Proceedings
Seminar Nasional 2019
Kerjasama Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Satya Wacana
dan Asosiasi Psikologi Kristiani
“Merajut Keragaman
Untuk Mencapai
Kesejahteraan Psikologis
Dalam Konteks Masyarakat 5.0”
Hotel Grand Wahid Salatiga, 2 Agustus 2019
Satya Wacana University Press 2019
Proceedings
Seminar Nasional
“Merajut Keragaman
Untuk Mencapai
Kesejahteraan Psikologis
Dalam Konteks Masyarakat 5.0”
Hotel Grand Wahid Salatiga, 2 Agustus 2019
Satya Wacana University Press 2019
ii
PROCEEDINGS
SEMINAR NASIONAL“MERAJUT KERAGAMAN UNTUK MENCAPAI
KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS
DALAM KONTEKS MASYARAKAT 5.0”
Hotel Grand Wahid Salatiga, 2 Agustus 2019
Reviewer
Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA Dr. Christiana Hari Soetjiningsih, MS.
Dr. Susana Prapunoto, Ma-Psy. Krismi Diah Ambarwati, M.Psi., Psikolog
Editor
Dr. Susana Prapunoto, MA-Psy.
Steering Committee
Prof. Dr. Marthen Pali, M.Psi Dr. Suryasatriya Trihandaru, M.Sc.nat
Committee
Pelindung : Neil Semuel Rupidara, SE., M.Sc.,Ph.D.
Rektor Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Penanggungjawab : Berta Esti Ari Praseya, S.Psi., MA.
Dekan Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Penasihat : Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.
Dr. Susana Prapunoto, Ma-Psy. Ketua Panitia : Dr. Christiana Hari Soetjiningsih, MS. Sekretaris : Yohanes Krismono, SE.
Bendahara : Krismi Diah Ambarwati, M.Psi., Psikolog. Cover : Timotius Iwan Susanto, S.Psi.
Cetakan Pertama: 2019
Isi dari masing-masing artikel proceedings merupakan tanggung jawab masing-masing penulis
All right reversed. Save exception stated by the law, no part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system of any nature, or transmitted in any form by any mean electronic, mechanical, photocopying, recording or otherwhise, included a complete or partial transcription, without the prior written permission of the author, application for which should be addressed to author.
Satya Wacana University Press Universitas Satya Wacana Jl. Diponegoro 52 – 60 Salatiga
Telp. (0298) 321212 Ext. 1229, Fax. (0298) 311995 Email: satyawacanapress@adm.uksw.edu
iii
KATA SAMBUTAN PENYELENGGARA
Salam Sejahtera bagi kita sekalian, Shalom.
Seminar nasional dan call papers bertajuk “Merajut Keragaman Untuk Mencapai Kesejahteraan Psikologis dalam Konteks Society 5.0” kita selenggarakan dengan kerjasama
antara Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) dengan Asosiasi
Psikologi Kristiani – (APK) Indonesia, dalam rangka menyambut Dies Natalis Fakultas
Psikologi ke 20th. Fakultas Psikologi UKSW pertama kali berdiri pada tanggal 23 Juni 1999; dan hingga saat ini telah memiliki 2 program studi yaitu S1 dan S2. Usaha yang berkelanjutan dari tahun ke tahun oleh seluruh pihak di fakultas dan program studi, telah memampukan Program S1 terakreditasi dengan peringkat A. Sebagai bagian dari semangat untuk terus berkontribusi bagi kemajuan perkembangan psikologi di Indonesia, Fakultas Psikologi mengundang para ilmuan di Indonesia untuk membagikan hasil-hasil riset dan pemikiran terbaik mereka melalui seminar ini. Demi tercatatnya kajian-kajian ilmiah yang ada, proceeding ini diterbitkan agar pemikiran-pemikiran maupun hasil riset yang telah disampaikan dalam seminar dapat dinikmati oleh kalangan yang lebih luas.
Tema ini secara spesifik diangkat, dengan melihat kenyataan bahwa Indonesia memiliki kekayaan keragaman baik dari segi budaya, bahasa, agama, serta latar belakang kehidupan yang lain. Keberagaman ini bagaikan memiliki dua sisi mata uang, yang bila bisa dimanfaatkan dengan maksimal akan memperkaya kekayaan pengalaman kehidupan individu, mendorong individu untuk belajar lebih fleksibel terhadap perubahan dan perbedaan serta mengembangkan pribadi yang kuat mental dan kaya pengalaman. Namun sebaliknya, keberagaman juga dapat menjadi ancaman apabila individu gagal mensikapinya dengan positif dan tepat; menimbulkan kesalahpahaman, syak wasangka bahkan perpecahan. Sementara itu, perkembangan peradaban manusia telah sampai pada titik saat kemajuan teknologi, utamanya teknologi informasi yang berintegrasi dengan internet, memunculkan teknologi digital, wireless, bigdata yang memunculkan berbagai exponential techology seperti: a) artificial intelligence, augmented reality 3D printing dan robotics, b) biotechnology c) nano technology, material baru, an fabrikasi digital, d) networks & computing systems (cloud, big data, IoT) (Diamandis, 2012).
iv
Semua kemajuan ini menimbulkan disrupsi baru, memaksa masyarakat harus siap dengan sistem-sistem baru, pola komunikasi dan interaksi yang baru, sistem-sistem bertransaksi yang baru yang berubah dengan pesat, yang mempengaruhi berbagai macam aspek kehidupan di masyarakat, yang saat ini dikenal dengan konteks masyarakat 5.0. Semua hal ini perlu dikaji dari berbagai sisinya, agar kita bisa mengantisipasi dan menyikapi dengan bijak sehingga dapat tercapai kesejahteraan psikologis setiap individu di Indonesia.
Seminar dan Call papers ini diikuti oleh 132 peserta, terdiri dari guru, dosen, utusan gereja, mahasiswa, peneliti, maupun praktisi, yang berasal dari berbagai daerah antara lain: Jawa Tengah, Yogyakarta, Jakarta, Makasar, Kupang, Manado, Surabaya dan lainnya. Harapan kami apa yang kita diskusikan dalam seminar ini dapat meningkatkan pengetahuan kita, dan pada akhirnya dapat bermanfaat bagi setiap orang yang kita layani.
Secara khusus ucapan terimakasih disampaikan kepda APK dan HIMPSI yang telah menjadi mitra kami dalam menyelenggarakan kegiatan ini serta kepada UKSW yang telah mendukung sepenuhnya terhadap kegiatan ini. Ucapan terimakasih sebesar-besarnya juga disampaikan kepada segenap panitia di bawah koordinasi dari Ibu Dr. Christiana Hari Soethjiningsih, MS dan Ibu Dr. Susana Prapunoto, M-Psy; didukung oleh Ibu Krismi Ambarwati M.Psi maupun Bapak Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA beserta para dosen, karyawan, maupun para mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW yang telah bekerjakeras mewujudkan terselenggaranya kegiatan ini.
Akhir kata, semoga Proceedings ini bermanfaat dan apabila ada kesalahan-kesalahan tertentu yang tidak kami sengaja dalam penerbitan proceeding ini, kami mohon maaf sebesar-besarnya. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.
Hormat kami,
Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi., M.A. Dekan Fakultas Psikologi UKSW
v
KATA PENGANTAR
Keragaman, Kemajemukan adalah keistimewaan yang Tuhan berikan kepada bangsa Indonesia. Sekitar 250 juta jiwa, 17.000 pulau, 714 suku dan lebih dari 1.100 bahasa lokal, Indonesia termasuk urutan ke empat Negara dengan jumlah populasi terbesar di dunia. Kondisi ini tentu membawa implikasi pada kemungkinan terjadinya pergesekan terkait persoalan budaya, suku, agama, bahasa, sosial-ekonomi, maupun persoalan lain terkait dengan persoalan hukum, dsb. Hal ini telah disadari oleh pujangga kita, Mpu Tantular yang kemudian menuliskan konsepnya dalam buku Sutasoma yaitu “Bhineka Tunggal Ika”.
Kehadiran revolusi industri 4.0 semakin meningkatkan tantangan kesatuan. Kebersamaan membangun persatuan di tengah keragaman, bukan sesuatu yang otomatis terjadi. Hal ini menuntut masyarakat 5.0 menyikapi keragaman ini dengan merajut keragaman untuk mewujudkan kasih, antara lain untuk mencapai kesejahteraan psikologis. Dengan demikian perbedaan, keragaman bukan sebagai pemisah melainkan sebagai kekayaan bangsa yang tiada nilainya. Prosiding ini merupakan sumbangan pemikiran dari 49 Penulis Artikel yang telah hadir dan berperan serta mempresentasikan gagasan terbaiknya.
Saya mengucapkan terimakasih kepada Ibu Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi, MA (Dekan Fakultas Psikologi – UKSW), Bapak Prof. Dr. Marthen Pali, M.Psi., (Ketua Asosiasi Psikologi Kristiani), Bapak Yusak Novanto, SPsi, MSi. (Sekretaris Asosiasi Psikologi Kristiani) yang telah memfasilitasi dan mendukung penuh penyelenggaraan Seminar & Call for Papers Jumat, 2 Agustus 2019. Ucapan terimakasih tidak terhingga kami haturkan kepada Prof. Virgo Handojo, Ph.D, CFLE. (dari California Baptist University), dan Ibu Eunike Sri Tyas Suci, PhD, Psikolog (Ketua Asosiasi Psikologi Kesehatan – HIMPSI) yang telah menghantar Seminar dan Call for
Papers Nasional “ Merajut Keragaman untuk Mencapai Kesejahteraan Psikologis dalam Konteks
Masyarakat 5.0.”.
Terimakasih atas kesediaan para Reviewers Call for Papers Dr. Christiana Hari Soetjiningsih, M.Si, Bapak Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA, Ibu Krismi Ambarwati, M.Psi meluangkan waktu dan pikiran agar Proceedings ini dapat terbit. Ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada Bapak Timotius Iwan Susanto, S.Psi. yang telah mendukung desain Cover
buku Proceeding. Terimakasih juga kepada sdri. Hanny Yuliana Agnes Sesa, S.Psi., Claudya S.Soulisa, S.Pd., Indah Lestari, S.Kep. dan Joanne Marrijda Rugebregt, S.Psi. yang telah banyak
vi
mendukung proses editing teknis buku Proceedings ini. Kiranya buku ini dapat bermanfaat bagi perjalanan bangsa Indonesia mengarungi Era Digital. Tuhan memberkati.
Salam sejahtera,
Dr. Susana Prapunoto, MA-Psy Editor
vii DAFTAR ISI
KATA SAMBUTAN PENYELENGGARA iii
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
I. KURIKULUM DAN PENDIDIKAN KARAKTER 1
Peran Kurikulum dan Pendidikan Karakter dalam Proses Pembelajaran
Nurjadid 2
Hubungan Grit dengan Subjective Well-Being pada Siswa SMA Masehi 2 PSAK Semarang
Petra Wijayanti, Christiana Hari Soetjiningsih 11
Optimalisasi Superego dalam Teori Psikoanalisis Sigmund Freud untuk Pendidikan Karakter
Hengki Wijaya, I Putu Ayub Darmawan 21
Strategi Kurikulum Tersembunyi bagi Pendidikan Karakter Generasi Milenial dalam
Society 5.0
Mariani Harmadi 30
Gerakan Sayang Anak Indonesia: Sebuah Pendekatan Pendidikan Karakter Dalam Memasuki Konteks Society 5.0
Monica Muryawati 39
Pendidikan Karakter yang Berkelanjutan
Priscilla Titis Indiarti, Anton Sukontjo 50
Konsep dan Pengukuran Work Engagement dan Student Engagement: Kajian Literatur Mengenai Engagement dalam Bidang Pendidikan
Yosika Pramangara Admadeli 61
II. Identitas Sosial dan Budaya 71
Mendedah Kebertahanan dan Peran Pendidikan serta Interaksi Sosial-Budaya Kelindan Rumah Pengasingan
viii
Mendedah Penghayatan Religiusitas dan Psychological Well-Being Perempuan dalam Kelindan Pengasingan di Pulau Seram.
Foty Isabela Otemusu, Susana Prapunoto, A. Ign. Kristijanto 84
Hubungan antara Perceived Discrimination dan Kualitas Hubungan Romantis pada Pasangan Etnis Tionghoa-Indonesia dan Indonesia Asli
Revina Dewanti, Julia Suleeman 95
Studi Fenomenologi Kepala Sekolah Perempuan Single Parents
Fony Sanjaya, Mary Philia Elizabeth 105
Perbedaan Perilaku Prososial Ditinjau dari Jenis Kelamin
Jeanetha A. E. Lomboan, Christiana Hari Soetjiningsih 116
Hubungan antara Frekuensi Menonton TayanganTelevisi yang Mengandung Unsur Kekerasan dengan Perilaku Agresif Remaja
LaelaZulfia, Christiana Hari Soetjiningsih 127
Orientasi Masa Depan Pada Narapidana dengan Kasus Kejahatan Pelecehan Perempuan yang Menjalani Masa Hukuman Penjara di Atas Lima Tahun
Mareinata Nazareth Christy Irala, Margaretta Erna Setianingrum 136
Peran Hukum dan Psikologi dalam Meminimalkan Ujaran Kebencian Perusak Demokrasi
Wisnu Sapto Nugroho 147
III. CINTA KASIH DAN SPIRITUALITAS 158
Pengaruh Religiusitas dan Parent Adolescent Relationship terhadap Psychological Well
Being Remaja di SMP Negeri 1 Kupang
Marleni Rambu Riada 159
Pertumbuhan Spiritual Keluarga yang Memiliki Anak Penyandang Autisme
Maria Laksmi Anantasari 171
Religious Coping pada Penyintas Perkosaan
Julia Suleeman 187
Spiritual Kristiani di Tengah Laju Peradaban Digital
ix Eksistensi Perempuan Kristiani (Studi pada Perguruan Tinggi di Sulawesi Utara)
Shanti Natalia C. Ruata, Merci K. Waney, Yunita Sumakul 210
IV. KESEJAHTERAAN DAN KEBERFUNGSIAN KELUARGA 222
Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Harga diri pada Atlet Renang Remaja Klub Paswind Surakarta
Rizkiana Ika Raharjo, Christiana Hari Soetjiningsih 223
Hubungan antara Kelekatan Aman Ibu-Anak dengan Kematangan Sosial pada Anak yang Ibunya Bekerja
Yudea Sabdo Anggoro, Krismi Diah Ambarwati 233
Dukungan Keluarga sebagai Prediktor Keberfungsian Sosial Pasien Skizofrenia Rawat Jalan
Glaudia Anastacia, Krismi Diah Ambarwati 245
Hubungan antara Keharmonisan Keluarga dengan Perilaku Agresif pada Remaja Tegalsari
Cynthia Sinta Dewi, Ratriana Yuliastuti Endang Kusumawati 256
Gambaran Psychological Well-Being pada Remaja yang Memiliki Anak Sebelum Menikah
Ayu Wasti Kurniawati, Krismi Diah Ambarwati 267
Studi Deskriptif Internet Parenting Style pada orang Tua dengan Anak Remaja
Enjang Wahyuningrum 278
V.
PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
292Job Crafting dan Employee Well-Being pada Karyawan Generasi Y di Indonesia
Fandy Jusuf E. Lumentut, Krismi Diah Ambarwati 293
Sistem Pengendalian Manajemen Kontemporer Berdasar Aspek Spiritual
Anton Sukontjo, Maria Andriyani Wulandari 307
Faktor Demografis di Seputar Kepuasan Hidup Guru Sekolah X di Sidoarjo
Yusak Novanto, Maria Rayna Kartika Winata 320
Emotional Intelligence and Job Satisfaction of Teachers in Senior High School in
Kupang
x
Hubungan antara Motivasi Kerjadengan Kepuasan Kerja Karyawan di PT. Argo Manunggal Triasta
Septiana Indah Permata Surya, Sutarto Wijono 348
Budaya Organisasi dan Kinerja pada Fungsionaris Lembaga Kemahasiswaan Universitas (LKU) UKSW
Siswani Inesda Batara, Sutarto Wijono 358
VI. KESEHATAN MENTAL SEPANJANG RENTANG KEHIDUPAN 367
Hubungan Negatif antara Sexual Self-Esteem dan Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja Akhir
Arina Zuhriyah, Christiana Hari Soetjiningsih 368
Membaca Dinamika Psikologis Lewat Kekuatan Narasi
Emmanuel SatyoYuwono 378
Strategi Regulasi Emosi Anggota Penyidik Kasus Pembunuhan di Wilayah Hukum Polres Salatiga
Maximianus Ambrosius Nggai, Wahyuni Kristianawati 389
Hubungan Resiliensi dan Kepuasan Hidup pada Dewasa Muda
Dewa Fajar Bintamur 402
Pelecehan Seksual pada Biduanita Orkes Dangdut
Evita Cynthia Damayanti, Christiana Hari Soetjiningsih 413
Hubungan antara Self-Esteem dengan Perilaku Seksual pada Remaja Putus Sekolah
Yosefine Permatasari, Ratriana Yuliastuti Endang Kusumawati 425
Korelasi Kontrol Diri dengan Perilaku Agresif pada Remaja Laki-Laki Peminum Miras (Studi Kontekstual pada Remaja Jemaat GPM Imanuel OSM-Ambon)
Salomina Patty, Prisca Diantra Sampe, Sutarto Wijono 436
VII. AGING 448
Successful Aging : Gaya Hidup Lansia di Era Digital
WinangPrananda, Christiana Hari Soetjiningsih, David Samiyono 449
Successful Aging : Voice-Tech Paduan Suara Religi
xi Perbedaan Kecemasan Menghadapi Kematian pada Lansia Ditinjau dari Jenis Kelamin
Tri Utami Noviyanti, Ratriana Y. E. Kusumiati 478
Perbedaan Kualitas Hidup Lansia yang Hidup di Rumah dan di Panti Wreda
M. Erna Setianingrum, Ratriana Y. E., Kusumiati 487
VIII.PERILAKU ENTREPRENEURSHIP DI ERA MILENIAL 496
Dukungan Semarang Kota Cerdas terhadap Minat Wirausaha: Studi Kasus Mahasiswa Jurusan Manajemen.
Martin Flemming Panggabean 497
Adaptabilitas Karir di Era Industri 4.0
Doddy Hendro Wibowo 506
Hubungan antara Rejection Sensitivity dengan Impulsive Buying Produk Fashion (Studi pada Mahasiswi Fakultas Psikologi Angkatan 2015 UKSW).
Hanggraini Puspitaningrum, Berta Esti Ari Prasetya 519
Pengaruh Karakteristik Psikologis pada Selebgram Entrepreuner.
222
SUB TEMA 4:
KESEJAHTERAAN DAN KEBERFUNGSIAN
KELUARGA
233 Hubungan Antara Kelekatan Aman Ibu-Anak dengan Kematangan Sosial Anak yang
Ibunya Bekerja
Yudea Sabdo Anggoro Krismi Diah Ambarwati
Fakultas Psikologi - Universitas Kristen Satya Wacana
Email: sirinyudea126@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara kelekatan aman ibu-anak dengan kematangan sosial anak yang memiliki Ibu bekerja. Partisipan dalam penelitian ini adalah 102 siswa/i SD Sidorejo Lor 4 Salatiga dengan kriteria yang sudah ditetapkan
(Purposive Sampling). Pengumpulan data menggunakan skala yaitu skala kelekatan aman hasil
adaptasi dari skala pola kelekatan Efendy (2012) yang berdasar pada teori kelekatan Hazar & Shaver (1987), dan skala kematangan sosial yang disusun peneliti berdasarkan pada teori kematangan sosial Doll (1965). Dari hasil penelitian diperoleh koefisien korelasi r=-0,069 dengan sig=0,244 (p>0,05). Ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kelekatan aman ibu-anak dengan kematangan sosial anak yang memiliki Ibu bekerja. Melihat dari proses pembelajaran di Sekolah Dasar seyogyanya Sekolah tidak hanya mengembangkan siswa dari aspek kognitif saja, tapi juga dari aspek kematangan sosialnya.
Kata kunci: Kelekatan Aman, Kematangan Sosial, Anak yang memiliki Ibu bekerja
Pendahuluan
Anak merupakan generasi penerus bangsa dan negara di masa depan nantinya. Masa kanak-kanak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan, yang disertai dengan
tugas-234
tugas perkembangan yang wajib dipenuhi, khususnya ketika anak menginjak usia sekolah dasar (6-12 tahun). Berikut tugas-tugas perkembangan anak menurut Soetjiningsih (2012) yaitu:
1. Belajar keterampilan fisik.
2. Membangun sikap sehat terhadap diri sendiri sebagai mahluk yang sedang bertumbuh. 3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman sebaya.
4. Mengembangkan peran sosial pria-wanita yang tepat.
5. Belajar keterampilan dasar Calistung (membaca, menulis, berhitung).
6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. 7. Mengembangkan kata hati nurani, moralitas, dan nilai-nilai.
8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga. 9. Mencapai kebebasan pribadi.
Jika melihat tugas perkembangan yang disebutkan di atas, banyak tugas perkembangan yang berkaitan dengan aspek sosial (poin 3, 4, dan 8) dibandingkan dengan aspek kognitif (hanya poin 5). Hal ini mengisyaratkan bahwa pada anak usia sekolah (6-12 tahun) penting untuk meningkatkan kemampuan anak dari aspek sosialnya. Namun faktanya banyak orang tua dan sekolah yang lebih mempersiapkan anak mereka dari aspek kognitif daripada aspek sosialnya. Hal ini juga didukung dari penelitian Afifah dan Dwisusari (2016) yang meneliti tentang kematangan sosial anak SD (Sekolah Dasar) awal sekota Madiun. Mereka mendapati informasi dari Guru kelas 1 dan panitia penerimaan peserta didik baru bahwa kemampuan menulis dan membaca sederhana menjadi persyaratan diterimanya anak menjadi peserta didik pada Sekolah Dasar.Yang terjadi ialah beberapa peserta didik SD atau calon peserta didik Sekolah Dasar nampaknya cukup menguasai persoalan baca-tulis-hitung sederhana, namun mereka masih belum mampu mengurus keperluan mereka sendiri maupun beradaptasi di lingkungan sekolah yang baru (Afifah & Dwisusari, 2016).
Hasil wawancara peneliti dengan Wali Kelas 3 di SDN Sidorejo Lor 4 Salatiga tanggal 11 Agustus 2018 menunjukkan bahwa, di kelas 3 masih ada beberapa anak yang belum bisa memakai baju sendiri dan juga ada anak yang belum bisa makan sendiri. Dari sini dapat dilihat bahwa di kelas 3 pun masih ada anak yang belum bisa mandiri dalam berpakaian atau hal lainnya. Oleh karena itu, kesiapan dari aspek sosial menjadi penting di masa sekolah karena anak
235 tidak hanya menjalani proses secara akademik saja, tetapi anak juga mulai berproses di lingkungan teman sebaya dan lingkungan sekolah yang didalamnya terdapat aturan-aturan dan nilai–nilai sosial yang wajib dipahami dan dilakukan oleh anak. Jika anak mengalami kegagalan dalam hal tersebut, maka hal itu akan menghambatnya dalam proses bersosialisasi.
Ketika anak sudah mampu menolong diri, berkomunikasi, bersosialisasi dengan orang lain, dan memiliki keterampilan motorik yang baik, mereka dapat dikatakan matang secara sosial (Sparrow dalam Afifah & Dwisusari, 2016). Kematangan sosial (Social Maturity) merupakan perilaku yang menunjukkan kemampuan individu dalam mengurus dirinya sendiri dan partisipasinya dalam aktivitas-aktivitas yang mengarah pada kemandirian sebagaimana layaknya orang dewasa (Doll dalam Afifah & Rohmadheny, 2014). Beberapa aspek pembentuk kematangan sosial pada anak menurut Doll (dalam Afifah & Dwisusari, 2016) sebagai berikut:
1. Kemampuan menolong diri (Self-Help) yang terdiri dari:
a. Kemampuan menolong diri secara umum (Self-Help General), seperti mencuci muka, mencuci tangan secara mandiri dan mandi sendiri.
b. Kemampuan saat makan (Self Eating), seperti mengambil makanan, menggunakan sendok-garpu secara mandiri.
c. Kemampuan dalam berpakaian (Self-Dressing), seperti mandi sendiri, memakai baju dan celana, mengancingkan baju secara mandiri.
2. Kemampuan mengarahkan diri (Self-Direction), seperti mengetahui nilai uang, dapat
menyiapkan perlengkapan sekolah secara mandiri.
3. Kemampuan bergerak (Locomotion), seperti dapat naik-turun tangga secara mandiri,
pergi ke rumah tetangga tanpa diawasi, berangkat sekolah tanpa diantar.
4. Kemampuan mengerjakan sesuatu (Occupation), seperti menggunakan pensil,
menggunakan pulpen, membantu pekerjaan rumah sederhana.
5. Kemampuan bersosialisasi (Socialization), seperti banyak bermain bersama teman,
memiliki banyak teman, aktif didalam tugas kelompok
6. Kemampuan berkomunikasi (Comunication), mampu berkomunikasi dengan orang
sekitar (selain keluarga), mempu bercerita di hadapan teman dan guru kelasnya.
Kematangan sosial tiap anak memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri anak maupun lingkungan sosial (lingkungan keluarga dan
236
lingkungan tempat ia tinggal), Apabila lingkungan sosial mendukung bagi perkembangan anak, maka anak dapat mencapai perkembangan sosialnya secara matang. Namun jika lingkungan sosialnya tak mendukung, maka anak akan memiliki hambatan atau konflik pada perkembangan sosialnya (Yusuf, 2002). Menurut Gunarsa (1983) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kematangan sosial anak, yaitu:
1. Keadaan fisik dan faktor keturunan.
2. Perkembangan dan kematangan intelektual, dan emosi. 3. Faktor pengalaman belajar.
4. Faktor kebudayaan, adat-istiadat, dan agama.
5. Keadaan lingkungan, terutama dalam hal ini lingkungan rumah dan keluarga.
Lingkungan sosial terkecil dan pertama bagi individu adalah keluarga. Di dalam lingkungan keluarga ada hubungan kasih sayang yang terjalin antara orang tua dan anak. Ikatan kasih sayang dan emosional yang dibentuk seseorang dengan orang lain yang bersifat khusus disebut kelekatan (Attachment) (Ainsworth, 1978). Menurut Bowlby (dalam Santrock, 2012) kelekatan adalah suatu relasi atau hubungan antara figur sosial tertentu dengan suatu fenomena tertentu yang mencerminkan karakteristik yang unik. Bowlby (dalam Soetjiningsih, 2012) mengatakan bahwa kelekatan akan bertahan cukup lama dalam rentang kehidupan manusia yang diawali dengan kelekatan anak dan Ibu atau figur lain pengganti Ibu.
Kecenderungan individu dalam berelasi dengan individu lain yang memiliki arti tertentu dan bersifat emosional dan afektif disebut pola kelekatan (Attachment Patterns) (Bartholomew dalam Baron & Byrne, 2005). Hazar dan Shaver (dalam Snyder & Shane, 2007) membagi pola kelekatan antara anak dan orang tua menjadi tiga bentuk, antara lain Secure Attachment, Anxious
Attachment, dan Avoidant Attachment. Peneliti-peneliti seperti Bartholomew (1991) dan
Ainsworth (1978) mengatakan bahwa kelekatan dengan kualitas yang baik dibangun sejak masa kanak-kanak adalah kelekatan aman, karena kelekatan aman memiliki pengaruh yang positif bagi individu saat memasuki masa remaja dan dewasa (Snyder & Shane, 2007).
Kelekatan aman (Secure Attachment) merupakan jenis kelekatan yang mempunyai mental diri sebagai orang yang berharga, mampu menjadi sahabat yang baik bagi orang lain, dapat
237 dipercaya, responsif, dan penuh kasih sayang. Berikut adalah ciri-ciri kelekatan aman menurut Hazar dan Shaver (1987) :
1. Percaya diri ketika berhubungan dengan orang lain: yaitu individu mampu
membangun keakraban dengan orang lain, bahkan dengan orang yang baru dikenal. Hal ini ditandai dengan sikap yang mudah akrab dengan siapapun, tidak mudah khawatir bila ada orang lain yang mendekatinya, dan senantiasa memandang orang lain dengan sikap positif.
2. Memiliki konsep diri yang baik: yaitu pemahaman individu terhadap dirinya sendiri dan
orang lain. Indikasi dari hal tersebut ialah individu mampu mengembangkan sikap penuh percaya diri, sikap mandiri, berpikir realistis akan kemampuan yang dimiliki, dan gigih mencapai hasil yang maksimal.
3. Nyaman untuk berbagi perasaan dengan orang lain: yaitu individu mampu
mengungkapkan perasaan dan pemikiran apa saja yang ada dalam dirinya. Seperti berbagi cerita atau pengalaman, memiliki kemampuan mendengar orang lain dengan baik, dan mampu menerima masukan dan kritik dari orang lain.
4. Peduli dengan siapapun: yaitu individu yang memiliki jiwa yang responsif dan selalu
terbuka untuk memberikan bantuan pada orang lain.
Berkaitan dengan kelekatan aman, beberapa peneliti sebelumnya telah meneliti dan menghubungkan kelekatan aman (Secure Attachment) dengan variabel lainnya. Seperti penelitian Maldini dan Kustanti (2016) meneliti hubungan antara kelekatan Ayah dengan penyesuaian sosial remaja putri anak TKW (Tenaga Kerja Wanita). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara kelekatan ayah dengan penyesuaian sosial remaja putri TKW. Kemudian dari Purnama dan Wahyuni (2017) tentang hubungan antara kelekatan Ibu dan Ayah dengan kompetensi sosial remaja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif signifikan antara kelekatan ibu dan ayah dengan kompetensi sosial remaja. Satu penelitian yang meneliti variabel kelekatan dan kematangan sosial adalah penelitian Fitriyah (2008) yang melihat perbedaan kematangan sosial anak yang mengalami kelekatan aman dan kelekatan tidak aman Ibu-anak. Partisipan berjumlah 50 anak, yang masing-masing 24 anak dengan kelekatan aman dan 26 anak dengan kelekatan tidak aman. Hasil menunjukkan bahwa ada perbedaan kematangan sosial yang signifikan antara anak yang mengalami kelekatan aman dan anak yang mengalami kelekatan tidak aman pada ibu.
238
Pada penelitian kali ini, peneliti ingin meneliti hubungan antara kelekatan aman Ibu-anak dengan kematangan sosial anak yang memiliki Ibu bekerja. Karena melihat di zaman modern ini, emansipasi wanita sudah ditegakkan sehingga para wanita sekarang bisa berkarir sama seperti pria. Banyak peneliti yang melihat pengaruh dari Ibu bekerja pada anak. Seperti pengaruh Ibu yang bekerja terhadap pola asuh anak (Rapini & Kristiyana, 2013), pengaruh Ibu yang bekerja terhadap kemandirian anak usia dini (Geofanny, 2016), dan pengaruh kelekatan Ibu bekerja terhadap kesejahteraan psikologis remaja (Farradinna, 2018). Melihat fenomena ini membuat peneliti tertarik untuk meneliti kelekatan aman Ibu-anak dan kematangan sosial anak yang Ibunya bekerja. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang peneliti ajukan ialah ada hubungan positif antara kelekatan aman Ibu-anak dengan kematangan sosial anak yang memiliki Ibu bekerja. Semakin tinggi kelekatan aman anak dengan ibunya, maka semakin tinggi pula kematangan sosialnya, dan begitupun sebaliknya.
Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif, dengan desain korelasional untuk mencari hubungan pada variabel X (Kelekatan Aman Ibu-anak) dan Y (Kematangan Sosial Anak). Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa/i SDN Sidorejo Lor 4 Kota salatiga yang berjumlah 102 siswa/i. Tehnik pengambilan sampel menggunakan tehnik Purposive Sampling
yaitu sampel diambil berdasarkan kriteria-kriteria yang dibuat dalam penelitian (Sugiyono, 2017). Kriteria sampel dalam penelitian ini ialah partisipan berusia 10-12 tahun dan merupakan anak yang memiliki Ibu yang bekerja.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ialah menggunakan Skala Psikologi dengan model skala yang digunakan adalah model skala Likert (Periantalo, 2015). Penyajian skala psikologi pada penelitian ini dibuat berdasar pada teori perkembangan kognitif Piaget (dalam Santrock, 2012, & Soetjiningsih, 2012). Piaget mengatakan bahwa pada usia 7-11 tahun, anak berada pada tahap kognitif Operasional Konkret (Conrete Operational). Pada tahap ini anak-anak sudah mampu bernalar secara logis, selama penalaran itu dapat diaplikasikan pada contoh-contoh yang nyata, spesifik, dan konkret. Contoh-contoh-contoh nyata seperti kegiatan atau aktifita-aktifitas yang dilakukan anak (partisipan penelitian) setiap harinya. Untuk skala kelekatan aman, peneliti mengadaptasi dari skala pola kelekatan Efendy (2012) yang berdasar pada teori kelekatan Hazar & Shaver (1987). Sedangkan untuk skala kematangan sosial, peneliti menyusun
239 aitem skala berdasarkan pada teori kematangan sosial Doll (1965). Kemudian, seluruh data dianalisis dengan bantuan software SPSS 24.0 for windows.
Hasil Analisis Deskriptif
Tabel 1. Kategorisasi Kelekatan Aman anak dengan Ibu Kategori Interval Frekuensi Presentase Mean Sangat Tinggi 26>x>30 77 75,49% 26,83 Tinggi 21>x>25 23 22,55% Rendah 16>x>20 2 1,96% Sangat Rendah 10>x>15 0% Total 102 100%
Pada Tabel 1, menunjukkan rata-rata kelekatan aman partisipan berada di kategori sangat tinggi yaitu sebanyak 77 anak (75,49%),
Tabel 2. Kategorisasi Kematangan Sosial Anak
Kategori Interval Frekuensi Presentase Mean Sangat tinggi 32,6>x>39 29 28.43%
Tinggi 26>x>32,5 52 50.98% 29.56 Rendah 19.6>x>26 17 16.67% Sangat Rendah 13>x>19,5 4 3.92%
Total 102 100%
Pada Tabel 2, menunjukkan Rata-rata kematangan sosial partisipan berada di kategori tinggi yaitu sebanyak 52 anak (50,98%)
Uji Asumsi
1 Uji Normalitas
Tabel 3. Uji Normalitas dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kelekatan Aman Kematangan Sosial
N 102 102 Normal Parametersa,b Mean 26.8333 29.5588 Std. Deviation 2.62917 4.80629 Most Extreme Differences Absolute 0.133 0.137 Positive 0.114 0.070
240
Negative -0.133 -0.137
Test Statistic 0.133 .137
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.000c 0.000c
Pada Tabel 3, uji normalitas kedua variabel menunjukkan nilai signifikansi (sig) yaitu 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa kedua variabel tidak berdistribusi normal (p<0,05).
2 . Uji Linearitas
Tabel 4. Uji Linearitas ANOVA Table Sum of Squares df Mean Square F Sig. Kematangan Sosial * Kelekatan Aman ddd Between Groups (Combined) 276.828 11 25.166 1.101 0.369 Linearity 2.587 1 2.587 .113 0.737 Deviation from Linearity 274.241 10 27.424 1.200 0.302 Within Groups 2056.319 90 22.848 Total 2333.147 101
Pada Tabel 4, uji linearitas kedua variabel menunjukkan Fbeda=1,200 dan sig=0,302 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa kedua variabel memiliki hubungan yang linear.
C. Uji Korelasi
Tabel 5. Uji Korelasi dengan Spearman’s rho
Kelekatan Aman Kematangan Sosial Spearman's rho Kelekatan Aman Correlation Coefficient 1.000 -0.069 Sig. (1-tailed) . 0.244 N 102 102 Kematangan Sosial Correlation Coefficient -0.069 1.000 Sig. (1-tailed) 0.244 . N 102 102
Pada Tabel 5, uji korelas spearman antara kelekatan aman dan kematangan sosial menunjukkan r=-0,069 dengan sig=0,244 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kelekatan aman Ibu-anak dengan kematangan sosial anak yang memiliki Ibu bekerja. Dengan demikian hipotesis pada penelitian ini ditolak.
241 Kelekatan aman tidak berhubungan dengan kematangan sosial karena kelekatan tidak hanya bisa didapatkan dari Ibu saja. Selain Ibu kelekatan bisa didapat Ayah, Tante, Paman, Kakek, Nenek atau orang lain yang menjadi figur lekat si anak. Bowlby (dalam Santrock, 2012) juga mengatakan ada dua jenis figur lekat, yaitu figur lekat utama (Ayah dan Ibu), dan figur lekat pengganti (pengasuh atau anggota keluarga lain). Individu yang selalu siap memberikan respon ketika anak menangis, tetapi tidak memberikan perawatan fisik cenderung dipilih anak sebagai figur lekat pengganti. Sedangkan individu yang kadang-kadang memberikan perawatan fisik namun tidak bersifat responsif, ia tidak akan dipilih anak menjadi figur lekatnya (Bowlby dalam Santrock, 2012). Maldini dan Kustanti (2016) meneliti hubungan antara kelekatan Ayah dengan penyesuaian sosial remaja putri dengan hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif signifikan antara kelekatan Ayah dengan penyesuaian sosial remaja putri dengan sumbangan efektif sebesar 41,9%.
Selain itu, ada juga faktor lain yang memengaruhi kematangan sosial yaitu faktor kematangan emosi/intelektual, faktor pengalaman belajar, faktor fisik, faktor budaya atau agama, dan lingkungan (Gunarsa, 1983). Faktor lingkungan dalam hal ini ialah lingkungan rumah dan keluarga. Meskipun kelekatan didapat anak dalam lingkungan keluarga, namun ada hal lain yang juga didapat anak dalam perkembangannya di dalam keluarga. Hal itu adalah pola asuh (Gunarsa, 1983). Pola asuh adalah cara-cara yang digunakan orang tua dalam mendidik anaknya, baik dengan cara otoriter, permisif, atau demokratis yang mempengaruhi perkembangan dan kepribadian anak (Purba, 2016). Penelitian dari Suharsono dkk (2009) mengenai hubungan pola asuh orang tua terhadap kemampuan sosialisasi pada anak prasekolah menunjukkan hasil bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh (pola asuh demokratis) dengan kemampuan sosialisasi anak. Selain itu, penelitian Tsani dkk (2016) mengenai hubungan pola asuh orang tua dengan kemandirian anak usia dini menunjukkan hasil bahwa ada hubungan sangat tinggi antara pola asuh dengan kemandirian anak (pola asuh mempunyai pengaruh sebesar 73,1%). Oleh karena itu, wajar bila dalam penelitian ini menunjukkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara kelekatan aman dengan kematangan sosial, karena di dalam lingkungan keluarga yang memiliki peran besar untuk mempengaruhi kematangan sosial adalah pola asuh.
Simpulan & Saran Simpulan
242
Dari hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan positif antara kelekatan aman Ibu-anak dengan kematangan sosial anak yang memiliki Ibu bekerja.
Saran
1. Bagi pihak Guru khususnya wali kelas diharapkan untuk lebih mengamati setiap siswanya. Karena bisa saja ada siswa menunjukkan perilaku negatif (memiliki kematangan sosial yang rendah, kelekatan yang tidak aman, atau permasalahan lainnya). Kemudian Guru bisa mencari tahu mengapa siswa bisa seperti itu (bisa langsung bertanya pada siswa atau melalui orang tua dan lingkungannya). Dengan demikian, siswa bisa tertangani dengan baik sehingga Guru tidak merasa terganggu lagi dengan perilaku dari siswa tersebut.
2. Bagi pihak sekolah diharapkan untuk bisa melihat lagi semua siswanya, melakukan identifikasi khususnya untuk melihat tingkat kematangan sosial siswa. Kemudian membuat program untuk meningkatkan kematangan sosial siswa, sehingga siswa tidak hanya matang secara akademik, tapi juga matang dalam kemandirian dan sosialnya.
3. Bagi pihak orang tua diharapkan untuk lebih memperhatikan dan meningkatkan perkembangan anaknya, terutama kematangan sosialnya saat memasuki sekolah dasar. Karena di sekolah anak tidak hanya menjalani proses secara akademik, tetapi mulai berproses juga di lingkungan teman sebaya dan lingkungan sekolah.
4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan untuk memperbesar jumlah sampel dan kriteria partisipan yang lebih spesifik. Seperti mengambil sampel dari dua SD, atau semua SD di satu kecamatan. Lalu kriteria yang spesifik seperti memilih anak berdasarkan jenis kelamin. Kemudian diharapkan peneliti dapat memperbaik alat ukur agar reliabilitas yang didapat lebih meningkat (a=0,8 atau lebih). Selain itu, peneliti selanjutnya juga bisa meneliti faktor lain yang berperan pada kematangan sosial, seperti faktor kematangan emosi/intelektual, faktor pengalaman belajar, faktor fisik, dan faktor budaya atau agama.
Daftar Pustaka
Afifah, R. D., & Dwisusari, H. (2016). Profil Kematangan Sosial Anak SD Awal Se-Kota Madiun Di Tinjau dari Vineland Social Maturity Scale. Jurnal CARE, 03(2), 68-75. Retrieved from http://e-journal.unipma.ac.id
243 Afifah, R. D., & Rohmadheny, S. P. (2014). Kematangan Sosial Anak Usia Dini Berkebutuhan Khusus (Studi Kasus pada Anak Tunadaksa). Jurnal LPPM, 2(1), 1-6. Retrieved from http://e-journal.unipma.ac.id
Ainsworth, M. D. et. al. (1978). Patterns of Attachment: A Psychological Study of The Strange Situation. New York: Psychology Press. Retrieved from http://gen.lib.rus.ec/
Bartholomew, K. & Horowitz, L.M. (1991). Attachment styles among young adults: A test of a four-category model. Journal of Personality and Social Psychology. 61(2), 226-244
Doll, A. (1965). Vineland social maturity scale Condensed Manual of Directions. Minnesota: Publishers Bulding Circle Pines. Retrieved from http://gen.lib.rus.ec/
Farradinna S. (2018). Kelekatan Ibu Bekerja Pengaruhnya Terhadap Kesejahteraan Psikologis Remaja. Jurnal Insight Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Jember, 14(2), 124-137. Retrieved from https://www.researchgate.net
Fitriyah, I. (2008). Perbedaan Kematangan Sosisal Anak yang Mengalamai Kelekatan Aman dan Kelekatan Tidak Aman Terhadap Ibu. Jurnal Psikologi, 2(3) 22-48. Retrieved from http://eprints.umm.ac.id
Geofanny R. (2016). Perbedaan Kemandirian Anak Usia Dini Ditinjau Dari Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja (di Kacamatan Samarinda Kota). PSIKOBORNEO, 4(4), 711-721. Retrieved from http://ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.id/
Gunarsa, S. D. (1983). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia. Hazan, C. dan Shaver, P.1987.Romantic Love Conceptualized as an attachment process.
Journal of Personality and Social Psychology. 52, 511-525. American Psychological
Association.
Maldini, P. O., & Kustanti, R. E. (2016). Hubungan Antara Kelekatan Ayah Dengan Penyesuaian Sosial Remaja Putri Anak TKW (Tenaga Kerja Wanita) Di Kecamatan Patebon Kendal. Jurnal Empati, 5(4), 700-704. Retrieved from https://ejournal3.undip.ac.id/
Periantalo, J. (2015). Penyusunan Skala Psikologi: Asyik, Mudah dan Bermanfaat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Purba, J. W. C. (2016). Pola Asuh Orang Tua Tunanetra Terhadap Anak Normal di Pekanbaru.
244
Purnama, A. R., & Wahyuni, S. (2017). Kelekatan (Attachment) pada Ibu dan Ayah Dengan Kompetensi Sosial pada Remaja. Jurnal Psikologi, 13(1), 30-40. Retrieved from https://media.neliti.com/
Rapini T., & Kristiyana N. (2013). Dampak Peran Ganda Wanita Terhadap Pola Asuh Anak (Studi Pada Wanita Pegawai Lembaga Keuangan Perbankan Di Ponorogo). Jurnal Ekuilibrium, 11(2), 62-69. Retrieved from http://eprints.umpo.ac.id/
Santrock, J. W. (2012). Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup (13th eds.).
Jakarta:Erlangga.
Snyder, C. R., & Shane, J. L. (2007). Positive Psychology: The Scientific and Practical
Exploration of Human Strengths. London: SAGE Publications. Retrieved from
http://gen.lib.rus.ec/
Soetjiningsih, C. H. (2012). Perkembangan Anak Sejak Pembuahan Sampai Kanak-Kanak Akhir. Jakarta: Prenada.
Sugiyono. (2017). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suharsono, J. T., Fitriyani, A., & Upoyo, A. S. (2009). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemampuan Sosialisasi Pada Anak Prasekolah Di TK Pertiwi Purwokerto Utara.
Jurnal Keperawatan Soedirman, 4(3), 112-118. Retrieved from
http://jks.fikes.unsoed.ac.id
Snyder, C.R. & Lopez, Shane J.. (2007). Positive psychology: The scientific and practical
explorations of human strengths. Lawrence: SAGE Publication
Tsani, I. L., Herawati, N. I., & Istianti, T. (2016). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kemandirian Anak Usia Dini. Jurnal Psikologi, 7 (2). 42-65. Retrieved from https://media.neliti.com