• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi model Pembelajaran Demokratis pada mata pelajaran PAI di SMPN I Kudu Jombang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi model Pembelajaran Demokratis pada mata pelajaran PAI di SMPN I Kudu Jombang"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan Kepada

Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampet Surabaya Untuk Memenuhi Satah Satu Persyaratan

Datam Menyetesaikan Program Sarjana

. Ilmu Tarbiyah

on"^

PERPUSTAK AN

IAIN SUNAN PAVEL SUR ABAYA No. KLAS k'C T-2.0o blf2_ No RFC; : 7--2_00/Prct /0(2. i ASAL BUKU : TANGGAL Oteh : DODIK ALI FARKHAN

NIM : D01205107

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS TARBIYAH

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SURABAYA

(2)

NIM :D01205107

Judul : IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DEMOKRATIS

PADA MATA PELAJARAN PAI DI SMPN I KUDU-JOMBANG

Ini telah diperilcsa dan disetujui untuk diujikan.

Surabaya, 4 Februari 2011 Pembimbing

Dra. Ar aiwah YS.,MA NIP.196405031991032002

(3)

(s1A1‘4 it.s 7' Dekan M. A 96203121991031002 Ketua rs Ali Mas'ud M. A NI . 196301231993031002 Taufi . d. I NIP. 1973020220 701104 Pen u- I Ah. Za Fu'ad. M. Ag NIP. 197404242000031001

Dra. Hun Muallifah. M.Pd NIP. 196707061994032001

(4)

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DEMOICRATIS PADA MATA PELAJARAN PA! DI SMPN I KUDU-JOMBANG

Oleh : Dodik All Farkhan

ABS'TRAK

Seiring diberlalculcannya kurikulum 2004 yalcni KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi), yang kemuclian disempumakan melalui KTSP 2006 (Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan), yang dalam pelalcsanaannya menuntut adanya perubahan paradigma dalam pendidilcan dan pembelajaran, khususnya pada jenjang pendidilcan formal (sekolah). Salah satu perubahan paradigma pembelajaran di Indonesia adalah tentang orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih menjadi berpusat pada siswa

(student centered); metodologi yang semula lebih didominasi ekspositori kini menjadi partisipatori; clan pendekatan yang semula lebih bersifat tesktual berubah menjadi kontekstual. Salah satu model pembelajaran yang sesuai prinsip KTSP adalah model

pembelajaran demokratis dimana selama proses pembelajaran dikemas dengan pola dialogis, aktif-partisipatif dimana siswa merupakan pelaku utama pembelajaran dan guru hanya sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Dan i paparan tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang implementasi model pembelajaran demokratis pada matt pelajaran PAI di SMPN I Kudu-Jombang untuk mengetahui, bagaimana aktivitas siswa selama pembelajaran, bagaimana keterlaksanaan pembelajaran, bagaimana ketuntasan hasil belajar siswa, dan bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran demokratis?

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunalcan teknik the

one-shot case-study yang bertujuan untuk mendeslcripsikan alctifitas siswa selama pembelajaran,

keterlaksanan pembelajaran, ketuntasan hasil belajar siswa, dan respon siswa terhadap model pembelajaran demokratis. Penelitian ini dilalcsanalcan dikelas 8E SMPN I Kudu-Jombang pada semester ganjil tahun ajaran 2010/2011 dengan jtunlah siswa 41 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, metode tes dan metode angket Metode obserfasi digunakan untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa dan keterlaksanaan pembelajaran, metode tes digunakan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa. metode anglcet digunakan untuk mengetahui respon siswa. Kemudian data penelitian dianalisis secara deskriptif.

Hasil yang dicapai dalam penelitian ini adalah aktivitas siswa yang paling banyak dilakulcan siswa selama pembelajaran berlangsung adalah Mendislcusikan materi pembelajaran dengan kelompoknya sebesar 25%, dan jumlah prosesntase aktivitas siswa aktif lebih besar dan i aktivitas siswa tidak aktif yang berarti pembelajaran berlangsung aktif. Keterlalcsanaan pembelajaran dengan model pembelajaran demokratis 100% terlalcsana, sehingga keterlaksanaan pembelajaran dikatalcan positifketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 92,68%, sehingga dapat dikatakan siswa telah menguasai materi pelajaran. Sedangkan respon siswa terhadap pembelajaran secara keseluruhan adalah positif. Dan i uraian hasil penelitian didatas dapat disimpullcan bahwa model pembelajaran demokratis bisa diaplikasikan dalam pembelajaran PAI di sekolah Ichususnya setingkat SMP.

(5)

DAFTAR IS!

SAMPUL LUAR

SAMPUL DALAM II

HALAMAN PERSETUJUAN iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI iv

HALAMAN MOTO

HALAMAN PERSEMBAHAN vi

ABSTRAK vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR IS!

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR LAMPHIAN xiv

BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belalcang 1 B. Rumusan Masalah 8 C. Tujuan Penelitian 9 D. Manfaat Penelitian 9 E. Batasan Penelitian 10 F. Definisi Opresional 10 G. Sistematika Pembahasan 12 H. Asumsi 13

BAB H : ICAJIAN TEORI 14

A. Kajian Tentang model pembelajaran demokratis 14

1. Pengertian 14

(6)

3. Landasan filosofis 21 4. Prosedur dan langkah-langkah model pemb.demokratis 22

5. Komponen pembelajaran demolcratis 26

6. Karakteristik model pembelajaran demolcratis 33

B. Kajian tentang Pendidikan Agama Islam 38

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam 38

2. Dasar Atau Landasan Pendidikan Agama Islam 40

3. Materi Pendidikan Agama Islam 48

4. Fungsi Pendidikan Agama Islam 51

5. Tujuan Pendidikan Agama Islam 54

C. Aktivitas siswa 58

D. Keterlaksanaan pembelajaran 60

E. Ketuntasan belajar 63

F. Respon siswa 65

BAB III: METODE PENELITIAN 67

A. Jenis penelitian 67

B. Tempat dan subyek penelitian 67

C. Rancangan penelitian 67

D. Instrumen penelitian 68

E. Jenis dan teknii5 pengumpulan data 71

F. Metode analisis data 72

BAB IV: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN 76

A. Deskripsi Pelalcsanaan Penelitian 76

B. Deskripsi Aktivitas Siswa 77

C. Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran 81

D. Kettuttasan belajar 82

(7)

BAB V: PEIVIBAHASAN 89

A. Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran 89

B. Keterlaksanaan pembelajaran 90

C. Ketuntasan Hash l Belajar 91

D. Respon Siswa 92

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 94

A. Simpulan 94

B. Saran 96

DAFTAR PUSTAKA 97

LAMPIRAN

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN RIWAYAT HIDUP

(8)

DAFTAR TABEL

4.1 Prosentase Alctivitas Siswa 78

4.2 Hash l Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran 81

4.3 Daftar Skor dan Ketuntasan Belajar Siswa 83

(9)

DAFTAR LANEPlltAN

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

2. Lembar pengamatan aktivitas siswa

3. Lembar pengamatan keterlaksanaan sintalcs pembelajaran

4. Lembar angket respon siswa

5. Kisi-kisi soal

6. Lembar kunci jawaban dan penskoran

7. Daftar nilai tes (evaluasi belajar siswa)

(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah dan berkembang seiring perkembangan zaman, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh kedepan dan memikirkan apa yang akan dihadapi oleh peserta didik di masa yang akan datang. Pendidikan yang baik seharusnya adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk suatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik.hal ini terlihat dan i rata-rata hasil belajar peserat didik yang masih sangat memprihatinkan. Pencapaian ini tentunya banyak disebabkan karena masih terlaksananya sistem pembelajaran yang konvensioal dan tidak menyentu ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan aloes bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikimya.

(11)

Di lain pihak, secara empiris berdasarkan hasil penelitian terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik itu disebabkan proses pembelajaran yang didominasi pembelajaran tradisional. Pada pembelajaran ini suasana pembelajaran cenderung

teacher-centered, sehingga suasana pembelajaran menjadi pasif. Meskipun demikian

hingga saat ini masih banyak guru yang masih lebih suka menerapkan sistem pembelajaran tersebut, sebab tidak banyak memerlukan alat dan bahan praktik, cukup dengan menjelaska.n konsep-konsep materi yang ada. Dalam hal ini siswa tidak diajaltan dengan menggunakan strategi memahami bagaimana belajar, berpikir dan memotivasi dirinya sendiri. I

Seiring dengan diberlakukannya kurikulum 2004 yakni KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi), yang kemudian disempurnakan melalui KTSP 2006 (Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan), yang dalam pelaksanaannya menuntut adanya perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, lchususnya pada jenjang pendidikan formal (sekolah). Perubahan tersebut harus pula diikuti oleh guru selaku penanggung jawab atas penyelenggaraan pembelajaran di sekolah (di dal= kelas ataupun diluar kelas). Banyak program pemerintah yang diluncurkan guna memonitoring kinerja guru diantaranya adalah Sertifikasi Guru yang bertujuan memotivasi para guru agar meningkatkan kemampuan dalam mengajar serta mampu mengimplementasikan perubahan sistem Kurikulum dalam pembelajaran di sekolah.

(12)

Salah satu perubahan paradigma pembelajaran di Indonesia pada saat ini adalah tentang orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher

centered) beralih menjadi berpusat pada siswa (student centered); metodologi yang

semula lebih didominasi ekspositori kini menjadi partisipatori; dan pendekatan yang semula lebih bersifat tesktual berubah menjadi kontekstuaL2 Hal tersebut bertujuan untuk memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia baik dan i segi proses maupun hasil pendidikan.

Dalam KTSP (Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan) menghendaki bahwa suatu pembelajaran pada dasarnya tidak hanya mempelajari tentang konsep, teori dan fakta (yang bersifat kognitif dan afektif) saja, tetapi juga aplikasi (yang bersifat psikomotorik) dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian materi pembelajaran tidak hanya tersusun atas hal-hal sederhana yang bersifat hafalan dan pemahaman, tetapi juga tersusun Was materi yang komplelcs yang memerlukan analisis, aplikasi dan sintesis. Untuk itu guru hams bijaksana dalam menentukan model pembelajaran yang tepat, agar tercipta kondisi kelas yang kondusif agar pembelajaran berlangsung efektif dan tercapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Pada sistem pembelajaran yang yang berpusat pada peserta didik (student

centered) menuntut seorang guru menentukan model pembelajaran yang

mengembanglcan potensi yang dimiliki oleh peserta didik dengan beracuan pada teori pembelajaran konstruktivisme. Hal itu karena setiap individu mempunyai sifat kreatif. Artinya kognisi atau pengenalan selanjutnya pengetahuan tentang diri dan 2 Ibid., h. 2

(13)

lingkungannya tidal( diterima secara pasif, tetapi selalu memberi kreasinya, dan muncul efek untuk mengubah mengembangkan, muncul lcreasi psikomotoriknya agar efektif, indah, menyehatkan, dan memberi peluang ekspresinya.muncul pula kreasi performansinya dengan berbagai rekayasanya. Kognisi, afeksi dan psikomotorik manusia selalu ingin mengkreasi sesuatu yang lebih baru. Piaget memandang pembelajaran berdasarkan tiga asumsi yaitu : (I) Memusatkan perhatian pada proses berpikir anak, bukan sekadar hasilnya. (2) Menekankan pada pentingnya peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatannya secara aktif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran di kelas, pengetahuan diberikan tanpa adanya tekanan, melainkan anak di dorong menemulcan sendiri melalui proses interaksi dengan lingkungannya. (3) Memaklumi adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan sehingga guru harus melalcukan upaya khusus untuk mengatur kegiatan kelas dalam bentuk individu-invidu atau kelompok-kelompok.3

Dalam pengembangan bentuk pembelajaran yang berorientasi pada teori konstruktivisme guru hendalcnya menghindari model pembelajaran yang bersifat indroktinatif. Dalam pembelajaran tidak bersifat "melolohkan" begitu saja pengetahuan, tetapi guru harus bekerja sama dengan siswa untuk membangun pengetahuan. Hubungan guru dan siswa bersifat diagonal, dialogis, saling membantu dan saling belajar. Menurut Driyakara : "mendidik adalah membantu anak didik untuk berkembang dan mengerti sebagai manusia. Guru hanya menjadi guru sejauh

(14)

berelasi dengan siswa, dan sebaliknya siswa menjadi sungguh siswa dalam berelasi dan berinteraksi dengan guru".4

Paulo Freire dalam konsep pendidikan pembebasan menyatakan bahwa, "pendidikan adalah sebagai tranformasi sosial (perubahan sosial) merubah dan i tradisi yang mematikan aktualisasi diri manusia menuju terciptanya susasana masyarakat yang terbuka dan demokratis. Pendidikan harus muncul sebagai upaya htunanisasi yang menekankan prinsip realitas yang hendak membangun masa depan dengan penuh solidaritas dan mempunyai nilai egaliterianisme.s Selain itu dalam UU SISDIKNAS tahun 2003 pasal 4 tentang prinsip penyelenggaraan pendidikan

menyebutkan bahwa : "pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak dislcriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan,nilai kultural dan kemajemukan bangsa". Dengan melihat beberapa aspek diatas mendorong dikembangkan model pembelajaran demokratis dalam proses pembelajaran di sekolah.

Model pembelajaran demokratis adalah sebuah model pembelajaran yang di dalamnya mengusung pendekatan faharn konstruktivisme. Dalam model pembelajaran ini merujuk pada wacana bahwa pendidikan sebagai proses htunanisasi yang memberikan peluang pada siswa untuk mengekspresikan perasaan, pikiran dan tindakan.6 Sehingga dalam setiap proses pembelajaran siswa adalah pelaku utama

4 Nurul Zuriyah clan Had Sunaryo, lnovasi Model Pembelqiaran Demokrads Berperspek4Gender, (Malang : UMM Pess,2008), cet. Ke- I, h. 3

Budi Munawar. R. Islam Pruralisme, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), cet. Ke- I, h. 385 6N1 Zuriyah dan Hari Sunaryo, op.cit., h. 7

(15)

proses pembelajaran (student centered), dan setiap pendapatnya bebas diungkapkan

dan harus dihargai setiap pendapatnya sebagaimana konsep demokrasi diimplementasi dalam segala aspek kehidupan masyarakat.7 pembelajaran dikemas dengan pola dialogis, aktif-partisipatif dengan memfungsikan guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran.

Adler dan Dewey menyatakan bahwa dalam pendidilcan dan pembelajaran yang demokratis haruslah bemuansa demolcrasi, suasana tersebut terwujud dalam: 1. suasana saling menerima; 2. mau hidup bersama dalam perbedaan; 3. dapat menghargai gagasan orang lain; 4. tidak represif clan rasis; S. ada kebebasan memilih; 6. tidak diskriminatif; 7. ada keadilan clan 8. ada tanggung jawab.8

Pendidikan Agama Islam (PA!) adalah salah satu bidang mata pelajaran yang disampaikan disekolah. PAI merupakan proses transformasi dan realisasi nilai-nilai ajaran Islam atau fungsi rububiyah melalui pembelajaran baik formal maupun nonformal kepada siswa untuk dihayati dipedomani, dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, dalam rangka menyiaplcan dan membimbing serta mengarahlcarmya agar naritinya mampu melaksanakan tugas khilafah di muka bumi dengan sebaik-bailcnya.9 Pendidikan Agama Islam mengainbil peranan dalam usaha mengembangkan potensi peserta didik menuju pembangunan manusia Indonesia seutuhnya sesuai dengan tujuan nasional yang dicita-citakan. Pendidikan Agama Islam merupakan subsistem

7 MUly0t0, Pendidikan Yang Demokraris,(http://pendidikanyangdemokratis.blogspot.com)

8 Guttman dalam Paul Supamo, Pendidikn dasar yang demokratis, (Universitas Sanata Dharma, yogyalcarta : 1999) h. 36

Tim DOM] IA1N Sunan Ampel Malang, Dasar-Dasar Kependidikan Islam: Suatu Pengantar ilmu Pendidikan Islam, (Surabaya: Penerbit Karya Aditama, Cot 1, 1996), 61

(16)

dan i sistem pendidikan nasional, sehingga pendidikan agama Islam hams diselenggarakan sebaik-baiknya dengan strategi dan perencanaan yang matang.

Secara ideal Pendidikan Agama Islam berusaha menghantarkan manusia mencapai keseimbangan secara menyeluruh, men gembangkan semua aspek dalam kehidupan manusia meliputi spiritual, intelektual, imajinasi baik dalam kehidupan individu maupun kelompok serta senantiasa memberikan dorongan bagian kedinatnisan. Aspek-aspek tersebut menuju kebaikan dan pencapaian kesempuman hidup.

Namun dalam pelaksanaannya, masih banyak ditemui proses pembelajaran PAI disekolah sekolah yang masih menggunakan model-model pembelajaran yang tidak konstruktivistik. Termasuk salah satunya ketika penyampaian materi akhlak sebagai bagian dan i pelajaran PAI. Banyak guru mata pelajaran PAI yang hanya menggunakan metode ceramah dalam mengajarkan materi akhlak. Guru hanya menerangkan mengenai materi pelajaran dan siswa hanya sebagai pendengar. Metode pembelajaran semacam ini kurang memberikan arahan pada proses pencarian, pemahaman, serta penerapan. Hal ini akan mengaldbatkan siswa menjadi jenuh, bosan dan malas belajar PA!. Akibatnya hasil dan i proses kurang dapat memberi pengaruh yang berarti dalam kehidupan siswa sehari-hari, bahkan hal semacam ini bisa mengakibatkan terjadinya 'crisis multi dimensional, terutama !crisis moral dan akhlak pada kalangan siswa.

Untuk menghadapi tantangan ini guru Pendidikan Agama Islam hams mampu mencari model penyampaian pendidikan agama yang baru, yang bisa menghantarkan

(17)

peserta didik menjadi insan kamil seperti tujuan dasar Pendidikan Agama Islam. Untuk itu Pendidikan Agama Islam harus disampaikan dengan menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa sebagai pelaku pembelajaran, salth satunya dengan model pembelajaran demokratis agar terwujud tujuan pembelajaran dengan efektif, efisien dan mengenah pada peserta didik.

Berangkat dan i latar belakang dan realitas permasalahan tersebut, maka penulis terdorong untuk men gadakan penelitian tentang "Implementasi model

pembclajaran demokratis pada matt; pelajaran Pedidikan Agama Islam di SMPN I Kudu-Jonsbang". Semoga hasil penelitian ini bisa bermanfaat dan dapat memberikan

kontribusi dalam dunia pendidikan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah ini dikemukakan dalam bentuk pertanyaan mendasar yang dicari jawabannya dalam penelitian. Adapun rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut :

I. Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran PAI dengan menggunakan model pembelajaran demokratis di SMPN I Kudu-Jombang ?

2. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran saat proses pembelajaran PAI dengan menggunakan model pembelajaran demokratis di SMPN I Kudu-Jombang?

(18)

3. Bagaimana ketuntasan hasil belajar siswa pada implementasi model pembelajaran demokratis pada mata pelajaran Pedidikan Agama Islam di SMPN I Kudu-Jombang?

4. Bagaimana respon siswa terhadap komponen dan kegiatan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran demokratis pada mata pelajaran Pedidikan Agama Islam di SMPN I Kudu-Jombang?

C. Tujnan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berilcut:

1. Mengetahui bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran PAI dengan menggunakan model pembelajaran demokratis di SMPN I Kudu-Jombang 2. Mengetahui keterlaksanaan pembelajaran saat proses pembelajaran PAI

dengan menggunakan model pembelajaran demokratis di SMPN I Kudu-Jombang?

3. Mengetahui tingkat kettuitasan hasil belajar siswa pada Implementasi model pembelajaran demokratis pada mata pelajaran Pedidikan Agama Islam di SMPN I Kudu-Jombang

4. Mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran demokratis

D. Manfaat Penelitian

(19)

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah

2. sebagai motivasi bagi para praktisi pendidikan khusunya guru untuk selalu mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif

3. Sebagai bahan informasi serta untuk menambah cakrawala berpikir bagi semua pihak yang terlibat langsung dalam dunia pendidikan

E. Batasan Penelitian

Dalam penelitian ini meneliti tentang implementasi model pembelajaran demokratis pada mata pelajaran PAI standar kompetensi prilaku tercela di SMPN I Kudu-Jombang kelas VIII E dengan jumlah siswa 41 orang,

F. Definisi Operasional.

1. Model pembelajaran demokratis

Model pembelajaran demokratis adalah model pembelajaran yang didesain menggunakan pola demokratis-partisipatif dan dialogis, dimana komunikasi dilakukan dengan model dialog yang beipijak pada prinsip

student-teacher center. Dalam model ini berprinsip pada pelaksanan asas-asas

demokrasi dalam proses pembelajaran,. pembelajaran dikernas dengan pola dialogis, aktif-partisipatif dengan memfungsikan guru sebagai fasilitator dalam proes pembelajaran.. Selama proses pembelajaran guru selalu memberi kesempatan kepada siswa untuk alctif memberikan reaksi, siswa bisa bertanya

(20)

maupun memberi tanggapan lcritis tanpa ada perasaan takut. Bahlcan, kalau perlu siswa diperbolehkan menyanggah informasi atau pendapat guru jika memang dia mempunyai informasi atau pendapat yang berbecia. l°

2. Aktivitas siswa

Aktivitas siswa adalah kegiatan yang dilakukan siswa selama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran demokratis yang diamati dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas siswa.

3. Keterlaksanaan pembelajaran

Keterlaksanaan pembelajaran dikatalcan terlalcsana, jika langkah-langkah pembelajaran yang mengandung karakteristik model pembelajaran demokratis terlaksana.

4. Hasil belajar siswa.

Hasil belajar siswa diartilcan sebagai kemampuan rata-rata siswa yang ditunjuldcan dengan rata-rata hasil skor tes yang diperoleh setelah mengilcuti proses pembelajaran dengan model pembelajaran demokratis.

5. Respon siswa

Respon siswa adalah ungkapan secara jujur siswa tentang pembelajaran dengan model pembelajaran demokratis berprespektif gender.

(21)

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah penyajian hasil penelitian agar tersusun secara sistematis dengan gambaran yang jelas dan mudah dimengerti, maka secara garis besar sisitematika pembahasan skripsi ini sebagai berikut:

BAB I berisi pendahuluan, di dalamnya berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, definisi operasional, metode penelitian, sistematika pembahasan, dan asumsi penelitian.

BAB II berisi kajian teori, di dalamnya membahas beberapa sub pembahasan meliputi : A. Kajian Tentang Model pembelajaran demokratis, B. Kajian tentang PAL C. Aktivitas siswa, D Keterlalcsanaan pembelajaran. , E. Ketuntasan belajar, F. Respon sisvva.

BAB III berisi metode penelitian yang digunakan, meliputi : jenis penelitian, rancangan penelitian, metode pengumpulan data, instrument penelitian, dan analisis data.

BAB IV paparan data dan temuan penelitian. BAB V berisi pembahasan.

(22)

H. Asumsi

Asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Siswa dalam menyelesaikan soal-soal dan mengisi angket sesuai dengan kemampuannya sendiri dan kondisi sebenarnya, karena selama tes berlangsung dijaga secara ketat dan siswa mengetahui bahwa jawaban angket tidak mempengaruhi nilai tes hasil belajar.

2. Pengamat melakukan pengamatan secara seksama dan objektif serta menuangkannya dalam lembar pengamatan, karena sebelum melakukan penelitian para pengamat menyamakan presepsinya.

(23)

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Tentang Model pembelajaran demokratis

1. Pengertian model pembelajaran demokratis

Model pembelajaran adalah pola atau struktur pembelajaran siswa yang didesain, diterapkan dan dievaluasi secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efelctif dan efisien, seperti pendapat Udin Winataputra (1994 ) dikatakan bahwa Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pen gajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanalcan aktifitas belajar mengajar. I I

Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dan i pada strategi, metode, prosedur dan pendekatan. Dalam model pembelajaran mencakup strategi pembelajaran yang digunakan, metode yang digunakan, dan pendekatan pengajaran yang digunakan yang lebih luas dan meyeluruh

Untuk memahami pengertian model pembelajaran demokratis terlebih dahulu perlu memahami kata kuncinya yaitu "demokratis". Demokratis

(24)

mempunyai arti bersifat demokrasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia demokrasi berarti bentuk pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut serta memerintah dengan perantara wakilnya, atau pemerintahan rakyat. I2 Menurut Orstrom & Nielson (2002), demokrasi dapat diartikan sebagai cara hidup dengan adanya keinginan untuk berkompromi, sikap toleran, kesediaan mendengar dan menerima pendapat orang lain. I3

Pengertian pendidikan demokratis identik dengan istilah demokratisasi dalam pendidikan (pembelEjaran) yang artinya adalah pengalcuan terhadap individu peserta didik, sesuai dengan harkat dan martabat peserta didik itu sendiri secara alami dan manusiawi, yang berarti bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam proses pendidikan harus menghargai kemampuan dan karakter individu setiap peserta didik. Lebih lanjut Prof. Dr. Azyumardi Azrah berpendapat bahwa pendidikan demokratis adalah proses pendidikan yang memberikan peluang kepada peserta didik untuk bersuara, juga merupakan pendidikan yang partisipatori." Menurut Barber, pendidikan demokratis merupakan pembelajaran yang dibangun untuk mewujudkan lingkungan yang kritis clan aman, menghidupkan dialog dan keikutsertaan seluruh pihak15. Sedangkan menurut Santosa berpendapat bahwa pendidikan demokratis acap

DEPD1KNAS, Karnus Besar Bahasa Indonesia Edisi III, (Jakarta : Balai Pustalca, 2000), h. 249 13 Orstrom & Nielson (2002) dalam Fuad Facluuddin, Demokrasi Pendidikan dan Pendidikan

Demokratis, (http://www.prakarsa-rakyatorg : 2008)

'4http://www.kompas.co.id, Pendidikan calla 'arming demokratis, (Jakarta : Kompas)

(25)

kali disepadankan dengan pendidikan inklusif yang dimanifestasikan dengan pembukaan aloes pendidikan bermutu bagi setiap warga bangsa dengan latar belakang beragam. I6 Sehingga demolcrasi dalam pendidikan dan pembelajaran adalah dipergunakannya pengertian "equal opportunity for all" yang berarti bahwa anak didik harus mendapat peluang yang sama dalam menerima kesempatan dan perlakuan pendidikan.I7 Paradigma barn dalam pendidikan harus dapat memberikan solusi alternatif untuk melakukan perubahan model pembelajaran dan i yang tidak demokratis menjadi pembelajaran yang demokratis.

Dan beberapa uraian diatas dapat ditarik benang merah bahwa pengertian model pembelajaran demokratis adalah model pembelajaran yang didesain menggunakan pola demokratis-partisipatif dan dialogis yang mengedepankan kesetaraan gender, dimana komunikasi dilakukan dengan model dialog yang berpijak pada prinsip student-teacher center. Dalam model ini berprinsip pada pelaksanan asas-asas demokrasi dalam proses pembelajaran,. pembelajaran dikemas dengan pola dialogis, aktif-partisipatif dengan memfimgsikan guru sebagai fasilitator dalam proes pembelajaran.. Selama proses pembelajaran guru selalu memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberikan reaksi, siswa bisa bertanya maupun memberi

16 Santosa (2006) dalam ibid 17

Nurul Zuriah, Proses Pembelajaran Demokratis Berbasis Kesetaraan Dan Keadilan Gender Di Selcolah Dasar Muhammadiyah Kota Malang — Jawa TilMir, (Malang: httpllejournal.umm.ac.id, 2004)

(26)

tanggapan kritis tanpa ada perasaan takut. Bahkan, kalau perlu siswa diperbolehkan menyanggah informasi atau pendapat guru jika memang dia mempunyai informasi atau pendapat yang berbeda."

2. Ide dasar pengembangan model pembelajaran demokratis

Ide dasar pertama yang melatarbelakangi pengembangan pendidikan dan pembelajaran demokratis muncul dan i pendapat Adler (1982) yang mengungkapkan tentang hubtmgan antara pendidikan dan demokrasi, "bahwa dalam suatu negara yang demokratis, setiap warga negara harus terlibat dalam pembangunan negara, yang memiliki hak dan kewajiban yang sama. Hal itu akan terjadi apabila setiap orang disiapkan dengan pendidikan yang sama. Oleh karena itu setiap anak perlu mendapatkan pendidikan yang sama, yang memungkinkan mereka nantinya memiliki kemampuan kritis untuk terlibat dalam percaturan Negara".1 9

Disamping itu Adler juga menambahkan, bahwa "dalam pendidikan yang demokratis, setiap siswa tidak cukup hanya memperoleh pendidikan yang sama" kecuali bila mereka mempunyai kelainan", namun dia juga harus mendapatkan pendidikan yang terbaik (the best education for the best is the

best education for all)". Pendidikan yang terbaik bagi siswa terbaik, dapat

dikenakan kepada setiap siswa, karena pada dasarnya setiap siswa dapat dididik.

18Yasraf Amir Piliang. Pembel4aran Demokratis, op. cit.

(27)

Sedangkan materi atau bahan dasar yang harus dipelajari siswa menurut Adler secara umum meliputi :

a) Pen getahuan bahasa; b) Pengetahuart sosial; c) Pen getahuan sains; d) Matematika.

Pengetahuan dasar tersebut menyiapkan pildran dan kemampuan siswa yang nantinya terlibat dalam kehidupan bermasyarakat dan bemegara.

Ide dasar kedua muncul dan pendapat John Dewey dalam bukunya

"Democracy and Education", yang secara simple mengungkapkan bahwa

pendidikan dan pembelajaran demokratis bukan hanya untuk menyiapkan siswa bagi kehidupan mereka nanti di masyarakat, tetapi sekolah sendiri harus menjadi masyarakat mini, dimana praktek demokrasi dalam masyarakat perlu diadakan secara kecil (mini) dalam sekolah. Maka, siswa bukan hanya belajar untuk persiapan hidup dikemudian hari, tetapi sungguh-sungguh sudah hidup demokratis dalam sekolah. Melatih siswa untuk berdemokrasi, tidak cukup hanya memberikan informasi yang diperlukan untuk bertindak demokratis, tetapi harus memasukkan siswa pada situasi nyata, yaitu lingkungan yang demokratis.2°

Lebih lanjut dalam "Sekolah Dewey", siswa sungguh hidup seperti dalam masyarakat, misalnya dengan bekerja sama membuat proyek bersama-

(28)

sama teman, membuat aturan kelas bersama secara demokratis, menentukan tujuan belajar bersama, membuat pertokoan sekolah dimana siswa berlatih menggunakan uang dan sebagainya."

Menurut Dewey, demokrasi adalah suatu cara hidup bersama dimana keputusan dibuat bersama oleh wargannya dalam suatu proses pencarian. Suatu hukum atau aturan harus dicoba secara empiris dan tidak berlalai kaku selamanya dan mati, karena setiap kali harus dilihat lagi apakah masih sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Demokrasi adalah suatu proses, selalu harus direvisi dan diciptakan kembali.

Berdasarkan dua ide besar Adler dan Dewey di atas, maka pendidikan dan pembelajaran yang demokratis "sekolah yang demokratis" haruslah bernuansa demokrasi. Suasana tersebut terwujud dalam21:

a) Suasana saling menerima

b) Mau hidup bersama dalam perbedaan c) Menghargai gagasan orang lain d) Tidak represif dan rasis

e) Ada kebebasan memilih 0 Tidak diskriminatif g) Ada keadilan

h) Ada tanggung jawab

20 Ibid, h. 34

21 Nurul Zuriyah dan Hari Sunaryo, Inovasi Model Pembelajaran Demokratis Berperspektif Gender,

(29)

Selain dua teori diatas konsep pendidikan pembebasan yang dicetuskan oleh Paulo Freire juga sangat mendasari perlunya pengembangan pembelajaran demokratis. Paulo Freire mengatakan bahwa "pendidikan adalah sebagai tranformasi sosial (perubahan sosial) merubah dan i tradisi yang mematikan aktualisasi din manusia menuju terciptanya susasana masyarakat yang terbuka dan demokratis. Pendidikan harus muncul sebagai upaya humanisasi yang menekankan prinsip re-alitas yang hendak membangun masa depan dengan penuh solidaritas dan mempunyai nilai egaliterianisme".22 Guru tidak boleh menjejali siswa dengan pengetahuan begitu begitu saja (Freire mengistilahkan "the banking system")23. Dalam konsep the banking system pembelajaran menampakkan fenomena sebagai berikut :

a) Guru mengajar dan siwa diajar

b) Guru mengerti semuanya dan siswa tidak tahu apa-apa c) Guru berpikir dan siswa dipikirkan

d) Guru berbicara dan siwa mendengarkan e) Guru mendisiplinkan dan siswa didisiplinkan

f) Guru memilih dan mendesakkan pilihannya sedangkan siswa hanya menurut saja

g) Guru bertindak dan siswa membayangkan bertindak lewat tindakan guru h) Guru memilih isi program dan siswa mengambil begitu saja

22 Budi Murutwar. R., Islam Prwalisme, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), cet. Ke- I, h. 385

23 Nurul Zuriyah dan Hari Stuutryo, lnovasi Model Pembelajaran Demokratis Berperspektlf Gender, op.cit., h. 4

(30)

i) Guru adalah subyek dan siwa adalah obyek.

Dalam pendidikan pembebasan guru dan siswa hams bekerja sama membangun pengetahuan melalui proses dialogis dalam pembelajaran. Guru dan siswa sama-sama menjadi subyek kritis dan i upaya menjadi tahu, guru hams menghoramati siswa sebagai obyek, dan nalar kritis siswa sangat penting dalam mewujudkan konsep pendidikan pembebasan.25 Secara garis besar terwujudnya kebebasan individu siswa dalam konsep pendidikan pembebasan sejalan dan menjadi dasar konsep model pembelajaran demokratis.

Dalam UU SISDIKNAS tahun 2003 pasal 4 tentang prinsip penyelenggaraan pendidikan, menyebutkan: "pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskrimintif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai cultural, dan kemajemukan bangsa". Hal ini menunjulckan bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan hams mengedepankan prinsip demokrasi. Sehingga, proses pembelajaran sebagai bagian dan i penyelenggaraan pendidikan juga perlu menggunakan asas demolcrasi dengan cara melaksanakan model pembelajaran demokratis di lingkungan sekolah.

(31)

3. Landasan filosofis pengembangan model pembelajaran demokratis

Filsafat yang menjadi landasan dasar pengembangan model pembelajaran demokratis adalah "filsafat konstruktivisme" yang dikembangkan oleh Piaget dan Vigotsky, yang beranggapan bahwa siswa sebelum belajar sudah tahu dan membawa konsep tertentu. Konsep inilah yang perlu dikembangkan dan diolah agar sesuai dengan pengertian para ahli. Karena siswa sudah mempunyai sesuatu, maka dalam pendidikan dan pembelajaran kita tidak "melolohkan" begitu saja pengetahuan, tetapi bekerjasama dengan siswa untuk membangun pengetahuan. Dalam proses pembelajaran guru bisa memberikan kmudahan kepada siswa dengan memberikan kesempatan siswa untuk menentukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa menuju pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang memanjat anak tan gga tersebut.

Hubungan antara guru dengan siswa lebih bersifat dialogis, saling membantu dan bahkan sating belajar. Bahkan menurut Driyakara, dikemukakakan bahwa mendidik adalah membantu anak didik untuk berkembang dan mengerti sebagai manusia. Guru hanya menjadi guru sejauh

(32)

berelasi dengan siswa, dan murid menjadi murid sejauh berelasi dengan guru.26

4. Prosedur dan langkah-langkah model pembelajaran demokratis

Menurut Nurul dan Hari, yang telah melakukan penelitian selama 3 tahun yang mengkaji pengembangan model pembelajaran demokratis menyatakan bahwa prosedur model pembelajaran demokratis adalah sebagai berikut27 : a. Kegiatan awal pembelajaran dengan membangun komunitas melalui kerja

kelompok

b. Pengembangan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara mereka bekerja sendiri, menemukan sendiri dan eng-konstuksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya (dasar filsafat konstrutivistik).

c. Pengembangan relasi dan interaksi pembelajaran dengan menggunakan pola demokratis-partisipatif dan dialogis dimana komunikasi dilakukan dengan model dialog dan berpijak pada prinsip student-teacher center. d. Penggunaan berbagai variasi model pembelajaran yang menggunakan

pendekatan belajar aktif-kooperatif sesuai dengan kondisi kelas agar siswa bergairah dan tidak bosan.

e. Pengembangan pola kritis-kreatif-ekspresif-reflektif berasas kebebasan dan kooperasi antara siswa dan guru demi proses humanisasi dalam

26 Paul Suparno, Pendidikan Dasar Yang Demokratis, op.cit. h. 38

(33)

pendidikan melalui kegiatan belajar kelompok untuk menemukan, menganalisis, menceritakan, menilai dan mengambil kesimpulan di bawah bimbingan-fasilitasi guru.

f. Pengembangan ildim belajar yang mengedepankan prinsip 5 M yaitu : menyenanglcan, mengasyikkan, mencerdaskan, menguatkan dan memanusiakan yang diimplementasikan dalam kegiatan kelompok kerja. g. Penggunaan berbagai sumber dan media pembelajaran seesuai dengan

konteks isi dan lingkungan belajar siswa, dengan prinsip mudah didapat, murah biayanya, besar manfaatnya dan relevan dengan materi dan tujuan pembelajaran.

h. Penilaian dilalaikan berdasarkan unjuk kerja dan kompetensi siswa dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik dengan berbagai bentuk evaluasi melalui penilaian proses maupun basil.

Adapun langkah-langlcah (sintaks pembelajaran) model pembelajaran demokratis menurut Nurul dan Hari meliputi beberapa kegiatan yaitu28: 1. Pengkondisian awal

Berisi kegiatan mengawali pembelajaran, apersepsi dengan kegiatan yang memotivasi siswa dan menyampaiakan tujuan pembelajaran.

2. Pengantar dan pembentukan konseptual

(34)

Berisi kegiatan pembentukan konsep awal tentang materi pembelajaran oleh siswa yang diarahkan oleh guru.

3. Pembentukan kelompok kerja

Pembentukan kelompok kerja berdasarkan pembagian tugas pemecahan konsep/materi pembelajaran.

4. Proses kerja kelompok

Proses kerja kelompok dilakukan secara demokratis oleh siswa dengan bimbingan dan pengarahan oleh guru. Kerja kelompok dilakukan untuk mempersiapkan presentasi.

5. Presentasi

Siswa menyampaikan presentasi dan i basil kerja kelompok didepan kelompok lain. Dalam proses presentasi ini kebebasan berpendapat dan proses dialogis yang demokratis dalam kelas diwujudkan untuk mendapatkan pandangan bersama tentang pengetahuan yang selanjutnya lebih dipertegas dengan pengarahan dari guru.

6. Refleksi dan reinforcement

Guru dan siswa melakukan refleksi tentang materi apa yang dipahami pada proses presentasi. . Pada proses ini siswa diberi kebebasan menanyakan apa saja yang kurang dipahami dan i proses presentasi dan guru memberikan penguatan. Dalam proses ini juga merupakan penyimpulan dan kesepakatan bersama tentang pemahaman yang benar tentang materi, dengan mengedepankan pengakuan perbedaaan pendapat

(35)

(guru menghargai pendapat dan siswa bahkan yang berbeda sekalipun dengan pendapatnya guna tercapai pemahaman materi yang benar).

7. Penutup

Berisikan kegiatan penyampaian penghargaan oleh guru pada siswa tentang pemahaman materi pembelajaran, perayaan kemenangan terhadap pencapaian tujuan pembelajaran dan guru menutup pembelajaran.

4. Komponen pembelajaran demokratis

Komponen pembelajaran yang sangat urgen untuk dikembangkan dalam pembelajaran demokratis secara umurn mencakup 8 (delapan) hal sebagai berikut29 :

a. Komponen tujuan pembelajaran

Tujuan merupakan sasaran akhir dan i setiap setaip kegiatan pembelajaran. la merupakan sebuah output (keluaran) yang dapat dicapai atau ditingkatkan sebagai hasil kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran biasanya memillki tiga dimensi, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

29 Nurul Zuriyah dan Hari Stmaryo, Inovasi Model Pembelajaran Demokratis Berperspeknf Genderi

(36)

Tujuan pembelajaran biasanya menjadi "key word" (kata kunci) dalam pemilihan strategi pembelajaran, karena seluruh aktivitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh siswa bersama guru, senantiasa berorientasi pada tujuan.

b. Komponen bahan (materi) pembelajaran

Bahan atau materi pembelajaran mengandung segala pesan yang digunakan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Seorang guru yang profesional, dituntut untuk memiliki kemampuan menguasai materi pembelajaran semaksimal mungkin. Beberapa strategi yang ditempuh guru dalam penguasaan materi pembelajaran antara lain:

1) Melakukan observasi dan identifikasi buku ajar dan bahan cetak lainnya yang dipandang mendukung pencapaian tujuan;

2) Menganalisis buku ajar yang disesuaikan dengan karakteristik tujuan pembelajaran;

3) Mengorganisasikan bahan pembelajaran dengan pendekatan sistematik, komperhensip (menyeluruh) dan integral (menyatu);

4) Mengeksplorasi materi pembelajaran dengan mengggunakan pendekatan empirik dan kontekstual, yang mempertimbangkan aspek geografis (tempat-daerah) maupun aspek sosio-kultur (social budaya). c. Komponen metode pembelajaran

(37)

Metode pembelajaran diartikan sebagai seperangkat teknik yang akan digunakan oleh guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan teknik dimaknai sebagai suatu kegiatan yang ditempuh untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Namun demikian, dalam tataran operasionalnya, antara metode dan teknik pembelajaran sering digunakan secara bergantian. Teknik berkaitan dengan jalan dan alat yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan siswa kearah tujuan yang akan dicapai. Sedangkan metode dimakni sebagai cara-cara untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Guru yang profesional dituntut untuk memiliki perbendaharaan kemampuan mengenai metode dan teknik pembelajaran, agar pembelajaran berhasil, efektif, efisien, demokratis dan humanistik.

d. Komponen media pembelajaran

Media pembelajaran secara harfiah diartikan sebagai "perantara" atau "pengantar" penyampaian informasi dan i komunikator (penrunpai) kepada komunikan (penerima) informasi. Fungsi media pembelajaran secara praktis antara lain adalah :

1) Mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki peserta didik;

(38)

2) Mengatasi ruang kelas yang ter;lalu luas atau terlalu sempit;

3) Memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungannya;

4) Menghasilkan keseragaman pengamatan

5) Menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit-realistis; 6) Membangicitkan minat baru belajar;

7) Memberikan pengalaman integral dari konlcrit ke abstrak;

Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan oleh guru dalam penggunaan media pembelajaran antara lain adalah :

1) Tujua.n pembelajaran 2) Ketepatgunaan 3) Keadaan siswa 4) Ketersediaan 5) Mutu teknis 6) Kemampuan guru 7) Pembiayaan

e. Komponen lingkungan belajar

Komponen lingkungan belajar dimaknai sebagai "situasi buatan" atau "alam" baik yang menyangkut lingkungan fisik maupun sosial yang

(39)

mampu memberikan konstribusi bagi terselenggaranya proses pembelajaran. Secara fisik dan sosial, linglcungan belajar harus menarik dan mampu membangkitkan gairah belajar serta menghadirkan suasana yang nyaman untuk belajar.

Lingkungan belajar yang demolcratis, hendalcnya mampu mewarnai suasana kelas yang dapat digunakan sebagai ajang dialog, keterbukaan, toleransi, kritis dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip manusiawi, empati, adil, demokratis, dan religius.

f. Komponen guru

Peran guru dalam pembelajaran sangat penting , karena ia berfungsi sebagai "penggerak mesin pembelajaran". Ia berperan sebagai ujtmg tombak dalam pembelajaran, walaupun fungsinya mengalami pergeseran yang cukup signifikan, mengarah pada fungsi fasilitator dan mediator serta motivator dalam proses pembelajaran.

Guru yang profesional, hendaknya memiliki kompetensi yang berkaitan dengan wawasan kependidikan, yang meliputi :

1) Wawasan pribadi (personal), : yaitu kepribadian yang mengagungkan budaya bangsanya dan rela berkorban demi bangsa dan Negara

(40)

2) Wawasan profesional, yaitu : menguasai bahan„ strategi dan metode pembelajaran yang mampu mendorong siswa mampu belajar secara aktif, lcreatif dan produktif

3) Wawasan sosial (kemasyrakatan), yaitu :dalam melaksanakan tugasnya ia mampu berpartisipasi dalam kehidupan sosial masyarakat.

g. Komponen siswa

Dalam pembelajaran demokratis, siswa dipandang sebagai pokok persoalan (subyek) dan sumber perhatian dan seluruh aktivitas pembelajaran. Siswa sebagai aktor penentu yang menjadi perhatian dan rasional mengapa tujuan pembelajran dirumuskan.

Beberapa kebutuhan siswa yang harus dipenuhi dalam kegiatan pembelajaran antara lain:

1) Kebutuhan jasmaniyah 2) Kebutuhan sosial 3) Kebutuhan intelektual

Dalam pembelajaran bernuansa demokratis, siswa dipandang sebagai subyek belajar, yang harus dipandang sebagai komunitas manusia yang mengalami perkembangan menuju menuju kepribadian yang paripuma. Proses pembelajaran hams dimaknai proses pendialogkan dua

(41)

dunia (siswa dan guru) yang menjalin interaksi timbal balik saling memberadabkan (civilizing) dan saling memberdayaan (empowering). Hubungan antara siswa dan guru tidak dipandang gradasional (bertingkat), akan tetapi ditempatkan pada hubungan yang bersifat egaliter (kesejajaran), terbuka dan toleran terhadap perbedaan.

h. Komponen evaluasi

Evaluasi menjadi tanggung-jawab semua pihak yang bergerak dalam bidang pendidikan dan pembelajaran, bukan hanya guru semata. Evaluasi yang baik, yang dilakulcan oleh guru yang profesional tidak saja berorintasi pada produk atau basil (setelah proses pembelajaran), melainkan juga pada awal proses pembelajaran, selama proses pembelajaran dan pada akhir pembelajaran.

Melalui sistem evaluasi seperti ini, segala informasi dan data yang dapat dilaunpulkan tentang din i siswa menjadi lebih lengkap, bak dani aspek aktivitas, keseriusan ketekunan, kerjasama, respon berbagai pertanyaan, kemampuan dialog dan sebaginya, yang dapat dideskripsikan dengan jelas, obyektif, empirik serta holistik (menyeluruh).

Menurut Sundawa (2002) beberapa prinsip evaluasi yang harus diperhatikan oleh guru adalah sebagai berikut :

(42)

1) Obyektifitas 2) Representative 3) Keseksamaan 4) Keterbukaan 5) Kejelasan

5. Karakteristik model pembelajaran demokratis a. Karakteristik umum model pembelajaran demokratis

Karakteristik umum model pembelajaran demokratis yang dikembangkan di lingkungan pendidikan, meliputi 5 (lima) unsur pokok, yaitu3°:

1) Sintakmatik ( tahap — tahap dan i kegiatan)

Tahap — tahap dan i kegiatan pembelajaran terdiri dan 7 (tujuh) tahap/langkah, yaitu : 1) pengkondisian awal, 2) pembentukan konseptual, 3) pembentukan kelompok kerja, 4) proses kerja kelompok, 5) presentasi, 6) refleksi dan reinforcement, dan 7) penutup. 2) Sistem sosial

Sistem sosial yaitu situasi atau suasana dan norma yang berlaku dalam model pembelajaran demokratis dalam pembelajaran bersifat demokratis dan adil gender, yang ditandai oleh keputusan-

3° Siti Rahayu, Model Berbasis Demokrasi Dalam Pembelajaran IFS Di Sekolah Dasar (Lampung, http://blog.unila.acid : 2009)

(43)

keputusan yang dikembangkan dan i atau setidaknya diperkuat oleh pengalaman kelompok dal= konteks masalah yang menjadi titik sentral kegiatan belajar. Kegiatan kelompok yang terjadi sedapat mungkin bertolak dan i pengarahan minimal dan i pengajar. Suasana kelas akan terasa talc begitu terstruktur dan kaku, tapi dinamis dan menggairahlcan. Pengajar dan pembelajar memiliki status yang sama dihadapan masalah yang dipecahkan dengan peranan yang berbeda. (guru sebagai fasilitator dan siswa sebagai alctor) Di samping itu situasi pembelajaran dikembangkan atas prinsip 5 M yaitu : (1) menyenangkan, (2) mengasyikkan, (3) mencerdaskan, (3) menguatkan dan memanusiakan. Lingkungan belajar yang demolcratis, hendalcnya mampu mewarnai suasana kelas yang dapat digunakan sebagai ajang dialog, keterbukaan, toleransi, lcritis dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip manusiawi, empati, adil gender, demolcratis dan religius. 3) Prinsip Realcsi/Pengelolaan

Prinsip Reaksi/Pengelolaan yaitu pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya guru melihat dan memperlakukan peserta didik, termasuk bagaimana seharusnya pengajar atau pendidik memberikan respon terhadap mereka. Dalam kelas yang meneraplcan model pembelajaran yang berbasis demolcratisasi belajar guru atau pengajar lebih berperan sebagai fasilitator, mediator, konselor, konsultan dan pemberi kritik yang

(44)

bersahabat. Dalam kelas ini mengedepankan prinsip relasi dan interaksi edukatif berpola demokratis — partisipatif — dialogis dan adil gender. Di samping itu juga dikembangkan pola pikir kritis — kreatif — reflektif berasaskan kebebasan berpendapat. Sikap guru harus menjauhi model indoktrinatif, dan lebih berperan sebagai fasilitator dan moderator yang baik, yang membiarkan dan merangsang siswa untuk aktif dalam menggeluti bahan pelajaran. Hubungan antar guru yang saling terbuka, saling menghargai, saling membantu dalam bekerjasama, dan demokratis dalam menentukan kehidupan sekolah akan membantu siswa untuk menerapkan perilaku demolcrasi yang baik di kemudian hari.

4) Sistem Pendukung

Sistem penduktmg yaitu segala sarana, bahan dan alat yang diperlukan untuk melalcsanalcan model pembelajaran berbasis demokratisasi belajar, yang meliputi segala sesuatu yang menyentuh kebutuhan siswa untuk menggali berbagai infonnasi yang sesuai dan diperlukan untuk melalculcan proses pemecahan masalah kelompok. Perpustakaan, buku-buku penunjang sena bahan — bahan kliping (artikel dan gambar) dan i koran, mudah dijangkau dan relatif memadai untuk dijadikan sebagai media pembelajaran. Kelas atau sekolah yang menerapkan model pembelajaran demokratis akan menggunalcan

(45)

berbagai media dan sumber belajar yang dekat dengan konteks dui linglcurigan belajar siswa.

5) Dampak Instruksional;

Dampak instruksional, yaitu hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara menga-rahkan para pelajar pada tujuan yang diharapkan. Berkaitan dengan dampak instruksional ini, sekolah atau kelas yang menerapkan model pembelajaran berbasis demokratisasi belajar, dalam pencapaian tujuan instruksional akan berorientasi pada materi akademik (sesuai tema dan topik pelajaran sena standar kompetensi dasar yang digariskan dalam kurikulum). Sena ditujukan untuk mencapai ketrampilan proses demokrasi dalam lingkup kelas (kelas demokratis sebagai miniatur masyarakat demokratis).

6) Dampak Pengiring

Dampak Pengiring ialah hash l belajar lainnya yang dihasilkan oleh sebuah proses belajar mengajar, sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langsung oleh para pelajar tanpa pengarahan langsung dan i pengajar. Sebagai dampak pengiring dani model pembelajaran berbasis demokratisasi belajar tersebut, adalah guru dan siswa yang terlibat dal= proses pembelajaran akan mempunyai komitmen yang tinggi terhadap nilai-nilai demokrasi, keadilan dan kesetaraan gender. Mereka akan menjadi warganegara yang alctif dalam proses kehidupan demokrasi sehari-hari. Siswa akan

(46)

menjadi lebih berani menyampaikan pendapat, tidak takut salah dalam belajar, berani berbeda pendapat, tapi juga menjunjung tinggi nilai toleransi.

b. Karakteristik khusus model pembelajaran demolcratis

Karakteristik khusus model pembelajaran demokratis adalah sebagai berilcut31 :

1) Berdasar filsafat konstruktifisme

2) ReIasi dan interaksi berpola demokratis-partisipatif-dialogis-adil gender

3) Mengedepankan kolaborasi model pembelajaran inovatif-aktif dan kooperatif

4) Iklim belajar mengedepankan prinsip 5 M (menyenangkan, mengasikkan, mencerdaskan, menguatican, dan memanusiakan)

5) Menggunakan berbagai sumber dan media sesuai konteks isi dan linglauigan belajar siswa

6) Penilaian berdasarkan unjuk kerja dan kompetensi siswa dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik dengan alat yang dekat siswa.

31 Nurul Zuriyah dan Hari Sunaryo, Inovasi Model Pembelajaran Demokratis Berperspektif Gender, op.cit. h. 143-144

(47)

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Di dalam UU SISDIKNAS No 20 / 2003 Bab X pasal 37 menyebutkan bahwa"kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat pendidikan agama". Berdasarkan UU terebut kita dapat menarik kesimpulan bahwa pendidikan agama memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan ideal pendidikan di Indonesia. Untuk mengetahui lebih jelas tentang pendidikan agama (khususnya pendidikan agama Islam) pertama harus kita ketahui tentang pengertiannya. Istilah pendidikan yang sudah lazim kita kenal dalam bahasa Arab adalah sedangkan pendidikan agama Islam dalam

bahasa Arab ialah e-N-1211 114.4ji. Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.3I

Di samping itu pendidikan agama Islam memuat kandungan yang meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan sesama manusia atau dirinya sendiri bahkan dengan makhluk lain atau lingkungan.

31 Abdul majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Berbasis Kompetensi, (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 2004), h. 132

(48)

Islam menyatakan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agamanya serta menjadikannya sebagai pandangan hidup.32

Menurut Prof. DR. Ramayulis, berpendapat bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu proses edukatif yang mengarah kepada pembentukan alchlak atau kepriadian.33

Zuhairimi mengartikm, pendidikan agama Islam sebagai usaha-usaha secara sistematis clan prakmatis dalam membantu anak didik supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam.34

Esensi pendidikan yaitu adanya proses transfer nilai, pengetahuan dan ketrampilan dan i generasi tua kepada generasi muda agar generasi muda mampu hidup. Oleh karena itu ketika kita menyebut pendidikan Islam, maka akan mencakup 2 hal, (a) mendidik siswa berprilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam, (b) mendidik siswa untuk mempelajari materi ajaran Islam-subjek berupa pengetahuan tentang ajaran Islam.35

Dan beberapa defmisi yang telah disebutkan atas, pendidikan agama Islam dapat di artikan sebagai pendidikan yang dilakukan oleh orang dewasa

32 Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Alc.sara, 1992), h. 86 33 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), h. 1

34 Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya : Usaha Offset Printing, 1981), h. 25 35 Abdul majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Berbasis Kompetensi, op. cit, h. 131

(49)

dalam memperbaiki, menguasai, memimpin, menjaga dan memelihara kehidupannya dengan kepribadian Islam. Dengan kata lain bimbingan menjadi muslim yang tangguh dan mampu merealisasikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi insan kamil. Untuk itu penanaman pendidikan agama sangat penting dalam membentuk dan mendasari anak sejak dini. Dengan penanaman pendidikan agama Islam sejak dini diharapkan mampu membentuk pribadi yang kokoh, kuat dan mandiri untuk berpedoman pada agama Islam.

2. Dasar atau landasan Pendidikan Agama Islam

Pelaksanaan pendidikan agama di Indonesia mempunyai dasar-dasar yang 'mat. Dasar atau landasan tersebut adalah :

a. Landasan yuridis

Yalcni dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama yang berasal dan i landasan dasar negara dan peraturan perundang-undangan yang secara langsung ataupun secara tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah-sekolah ataupun di lembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia.

Adapun dasar dan i segi yuridis fonnil tersebut ada 3 macam, yakni: 1) Landasan Ideal

Yakni dasar dan i falsafah Negara : Pancasila, dimana sila yang pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini mengandung

(50)

Tuhan Yang Maha Esa, atau tegasnya harus beragama.36

Untuk merealisasikan hal tersebut, maka diperlukan adanya pendidikan agama kepada anak-anak, karena tanpa adanya pendidikan agama akan sulit untuk mewujudkan sila pertama dan i Pancasila tersebut.

2) Landasan struktural atau konstitusional

Yalcni dasar dan i UUD 1945 dalam Bab XI Pasal 29 Ayat 1 dan 2, yang berbunyi :

a) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

b) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.37 Bunyi UUD tersebut mengandung pengertian bahwa bangsa Indonesia hams beragama. Dalam arti orang-orang atheis di larang hidup di Negara Indonesia. Di samping itu, Negara melindungi umat beragama untuk menunaikan ajaran agamanya dart beribadah menurut agamanya masing-masing. Karena itu supaya umat beragama tersebut dapat menunaikan ajaran agamanya maka diperlukan adanya pendidikan agama.

36 Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, op. cit., h. 19 37 UUD 45 (Surabaya : Serba Jaya), h. 22

(51)

Yang dimaksud dengan landasan operasional ialah dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah di Indonesia, seperti yang disebutkan pada Tap MPR No IV/MPR/1973 yang kemudian dikokohkan kembali dalam Tap MPR No 11/MPRI1978 yang berbunyi :

"Di usahakan supaya terus menerus bertambah sarana-sarana yang di perlukan bagi pengembangan kehidupan keagamaan dan kehidupan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, termasuk pendidikan agama yang dimasukkan ke dalam kurikulum-kurikulum sekolah mulai dari sekolah dasar sampai universitas".38

Selain itu, landasan pendidikan agama Islam terdapat juga dalam UU SISIDIKNAS tahun 2003 pasall 30 tentang pentingnya penyelenggaraan pendidikan agama baik oleh pemerintah atau kelompok masyarakat pemeluk agama balk melalui pendidikan formal maupun nonformal. Oleh karena itu Pendidikan Agama Islam haruslah diselenggarakan disetiap sekolah.

b. Landasan Religius

Yang dimaksud dengan religius dalam uraian ini adalah clasar-dasar yang bersumber dari ajaran agama Islam yang tertera dalam Al-

(52)

ajaran Islam itu sendiri. 1) A1-Qur'an

Al-Qur'an merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril dan merupakan ibadah atau pahala bagi orang yang membacanya. Al-Qur'an berisi tentang segala aspek kehidupan manusia. Menurut ajaran Islam bahwa pelaksanaan PAI merupakan perintah Allah SWT dan merupakan ibadah kepadaNya sebagaimana tertera dalam Al-Qur'an antara lain: QS. An-Nahl : 125

iklap:3:411:5

•5

i

E:11

l'°)

Artinya : "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah clan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dan jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”39

(53)

6-911:19 J;411

LS1 "t1

() • i) 6,91q6ft'll 's4 z-411.3r3 fi=321 cjr-

Artinya : "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dan i yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung".4°

Dan i beberapa ayat diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa menyeru atau mengajarkan pendidikan agama Islam sangatlah penting dan merupakan perintah wajib dan i Allah supaya manusia bisa hidup bahagia di dunia maupun di akhirat.

2) Hadits

Hadits merupakan sumber hukum kedua, apa yang ada di dalam Al-Qur'an, kadang bersifat global dan uraian rinciannya ada di dalam hadis. Hadits merupakan petunjuk langsung yang diberikan oleh Nabi Muhammad melalui sabda, tindakan atau perilaku beliau dan ajaran-ajaran sebagai pelaksanaan hukum-hukum yang terkandung dalam Al-Qur'an. Hadits berisi petunjuk (pedoman) untuk kemaslahatan hidup manusia seutuhnya atau muslim yang bertaqwa.

(54)

sendiri mendidik, pertama dengan menggunakan rumah Al-Arqom, kedua dengan memanfaatkan tawanan perang untuk mengajar baca tulis, ketiga dengan mengirim para sahabat ke daerah-daerah yang barn masuk Islam. Semua itu adalah pendidikan dalam rangka pembentukan manusia muslim dan masyarakat Islam.

Oleh karena itu Hadits merupakan landasan kedua bagi cara pembinaan pribadi manusia muslim. Adapun Hadits berkaitan dengan PAI (dasar atau larkiasan PAD antara lain Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim

:Si kic (5711

41-4944 6)=911 Lsic.

V) 4,1 j

.4 cy3

La ?.L j

4?

bl

j

Artinya : "Tidaklah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah (kecenderungan untuk percaya kepada Allah), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani atau Majusi" (HR.Muslim).43

"Abdul majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Berbasis Kompetensi, op. cit. h. 135 42 Imam Abi Khusain Muslim, Jami'us Shohih Juz 7 (Beirut Libanon : Darul Fikr), h. 52 43

(55)

ljtihad menjadi landasan pendukung bagi PAI. Yang dimaksud dengan ijtihad adalah berpikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syariat Islam untuk menetapkan/menentukan suatu hukum syari'at Islam dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur'an dan Hadits. ljtihat dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman kepada Al-Qur'an dan Al-Hadits. Namun demikian, kaidah-kaidah yang diatur oleh para mujtahid tidak boleh bertentangan dengan isi Al-Qur'an dan Al-Hadits tersebut.

c. Landasan Psikologi

Landasan psikologi adalah dasar yang bersumber dan kejiwaan manusia, dimana manusia yang lahir itu telah membawa fitrah untuk mengakui adanya Dzat Yang Maha Kuasa sebagai tempat meminta perlindungan dan pertolongan, hal ini sesuai dengan finnan Allah dalam QS Ar-Ruum :30

1

-€41.1-c- -0.0121

L5411

t624

*4.4

:14:1 411 (31-4 .

3441.

(56)

Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,44

Semua manusia di dalam hidupnya di dunia ini, selalu membutuhkan adanya suatu pegangan hidup yang disebut agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Dzat Yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka meminta pertolongan. Mereka akan merasa tenang dan tentram hatinya kalau mereka dapat mendekat dan mengabdi kepada Dzat Yang Maha Kuasa.

Hal semacam ini memang sesuai dengan firman Allah dalam surat Ar-Ra'd : 28, yang berbun

(1' A) ci ti:i1,12jjJS;14

Artinya : "Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram".

Karena itu maka manusia akan selalu berusaha untuk mendekatkan din i kepada Tuhan, hanya saja cara mereka mengabdi dan mendekatkan din kepada Tuhan itu berbeda-beda sesuai dengan agama yang dianutnya.

(57)

Islam, agar dapat mengarahkan fitrah mereka tersebut kearah yang benar, sehingga mereka akan dapat mengabdi dan beribadah sesuai dengan ajaran Islam. Tanpa adanya pendidikan agama dan i satu generasi berikutnya, maka orang akan semakin jauh dan i agama yang benar.

3. Materi Pendidikan Agama Islam

Materi merupakan alat untuk mencapai tujuan, oleh karena itu penentuan materi hams di dasarkan pada tujuan yang direncanakan baik dan segi cakupan, tingkat kesulitan maupun organisasinya.45

Menunit Abdul Ghofiir, materi pendidikan Islam adalah bahan-bahan pendidikan agama Islam yang berupa kegiatan, pengalaman dan pengetahuan yang disengaja dan sistematis diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan PAI.46

Jadi materi PAI adalah bahan-bahan yang sengaja diberikan oleh guru kepada anak didik secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan. Adapun ruang lingkup PAI meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan, antara lain:

45 Chabib Thah, Metodologi Pengajaran Agama, (Yogjakarta : Pustaka Pelajar, 1990), 45 46 Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama op. cit., h. 57

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini nilai p = 0,133 (p >0,05) sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat self care pasien dan keberhasilan terapi

Dari perjuangan yang dilakukan oleh banyak seniman foto pada masa tersebut, lambat laun fotografi mulai diterima keberadaannya baik oleh para seniman maupun

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 567 oleh cairan rumen, disebabkan peningkatan aktivitas bakteri

Dari seluruh sampel yang digunakan, berdasarkan kriteria ERB, diperoleh 37 saham emiten yang membentuk 10 portfolio optimal periode bulanan sepanjang tahun

Dari hasil analisis pembubutan paduan titanium menggunakan konsep rasio S/N dan analisis varian, dapat disimpulkan bahwa Disain metoda Taguchi adalah sesuai untuk

Faktor pengguna adalah variabel independen yang keempat dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor pengguna diterapkan dengan

menggunakan kata melarang, sebab konotasinya bisa dianggap memutus mata rantai secara langsung…‛41 Pada kesimpulannya, berdasarkan pada rasionalisasi teoritik yang menyatakan bahwa

Penelitian yang akan dilakukan diharapkan, akan memberikan sumbangan pemikiran mengenai perlindungan hukum yang seharusnya diterima oleh konsumen yang tidak mendapat