• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IX ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN SAMOSIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IX ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN SAMOSIR"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IX

ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

DI KABUPATEN SAMOSIR

Perekonomian nasional sangat berpengaruh terhadap perekonomian daerah baik pada lingkup daerah propinsi maupun daerah Kabupaten/Kota. Hubungan perekonomian daerah dan nasional ini terkait dengan aliran dana dari pemerintah pusat ke daerah sebagai bentuk investasi pembangunan oleh pemerintah. Bila perekonomian nasional tumbuh dengan pertumbuhan yang tinggi, berpengaruh terhadap pendapatan nasional yang dialokasikan ke dalam APBN. Jika kondisi pendapatan nasional meningkat berarti dana yang tersedia untuk dibagikan ke daerah akan lebih besar. Aliran dana dari pusat ke daerah ini menjadi bagian dari investasi pembangunan, dimana bagian investasi pembangunan yang lain bersumber dari dunia usaha atau kalangan swasta. Investasi yang semakin besar akan meningkatkan produksi barang dan jasa sehingga pada akhirnya nanti akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi di daerah. Sebaliknya jika perekonomian nasional menghadapi krisis yang berkepanjangan maka dampak krisis itu akan sampai pada daerah-daerah. Kesulitan ekonomi akibat krisis, daya beli yang menurun, tingkat pengangguran dan kemiskinan yang cenderung meningkat di masa krisis itu akan melemahkan laju pertumbuhan ekonomi. Proses pemulihan ekonomi yang dilaksanakan secara nasional juga berangsur-angsur menumbuhkan kembali perekonomian di daerah.

Pertumbuhan ekonomi negatif pada saat dan pasca krisis mulai dapat ditingkatkan menjadi pertumbuhan ekonomi yang positif. Kinerja ekonomi yang semakin membaik itu ditandai dengan semakin bergairahnya perekonomian nasional yang antara lain ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,35 persen. Kinerja perbaikan ekonomi nasional ini telah membawa dampak kemajuan pada perekonomian regional. Dalam rangka mencapai target kinerja daerah yang telah ditentukan, kerangka pendanaan menjadi bagian sangat penting, memberikan fakta dan analisis terkait perkiraan sumber-sumber pendapatan dan besaran pendapatan dari sektor-sektor potensial, perkiraan kemampuan pembelanjaan dan pembiayaan untuk pembangunan tahun 2015. Kerangka pendanaan ini menjadi basis kebijakan anggaran untuk mengalokasikan secara efektif dan efisien dengan perencanaan anggaran berbasis kinerja. Fakta dan analisa yang diberikan terkait rancangan kerangka ekonomi tahun 2015 diharapkan akan mempu menjembatani fungsi perencanaan dan penganggaran yang efektif dalam mengawal pencapaian target kinerja pembangunan maupun menyelesaikan permasalahan dan isu-isu strategis yang telah terindentifikasi di Kabupaten Samosir.

Berdasarkan kondisi perekonomian makro tahun 2012, Provinsi Sumatera Utara masih tumbuh relatif baik, hal ini ditandai dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 6,22%, PDRB Atas Dasar Harga Berlaku sebesar Rp.351.118,16 miliar, PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 sebesar Rp.134.463,95 miliar. Pencapaian tingkat inflasi Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012 mencapai 7,07%, tingkat inflasi ini meningkat dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2011 yang mencapai 6,63%. Adapun kondisi Nilai Tukar

(2)

Petani (NTP) Kabupaten Smosir pada tahun 2013 mencapai sebesar 100,14 kondisi ini berada dibawah capaian tahun 2012 yang mencapai 100,71.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Samosir Tahun 2012 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 adalah sebesar 6,07%, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2011 yang berada pada angka 5,96%. Sedangkan perkiraan pertumbuhan PDRB tahun 2013 Kabupaten Samosir adalah sebesar 6,52% dan perkiraan pertumbuhan PDRB tahun 2014 adalah sebesar 6,83%. Dinamika perekonomian makro Kabupaten Samosir selama tahun 2012 telah mengakibatkan adanya pergeseran peranan antar sektor. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan distribusi persentase PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011 dan 2012. Sektor-sektor yang mengalami peranan yang meningkat adalah sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan dan sektor jasa. Sektor yang peranannya menurun adalah sektor pertanian dan sektor bangunan dan sektor yang peranannya menetap adalah sektor pertambangan dan penggalian.

Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor bangunan dan sektor listrik, gas dan air bersih yaitu sama-sama sebesar 10,55%, disusul oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 10,27%, sektor pertambangan dan penggalian 8,59%, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 7,24%, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 6,75%, sektor jasa-jasa 6,74, sektor pertanian sebesar 5,66%, dan sektor industri pengolahan sebesar 4,04%.

PDRB perkapita merupakan gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil dari proses produksi. Berdasarkan PDRB Perkapita maka pemerintah daerah mendapatkan gambaran tentang perkembangan kesejahteraan masyarakat di daerahnya sehingga langkah-langkah konkrit yang mengarah kepada perkembangan perekonomian penduduk dapat dilakukan secara lebih terarah. Dilihat dari PDRB per Kapita, pada 5 (lima) tahun terakhir, pertumbuhan PDRB per Kapita Kabupaten Samosir berdasarkan harga konstan telah mengalami pertumbuhan dari Rp.7.864.480,- pada tahun 2008 menjai Rp. 9.784.130,- pada tahun 2012 dengan persentase pertumbuhan rata-rata sebesar 5.35%. Sementara PDRB per kapita berdasarkan harga berlaku mengalami peningkatan dari Rp.11.480.160,- pada tahun 2008 menjadi Rp.16.610.100,- di tahun 2012 dengan rata-rata persentase pertumbuhan sebesar 9,30%.

Beberapa tantangan yang diperkirakan masih akan dihadapi dan yang perlu dibenahi pada tahun 2015 adalah:

a) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dengan mengembangkan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi dominan, yang bertumpu pada peran ekonomi, kesehatan dan pendidikan. Pertumbuhan ekonomi dengan percepatan yang lebih tinggi, terjaganya stabilitas ekonomi makro. Dengan pembenahan yang sungguh-sungguh pada sektor riil, diharapkan akan dapat mendorong peningkatan investasi dan menciptakan lapangan kerja yang lebih luas dengan fokus utama untuk menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan. Dalam hal ini diperlukan strategi kebijakan yang tepat dengan

(3)

menempatkan prioritas pengembangan pada sektor-sektor yang mempunyai efek pengganda tinggi dalam menciptakan kesempatan kerja.

b) Menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif merupakan tantangan yang cukup berat karena ini menyangkut beberapa peraturan baik tingkat pusat maupun daerah. Perbaikan iklim investasi perlu dilakukan pemerintah daerah dengan mensikapi atas perbaikan di bidang peraturan perundang-undangan di daerah, perbaikan pelayanan dan penyederhanaan birokrasi.

c) Menyediakan infrastruktur yang cukup dan berkualitas. Hal ini merupakan prasyarat agar dapat mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi dan berkelanjutan. Ketersediaan infrastruktur yang tidak memadai akan menjadi kendala bagi masuknya investasi.

d) Meningkatkan daya saing ekspor daerah, untuk mencapai peningkatan pertumbuhan nilai ekspor. Pertumbuhan ekspor akan mempengaruhi keberlangsungan usaha dan perekonomian daerah sehingga dapat mempertahankan ketersediaan lapangan kerja bahkan mungkin dapat menambah lapangan kerja.

e) Meningkatkan partisipasi swasta melalui kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan swasta ( public-private partnership). Tantangan ini menjadi cukup penting karena terbatasnya sumber daya pemerintah dalam pembiayaan pembangunan, terutama terkait dengan efisiensi pembiayaan investasi dan penyediaan infrastruktur yang bervariasi dan berkualitas.

f) Membangun promosi bersama (joint marketing) dalam memasarkan potensi daerah dengan melalui kerjasama pemerintah dengan pemerintah, dan pemerintah dengan swasta serta masyarakat.

g) Pada tahun 2015 mendatang, Kabupaten Samosir akan melaksanakan PILKADA yang ketiga kalinya sejak pemekaran Kabupaten Samosir dari Kabupaten Tobasa.

9.1 Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya

Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.

Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004.

Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang

(4)

dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005.

Tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan Bidang Cipta Karya khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007.

Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011.

Tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:

a. Total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun sebelumnya;

b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5%;

c. Persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

d. Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah; e. Pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD. 6. Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005.

Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 dan Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

(5)

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006.

Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:

a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja TidakLangsung.

c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran. 8. Peraturan Menteri PU Nomor 15 Tahun 2010.

Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur 9. Peraturan Menteri PU Nomor 14 Tahun 2011.

Tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang merupakan Kewenanangan Pemerintah dan dilaksanakan sendiri.

9.2 Profil APBD Kabupaten Samosir

Sistem pengelolaan keuangan atau sistem penganggaran pemerintah termasuk didalamnya pemerintah daerah juga mengalami reformasi dan penguatan dengan terbitnya Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Struktur Pendapatan daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang baru tersebut terdiri dari: (1) Pendapaan Asli Daerah, (2) Dana Perimbangan, dan (3) Lain-lain Penerimaan yang sah. Pendapatan Asli Daerah, terdiri dari: (1) Pajak Daerah, (2) Retribusi Daerah, (3) Bagian Laba BUMD, dan (4) Lain-lain PAD yang sah. Dana Perimbangan terdiri dari: (1) Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, (2) Dana Alokasi Umum (DAU), dan (3) Dana Alokasi Khusus (DAK).

Rasio perbandingan antara jumlah realisasi dan anggaran pendapatan daerah atau sering disebut sebagai rasio pengumpulan (collection ratio) menunjukkan bahwa upaya penggalian pendapatan daerah masih belum efisien dan efektif. Hal itu nampak pada rasio pengumpulan pendapatan daerah yang rata-rata masih di bawah 100 persen, artinya realisasi belum dapat melampauai target yang direncanakan. Pengelolaan dan pengembangan pendapatan daerah terutama yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah masih menghadapi beberapa permasalahan antara lain:

a. Penentuan target atau anggaran pendapatan dari tahun ke tahun lebih didasarkan pada kaidah incremental (dinaikkan persentase tertentu dari pencapaian tahun sebelumnya), dan kurang didasarkan pada kondisi potensi masing-masing jenis pendapatan;

b. Ketersediaan dan pengelolaan data base potensi untuk masing-masing jenis pendapatan masih belum optimal dilakukan oleh masing-masing instansi/dinas penghasil;

c. Penilaian tingkat keberhasilan dan kinerja instansi/dinas penghasil lebih pada ukuran rasio pengumpulan (collection ratio), dan kurang dipadukan dengan rasio cakupan (coverage ratio), sehingga tingkat keberhasilan yang didapatkan masing-masing instansi masih relative semu;

d. Upaya peningkatan dan pengembangan pendapatan lebih dianggap sebagai kegiatan rutin yang dilakukan oleh masing-masing instansi/dinas penghasil, dan bukan merupakan program atau kegiatan yang dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan dari waktu ke waktu;

(6)

e. Upaya peningkatan dan pengembangan pendapatan masih sering terkendala dengan upaya peningkatan dan pengembangan perekonomian, sehingga karena alasan agar tidak terjadi kontra produktif terhadap dunia usaha, upaya peningkatan pendapatan lebih dikesampingkan.

Berikut ini tabel Perkembangan Pendapatan Daerah Kabupaten Samosir tahun 2011-2013. Tabel 9.1 Perkembangan Pendapatan Daerah Di Kabupaten Samosir Tahun 2011-2014

Pendapatan Daerah Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014

Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % Pendapatan Asli Daerah 14.201.579.771 3,81 17.459.630.442 4,2 26.661.345.860 5,5 23,773,378,763.00 3.96 Pajak Daerah 5.016.902.831 1,35 3.663.739.163 0,9 5.893.394.976 1,2 4,810,000,000.00 0.80 Retribusi Daerah 3.821.866.831 1,03 7.576.136.047 1,8 9.395.054.099 1,9 13,813,378,763.00 2.30 Hasil Pengelolaan 1.063.464.285 0,29 1.556.240.369 0,4 1.614.100.906 0,3 1,650,000,000.00 0.28 Lain-Lain PAD 4.299.345.824 1,15 4.663.514.863 1,1 9.758.795.879 2,0 3,500,000,000.00 0.58 Dana Perimbangan 334.265.150.028 89,66 380.799.446.952 97,1 441.138.043.294 90,8 502,385,990,399.00 83.74 Dana Bagi Hasil 15.653.056.028 4,20 21.542.247.952 5,2 22.829.863.294 4,7 14,065,575,399.00 2.34 Dana Alokasi Umum 282.988.294.000 75,90 331.412.601.000 79,8 384.760.680.000 79,2 441,619,455,000.00 73.61 Dana Alokasi Khusus 35.623.800.000 9,55 27.844.598.000 6,7 33.547.500.000 6,9 46,700,960,000.00 7.78 Lain-Lain Pendapatan 24.363.218.505 6,53 17.137.370.626 4,1 17.768.612.007 3,7 73,795,607,159.00 12,3

Pendapatan Hibah 0 0,00 0 - 0 - 0 -

Dana Darurat 0 0,00 0 - 0 - 0 -

DBH Pajak dari Pemda 0 0,00 5.901.201.102 1,4 15.193.512.218 3,1 7,016,309,367.00 1,17

Dana Penyesuaian 4.455.000.000 1,19 0 - 0 - 0 -

Bantuan Keuangan 19.531.593.957 5,24 10.907.620.000 2,6 2.273.810.000 0,5 57,062,051,000.00 1,62 Pendapatan Lainnya 9.531.593.957 0,10 328.549.524 0,1 301.289.789 0,1 9,717,246,792.00 9,51 Total Pendapatan 372.829.948.304 100 415.396.448.020 100 485.568.001.161 100 599,954,976,321.00 100

Sumber: Bappeda Kabupaten Samosir, diolah

Gambar 9.1 Perkembangan Pendapatan Daerah Di Kabupaten Samosir Tahun 2011-2014

3,81 4,2 5,5 3,96 89,66 97,1 90,8 83,74 6,53 4,1 3,7 12,3 0 20 40 60 80 100 120 2011 2012 2013 2014 P e n d ap at an D ae ra h ( % )

Grafik 9.1 Perkembangan Pendapatan Daerah Di

Kabupaten Samosir Tahun 2011-2014

Lain-Lain Pendapatan Dana Perimbangan Pendapatan Asli Daerah

(7)

9.2.1 Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah merupakan penerimaan uang melalui kas rekening kas umum daerah yang menambah ekuitas dana lancar sebagai hak pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah Kabupaten Samosir terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan lain-lain PAD. Kondisi umum masing-masing sumber pendapatan daerah Kabupaten Samosir adalah sebagai berikut:

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Samosir terdiri dari: Pajak Daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Kondisi perkembangan keuangan di Kabupaten Samosir dilihat dari 3 (tiga) tahun terakhir saja dari tahun 2011-2013. Berdasarkan tabel 9.1 menunjukkan bahwa pendapatan daerah mengalami trend naik turun setiap tahunnya. Untuk pendapatan pajak daerah dalam tiga terahkir ini mengalami trend naik turun, mengalami penurunan pada tahun 2012 dan pada tahun 2013 mengalami kenaikan. Untuk retribusi daerah setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Untuk mencapai pertumbuhan PAD tahun 2010-2015, pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) diarahkan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah sebagai sumber pembiayaan pembangunan dengan strategi sebagai berikut:

1) Memenuhi asumsi ekonomi makro daerah, meliputi pertumbuhan PDRB dipertahankan berada pada kisaran 5% per tahun serta tingkat pendapatan per kapita masyarakat 6% per tahun;

2) Melakukan intensifikasi pemungutan pajak dan retribusi dengan cara memaksimalkan operasional pemungutan dan mengurangi kebocoran saat pemungutan mengkaji ulang terhadap jumlah pajak yang ada;

3) Mengadakan ekstensifikasi pajak dan retribusi daerah dengan menciptakan sumber-sumber penerimaan baru;

4) Meningkatkan efisiensi pengelolaan PAD;

5) Meningkatkan intensifikasi dan efektifitas pengelolaan PBB-P2.

b. Dana Perimbangan

Dana Perimbangan Kabupaten Samosir terdiri dari: Bagi Hasil Pajak,Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam;Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Perkembangan Dana Perimbangan yang diterima Kabupaten Samosir selama 3 (tiga) tahun terakhir adalah sebagai berikut: Dari tabel di atas menunjukkan bahwa penerimaan dari bagi hasil pajak selama 3 (tiga) tahun terakhir mengalami fluktuasi. Hal ini dikarenakan sumber ini merupakan penerimaan dari Pemerintah Pusat sehingga sangat tergantung dengan proporsi capaian pajak-pajak pusat. Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah alokasi dari APBN kepada Provinsi/Kabupaten dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Pemerintahan Daerah dan sesuai dengan Prioritas Nasional. DAK Kabupaten Samosir pada tahun 2011 sebesar Rp.38.623.800.000 mengalami penurunan pada tahun 2012 menjadi Rp.27.844.598.000,- dan mengalami kenaikan kembali pada tahun 2013 sebesar Rp.33.547.500.000,-. Dana Alokasi Umum (DAU) adalah sejumlah dana yang dialokasikan kepada setiap Daerah Otonom

(8)

(Provinsi/Kabupaten/Kota) di Indonesia setiap tahunnya sebagai dana pembangunan. DAU merupakan salah satu komponen belanja pada APBN, dan menjadi salah satu komponen pendapatan pada APBD. DAU Kabupaten Samosir selama 3 (tiga) tahun terakhir ini mengalami peningkatan pertahunnya.

c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Dana lain-lain pendapatan daerah yang sah terdiri dari: pendapatan hibah, Bagi Hasil Pajak dari Provinsi;Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus; Pendapatan Lainnya. Perkembangan Dana Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Kabupaten Samosir selama lima tahun terakhir adalah sebagai berikut: Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Keuangan dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya Pendapatan ini terdiri dari bagi hasil pajak dari Provinsi dan bagi hasil kelebihan muatan dari Provinsi. Penerimaan bagi hasil pajak dari Provinsi selama 3 (tahun) tahun terakhir adalah sebagai berikut:

Peningkatan pendapatan daerah ditempuh dengan kebijakan sebagai berikut:

1. Peningkatan Pendapatan Daerah dengan menggali dan mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan yang sesuai dengan kewenangan daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah; 2. Peningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola pendapatan daerah;

3. Peningkatan pendayagunaan kekayaan daerah sebagai sumber pendapatan daerah; 4. Peningkatan pelayanan pajak dan non pajak kepada masyarakat;

5. Peningkatan sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan pendapatan daerah;

6. Peningkatan koordinasi dalam pengelolaan pendapatan daerah Peningkatan PAD di tempuh dengan melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi terhadap sumber-sumber pendapatan. Intensifikasi dikaitkan dengan usaha untuk melakukan pungutan yang intensif, yaitu secara ketat, giat dan teliti, sedangkan ekstensifikasi berhubungan dengan usaha untuk menggali sumber-sumber pendapatan baru. Upaya yang dilakukan, antara lain: penelitian potensi PAD, pembebasan sanksi administrasi berupa denda dan bunga, mendekatkan pelayanan kepada wajib pajak, penagihan pajak daerah dengan strategi ketuk pintu (door to door).

9.2.2 Belanja Daerah

Berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, belanja daerah terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja langsung. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang tidak terkait dengan kegiatan, sedangkan Belanja Langsung merupakan belanja yang terkait langsung dengan program/kegiatan. Belanja tidak langsung meliputi belanja pegawai, belanja bunga, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil kepada kabupaten/kota dan pemerintah desa, belanja bantuan keuangan kepada kabupaten/kota dan pemerintah desa dan belanja tak terduga. Belanja langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa dan belanja modal. Selain itu belanja daerah juga dibagi dalam belanja untuk urusan wajib dan belanja untuk urusan pilihan. Arah Kebijakan Belanja Daerah Kabupaten Samosir adalah sebagai berikut:

(9)

1. Belanja daerah diprioritaskan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan.

2. Belanja dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.

3. Belanja daerah disusun berdasarkan dengan pendekatan skala prioritas yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input dan ouput yang direncanakan. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta memperjelas efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran.

4. Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam rangka melaksanakan urusan pemerintah daerah yang menjadi tanggung jawabnya. Peningkatan alokasi anggaran belanja yang direncanakan oleh setiap SKPD harus terukur yang diikuti dengan peningkatan kinerja pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

5. Merasionalkan pengeluaran atau belanja secara adil dan dapat dinikmati hasilnya secara proporsional oleh masyarakat luas dengan menyusun anggaran berbasis kinerja.

Perkembangan Belanja Daerah Kabupaten Samosir selama 3 (tiga) tahun terakhir dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 9.2 Perkembangan Belanja Daerah Kabupaten Samosir Tahun 2011-2014

Belanja Daerah Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014

Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % Belanja Tidak Langsung 227.082.473.211 54,1 243.366.793.193 60,7 64.621.172.548 21,2 302,792,031,677.00 46.41 Belanja Pegawai 215.778.403.867 54,1 235.652.116.038 58,8 55.611.678.248 18,3 273,188,607,824.00 41.87 Belanja Bunga 0 - 0 - 0 - 0 - Belanja Subsidi 0 - 0 - 0 - 0 - Belanja Hibah 9.655.794.500 2,3 5.191.661.530 1,3 650.329.000 0,2 1,650,000,000.00 0.25 Belanja Bansos 1.457.974.644 0,3 1.774.666.000 0,4 4.956.350.000 1,6 5,110,000,000.00 0.78 Belanja bagi hasil

kepada provinsi/ kabupaten/ kota dan pemerintah desa 0 - 0 - 0 - 971,200,000.00 0.15 Bantuan Pemda Lain 0 - 0 - 3.343.815.300 1,1 19,872,223,853.00 3.05 Belanja Tidak Terduga 190.300.200 0,0 748.349.625 0,2 59.000.000 0,0 2,000,000,000.00 0.31 Belanja Langsung 192.630.489.586 45,9 157.463.757.017 39,3 239.560.126.409 78,8 349,632,944,644.00 53.59 Belanja Pegawai 0 - 0 0 - 25,550,464,330.00 3.92

Belanja Barang dan

Jasa 72.934.529.337 17,4 72.040.092.664 18,0 77.120.396.142 25,4 121,418,980,195.00 18.61 Belanja Modal 119.695.960.249 28,5 85.423.664.353 21,3 162.439.730.267 53,4 202,663,500,119.00 31.06 Total Belanja 419.712.962.797 100 400.830.550.210 100 304.181.298.957 100 652,424,976,321.00 100

(10)

Gambar 9.2 Perkembangan Belanja Daerah Kabupaten Samosir Tahun 2011-2014

9.2.3 Pembiayaan

Pembiayaan daerah terdiri dari Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan. Penerimanaan Pembiayaan terdiri dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SILPA), Pencairan Dana Cadangan, Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, Penerimaan Pinjaman Daerah, Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman, Penerimaan Piutang Daerah dan Penerimaan Kembali Penyertaan Modal Daerah. Sedangkan Pengeluaran Pembiayaan terdiri dari Pembentukan Dana Cadangan, Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah, Pembayaran Pokok Utang dan Pemberian Pinjaman Daerah dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Anggaran Berjalan (SlLPA). Pembiayaan daerah merupakan pembiayaan yang disediakan untuk menganggarkan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun berikutnya.

Arah kebijakan anggaran pembiayaan tahun mendatang ditujukan bagi keberlangsungan roda pemerintahan dengan harapan tidak membebani dan tidak menganggu likuiditas keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Samosir. Hal itu penting karena di masa yang akan datang sumber-sumber penerimaan relative semakin terbatas, sementara tuntutan kebutuhan kegiatan pelayanan, penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan semakin meningkat dari waktu ke waktu. Sementara itu kegiatan-kegiatan yang terus meningkat sesuai tuntutan kebutuhan pelayanan dan penyelenggaran pemerintahan serta pembangunan membawa konsekuensi harus tersedia jumlah dana yang cukup besar. Untuk itu disamping perlunya memperkuat posisi dana cadangan, perlu upaya-upaya mengatasi keterbatasan dana dengan antara lain perlu pemikiran adanya pengembangan potensi sumber keuangan daerah dan kerjasama dengan pihak ketiga. Perkembangan Pembiayaan Daerah Kabupaten Samosir selama 3 (tiga) tahun terakhir dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

54,1 60,7 21,2 46,41025 45,9 39,3 78,8 53,58975 0 20 40 60 80 100 120 2011 2012 2013 2014 Be la n ja D ae ra h ( % )

Grafik 9.2 Perkembangan Belanja Daerah Kabupaten Samosir

Tahun 2011-2014

Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung

(11)

Tabel 9.3 Perkembangan Pembiayaan Daerah Kabupaten Samosir Tahun 2011-2013

Sumber: Bappeda Kabupaten Samosir Tahun 2011-2013 (data tidak lengkap)

Permasalahan utama pada kondisi keuangan Pemerintah Kabupaten Samosir:

a. Kecilnya potensi PAD, yang menyebabkan ketergantungan Pemerintah Daerah kepada Dana Perimbangan;

b. Secara teknis penentuan target PAD oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) belum didasarkan pada potensi pendapatan yang ada;

c. Keterlambatan informasi dan penyaluran Dana Perimbangan dan Bagi Hasil sehingga belum dapat ditepatinya pencairan Dana Perimbangan dan Bagi Hasil;

d. Beberapa target PAD utamanya pada lain-lain PAD tidak dapat terealisasi karena terkait dengan permasalahan yang melingkupinya dan memerlukan langkah-langkah pemecahan masalah secara komprehensif;

e. Beberapa perusahaan daerah masih memerlukan peningkatan manajemen pengelolaan sehingga dapat memberikan kontribusi kepada PAD;

f. Perlu upaya intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan retribusi daerah dengan memperhatikan keseimbangan dengan potensi yang ada;

g. Perlu adanya upaya penggalian sumber-sumber pendapatan daerah yang baru dengan tetap memperhatikan kemampuan masyarakat dan potensi yang ada serta tidak memberatkan dunia usaha dan masyarakat;

h. Dalam hal pelayanan perlu ditempuh melalui penyederhanaan sistem dan prosedur administrasi pajak dan retribusi daerah serta meningkatkan ketaatan wajib pajak dan pembayar retribusi daerah.

i. Pada tahap perencanaan masih dijumpai beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menyusun Rencana Kerja dan Anggaran SKPD belum sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD dan perencanaan strategis daerah serta masih ditemukan adanya ketidaksesuaian antara target kinerja yang akan dicapai dengan perincian kegiatan dan anggaran yang akan dilaksanakan. Demikian juga dalam hal penetapan target kinerja keluaran (output) dan hasil (output) tidak jelas indikator capaian kinerjanya.

Pembiayaan Daerah Rp Tahun 2011 % Rp Tahun 2012 % Tahun 2013 Rp %

Penerimaan Pembiayaan

Penggunaan SILPA 47.240.099.424 - 9.331.373.929 - 63.427.903.952 -

Pencairan Dana Cadangan - - - -

Hasil Penjualan Kekayaan Daerah - - - -

Penerimaan - - - -

Pinjaman dan Obligasi Daerah - - - -

Penerimaan Kembali 40.151.509.000 - 31.056.304.000 - 30.001.000.000 -

Piutang Daerah - - - -

Pengeluaran Pembiayaan

Pembentukan Dana Cadangan - - - -

Penyertaan Modal 632.875.666 - 471.457.315 - 1.451.333.671 -

Pembayara Pokok Pinjaman 204.382.000 - 208.584.000 -

Pemberian - - - -

(12)

j. Pada tahap pelaksanaan, umumnya terkendala pada ketersediaan waktu pelaksanaan khususnya pada pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditetapkan pada APBD Perubahan.

9.3 Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

Belanja Modal Bidang PU/Cipta Karya adalah belanja yang digunakan untuk mendukung kegiatan pembangunan Bidang PU/Cipta Karya. Kegiatan pembangunan Bidang PU/Cipta Karya di Kabupaten Samosir mulai dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 mengalami peningkatan.

9.3.1 Perkembangan Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya Bersumber dari APBN dalam 4 Tahun Terakhir

Pemerintah Kabupaten Samosir memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan Bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Bidang Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Bidang Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada. Perkembangan pembanunan Bidang Cipta Karya setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Berikut perkembangan pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Samosir.

Tabel 9.4 Tabel APBN Bidang Cipta Karya di Kabupaten Samosir Tahun 2011 - 2014

Sektor Alokasi

Tahun 2011 Tahun 2012 Alokasi Tahun 2013 Alokasi Tahun 2014 Alokasi

(1) (2) (3) (4)

Sanitasi

- Air Limbah Domestik 0 0 0

- Sampah rumah tangga 40.000.000 110.000.000 110.000.000 40.000.000

- Drainase perkotaan 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000

Dana Alokasi Khusus

- DAK Sanitasi 1,115,950,000 866,473,000 817,135,000 1.066.070.000

- DAK Lingkungan Hidup 853,380,000 976,404,000 1,002,573,000 1,431,947,000

- DAK Perumahan dan Permukiman 0 0 0 0

Total 2,039,330,000 1,982,877,000 1,959,708,000 2,568,017,000 Sumber: Bappeda Kabupaten Samosir

9.4 Proyeksi dan Rencana Investasi Bidang Cipta Karya

Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan Bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPI2-JM) maka dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama pemerintah dan swasta.

9.4.1 Proyek APBD 5 Tahun Ke Depan

Proyeksi APBD dalam 5 (lima) tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap Bidang Cipta Karya

(13)

dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.

(14)

Tabel 9.5 Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan

Komponen APBN Realisasi

% Pertumbuhan Proyeksi 2011 2012 2013 2015 2016 2017 2018 2019 (1) (2) (3) (4) (6) (7) (8) (9) (10) (11) 1. Pendapatan Asli 14.201.578.951,58 17.459.630.442,98 26.661.345.261,12 0.64 32.984.716.639,30 54,152,177,248.47 88,903,546,840.11 145,956,100,795.09 239,621,298,772.48 2. Dana Perimbangan - DAU 282.988.294.000,00 331.412.601.000,00 384.760.680.000,00 0.16 463,700,427,750.00 537,871,858,628.11 623,907,417,355.32 723,704,836,359.77 839,465,400,797.19 - DBH 693.891.405,00 3.417.694.732,00 6.347.259.605,00 0.20 19,000,000,000.00 22,800,000,000.00 27,360,000,000.00 32,832,000,000.00 39,398,400,000.00 - DAK 35.623.800.000,00 27.844.598.000,00 33.547.500.000,00 0.10 65,381,344,000.00 71,633,522,056.86 78,483,572,963.43 85,988,669,106.86 94,211,450,059.92 3. Lain Lain Pendapatan

yang Sah 60.795.505.585,00 44.613.176.626,00 57.381.027.507.00 0.15 85,644,955,383.70 98,757,363,365.08 113,877,306,318.01 131,312,141,721.60 151,416,284,078.24 Total APBD 1,764,635,586,148.00 396,903,102,800.98 475,150,312,373.12 666,711,443,773.00 819,405,967,045.82 1,076,118,122,180.56 1,599,720,021,137.63 2,862,747,602,267.89

Sumber: Bappeda Kabupaten Samosir, diolah

Catatan, Realisasi tahun 2014 belum ada data. Proyeksi ini mengacu pada APBD tahun 2014.

Tabel 9.6 Proyeksi Besaran Pendanaan Sanitasi Ke Depan

No Uraian Perkiraan Belanja Murni Sanitasi (Rp.) Total Pendanaan

2015 2016 2017 2018 2019

1 Perkiraan Belanja Langsung 367,114,591,876 385,470,321,470 404,743,837,544 424,981,029,421 446,230,080,892 2,028,539,861,202 2 Perkiraan APBD Murni untuk Sanitasi 7,704,050,900 8,474,455,991 9,321,901,590 10,254,091,749 11,279,500,923 47,034,001,153 3 Perkiraan Komitmen Pendanaan Sanitasi 1,155,607,635 1,271,168,399 1,398,285,238 1,538,113,762 1,691,925,139 7,055,100,173 Sumber: Bappeda Kabupaten Samosir/Dokumen SSK

(15)

9.4.2 Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah

Kabupaten Samosir saat ini masih memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan Bidang Cipta Karya seperti SPAM Daerah Cabang dariProvinsi Sumatera Utara. Dalam konteks rencana pembiayaan ini membutuhkan dana yang cukup besar untuk peningkatan sistem SPAM di daerah.

9.4.3 Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya

Kabupaten Samosir saat ini masih menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, Pemerintah Daerah masih menyusun daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan dengan skema kerjasama pemerintah dan swasta di Bidang Cipta Karya untuk ditawarkan ke pihak swasta.

9.5 Analisis Keterpaduann Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia usaha dan masyarakat. Kemudian, perlu dirumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.

9.5.1 Analisis Kemampuan Keuangan Kabupaten Samosir

Pendapatan Asli Daerah merupakan komponen pendapatan yang penggaliannya sangat tergantung pada kinerja Pemerintah Kabupaten Samosir dan keberhasilan pemerintah dalam menggali potensi pendapatan asli daerah akan mendongkrak tingginya pendapatan daerah. Dengan potensi yang dimiliki, Pendapatan Asli Daerah pada Tahun 2009-2013 akan mengalami peningkatan, utamanya dari obyek pajak dan retribusi daerah. Pertumbuhan rata-rata PAD selama kurun waktu 2009-2013 adalah sebesar 0,64% per tahun. Sedangkan kontribusi pajak terhadap PAD diproyeksikan sebesar 20% per tahun.

9.5.2 Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

Millenium Development Goals (MDGs) merupakan komitmen bersama internasional yang bersifat umum dan global dalam rangka mempercepat pencapaian kesejahteraan masyarakat yang salah satunya adalah menambah pelayanan kemudahan akses air minum dan sanitasi untuk 50% penduduk yang belum mendapatkannya serta berbagi bidang ke Cipta Karya-an lainnya seperti pengembangan pemukiman, pengelolaan sampah, drainase hingga manajemen sumber daya manusia. Untuk mencapai sasaran ayang termuat dalam MDGs, selaim adanya ketersediaan dan kelayakan program serta kegiatan dengan ketersediaan pendanaan yang tidak sedikit jumlahnya, akan diperlukan berbagai alternatif sumber pembiayaan yang potensial yang dapat digunakan dalam rangka mencapai sasaran yang ditetapkan dalam Renstra Cipta Karya 2015-2019 sebagai garis besar program Direktorat Jenderal Cipta Karya untuk mendukung pencapaian sasaran yang termuat dalam MDGs.

(16)

Regulasi yang ada, baik yang berbentuk UU, PP, Perpres maupun Permen memberi kesempatan bagi masyarakat dan swasta untuk terlibat aktif dalam pengembangan pembangunan dan pengelolaan bidang air minum dan sanitasi.

Menurut Husnan (1996) proyek investasi merupakan suatu rencana untuk menginvestasikan sumber-sumber daya baik proyek raksasa ataupun proyek kecil untuk memperoleh manfaat pada masya akan datang. Pada umumnya manfaat ini dalam bentuk nilai uang. Sedang modal, bisa saja berbentuk bukan uang, misalnya tanah, mesin, bangunan dan lain-lain. Oleh sebab itu, berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan produksi) dari modal barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang.

Skema investasi pada dasarnya disusun untuk melihat berbagai kemungkinan sumber pendanaan, model kelembagaan dan sistem operasional yang bisa digunakan dalam kegiatan pengembangan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Skema pendanaan disusun dengan asumsi bahwa infrastruktur di bidang Cipta Karya merupakan obyek bisnis yang mempunyai daya jual dan menguntungkan secara finansial.

A. Air Minum dan Sanitasi

Investasi bidang air minum dan sanitasi yang saat ini sudah terlaksana adalah menggunakan sumber pendanaan dari pemerintahan, pihak swasta dan masyarakat ataupun kesinergisan di antara ke 3 pelaku sumber pendanaan tersebut yaitu pendanaan dari Pemerintah dan Swasta, Pemerintah dan masyarakat atau swasta dan masyarakat. Sumber pendanaan dari Pemerintah biasanya digunakan mendanai investasi untuk proyek yang bersifat non cost recovery sedangkan pendanaan dari sumber swasta untuk proyek yang bersifat cost recovery. Kerjasama swasta pada pelaksanaan pembangunan air minum dan sanitasi dapat terselenggara di seluruh tahapan pengelolaan ataupun hanya sebagian saja.

Investasi bidang air minum dan sanitasi merupakan sebuah pola yang menggambarkan berlangsungnya pelaksanaan investai yang dimulai dari tahap pra konstruksi, konstruksi dan paska konstruksi. Terdapat 3 (tiga) pemangku kepentingan dalam skema pendanaan ini yaitu Pemerintah, swasta dan masyarakat, dimana masing-masing mempunyai peran yang berbeda di setiap tahapan pelaksanaan investasi.

Tabel 9.7 Skema Pendanaan Air Minum dan Sanitasi

No. Kepentingan Pemangku Pra Konstruksi Konstruksi Pasca Konstruksi

1 Pemerintah  Menawarkan kepada pihak

swasta proyek

pengembangan,

pembangunan dan

pengelolaan infrastruktur air minum dan sanitasi yang mempunyai nilai bisnis.

 Menyiapkanlahan untuk

pelaksanaan proyek, yang selanjutnya dapat diakui sebagai (1) capital sharing pemerintah atau (2) subsidi kepada masyarakat  Menyiapak sarana dan prasarana pendukung pengembangan, pembangunan dan pengelolaan investasi bidang air minum dan sanitasi.

 Monitoring dan

pengawasan.

 Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan kerjasama investasi.

 Merencanakan tarif yang akan diberlakukan.

(17)

No. Kepentingan Pemangku Pra Konstruksi Konstruksi Pasca Konstruksi pengembangan,

pembangunan dan

pengelolaan infrastruktur air minum dan sanitasi yang bsia diakui sebagai (1) capital sharing pemerintah atau (2) subsidi kepada masyarakat.

2 Pihak Swasta Menyiapkan FS, DED,

AMDAL IMB Proyek

pengembangan,

pembangunan dna

pengelolaan infrastruktur air minum dan sanitasi.

Menyiapkan dana sebagai capital sharing untuk proyek pengembangan,

pembangunan dan

pengelolaan infrastruktur air minum dan sanitasi.

Melaksanakan

pembangunan proyek. Melakukan operasi dan perawatan infrastruktur Air minum dan sanitasi yang terbangun.

Merencanakan tarif yang akan diberlakukan.

3 Masyarakat Menyiapkan dana untuk

pengembangan dan

pembangunan infrastruktur air minum dan sanitasi skala komunal, misalnya untuk pembangunan instalasi air limbah, gerobak sampah, perlengkapan pengolahan sampah dan sebagainya.

Menyediakan lahan yang

dibutuhkan untuk

pelaksanaan proyek

pengembangan,

pembangunan, pengelolaan infratruktur air minum dan sanitasi khususnya untuk lokasi instalasi air limbah komunal dan pembangunan

dan pengelolaan

infrastruktur air minum dan sanitasi khususnya untuk lokasi instalasi air limbah komunal.

Mengembangkan dan membangun sarana

dan prasarana

pelayanan air minum dan sanitasi seperti instalasi air limbah,

gerobak sampah,

perlengkapan pengolahan sampah dan sebagainya.

Melakukan operasi dan

perawatan terhadap

infrastruktur Air minum

dan sanitasi yang

terbangun.

Alternatif pendanaan bidang air minum meliputi:

 SPAM MBR Perkotaan;

 SPAM Perdesaan;

 SPAM Kawasan Khusus;

 SPAM IKK.

Untuk skema pendanaan dibagi dalam 2 (dua) kelompok yaitu pendanaan untuk investasi dan pendanaan untuk manajemen.

B. Penataan Bangunan Lingkungan dan Pembangunan Pemukiman

Kemampuan Pemerintah untuk berbagai kegiatan PBL dan Bangkim baik pada saat pra konstruksi, kontruksi dan paska konstruksi melalui APBN tidak mencukupi. Diperlukan berbagai alternatif

(18)

pembiayaan potensial, khususnya dari masyarakat dan dunia usaha (swasta). Pengembangan, pembangunan dan pengelolaan infrastruktur PBL dan Bangkim saat ini sudah banyak yang mensinergikan peran pemerintah, masyarakat dan swasta. Keterlibatan masyarakat dan swasta tersebut karena beberapa infrastruktur PBL dan Bangkim memang mempunyai daya jual yang relatif tinggi, sehingga masyarakat dan swasta mempunyai keyakinan bahwa investasi yang ditanamkannya akan memberikan return yang layak atas modal yang dipakai dalam bisnis pengembangan, pembangunan dan pengelolaan infrastruktur PBL dan Bangkim. Sinergi antara pemerintah, masyarakat dan swasta dalam pengembangan pembangunan dan pengelolaan infrastruktur PBL dan Bangkim dimulai dari tahap pra konstruksi, konstruksi sampai dengan pasca konstruksi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kegiatan pengembangan, pembangunan dan pengelolaan infrastruktur PBL dan Bangkim mempunyai potensi bisnis yang menguntungkan.

Tabel 9.8 Skema Pendanaan Kegiatan PBL dan Bangkim

No Kegiatan Pra Konstruksi Konstruksi Paska Konstruksi

1 Pemerintah Menyediakan lahan yang dibutuhkan

untuk pelaksanaan kegiatan

pengembangan, pembangunan dan pengelolaaan infrastruktur PBL dan Bangkim sebagai (1) Capital sharing dengan sektor swasta atau (2)

subsidi pemerintah kepada

masyarakat.

Menyiapkan sumber daya keuangan dan/atau sumber daya non keuangan untuk

kegiatan pengembangan,

pembangunan dan

pengelolaaan infrastruktur PBL dan Bangkim sebagai (1) Capital sharing dengan sektor swasta atau (2) subsidi

pemerintah kepada

masyarakat.

Melakukan perawatan

secara kontinyu terhadap infrastruktur pendukung

PBL, misalnya:

transportasi, komunikasi, listrik, parkir, dsb.

Mendukung Law Enforcement sesuai

dengan peraturan

perundang-undangan bagi sektor swasta yang

terlibat dalam kegiatan

pengembangan, pembangunan dan pengelolaan infrastruktur PBL dan Bangkim untuk menjamin kepastian hukum dan kelancaran usaha yang dijalankan sektor.

Menyiapkan dan menanggung semua kebutuhan sumber daya keuangan dan/atau sumber daya non keuangan yang diperlukan dalam kegiatan pengembangan, pembangunan dan pengelolaaan infrastruktur PBL dan Bangkim.

Melakukan pengembangan infrastruktur pendukung

seperti transportasi,

komunikasi, listrik, parkir dan sebagainya, sejalan

dengan perkembangan

infrastruktur PBL dan Bangkim bersangkutan. Menyiapkan Master Plan, Feasibility

Study, Detail Engineering Desain (DED), Kajian Analisis Dampak Lingkungan (Amdal), Ijin kegiatan pengembangan , pembangunan dan pengelolaan infrastruktur PBL dan Bangkim.

Menyiapkan sumber daya keuangan dan/atau sumber daya non keuangan untuk

menyediakan infrastruktur

pendukung kegiatan

pengembangan, pembangunan dan pengelolaan infrastruktur PBL dan Bangkim mis: transportasi, komunikasi, listrik, parkir dan sebagainya.

Kepemilikan asset

kerjasama pengembangan,

pembangunan dan

pengelolaan PBL dan Bangkim tergantung pada

pola kerjasama yang

digunakan dan modal yang disetorkan (capital sharing) setiap pihak yang terlibat.

Menyiapkan kajian konservasi

kegiatan pengembangan,

pembangunan dan pengelolaan infrastruktur PBL dan Bangkim khususnya untuk gedung dan bangunan tua dan bersejarah (heritage).

Menawarkan kepada sektor swasta

kegiatan pengembangan,

pembangunan dan pengelolaan infrastruktur PBL dan Bangkim yang

(19)

No Kegiatan Pra Konstruksi Konstruksi Paska Konstruksi

mempunyai nilai bisnis yang

menguntungkan.

Menyiapkan ijin mendirikan bangunan (IMB) untuk kegiatan pengembangan, pembangunan dan pengelolaan infrastruktur PBL dan Bangkim.

2 Sektor Swasta Menyiapkan FS sebagai pembanding

FS yang dibuat oleh pemerintah. Menyiapkan sumber daya keuangan dan/atau sumber daya non keuangan sebagai

capital sharing dengan

pemerintah dalam kegiatan Menyiapkan kajian konservasi

kegiatan pengembangan,

pembangunan dan pengelolaan infrastruktur PBL dan Bangkim.

Melakukan perawatan

secara kontiniu terhadap infrastruktur PBL dan bangkim yang dikelolanya.

Menyiapkan DED, kegiatan Analisis Dampak Lingkungan dan IMB Lingkungan kegiatan pengembangan, pembangunan dan pengelolaan infrastruktur PBL dan Bangkim.

Menyiapkan dan menanggung semua kebutuhan sumber daya keuangan dan/atau sumber daya non keuangan yang diperlukan dalam kegiatan pengembangan, pembangunan dan pengelolaan infrastruktur PBL dan Bangkim. Kepemilikan asset kerjasama pengembangan, pembangunan dan pengelolaan infrastruktur PBL dan Bangkim

tergantung pada pola kerjasama.

Menyiapkan sumber daya keuangan dan/atau sumber daya non keuangan sebagai kapital sharing dengan pemerintah dalam pengembangan, pembangunan dan pengelolaan infrastruktur PBL dan Bangkim.

Menyiapkan kajian konservasi

kegiatan pengembangan,

pembangunan dan pengelolaan infrastruktur PBL dan Bangkim khususnya untuk gedung dan bangunan tua dan bersejarah (heritage).

Menyiapkan proposal kelayakan usaha (FS) untuk pengajuan pendanaan kegiatan pengembangan, pembangunan dan pengelolaan infrastruktur PBL dan Bangkim kepada bank atau lembaga keuangan lainnya.

Gambar

Grafik 9.1 Perkembangan Pendapatan Daerah Di  Kabupaten Samosir Tahun 2011-2014
Tabel 9.2 Perkembangan Belanja Daerah Kabupaten Samosir Tahun 2011-2014
Gambar 9.2 Perkembangan Belanja Daerah Kabupaten Samosir Tahun 2011-2014  9.2.3  Pembiayaan
Tabel 9.3 Perkembangan Pembiayaan Daerah Kabupaten Samosir Tahun 2011-2013
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini digunakan mikroalga jenis Chorella vulgaris yang bertujuan untuk mempelajari fase pertumbuhan yang ditinjau dari jumlah kerapatan sel dengan

Hal ini dapat dilihat dari masih banyak orang tua murid yang melakukan konfirmasi dan klarifikasi baik melalui SMS maupun via telepon kepada kepala sekolah dan

Bagi pasien rujukan dari praktek dokter/Rumah Sakit/Balai Pengobatan Swasta yang memerlukan pemeriksaan Penunjang Medis,Pemeriksaan Khusus dan Rehabilitasi Medik

Merancang pesan dalam strategi komunikasi pemasaran merupakan cara Java Videotron menyampaikan karakteristik dari produk yang ditawarkan kepada konsumen yang sesuai

Tipe tanah organosol yang merupakan tanah asli pada kawasan perencanaan memiliki persediaan air tanah dalam, rata-rata curah hujan pertahun 2500 mm/tahun, batuan induk

(2000) menyatakan bahwa keasaman susu baik yang dihasilkan oleh biakan bakteri starter maupun dengan pengasaman langsung terbukti mempengaruhi aktivitas protease dalam

Dalam analisis harmonik ada beberapa indeks penting yang digunakan untuk menggambarkan pengaruh harmonik terhadap sistem tenaga listrik yaitu THD (Total Harmonic Distortion)

24 CS0218 LUH PUTU SINTYA KRISTIANA DEVI JALAN PULAU KOMODO GANG ARJUNA NO 2, KELURAHAN BANYUNING, KECAMATAN BULELENG, KABUPATEN BULELENG 25 CS0242 NI KADEK MILAN CAHYANI JALAN