• Tidak ada hasil yang ditemukan

SINERGI PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN PERSAMPAHAN DI PASAR SENTRAL KABUPATEN ENREKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SINERGI PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN PERSAMPAHAN DI PASAR SENTRAL KABUPATEN ENREKANG"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

i Oleh :

FATIMA SUDIRMAN

Nomor Induk Mahasiswa : 10561 05339 15

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

i

SINERGI PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM

PENANGGULANGAN PERSAMPAHAN DI PASAR

SENTRAL KABUPATEN ENREKANG

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara

Disusun dan diajukan oleh FATIMA SUDIRMAN Nomor Stambuk : 10561 05339 15

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)

iv Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Fatima Sudirman

Nomor Stambuk : 105610533915

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan oleh orang lain atau melakukan plagiat. Peryataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademiki.

Makassar, 15 Juni 2020

Yang Menyatakan.

(6)

v ABSTRAK

Fatimah Sudirman. Sinergi Pemerintah dan Masyarakat dalam penanggulangan persampahan di Pasar Sentral Kabupaten Enrekang (dibimbing oleh Alyas dan Abdi).

Kurangnya kepedulian masyarakat dan keterbatasan dana Pemerintah, merupakan salah satu penyebab terjadinya permasalahan pencemaran di Kabupaten Enrekang. Selain itu, hal ini sangat berdampak pada kesehatan manusia serta munculnya permasalahan sampah. Sampah selalu menjadi masalah yang serius, masalah ini timbul karena masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam penanggulangan sampah.

Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif bertujuan untuk mengetahui sinergi pemerintah dan masyarakat berdasarkan permasalahan yang dibahas yaitu permasalahan yang terjadi di lokasi penelitian. Informan dalam penelitian ini berjumlah tujuh orang, pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data melalui reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan, sedangkan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber, teknik dan waktu.

Hasil penelitian menunjukkan sinergitas pemerintah dan masyarakat dalam penanganan sampah di pasar sentral Enrekang dilihat dari 3 dimensi yaitu pemecahan masalah, peran pemerintah dan jaringan komunikasi. Selain itu, dikaji juga mengenai faktor pendukung dan penghambat sinergitas tersebut. Pemecahan masalah sampah melalui system pelayanan persampahan dengan tiga system yaitu system rute, metode pembuangan sampah dengan system “controlled landfill” dan pengumpulan dan

pengangkutan dengan sistem clean site. Peran pemerintah dalam pengelolaan persampahan di pasar sentral Enrekang dapat disimpulkan bahwa pengelolaan sampah yang ada belum optimal, akan tetapi, jaringan komunikasi yang terbangun dalam memberikan pelayanan persampahan kepada masyarakat sudah baik. Berbagai faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi dalam penangan sampah di pasar sentral Enrekang, akan tetapi telah diberikan solusi penyelesaian masalah tersebut. Keyword: Sinergitas, Penanggulangan Sampah.

(7)

vi

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sinergi Pemerintah dan Masyarakat Dalam Penanggulangan Persampahan Di Pasar Sentral Enrekang”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Alyas, M.S selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Abdi, M.Pd selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Kedua orang tua saya Ayahanda Sudirman dan Ibunda tercinta Nurdalipa dan seluruh keluarga yang telah berkorban tanpa pamrih dalam membesarkan, mendidik dan mendoakan keberhasilan penulis, memberi semangat dan motivasi serta bantuan baik moril ataupun materi dan tak lupa kasih sayang yang tak hentinya mereka berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

(8)

vii

5. Sahabat-sahabatku Riska, Renita, Samsidar, Andi Magfirah, Astuti, Asti, Indrayanti dan masih banyak lagi, yang telah memberikan banyak bantuan, dukungan, perhatian, cerita dan pengalaman bagi penulis selama kuliah dan menemaniku disaat sedih dan senang. Terima kasih juga atas persahabatannya.

6. Buat Areisnah, Novita,S.E, Siswati, Etus, Mumma.S.E, Umma, S.P, Alfira, S.T, Kak Wiwong, Uni, Manni, yang selama ini sudah menjadi saudara-saudariku mendengarkan setiap keluh kesahku terimakasih.

8. Saudari-Saudariku yang ada di HISMA, HPMM, Public admnistration 015,dan MASSOLA 015 Terima kasih atas kebersamaannya selama ini. Kuliah, pengkaderan, kepengurusan Humanis telah menjadi torehan cerita mahasiswa yang tak terlupakan. Perjalanan masih panjang kawan, semoga di masa depan nanti kita akan bertemu dengan kesuksesan yang kita cita-citakan masing-masing, insya ALLAH.

Demi Kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, 17 Februari 2020

(9)

viii

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ...iv

Abstrak ...v

Kata Pengantar ...vi

Daftar Isi...viii

Daftar Tabel ...x

Daftar Gambar ...xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...7

C. Tujuan Penelitian...7

D. Manfaat Penelitian...8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Sinergi ...9

B. Penanggulangan Sampah...11

C. Kerangka Pikir...20

D. Fokus Penelitian ...22

E. Deskripsi Fokus Penelitian ...22

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan lokasi penelitian ...23

B. Jenis dan Tipe penelitian ...23

C. Sumber Data ...24

D. Informan Penelitian ...25

E. Teknik Pengumpulan Data ...25

F. Teknik Analisis Data ...25

G. Keabsahan Data ...27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian ...29

B. Sinergi Pemerintah dan Masyarakat dalam Penanggulangan Persampahan di Pasar Sentral Enrekang ...36

(10)

ix BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...54 B. Saran-Saran ...55 DAFTAR PUSTAKA ...57 LAMPIRAN ...59

(11)

x

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir ...21 Gambar 2. Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kab. Enrekang ...37

(13)

1 A. Latar Belakang Masalah

Berbagai aktivitas dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kesejahteraan hidupnya dengan memproduksi makanan minuman dan barang lainnya dari sumber daya alam. Selain menghasilkan barang-barang yang akan dikonsumsi, aktivitas tersebut juga menghasilkan bahan buangan yang sudah tidak dibutuhkan lagi oleh manusia. Bahan buangan makin hari makin bertambah banyak. Hal ini erat hubungannya dengan makin bertambahnya jumlah penduduk di satu pihak, dan di pihak lain dengan ketersediaan ruang hidup manusia yang relatif tetap dalam Candra (2006).

Tujuan pembangunan nasional adalah untuk meningkatkan kehidupan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD RI Tahun 1945. Kebijakan pembangunan tidak lepas dari upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sehingga tujuan yang ingin dicapai dalam pembangunan untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih baik bagi masyarakat. Sedangkan hakekat pembangunan itu sendiri adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Pembangunan itu sendiri menurut (Salim, 1993) mencakup beberapa hal yaitu: (1) kemajuan lahiriah, seperti sandang, perumahan, dan lain lain; (2) kemajuan batiniah, seperti pendidikan, rasa aman, rasa

(14)

2

keadilan, rasa sehat; (3) kemajuan yang meliputi seluruh rakyat sebagaimana tercermin dalam perbaikan hidup berkeadilan.

Masalah pembangunan tidak lepas dari permasalahan lingkungan hidup untuk itu perlu adanya penanganan yang serius. Masalah lingkungan hidup negara berkembang berbeda dengan masalah lingkungan hidup yang dialami negara maju. Masalah lingkungan hidup yang dialami Negara berkembang adalah keterbelakangan atau kemiskinan, sedangkan lingkungan hidup yang dihadapi oleh negara maju adalah polusi yang bisa merusak lingkungan hidup. Dalam rangka pembangunan di Indonesia, khususnya di bidang lingkungan perlu diupayakan peningkatan kualitas perilaku masyarakat terhadap keseimbangan lingkungan hidup. Faktor penting yang menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan hidup yang tidak baik adalah adanya pertumbuhan penduduk yang semakin banyak. Hal ini akan menambah kebutuhan akan tanah (tempat tinggal), air bersih, sosial dan kriminalitas.

Penataan lingkungan yang tidak baik dan pengelolaan lingkungan hidup yang tidak teratur berakibat timbulnya berbagai masalah seperti banjir, tanah longsor, dan bencana alam lainya. Sedangkan penataan lingkungan yang baik akan menghasilkan lingkungan yang bersih, teratur dan bisa meningkatkan pelestarian lingkungan itu sendiri. Untuk itu perlu adanya peran serta masyarakat dalam memelihara lingkungan sekitarnya yang akan mempengaruhi terjadinya perubahan lingkungan disekitarnya.

Ketidakikutan masyarakat dalam memelihara lingkungannya akan mengakibatkan lingkungan itu menjadi kurang bersih dan kurang sehat. Selain itu masyarakat harus berperan serta dalam menjaga pelestarian lingkungan, karena hal ini

(15)

saling terkait antara satu dengan yang lainya. Proses pembangunan di Kota Enrekang semakin pesat seiring dengan perkembangan waktu dan kemajuan teknologi.

Kurangnya kepedulian masyarakat dan keterbatasan dana Pemerintah Kabupaten Enrekang, merupakan salah satu penyebab terjadinya permasalahan pencemaran di wilayah ini. Selain itu hal ini sangat berdampak pada kesehatan manusia serta degradasi lingkungan yang lebih besar. Kurangnya kesadaran mereka tentang arti pentingnya pelestarian lingkungan, menyebabkan mereka kurang peduli terhadap lingkungan sekitarnya.Pembuangan sampah langsung ke sungai, merupakan salah satu bukti masih rendahnya peran serta masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup. Karena pada dasarnya pengelolaan lingkungan tersebut, bukan saja menjadi tanggung jawab pemerintah saja, tetapi juga tanggung jawab masyarakat. Pengikutsertaan masyarakat ini, diperlukan untuk meningkatkan perasaan ikut memiliki (sense ofbelonging) dalam setiap proses kegiatan.

Salah satu penyebab dari semua pencemaran lingkungan hidup adalah barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai atau nama populernya adalah sampah. Dengan demikian meningkatnyajumlah penduduk, timbulnya tempat-tempat pemukiman penduduk baru ditunjang dengan kemajuan teknologi, maka volume sampah juga akan meningkat seirama dengan kegiatan manusia tersebut, sehingga apabila penangulangan dan pengelolaan tidak baik akan menimbulkan masalah besar dalam pelestarian lingkungan hidup

Sampah selalu menjadi masalah yang serius, masalah ini timbul karena masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam penanggulangan sampah. Seperti yang ada

(16)

4

dilingkungan Kota Enrekang masih banyak sampah rumah tangga yang dibuang tidak pada tempatnya seperti di pinggir jalan dan di lahan yang belum dimanfaatkan. Keterlambatan pengangkutan sampah dapat menyebabkan sebagian masyarakat merasa sangat terganggu dengan sampah karena menimbulkan bau yang tidak enak di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka. Jika hal ini dibiarkan, maka akan merugikan masyarakat karena sampah dapat menimbulkan penyakit.

Langkah-langkah mengatasi masalah yang dihadapi oleh pemerintah, dan masyarakat dalam menangani sampah terkait penanganan sampah serta pelaksanaan yang belum maksimal terhadap regulasi-regulasi mengenai penanganan sampah. Dalam hal ini perlu adanya sebuah komitmen yang kuat dan terobosan yang bersifat kreatif-inovatif dari semua pihak untuk mengoptimalkan perangkat regulasi mengenai penanganan dan pembangunan sampah yang berwawasan lingkungan serta merubah paradigma yang sudah tidak mempunyai relevansi dalam konteks membangun kesadaran pemerintah terkait, dan masyarakat dalam menghadapiproblematika sampah di negeri ini.

Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia, sebagaimana disebutkan dalam Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa “Setiap orang berhak sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

(17)

Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka pemerintah membentuk Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup, yang mengatur mengenai larangan dalam perlindungan dan pengolahan lingkungan hidup untuk mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. Hukum lingkungan merupakan hukum fungsional, karena bertujuan untuk menanggulangi pencemaran, pengurusan, dan perusakan lingkungan sehingga tercipta lingkungan yang baik, sehat, indah, dan nyaman bagi seluruh rakyat (Hamzah, 2016).

Peningkatan kualitas lingkungan terdiri dari berbagai aspek, Salah satu aspek yang sangat berpengaruh adalah aspek pengelolaan sampah di lingkungan pemerintahan. Menurut Darwin, 2006 dalam Wibowo, 2010 persampahan telah menjadi agenda permasalahan utama yang dihadapi oleh hampir seluruh daerah di Indonesia. Faktor keberhasilan pelaksanaan pengelolaan sampah sepenuhnya akan tergantung pada kemauan Pemerintah Daerah atau Kota dan masyarakat. Kemauan ini dapat dimulai dari pemahaman dan kesadaran akan pentingnya sektor pengelolaan sampah sebagai salah satu pencerminan keberhasilan pengelolaan kota.

Sisi lain, motivasi masyarakat dalam mengelola sampah sampai saat ini belum nampak kemunculannya. Pola hidup masyarakat yang masih mengedepankan pemenuhan kebutuhan hidup atau ekonomi menjadikan masalah pengelolaan sampah sebagai permasalahan yang belum menjadi prioritas untuk ditangani. Perilaku dan kebiasaan masyarakat atau individu untuk mengelola sampah belum mengarah kepada perilaku yang positif seperti membuang sampah pada tempatnya .

(18)

6

Permasalahan sampah dapat diatasi jika masyarakat maupun Pemerintah mampu dan memiliki kemauan dalam menjalankan tugas dan kewajiban pengelolaan sampah dengan penuh tanggung jawab. Bentuk keterlibatan masyarakat sebagai pihak yang menghasilkan sampah dengan proporsi terbesar, dapat dilaksanakan dengan membudayakan perilaku pengelolaan sampah semenjak dini dari rumah tangga, sebagai struktur terendah dalam pengelolaan sampah perkotaan.

Wakil Bupati Enrekang, Asman mengatakan permasalahan sampah yang menjadi penghalang utama untuk Kabupaten Enrekang memperoleh Adipura. Dengan jumlah penduduk yang mencapai ± 190.579 jiwa memang memerlukan partisipasi aktif masyarakat dalam mengelola sampah. Pihak pemerintah mengaku tidak bisa jika tanpa bantuan masyarakat. (Tribunnews. 2019).

Menurut data dari DLH Kota Enrekang, pada tahun 2018 hingga 2019, volume sampah di Kota Enrekang mencapai ±2679 m3. Sampah tersebut berasal dari sampah masyarakat umumnya dan sampah pasar Sentral di Kota Enrekang. Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Enrekang , sampah pasar sentral di Kabupaten Enrekang hampir mencapai 85.1 m3/hari. Salah satu permasalahan sampah pasar, selain jumlahnya yang relatif banyak serta mempunyai permasalahan tersendiri, keadaan ini terjadi di pasar sentral Kabupaten Enrekang sebagai wadah perekonomian, aktivitas yang ada baik jual beli dari pedagang ke komsumen atau dari pegdagang ke pedagang secara tidak langsung menyebabkan timbunan sampah. Pasar umum memliki jenis sumber sampah yang lebih banyak dibandingkan pasar khusus, jenis barang yang diperjualbelikan dalam suatu pasar

(19)

mempengaruhi volume serta sifat sampah yang dihasilkan. Sampah pasar memiliki karakteristik khas, volumenya besar, kadar air tinggi, serta mudah membusuk. (BPS.2019).

Aisiah mengungkapkan Kabupaten Enrekang, masih kekurangan armada truk pengangkut sampah. Hal ini menyebabkan sejumlah kecamatan mengalami keterlambatan penjemputan sampah karena harus antri menunggu giliran. saat ini baru ada 12 armada truk pengangkut sampah yang beroperasi di Kabupaten Enrekang. Dari jumlah tersebut, lima armada diantaranya ditempatkan beroperasi di Kota Enrekang dan dua armada truk beserta motor gerobak di tempatkan di pasar sentral Enrekang , sementara sisanya ditempatkan di beberapa Kecamatan. (Tribunnews.2018).

Berdasarkan masalah tersebut, peneliti berpendapat bahwa perlunya dilakukan proses studi sinergi masyarakat dan pemerintah terhadap sampah. Sesuai dengan uraian di atas, maka peneliti mengadakan penelitian dengan judul “Sinergi Pemerintah dan Masyarakat dalam penanggulangan persampahan di Pasar Sentral Kabupaten Enrekang”.

B. Rumusan Masalah

Melihat latar belakang diatas yang berhubungan dengan sinergi pemerintah dan masyarakat dalam penanggulangan persampahan, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut:

(20)

8

1. Bagaimana sinergi antara pemerintah dan masyarakat dalam penanggulangan persampahan di pasar sentral Kabupaten Enrekang?

2. Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat dalam sinergi antara pemerintah dan masyarakat untuk menanggulangi persampahan di pasar sentral Kabupaten Enrekang ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui sinergi antara pemerintah dan masyarakat dalam penanggulangan sampah di Pasar sentral Kabupaten Enrekang.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat sinergi antara pemerintah dan masyarakat dalam penanggulangan persampahan di pasasr sentral Kabupaten Enrekang.

D. Manfaat Penelitian 1. Kegunaan Teoretis

Penelitian ini dapat memberikan manfaat secara teoretis dalam memberikan gambaran tentang sinergi pemerintah dan masyarakat dalam penanggulangan persampahan di pasar sentral Kabupaten Enrekang.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Enrekang dalam penanggulangan persampahan di

(21)

pasar sentral Kabupaten Enrekang, sehingga tercipta lingkungan yang bersih menuju piala Adipura pada tahun berikutnya.

(22)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Sinergi

1. Pengertian Sinergi

Covey dalam Wati (2013) mengartikan sinergi sebagai “kombinasi atau paduan unsur atau bagian yang dapat menghasilkan keluaran lebih baik atau lebih besar.” Najiyati dan Rahmat (2011) mengartikan sinergi sebagai kombinasi atau paduan unsur atau bagian yang dapat menghasilkan keluaran lebih baik dan lebih besar. Sinergi dapat dipahami sebagai operasi gabungan atau perpaduan unsur untuk menghasilkan output yang lebih baik.

Sinergi adalah saling mengisi dan melengkapi perbedaan untuk mencapai hasil lebih besar daripada jumlah bagian per bagian. Sinergi merupakan suatu kerjasama yang dapat terwujud ketika kita bisa mensinkronkan bermacam alternatif keinginan dengan cara komunikasi yang baik antar anggota tim. Dalam bersinergi, kita juga harus berkoordinasi satu sama lain sehingga terwujudnya suatu kegiatan yang efisien (Hayati, 2014).

Menuruta Deadroff dan Williams (2006) sinergi bukanlah sesuatu yang dapat kita pegang oleh tangan kita tapi suatu istilah yang berarti melipatgandakan pengaruh (multiplier effect) yang memungkinkan energi pekerjaan atau jasa individu berlipatganda secara eksponesial melalui usaha bersama. Sinergi kelompok di deskripsikan sebagai tindakan yang berkembang dan mengalir dari kelompok orang yang bekerja sama secara sinkron satu sama lain sehingga

(23)

mereka dapat bergerak dan berfikir sebagai satu kesatuan. Tindakan sinergi ini dilakukan dengan insting positif, memberdayakan, dan menggunakan sumber daya kelompok secara keseluruhan.

Melalui beberapa definisi di atas ditarik kesimpulan bahwa sinergitas dapat diartikan kegiatan gabungan atau kerjasama yang dilakukan guna mendapatkan hasil yang lebih maksimal dengan terhubung oleh beberapa peran yang berbeda namun terkait didalamnya. Oleh karena itu seluruh komponen masyarakat dan pemerintah diharapkan bersinergi agar tercapainya kesejahteraan masyarakat.

2. Bangunan Sinergi

Sinergitas dapat terbangun melalui dua cara yaitu:

a. Komunikasi, dibedakan atas dua bagian yaitu: Pertama, komunikasi yang berorientasi pada sumber kegiatan guna mendapatkan tanggapan. Kedua, komunikasi yang berorientasi pada penerima memandang bahwa komunikasi sebagai semua kegiatan untuk (penerima) dalam menanggapi stimulus atau rangsangan.

b. Koordinasi. Komunikasi tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya koordinasi. Silalahi (2011) menyebutkan koordinasi adalah integrasi dari kegiatan-kegiatan individual dan unit-unit ke dalam satu usaha bersama yaitu bekerja kearah tujuan bersama.

3. Indikator Sinergi

Kunci dari berhasilnya sinergi dapat dilihat dari 3 (tiga) aspek mendasar menurut Rhodes (2007) yaitu:

(24)

12

1. Pemecahan Masalah (Problem Solving) yaitu kemampuan dalam pemecahan masalah yang diantaranya adalah usaha menemukan urutan yang benar dari alternatif jawaban, sehingga menggerakan kita agar lebih dekat dengan tujuan kita juga proses yang dapat membantu seseorang untuk menemukan apa yang mereka inginkan dan bagaimana mencapainya dengan cara yang paling efektif dengan cara merumuskan masalah, menyusun rencana tindakan, dan melaksanakan tindakan yang mengarah pada penyelesaian masalah.

2. Peran Pemerintah (intergovermental games) yaitu bahwa keterpaduan interaksi yang konstruktif antar pemeritah, sektor swasta dan masyarakat . 3. Jaringan Komunikasi (Networking) adalah rangkaian individu sebagai

akibat terjadinya pertukaran informasi, sehingga membentuk pola-pola atau model-model jaringan komunikasi tertentu.

B. Penanggulangan Sampah 1. Pengertian Sampah

Sampah merupakan salah satu jenis biomassa yang ketersediannya dari hari ke hari cukup melimpah, terutama di kota besar. Sampah juga menjadi perhatian banyak pihak, karena berhubungan langsung dengan kebersihan dan keindahan(estetika) lingkungan dan kesehatan masyarakat, terutama di perkotaan. Sampah bisa berasal dari berbagai moda penggunaan seperti sesuatu yang sudah tidak digunakan lagi karena rusak, kelebihan dari sesuatu penggunaan (seperti kelebihan makanan), pebungkus (kemasan) barang yang berfungsi melindung barang, sisa kegiatan produksi (seperti serbuk gergaji, potongan kain, kayu) atau

(25)

barang yang berfungsi dan tidak digunakan lagi karena penggunanya memiliki barang yang lebih baru. Untuk memberi nilai tambah pada sampah, potensi pemanfaatan sampah hanya bisa digali oleh individu yang kreatif. Salah satunya adalah memanfaatkan sampah, organik maupun anorganik sebagai sumber daya kehidupan. (Hermawati, 2014).

Pengertian sampah adalah suatu yang tidak dikehendaki lagi oleh yang punya dan bersifat padat. Sementara didalam UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan (Slamet,2002)

Para ahli kesehatan masyarakat Amerika juga membuat batasan bahwa sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil suatu kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna sehingga bukan semua benda padat yang tidak digunakan dan dibuang disebut dengan sampah (Notoatmodjo, 2007).

Pengertian sampah secara khusus dikemukakan oleh Azwar dalam Rizal (2011) adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan biologis karena (human waste) tidak termasuk didalamnya. Sedangkan menurut Mochtar M. Rizal (2011)

(26)

14

sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.

Berdasarkan rumusan pengertian dan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sampah ialah semua jenis benda atau barang bangunan/kotoran manusia, hewan atau tumbuh-tumbuhan atau yang berasal dari aktivitas kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang dapat menimbulkan dan atau mengakibatkan pengotoran terhadap air, tanah dan udara sehingga dapat menimbulkan pengrusakan lingkungan hidup manusia.

2. Jenis-jenis Sampah

Sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa kategori, menurut Rachman (2011) yaitu:

a. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya

1) Organik, misalnya, sisa makanan, daun, sayur, dan buah. 2) Anorganik, misalnya, plastik, besi, kaleng, dan lain-lain. b. Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar

1) Mudah terbakar, misalnya, kertas, plastik, daun kering, kayu. 2) Tidak mudah terbakar, misalnya, kaleng, besi, gelas, dan lain-lain. c. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk

1) Mudah membusuk, misalnya, sisa makanan, potongan daging, dan sebagainya.

(27)

d. Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah

1) Garbage, terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat terurai dengan cepat, khususnya jika cuaca panas. Proses pembusukan seringkali menimbulkan bau busuk. Sampah jenis ini dapat ditemukan di tempat pemukiman, rumah makan, rumah sakit, pasar, dan sebagainya.

2) Rubbish, terbagi menjadi dua, yaitu:

a) Rubbish mudah terbakar terdiri atas zat-zat organik, misalnya, daun kering, karet, dan sebagainya.

b) Rubbish tidak mudah terbakar terdiri atas zat-zat anorganik, misalnya kaca, kaleng, dan sebagainya.

3) Ashes, semua sisa pembakaran dari industri.

4) Street sweeping, sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas mesin atau manusia.

5) Dead animal, bangkai binatang besar (anjing, kucing, dan sebagainya) yang mati akibat kecelakaan atau secara alami.

6) House hold refuse, atau sampah campuran (misalnya, garbage, ashes,

rubbish) yang berasal dari perumahan.

7) Abandoned vehicle, berasal dari bangkai kendaraan.

8) Demolision waste atau construction waste, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan gedung, seperti tanah, batu, dan kayu.

9) Sampah industi, berasal dari pertanian, perkebunan, dan industri.

10) Santage solid, terdiri atas benda-benda solid atau kasar yang biasanya berupa zat organik, pada pintu masuk pusat pengolahan cair.

(28)

16

11) Sampah khusus, atau sampah yang memerlukan penanganan khusus seperti kaleng dan zat radioaktif.

3. Sumber-sumber Sampah

Menurut Hermawati, dkk (2015) sumber-sumber sampah adalah sebagai berikut:

a. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes)

Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti sisa-sisa makanan baik yang sudah dimasak atau belum, bekas pembungkus baik kertas, plastik, daun, dan sebagainya, pakaian-pakaian bekas, bahan-bahan bacaan, perabot rumah tangga, daun-daunan dari kebun atau taman.

b. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum

Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat-tempat hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas, plastik, botol, daun, dan sebagainya.

c. Sampah yang berasal dari perkantoran

Sampah ini dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan, departemen, perusahaan, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas-kertas, plastik, karbon, klip dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat anorganik, dan mudah terbakar (rubbish).

(29)

d. Sampah yang berasal dari jalan raya

Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari: kertas-kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-onderdil kendaraan yang jatuh, daun-daunan, plastik, dan sebagainya.

e. Sampah yang berasal dari industri (industrial wastes)

Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang berasal dari pembangunan industri, dan segala sampah yang berasal dari proses produksi, misalnya sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastik, kayu, potongan tekstil, kaleng, dan sebagainya.

f. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan

Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya: jerami, sisa sayur-mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah, dan sebagainya.

g. Sampah yang berasal dari pertambangan

Sampah ini berasal dari daerah pertambangan, dan jenisnya tergantung dari jenis usaha pertambangan itu sendiri, maisalnya: batu-batuan, tanah/cadas, pasir, sisa-sisa pembakaran (arang), dan sebagainya.

h. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan

Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini, berupa: kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa makanan bangkai binatang, dan sebagainya.

4. Pengelolaan Sampah

Neolaka (2008) berpendapat bahwa pengelolaan sampah merupakan upaya menciptakan keindahan dengan cara mengolah sampah yang dilaksanakan secara

(30)

18

harmonis antara rakyat dan pengelola atau pemerintah secara bersama-sama. Sedangkan menurut Alex (2012) pengelolaan sampah adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendauran ulang atau pembuangan dari material sampah.

Penyelenggaraan pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga sebagaimana tertuang dalam pasal 19 di dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah terdiri atas pengurangan sampah dan penanganan sampah. Pengurangan sampah yang dimaksud meliputi kegiatan pembatasan timbulan sampah, pendaur ulang sampah, dan pemanfaatan sampah. Pelaku usaha dan masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah harus menggunakan bahan produksi yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin, dapat digunakan ulang, dapat didaur ulang, dan mudah diurai oleh proses alam seperti yang tertuang dalam pasal 20 ayat 3 dan 4.

a. Pengurangan Sampah

Pengurangan sampah, yaitu kegiatan untuk mengatasi timbulnya sampah sejak dari produsen sampah (rumah tangga, pasar, dan lainnya), mendaur ulang sampah dari sumbernya dan/atau di tempat pengolahan, dan daur ulang sampah di sumbernya dan atau di tempat pengolahan.

Pengurangan sampah akan diatur dalam Peraturan Menteri tersendiri, kegiatan yang termasuk dalam pengurangan sampah ini adalah:

1) Menetapkan sasaran pengurangan sampah

2) Mengembangkan Teknologi bersih dan label produk

(31)

4) Fasilitas kegiatan guna atau daur ulang

5) Mengembangkan kesadaran program guna ulang atau daur ulang. b. Penanganan Sampah

Kegiatan penanganan sampah yang dimaksud meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemroresan akhir sampah.

1) Pemilahan Sampah

Pemilahan sampah adalah kegiatan mengelompokkan dan memisahkan sampah sesuai dengan jenis, jumlah dan/atau sifat sampah dengan metode yang memenuhi persyaratan keamanan, kesehatan, lingkungan, kenyamanan, dan kebersihan. Peralatan yang digunakan dalam pemilahan sampah adalah tempat sampah. Adapun persyaratan tempat sampah yaitu: a. Konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor; b. Memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan; c. Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang.

2) Pengumpulan Sampah

Pengumpulan sampah adalah kegiatan pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ketempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu oleh petugas organisasi formal baik unit pelaksana dari Pemerintah Daerah maupun petugas dari lingkungan masyarakat setempat ataupun dari pihak swasta yang telah ditunjuk Pemerintah Daerah. Untuk selanjutnya dipersiapkan bagi proses pemindahan ataupun pengangkutan langsung ke lokasi pengelolaan atau pembuangan akhir. Pengumpulan ini dapat bersifat individual (door to door) maupun pengumpulan komunal.

(32)

20

Pengumpulan individual artinya petugas pengumpulan mendatangi dan mengambil sampah dari setiap rumah tangga atau kantor didaerah pelayanannya. Pola pengumpulan individual ini juga terbagi dua pola pengumpulan yaitu:

a) Pola Individual Langsung

Pengumpulan dilakukan oleh petugas kebersihan yang mendatangi tiap-tiap bangunan/sumber (door to door) dan langsung diangkut untuk dibuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Pola pengumpulan ini menggunakan truk pengangkut.

b) Pola Individual Tidak Langsung

Pengumpulan dilakukan oleh petugas kebersihan yang mendatangi tiap bangunan/sumber sampah (door to door) dan diangkut ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) sebelum dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Kegiatan pengumpulan oleh gerobak sampah.

3) Pengangkutan sampah

Pengangkutan sampah diartikan sebagai kegiatan operasi yang dimulai dari tempat penampungan sementara sampai ketempat pengolahan /pembuangan akhir pada pengumpulan dengan pola individual langsung, atau dari tempat pemindahan, penampungan sementara sampai ketempat pengolahan/ pembuangan akhir pada pola individual tidak langsung.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah mendefenisikan Pengolaan sampah adalah pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan

(33)

sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemprosesan akhir.

C. Kerangka Pikir

Perkembangan fisik suatu wilayah dan pertumbuhan penduduknya merupakan indikator dari perkembangan perekonomian sebuah daerah. Dengan bertambahnya penduduk di suatu wilayah, salah satu dampak yang ditimbulkannya adalah meningkatnya jumlah volume sampah terutama sampah domestik yang bersumber dari permukiman. Peran masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan salah satu strategi dalam menanggulangi kompleksnya permasalahan sampah perkotaan. Jumlah sampah domestik atau sampah yang berasal dari masyarakat menempati porsi terbesar dari keseluruhan sampah perkotaan. Pengelolaan sampah semenjak dari sumbernya oleh masyarakat diharapkan mampu mengurangi volume buangan sampah yang harus dikelola oleh Pemerintah Daerah.

Sinergi antara pemerintah daerah dengan masyarakat merupakan upaya pengelolaan sampah yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah utamanya Dinas Lingkungan Hidup dalam mengatasi permasalahan sampah. Pertumbuhan penduduk yang meningkat cukup signifikan di Kabupaten Enrekang akibat dari pertumbuhan perekonomian yang pesat, berdampak kepada peningkatan volume sampah.

1. Maka dari itu dalam menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini penulis memakai teori Rhodes menjelaskan bahwa Kunci dari berhasilnya sinergi dapat dilihat dari 3 (tiga) aspek mendasar yaitu Pemecahan masalah (Problem

(34)

22

Solveng), Peran Pemerintah (Intergovernment games) dan Jaringan Komunikasi (Netrworking). Melalui aspek sinergi tersebut diharapkan pemerintahan kabupaten Enrekang mampu menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat menuju piala Adipura. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kerangka pikir di bawah ini :

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

D. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah:

1. Pemecahan masalah (Problem Solving)

Penanggulangan sampah di Kabupaten Enrekang

Terciptanya lingkungan hidup yang bersih dan

sehat

Aspek Sinergi menurut Rhodes 1. Pemecahan masalah (Problem Solving) 2. Peran Pemerintah (Intergovernment games) 3. Jaringan Komunikasi Faktor Pendukung 1. adanya regulasi yang mengatur persampahan dan kebersihan 2. adanya organisasi dan manajemen instansi yang bersifar koordinatif 3. adanya pemasukan dana yang di dapt dari retribusi sampah Faktor Penghambat 1. Masih kurangnya sumber daya pengelolaan sampah 2. Masih kurangnya sarana dan prasarana sampah 3. partisipasi masyarakat masih kurang

(35)

2. Peran Pemerintah (Intergovernment games)

3. Jaringan Komunikasi (Netrworking)

E. Deskripsi Fokus Penelitian

1. Pemecahan Masalah (Problem Solving) seperti sistem yang dikenal dengan sistem rute, yaitu sistem pengambilan sampah langsung di tempat (pasar), metode pembangunan sampah dengan system controlled landfill, dan pengumpulan serta pengangkutan dengan sistem clean site.

2. Peran Pemerintah (Intergovernment games) guna meningkatkan peran kelembagaan yang ada pada pemerintah Kabupaten Enrekang serta berusaha mengoptimalkan perilaku/tindakan/usaha mereka masing-masing dan berusaha untuk memaksimalkan keberhasilan dan meminimalkan kegagalan dalam batas-batas perilaku yang dibolehkan dan melihat apa yang terjadi di pasa sentral Enrekang.

3. Jaringan Komunikasi (Networking) yaitu rangkaian terjadinya pertukaran informasi antara pemerintah dan masyarakat sehingga dalam menjalankan tugasnya atau pekerjaan yang dilakukan tidak saling mengharapkan.

(36)

24 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan mulai dari tanggal 18 Agustus hingga 18 Oktober 2019. Dan penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Enrekang. Alasan pemilihan lokasi karena merupakan daerah yang sedang berkembang dengan pertumbuhan laju jumlah penduduk yang meningkat tiap tahunnya yang menyebabkan kepadatan penduduk dan menyempitnya ruang terbuka untuk penghijauan. Hal ini dikarenakan kedudukan Kabupaten Enrekang yang tengah mendorong wilayah Kabupaten Enrekang menjadi lebih berpotensi dalam pengembangan permukiman dan pertumbuhan perekonomian atau keterkaitan pada pasar yang lebih luas. Ketertarikan peneliti mengambil lokasi penelitian karena Kabupaten Enrekang merupakan salah satu Kabupaten yang aktif dalam mencanangkan program pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

B. Jenis dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitian

Berkaitan dengan tujuan penelitian adalah untuk memberikan gambaran mengenai Sinergi pemerintah dan masyarakat dalam penanggulangan persampahan di pasar sentral Enrekang. Maka Peneliti harus menilai secara langsung bagaimana Pemerintah dan Masyarakat Kabupaten Enrekang dalam menaggulangi masalah persampahan yang ada di pasar sentral Enrekang.

(37)

2. Tipe Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan deskriptif penelitian, peneliti bermaksud untuk memberikan suatu gambaran mengenai masalah persampahan yang ada pasar sentral Enrekang

C. Sumber Data

Sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah terdiri dari dua jenis data yaitu:

1. Data Primer

Data primer yaitu untuk mencari data yang akurat yaitu keterangan akurat dari Dinas Lingkungan Hidup Enrekang.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh oleh peneliti secara tidak langsung, yang berupa dokumen-dokumen dan berbagai dokumentasi di Pasar Sentral Enrekang.

D. Informan Penelitian

Untuk diperoleh data untuk kepentingan penelitian serta adanya hasil yang representatif, maka diperlukan informan yang dapat dipahami dan memiliki kaitannya dengan permasalahan yang sedang diteliti. Adapun informan yang dimaksud adalah :

No Nama Informan Inisial Jabatan

1. Ir. Mursalim, MP MR Kepala Dinas

(38)

26

3. Nursia, S.E NS Kepala seksi

permpahan DLH

4. Mustamin Daus MD Kepala UPTD

TPA

5. Sitti Samria, SIP SR Camat Enrekang

6. ILHAM IL Pedagang pasar

sentral Enrekang

7. Hera HR Pedagang pasar

sentral Enrekang

8. Amin Dalle AD Warga Pasar

sentral

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi (Pengamatan)

Observasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai permasalahan sampah yang ada di pasar sentral Enrekang, maka peneliti melakukan observasi. Dimana peneliti mengamati secara langsung lokasi peneliti yaitu Paasar sentral Enrekang guna memperoleh informasi tentang Sinergi Pemerintah dan masyarakat dalam penanggulangan persampahan di pasar sentral Enrekang.

(39)

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan mewawancarai secara langsung informan yang telah ditentukan dengan menggunakan purposive sampling yaitu informan memiliki pemahaman terkait masalah yang diteliti di pasar sentral Enrekang. Kemudian peneliti melakukan wawancara mendalam kepada informan yang mwnjadi objek penelitian.

3. Studi Dokumen

Dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu mengambil gambar, foto, arsip yang bersumber dari Dinas Lingkungan Hidup Enrekang maupun melalui Website dan data online.

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis data secara kualitatif dimana peneliti terjun langsung kelapangan untuk memperoleh data dari awal hingga akhir penelitian. Kemudian data yang telah didapat diolah secara sistematis dan logis, dengan menggambarkan kenyataan dan keadaan yang terjadi pada objek peneliti secara apa adanya, yang diperoleh baik dari subyek peneliti maupun informasi penelitian untuk mendapatkan kesimpulan. Adapun tahap dalam analisis data penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Reduksi Data (data reduction)

Mereduksi data, yaitu dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, peneliti akan merekam semua data yang diperoleh kemudian memilih hal-hal yang pokok dan memfokuskan sesuai dengan fokus penelitian. Dengan demikian, data yang telah direduksi dapat memberikan suatu gambaran

(40)

28

yang lebih jelas mengenai Sinergi Pemerintah dan Masyarakat Dalam Penanggulangan Persampahan di Pasar Sentral Enrekang.

2. Penyajian Data (data display)

Setelah data dirangkum peneliti akan menyajikan data dalam bentuk suatu uraian singkat, bagan, hubungan, antar kategori dan jenisnya, sehingga peneliti akan lebih mudah menjelaskan mengenai hasil yang telah diteliti dan dapat menarik sebuah kesimpulan.

3. Penarikan kesimpulan ( conclution drawing and verification)

Langkah ketiga dari analisis dalam penelitian ini adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Yaitu dari hasil penelitian ini, peneliti memberikan gambaran mengenai Sinergi Pemerintah dan Masyarakat Dalam Penanggulangan Persampahan di Pasar Sentral Enrekang.

G. Pengabsahan Data

Proses pengabsahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi. Triangulasi yaitu sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data penelitian dengan cara membanding-bandingkan antar sumber, teori, maupun metode/teknik penelitian. Ada 3 teknik Triangulasi yaitu sebagai berikut:

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber berarti membandingkan cara mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang di peroleh melalui sumber yang berbeda. Misalnya membandingakan hasil pengamatan dan wawancara, membandingkan apa yang di katakan umum dengan yang di katakan dengan pribadi, membandingkan hsil wawancara dengan dokumen yang ada.

(41)

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kreadibilitas data di lakukan dengan cara menegecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang di peroleh dengan wawancara, lalu di cek dengan observasi dan dokumentasi.

3. Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu di gunakan untuk validasi data yang berkaitan dengan pengecekan data berbagai sumber dengan cara dan berbagai waktu. Perubahan suatu proses dan perilaku manusia perubahan.

(42)

30 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Profil Kabupaten Enrekang

Kabupaten Enrekang termasuk dalam salah satu wilayah dalam provinsi Sulawesi Selatan yang secara astronomis terletak pada 3°14’36”-3°50’00 Lintang selatan dan 119°40’53”-120°06’33” Bujur Timur dan berada pada ketinggian 442mdpl, dengan luas wilayah sebesar 1.786,01. Jarak dari Ibu Kota Provinsi (Makassar ) ke Kota Enrekang dengan menempuh jalan darat sepanjang 235 Km. a. Batas Daerah Kabupaten Enrekang

Secara administratif Kabupaten Enrekang mempunyai batas-batas wilayah yaitu pada sebelah bagian Utara berbatasan dengan Kab. Tanah Toraja dibagian Sebelah Timur berbatasan dengan Kab. Luwu di bagian Sebelah Selatan berbatasan dengan Kab. Sidrap dan di Sebelah bagian Barat berbatasan dengan Kab Pinrang.

Secara setengah dasawarsa memiliki perubahan administrasi pemerintahan baik pada tingkat kecamatan maupun pada tingkat kelurahan/desa yang berawal pada tahun 1995 berjumlah 5 kecamatan dan 54 kelurahan/desa, dan pada tahun 2008 dengan jumlah kecamatan menjadi 12 dan 129 desa/kelurahan.

Secara umum bentuk topografi wilayah Enrekang terbagi atas wilayah perbukitan (karst) yang terbentang di bagian utara dan tengah, lembah-lembah yang curam, sungai, Jenis flora yang banyak ditemukan pohon bitti, pohon hitam Sulawesi, pohon ulin/kayu besi, kayu bayam, kayu kuning. Selain itu terdapat

(43)

juga rotan. Jenis anggrek juga banyak ditemukan dan berbagai jenis tanaman lainnya.

b. Keadaan Penduduk

Adapun jumlah penduduk di Kabupaten Enrekang dibeberapa Kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Kabupaten Enrekang Berdasarkan Jenis Kelamin

No Nama Kecamatan Jenis Kelamin Jumlah Laki-Laki Perempuan 1. Cendana 4254 4579 8833 2. Baraka 11347 11108 22455 3. Buntu Batu 6955 6647 13602 4. Anggeraja 12643 12687 25330 5. Malua 3989 4178 8167 6. Alla 11380 10821 22201 7. Curio 8243 7865 16108 8. Masalle 6593 6288 12881 9. Baroko 5444 5139 10583 10. Enrekang 15727 16494 32221 11. Bungin 2264 2187 4451 12. Maiwa 12358 12424 24782 13. Jumlah Penduduk Kabupaten Enrekang 101.197 100.417 201.649

Sumber: BPS Kabupaten Enrekang, 2019.

c. Visi Misi Kabupaten Enrekang

Enrekang adalah daerah yang memiliki kecukupan potensial yang dapat dilihat dari segi sumber daya alam (SDM), tingkat aksebilitas dukungan sarana dan prasarana yang sungguh memungkinkan dalam mencapai daerah argopolitan

(44)

32

dimana pola pengembangan sektor pertanian selanjutnya akan memberikan efek eksternal terhadap tubuh kembangnya berbagai sektor lainnya seperti industri pengolahan perdagangan, lembaga keuangan dan sebagainya. Pengembangan Daerah argopolitan yang dimaksud yaitu tetap mengarah pada prinsip otonomi dan kemandirian melalui pengembangan interkonektivitas antara daerah baik di Sul-Sel ataupun diluar Sulawesi Selatan. Pengembangan daearah harus dipandang dalam perspektif masa depan sehingga pelaksanaan pembangunan akan selalu ditempatkan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan, susunan pembangunan seperti ini akan menempatkan aspek kelestarian lingkungan sebagai persyaratan utama.

Merupakan sebuah proses untuk dapat mencapai Visi yang telah di tetapkan. Adapun Misi Kab. Enrekang diantaranya:

1) Pilar pendukung perekonomian bagi pengembangan ekonomi Sul-Sel melalui pengembangan dalam berbagai komoditas keunggulang, yang terkhusus pada sektor pertanian.

2) Mengembangkan kerja sama dalam kawasan yang berkaitan dengan fungsional antara daerah agar tetap berada pada semangat kemandirian dan otonomi. 3) Mengembangkan implementasi pembangunan yang lebih menekankan pada

pengembangan Kawasan Timur Enrekang (KTE) dalam rangka mewujudkan keseimbangan pembangunan antara wilayah di Kab. Enrekang.

4) Melakukan penataan tata ruang yang mampu memberikan peluang atas terciptanya struktur ekonomi dan wilayah yang kuat sehingga memungkinkan menculnya interkoneksitas dan antara wilayah.

(45)

5) Mengedepankan norma, nilai budaya tradisional dan keagamaan seperti saling menghormati, keadilan, keterbukaan, kejujuran, semangat gotong royong, dan kerja sama dalam beraktifitas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.

d. Tujuan

Suatu penjabaran pada misi dan bersifat operasional tentang apa yang telah dicapai.

1) Komoditas keunggulan Kab Enrekang mampu memenuhi semua kebutuhan pada pasar lokal. Regional, ataupun kebutuhan untuk diekspor.

2) Pembangunan (SDM) yang menjadi pilar dalam mendukung ekonomi Mayarakat.

3) Tercapai kerja sama antara wilayah dan kawasan pada Kab. Enrekang.

4) Terwujudnya kerja sama antara pemerintah Kab. Enrekang dengan berbagai pihak.

5) Dapat meningkatkan pengolahan potensi dikawasan timur Kabupaten Enrekang.

6) Terwujudnya penyusunan wilayah/kawasan yang berdaya dan berhasil guna. 7) Terwujud peningkatan kesejahteraan sosial

8) Terwujud ketahanan budaya dan spiritual.

9) Terwujud kepemerintahan yang baik partisipatif transparan dan akuntabel. 10) Tercapainya peraturan keamanan dan ketertiban dalam masyarakat. e. Sasaran

(46)

34

Sasaran yaitu penjabaran daripada tujuan yang dapat diukur tentang apa yang akan dicapai ataupun yang dapat dihasilkan. Fokus utama sasaran adalah tindakan dan alokasi sumber daya daerah dalam kegiatan kepemrintahan Kabupaten Enrekang yang bersifat spesifik dapat dinilai, diukur, dan dapat dicapai dengan berorientasi pada hasil yang dapat dicapai dalam waktu 5 (lima) tahun. Sasaran pemerintah Kab. Enrekang antara lain:

1) Meningkatkan daya saing komoditas unggulan Kabupaten Enrekang. 2) Berkembangnya sistem perekonomian dan perdagangan.

3) Meningkatnya sarana dan prasarana fisik pemerintah. 4) Meningkatnya sarana dan prasarana perhubungan. 5) Meningkatnya kemampuan pembiayaan.

6) Meningkatnya kualitas pelaku ekonomi.

7) Terjalinnya kerja sama dengan pihak luar negeri dalam berbagai bidang pembangunan.

8) Terwujudnya pemberdayaan Kecamatan dan Desa/Kelurahan.

9) Meningkatnya kerja sama dengan pemerintah Provinsi dalam berbagai bidang pemerintahan pembangunan dan kemasyarakatan.

10) Meningkatnya kerja sama dengan pemerintah Kabupaten dalam berbagai bidang pembangunan.

11) Meningkatnya kerja sama dalam berbagai bidang.

12) Terwujudnya pemanfaatan lahan sesuai peruntukan atau kesesuain pada lahan.

(47)

14) Meningkat penyelenggaraan pendidikan.

15) Meningkat ketahanan budaya dan kehidupan keagamaan. 16) Meningkatnya status sosial masyarakat.

17) Meningkatnya derajat kesejahteraan masyarakat.

18) Terwujudnya supremasi hukum atau penegakan hukum. 19) Meningkatnya kualitas aparatur.

2. Profil Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kab. Enrekang a. Ruang Lingkup Dinas Lingkungan Hidup Kab. Enrekang

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kab. Enrekang berada dijalan Jendral Sudirman No. 22 Kab. Enrekang, website : dlh.enrekangkab.go.id. Lingkungan hidup Kabupaten Enrekang mempunyai ruang lingkup yang meliputi ruang, tempat/wilayah Pemerintahan sertajuridiksinya. Pegelolaan Lingkungan Hidup berazaskan kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Pengelolaan Lingkungan Hidup bertujuan:

1) Tercegahnya pemanfaatan yang tidak bijaksana terhadap sumberdaya

2) Terpeliharanya prinsip saling menunjang antara semua kegiatan yang memanfaatkan/mendayagunakan sumberdaya alam atas prinsip pembangunan benvawasan lingkungan;

3) Tertanggulanginya semua permasalahan pengrusakan/pencemaran lingkungan hidup yang terlanjur telah terjadi,

(48)

36

4) Terwujudnya kelestarian dan keserasian hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya di Kabupaten untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang.

b. Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kab. Enrekang

Struktur organisasi sesuai peraturan Bupati Enrekang No. 43 Tahun 2016, Gambar 2. Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kab. Enrekang

Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kab. Enrekang, 2019. 3. Profil Pasar Sentral Kabupaten Enrekang

Pasar sentral merupakan pasar Terbesar di Kabupaten Enrekang. Pasar Sentral ini disebut juga dengan pasar Enrekang. Pasar Sentral ini berada pada Kelurahan Juppandang, Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang. Pasar ini beroperasi selama 10 jam mulai dari pukul 06.00 hingga 16.00 WITA. Memiliki luas tanah 19.188 m2 dengan luas bangunan 15.984 m2, memiliki jumlah pedagang sekitar 1103 pedagang. Adapun fasilitas pasar sentral yaitu 195 tokoh/kios, 736 lods, 19 gardu, 2 lahan parkir, 4 toilet umum, 2 mushola, 2 tempat bongkar muatan, 1 ATM.

(49)

Keberadaan pasar sentral tidak lepas dari perkembangan masyarakat dari masa ke masa. Pasar sentral sampai saat sekarang ini tetap menjadi Pasar tradisional, dimana posisi penjual dan pembelinya seimbang dan kegiatan tawar-menawar. Untuk itu pola tawar-menawar yang sudah ada selama ini harus tetap dipertahankan, termasu k segala keunikan pasar yang ada.

B. Sinergi Pemerintah dan Masyarakat dalam Penanggulangan Persampahan di Pasar Sentral Enrekang

Sampah menyebabkan berbagai masalah besar, di antaranya karena jumlahnya kian hari kian besar, pengelolaan yang tidak menyeluruh dari hulu hingga ke hilir dan perilaku masyarakat yang tidak peduli. Ketiga faktor ini yang dapat mengakibatkan sampah tidak hanya berpotensi menyumbat saluran air, tetapi mengundang berbagai bibit penyakit, bahaya pencemaran dan banjir. Di negara-negara maju, sampah sudah menjadi tanggung jawab pemerintah dalam hal pengelolaan dari hilir hingga ke hulu. Dengan dukungan perilaku masyarakat yang peduli dalam hal menangani sampah, maka tidak terjadi hal-hal yang mengkhawatirkan berkenaan dengan sampah. Justru sampah diubah menjadi barang ekonomis untuk berbagai keperluan. Masyarakat dapat hidup sehat dan nyaman, dan pihak pengelola sampah (baik pemerintah ataupun swasta) diuntungkan dengan pengelolaan yang benar.

Pengelolaan sampah di Pasar sentral Enrekang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup, Tata Kota dan Perdesaan pada Bidang Kebersihan melalui Seksi Kebersihan dan Pertamanan. Keterlibatan pihak swasta yang diharapkan

(50)

38

dalam kegiatan operasional persampahan meliputi tahap pemecahan masalah, peran pemerintah dan jaringan komunikasi.

1. Pemecahan Masalah

Kemampuan dalam pemecahan masalah yang diantaranya adalah usaha menemukan urutan yang benar dari alternatif jawaban, sehingga menggerakan kita agar lebih dekat dengan tujuan kita juga proses yang dapat membantu seseorang untuk menemukan apa yang mereka inginkan dan bagaimana mencapainya dengan cara yang paling efektif dengan cara merumuskan masalah, menyusun rencana tindakan, dan melaksanakan tindakan yang mengarah pada penyelesaian masalah.

Sebelum dipaparkan mengenai pemecahan masalah persampahan di pasar sentral Enrekang, dijelaskan terlebih dahulu akan kondisi sampah di pasar sentral Enrekang. Hal ini dijelaskan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Enrekang sebagaimana dalam wawancara beliau yang mengatakan bahwa:

“Masalah sampah yang ada di pasar sentral Enrekang terjadi karena adanya perkembangan jumlah penduduk, maka pertambahan kuantitas dan kualitas sampah juga meningkat. Hasil analisa Dinas Kebersihan menunjukkan bahwa pada tahun 2018 hingga 2019 jumlah sampah di pasar sentral Enrekang hamper mencapai 85,1 m3/hari.” (Wawancara dengan MR, 18 Desember 2019. Lihat pada lampiran).

Kesimpulan dari wawancara dengan kepala Dinas Lingkungan Hidup terkait kondisi sampah di pasar sentral Enrekang disebabkan karena bertambahnya kualitas dan kuantitas penduduk yang ada di sekitar pasar sentral Enrekang sehingga di butuhkan pengelolaan sampah.

(51)

Salah satu pengelolaan sampah di pasar sentral Enrekang melalui system pelayanan persampahan, seperti yang disampaikan oleh Kepala pasar sentral Enrekang yang menyatakan bahwa:

“Sistem pelayanan sampah di pasar sentral Enrekang melalui sistem yang dikenal dengan “sistem rute” yaitu pengambilan sampah langsung di tempat

(pasar), sedangkan metode pembuangan sampah di TPA dilakukan dengan sistem “controlled landfill”. Sesuai dengan pedoman persampahan, maka

sistem ini dipergunakan karena merupakan sistem yang berwawasan lingkungan. Sementara itu kegiatan pengumpulan dan pengangkutan dilakukan dengan sistem “clean site”, yaitu pembersihan dan pengangkutan

sampah secara langsung di pasar.” (Wawancara dengan MS, 19 Desember 2019. Lihat pada lampiran).

Berdasarkan wawancara diatas penulis menarik kesimpulan bahwa dalam penanggulangan persampahan di pasar sental Enrekang memiliki tiga sistem yaitu sistem rute, metode pembuangan sampah dengan sistem “controlled landfill” dan

pengumpulan dan pengangkutan dengan sistem clean site.

Pada saat ini sudah ada sistem yang di lakukan untuk penanggulangan sampah. Hal ini merupakan suatu kebijakan dari pemerintah dinas lingkungan hidup. Namun hal tersebut dibantah oleh Kepala Seksi Persampahan Dinas Lingkungan Hidup yang mengatakan bahwa:

“Pengelolaan sampah di pasar sentral Enrekang masih menerapkan pola konvensional yaitu kumpul-angkut-buang, belum ada proses pemilahan dan pemrosesan sampah. Pola ini belum maksimal untuk mengatasi persoalan sampah, seharusnya dibangun sebuah system dengan menciptakan pola yang bersifat integral dan terpadu antara pemerintah dan masyarakat dengan urutan yang berkesinambungan yaitu penampungan/pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pembuangan/pengolahan, namun hal tersebut belum dapat berjalan sebagaimana mestinya. Hal tersebut disebabkan oleh pemilahan sampah dari sumber berjalan dengan tidak baik, peningkatan timbulan sampah dan rrealisasi anggaran yang belum maksimal”. (Wawancara dengan NS, 18 Desember 2019. Lihat pada lampiran).

(52)

40

Berdasarkan hasil wawancara diatas penulis menarik sebuah kesimpulan bahwa pengelolaan persampahan di pasar sentral Enrekang masih bersifat konvensional yaitu kumpul-angkut-buang, di sebabkan karena pemilan sampah dari sumber berjalan dengan tidak baik, peningkatan timbulan sampah dan realisasi anggaran yang belum maksimal.

Solusi pemecahan persampahan di pasar sentral Enrekang berikutnya berupa sistem pengumpulan sampah. pengumpulan sampah adalah cara atau proses pengambilan sampah mulai dari tempat pewadahan/penampungan sampah dari sumber timbulan sampah sampai ke Tempat Penampungan Sementara (TPS)/stasiun pemindahan atau sekaligus ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Pernyataan tersebut senada dengan hasil wawancara dengan Kepala UPTD TPA yang mengatakan bahwa:

“Adapun upaya yang dilakukan oleh petugas kebersihan agar menjaga kebersihan pasar sentral enrekang yaitu petugas mengangkut sampah dari para pedagang dan mengumpulkannya di tempat pembuangan sementara. Kegiatan ini dilakukan setiap hari agar tidak terjadinya penumpukan sampah di kios/lods pedagang. Serta berupaya memberikan pelayanan yang maksimal kepada pedagang yang mana dalam hal ini meningkatkan pelayanan kebersihan dan keamanan.” (Wawancara dengan MD, 18 Desember 2019. Lihat pada lampiran).

Berdasarkan hasil wawancara diatas penulis menarik kesimpulan bahwa solusi lain yang dilakukan dalam pemecahan sampah di pasar sentral Enrekang berupa pengumpulan sampah di tempat pembuangan oleh petugas kebersihan setiap hari untuk menjaga penumpukan sampah di kios/lods pedagang, serta pemberian pelayanan yang maksimal kepada pedagang.

(53)

Pemecahan persampahan yang tidak kalah pentingnya adalah tersedianya sarana dan prasara sampah seperti yang di sampaikan oleh Camat Enrekang yang mengatakan bahwa:

“Upaya pemerintah dalam pengelolaan sampah pada umumnya adalah menyediakan sarana dan prasarana terkait dengan pengelolaan sampat, termasuk menyediakan, tempat sampah, tempat pembuangan sementara, dan menyediakan alat pengangkut sampah berupa gerobak celeng, gerobak motor, dan armada truk. Adapun lainnya yang tidak kalah penting adalah memberikan edukasi atau pemberdayaan kepada masyarakat terkait dengan masalah pengelolaan sampah. Agar sampah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan kembali.” (Wawancara dengan SR, 20 Desember 2019. Lihat pada lampiran).

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Camat Enrekang bahwa pemecahan sampah di pasar sentral enrekang dengan menyediakan sarana dan prasarana berupa, tempat sampah, tempat pembuangan sementara, dan menyediakan alat pengangkut sampah serta memberikan edukasi atau pemberdayaan kepada masyarakat terkait dengan masalah pengelolaan sampah.

Beberapa hasil wawancara di atas, disimpulkan bahwa meningkatnya jumlah sampah yang ada di pasar sentral Enrekang sebagai akibat dari bertambahnya kualitas dan kuantitas penduduk yang ada di sekitar pasar sentral Enrekang membutuhkan solusi pemecahan pemecahan. Oleh karena itu, solusi pemecahan masalah sampah melalui system pelayanan persampahan dengan tiga system yaitu system rute, metode pembuangan sampah dengan system “controlled landfill” dan pengumpulan dan pengangkutan dengan sistem clean site. Sistem pengumpulan sampah di tempat pembuangan oleh petugas kebersihan setiap hari untuk menjaga penumpukan sampah di kios/lods pedagang dan menyediakan sarana dan prasarana berupa, tempat sampah, tempat pembuangan sementara, dan

(54)

42

menyediakan alat pengangkut sampah serta memberikan edukasi atau pemberdayaan kepada masyarakat.

Hasil tersebut senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Andriani (2011: 7) bahwa sistem pengelolaan sampah di Pasar terdiri dari kegiatan perwadahan, pengumpulan, pengangkutan sampai TPA. Hal ini pula sesuai dengan pendapat Rizal (2011: 164) bahwa ketersediaan sarana dan prasarana dalam rangka pengelolaan kebersihan dan persampahan merupakan suatu hal yang mutlak dimiliki. Mengingat pengelolaan kebersihan dan persampahan merupakan suatu proses manajemen yang harus direncanakan, dilaksanakan dan dikontrol dengan baik, maka sarana dan prasarana sangat menunjang kinerja kegiatan ini.

2. Peran Pemerintah

Negara Indonesia adalah Negara hukum dimana setiap kehidupan berdasarkan pada hukum yang berlaku dasar hukum pengelolaan sampah yang telah diterbitkan oleh pemerintah Kabupaten Enrekang melalui PERDA No. 5 Tahun 2004 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan atas Penyelenggaraan Kebersihan dan Pengelolaan Persampahan. Peran pemerintah dalam penanggulangan sampah di pasar sentral Enrekang diketahui melalui wawancara dengan Kepala Dinas Lingkungan Hidup yang mengatakan bahwa:

“Terdapat PERDA No. 5 tahun 2004 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan atas Penyelenggaraan Kebersihan dan Pengelolaan Persampahan. Peraturan daerah tersebut di antaranya mengatur tentang penyelenggaraan kebersihan lingkungan, ketentuan pembuangan dan pengelolaan sampah, retribusi sampah, serta sanksi hukum yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten. Namun selama ini belum diterapkan sanksi hukum yang tegas kepada masyarakat yang melanggar perda tersebut.” (Wawancara dengan MR, 18 Desember 2019. Lihat pada lampiran).

(55)

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Kepala Dinas Lingkungan Hidup diatas diketahui adanya peraturan daerah yang mengatur tentang penyelenggaraan kebersihan lingkungan, ketentuan pembuangan dan pengelolaan sampah, retribusi sampah, serta sanksi hukum yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten. Hanya saja pengimplementasiannya masih kurang atau belum optimal utamanya kepada pedagang pasar.

Pernyataan tersebut senada dengan pendapat salah seorang pedagang pasar sentral Enrekang yang mengatakan bahwa:

“Saya tahu, peraturannya tidak diperbolehkan membuang sampah sembarangan harus menjaga kebersihan dan mentaati peraturan yang berlaku. Karena ketika tidak diindahkan akan diberi sanksi. Dan diaturan itu juga tertera biaya retribusi sampah yang dibayar tiap bulannya. Hanya saja aturan itu tidak lagi diikuti yang penting sudah bayar iuran ya selesai masalah” (Wawancara dengan IL, 19 Desember 2019. Lihat pada lampiran). Berdasarkan hasil wawancara diatas diketahui bahwa peraturan yang terdapat di pasar sentral Enrekang belum berjalan secara maksimal. Pemerintah selaku penanggung jawab kebersihan sudah mengingatkan untuk tidak membuang sampah secara sembarangan belum ada kewenangan untuk memberikan sangsi kepada para pedagang sedangkan dari pedagang hanya membayar iuran sampah sebagai kewajiban.

Pengelolaan sampah pasar sentral Enrekang dalam kegiatan operasional persampahan meliputi tahap pengangkutan, pengelolaan serta pembuangan akhir, namun sampai saat ini belum ada yang ikut berpartisipasi. Hal ini di sampaikan oleh Kepala Seksi Persampahan Dinas Lingkungan Hidup yang mengatakan bahwa:

(56)

44

“Pengelolaan sampah di pasar sentral Enrekang masih menerapkan pola konvensional yaitu kumpul-angkut-buang, belum ada proses pemilahan dan pemrosesan sampah. Pola ini belum maksimal untuk mengatasi persoalan sampah. seharusnya dibangun sebuah system dengan menciptakan pola yang bersifat integral dan terpadu antara pemerintah dan masyarakat dengan urutan yang berkesinambungan yaitu penampungan/pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pembuangan/pengolahan, namun hal tersebut belum diterapkan di pasar sentral Enrekang”. (Wawancara dengan NS, 18 Desember 2019. Lihat pada lampiran).

Berdasarkan hasil wawancara di atas maka penulis menarik kesimpulan bahwa pengelolaan persampahan di pasar sentral Enrekang masih bersifat konvensional yaitu kumpul-angkut-buang, seharusnya mengikuti prosedur berkesinambungan yaitu penampungan/ pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pembuangan/pengolahan sehingga mampu mengatasi persoalan sampah.

Keberhasilan pengelolaan sampah tidak bisa hanya bertumpu pada peran pemerintah saja, akan tetapi perlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah dapat menjadi kunci keberhasilan dalam pengelolaan sampah. Masyarakat sebagai sumber penghasil sampah rumah tangga, harus turut membantu pemerintah dalam pengelolaan persampahan. Hal ini disampaikan oleh Kepala UPTD TPA yang mengatakan bahwa:

“Bentuk partisipasi yang dapat dilakukan pedagang adalah dengan menaruh sampah pada wadah tertutup, sehingga tidak menjadi sumber lalat atau binatang lain dan tidak menimbulkan bau. Selain itu, masyarakat dapat berperan dengan tidak membuang sampah sembarangan, tidak membuang sampah di sungai, dapat memilah sampah organik dan anorganik saat membuang sampah.” (Wawancara dengan MD, 18 Desember 2019. Lihat pada lampiran).

Wawancara di atas diketahui bahwa persoalan sampah di pasar sentral Enrekang bukan menjadi beban sepenuhnya oleh pemerintah, akan tetapi

Gambar

Tabel 2. Jumlah Penduduk Kabupaten Enrekang Berdasarkan Jenis Kelamin ...32
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir .......................................................................21  Gambar 2
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Tabel 2. Jumlah Penduduk Kabupaten Enrekang Berdasarkan Jenis Kelamin  No  Nama Kecamatan  Jenis Kelamin  Jumlah  Laki-Laki  Perempuan  1

Referensi

Dokumen terkait