan adanya nyamuk uji yang pingsan maupun mati. Konsentrasi 15%, pingsan sebanyak 9 ekor dan mati sebanyak 2 ekor. Konsentrasi 30%, pingsan sebanyak 9 ekor dan mati sebanyak 3 ekor. Dan pa-da konsentrasi 60%, pingsan sebanyak 16 ekor pa-dan mati sebanyak 4 ekor (Data primer, 2016).

Berdasarkan tabel 2, data total kematian nya-muk Aedes aegypti setelah disemprotkan dengan ekstrak kulit buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dengan berbagai konsentrasi pada jam ke 0-24, pa-da kontrol negatif yaitu 0 atau tipa-dak ditemukan adanya nyamuk yang mati. Sedangkan pada konsen-trasi 15% yaitu 6 ekor atau dapat mematikan nya-muk uji sebesar 25%. Konsentrasi 30% yaitu 11 ekor atau dapat mematikan nyamuk uji sebesar 45%. Dan pada konsentrasi 60% yaitu 15 ekor atau dapat

me-32 HIG IENE

VOLUM E 3, NO. 1, JAN UARI —APRI L 2017

Tabel 1. Data Jumlah Nyamuk Aedes aegypti yang Pingsan dan Mati setelah Disemprotkan dengan Ekstrak

Kulit Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) dengan Berbagai Konsentrasi pada Menit Ke-20

Konsentrasi Ekstrasi(%)

Jumlah Nya-muk Uji

Jumlah Nyamuk yang Pingsan dan

Ma-ti pada Ulangan Ke- Total Rata-rata

I II III M D M D M D M D M D Kontrol (-) 25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15 25 6 0 9 2 13 4 28 6 9 2 30 25 9 3 9 5 10 2 28 10 9 3 60 25 12 3 16 6 21 3 49 12 16 4

Sumber: Data Primer, 2016

(4)

matikan nyamuk uji sebesar 62% (Data primer, 2016).

Pembahasan

Pada penelitian ini digunakan ekstrak kulit buah jeruk nipis yang telah diekstraksi dengan metode maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96%, yang dimaksudkan agar didapatkan kandungan flavonoid, saponin dan minyak atsiri khususnya senyawa d-limonene yang terkandung dalam kulit buah jeruk nipis yang diduga memiliki efek insektisida terhadap nyamuk Aedes aegypti.

Pelarut etanol 96% yang digunakan dalam pembuatan ektrak kulit buah jeruk nipis adalah pelarut yang lebih selektif, sifat toksin yang rendah dari pada pelarut lainnya. Etanol 96% bersifat semi-polar sehingga dapat melarutkan zat kimia yang bersifat polar maupun non polar (Haditomo, 2010).

Sampel padapenelitianiniadalah nyamuk

Aedes aegypti sebanyak 300 ekor yang dibagi ke dalam empat kandang pengamatan (barrel uji) yang masing-masing berisi 25 ekor nyamuk serta dil-akukan 3 kali pengulangan.

Umur nyamuk merupakan faktor yang san-gat berpengaruh terhadap daya tahan nyamuk ter-hadap pajanan senyawa kimia, sehingga pemilihan umur nyamuk adalah kegiatan yang penting dalam penelitian. Kisaran umur nyamuk Aedes aegypti

yang digunakan padapenelitian ini adalah rentang umur 2-5 hari sesuai dengan Pedoman Uji Insek-tisida Hayati. Karena rentang umur 2-5 hari meru-pakan rentang umur terbaik dari nyamuk dimana ketahanan tubuh nyamuk masih kuat dan sudah

produktif.

Jenis kelamin nyamuk berkaitan dengan peran nyamuk dalam menularkan penyakit

arthro-pod-born viral disease pada manusia. Seluruh

pen-yakit arthropod-born viral disease yang ditularkan oleh nyamuk pada manusia, ditularkan oleh nya-muk betina. Hal ini disebabkan perilaku nyanya-muk yang menusuk dan menghisap darah manusia un-tuk mematangkan telurnya, sementara nyamuk jantan hanya menghisap sari tumbuhan. Jenis ke-lamin nyamuk juga berkaitan dengan ketahanan tubuh antara nyamuk jantan dan nyamuk betina. Nyamuk betina berumur lebih lama dibandingkan dengan nyamuk jantan, nyamuk jantan biasanya hanya dapat bertahan hidup selama 6 sampai 7 hari. Sementara nyamuk betina dapat bertahan hidup sampai 2 minggu.

Jarak penyemprotan juga dapat mempengaruhi hasil penelitian. Nyamuk dapat ma-ti hanya dengan semprotan air saja, jadi metode penyemprotan padapenelitian ini dilakukan secara mendatar dan tidak ada nyamuk Aedes aegypti

yang berada dalam garislurus arah penyemprotan. Lama waktu kontak antara nyamuk Aedes aegypti dengan ektrak kulitbuah jeruknipisber-pengaruh pada efek pajanan. Aplikasi waktu pa-janan yang efektif adalah kurang dari satu jam, ka-rena lebih dari itu insektisida akan terbawa oleh angin. Waktu kontak yang terlalu singkat juga akan mengurangi lama interaksi antara senyawa kimia dengan nyamuk sasaran sehingga akan menurunk-an jumlah nyamuk ymenurunk-ang mati. Sedmenurunk-angkmenurunk-an waktu kontak yang terlalu lama akan meningkatkan lama

33 HIG IENE

VOLUM E 3, NO. 1, JAN UARI —APRI L 2017

Tabel 2. Data Total Kematian Nyamuk Aedes aegypti setelah Disemprotkan dengan Ekstrak Kulit Buah Jeruk

Nipis (Citrus aurantifolia) dengan Berbagai Konsentrasi pada Jam Ke 0-24

Konsentrasi Ekstrak (%)

Jumlah Nya-muk Uji

Jumlah Nyamuk yang

Mati pada Ulangan Ke- Total Rata-Rata

I II III n % Kontrol (-) 25 0 0 0 0 0 0 15 25 1 8 10 19 6 25 30 25 9 14 11 34 11 45 60 25 15 21 11 47 15 62

(5)

interaksi antara senyawa kimia dengan nyamuk sasaran sehingga akan meningkatkan jumlah nya-muk yang mati (Wibawa R, 2012). Berdasarkan penelitian sebelumnya, jadi waktu pajanan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 menit.

Pada penelitian ini dilakukan pengukuran suhu dan kelembaban udara ruangan dengan menggunakan thermohygrometer. Pengukuran suhu dan kelembaban juga merupakan salah satu faktor penting atau disebut juga dengan variabel kontrol karena suhu dan kelembabanruangan sangat mempengaruhi pertumbuhan nyamuk. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh rata-rata hasil pen-gukuran suhu ruangan yaitu 300C dan kelembaban ruangan yaitu 71%. Hal ini masih sesuai dengan kriteria Depkes, 2004, yaitu pertumbuhan nyamuk akan terhenti sama sekali apabila suhu ruangan ku-rang dari 100C atau lebih dari 400C. Sedangkan pada kelembaban kurang dari 60% umur nyamuk menjadi pendek (Sucipto, 2011).

Hasil pada penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kandita, R padatahun 2015 yang berjudul : “Uji Efektivitas Ekstrak Buah Leuca (Solanum nigrum l) sebagai Insektisida Ter-hadap Nyamuk Aedes aegypti dan Anopheles aconi-tus”. Hasil penelitian terhadap nyamuk Aedes

ae-gypti menunjukkan bahwa pada konsentrasi 20%

menyebabkan kematian nyamuk Aedes aegypti

sebesar 36%, konsentrasi 40% sebesar 50%, konsen-trasi 60% sebesar 63% dankonsenkonsen-trasi 80% sebesar 92%.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kandita pada tahun 2015menunjukkan adanya kesamaan dengan hasil yang didapat pada penelitian ini. Dimana persentase kematian nyamuk berbanding lurus dengan konsentrasi yaitu semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka persentase ke-matian juga akan semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka semakin tinggi pula kandungan bahan aktif yang ada pada ekstrak, jadi dapat disimpulkan bah-wa daya toksisitas ekstrak kulit buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia) hampir sama dengan daya tok-sisitas ekstrak buah leuca (Solanum nigrum l).

Berdasarkan analisis data dari hasil uji one way anova padapenelitian ini diperoleh nilai p

-value = 0,004(p < 0,05), yang artinya terdapat hub-ungan yang signifikan atau dapat dinyatakan bahwa ekstrak kulit buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia) efektif sebagai insektisida hayati terhadap nyamuk

Aedes aegypti. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ikhsan pada tahun 2014 yang berjudul“Efektivitas Ekstrak Kulit BuahJeruk Nipis (Citrus aurantifolia) terhadap Kematian Larva Aedes sp”.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hub-ungan antara peningkatan konsentrasi ekstrak kulit buah jeruk nipis dengan jumlah kematian larva Ae-des sp. Penelitian yang serupa dengan penelitian ini namun dengan ekstrak yang lain juga dilakukan oleh Wibawa, R (2012) yang berjudul “Potensi Ekstrak Biji Mahkota Dewa (Phaleriamacrocarpa) sebagai Insek-tisida terhadap Nyamuk Aedes aegypti dengan metode semprot.Hasil penelitian menunjukkan p = 0.003 (p< 0,05), maka ekstrak biji mahkota dewa (Phaleriamacrocarpa) memiliki potensi sebagai in-sektisida.

Toksisitas ekstrak kulit buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap nyamuk Aedes aegypti

yaitu dengan menggunakan nilai LC(lethal concen-tration). Nilai LC yang diharapkan dapat dicapai da-lam penelitian ini adalah LC50. Lethal Concentration

(LC50)adalah konsentrasi yang menyebabkan

ke-matian 50% nyamuk uji. Estimasi nilai Lethal Con-sentration (LC50) dianalisis setelah pengamatan jam

ke 24. Berdasarkan hasil uji analisis probit pada penelitian ini, diperoleh bahwa ekstrak kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) memiliki estimasi nilai Le-thal Concentration (LC50) pada konsentrasi 40,087%

yang dapat menyebabkan kematian 50% nyamuk

Aedes aegypti.

Kemampuan ekstrak kulit buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia) sebagai insektisida hayati disebabkan karena adanya beberapa bahan aktif yang terkadung dalam ekstrak tersebut sehingga dapat menyebabkan kematian pada nyamuk Aedes aegypti. Hal ini sesuai dengan pengertian insektisida hayati bahwa insektisida hayati adalah bahan alami yang berasal dari tumbuhan yang mempunyai

ke-34 HIG IENE

(6)

lompok metabolik sekunder yang mengandung beribu-ribu senyawa bioaktif yang dapat di-manfaatkan untuk mengendalikan serangga peng-ganggu yang terdapat di lingkungan rumah. Be-berapa senyawa bioaktif yang diduga terkandung pada ekstrak kulit buah jeruk nipis diantaranya,

flavonoid, saponin dan d-limonene yang terbukti bersifat racun kontak dan racun pernafasan pada serangga khususnya nyamuk Aedes aegypti (Naria, 2015). Dengan demikian penggunaan metode semprot merupakan metode yang paling tepat da-lam penelitian ini karena dapat mencakup kedua sifat toksin dari senyawa-senyawa tersebut.

Flavonoid merupakan golongan fenol dan

banyak ditemukan di dalam tumbuhan. Flavonoid merupakan senyawa kimia yang memiliki sifat in-sektisida. Flavonoid menyerang bagian syaraf pada beberapa organ vital serangga sehingga timbul sua-tu perlemahan syaraf, seperti pernafasan dan men-imbulkan kematian (Setiawan, 2015).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chinelo A. Ezeabara tahun 2014 yang ber-tujuan untuk melihat kandungan saponin pada ba-gian-bagian dari beberapa spesies jeruk (Citrus) menunjukkan bahwa spesies jeruk nipis (Citrus au-rantifolia) pada bagian kulit positif mengandung senyawa saponin. Saponin merupakan senyawa yang termasuk ke dalam senyawa terpenoid. Aktivi-tas saponin ini di dalam tubuh serangga adalah mengikat sterol bebas dalam saluran pencernaan makanan dimana sterol itu sendiri adalah zat yang berfungsi sebagai prekursor hormon ekdison, se-hingga dengan menurunnya jumlah sterol bebas dalam tubuh serangga akan mengakibatkan ter-ganggunya proses pergantian kulit (moulting) pada serangga. Selain itu, saponin bersifat bisa menghancurkan butir darah merah dan bersifat racun bagi hewan berdarah dingin. (Sampan, 2015). Hasil uji kromatografi pada penelitian yang dilakukan oleh Kartika, dkk tahun 2014 menunjuk-kan bahwa menunjuk-kandungan senyawa d-limonene yang diperoleh dengan ekstraksi limbah kulit jeruk nipis dengan cara destilasi sebanyak 62.34%. d-limonene

adalah nama latin dari ekstrak kulit jeruk dan

meru-pakan senyawa yang beraroma tajam/menyengat sehingga dapat menganggu saraf sensorik, perifer

dan olfaktori sistem pada serangga. Sifat senyawa ini adalah mudah menguap sehingga pemanfaa-tannya tidak terlalu maksimal (Baskoro, 2011).

Pemanfaatan senyawa-senyawa di atas relatif aman bagi lingkungan, manusia dan hewan ternak karena merupakan bahan alami yang si-fatnya mudah terurai di lingkungan (Biodegradable) sehingga residunya cepat menghilang. Dan karena sifatnya yang mudah terurai, jenis insektisida ini tidak akan cepat menimbulkan resistensi. Secara umum fungsi dan efektivitas insektisida berbanding lurus yang artinya semakin tinggi dosis/konsentrasi insektisida maka semakin tinggi pula peluang dalam mengendalikan serangga. Meskipun belum ada penelitian yang secara langsung meneliti dan men-jelaskan dampak penggunaan insektisida hayati terhadap kesehatan manusia, namun pengaplika-sian di lingkungan harus tetap bijak dan terkendali, karena semua bahan kimia baik sintetik maupun nabati pasti akan memberikan pengaruh terutama bagi kesehatan manusia, namun keunggulan dari insektisida hayati daripada insektisida sistetik dari segi keamanan dan kesehatan adalah insektisidaha-yati mudah terurai di alam, sehingga meskipun do-sis yang digunakan tinggi, maka akan tetap bisa terurai di alam, selain itu senyawa insektisida ini juga tidak akan menganggu organisme lain yang bukan sasaran. sedangkan sifat insektisida sintetik adalah tidak bisa terurai di alam sehingga akan mencemari lingkungan dan mempengaruhi organ-isme lain. Sehingga dengan mengetahui dampak yang ditimbulkan dari penggunaan insektisida, un-tuk saat ini, penggunaan insektisida hayati merupa-kan suatu alternatif pengendalian serangga rumah tangga secara aman, dan membantu meminimal-kan risiko lingkungan. Jadi penelitian dan pen-gaplikasian insektisida hayati di masyarakat harus tetap dikembangkan terutama insektisida rumah tangga karena di Indonesia penggunaan insektisida hayati lebih populer di bidang pertanian.

35 HIG IENE

(7)

Kesimpulan

Rata-rata kematian nyamuk Aedes aegypti

terendah terdapat pada konsentrasi 15% yaitu sebanyak 6 ekor (25%), dan kematian tertinggi ter-dapat pada konsentrasi 60% yaitu sebanyak 15 ekor (62%). Hasil uji anova diperoleh bahwa p-value = 0,004 (p< 0,05), maka Ha diterima, yang dapat

dinya-takan terdapat perbedaan yang singnifikan terhadap kematian nyamuk Aedes aegypti atau ekstrak kulit buah jeruk nipis (Citrus aurantifoli) efektif sebagai insektisida hayati terhadap nyamuk Aedes aegypti. Konsentrasi ektrak kulit buah jeruk nipis (Citrus au-rantifoli) yang dapat mematikan 50% nyamuk uji (LC50) yaitu pada konsentrasi 40,087%..

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan untuk peneliti selanjutnya untuk men-eliti waktu kematian tercepat dari ekstrak kulit buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia) sebagai insektisida dalam mematikan nyamuk Aedes aegypti, menemukan formulasi ekstrak kulit buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia) sebagai insektisida hayati yang lebih aplikatif sehingga penggunaannya lebih mudah dan praktis, meneliti efektivitas ekstrak kulit buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia) sebagai insektisida hayati pada ruang yang lebih luas ataupun pada ruang terbuka.

Daftar Pustaka

Baskoro. A.D., dkk. (2010). Uji Potensi Ekstrak Kulit Jeruk Nipis (Citus aurantifolia) sebagai Pen-gusir (Repellent) Kecoak (Periplenata ameri-canus). Jurnal FKUB.

Eseabara C.A. (2014). Determination of Saponin Content of Various Parts of Six Citus Spesies. International Research Journal of Pure & Ap-plied Chemistry. 4:141

Haditomo I. (2010). Efek larvasida ekstrak daun cengkeh (syzygium aromaticum l.) terhadap aedes aegypti L. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Ikhsan N. (2014). Efektivitas Ekstrak Kulit Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Terhadap Kematian Larva Aedes sp. Skripsi. Makassar: Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar

Kandita R.T. (2015). Uji Efektivitas Ekstrak Buah Leu-ca (Solanum nigrum. L) sebagai Insektisida terhadap Nyamuk Aedes aegypti dan Anoph-eles aconitus. Jurnal. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Su-rakarta.

Kartika., dkk. (2014). Pemanfaatan Limonen dari Kulit Jeruk Nipis dalam Pembuatan Lilin Aro-matik Penolak Serangga. Jurnal FPTK UPI

Kementerian Kesehatan RI. (2014). Profil Kesehatan

Indonesia 2013. Jakarta: Kementerian

Kesehatan

Kementerian Kehatan RI. (2015). Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun

2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan

Lumowa. (2013). Pengaruh Mat Serbuk Bunga Sukun (Artocarpus altilis) sebagai Isi Ulang Anti Nya-muk Elektrik terhadap Kematian NyaNya-muk

Aedes aegypti. Samarinda: Universitas Mula-warman. Artikel FKIP UNS.

Naria E. (2015). Insektisida Nabati untuk Rumah Tangga. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Sampan F., dkk. (2015). Uji Efektivitas Ekstrak Kulit

Buah Duku (Lansium domesticum corr) se-bagai Anti Nyamuk Elektrik terhadap Daya Bunuh Nyamuk Aedes aegypti. Jurnal Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keo-lahragaan, 3(1).

Setiawan S. (2015). Efektivitas Ekstrak Daun Jambu Biji Merah (Psidium guajava Linn) sebagai Insektisida Aedes Aegypti dalam Sediaan Anti Nyamuk Elektrik. Skripsi. Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas

Sucipto C. (2011). Vektor Penyakit Tropis. Yogyakar-ta: Gosyen Publishing.

Utomo M., dkk. (2010). Pengaruh Jumlah Air yang Di Tambahkan pada Kemasan Serbuk Bunga Sukun (Artocarpus communis) sebagai Peng-ganti Isi Ulang (Refill) Obat Nyamuk Elektrik Terhadap Lama Waktu Efektif Daya Bunuh Nyamuk Anopheles aconitus lapangan. Jurnal

Kesehatan Masyarakat Indonesia. 6(1)

Wibawa R. (2012). Potensi Ekstrak Biji Mahkota De-wa (phaleria Macrocarpa) sebagai Insektisida terhadap Nyamuk Aedes aegypti dengan Metode Semprot. Skripsi. Jember : Fakultas Kedokteran.

36 HIG IENE

Gambar

Tabel  1.  Data  Jumlah  Nyamuk  Aedes  aegypti  yang  Pingsan  dan  Mati  setelah  Disemprotkan  dengan  Ekstrak  Kulit Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) dengan Berbagai Konsentrasi pada Menit Ke-20
Tabel 2. Data Total Kematian Nyamuk  Aedes aegypti setelah Disemprotkan dengan Ekstrak Kulit Buah Jeruk  Nipis (Citrus aurantifolia) dengan Berbagai Konsentrasi pada Jam Ke 0-24

Referensi

Dokumen terkait

Ketiga, Mengirimkan Surat Edaran ke daerah-derah Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo membuat edaran surat intruksi kedaerah-daerah yang dibuat

Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar ekonomi metode konvesional dengan metode peta konsep pada siswa kelas X SMA N Sukoharjo tahun ajaran

Jqmil arliair,

Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan Non Performing Loan (NPL), Return On Asset (ROA), Net Interest Margin (NIM), dan Capital Adequancy Ratio

Peserta Ujian tidak diperbolehkan memasuki ruang ujian diluar waktu yang telah ditetapkan (terlambat).. Peserta yang tidak membawa kartu identitas (KTP/Paspor) dan Kartu Ujian

Jumlah peserta didik dalam satu Rombongan Belajar diatur.

CV Virge Pratama Komputer mengalami kendala dalam hal mendapatkan pelanggan baru dan juga untuk mempertahankan pelanggan lama yang loyal terhadap perusahaan, kendala-kendala

Dan dari hal ini, timbul reaksi dari strees orang tua terhadap perawatan anak yang dirawat di rumah sakit yang meliputi (Supartini, 2009). 1) Kecemasan, ini