• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proceedings. Seminar Nasional Kerjasama Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana dan Asosiasi Psikologi Kristiani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Proceedings. Seminar Nasional Kerjasama Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana dan Asosiasi Psikologi Kristiani"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Proceedings

Seminar Nasional 2019

Kerjasama Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Satya Wacana

dan Asosiasi Psikologi Kristiani

“Merajut Keragaman

Untuk Mencapai

Kesejahteraan Psikologis

Dalam Konteks Masyarakat 5.0”

Hotel Grand Wahid Salatiga, 2 Agustus 2019

Satya Wacana University Press 2019

(2)
(3)

Proceedings

Seminar Nasional

“Merajut Keragaman

Untuk Mencapai

Kesejahteraan Psikologis

Dalam Konteks Masyarakat 5.0”

Hotel Grand Wahid Salatiga, 2 Agustus 2019

Satya Wacana University Press 2019

(4)

ii

PROCEEDINGS

SEMINAR NASIONAL

“MERAJUT KERAGAMAN UNTUK MENCAPAI

KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS

DALAM KONTEKS MASYARAKAT 5.0”

Hotel Grand Wahid Salatiga, 2 Agustus 2019

Reviewer

Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA Dr. Christiana Hari Soetjiningsih, MS.

Dr. Susana Prapunoto, Ma-Psy. Krismi Diah Ambarwati, M.Psi., Psikolog

Editor

Dr. Susana Prapunoto, MA-Psy.

Steering Committee

Prof. Dr. Marthen Pali, M.Psi Dr. Suryasatriya Trihandaru, M.Sc.nat

Committee

Pelindung : Neil Semuel Rupidara, SE., M.Sc.,Ph.D.

Rektor Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Penanggungjawab : Berta Esti Ari Praseya, S.Psi., MA.

Dekan Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Penasihat : Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.

Dr. Susana Prapunoto, Ma-Psy. Ketua Panitia : Dr. Christiana Hari Soetjiningsih, MS. Sekretaris : Yohanes Krismono, SE.

Bendahara : Krismi Diah Ambarwati, M.Psi., Psikolog. Cover : Timotius Iwan Susanto, S.Psi.

Cetakan Pertama: 2019

Isi dari masing-masing artikel proceedings merupakan tanggung jawab masing-masing penulis

All right reversed. Save exception stated by the law, no part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system of any nature, or transmitted in any form by any mean electronic, mechanical, photocopying, recording or otherwhise, included a complete or partial transcription, without the prior written permission of the author, application for which should be addressed to author.

Satya Wacana University Press Universitas Satya Wacana Jl. Diponegoro 52 – 60 Salatiga

Telp. (0298) 321212 Ext. 1229, Fax. (0298) 311995 Email: satyawacanapress@adm.uksw.edu

(5)

iii

KATA SAMBUTAN PENYELENGGARA

Salam Sejahtera bagi kita sekalian, Shalom.

Seminar nasional dan call papers bertajuk “Merajut Keragaman Untuk Mencapai Kesejahteraan Psikologis dalam Konteks Society 5.0” kita selenggarakan dengan kerjasama

antara Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) dengan Asosiasi

Psikologi Kristiani – (APK) Indonesia, dalam rangka menyambut Dies Natalis Fakultas

Psikologi ke 20th. Fakultas Psikologi UKSW pertama kali berdiri pada tanggal 23 Juni 1999; dan hingga saat ini telah memiliki 2 program studi yaitu S1 dan S2. Usaha yang berkelanjutan dari tahun ke tahun oleh seluruh pihak di fakultas dan program studi, telah memampukan Program S1 terakreditasi dengan peringkat A. Sebagai bagian dari semangat untuk terus berkontribusi bagi kemajuan perkembangan psikologi di Indonesia, Fakultas Psikologi mengundang para ilmuan di Indonesia untuk membagikan hasil-hasil riset dan pemikiran terbaik mereka melalui seminar ini. Demi tercatatnya kajian-kajian ilmiah yang ada, proceeding ini diterbitkan agar pemikiran-pemikiran maupun hasil riset yang telah disampaikan dalam seminar dapat dinikmati oleh kalangan yang lebih luas.

Tema ini secara spesifik diangkat, dengan melihat kenyataan bahwa Indonesia memiliki kekayaan keragaman baik dari segi budaya, bahasa, agama, serta latar belakang kehidupan yang lain. Keberagaman ini bagaikan memiliki dua sisi mata uang, yang bila bisa dimanfaatkan dengan maksimal akan memperkaya kekayaan pengalaman kehidupan individu, mendorong individu untuk belajar lebih fleksibel terhadap perubahan dan perbedaan serta mengembangkan pribadi yang kuat mental dan kaya pengalaman. Namun sebaliknya, keberagaman juga dapat menjadi ancaman apabila individu gagal mensikapinya dengan positif dan tepat; menimbulkan kesalahpahaman, syak wasangka bahkan perpecahan. Sementara itu, perkembangan peradaban manusia telah sampai pada titik saat kemajuan teknologi, utamanya teknologi informasi yang berintegrasi dengan internet, memunculkan teknologi digital, wireless, bigdata yang memunculkan berbagai exponential techology seperti: a) artificial intelligence, augmented reality 3D printing dan robotics, b) biotechnology c) nano technology, material baru, an fabrikasi digital, d) networks & computing systems (cloud, big data, IoT) (Diamandis, 2012).

(6)

iv

Semua kemajuan ini menimbulkan disrupsi baru, memaksa masyarakat harus siap dengan sistem-sistem baru, pola komunikasi dan interaksi yang baru, sistem-sistem bertransaksi yang baru yang berubah dengan pesat, yang mempengaruhi berbagai macam aspek kehidupan di masyarakat, yang saat ini dikenal dengan konteks masyarakat 5.0. Semua hal ini perlu dikaji dari berbagai sisinya, agar kita bisa mengantisipasi dan menyikapi dengan bijak sehingga dapat tercapai kesejahteraan psikologis setiap individu di Indonesia.

Seminar dan Call papers ini diikuti oleh 132 peserta, terdiri dari guru, dosen, utusan gereja, mahasiswa, peneliti, maupun praktisi, yang berasal dari berbagai daerah antara lain: Jawa Tengah, Yogyakarta, Jakarta, Makasar, Kupang, Manado, Surabaya dan lainnya. Harapan kami apa yang kita diskusikan dalam seminar ini dapat meningkatkan pengetahuan kita, dan pada akhirnya dapat bermanfaat bagi setiap orang yang kita layani.

Secara khusus ucapan terimakasih disampaikan kepda APK dan HIMPSI yang telah menjadi mitra kami dalam menyelenggarakan kegiatan ini serta kepada UKSW yang telah mendukung sepenuhnya terhadap kegiatan ini. Ucapan terimakasih sebesar-besarnya juga disampaikan kepada segenap panitia di bawah koordinasi dari Ibu Dr. Christiana Hari Soethjiningsih, MS dan Ibu Dr. Susana Prapunoto, M-Psy; didukung oleh Ibu Krismi Ambarwati M.Psi maupun Bapak Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA beserta para dosen, karyawan, maupun para mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW yang telah bekerjakeras mewujudkan terselenggaranya kegiatan ini.

Akhir kata, semoga Proceedings ini bermanfaat dan apabila ada kesalahan-kesalahan tertentu yang tidak kami sengaja dalam penerbitan proceeding ini, kami mohon maaf sebesar-besarnya. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.

Hormat kami,

Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi., M.A. Dekan Fakultas Psikologi UKSW

(7)

v

KATA PENGANTAR

Keragaman, Kemajemukan adalah keistimewaan yang Tuhan berikan kepada bangsa Indonesia. Sekitar 250 juta jiwa, 17.000 pulau, 714 suku dan lebih dari 1.100 bahasa lokal, Indonesia termasuk urutan ke empat Negara dengan jumlah populasi terbesar di dunia. Kondisi ini tentu membawa implikasi pada kemungkinan terjadinya pergesekan terkait persoalan budaya, suku, agama, bahasa, sosial-ekonomi, maupun persoalan lain terkait dengan persoalan hukum, dsb. Hal ini telah disadari oleh pujangga kita, Mpu Tantular yang kemudian menuliskan konsepnya dalam buku Sutasoma yaitu “Bhineka Tunggal Ika”.

Kehadiran revolusi industri 4.0 semakin meningkatkan tantangan kesatuan. Kebersamaan membangun persatuan di tengah keragaman, bukan sesuatu yang otomatis terjadi. Hal ini menuntut masyarakat 5.0 menyikapi keragaman ini dengan merajut keragaman untuk mewujudkan kasih, antara lain untuk mencapai kesejahteraan psikologis. Dengan demikian perbedaan, keragaman bukan sebagai pemisah melainkan sebagai kekayaan bangsa yang tiada nilainya. Prosiding ini merupakan sumbangan pemikiran dari 49 Penulis Artikel yang telah hadir dan berperan serta mempresentasikan gagasan terbaiknya.

Saya mengucapkan terimakasih kepada Ibu Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi, MA (Dekan Fakultas Psikologi – UKSW), Bapak Prof. Dr. Marthen Pali, M.Psi., (Ketua Asosiasi Psikologi Kristiani), Bapak Yusak Novanto, SPsi, MSi. (Sekretaris Asosiasi Psikologi Kristiani) yang telah memfasilitasi dan mendukung penuh penyelenggaraan Seminar & Call for Papers Jumat, 2 Agustus 2019. Ucapan terimakasih tidak terhingga kami haturkan kepada Prof. Virgo Handojo, Ph.D, CFLE. (dari California Baptist University), dan Ibu Eunike Sri Tyas Suci, PhD, Psikolog (Ketua Asosiasi Psikologi Kesehatan – HIMPSI) yang telah menghantar Seminar dan Call for

Papers Nasional “ Merajut Keragaman untuk Mencapai Kesejahteraan Psikologis dalam Konteks

Masyarakat 5.0.”.

Terimakasih atas kesediaan para Reviewers Call for Papers Dr. Christiana Hari Soetjiningsih, M.Si, Bapak Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA, Ibu Krismi Ambarwati, M.Psi meluangkan waktu dan pikiran agar Proceedings ini dapat terbit. Ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada Bapak Timotius Iwan Susanto, S.Psi. yang telah mendukung desain Cover

buku Proceeding. Terimakasih juga kepada sdri. Hanny Yuliana Agnes Sesa, S.Psi., Claudya S.Soulisa, S.Pd., Indah Lestari, S.Kep. dan Joanne Marrijda Rugebregt, S.Psi. yang telah banyak

(8)

vi

mendukung proses editing teknis buku Proceedings ini. Kiranya buku ini dapat bermanfaat bagi perjalanan bangsa Indonesia mengarungi Era Digital. Tuhan memberkati.

Salam sejahtera,

Dr. Susana Prapunoto, MA-Psy Editor

(9)

vii DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN PENYELENGGARA iii

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI vii

I. KURIKULUM DAN PENDIDIKAN KARAKTER 1

Peran Kurikulum dan Pendidikan Karakter dalam Proses Pembelajaran

Nurjadid 2

Hubungan Grit dengan Subjective Well-Being pada Siswa SMA Masehi 2 PSAK Semarang

Petra Wijayanti, Christiana Hari Soetjiningsih 11

Optimalisasi Superego dalam Teori Psikoanalisis Sigmund Freud untuk Pendidikan Karakter

Hengki Wijaya, I Putu Ayub Darmawan 21

Strategi Kurikulum Tersembunyi bagi Pendidikan Karakter Generasi Milenial dalam

Society 5.0

Mariani Harmadi 30

Gerakan Sayang Anak Indonesia: Sebuah Pendekatan Pendidikan Karakter Dalam Memasuki Konteks Society 5.0

Monica Muryawati 39

Pendidikan Karakter yang Berkelanjutan

Priscilla Titis Indiarti, Anton Sukontjo 50

Konsep dan Pengukuran Work Engagement dan Student Engagement: Kajian Literatur Mengenai Engagement dalam Bidang Pendidikan

Yosika Pramangara Admadeli 61

II. Identitas Sosial dan Budaya 71

Mendedah Kebertahanan dan Peran Pendidikan serta Interaksi Sosial-Budaya Kelindan Rumah Pengasingan

(10)

viii

Mendedah Penghayatan Religiusitas dan Psychological Well-Being Perempuan dalam Kelindan Pengasingan di Pulau Seram.

Foty Isabela Otemusu, Susana Prapunoto, A. Ign. Kristijanto 84

Hubungan antara Perceived Discrimination dan Kualitas Hubungan Romantis pada Pasangan Etnis Tionghoa-Indonesia dan Indonesia Asli

Revina Dewanti, Julia Suleeman 95

Studi Fenomenologi Kepala Sekolah Perempuan Single Parents

Fony Sanjaya, Mary Philia Elizabeth 105

Perbedaan Perilaku Prososial Ditinjau dari Jenis Kelamin

Jeanetha A. E. Lomboan, Christiana Hari Soetjiningsih 116

Hubungan antara Frekuensi Menonton TayanganTelevisi yang Mengandung Unsur Kekerasan dengan Perilaku Agresif Remaja

LaelaZulfia, Christiana Hari Soetjiningsih 127

Orientasi Masa Depan Pada Narapidana dengan Kasus Kejahatan Pelecehan Perempuan yang Menjalani Masa Hukuman Penjara di Atas Lima Tahun

Mareinata Nazareth Christy Irala, Margaretta Erna Setianingrum 136

Peran Hukum dan Psikologi dalam Meminimalkan Ujaran Kebencian Perusak Demokrasi

Wisnu Sapto Nugroho 147

III. CINTA KASIH DAN SPIRITUALITAS 158

Pengaruh Religiusitas dan Parent Adolescent Relationship terhadap Psychological Well

Being Remaja di SMP Negeri 1 Kupang

Marleni Rambu Riada 159

Pertumbuhan Spiritual Keluarga yang Memiliki Anak Penyandang Autisme

Maria Laksmi Anantasari 171

Religious Coping pada Penyintas Perkosaan

Julia Suleeman 187

Spiritual Kristiani di Tengah Laju Peradaban Digital

(11)

ix Eksistensi Perempuan Kristiani (Studi pada Perguruan Tinggi di Sulawesi Utara)

Shanti Natalia C. Ruata, Merci K. Waney, Yunita Sumakul 210

IV. KESEJAHTERAAN DAN KEBERFUNGSIAN KELUARGA 222

Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Harga diri pada Atlet Renang Remaja Klub Paswind Surakarta

Rizkiana Ika Raharjo, Christiana Hari Soetjiningsih 223

Hubungan antara Kelekatan Aman Ibu-Anak dengan Kematangan Sosial pada Anak yang Ibunya Bekerja

Yudea Sabdo Anggoro, Krismi Diah Ambarwati 233

Dukungan Keluarga sebagai Prediktor Keberfungsian Sosial Pasien Skizofrenia Rawat Jalan

Glaudia Anastacia, Krismi Diah Ambarwati 245

Hubungan antara Keharmonisan Keluarga dengan Perilaku Agresif pada Remaja Tegalsari

Cynthia Sinta Dewi, Ratriana Yuliastuti Endang Kusumawati 256

Gambaran Psychological Well-Being pada Remaja yang Memiliki Anak Sebelum Menikah

Ayu Wasti Kurniawati, Krismi Diah Ambarwati 267

Studi Deskriptif Internet Parenting Style pada orang Tua dengan Anak Remaja

Enjang Wahyuningrum 278

V.

PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI

292

Job Crafting dan Employee Well-Being pada Karyawan Generasi Y di Indonesia

Fandy Jusuf E. Lumentut, Krismi Diah Ambarwati 293

Sistem Pengendalian Manajemen Kontemporer Berdasar Aspek Spiritual

Anton Sukontjo, Maria Andriyani Wulandari 307

Faktor Demografis di Seputar Kepuasan Hidup Guru Sekolah X di Sidoarjo

Yusak Novanto, Maria Rayna Kartika Winata 320

Emotional Intelligence and Job Satisfaction of Teachers in Senior High School in

Kupang

(12)

x

Hubungan antara Motivasi Kerjadengan Kepuasan Kerja Karyawan di PT. Argo Manunggal Triasta

Septiana Indah Permata Surya, Sutarto Wijono 348

Budaya Organisasi dan Kinerja pada Fungsionaris Lembaga Kemahasiswaan Universitas (LKU) UKSW

Siswani Inesda Batara, Sutarto Wijono 358

VI. KESEHATAN MENTAL SEPANJANG RENTANG KEHIDUPAN 367

Hubungan Negatif antara Sexual Self-Esteem dan Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja Akhir

Arina Zuhriyah, Christiana Hari Soetjiningsih 368

Membaca Dinamika Psikologis Lewat Kekuatan Narasi

Emmanuel SatyoYuwono 378

Strategi Regulasi Emosi Anggota Penyidik Kasus Pembunuhan di Wilayah Hukum Polres Salatiga

Maximianus Ambrosius Nggai, Wahyuni Kristianawati 389

Hubungan Resiliensi dan Kepuasan Hidup pada Dewasa Muda

Dewa Fajar Bintamur 402

Pelecehan Seksual pada Biduanita Orkes Dangdut

Evita Cynthia Damayanti, Christiana Hari Soetjiningsih 413

Hubungan antara Self-Esteem dengan Perilaku Seksual pada Remaja Putus Sekolah

Yosefine Permatasari, Ratriana Yuliastuti Endang Kusumawati 425

Korelasi Kontrol Diri dengan Perilaku Agresif pada Remaja Laki-Laki Peminum Miras (Studi Kontekstual pada Remaja Jemaat GPM Imanuel OSM-Ambon)

Salomina Patty, Prisca Diantra Sampe, Sutarto Wijono 436

VII. AGING 448

Successful Aging : Gaya Hidup Lansia di Era Digital

WinangPrananda, Christiana Hari Soetjiningsih, David Samiyono 449

Successful Aging : Voice-Tech Paduan Suara Religi

(13)

xi Perbedaan Kecemasan Menghadapi Kematian pada Lansia Ditinjau dari Jenis Kelamin

Tri Utami Noviyanti, Ratriana Y. E. Kusumiati 478

Perbedaan Kualitas Hidup Lansia yang Hidup di Rumah dan di Panti Wreda

M. Erna Setianingrum, Ratriana Y. E., Kusumiati 487

VIII.PERILAKU ENTREPRENEURSHIP DI ERA MILENIAL 496

Dukungan Semarang Kota Cerdas terhadap Minat Wirausaha: Studi Kasus Mahasiswa Jurusan Manajemen.

Martin Flemming Panggabean 497

Adaptabilitas Karir di Era Industri 4.0

Doddy Hendro Wibowo 506

Hubungan antara Rejection Sensitivity dengan Impulsive Buying Produk Fashion (Studi pada Mahasiswi Fakultas Psikologi Angkatan 2015 UKSW).

Hanggraini Puspitaningrum, Berta Esti Ari Prasetya 519

Pengaruh Karakteristik Psikologis pada Selebgram Entrepreuner.

(14)
(15)

222

SUB TEMA 4:

KESEJAHTERAAN DAN KEBERFUNGSIAN

KELUARGA

(16)

233 Hubungan Antara Kelekatan Aman Ibu-Anak dengan Kematangan Sosial Anak yang

Ibunya Bekerja

Yudea Sabdo Anggoro Krismi Diah Ambarwati

Fakultas Psikologi - Universitas Kristen Satya Wacana

Email: sirinyudea126@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara kelekatan aman ibu-anak dengan kematangan sosial anak yang memiliki Ibu bekerja. Partisipan dalam penelitian ini adalah 102 siswa/i SD Sidorejo Lor 4 Salatiga dengan kriteria yang sudah ditetapkan

(Purposive Sampling). Pengumpulan data menggunakan skala yaitu skala kelekatan aman hasil

adaptasi dari skala pola kelekatan Efendy (2012) yang berdasar pada teori kelekatan Hazar & Shaver (1987), dan skala kematangan sosial yang disusun peneliti berdasarkan pada teori kematangan sosial Doll (1965). Dari hasil penelitian diperoleh koefisien korelasi r=-0,069 dengan sig=0,244 (p>0,05). Ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kelekatan aman ibu-anak dengan kematangan sosial anak yang memiliki Ibu bekerja. Melihat dari proses pembelajaran di Sekolah Dasar seyogyanya Sekolah tidak hanya mengembangkan siswa dari aspek kognitif saja, tapi juga dari aspek kematangan sosialnya.

Kata kunci: Kelekatan Aman, Kematangan Sosial, Anak yang memiliki Ibu bekerja

Pendahuluan

Anak merupakan generasi penerus bangsa dan negara di masa depan nantinya. Masa kanak-kanak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan, yang disertai dengan

(17)

tugas-234

tugas perkembangan yang wajib dipenuhi, khususnya ketika anak menginjak usia sekolah dasar (6-12 tahun). Berikut tugas-tugas perkembangan anak menurut Soetjiningsih (2012) yaitu:

1. Belajar keterampilan fisik.

2. Membangun sikap sehat terhadap diri sendiri sebagai mahluk yang sedang bertumbuh. 3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman sebaya.

4. Mengembangkan peran sosial pria-wanita yang tepat.

5. Belajar keterampilan dasar Calistung (membaca, menulis, berhitung).

6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. 7. Mengembangkan kata hati nurani, moralitas, dan nilai-nilai.

8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga. 9. Mencapai kebebasan pribadi.

Jika melihat tugas perkembangan yang disebutkan di atas, banyak tugas perkembangan yang berkaitan dengan aspek sosial (poin 3, 4, dan 8) dibandingkan dengan aspek kognitif (hanya poin 5). Hal ini mengisyaratkan bahwa pada anak usia sekolah (6-12 tahun) penting untuk meningkatkan kemampuan anak dari aspek sosialnya. Namun faktanya banyak orang tua dan sekolah yang lebih mempersiapkan anak mereka dari aspek kognitif daripada aspek sosialnya. Hal ini juga didukung dari penelitian Afifah dan Dwisusari (2016) yang meneliti tentang kematangan sosial anak SD (Sekolah Dasar) awal sekota Madiun. Mereka mendapati informasi dari Guru kelas 1 dan panitia penerimaan peserta didik baru bahwa kemampuan menulis dan membaca sederhana menjadi persyaratan diterimanya anak menjadi peserta didik pada Sekolah Dasar.Yang terjadi ialah beberapa peserta didik SD atau calon peserta didik Sekolah Dasar nampaknya cukup menguasai persoalan baca-tulis-hitung sederhana, namun mereka masih belum mampu mengurus keperluan mereka sendiri maupun beradaptasi di lingkungan sekolah yang baru (Afifah & Dwisusari, 2016).

Hasil wawancara peneliti dengan Wali Kelas 3 di SDN Sidorejo Lor 4 Salatiga tanggal 11 Agustus 2018 menunjukkan bahwa, di kelas 3 masih ada beberapa anak yang belum bisa memakai baju sendiri dan juga ada anak yang belum bisa makan sendiri. Dari sini dapat dilihat bahwa di kelas 3 pun masih ada anak yang belum bisa mandiri dalam berpakaian atau hal lainnya. Oleh karena itu, kesiapan dari aspek sosial menjadi penting di masa sekolah karena anak

(18)

235 tidak hanya menjalani proses secara akademik saja, tetapi anak juga mulai berproses di lingkungan teman sebaya dan lingkungan sekolah yang didalamnya terdapat aturan-aturan dan nilai–nilai sosial yang wajib dipahami dan dilakukan oleh anak. Jika anak mengalami kegagalan dalam hal tersebut, maka hal itu akan menghambatnya dalam proses bersosialisasi.

Ketika anak sudah mampu menolong diri, berkomunikasi, bersosialisasi dengan orang lain, dan memiliki keterampilan motorik yang baik, mereka dapat dikatakan matang secara sosial (Sparrow dalam Afifah & Dwisusari, 2016). Kematangan sosial (Social Maturity) merupakan perilaku yang menunjukkan kemampuan individu dalam mengurus dirinya sendiri dan partisipasinya dalam aktivitas-aktivitas yang mengarah pada kemandirian sebagaimana layaknya orang dewasa (Doll dalam Afifah & Rohmadheny, 2014). Beberapa aspek pembentuk kematangan sosial pada anak menurut Doll (dalam Afifah & Dwisusari, 2016) sebagai berikut:

1. Kemampuan menolong diri (Self-Help) yang terdiri dari:

a. Kemampuan menolong diri secara umum (Self-Help General), seperti mencuci muka, mencuci tangan secara mandiri dan mandi sendiri.

b. Kemampuan saat makan (Self Eating), seperti mengambil makanan, menggunakan sendok-garpu secara mandiri.

c. Kemampuan dalam berpakaian (Self-Dressing), seperti mandi sendiri, memakai baju dan celana, mengancingkan baju secara mandiri.

2. Kemampuan mengarahkan diri (Self-Direction), seperti mengetahui nilai uang, dapat

menyiapkan perlengkapan sekolah secara mandiri.

3. Kemampuan bergerak (Locomotion), seperti dapat naik-turun tangga secara mandiri,

pergi ke rumah tetangga tanpa diawasi, berangkat sekolah tanpa diantar.

4. Kemampuan mengerjakan sesuatu (Occupation), seperti menggunakan pensil,

menggunakan pulpen, membantu pekerjaan rumah sederhana.

5. Kemampuan bersosialisasi (Socialization), seperti banyak bermain bersama teman,

memiliki banyak teman, aktif didalam tugas kelompok

6. Kemampuan berkomunikasi (Comunication), mampu berkomunikasi dengan orang

sekitar (selain keluarga), mempu bercerita di hadapan teman dan guru kelasnya.

Kematangan sosial tiap anak memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri anak maupun lingkungan sosial (lingkungan keluarga dan

(19)

236

lingkungan tempat ia tinggal), Apabila lingkungan sosial mendukung bagi perkembangan anak, maka anak dapat mencapai perkembangan sosialnya secara matang. Namun jika lingkungan sosialnya tak mendukung, maka anak akan memiliki hambatan atau konflik pada perkembangan sosialnya (Yusuf, 2002). Menurut Gunarsa (1983) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kematangan sosial anak, yaitu:

1. Keadaan fisik dan faktor keturunan.

2. Perkembangan dan kematangan intelektual, dan emosi. 3. Faktor pengalaman belajar.

4. Faktor kebudayaan, adat-istiadat, dan agama.

5. Keadaan lingkungan, terutama dalam hal ini lingkungan rumah dan keluarga.

Lingkungan sosial terkecil dan pertama bagi individu adalah keluarga. Di dalam lingkungan keluarga ada hubungan kasih sayang yang terjalin antara orang tua dan anak. Ikatan kasih sayang dan emosional yang dibentuk seseorang dengan orang lain yang bersifat khusus disebut kelekatan (Attachment) (Ainsworth, 1978). Menurut Bowlby (dalam Santrock, 2012) kelekatan adalah suatu relasi atau hubungan antara figur sosial tertentu dengan suatu fenomena tertentu yang mencerminkan karakteristik yang unik. Bowlby (dalam Soetjiningsih, 2012) mengatakan bahwa kelekatan akan bertahan cukup lama dalam rentang kehidupan manusia yang diawali dengan kelekatan anak dan Ibu atau figur lain pengganti Ibu.

Kecenderungan individu dalam berelasi dengan individu lain yang memiliki arti tertentu dan bersifat emosional dan afektif disebut pola kelekatan (Attachment Patterns) (Bartholomew dalam Baron & Byrne, 2005). Hazar dan Shaver (dalam Snyder & Shane, 2007) membagi pola kelekatan antara anak dan orang tua menjadi tiga bentuk, antara lain Secure Attachment, Anxious

Attachment, dan Avoidant Attachment. Peneliti-peneliti seperti Bartholomew (1991) dan

Ainsworth (1978) mengatakan bahwa kelekatan dengan kualitas yang baik dibangun sejak masa kanak-kanak adalah kelekatan aman, karena kelekatan aman memiliki pengaruh yang positif bagi individu saat memasuki masa remaja dan dewasa (Snyder & Shane, 2007).

Kelekatan aman (Secure Attachment) merupakan jenis kelekatan yang mempunyai mental diri sebagai orang yang berharga, mampu menjadi sahabat yang baik bagi orang lain, dapat

(20)

237 dipercaya, responsif, dan penuh kasih sayang. Berikut adalah ciri-ciri kelekatan aman menurut Hazar dan Shaver (1987) :

1. Percaya diri ketika berhubungan dengan orang lain: yaitu individu mampu

membangun keakraban dengan orang lain, bahkan dengan orang yang baru dikenal. Hal ini ditandai dengan sikap yang mudah akrab dengan siapapun, tidak mudah khawatir bila ada orang lain yang mendekatinya, dan senantiasa memandang orang lain dengan sikap positif.

2. Memiliki konsep diri yang baik: yaitu pemahaman individu terhadap dirinya sendiri dan

orang lain. Indikasi dari hal tersebut ialah individu mampu mengembangkan sikap penuh percaya diri, sikap mandiri, berpikir realistis akan kemampuan yang dimiliki, dan gigih mencapai hasil yang maksimal.

3. Nyaman untuk berbagi perasaan dengan orang lain: yaitu individu mampu

mengungkapkan perasaan dan pemikiran apa saja yang ada dalam dirinya. Seperti berbagi cerita atau pengalaman, memiliki kemampuan mendengar orang lain dengan baik, dan mampu menerima masukan dan kritik dari orang lain.

4. Peduli dengan siapapun: yaitu individu yang memiliki jiwa yang responsif dan selalu

terbuka untuk memberikan bantuan pada orang lain.

Berkaitan dengan kelekatan aman, beberapa peneliti sebelumnya telah meneliti dan menghubungkan kelekatan aman (Secure Attachment) dengan variabel lainnya. Seperti penelitian Maldini dan Kustanti (2016) meneliti hubungan antara kelekatan Ayah dengan penyesuaian sosial remaja putri anak TKW (Tenaga Kerja Wanita). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara kelekatan ayah dengan penyesuaian sosial remaja putri TKW. Kemudian dari Purnama dan Wahyuni (2017) tentang hubungan antara kelekatan Ibu dan Ayah dengan kompetensi sosial remaja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif signifikan antara kelekatan ibu dan ayah dengan kompetensi sosial remaja. Satu penelitian yang meneliti variabel kelekatan dan kematangan sosial adalah penelitian Fitriyah (2008) yang melihat perbedaan kematangan sosial anak yang mengalami kelekatan aman dan kelekatan tidak aman Ibu-anak. Partisipan berjumlah 50 anak, yang masing-masing 24 anak dengan kelekatan aman dan 26 anak dengan kelekatan tidak aman. Hasil menunjukkan bahwa ada perbedaan kematangan sosial yang signifikan antara anak yang mengalami kelekatan aman dan anak yang mengalami kelekatan tidak aman pada ibu.

(21)

238

Pada penelitian kali ini, peneliti ingin meneliti hubungan antara kelekatan aman Ibu-anak dengan kematangan sosial anak yang memiliki Ibu bekerja. Karena melihat di zaman modern ini, emansipasi wanita sudah ditegakkan sehingga para wanita sekarang bisa berkarir sama seperti pria. Banyak peneliti yang melihat pengaruh dari Ibu bekerja pada anak. Seperti pengaruh Ibu yang bekerja terhadap pola asuh anak (Rapini & Kristiyana, 2013), pengaruh Ibu yang bekerja terhadap kemandirian anak usia dini (Geofanny, 2016), dan pengaruh kelekatan Ibu bekerja terhadap kesejahteraan psikologis remaja (Farradinna, 2018). Melihat fenomena ini membuat peneliti tertarik untuk meneliti kelekatan aman Ibu-anak dan kematangan sosial anak yang Ibunya bekerja. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang peneliti ajukan ialah ada hubungan positif antara kelekatan aman Ibu-anak dengan kematangan sosial anak yang memiliki Ibu bekerja. Semakin tinggi kelekatan aman anak dengan ibunya, maka semakin tinggi pula kematangan sosialnya, dan begitupun sebaliknya.

Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif, dengan desain korelasional untuk mencari hubungan pada variabel X (Kelekatan Aman Ibu-anak) dan Y (Kematangan Sosial Anak). Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa/i SDN Sidorejo Lor 4 Kota salatiga yang berjumlah 102 siswa/i. Tehnik pengambilan sampel menggunakan tehnik Purposive Sampling

yaitu sampel diambil berdasarkan kriteria-kriteria yang dibuat dalam penelitian (Sugiyono, 2017). Kriteria sampel dalam penelitian ini ialah partisipan berusia 10-12 tahun dan merupakan anak yang memiliki Ibu yang bekerja.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ialah menggunakan Skala Psikologi dengan model skala yang digunakan adalah model skala Likert (Periantalo, 2015). Penyajian skala psikologi pada penelitian ini dibuat berdasar pada teori perkembangan kognitif Piaget (dalam Santrock, 2012, & Soetjiningsih, 2012). Piaget mengatakan bahwa pada usia 7-11 tahun, anak berada pada tahap kognitif Operasional Konkret (Conrete Operational). Pada tahap ini anak-anak sudah mampu bernalar secara logis, selama penalaran itu dapat diaplikasikan pada contoh-contoh yang nyata, spesifik, dan konkret. Contoh-contoh-contoh nyata seperti kegiatan atau aktifita-aktifitas yang dilakukan anak (partisipan penelitian) setiap harinya. Untuk skala kelekatan aman, peneliti mengadaptasi dari skala pola kelekatan Efendy (2012) yang berdasar pada teori kelekatan Hazar & Shaver (1987). Sedangkan untuk skala kematangan sosial, peneliti menyusun

(22)

239 aitem skala berdasarkan pada teori kematangan sosial Doll (1965). Kemudian, seluruh data dianalisis dengan bantuan software SPSS 24.0 for windows.

Hasil Analisis Deskriptif

Tabel 1. Kategorisasi Kelekatan Aman anak dengan Ibu Kategori Interval Frekuensi Presentase Mean Sangat Tinggi 26>x>30 77 75,49% 26,83 Tinggi 21>x>25 23 22,55% Rendah 16>x>20 2 1,96% Sangat Rendah 10>x>15 0% Total 102 100%

Pada Tabel 1, menunjukkan rata-rata kelekatan aman partisipan berada di kategori sangat tinggi yaitu sebanyak 77 anak (75,49%),

Tabel 2. Kategorisasi Kematangan Sosial Anak

Kategori Interval Frekuensi Presentase Mean Sangat tinggi 32,6>x>39 29 28.43%

Tinggi 26>x>32,5 52 50.98% 29.56 Rendah 19.6>x>26 17 16.67% Sangat Rendah 13>x>19,5 4 3.92%

Total 102 100%

Pada Tabel 2, menunjukkan Rata-rata kematangan sosial partisipan berada di kategori tinggi yaitu sebanyak 52 anak (50,98%)

Uji Asumsi

1 Uji Normalitas

Tabel 3. Uji Normalitas dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kelekatan Aman Kematangan Sosial

N 102 102 Normal Parametersa,b Mean 26.8333 29.5588 Std. Deviation 2.62917 4.80629 Most Extreme Differences Absolute 0.133 0.137 Positive 0.114 0.070

(23)

240

Negative -0.133 -0.137

Test Statistic 0.133 .137

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.000c 0.000c

Pada Tabel 3, uji normalitas kedua variabel menunjukkan nilai signifikansi (sig) yaitu 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa kedua variabel tidak berdistribusi normal (p<0,05).

2 . Uji Linearitas

Tabel 4. Uji Linearitas ANOVA Table Sum of Squares df Mean Square F Sig. Kematangan Sosial * Kelekatan Aman ddd Between Groups (Combined) 276.828 11 25.166 1.101 0.369 Linearity 2.587 1 2.587 .113 0.737 Deviation from Linearity 274.241 10 27.424 1.200 0.302 Within Groups 2056.319 90 22.848 Total 2333.147 101

Pada Tabel 4, uji linearitas kedua variabel menunjukkan Fbeda=1,200 dan sig=0,302 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa kedua variabel memiliki hubungan yang linear.

C. Uji Korelasi

Tabel 5. Uji Korelasi dengan Spearman’s rho

Kelekatan Aman Kematangan Sosial Spearman's rho Kelekatan Aman Correlation Coefficient 1.000 -0.069 Sig. (1-tailed) . 0.244 N 102 102 Kematangan Sosial Correlation Coefficient -0.069 1.000 Sig. (1-tailed) 0.244 . N 102 102

Pada Tabel 5, uji korelas spearman antara kelekatan aman dan kematangan sosial menunjukkan r=-0,069 dengan sig=0,244 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kelekatan aman Ibu-anak dengan kematangan sosial anak yang memiliki Ibu bekerja. Dengan demikian hipotesis pada penelitian ini ditolak.

(24)

241 Kelekatan aman tidak berhubungan dengan kematangan sosial karena kelekatan tidak hanya bisa didapatkan dari Ibu saja. Selain Ibu kelekatan bisa didapat Ayah, Tante, Paman, Kakek, Nenek atau orang lain yang menjadi figur lekat si anak. Bowlby (dalam Santrock, 2012) juga mengatakan ada dua jenis figur lekat, yaitu figur lekat utama (Ayah dan Ibu), dan figur lekat pengganti (pengasuh atau anggota keluarga lain). Individu yang selalu siap memberikan respon ketika anak menangis, tetapi tidak memberikan perawatan fisik cenderung dipilih anak sebagai figur lekat pengganti. Sedangkan individu yang kadang-kadang memberikan perawatan fisik namun tidak bersifat responsif, ia tidak akan dipilih anak menjadi figur lekatnya (Bowlby dalam Santrock, 2012). Maldini dan Kustanti (2016) meneliti hubungan antara kelekatan Ayah dengan penyesuaian sosial remaja putri dengan hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif signifikan antara kelekatan Ayah dengan penyesuaian sosial remaja putri dengan sumbangan efektif sebesar 41,9%.

Selain itu, ada juga faktor lain yang memengaruhi kematangan sosial yaitu faktor kematangan emosi/intelektual, faktor pengalaman belajar, faktor fisik, faktor budaya atau agama, dan lingkungan (Gunarsa, 1983). Faktor lingkungan dalam hal ini ialah lingkungan rumah dan keluarga. Meskipun kelekatan didapat anak dalam lingkungan keluarga, namun ada hal lain yang juga didapat anak dalam perkembangannya di dalam keluarga. Hal itu adalah pola asuh (Gunarsa, 1983). Pola asuh adalah cara-cara yang digunakan orang tua dalam mendidik anaknya, baik dengan cara otoriter, permisif, atau demokratis yang mempengaruhi perkembangan dan kepribadian anak (Purba, 2016). Penelitian dari Suharsono dkk (2009) mengenai hubungan pola asuh orang tua terhadap kemampuan sosialisasi pada anak prasekolah menunjukkan hasil bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh (pola asuh demokratis) dengan kemampuan sosialisasi anak. Selain itu, penelitian Tsani dkk (2016) mengenai hubungan pola asuh orang tua dengan kemandirian anak usia dini menunjukkan hasil bahwa ada hubungan sangat tinggi antara pola asuh dengan kemandirian anak (pola asuh mempunyai pengaruh sebesar 73,1%). Oleh karena itu, wajar bila dalam penelitian ini menunjukkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara kelekatan aman dengan kematangan sosial, karena di dalam lingkungan keluarga yang memiliki peran besar untuk mempengaruhi kematangan sosial adalah pola asuh.

Simpulan & Saran Simpulan

(25)

242

Dari hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan positif antara kelekatan aman Ibu-anak dengan kematangan sosial anak yang memiliki Ibu bekerja.

Saran

1. Bagi pihak Guru khususnya wali kelas diharapkan untuk lebih mengamati setiap siswanya. Karena bisa saja ada siswa menunjukkan perilaku negatif (memiliki kematangan sosial yang rendah, kelekatan yang tidak aman, atau permasalahan lainnya). Kemudian Guru bisa mencari tahu mengapa siswa bisa seperti itu (bisa langsung bertanya pada siswa atau melalui orang tua dan lingkungannya). Dengan demikian, siswa bisa tertangani dengan baik sehingga Guru tidak merasa terganggu lagi dengan perilaku dari siswa tersebut.

2. Bagi pihak sekolah diharapkan untuk bisa melihat lagi semua siswanya, melakukan identifikasi khususnya untuk melihat tingkat kematangan sosial siswa. Kemudian membuat program untuk meningkatkan kematangan sosial siswa, sehingga siswa tidak hanya matang secara akademik, tapi juga matang dalam kemandirian dan sosialnya.

3. Bagi pihak orang tua diharapkan untuk lebih memperhatikan dan meningkatkan perkembangan anaknya, terutama kematangan sosialnya saat memasuki sekolah dasar. Karena di sekolah anak tidak hanya menjalani proses secara akademik, tetapi mulai berproses juga di lingkungan teman sebaya dan lingkungan sekolah.

4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan untuk memperbesar jumlah sampel dan kriteria partisipan yang lebih spesifik. Seperti mengambil sampel dari dua SD, atau semua SD di satu kecamatan. Lalu kriteria yang spesifik seperti memilih anak berdasarkan jenis kelamin. Kemudian diharapkan peneliti dapat memperbaik alat ukur agar reliabilitas yang didapat lebih meningkat (a=0,8 atau lebih). Selain itu, peneliti selanjutnya juga bisa meneliti faktor lain yang berperan pada kematangan sosial, seperti faktor kematangan emosi/intelektual, faktor pengalaman belajar, faktor fisik, dan faktor budaya atau agama.

Daftar Pustaka

Afifah, R. D., & Dwisusari, H. (2016). Profil Kematangan Sosial Anak SD Awal Se-Kota Madiun Di Tinjau dari Vineland Social Maturity Scale. Jurnal CARE, 03(2), 68-75. Retrieved from http://e-journal.unipma.ac.id

(26)

243 Afifah, R. D., & Rohmadheny, S. P. (2014). Kematangan Sosial Anak Usia Dini Berkebutuhan Khusus (Studi Kasus pada Anak Tunadaksa). Jurnal LPPM, 2(1), 1-6. Retrieved from http://e-journal.unipma.ac.id

Ainsworth, M. D. et. al. (1978). Patterns of Attachment: A Psychological Study of The Strange Situation. New York: Psychology Press. Retrieved from http://gen.lib.rus.ec/

Bartholomew, K. & Horowitz, L.M. (1991). Attachment styles among young adults: A test of a four-category model. Journal of Personality and Social Psychology. 61(2), 226-244

Doll, A. (1965). Vineland social maturity scale Condensed Manual of Directions. Minnesota: Publishers Bulding Circle Pines. Retrieved from http://gen.lib.rus.ec/

Farradinna S. (2018). Kelekatan Ibu Bekerja Pengaruhnya Terhadap Kesejahteraan Psikologis Remaja. Jurnal Insight Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Jember, 14(2), 124-137. Retrieved from https://www.researchgate.net

Fitriyah, I. (2008). Perbedaan Kematangan Sosisal Anak yang Mengalamai Kelekatan Aman dan Kelekatan Tidak Aman Terhadap Ibu. Jurnal Psikologi, 2(3) 22-48. Retrieved from http://eprints.umm.ac.id

Geofanny R. (2016). Perbedaan Kemandirian Anak Usia Dini Ditinjau Dari Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja (di Kacamatan Samarinda Kota). PSIKOBORNEO, 4(4), 711-721. Retrieved from http://ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.id/

Gunarsa, S. D. (1983). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia. Hazan, C. dan Shaver, P.1987.Romantic Love Conceptualized as an attachment process.

Journal of Personality and Social Psychology. 52, 511-525. American Psychological

Association.

Maldini, P. O., & Kustanti, R. E. (2016). Hubungan Antara Kelekatan Ayah Dengan Penyesuaian Sosial Remaja Putri Anak TKW (Tenaga Kerja Wanita) Di Kecamatan Patebon Kendal. Jurnal Empati, 5(4), 700-704. Retrieved from https://ejournal3.undip.ac.id/

Periantalo, J. (2015). Penyusunan Skala Psikologi: Asyik, Mudah dan Bermanfaat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Purba, J. W. C. (2016). Pola Asuh Orang Tua Tunanetra Terhadap Anak Normal di Pekanbaru.

(27)

244

Purnama, A. R., & Wahyuni, S. (2017). Kelekatan (Attachment) pada Ibu dan Ayah Dengan Kompetensi Sosial pada Remaja. Jurnal Psikologi, 13(1), 30-40. Retrieved from https://media.neliti.com/

Rapini T., & Kristiyana N. (2013). Dampak Peran Ganda Wanita Terhadap Pola Asuh Anak (Studi Pada Wanita Pegawai Lembaga Keuangan Perbankan Di Ponorogo). Jurnal Ekuilibrium, 11(2), 62-69. Retrieved from http://eprints.umpo.ac.id/

Santrock, J. W. (2012). Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup (13th eds.).

Jakarta:Erlangga.

Snyder, C. R., & Shane, J. L. (2007). Positive Psychology: The Scientific and Practical

Exploration of Human Strengths. London: SAGE Publications. Retrieved from

http://gen.lib.rus.ec/

Soetjiningsih, C. H. (2012). Perkembangan Anak Sejak Pembuahan Sampai Kanak-Kanak Akhir. Jakarta: Prenada.

Sugiyono. (2017). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suharsono, J. T., Fitriyani, A., & Upoyo, A. S. (2009). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemampuan Sosialisasi Pada Anak Prasekolah Di TK Pertiwi Purwokerto Utara.

Jurnal Keperawatan Soedirman, 4(3), 112-118. Retrieved from

http://jks.fikes.unsoed.ac.id

Snyder, C.R. & Lopez, Shane J.. (2007). Positive psychology: The scientific and practical

explorations of human strengths. Lawrence: SAGE Publication

Tsani, I. L., Herawati, N. I., & Istianti, T. (2016). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kemandirian Anak Usia Dini. Jurnal Psikologi, 7 (2). 42-65. Retrieved from https://media.neliti.com

Gambar

Tabel 2. Kategorisasi Kematangan Sosial Anak
Tabel 4. Uji Linearitas

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pengamatan selama kegiatan inti pada siklus II respon anak terlihat kemajuan melalui data yang diperoleh selama pengamatan.Hasil penelitian setelah pelaksanaan

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sukadana yang terdiri dari kelas VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, dan VIII E dan sampel dalam penelitian

Karena udara yang masuk ke dalam ruangan pembakaran tidak kering dan masih mengandung air, maka terdapat panas yang hilang untuk menguapkan air yang terkandung dalam udara

Piutang Pajak Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah Daerah dan/atau hak Pemerintah Daerah yang dapat dinilai denghan uang sebagai akibat

Nilai pH akan mempengaruhi kualitas gelatin diantaranya kekuatan gel dan viskositas gel, nilai pH gelatin tidak mempengaruhi pembuatan cangkang kapsul karena pada

Masalahnya adalah yang paling mencolok di negara-negara dalam masa transisi , dan tampaknya menjadi akut di Serbia , yang diwujudkan dalam : a) memberikan dominasi

Jurusan dan Program Studi S1 Psikologi Universitas Brawijaya 15 belum dapat dilakukan evaluasi mengenai sejauhmana kesesuaian Renstra tersebut dengan program kerja yang

Perencanaan dinding geser sebagai elemen struktur penahan beban gempa pada gedung bertingkat bisa dilakukan dengan konsep gaya dalam (yaitu dengan hanya meninjau