• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KOTA PASURUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KOTA PASURUAN"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

B

B

A

A

B

B

V

V

S

S

A

A

F

F

E

E

G

G

U

U

A

A

R

R

D

D

S

S

O

O

S

S

I

I

A

A

L

L

d

d

a

a

n

n

L

L

I

I

N

N

G

G

K

K

U

U

N

N

G

G

A

A

N

N

5 5..11 KKEEBBIIJJAAKKAANNUUMMUUMMSSAAFFEEGGUUAARRDDLLIINNGGKKUUNNGGAANN

Tujuan safeguard lingkungan ini adalah untuk menyediakan landasan bersama bagi semua pihak terkait dalam menganalisis, merencanakan, melaksanakan, mengoperasikan dan memantau kegiatan potensial sejalan ketentuan dan hukum yang berlaku di Indonesia tentang dampak lingkungan. Safeguard diharapkan dapat membantu Pemerintah Kota melakukan suatu penilaian sistematis terhadap suatu kegiatan sedemikian hingga dapat menekan dan mengelola risiko yang merugikan; meningkatkan manfaat lingkungan; dan menjamin keterbukaan dan proses konsultasi publik yang bermakna dengan warga yang terkena dampak suatu kegiatan.

Pengkajian lingkungan dan rencana mitigasinya dapat mengambil bentuk (i) AMDAL (atau ANDAL dan RKL/RPL), atau (ii) UKL/UPL, tergantung kategori dampak proyek. Penentuan kategori lingkungan untuk masing-masing proyek mengacu pada kriteria yang ditetapkan dalam safeguard

ini. Semua usulan kegiatan yang terkait dengan RPIJM wajib memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen ini.

Safeguard ini juga menguraikan badan-badan pelaksana dan pemantau AMDAL dan UKL/UPL. Pengaturan kelembagaan ini berlaku pada seluruh aspek mekanisme safeguard

tersebut, dan tidak dapat ditafsirkan seolah-olah setiap aspek memerlukan pengaturan atau badan-badan yang berbeda.

5

5..11..11 PPRRIINNSSIIPP--PPRRIINNSSIIPPDDAASSAARR

Prinsip-prinsip dasar safeguard adalah sebagai berikut ini:

1. Semua pihak terkait RPIJM wajib memahami, menyepakati dan melaksanakan dengan baik dan konsisten kerangka safeguard lingkungan dan sosial.

2. Perkuatan kapasitas lembaga pelaksana diperlukan agar pelaksanaan kerangka safeguard dapat dilakukan secara lebih efektif.

3. Kerangka safeguard harus dirancang sesederhana mungkin, mudah dimengerti, jelas kaitannnya dengan tahap-tahap investasi, dan dapat dijalankan sesuai prinsip dalam kerangka proyek.

4. Prinsip utama safeguard adalah untuk menjamin program investasi infrastruktur tidak mengakibatkan dampak negatif yang serius. Bila terjadi dampak negatif maka perlu dipastikan adanya upaya mitigasi yang dapat meminimalkan dampak negatif tersebut, baik pada tahap perencanaanm persiapan maupun tahapan pelaksanaannya.

5. Diharapkan RPIJM tidak mebiayai kegiatan investasi yang karena kondisi local tertentu tidak memungkinkan terjadinya konsultasi safeguard dengan warga yang secara potensial dipengaruhi dampak lingkungan atau (PAP-Potentially Affected People) warga terasing dan

(2)

rentan (IVP-Isolated and Vlnerable People) atau warga yang terkena dampak pemindahan (DP-Displaced People), secara memadai.

6. Untuk memastikan bahwa safeguard dilaksanakan dengan baik dan benar,maka diperlukan tahap-tahap sebagai berikut: setiap keputusan, laporan dandraft perencanaan final yang berkaitan dengan kerangka safeguard harus dikonsultasikan dan didiseminasikan secara luas terutama kepada warga yang berpotensi terkena dampak, harus mendapatkan kesempatan untuk ikut mengambil keputusan dan menyampaikan aspirasi dan/atau keberatannya atas rencana investasi yang berpotensi dapat menimbulkan dampak negatif tau tidak diinginkan bagi mereka.

5.1.2 Lingkup Kerangka Safeguard

Sesuai dengan karakteristik kegiatan yang didanai dalam rencana program investasi

infrastruktur, kerangka safeguard RPIJM infrastruktur bidang Cipta Karya terdiri dari dua komponen yakni:

1. Safeguard Sosial

Kerangka ini dimaksudkan untuk membantu peserta Kota untuk dapat melakukan evaluasi secara sistematik dalam penanganan, pengurangan dan pengelolaan resiko sosial yang tidak diinginkan, promosi manfaat sosial dan pelaksanaan keterbukaan serta konsultasi publik dengan warga yang terkena dampak atau DP (Displaced People).

2. Safeguard Lingkungan

Kerangka ini dimaksudkan untuk membantu peserta Kota untuk dapat melakukan evaluasi secara sistematik dalam penanganan, pengurangan dan pengelolaan resiko lingkungan yang tidak diinginkan, promosi manfaat lingkungan dan pelaksanaan keterbukaan serta konsultasi publik dengan warga yang terkena dampak atau PAP (Potentially Affected People).

5.2 SAFEGUARD LINGKUNGAN 5.2.1 Prinsip Dasar

Seluruh program investasi infrastruktur bidang Cipta Karya yang diusulkan oleh Kota harus sesuai dan memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Penilaian lingkungan (environment assessment) dan rencana mitigasi dampak sub proyek, dirumuskan dalam bentuk:

 Analisis mengenai Dampak lingkungan atau AMDAL (atau Analisis Dampak Lingkungan-ANDAL dikombinasikan dengan Rencan Pengelola Lingkungan-RKL dan Rencana Pemantauan lingkungan-RPL)

 Upaya pengelolaan lingkungan-UKL dan upaya pemantauan lingkungan-UPL, atau

 Standar Operasi Baku-SOP

(3)

2. AMDAL harus dilihat sebagai alat peningkatan kualitas lingkungan. Format AMDAL atau UKL/UPL merupakan bagian tidak terpisahkan dari analisis teknis, ekonomi, sosial, kelembagaan dan keuangan sub proyek,

3. Sejauh mungkin, sub proyek harus menghindari atau meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Selaras dengan hal tersebut, sub proyek harus dirancang untuk dapat memberikan dampak positif semaksimal mungkin. Sub proyek yang diperkirakan dapat mengakibatkan dampak negatif yang besar terhadap lingkungan, dan dampak tersebut tidak dapat ditanggulangi melalui rancangan dan konstruksi sedemikian rupa, harus dilengkapi dengan AMDAL

4. Usulan program investasi infrakstruktur bidang Cipta Karya tidak dapat dipergunakan mendukung-mendukung kegiatan yang dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap habitat alamiah, warga terasing dan rentan, wilayah yang dilindungi, alur laut internasional atau kawasan sengketa. Disamping itu dari usulan RPIJM juga tidak membiayai pembelian, produksi atau penggunaan:

 Bahan-bahan yang merusak ozon, tembakau atau produk-produk tembakau

 Asbes, bahan-bahan yang mengandung unsur asbes.

 Bahan/material yang termasuk dalam kategori B3 (bahan beracun dan berbahaya). Rencana investasi tidak membiayai kegiatan yang menggunakan, mengahasilkan, menyimpan atau mengangkut bahan/material beracun, korosif atau eksplosif atau bahan/material yang termasuk dalam kategori B3 menurut hukum yang berlaku di Indonesia

 Pestisida, herbisida, dan insektisida RPIJM tidak diperuntukkan membiayai kegiatan yang melakukan pengadaan pestisida, herbisida atau insektisida

 Pembangunan bendungan RPIJM bidang infrastruktur Cipta Karya tidak membiayai pembangunan atau rehabilitasi bendungan atau investasi yang mempunyai ketegantungan pada kinerja bendungan yang telah ada ataupun yang sedang dibangun Kekayaan budaya RPIJM bidang infastruktur Cipta Karya tidak membiayai kegiatan yang dapat merusak atau menghancurkan kekayaan budaya baik berupa benda dan budaya maupun lokasi yang dianggap sakral atau memiliki nilai spritual, dan

 Penebangan kayu RPIJM bidang infrastuktur Cipta Karya tidak membiayai kegiatan yang terkait dengan kegiatan penebangan kayu atau pengadaan peralatan penebangan kayu

(4)

Tabel

Kegiatan dan/atau usaha yang perlu dilengkapi dengan AMDAL atau UKL/UPL

Sektor dan Kegiatan Skala

AMDAL1 UKL/UPL2

Air Bersih

a. Pembangunan jaringan distribusi (luas layanan)  500 Ha 100 Ha - < 500 Ha b. Pembangunan jaringan pipa transimisi (panjang)  10 km 2 km - < 10 km c. Pengambilan air baku dari mata air permukaan, sungai,

danau/sumber lain (debit pengambilan)

 250 l/detik 50 lt/dt - < 250 l/dt

d. Pembangunan Instalasi Pengotanah Air (debit) - > 50 l/detik e. Pengambilan air tanah  50 l/detik > 5 l/dt - < 50 l/dt

Persampahan

a. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan sistem control landfill/sanitary landfill (di luar B3)

- Luas layanan - Kapasitas total  10 Ha  10.000 ton < 10 Ha < 10.000 ton b. TPA di daerah pasang surut

- Luas landfill - Kapasitas total  5 Ha  5.000 ton < 5 Ha < 5.000 ton c. Pembangunan transfer station

- Kapasitas operasional  1.000 ton/hari < 1.000 ton/hari d. TPA dengan sistem open dumping semua ukuran -

e. Pembangunan Incinerator - semua ukuran f. Bangunan komposting dan daur ulang - > 4 ton/hari

> 500 m2

Konstuksi Pengolah Limbah Cair dan Sewerage

a. IPLT

 2 Ha < 2 Ha

b. IPAL  3 Ha < 3 Ha

c. Perpipaan air limbah/sewerage  500 Ha < 500 Ha

Drainase

a. Pembangunan saluran di kota besar/metropolitan - Drainase Utama (panjang)

- Drainase Sekunder dan Tersier (panjang)

 5 km -

< 5 km 1 km – 5 km

(5)

Sektor dan Kegiatan Skala

AMDAL1 UKL/UPL2

b. Pembangunan saluran di kota sedang - Drainase Utama (panjang)

- Drainase Sekunder dan Tersier (panjang)

 10 km ≥ 10 km

< 10 km 2 – 10 km c. Pembangunan saluran di kota kecil - > 5 km

Normalisasi Sungai/Kanal Pengelak Banjir

a. Kota besar/metropolitan - Panjang, atau

- Volume pengerukan, atau - Luas layanan  5 km  500.000 m3 - 1 - < 5 km - 1 - 5 Ha b. Kota sedang - Panjang, atau - Volume pengerukan c. Kota kecil*) - Panjang; atau - Volume pengerukan  10 km  500.000 m3 ≥ 13 km ≥ 500.000 m3 3 - < 10 km - 3 – 13 km - c. Pedesaan - Panjang, atau - Volume pengerukan  15 km  500.000 m3 5 - < 15 km -

d. Sodetan - semua ukuran

Jalan

a. Pembangunan dan atau peningkatan jalan dengan pelebaran di luar DAMIJA

a.1. Kota besar/metropolitan - Panjang, atau - Luas layanan  5 km  5 Ha 1 - < 5 km 2 - < 5 Ha a.2. Kota Sedang

- Panjang, atau - Luas layanan  10km  10 Ha 3 - < 10 km 5 - < 10 Ha a.3. Kota kecil*)

- Panjang; atau - Luas layanan

a.4 Pedesaan – antarkota, panjang

≥ 20 km ≥ 15 Ha  30km 4 -  20 km 7 -  15 Ha 5 - < 30 km b. Peningkatan dengan pelebaran di dalam DAMIJA

b.1. Kota besar/metropolitan untuk jalan arteri/kolektor

(panjang) -  10 km

Jembatan (Konstruksi Baru)

Kota besar (panjang) Kota sedang (panjang)

- -

 20 m

(6)

Sektor dan Kegiatan Skala

AMDAL1 UKL/UPL2

Konstruksi Pelabuhan

a. Dermaga dengan konstruksi masif - Panjang, atau - Luas  200 m  6.000 m2 Tidak ada keputusan spesifik yang dikeluarkan oleh Departemen Perhubungan (re. Pelabuhan) atau Departemen Pertanian (re. Pelabuhan ikan) berkenaan dengan UKL/UPL. Karena itu, ukuran apapun yang pantas dan di bawah ukuran yang ditetapkan oleh Kantor Meneg LH untuk AMDAL, dapat dipertimbangkan sebagai memerlukan UKL/UPL b. Penahan gelombang (break water/talud)  200 m

c. Prasarana pendukung pelabuhan  5 Ha

d. Single Point Mooring Buoy  10.000 DWT

Pelabuhan Ikan

- Panjang dermaga

- Kawasan industri perikanan - Kedalaman perairan di dermaga

 300 m

 10 Ha

 -4 m LWS

Perumahan/Permukiman

a. Kota metropolitan (luas) b. Kota besar (luas)

c. Kota sedang dan kecil (luas)

 25 Ha  50 Ha  100 Ha 2 - < 25 Ha 2 - < 50 Ha 2 - < 100 Ha

Konstruksi Bangunan (Pendidikan, Perdagangan, Fasilitas Keagamaan, dll)

- Luas tanah , atau - Luas lantai/bangunan

 5 Ha

 10.000 m2

-

< 10.000 m2

Konstruksi Baru untuk Pemukiman Kembali

a. Jumlah penduduk yang dipindahkan, atau b. Luas kawasan

 200 KK

 100 Ha

50 – 200 KK 2 – 100 Ha

Program Perbaikan kampung3 UKL/UPL

(7)

5.2.2 LANDASAN HUKUM

Panduan kerangka Safeguard Lingkungan dan Sosial dalam USDRP dirumuskan berdasarkan sejumlah regulasi terkait yang berlaku, antara lain:

1. Undang-undang (UU) No.23/1997 tentang pengelolaan lingkungan, pasal 5 (1) mengenai rencana kegiatan atau pekerjaan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak lingkungan besar dan signifikan harus dilengkapi dengan AMDAL;

2. Peraturan Pemerintah (PP) No. 27/1997 tentang Analisis mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) pasal 5 (1), AMDAL diperlukan jika proyek tersebut:

(i) mempengaruhi sejumlah besar orang, wilayah dam komponen lingkungan;

(ii) menimbulkan dampak yang berlangsung kuat, lama, kumulatif, dan tidak dapat dipulihkan kembali (ireversible);

3. Peraturan Pemerintah (PP) No. 27/1999 Pasal 5 (1) kriteria mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan atau kegiatan terhadap lingkungan hidup antara lain: jumlah manusia yang terkena dampak, luas wilayah persebaran dampak, intensitas dan lamanya dampak berlangsung, banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak, sifat kumulatif dampak, dan berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya dampak. Pasal 11 (1) tentang AMDAL menyatakan bahwa Komisi AMDAL Pusat bewenang menilai hasil AMDAL bagi jenis usaha dan atau kegiatan yang memenuhi unsur-unsur stategis nasional dan atau berkaitan dengan ketahanan nasional dengan dampak mencakup lebih dari propinsi, terletak di wilayah konflik dengan negara lain, terletak di perairan laut, dan atau lokasinya mencakup wilayah hukum negara lain. Pasal 11 (2) menyatakan Komisi AMDAL daerah (Propinsi dan Kabupaten/Kota) bewenang menila AMDAL bagi jenis-jenis usaha atau kegiatan yang berada di luar kriteria diatas;

4. Sesuai PP 27/1999 tentang AMDAL pasal 33 (3), dalam waktu 30 hari setelah pengumuman proyek, pihak-pihak yang berkepentingan, termasuk warga yang terkena dampak, LSM setempat, dan pihak lainnya, dapat menyampaikan tanggapan, saran dan keluhan kepada Pemrakarsa kegiatan;

5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17/2001, tanggal 22 Mei 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;

6. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak lingkungan No. 09 tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL);

7. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 17/KPTS/2003, tanggal 3 Februari 2003, tentang Penetapan Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Permukiman (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL);

8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 86/2003 tentang Petunjuk

(8)

5.2.3 PROSEDUR SAFEGUARD LINGKUNGAN

Prosedur pelaksanaan AMDAL terdiri dari berbagai kegiatan utama, yakni: pentapisan awal sub proyek sesuai dengan kriteria persyaratan safeguard, evaluasi dampak lingkungan; pengklasifikasian/kategorisasi dampak lingkungan dari sub proyek yang diusulkan, perumusan dokumen SOP, UKL/UPL atau AMDAL (KAANDAL,ANDAL dan RKL/RPL), pelaksanaan dan pemantauan pelaksanaan.

Tabel

Kategori pendugaan dampak lingkungan

Kategori Dampak Persyaratan Pemerintah

A Sub proyek dapat mengakibatkan

dampak lingkungan yang buruk, berkaitan dengan kepekaan dan

keragaman dampak yang ditimbulkan, upaya pemulihan kembali sangat sulit dilakukan

ANDAL dan RKL/RPL*

B Sub proyek dengan ukuran dan

volume kecil, mengakibatkan dampak lingkungan akan tetapi

upaya pemulihannya sangat mungkin dilakukan

UKL/UPL

C Sub proyek yang tidak memiliki

komponen konstruksi dan tidak mengakibatkan pencemaran

udara, tanah dan air.

Tidak ada

5.2.4 Kerangka Kelembagaan Safeguard Lingkungan 5.2.4.1 Pemrakarsa Kegiatan

Pemrakarsa kegiatan adalah perumus dan pelaksana RIPJM di masingmasing Pemerintah Kota peserta Pemrakarsa kegiatan bertanggung jawab untuk melaksanakan :

1. Perumusan KA-ANDAL, draft ANDAL dan RKL/RPL atau draft UKL/UPL. melaksanakan serta melakukan pemantauan pelaksanaannya. Bila diperlukan Bappedalda dapat membantu pemrakarsa kegiatan dalam melaksanakan pemantauan

2. Konsultasi dengan waga yang secara potensial dipengaruhi dampak linkungan atau PAP dalam forum stakeholde, baik pada saat perumusan KA-ANDAL, draft ANDAL dan RKL/RPL. Sebelum kegiatan konsultasi dilakukan, pemrakarsa kegiatan pelu menyediakan semua bahan yang relevan sekurang-kurangnya 3 (tiga) hai sebelum kegiatan dilakukan yang setidaknya mencakup ringkasan tujuan kegiatan, rincian kegiatan dan gambaran menyeluruh potensi dampaknya. Hasil konsultasi dalam forum stakeholder tersebut harus dicatat sebagai bagian dari laporan ANDAL. Disamping itu, kegiatan konsultasi dengan PAP bila perlu juga dilakukan selama pelaksanaan sub proyek.

3. Melaporkan pelaksanaan RKL/RPL dan hasil pemantauannya Bapedalda, Bupati/Walikota 4. Keterbukaan informasi mengenai draft ANDAL dan RKL/RPL atau UKL/UPL pada publik

(9)

5. Penanganan keluhan publik serta transparan. Perlu dikembangkan prosedur penyampaian keluhan publik yang transparan. Keluhan haus dijawab sebelum tahap pelelangan kegiatan dimulai. Keluhan yang diajukan sebelum konstrukdi dan/atau operasi kegiatan pelu diselesaikan secara musyawarah antara pemrakarsa kegiatan dengan pihak-pihak yang mengajukan keluhan.

5.2.4.2 Bapedalda atau Dinas/Instansi terkait

1. Menurut SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 86/2003 Bappedalda atau Dinas/Instansi yang bekecimpung dalam masalah lingkungan hidup, bertanggung jawab untuk mengkaji dan memberikan persetujuan terhadap UPL/UKL yang dirumuskan oleh pemakarsa kegiatan. 2. Dalam pelaksanaan RPIJM, Bappedalda juga betanggung jawab untuk melakukan supevisi

pelaksanaan RKL/RPL seta melakukan pemantauan terhadap lingkungan secara umum 3. Bappedalda juga merupakan anggota tetap komisi AMDAL.

Komisi Amdal adalah badan yang berwenang dan betanggung jawab untuk melakukan :

1. Kajian dan persetujuan terhadap KA-ANDAL, ANDAL dan RKL/RPL yang dirumuskan oleh pemrakarsa kegiatan

2. Penyampaian laporan hasil kajian yang dilakukan kepada Walikota/Bupati yang bersangkutan (sesuai dengan PP No. 27/1999 mengenai AMDAL, pasal 8 dalam RPIJM yang dimaksudkan sebagai komisi AMDAL adalah Komisi AMDAL tingkat Kota)

5.3 SAFEGUARD KERANGKA PENGADAAN TANAH DANPERMUKIMAN KEMBALI

5.3.1 Safeguard Kerangka Pengadaaan Tanah dan Permukiman Kembali

Pengadaan tanah dan permukiman kembali biasanya terjadi jika kegiatan investasi berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau sedikitnya memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.

Pengadaan tanah dan permukiman kembali atau land acquisition and resettlement untuk kegiatan RPIJM mengacu pada prinsip-prinsip sebagai berikut ini:

1. Transparan: Sub proyek dan kegiatan yang terkait harus diinformasikan secara transparan kepada pihak-pihak yang akan terkena dampak. Informasi harus mencakup, antara lain, daftar warga dan aset (tanah, bangunan, tanaman, dan lainnya) yang akan terkena dampak.

2. Partisipatif: Warga yang berpotensi terkena dampak/dipindahkan (DP) harus terlibat dalam seluruh perencanaan proyek, seperti: penentuan batas lokasi proyek jumlah dan bentuk kompensasi/ganti tugi, serta lokasi tempat permukiman kembali.

3. Adil: Pengadaan tanah tidak boleh memperburuk kondisi kehidupan DP. Warga tersebut memiliki hak untuk mendapatkan ganti rugi yang memadai, sepert tanah pengganti dan /atau uang tunai yang setara dengan harga pasar tanah dan asetnya. Biaya terkait lainnya, seperti

(10)

biaya pindah, pengurusan surat tanah, dan pajak, harus ditanggung oleh pemrakarsa kegiatan. DP harus diberi kesempatan untuk mengkaji rencana pengadaan tanah ini secara terpisah di antara mereka sendiri dan menyetujui syarat syarat dan jumlah ganti rugi dan /atau permukiman kembali.

4. Warga yang terkena dampak harus sepakat atas ganti rugi yang ditetapkan atau jika memungkinkan secara sukarela mengkontribusikan/hibah sebagian tanahnya pada kegiatan. Dalam kasus dimana tanah dihibahkan secara sukarela. DP akan melakukan musyawarah dalam forum stakeholder untukmenjamin bahwa hibah benar-benar dilakukan secara sukaela tanpa paksaandari pihak manapun.

5. Kontribusi/hibah tanah secara sukarela hanya dapat dilakukan bila:

 DP mendapatkan manfaat yang jauh lebih besar dibandingkan dengan harga tanah miliknya (dibuktikan dengan perhitungan yang disepakati kedua belah pihak

 Tanah yang dihibahkan nilainya < 10% dari nilai tanah, bangunan atau aset lain yang produktif dan nilainya < 1 (satu) juta rupiah

Kesepakatan kontribusi sukarela tersebut harus ditanda tangani oleh kedua belah pihak setelah DP melakukan diskusi secara terpisah. Safeguard Monitoring Team atau SMT harus dapat menjamin bahwa tidak ada tekanan pada DP untuk melakukan kontribusi tanah secara sukarela. Persetujuan tersebut harus didokumentasikan secara formal;

1. Kegiatan investasi harus sudah menentukan batas-batas lahan yang diperlukan, jumlah warga yang terkena dampak, informasi umum mengenai pendapat serta status pekerjaan DP, dan harga tanah yang berlaku yang diusulkan oleh pemrakarsa kegiatan dan didukung oleh NJOP, sebelum pembebasan tanah (dengan atau tanpa pemukiman kembali/resettlement) dilakukan 2. Kegiatan yang dapat mengakibatkan dampak pada lebih dari 200 orang atau 40 KK, atau

melibatkan pemindahan lebih dari 100 orang atau 20 KK, harus didukung dengan Rencana Tindak Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali atau RTPTPK yang menyeluruh.

3. Jika kegiatan investasi hanya akan mengakibatkan dampak pada kurang dari 200 orang atau 40 KK atau bedampak pada kurang dari 10% asetb produktif atau hanya melakukan pemindahan penduduk secara temporer (sementara) selama masa kontruksi, harus didukung dengan RTPTPK sederhana.

4. RTPTPK menyeluruh atau RTPTPK sederhana dan pelaksanaannya menjadi tanggung jawab pemrakarsa kegiatan, dimonitor oleh Tim Pemantauan Safeguard

5. Pehitungan ganti rugi bagi DP tedapat beberapa alternatif cara untuk menghitung ganti rugi, yakni:

• Perhitungan ganti rugi tanah berdasarkan nilai pasar tanah di lokasi yang memiliki

karakteristik ekonomi yang serupa pada saat pembayaran kompensasi ganti rugi dilakukan • Perhitungan kompensasi ganti rugi bangunan berdasarkan nilai pasar bangunan dengan

(11)

berdasarkan nilai pasar tanaman yang sama ditambah dengan biaya atas kerugian non material lainnya

• Perhitungan ganti rugi untuk aset lainnya diganti dengan aset yang paling tidak sama, atau ganti rugi uang tunai setara dengan harga untuk memperoleh aset yang sama

6. Berkenaan dengan hak hukum atas tanah, DP dapat dikelompokkan menjadi:

• Warga yang memiliki hak atas tanah pada saat pendataan dilakukan, termasuk hak adat dan ulayat

• Warga yang tidak memiliki hak atas tanah akan tetapi menguasai/menggarap lahan atau aset lainnya (hak garap)

• Warga yang menguasai tanah berdasarkan perjanjian dengan pemilik tanah (hak sewa) • Warga yang menguasai/menempati tanah/lahan (sering disebut sebagai squarter); dan • Warga yang mengelola tanah wakaf (tanah yang dihibahkan untuk kepentingan agama)

5.3.2 Prosedur

Safeguard

Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali

Metoda pendugaan safeguard sosial atau pembebasan tanah dan permukiman kembali dirumuskan berdasarkan sejumlah regulasi terkait yang berlaku antara lain sesuai dengan Keputusan Presiden No 55/1993 tentang Pembebasan Tanah untuk Pembangunan Bagi Kepentingan Umum.

Prosedur pelaksanaan safeguard pembebasan tanah dan permukiman kembali terdiri dari beberapa kegiatan utama yang meliputi: penypisan awal dari usulan kegiatan untuk melihat apakah kegiatan yang bersangkutan memerlukan pembebasan tanah atau kegiatan permukiman kembali atau tidak; pengklasifikasian/kategorisasi dampak pembebasan tanah dan permukiman kembali dari sub proyek yang diusulkan sesuai tabel 5.2; perumusan surat pernyataan bersama (jika melibatkan hibah sebidang tanah secara sukarela) atau perumusan Rencana Tindak Pembebasan Tanah dan Permukiman Kembali (RTPTPK) sederhana atau menyeluruh sesuai kebutuhan didukung SK Gubernur/Bupati/Walikota.

Pembebasan tanah dan permukimkan kembali yang telah dilaksanakan sebelum usulan sub proyek disampaikan, harus diperiksa kembali dengan tracer study. Tracer study ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa proses pembebasan tanah telah sesuai dengan standar yang berlaku, tidak mengakibatkan kondisi kehidupan menjadi lebih buruk, dan mekanisme penanganan keluhan dilaksanakan dengan baik.

Tabel

Kategori Pendugaan Dampak Pembebasan Tanah dan Permukiman Kembali

(12)

A Sub Proyek tidak

melibatkan kegiatan pembebasan tanah 1. Sub Proyek seluruhnya menempati tanah

negara

Surat Pernyataan dari pemrakarsa kegiatan 2. Sub Proyek seluruhnya

atau sebagian

menempati tanah yang dihibahkan secara sukarela

Laporan yang disusun oleh pemrakarsa kegiatan

B Pembebasan tanah secara

sukarela:

Hanya dapat dilakukan bila lahan produktif

yang dihubahkan < 10% dan memotong <

bidang lahan sejarak 1,5 m dari batas kavling

atau garis sepadan bangunan, dan bangunan atau aset tidak bergerak lainnya yang

dihibahkan senilai < Rp. 1 Juta.

Surat Persetujuan yang disepakati dan

ditandatangai

bersama antara pemrakarsa kegiatan dan warga yang menghibahkan tanahnya dengan sukarela

C Pembebasan tanah

berdampak pada < 200 oran atau 40 KK atau < 10% dari aset

produktif atau melibatkan pemindahan warga sementara selama masa konstruksi

RTPTPK sederhana

D Pembebasan tanah

berdampak pada > 200 orang atau memindahkan warga > 100 orang

RTPTPK menyeluruh

Prinsip dasar safeguard lingkungan secara garis besar digambarkan sebagai berikut. Semua proyek yang harus sesuai dengan prinsip dimaksud.

(13)

ANDAL dan RKL/RPL), atau (ii) UKL/UPL, tergantung kategori dampak proyek dimaksud (lihat daftar kategori, di bawah). Penentuan kategori lingkungan untuk masing-masing proyek mengacu pada kriteria yang ditetapkan dalam kerangka safeguard ini.

 AMDAL dan UKL/UPL harus dipandang sebagai alat untuk meningkatkan kualitas proyek. Karena itu, AMDAL atau UKL/UPL harus menjadi bagian tak terpisahkan dari analisis kelayakan teknis, ekonomi, sosial, institusional dan keuangan setiap usulan proyek.

 Sedapat mungkin proyek harus menghindari, atau meminimalkan, dampak negatif pada lingkungan. Alternatif desain, termasuk alternatif tanpa-proyek, harus dikaji dengan seksama sebelum usulan proyek diajukan. Sebaliknya, proyek harus dirancang sedemikian sehingga dampak positif dapat dimaksimalkan.

 Proyek yang menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, dan dampaknya tidak dapat dikelola melalui rancangan atau praktek-praktek konstruksi, harus disertai dengan AMDAL.

 Kegiatan-kegiatan yang diusulkan hendaknya tidak mengganggu habitat alam kritis, kawasan lindung, dan kawasan sengketa. Demikian pula setiap kegiatan hendaknya menghindari penggunaan:

Bahan-bahan yang merusak ozon.

Asbes. Berbagai tindakan pencegahan berkaitan dengan penggunaan asbes, seperti renovasi bangunan yang menggunakan asbes harus diterapkan.

Bahan beracun berbahaya (B3).

Kekayaan budaya. Proyek yang merusak kekayaan budaya, termasuk barang, struktur fisik dan lokasi yang dianggap sakral atau setidaknya memiliki nilai spiritual.

5

5..44 KKAATTEEGGOORRIIKKEEGGIIAATTAANN

Safeguard lingkungan ini berlaku pada semua tahap pengembangan proyek, seperti: pengajuan usulan, perencanaan, pelaksanaan dan pengoperasian proyek. Tiap proyek akan diteliti secara cermat menurut kriteria yang tercantum dalam peraturan-perundangan Nasional. Berdasarkan:

1. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11 tahun 2006, dan

2. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 17/KPTS/2003, tertanggal 3 Februari 2003

maka kriteria kegiatan dan/atau usaha yang perlu dilengkapi dengan AMDAL atau UKL/UPL adalah seperti yang tertera dalam Tabel 5.1.

(14)

Tabel 5.1.

Kegiatan dan/atau usaha yang perlu dilengkapi dengan AMDAL atau UKL/UPL

Sektor dan Kegiatan Skala

AMDAL4 UKL/UPL5

Air Bersih

a. Pembangunan jaringan distribusi (luas layanan)  500 Ha 100 Ha - < 500 Ha b. Pembangunan jaringan pipa transimisi (panjang)  10 km 2 km - < 10 km c. Pengambilan air baku dari mata air permukaan, sungai,

danau/sumber lain (debit pengambilan)

 250 l/detik 50 lt/dt - < 250 l/dt

d. Pembangunan Instalasi Pengotanah Air (debit) - > 50 l/detik e. Pengambilan air tanah  50 l/detik > 5 l/dt - < 50 l/dt

Persampahan

a. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan sistem control landfill/sanitary landfill (di luar B3)

- Luas layanan - Kapasitas total  10 Ha  10.000 ton < 10 Ha < 10.000 ton b. TPA di daerah pasang surut

- Luas landfill - Kapasitas total  5 Ha  5.000 ton < 5 Ha < 5.000 ton c. Pembangunan transfer station

- Kapasitas operasional  1.000 ton/hari < 1.000 ton/hari d. TPA dengan sistem open dumping semua ukuran -

e. Pembangunan Incinerator - semua ukuran f. Bangunan komposting dan daur ulang - > 4 ton/hari

> 500 m2

Konstuksi Pengolah Limbah Cair dan Sewerage

d. IPLT

 2 Ha < 2 Ha

e. IPAL  3 Ha < 3 Ha

f. Perpipaan air limbah/sewerage  500 Ha < 500 Ha

Drainase

a. Pembangunan saluran di kota besar/metropolitan - Drainase Utama (panjang)

- Drainase Sekunder dan Tersier (panjang)

 5 km -

< 5 km 1 km – 5 km

(15)

Sektor dan Kegiatan Skala

AMDAL4 UKL/UPL5

b. Pembangunan saluran di kota sedang - Drainase Utama (panjang)

- Drainase Sekunder dan Tersier (panjang)

 10 km ≥ 10 km

< 10 km 2 – 10 km c. Pembangunan saluran di kota kecil - > 5 km

Normalisasi Sungai/Kanal Pengelak Banjir

a. Kota besar/metropolitan - Panjang, atau

- Volume pengerukan, atau - Luas layanan  5 km  500.000 m3 - 1 - < 5 km - 1 - 5 Ha b. Kota sedang - Panjang, atau - Volume pengerukan c. Kota kecil*) - Panjang; atau - Volume pengerukan  10 km  500.000 m3 ≥ 13 km ≥ 500.000 m3 3 - < 10 km - 3 – 13 km - c. Pedesaan - Panjang, atau - Volume pengerukan  15 km  500.000 m3 5 - < 15 km -

d. Sodetan - semua ukuran

Jalan

a. Pembangunan dan atau peningkatan jalan dengan pelebaran di luar DAMIJA

a.1. Kota besar/metropolitan - Panjang, atau - Luas layanan  5 km  5 Ha 1 - < 5 km 2 - < 5 Ha a.2. Kota Sedang

- Panjang, atau - Luas layanan  10km  10 Ha 3 - < 10 km 5 - < 10 Ha a.3. Kota kecil*)

- Panjang; atau - Luas layanan

a.4 Pedesaan – antarkota, panjang

≥ 20 km ≥ 15 Ha  30km 4 -  20 km 7 -  15 Ha 5 - < 30 km b. Peningkatan dengan pelebaran di dalam DAMIJA

b.1. Kota besar/metropolitan untuk jalan arteri/kolektor

(panjang) -  10 km

Jembatan (Konstruksi Baru)

Kota besar (panjang) Kota sedang (panjang)

- -

 20 m

(16)

Sektor dan Kegiatan Skala

AMDAL4 UKL/UPL5

Konstruksi Pelabuhan

a. Dermaga dengan konstruksi masif - Panjang, atau - Luas  200 m  6.000 m2 Tidak ada keputusan spesifik yang dikeluarkan oleh Departemen Perhubungan (re. Pelabuhan) atau Departemen Pertanian (re. Pelabuhan ikan) berkenaan dengan UKL/UPL. Karena itu, ukuran apapun yang pantas dan di bawah ukuran yang ditetapkan oleh Kantor Meneg LH untuk AMDAL, dapat dipertimbangkan sebagai memerlukan UKL/UPL b. Penahan gelombang (break water/talud)  200 m

c. Prasarana pendukung pelabuhan  5 Ha

d. Single Point Mooring Buoy  10.000 DWT

Pelabuhan Ikan

- Panjang dermaga

- Kawasan industri perikanan - Kedalaman perairan di dermaga

 300 m

 10 Ha

 -4 m LWS

Perumahan/Permukiman

a. Kota metropolitan (luas) b. Kota besar (luas)

c. Kota sedang dan kecil (luas)

 25 Ha  50 Ha  100 Ha 2 - < 25 Ha 2 - < 50 Ha 2 - < 100 Ha

Konstruksi Bangunan (Pendidikan, Perdagangan, Fasilitas Keagamaan, dll)

- Luas tanah , atau - Luas lantai/bangunan

 5 Ha

 10.000 m2

-

< 10.000 m2

Konstruksi Baru untuk Pemukiman Kembali

a. Jumlah penduduk yang dipindahkan, atau b. Luas kawasan

 200 KK

 100 Ha

50 – 200 KK 2 – 100 Ha

Program Perbaikan kampung6 UKL/UPL

(17)

Landasan lebih lanjut dari safeguard lingkungan ini adalah UU No. 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan pasal 15(1) menyatakan bahwa setiap rencana usaha atau kegiatan yang dapat menimbulkan dampak lingkungan besar dan penting harus disertai dengan AMDAL. Serta Peraturan Pemerintah (PP) No. 27/1997 tentang AMDAL pasal 5 (1) lebih lanjut menjabarkan kriteria dampak besar dan penting, yang meliputi: (i) mempengaruhi sejumlah besar orang, wilayah dan komponen lingkungan; (ii) dampak berlangsung kuat, lama, kumulatif, dan tidak-terbalikkan (irreversible).

5

5..55 DDOOKKUUMMEENNAAMMDDAALL 5.5.1 Isi Laporan AMDAL

Berikut adalah daftar hal-hal yang harus dimasukkan dalam analisis dan laporan proyek. Rincian daftar isi laporan ANDAL dan RKL/RPL disampaikan secara khusus dalam dokumen Rencana Pelaksanaan Proyek (Project Implementation Plan - PIP).

A. Isi laporan ANDAL sekurang-kurangnya meliputi: i. Ringkasan Eksekutif

ii. Pendahuluan, meliputi: kerangka kebijakan, hukum, kelembagaan, dan administratif iii. Lingkup studi, meliputi kedalaman dan keluasan substansi yang dikaji dan batas spasial

pengamatan

iv. Metode studi, termasuk metode pengumpulan dan analisis data, metode prakiraan dampak, dan metode evaluasi dampak;

v. Pemerian proyek secara teknis dan rinci;

vi. Rona lingkungan awal, meliputi lingkungan fisik-kimia-geologis, lingkungan biologis, dan lingkungan sosial-ekonomi;

vii. Prakiraan dampak lingkungan, termasuk dampak tidak langsung dan kumulatif viii. Analisis alternatif, termasuk alternatif tanpa-proyek

ix. Evaluasi dampak besar dan penting;

x. Lampiran-lampiran pendukung, termasuk proses konsultasi publik dan ringkasan hasil-hasil yang dicapai

Keluasan, kedalaman dan jenis analisis bergantung kepada sifat, skala dan potensi dampak lingkungan proyek dimaksud. Pemrakarsa mengevaluasi risiko dan dampak lingkungan, mengkaji alternatif-alternatif proyek, mengidentifikasi cara-cara untuk memperbaiki seleksi, lokasi, rencana, desain, dan/atau implementasi proyek, dengan mencegah, meminimalkan, menanggulangi, atau mengkompensasi dampak lingkungan negatif serta meningkatkan dampak positif.

(18)

B. Isi laporan RKL/RPL sekurang-kurangnya meliputi:

i.

Ringkasan Eksekutif

ii.

Pendahuluan

iii.

Pendekatan pengelolaan lingkungan (teknologi, sosial-ekonomi, institusional);

iv.

Rencana Pengelolaan Lingkungan (RPL)

 Dampak lingkungan besar dan penting, dan sumbernya: komponen

lingkungan yang terkena dampak, dan sumber dampak;

 Indikator dampak.

 Tujuan pengelolaan lingkungan.

 Rencana pengelolaan dan tindakan penanggulangan pada tahap pra-konstruksi, konstruksi dan operasi.

 Lokasi dan periode pengelolaan.

 Anggaran dan jadwal.

 Pengaturan kelembagaan: badan yang bertanggung jawab dan hubungan pelaporan.

v.

Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)

 Dampak besar dan penting yang hendak dipantau;

 Sumber dampak;

 Indikator pemantauan;

 Tujuan pemantauan lingkungan;

 Metode dan lokasi pemantauan;

 Anggaran dan jadwal

 Pengaturan kelembagaan: badan yang bertanggung jawab dan hubungan pelaporan.

RKL/RPL harus menggambarkan perangkat penanggulangan, pemantauan, dan tindakan-tindakan kelembagaan yang perlu dijalankan selama tahap implementasi dan operasi proyek guna meminimalkan dampak lingkungan negatif, mengkompensasi kerugian, atau menekannya sampai pada tingkat yang dapat diterima.

5.5.2 Prosedur AMDAL dan Konsultasi Publik

Pemrakarsa perlu bekerja sama dengan warga yang mungkin terkena dampak proyek dan perlu berkoordinasi dengan Komisi AMDAL dalam sejumlah langkah esensial berikut:

 Keputusan untuk menentukan kategori proyek dan seleksi ketentuan-ketentuan safeguard

yang tepat (seperti diilustrasikan dalam Tabel 3 di atas),

 Penyusunan dan persetujuan Kerangka Acuan (TOR) bagi penyiapan dokumen-dokumen

safeguard yang memadai; dan

 Penyusunan dan persetujuan dokumen safeguard.

(19)

Selama penyiapan ANDAL dan RKL/RPL, Pemrakarsa harus menjamin terpenuhinya persyaratan prosedural minimal, yang terdiri dari:

Persetujuan: Komisi AMDAL adalah lembaga resmi yang bertanggung jawab mengkaji dan menilai KA dan draft ANDAL dan RKL/RPL. Mendahului persetujuan KA, Pemrakarsa harus melakukan konsultasi dengan Forum Stakeholder dan warga yang terkena dampak proyek. Konsultasi ini bersifat wajib, dan hasilnya dicatat sebagai bagian dari laporan ANDAL.

Pelaporan: Secara administratif, Komisi AMDAL melaporkan kegiatannya kepada Walikota (untuk Komisi AMDAL Kota), atau Gubernur (untuk Komisi AMDAL Provinsi). Pemrakarsa harus melaporkan implementasi RKL/RPL kepada dinas-dinas terkait seperti ditunjukkan dalam Gambar 1 tersebut..

Pemantauan: Pemrakarsa adalah pihak yang bertanggung jawab melaksanakan pemantauan lingkungan berkaitan dengan implementasi proyek. Namun demikian, Bapedalda merupakan lembaga pemerintah yang bertanggung jawab memantau kualitas lingkungan di dalam wilayah penugasannya. Karena itu, Bapedalda dapat diminta untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan pemantauan yang dilaksanakan oleh Pemrakarsa untuk menjamin kesesuaian kegiatan dimaksud dengan standar dan peraturan yang berlaku.

Konsultasi Publik selama penyiapan ANDAL dan RKL/RPL serta implementasi RKL/RPL harus mempertimbangkan aspek-aspek berikut:

(20)

Gambar 5.1. Prosedur AMDAL

Untuk menghindari bias dalam proses pengambilan keputusan akibat (kemungkinan) adanya konflik kepentingan di antara para stakeholder dari kalangan Pemerintah Kota – mereka terlibat sebagai Pemrakarsa, sekaligus anggota tetap dan sekretariat Komisi AMDAL – konsultasi dengan Forum Stakeholder dan warga yang terkena dampak proyek merupakan langkah yang wajib dilaksanakan. Konsekuensinya, tanggapan yang disampaikan selama konsultasi publik berkenaan dengan dampak proyek, harus diperhatikan dan dijawab secara tepat, serta dimuat sebagai Lampiran dalam dokumen ANDAL dan RKL/RPL

Penyaringan dampak lingkungan besar dan

penting

Pemrakarsa mengajukan KA kepada Komisi AMDAL Pemrakarsa mengajukan

draft UKL/UPL ke Bapedalda atau Dinas

Lingkungan Hidup

Pemrakarsa mengajukan draft ANDAL dan RKL/RPL pada

Komisi AMDAL

Pemrakarsa mengimplementasikan

RKL/RPL

Permakarsa, difasilitasi oleh Komisi AMDAL, berkonsultasi dengan Forum Stakeholder dan warga yang

terkena dampak

Pemrakarsa, difasilitasi oleh Komisi AMDAL, berkonsultasi dengan Forum Stakeholder dan warga yang

terkena dampak Tidak perlu ANDAL Perlu ANDAL Ya Draft KA disetujui?

Draft ANDAL dan RKL/RPL disetujui Ya

Pemrakarsa

melaporkan

implementasi

RKL/RPL dan

pelaksanaan

pemantauan

lingkungan ke

Executing Agency

c/q KMP;

Bapedalda,

Gubernur, dan

Tidak Revisi Draft UKL/UPL disetujui? Revisi Draft Tidak Ya Tidak

Bapedalda melaporakan hasil pemantauan dan evaluasinya kpd

Meneg. LH (sekurang-kurangnya 2 kali setahun), dengan tembusan

lembaga perijinan dan gubernur Penyaringan untuk UKL/UPL Ya SOP Tidak perlu ANDAL

Pemrakarsa , yaitu: Dinas atau unit di lingkungan Pemerintah Kota mengajukan

(21)

Peraturan Pemerintah (PP) No. 27/1999 tentang AMDAL pasal 33 (3) menyatakan bahwa dalam waktu 30 hari setelah pengumuman proyek, pihak-pihak yang berkepentingan, termasuk warga yang terkena dampak, LSM setempat, dan pihak lainnya, dapat menyampaikan tanggapan, saran dan keluhan kepada Pemrakarsa.

Selama proses AMDAL, Pemrakarsa menginformasikan Forum Stakeholder, LSM setempat yang tidak terwakili dalam Forum Stakeholder, dan warga yang terkena dampak proyek, mendiskusikan aspek-aspek lingkungan, sosial dan dampak proyek; serta menimbang pandangan pihak-pihak dimaksud dalam kajian. Pemrakarsa berkonsultasi dengan kelompok-kelompok dimaksud sedikitnya dua kali, yaitu: (i) segera setelah penapisan awal dan sebelum finalisasi Kerangka Acuan (TOR); dan (ii) setelah draft Laporan ANDAL dan RKL/RPL disusun serta siap untuk dievaluasi (oleh Komisi AMDAL). Di samping itu, jika diperlukan, Pemrakarsa juga berkonsultasi dengan kelompok-kelompok tersebut selama implementasi proyek, untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan AMDAL dan dampak proyek

Agar konsultasi antara Pemrakarsa, Forum Stakeholder, LSM setempat, dan warga yang terkena dampak proyek bermakna, Pemrakarsa perlu menyediakan semua bahan yang relevan sekurang-kurangnya 3 hari sebelum proses konsultasi dilakukan, dan dalam bentuk dan bahasa yang mudah dipahami. Bahan dimaksud setidak-tidaknya mencakup: ringkasan tujuan proyek, rincian pemerian proyek, dan gambaran menyeluruh potensi dampaknya. Untuk konsultasi setelah draft laporan ANDAL dan RKL/RPL disusun, Pemrakarsa menyediakan ringkasan laporan ANDAL dan RKL/RPL dimaksud, termasuk kesimpulan dan sarannya. Di samping itu, Pemrakarsa juga harus mengungkapkan draft laporan ANDAL dan RKL/RPL atau UKL/UPL kepada publik dalam waktu yang tidak terbatas, serta dapat diakses oleh Forum Stakeholder, dan LSM setempat.

Berkaitan dengan masalah-masalah lingkungan dan sosial, perlu dikembangkan prosedur penyampaian keluhan publik yang transparan. Keluhan harus dijawab sebelum tahap pelelangan proyek dimulai. Keluhan yang diajukan sebelum konstruksi, selama konstruksi dan/atau operasi proyek perlu diselesaikan secara musyawarah antara Pemrakarsa dengan pihak-pihak yang mengajukan keluhan. Keluhan yang tidak dapat diselesaikan oleh Pemrakarsa dalam waktu 30 hari kalender harus diteruskan kepada Tim Pemantau Safeguard untuk ditengahi. Apabila keluhan yang diajukan sebelum konstruksi tidak dapat diselesaikan secara damai dalam kurun waktu satu tahun, konstruksi proyek harus diubah, disesuaikan, atau ditunda.

5.6 UKL/UPL dan Prosedur Operasi Baku (SOP)

Proyek yang tidak termasuk memerlukan AMDAL, mungkin akan memerlukan UKL/UPL atau SOP. Persiapan UKL/UPL harus sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 86/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan UKL/UPL. Penyusunan UKL/UPL dan SOP

(22)

untuk masing-masing proyek harus terlebih dahulu menyiapkan hal-hal seperti yang akan diuraikan dibawah ini.

A. Untuk semua kegiatan

1. Gambaran lengkap aspek-aspek teknis proyek dengan peta yang memadai.

2. Identifikasi lokasi-lokasi yang sensitif secara lingkungan dalam peta yang memadai. (1) Sekolah, rumah sakit, rumah penduduk

(2) Tempat pengambilan air

(3) Sungai, kolam, danau, saluran irigasi (4) Kawasan lindung

(5) Peninggalan budaya

3. Pengembangan langkah-langkah mitigasi untuk lokasi-lokasi sensitif. 4. Identifikasi masalah lingkungan penting untuk ditangani segera.

B. Air Bersih

1. Identifikasi dampak ke wilayah hilir sumber air.

2. Bagaimana menangani lumpur (endapan) dari proses penyaringan air. 3. Dimana membuang endapan tersebut.

C. Sampah / Konstruksi IPAL dan Sewerage

1. Kesesuaian dengan peraturan-perundangan yang mengatur tentang struktur fasilitas.

2. Analisis rinci dampak fasilitas tersebut terhadap badan air permukaan, air bawah tanah dan tanah.

3. Identifikasi jalan masuk bagi truk-truk pengumpul sampah.

4. Identifikasi lokasi-lokasi sensitif secara lingkungan sepanjang jalan masuk. 5. Identifikasi lokasi pembuangan endapan dari pengoperasian IPAL.

6. Identifikasi lokasi pembuangan endapan limbah konstruksi dari sewerage. 7. Identifikasi lokasi pembuangan endapan kakus (jika tidak dibuang di IPAL).

D. Drainase / Normalisasi Sungai / Kanal Banjir / Pelabuhan

1. Identifikasi sumber-sumber pencemaran, seperti logam berat dan senyawa organik kuat (PCB, DDT, dll)

2. Identifikasi kuantitas bahan yang akan dikeruk.

3. Pemeriksaan (laboratorium) kualitas bahan yang akan dikeruk. 4. Identifikasi lokasi pembuangan.

E. Jalan

1. Identifikasi hubungan antara kawasan lindung dan lokasi proyek di atas peta. 2. Identifikasi sumber-sumber bahan (bahan galian) dan lokasi pembuangan.

(23)

3. Identifikasi lokasi-lokasi sensitif secara lingkungan sepanjang lintasan antara lokasi konstruksi dan lokasi sumber material atau lokasi pembuangan.

F. Jembatan

1. Identifikasi dampak lingkungan terhadap kawasan yang volume lalu lintasnya akan meningkat karena konstruksi jembatan baru.

G. Pengembangan Perumahan dan Permukiman

1. Identifikasi hubungan antara kawasan lindung dan lokasi proyek di atas peta. 2. Uraian lengkap tentang metode pengolahan limbah padat dan cair.

3. Identifikasi dampak lingkungan, termasuk kemacetan lalu lintas karena peningkatan lalu lintas di masa mendatang serta langkah-langkah penanggulangannya.

4. Identifikasi dampak terhadap hidrologi di dalam kawasan yang dikembangkan.

H. Bangunan

1. Uraian lengkap tentang sistem pengumpulan sampah dan pengolahan air limbah.

2. Identifikasi dampak lingkungan, termasuk kemacetan lalu lintas karena peningkatan lalu lintas di masa mendatang serta langkah-langkah penanggulangannya.

I. Program Perbaikan Kampung (KIP)

1. Identifikasi hubungan antara kawasan lindung dan lokasi proyek di atas peta. 2. Uraian lengkap tentang metode pengolahan limbah padat dan cair.

3. Identifikasi dampak lingkungan, termasuk kemacetan lalu lintas karena peningkatan lalu lintas di masa mendatang serta langkah-langkah penanggulangannya.

4. Identifikasi dampak terhadap hidrologi di dalam kawasan yang dikembangkan.

5

5..77 FFUUNNGGSSIIDDAANNTTAANNGGGGUUNNGGJJAAWWAABBLLEEMMBBAAGGAA--LLEEMMBBAAGGAAYYAANNGGTTEERRLLIIBBAATT

Badan-badan di tingkat daerah berikut terlibat dalam berbagai aspek dan tahap implementasi kerangka safeguard ini.

i. Pemrakarsa Proyek. Pemrakarsa proyek adalah Pemerintah Kota melalui dinas terkait. Pemrakarsa bertanggungjawab menyiapkan Kerangka Acuan (KA, atau TOR), ANDAL dan RKL/RPL, atau UKL/UPL, serta mengarahkan implementasinya;

ii. Komisi AMDAL. Komisi AMDAL adalah lembaga yang berwenang mengkaji dan menyetujui KA, ANDAL dan RKL/RPL. Menurut Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 mengenai AMDAL pasal 8, Komisi AMDAL dalam hal ini adalah Komisi AMDAL Kota atau komisi AMDAL Propinsi.

iii. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA). Bappeda adalah lembaga yang bertanggungjawab mengkordinasikan penyiapan RPIJM. Dalam kaitan ini, Bappeda

(24)

harus mampu mengadakan penyaringan awal proyek yang diusulkan sesuai dengan ketentuan-ketentuan safeguard.

iv. Bapedalda – Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kota. Bapedalda adalah badan yang berwenang untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan di bidang pengendalian dampak lingkungan, seperti mencegah dan menanggulangi dampak lingkungan. Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 86 tahun 2003, Bapedalda atau Dinas Lingkungan Hidup, berwenang menilai dan menyetujui UKL/UPL. Bapedalda adalah anggota tetap Komisi AMDAL.

Gambar

Gambar 5.1.   Prosedur AMDAL

Referensi

Dokumen terkait

Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Kategori Pertambangan dan Penggalian sebesar 15,26 persen dan dari sisi pengeluaran dicapai oleh Pengeluaran Konsumsi LNPRT

Pada penelitian ini modem yang digunakan adalah modem wavecom fastrak yang berfungsi mengecek miscall dan mengirim sms, ATmega16 berfungsi sebagai control

Untuk megetahui pengaruh simultan Return on Assets (ROA), Net Profit Margin (NPM), Cash Ratio (CR), dan Quick Ratio (QR) variabel terhadap harga saham perusahaan makanan dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan pengunjung mengenai event “Fresh 5k” melalui publisitas di Bandar Djakarta Surabaya. Alasan

dari injection pump ke dalam silinder pada setiap akhir langkah kompresi. dimana torak ( piston ) mendekati posisi

mempengaruhi seorang remaja pertengahan melakukan pencabulan di Surabaya. Subjek penelitian dibatasi pada usia 15-17 tahun, karena remaja pertengahan yang. terungkap

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU DENGAN MENGGUNAKAN KARBON AKTIF BERBASIS.. CANGKANG DAN

didik akan merasa senang kalau gum tersebut tidak hadir di kelas. Dengan beban tugas administratif, pengembangan karier, dan masalah kehidupan pribadinya, seorang gum dapat