• Tidak ada hasil yang ditemukan

369335339 Artikel Dan Berita Literasi Di Surabaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "369335339 Artikel Dan Berita Literasi Di Surabaya"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

Dinas Pendidikan Surabaya

Kaji Budaya Literasi di Surabaya, Kemdikbud Adakan

Semiloka

Details

Created: 25 November 2015

Kemajuan Surabaya dalam mengembangkan budaya keliterasian menarik perhatian

Kemdikbud dalam mengembangkan arah dan kebijakan program wajib membaca 15 menit yang

telah diluncurkan beberapa waktu lalu.

Tadi pagi (25/11) bertempat di Swiss Bellin Hotel Dirjen Dikdasmen Kemdikbud adakan

kegiatan semiloka literasi sekolah bersama para praktisi keliterasian dan beberapa daerah

lainnya serta sekolah-sekolah di Surabaya yang telah mengembangkan program keliterasian

dengan baik.

Pada kesempatan ini, Kepala Dinas Pendidikan Kota (Dispendik) Surabaya Dr. Ikhsan, S. Psi,

MM yang menjadi salah satu narasumber pada kesempatan ini menyampaikan,

terobosan

pertama dilakukan pada tahun 2012, kami meliburkan sekolah pada hari libur bersama atau yang

lebih dikenal dengan hari libur “Kejepit”. Kalender umum, tidak sama dengan kalender

pendidikan. Pada hari libur “Kejepit” orang tua tidak bekerja namun anak-anaknya masih harus

bersekolah. Kemudian, kami mengambil kebijakan untuk meliburkan para siswa sehingga pada

hari libur tersebut anak-anak bisa belajar karakter bersama keluarganya, mereka akan berkumpul

dan memanfaatkan waktu yang berkualitas sehingga meningkatkan ketahanan keluarga.

(2)

Setelah program menulis cerpen berjalan tiga tahun, pengembangan selanjutnya

dicanangkan Kurikulum Wajib Baca. Kurikulum Wajib Baca 15 Menit ini merupakan awal dari

rangkaian program ‘Surabaya Kota Literasi’ yang dicanangkan oleh Wali Kota pada Hari

Pendidikan Nasional pada 2 Mei 2014. Tujuannya adalah untuk meningkatkan minat baca dan

menumbuhkan budaya baca anak-anak Surabaya. Deklarasi penting ini kemudian ditindaklanjuti

dengan sosialisasi program ‘Surabaya Kota Literasi’ oleh Dinas Pendidikan Surabaya di hadapan

seluruh kepala sekolah SD, SMP, dan SMA/SMK se-Surabaya pada 16-18 September 2014.

Salah satu program lain yang kami lakukan untuk mendukung tumbuhnya budaya baca siswa

adalah program “Tantangan Membaca Surabaya 2015”. Tantangan membaca (Reading

Challenge) adalah sebuah upaya untuk mendorong siswa sekolah untuk membaca buku

sejumlah tertentu dalam jangka waktu tertentu. Tantangan membaca sebenarnya adalah sebuah

upaya untuk mengajak siswa untuk mencintai kegiatan membaca. Ini adalah sebuah upaya untuk

menginspirasi siswa untuk menyukai kegiatan membaca agar membaca menjadi kegiatan yang

akan terus dilakukannya sampai akhir hayatnya.

Dan, pada tahun 2015 dibuat sebuah gerakan berupa tantangan membaca bagi siswa

Surabaya. Tantangan membaca Surabaya 2015 ditujukan bagi siswa semua jenjang dengan

ketentuan yakni, untuk siswa SD/MI membaca 20 – 30 buku, SMP/MTs 15 buku dan

SMA/SMK/MA 10 buku. Dengan adanya program ini maka mau tidak mau setiap sekolah harus

menyediakan buku-buku yang nantinya akan direkomendasikan kepada siswanya untuk dibaca.

Ada pun target minimal yang hendak dicapai oleh program Tantangan Membaca Surabaya 2015

ini dalam jumlah sekolah adalah sebanyak 400 (empat ratus) sekolah. Diharapkan minimal ada

100.000 (seratus ribu) siswa yang akan mengikutinya dan target jumlah buku yang akan dibaca

oleh siswa sebanyak 1.000.000 (sejuta) buku. Berdasarkan pantauan kami di lapangan ternyata

program ini cukup diminati oleh siswa dan mereka termotivasi untuk membaca baik di sekolah

mau pun di rumah.

“Sampai awal November jumlah buku yang telah dibaca siswa mencapai 844.412 buku”.

Sementara itu, Achmad Rizali staf khusus Kemdikbud berharap agar sekolah sebagai sentral

pembinaan di mana nantinya sebagai kajian penelitian terhadap sinkronisasi rumusan kebijakan

budaya literasi di Indonesia. (Humas Dispendik Surabaya)

https://dispendik.surabaya.go.id/index.php?

(3)

Seimbangkan Teknologi dan Budaya Literasi, Pemkot

Kenalkan Surabaya Akseliterasi

Details

Written by Super User

Category:

Portal

(4)

Kemajuan teknologi adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa ditolak kehadirannya. Itu

adalah bagian dari “wajah” era kekinian. Termasuk juga bagaimana gadget dan sosial media

kini menjadi ‘kawan dekat’ anak-anak. Namun, keberadaan teknologi itu seharusnya

diimbangi dengan budaya literasi. Sebab, literasi akan sangat penting dalam mendukung

imajinasi dan kreativitas anak.

(5)

“Seharusnya antara kemajuan teknologi dan budaya baca itu seimbang. Karena itulah,

saya terus mendorong Badan Perpustakan dan Kearsipan untuk terus menggalakkan budaya

baca di masyarakat. Utamanya pada anak-anak,” tegas wali kota seusai me-launching

Surabaya Akseliterasi di Graha Sawunggaling, Lantai VI Kantor Pemkot Surabaya, Rabu

(24/8).

Menurut wali kota, kebiasaan membaca memiliki beberapa pengaruh positif dalam

membentuk karakter anak. Bahwa dengan membaca, anak-anak akan terlatih untuk bebas

berimajinasi. Semisal ketika membaca kalimat di buku yang berbunyi “burung bersuara

merdu’. Maka, anak-anak yang membaca buku tersebut akan membayangkan seberapa

merdu suara burung tersebut. Sementara bila melihat dari gadget, anak-anak akan langsung

bisa melihat/mendengar.

“Dengan membaca buku dan berimajinasi, anak-anak akan bisa berpikir kreatif. Ini yang

penting. Sebab, kita harus membangun sumber daya manusia yang bisa survive di kondisi

apapun,” jelas wali kota yang mengatakan semasa kecil selalu membaca buku sebelum

tidur.

Wali kota peraih penghargaan Ideal Mother dari Universitas Kairo ini menyebut, Pemkot

Surabaya sangat concern dalam mendukung hidupnya budaya literasi di Kota Pahlawan.

Parameternya, kini sudah ada lebih dari 1000 perpustakaan/taman bacaan di Surabaya

yang tersebar di kampung-kampung, sekolah, taman kota, pondok pesantren ataupun mobil

keliling. “Untuk budaya literasi ini, di Surabaya sudah jalan sejak beberapa tahun lalu.

Sekarang kita tingkatkan lagi volume nya. Kita sudah lebih baik dibanding kota lainnya,”

sambung wali kota.

Kepala Badan Kearsipan dan Perpustakaan (Baperpus) Kota Surabaya, Arini

Pakistyaningsih mengatakan, Surabaya Akseliterasi ini meliputi empat kegiatan. Yakni lomba

kampung literasi, lomba orang tua peduli pendidikan anak, lomba pustakawan berprestasi

dan fasilitator literasi.

Arini menjelaskan, untuk kampung literasi, akan dilihat kampung mana yang memiliki

tempat belajar yang menyenangkan dan menfasilitasi anak-anak untuk belajar. Lalu untuk

lomba orang tua peduli pendidikan anak, bertujuan untuk mengajak orang tua peduli pada

anak-anak karena memang pendidikan bukan hanya wewenang pihak sekolah (guru).

“Nanti ada kriterianya. Semisal anak-anaknya berhasil dan menjadi manusia seutuhnya

yang cerdas, terampil, punya jiwa sosial dan spiritualnya bagus. Mereka (orang tua)

mendaftar dan penilaiannya nanti orangnya tidak tahu bila dinilai. Semua kegiatan ini untuk

memotivasi masyarakat agar lebih mencintai literasi,” jelas Arini. (Humas Dispendik

(6)

https://dispendik.surabaya.go.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=4619:seimb&lang=en, diakses pukul 23:31 pada tanggal 10

Oktober 2017

Dinas Pendidikan Surabaya

Pentingnya Perpustakaan Yang Memadai Bagi

Suksesnya Program Literasi

Details

Created: 18 February 2015

Berkat keberhasilan SMPN 23 Surabaya menyabet Juara I Lomba Perpustakaan Sekolah

SMP Negeri/Swasta Tingkat Kota Surabaya 2014, sekaligus sebagai Juara II Lomba

Perpustakaan Sekolah SMP Negeri/Swasta Tingkat Provinsi Jawa Timur 2014, sedangkan

Tahun 2013, SMPN 23 sebagai Juara II Lomba Perpustakaan Sekolah Tingkat Kota

Surabaya, SMPN 23 menjadi

jujugan

tamu Pemkot Surabaya maupun tamu Dispendik Kota

Surabaya untuk

sharing

berkait dengan literasi. Upaya Pemkot Surabaya dan Dispendik

Kota Surabaya dalam mewujudkan Surabaya Kota Literasi menarik perhatian bagi daerah

lain untuk lebih dalam mengkaji implementasi di sekolah-sekolah.

Sebanyak 17 orang guru dari IGI (Ikatan Guru Indonesia)Kabupaten Aceh Timur

melakukan kunjungan ke SMPN 23 Surabaya. Rombongan yang didampingi oleh Kasubid

Pembinaan Perpustakaan Kota Surabaya, Drs. Elok Susilo W., M.M. tersebut diterima

langsung oleh KepalaSekolah, Dra. Elly Dwi Pudjiastuti, M.Pd.,.di ruang rapat lantai

dua SMPN 23 Surabaya, Selasa pagi ( 17/2).

Nurdin, M.A., Ketua IGI Kabupaten Aceh Timur, menuliskan kesannya pada sebuah

kanvas bahwa SMPN 23 sekolah yang sangat menginspirasi. Setiap sudut memberikan

pelajaran berbeda dengan kualitas tinggi. Keberhasilan program literasi dapat dilihat dari

begitu banyaknya hasil kreativitas siswa di dalam ruangan kelas maupun di luar kelas.

Sekolah ini layak menjadi sekolah hijau terbaik sepanjang pengalaman saya 14 tahun

menjadi guru.

“Teruslah menjadi sekolah yang ramah dan jangan pernah berhenti untuk berbagi.”,

Pesan Nurdin.

(7)

Kepala Perpustakaan SMPN 23, Kun Mariyati, S.Pd., menuturkan dalam

paparannya bahwa sejak Tahun Pelajaran 2012/2013 SMP Negeri 23 telah mengadakan

kegiatan “Jumat Bersih, Sehat, dan Cerdas”. Yang dimaksud dengan Jumat Cerdas yaitu

para siswa secara bergiliran tingkat kelas diwajibkan membaca buku dan membuat resume

dari apa yang telah mereka baca.

Ketika Walikota Surabaya meluncurkan Program Kota Surabaya Sebagai Kota Literasi

pada Hardiknas 2 Mei 2014, dilanjutkan dengan Kebijakan Kadispendik Kota Surabaya agar

setiap hari efektif, setelah berdoa pada awal pelajaran diteruskan dengan kegiatan

membaca Al Quran selama 10 menit dan membaca buku selama 15 menit. SMP Negeri 23

dengan menambah waktu untuk membaca literasi dan menulis resume selama 20 menit,

tambahnya.

Masih menurut Kun Mariyati, untuk mendukung Surabaya Sebagai Kota Literasi, sarana

dan prasarana perpustakaan dilengkapi dengan sistem Sipus, Ruang Sirkulasi Buku, Ruang

Baca, Ruang IT. Di samping itu, perluasan ruang baca diperbanyak seperti di Ruang Baca di

Taman Toga, Ruang Baca di Di Bawah Pohon Rindang, dan di Ruang Baca di Di Bawah

Pohon Sapu Tangan. (Humas Dispendik Surabaya)

https://dispendik.surabaya.go.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=2827:pentingnya-perpustakaan-yang-memadai-bagi-suksesnya-program-literasi&catid=2&Itemid=101&lang=en, diakses pukul 23:48 pada tanggal 10

Oktober 2017

Surabaya Menjadi Contoh Literasi Baca

 domi wimpi

 6 Juni 2017 domi wimpi

(8)

Kepala Perpustakaan RI, Drs. Muh Syarif Bando saat menyambut sekaligus membuka budaya membaca di Surabaya (5/6/2017) / Foto: Humas Pemkot Surabaya

Membiasakan membaca buku kepada anak-anak sejak usia dini penting dilakukan untuk

pembentukan karakter anak di masa yang akan datang. Oleh karena itu, Pemerintah Kota (Pemkot)

Surabaya dalam rangka mewujudkan implementasi revolusi mental gemar membaca, mengadakan

kegiatan bertajuk “Safari Gerakan Nasional Membaca”.

Hadir dalam acara tersebut Kepala Perpustakaan RI, Drs. Muh Syarif Bando, MM, Anggota Komisi X

DPR RI, Arzeti Bilbina Huzaimi, Kepala Dinas Perpusatakaan dan Kearsipan Kota Surabaya, Drs.

Wiwiek Widayati dan Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Pusat, Drs. Satria Dharma.

Menurut Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya, Wiwiek Widayati, minat baca

pada anak di surabaya sangat baik, karena seluruh

stakeholder

ikut bergerak bersama sehinga

percepatan pertumbuhan budaya baca terus meningkat dan berjalan dengan baik.

“Berdasarkan data yang ada pada tahun 2016 minat baca anak terletak di angka 60 persen,

sedangkan target 2017 sekitar 70%. Hal ini akan mendorong tingkat baca perpustakaan nasional

untuk menumbuh kembangkan minat baca sekaligus mempercayakan surabaya sebagai percontohan

minat baca,” kata Wiwik di graha sawunggaling pada Senin (5/6/2017).

Saat ini, Pemkot telah menyediakan lebih dari 1.399 perpustakaan atau taman bacaan di Surabaya

yang tersebar di kampung-kampung, sekolah, taman kota, pondok pesantren ataupun mobil keliling.

Seperti yang terjadi di salah satu taman bacaan (TBM) yang sampai saat ini banyak pengunjungnya

adalah Taman Flora di Jalan Manyar, Surabaya. TBM Taman Flora memiliki lebih dari 2 ribu koleksi

bacaan, mulai dari cerita anak, novel, buku agama, hingga buku-buku berbagai keahlian.

(9)

Di Taman Flora, selain TBM, lanjut Wiwik, ada juga fasilitas Broadband Learning Center atau BLC.

BLC merupakan tempat pendidikan komputer dan internet gratis untuk warga Surabaya. Di Surbaya,

ada 22 BLC yang tersebar di berbagai sudut Kota Surabaya. Di Taman Flora, TBM dan BLC berbagi

ruangan yang sama di bangunan berukuran sekitar 12 x 4 meter.

Begitu juga aktifitas TBM di masing-masing RW yang terus diupayakan agar selalu banyak

pengunjung. Untuk memaksimalkan TBM di RW, Badan Perpustakaan mendatangkan petugas

pendamping agar para pengunjung yang kebanyakan anak-anak bisa diarahkan dengan baik.

“Kalau bicara minat baca, tidak hanya belajar membaca tapi membiasakan membaca. Berarti ada

strategi yang dikembangkan oleh para pendamping TBM misalnya program strory telling,” tandasnya.

Terlepas dari peran pemerintah, dalam proses memajukan kegemaran minat baca pada anak agar

bisa terwujud. Ada tiga faktor lain yang dinilai turut memiliki andil besar dalam menggelorakan minat

baca pada anak yaitu, keluarga, sekolah dan masyarakat.

“Salah satu cara untuk menumbuhkan minat baca anak yang paling mudah adalah dengan cara

membiasakan membacakan dongeng saat sebelum menidurkan anak,” imbuhnya.

Narasumber memaparkan pandangannya terkait menumbuhkembangkan minat baca / Foto: Humas Pemkot Surabaya

Potret tingginya minat baca di surabaya dari tahun ke tahun ditanggapi positif oleh Kepala

Perpustakaan RI, Drs. Muh Syarif Bando, MM. Ia mengaku, program yang sudah dicanangkan oleh

Ibu walikota, Tri Rismaharini tentang kota literasi sangat baik. Hal ini di dukung oleh sumber dana dan

sumber daya yang sangat mumpuni

“Seperti kita ketahui, walikota menggerakkan 450 pustakawan untuk disebar di taman baca dan

perpustakaan demi mewujudkan kampung atau kota literasi,” ungkap Syarif.

(10)

terlihat dari sejumlah sekolah SD dan SMP yang menghasilkan karya buku. “Saya kira itu luar biasa

dan bisa menjadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia,” terangnya.

Sementara itu, Komisi X DPR RI, Arzeti Bilbina Huzaimi menambahkan, dalam proses memajukan

kegemaran minat baca pada anak maka dirinya bersama kawan-kawan di komisi X mempunyai

komitmen kuat untuk mengawal literasi baca dn surabaya. “Salah satunya dengan meningkatkan

anggaran” ujar Arzeti.

Perempuan kelahiran Lampung tersebut juga berharap dan berpesan kepada masyarakat untuk bisa

mencintai dan menghargai buku. Karena bangi nya buku adalah jendela dunia yang dapat menambah

wawasan anak.

Usai acara, keempat narasumber berfoto bersama sekaligus menyerahkan cinderamata / Foto: Humas Pemkot Surabaya

Related Post

https://humas.surabaya.go.id/2017/06/06/surabaya-menjadi-contoh-literasi-baca/, diakses pukul

09.36 pada tanggal 13 Oktober 2017

Pengunjung Perpustakaan Tak Sebanding

Jumlah Penduduk

Author by Helmi SupriyantoPosted on 09/02/2015

Baperpus, Bhirawa

(11)

Baperpus saat ini mengfokuskan refitalisasi perpustakaan sekolah serta berbagai fasilitasnya. Dirinya mengakui bahwa perpustakaan selama ini sulit untuk mengajak masyarakat untuk membaca.

” Nah ini perlu dilatih, setiap hari anak diajari membaca dan memahami serta meresum. Setelah itu menceritakan kembali isi buku yang telah dibacanya,” terang Arini ketika ditemui Bhirawa di

ruang kerjanya, Senin (9/2).

Setidaknya ada hampir satu juta koleksi buku yang dipunyai Perpustakaan Surabaya. serta Baperpus menambah 28 lokasi taman baca masyarakat pada tahun ini yang sebelumnya berjumlah 450. Dan saat ini ada 1.307 perpusatakaan di sekolah dan 210 di Madrasah. ” Dengan koleksi buku yang beragam kita terus kembangkan minat baca warga sampai ke tingkat bawah, dari ribuan titik yang tersebar dari pusat perbelanjaan hingga ke lingkungan RW serta

sekolahan,” terang perempuan berkerudung ini.

Baperpus Surabaya menyayangkan animo masyarakat datang ke Perpustakaan sangat minim, dibandingkan dengan Perpustakaan di Eropa yang rata-rata tingkat kunjungan perhari mencapai

ratusan orang perharinya.

” Yang suka baca masih sedikit, pelayanan mobil keliling kami sudah siapkan 5 unit, dengan tujuan mendekatkan buku ke masyarakat, seperti di taman-taman serta pusat keramaian yang ada di

Surabaya,” imbuhnya.

Mantan Kepala BKD Surabaya tahun 2005-2006 ini terus berupaya dengan berbagai terobosan-terobosan baru agar menuju masyarakat yang berbudaya membaca, menulis, berfikir setara

bangsa-bangsa maju di dunia.

” langkah kami menciptakan, memperbaiki fasilitas baca di Surabaya, perpustakaan sekolah,

taman baca sehingga masyarakat betah dan nyaman,” tuturnya.

Minimnya masyarakat yang gemar membaca, hal ini terlihat dari angka kunjungan di perpustakaan Kota Surabaya yang terletak di Jalan Rungkut Asri Tengah, dengan kunjungan setiap harinya

mencapai 200-300 orang.

Angka ini jelas sangat minim karena jumlah penduduk Surabaya saja mencapai angka 2 juta jiwa lebih, bahkan banyak warga Surabaya yang tak tahu kalo di sini ada perpustakaan kota. Malahan Kota Malang yang penduduknya lebih sedikit justru mampu menggaet pengunjung hingga 1.000

lebih per harinya.

Bahkan rekapan tahun 2010, baru 26 persen saja warga yang datang ke Perpustakaan Surabaya. Dan baru ada sekitar 5.199 pengunjung tetap Perpustakaan Surabaya itu. Angka ini jelas sangat kecil dibandingkan besarnya jumlah penduduk Surabaya, untuk itu pihak manajemen perpustakaan berusaha membuat berbagai kegiatan yang berpusat di perpusat diperpustakaan. ” Iya mas setiap harinya disini yang datang Cuma 200-300 orang saja, dan itu banyak dari kalangan pelajar. Mulai dari TK sampai SMA dan rata-rata yang datang ini inisiatif sendiri, tanpa ada ajakan,” terang Diah Woro selaku Front office Baperpus Surabaya. Kota Surabaya sendiri menetapkan target baca siswa Surabaya untuk setiap tahun, umpamanya sebanyak lima juta buku dalam tahun 2015 ini. Target ini sesuai kuantitatif program Surabaya Kota Literasi. (geh]

Keterangan Foto : Abdillah-Zidni-siswa-kelas-tiga-SMKN-5-Surabaya-jurusan-teknik-kendaraan- ringan-mengaku-setiap-harinya-datang-ke-Baperpus-Surabaya-lantaran-buku-buku-yang-tersedia-lengkap-Senin-92.-[Gegeh-bagus/bhirawa].

http://harianbhirawa.com/2015/02/pengunjung-perpustakaan-tak-sebanding-jumlah-penduduk/

sama kek di atas

Barpus Kota Surabaya Tingkatkan Membaca

(12)

Pemkot Surabaya, Bhirawa

Pemkot Surabaya terus menggalakkan budaya literasi kepada para pelajar. Upaya ini dilakukan dengan berbagai program kerja Badan Arsip dan Perpustakaan (Barpus). Program-program tersebut antaranya, bimbingan membaca pada siswa Sekolah Dasar (SD), bimbingan belajar untuk siswa SD dan SMP, hingga kegiatan parenting, serta pelatihan kepada

bunda Paud.

Kegiatan yang bertujuan untuk menyentuh masyarakat secara langsung ini, kian lama samakin menunjukan hasil. Terhitung sejak tahun 2009, minat membaca masyarakat kian meningkat, di tahun yang sama prosentase kunjungan ke ruang baca sekitar 28 persen, naik menjadi 59,6 persen

di tahun 2015.

Dengan indeks yang awalnya rendah, pada tahun ini meningkat menjadi sedang. Pada tahun 2015, dibuka sebanyak 28 ruang baca baru untuk menampung banyaknya animo masyarakat yang

berkunjung ke ruang baca.

Kepala Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya, Arini Pakistyaningsih menjelaskan melalui pembimbingan oleh mentor yang dilakukan secara intensif, reading habit (kebiasaan membaca) seorang anak akan terbentuk paling cepat enam bulan, nantinya reading habit tersebut akan

dibawa hingga dewasa.

Selain itu, sinergi dengan Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya, Barpus menetapkan

program kerja 1000 buku per tahun untuk Kota Surabaya.

“Nantinya, untuk satu siswa SD dan SMP diwajibkan membaca 30 judul buku per tahun, untuk siswa SMA,SMK, dan MI diwajibkan untuk membaca 50 judul buku per tahun. Melalui pendampingan secara intensif, siswa akan mampu membaca secara cepat (speed reading), kemudian memahami kembali melalui story telling (bercerita),” tegas Arini ketika ditemui di

kantornya Rabu (21/10).

Arini juga menjelaskan, bahwa hasil kerja sama Barpus dengan Dispendik Kota Surabaya untuk menggalakan budaya membaca mulai dari tingkat pendidikan terendah, berhasil menjadikan Kota Surabaya menjadi barometer sekaligus pioner dalam melaksanakan Kurikulum Wajib Baca (KWB) Kementerian Pendidikan Republik Indonesia di bawah pimpinan Menteri Pendidikan Anies Baswedan.

“Kota Surabaya sudah melaksanakan program tersebut selama dua tahun belakangan, sebelum Kementerian Pendidikan mencanangkan kurikulum tersebut. Para siswa diwajibkan membaca buku non pelajaran selama 15 menit pada jam pelajaran nol, diharapkan cara ini mampu melatih daya ingat, dan meningkatkan konsentrasi sebelum memulai pelajaran,” imbuh Arini. Melalui program grebek perpustakan, Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan minat baca siswa di perpustakaan, salah satunya adalah melakukan penataan ulang perpustakaan dalam waktu singkat selama satu hari sesuai dengan

pakem kepustakaan.

Pada hari Sabtu (17/10) kemarin, Barpus melaksanakan grebek perpustakaan milik MTs Imam

Syafi’i yang berada di Kelurahan Babat Jerawat

“Penataan dimulai dengan melakukan pelabelan ulang pada buku, semua label buku yang berada di bagian atas, dipindahkan sesuai pakem di posisi bawah, selain itu penataan ruangan juga dilakukan. Sehingga tercipta perpustakaan yang nyaman, kaya akan cahaya, dan sejuk,” imbuh Arini.

Grebek perpustakaan yang dilakukan tak hanya tentang penataan secara fisik, namun juga penginventarisiran setiap judul buku yang diunggah di server Sistem Informasi Perpustakaan

Berbasis Web (SIMPUS).

Sehingga jika ada penambahan buku, Barsip mampu melakukan pemantauan sehingga tidak ada buku baru dengan judul yang sama, selain itu Barsip dapat melakukan subsidi silang terhadap koleksi buku yang terdapat di masing-masing ruang baca. Melalui SIMPUS juga, masyarakat dapat dengan mudah menemukan judul buku yang akan mereka cari, dan menemukan taman bacaan

(13)

Dalam melakukan pelaksanaan program kerja di 15 lokasi layanan titik baca, Kepala Sub Bidang Informasi dan Layanan Kepustakaan Ratih Retno Wahjunie menjelaskan bahwa, sebanyak 449 tenaga pelayanan baik koordinator dan mentor di taman baca. Para mentor ini merupakan lulusan terbaik dari berbagai bidang pendidikan strata satu. Sehingga program seperti bimbingan belajar bagi siswa SD dan SMP dari berbagai mata pelajaran dapat

dilaksanakan oleh mentor yang tepat.

Selain itu, dengan memanfaatkan teknologi informasi berupa aplikasi percakapan digital berbasis smartphone, para koordinator dan mentor ruang baca, mampu secara real time melaporkan hasil

monitoring kegiatan.

“Sehingga pada hari itu juga, kami mampu melakukan evaluasi hasil kegiatan,” imbuh Ratih. [dre]

http://harianbhirawa.com/2015/10/barpus-surabaya-tingkatkan-budaya-membaca/

sama

Peringati Hardiknas, Pemkot Canangkan Surabaya Sebagai Kota

Literasi

2014-05-02 07:00:00 +0700

Dinkominfo - Bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Pemkot Surabaya

sekaligus mencanangkan Surabaya sebagai Kota Literasi. Hal tersebut ditandai dengan

penandatangangan prasasti oleh Walikota Surabaya, Tri Rismaharini usai upacara bendera

peringatan

Hardiknas

di

halaman

Taman

Surya,

Jumat

(2/5).

Kota Literasi merupakan kota dimana warganya cerdas dan kreatif karena aktif membaca.

Walikota Risma berharap, dengan Surabaya menjadi Kota Literasi, sumber daya manusia yang

ada

memiliki

kualitas

yang

sejajar

dengan

negara

maju.

Walikota Risma dihadapan para peserta upacara menyampaikan, bahwa pentingnya pendidikan

bukan hanya untuk menyelesaikan dan menjawab persoalan teknis, namun lebih jauh lagi yakni

upaya memanusiakan manusia untuk membentuk peradaban yang unggul.

(14)

http://www.surabaya.go.id/berita/3034-peringati-hardiknas--pemkot-canangkan-surabaya-sebagai-kota-literasi

sama

Satukan Program

Tingkatkan Budaya

Literasi

1.

Home

2.

berita

3. Satukan Program Tingkatkan Budaya Literasi

5 star

4 stars

3 stars

2 stars

1 stars

Satukan Program Tingkatkan Budaya Literasi

2015-01-08 07:00:00 +0700

Sebagai kota literasi, Surabaya tentunya memiliki berbagai pengembangan program yang

bertujuan untuk meningkatkan minat baca masyarakat terutama melatih anak sejak dini gemar

membaca. Budaya membaca merupakan sebuah kunci untuk membuka cakrawala

pengetahuan. Dengan membaca anak banyak memiliki wawasan serta ilmu pengetahuan yang

bermanfaat,

baik

untuk

dirinya

sendiri

maupun

masyarakat.

(15)

literasi. Kemarin (07/01), bertempat di ruang Asisten Kesejahteraan Pemkot Surabaya digelar

rapat koordinasi membahas program-program literasi. Turut hadir pada kesempatan ini, Kepala

Dispendik Surabaya Dr. Ikhsan, S. Psi, MM, Kepala Barpus Kota Surabaya Arini Pakistyaningsih,

MM, Kemenag, perwakilan perguruan tinggi, serta pihak Jawa Pos.

Asisten Kesejahteraan Drs. Eko Haryanto, MM mengungkapkan dalam rangka meningkatkan

budaya membaca di kalangan masyakarat surabaya dibutuhkan adanya dukungan dari berbagai

pihak. Sekolah dan pondok pesantrean merupakan salah satu sasaran peningkatan budaya

literasi.

Eko mengatakan, tugas yang sangat luas ini membutuhkan dukungan dan kerjasama berbagai

pihak, perguruan tinggi memiliki peran membantu memobilisasi meningkatkan minat baca

masyarakat.

Pada kesempatan ini, Arini menyampaikan guna memfasilitasi masyarakat dalam rangka

meningkatkan minat baca, pemkot surabaya telah menyediakan TBM serta

perpustakaan-perpustakaan yang ada di sekolah. Selain itu, bersama Dispendik, Kemenag dan Jawa Pos akan

membuat sebuah program awarding yang bertujuan meningkatkan minat baca masyarakat.

Sementara itu, Ikhsan Kasdispendik Surabaya menuturkan sebagai upaya mewujudkan

surabaya sebagai barometer pendidikan nasional, Dispendik telah menyiapkan

program-program awarding, yang terangkum dalam satu event yakni Surabaya Inspiring School 2015.

Surabaya Inspiring School (SIS) 2015 merupakan sebuah konsep peningkatan mutu dan

pemerataan pendidikan di Surabaya. Program literasi telah menjadi bagian dalam

pengembangan perpustakaan, terutama dalam meningkatkan budaya membaca di kalangan

pelajar-pelajar Surabaya.

http://www.surabaya.go.id/berita/3873-satukan-program-tingkatkan-budaya-literasi

sama

(16)

Petugas Teknis Pengelola Perpustakaan di lingkungan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan

Kota Surabaya dibekali dengan berbagai wawasan mengenai literasi. Hal tersebut membuat

para petugas menjadi kreatif, salah satunya Harris Rizki (34) Petugas Pendamping di

Perpustakaan SDN Bubutan IV Surabaya mengabdikan diri pada masyarakat. Cara uniknya

adalah selalu berkeliling kampung dikawasan padat penduduk dalam mencari warga sekitar

yang buta huruf. Uniknya Harris Rizki selalu menggunakan kostum diantaranya kostum

badut berwarna hijau dan bertotol serta tokoh wayang meliputi Hanuman dan Punakawan.

Memang tidak mudah dalam mendatangi warga yang buta huruf karena diantara mereka juga

ada yang malu mengakui sebagai buta huruf yang kebanyakan para lansia. Tapi dengan

kegigihan dan keuletan akhirnya Harris Rizky bisa diterima oleh warga. Proses

pengajaranpun sangat berbeda dengan menyiapkan semuanya sendiri antara lain papan tulis,

buku bacaan hingga kartu pintar. Bahkan jika lokasi yang dituju amatlah jauh Harris Rizki

selalu menggunakan sepeda pancal dalam menuju ke lokasi mengajar.

Memang tidaklah mudah mengajarkan literasi (membaca dan menulis) kepada masyarakat

yang kebanyakan lansia karena mereka selalu lupa walaupun sudah diajarkan. Tapi Harris

Rizki selalu optimis kalau mereka sebenarnya bisa. Dengan rasa optimis seperti itulah Harris

selalu disenangi warga dalam mengajar karena yang terkesan tidak kaku dan selalu

memunculkan humor kepada warga.

Selain itu Harris Rizki dalam melakukan proses pembelajaran literasi juga selalu membawa

buku seperti buku resep makanan, kesehatan cara mengasuh anak hingga otomotif bagi bapak

dan remaja yang sering mengotak atik mesin. Dari sinilah budaya literasi warga sekitar

menjadi meningkat sehingga kedatangan Harris Rizki selalu dinantikan oleh warga.

(17)

media cetak dan elektonik dari lokal hingga diakui oleh nasional sehingga diundang di

stasiun televisi swasta yang ada di Jakarta sebagai inspirator literasi.

(Har/Veg)

http://dispusip.surabaya.go.id/news/hotnews/INSPIRATOR+LITERASI/16/newspelayanan

sama

Visi Misi Walikota RPJMD

Visi

“SURABAYA KOTA SENTOSA YANG BERKARAKTER DAN BERDAYA SAING GLOBAL

BERBASIS EKOLOGI”

Misi

Upaya untuk mewujudkan visi tersebut, dijabarkan menjadi 10 (sepuluh) misi

pembangunan kota berikut, dan dijelaskan pada Tabel V.2.

1.

Mewujudkan sumber daya masyarakat yang berkualitas.

2.

Memberdayakan masyarakat dan menciptakan seluas-luasnya kesempatan berusaha.

3.

Memelihara keamanan dan ketertiban umum.

4.

Mewujudkan penataan ruang yang terintegrasi dan memperhatikan daya dukung kota.

5.

Memantapkan sarana dan prasarana lingkungan dan permukiman yang ramah

lingkungan.

(18)

7.

Mewujudkan Surabaya sebagai pusat penghubung perdagangan dan jasa antar pulau

dan internasional.

8.

Memantapkan tata kelola pemerintahan yang baik.

9.

Memantapkan daya saing usaha-usaha ekonomi lokal, inovasi produk dan jasa, serta

pengembangan industri kreatif.

10.

Mewujudkan infrastruktur dan utilitas kota yang terpadu dan efisien.

.: KANTOR PERPUSTAKAAN 38 KABUPATEN/KOTA :.

Kota Surabaya

Profil Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya

(19)

PROFIL BADAN ARSIP DAN PERPUSTAKAAN KOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

SEJARAH SINGKAT

Perpustakaan Umum Kota Surabaya mulai berdiri sejak tahun 1984, dasar hukum berdirinya adalah SK Walikota Surabaya Nomor 605 Tahun 1984.

Perlu diketahui bahwa sebelum Perpustakaan Umum lahir terlebih dahulu didirikan Badan Pembina

Perpustakaan Kotamadya Daerah Tk II surabaya dengan surat keputusan Walikotamadya Surabaya No.31 tahun 1981.

Sejak terbitnya Perda Nomor 1 / 1995 Perpustakaan Umum Daerah Kotamadya Daerah Tingkat Surabaya mempunyai status Kantor (Eselon III) dipimpin oleh 1 orang Kasubbag TU (Eselon IV A) dan 3 orang Kasi (Eselon IV A) yang meliputi Kasi Layanan dan Informasi, Kasi Pembinaan, dan Kasi Pengadaan dan Pengolahan.

Pada Tahun 2005 Kantor Perpustakaan merger dengan Kantor Arsip dengan Peraturan Walikota Surabaya No. 74 tahun 2005 menjadi Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya dan status lembaganya menjadi Badan (Eselon II b) sedangkan Struktur Organisasinya Barpus dipimpin 1 (satu) orang Kepala (Eselon IIb), Sekretaris Badan (Eselon IIIa), Subbag Umum dan Kepegawaian (Eselon IV a), Subbag Keuangan (Eselon IVa), Bidang Layanan dan Informasi (IIIa), membawahi Subbid Layanan Perpus dan Informasi (Eselon IVa) dan Subbid Layanan Arsip (Eselon IVa), Bidang Pembinaan (Eselon IIIa) membawahi Subbid Pembinaan Perpustakaan (Eselon IVa) dan Subbid Pembinaan Arsip (Eselon IVa), Bidang Akuisisi Deposit dan Pengolahan (Eselon IIIa) membawahi Subbid Pengadaan, Deposit, dan Pengolahan Arsip (Eselon IVa) dan Subbid Pengadaan dan Pengolahan Kepustakaan (Eselon IVa).

Disamping ada kelompok Fungsional (Pustakawan) yang langsung dibawah Kepala Badan.

VISI DAN MISI

“VISI” : Menjadi sumber informasi dan mencerdaskan masyarakat Surabaya.

(20)

1. Meningkatkan kesadaran aparatur terhadap pentingnya arsip melalui pemasyarakatan kebersihan.

2. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia melaui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan aparatur tentang kearsipan serta profesionalisme kinerja aparatur dan pemanfaatan Iptek.

3. Mendorong pengembangan sistem kearsipan melalui peningkatan pelayanan prima yang dapat dipertanggungjawabkan.

4. Menyelamatakan dan mengamankan arsip sebagai sumber informasi dan bahan bukti pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

5. Membina dan mengembangkan koleksi perpustakaan.

6. Membina dan mengembangkan kualitas pelayanan perpustakaan.

7. Melestarikan koleksi sbagai hasil koleksi bangsa.

8. Membina dan mengembangkan jenis perpustakaan dilingkungan pemerintah Kota Surabaya.

9. Menyelenggarakan penyebaran informasi kearsipan dan perpustakaan.

KOLEKSI PERPUSTAKAAN

1. Jumlah koleksi keseluruhan yang dimiliki 459.132 Judul 904 Eksemplar.

1. Jumlah koleksi rujukan 2.626 Judul 8.807 Eksemplar

2. Jumlah koleksi Audio Visual 59 Judul

TENAGA PERPUSTAKAAN

1. Pustakawan Terampil 1 orang

2. Pustakawan Ahli 5 orang

3. Tenaga Teknis Perpustakaan 450 orang

ANGGOTA PERPUSTAKAAN

Anggota Perpustakaan sebanyak 1.531.337 orang

LAYANAN PERPUSTAKAAN

1. Sirkulasi

2. Referensi

3. Layanan perpustakaan keliling

(21)

5. Pemutaran Film

6. Internet

7. Pendidikan Pemakai

8. Fotokopi

9. Konsultasi Perpustakaan

10. Kidsmart IBM

PROMOSI PERPUSTAKAAN

1. Media Cetak

2. Media Elektronik

3. Lomba

4. Pameran

5. Brosur

6. Pamflet

7. Wisata Buku

8. Website

9. Buletin Perpustakaan

10. Mading

11. Bedah Buku

12. Talk Show Perpustakaan

13. Workshop Perpustakaan

14. Konferensi Perpustakaan

15. Pelatihan Perpustakaan

16. Pembekalan Perpustakaan

17. Pendampingan Perpustakaan

18. Story Telling

(22)

1. IPI (Ikatan Pustakawan Indonesia)

2. IKAPI Jawa Timur

3. Forum Komunikasi Perpustakaan

4. GPMB (Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca)

5. TP PKK Kota Surabaya

6. Sekolah-Sekolah se Kota Surabaya

7. Dinas Pendidikan

8. Unair

9. ITS

10. UK Petra

11. Ubaya

12. Unesa

13. HM Sampoerna

14. Yayasan Cendol

15. YPPI

16. Club Penulis Cilik

17. Lensa Indonesia

18. IBM

19. Permata Bank

20. BNI

21. BRI

22. Togamas

23. Gramedia

24. PDAM

25. Wismilak

26. Bank Mandiri

(23)

1. Juara I Lomba Perpustakaan Tingkat Nasional Tahun 2013

2. Penghargaan dari MDG Tingkat nasional Tahun 2013

3. Juara I Lomba perpustakaan Tingkat Provinsi Jawa Timur 2013

4. Juara I Lomba Perpustakaan Tingkat Provinsi Jawa Timur tahun 2008

5. Juara II Lomba Perpustakaan Tingkat Provinsi Jawa Timur tahun 2005

6. Juara I Lomba Perpustakaan Tingkat Provinsi Jawa Timur tahun 2003

NPP :

Status Lembaga : Badan (Eselon IIb)

SK Lembaga : SK. Walikota No. 605 / 1984

Tahun Berdiri : 1984

Nama Kepala : Arini Pakistyaningsih, SH,MM

SK kepala :

Alamat Lembaga : Jl. Rungkut Asri Tengah 5-7 Surabaya

Desa/Kelurahan : Rungkut Kidul

Kecamatan : Rungkut

Kabupaten/Kota : Surabaya

Profinsi : Jawa Timur

Kode Pos : 60293

Nomor telepon : 031 8707329

Nomor Faksimil : 031 8708154

Website : www.surabaya.go.id

Email : barpus@surabaya.go.id

Status dan luas tanah : 1.980 m²

Status dan luas gedung : 2.676 m²

Jam buka layanan : Senin s/d Kamis pukul 08.00 – 19.00 WIB

Jum’at pukul 08.00 – 18.00 WIB

(24)

Jumlah Koleksi : 459.132 Judul 904 Eksemplar

Jumlah Tenaga : 486 Orang

Jumlah Anggaran : Rp. 21.822.293 (2014)

Rp. 22.945.654 (2015)

Rp. 27.737.882 (2016)

Jumlah Perpustakaan : 2

Binaan : Perpustakaan Kecamatan 7

: Perpustakaan Desa/Kelurahan 29

: Perpustakaan Sekolah 1.508

: Perpustakaan Perguruan Tinggi 83

: Perpustakaan Khusus 5

Kondisi Geografis : Dataran

Jumlah Penduduk : 2.965.675 Jiwa (April 2016)

Luas Wilayah : 333.063 km²

Kepadatan : + 10.000 Jiwa / km²

Anggaran Perpustakaan : Rp. 21.822.293 (2014)

Rp. 22.945.654 (2015)

Rp. 27.737.882 (2016)

KENDALA DAN TANTANAGAN

1. Anggaran perpustakaan :

perlu ditambah tiap tahunnya.

1. Regulasi / dukungan Pemerintah Daerah :

Adanya Perda No. 5/2009 membantu perkembangnya tambahnya TBM

1. Tenaga Perpustakaan :

Kualitas tenaga perpustakaan perlu terus ditingkatkan

(25)

Koleksi Perpustakaan perlu terus ditambah sesuai kebutuhan

1. Teknologi Informasi :

SIPUS sering Troble jaringannya karena server ikut diskominfo

C. STRUKTUR ORGANISASI

E. PROGRAM UNGGULAN/PRIORITAS

1. Pernulusuran arsip bernilai guna sejarah

2. Investarisasi dan klasifikasi arsip vital kota Surabaya

3. Pengamanan dokumen asset-aset Pemerintah Kota Surabaya 4. Penataan arsip in aktif dan statis

5. Sistem penyimoanan arsip dinamis in aktif Pemerintah Kota Surabaya 6. Program Consulting pengelolaan kearsipan

F. JUMLAH ARSIPARIS.

Tingakat Ketrampilan : 1 orang Tingkat Keahlian : 1 orang Petugas Kearsipan : 30 orang

G. PEDOMAN KEARSIPAN YANG DICIPTAKAN DAERAH.

1. Surat Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tk.II Surabaya

No. 91/ WK/1981 tentang Tata Kearsipan Pemerintah Kotamadya Surabaya. 2. Surat Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Surabaya no. 255 Tahun 1992 tentang jadwal Retensi Arsip Pemerintah Kotamadya Surabaya.

3. Keputusan Walikota Surabaya No. 82 Tahun 2001 tentang nomor Induk Penyimpanan Arsip (NIPA).

4. Keputusan Walikota Surabaya No. 35 Tahun 2005 tentang kode wilayah Untuk Tata Kearsipan di Lingkungan Pemerintah Kota Surabaya.

5. Peraturan Walikota 22/2008 tentang JRA Kepegawaian PNS dan Pejabat Negara Pemerintah Kota Surabaya.

6. Peraturan Walikota no. 15/2008.

(26)

- Depo/ Ruang penyimpanan ukuran : 1.176.m2

- Alat Penyimpanan:Mobile file, rak arsip, almari foto, almari peta, almari Audio & Audio Visual.

- Sarana Perawatan : Fumigasi,Termitte control,Camper,Termometer Pengaturan kelembaban udara.

I. PELAYANAN ARSIP

- Ruang Layanan : ada

- Pengguna Arsip : pemerintah,mahasiswa,peneliti,masyarakat umum - Rata-rata pengguna tiap hari : 25 orang.

J. KHASANAH ARSIP

ARSIP INAKTIF

No Asal Arsip Jumlah Kurun Waktu Jenis Arsip

1 SKPD di lingkungan Pemerintah Kota

±20.000 box

3 Badan Perpustakaan & Kearsipan 24 lembar a.foto

4 ANRI 16 lembar12 lembar a.fotob.buku

5 Perpustakaan Nasional 2 buku a.buku

ARSIP STATIS

No Asal Arsip Jumlah Kurun Waktu Jenis Arsip

1 Bagian Umum Sekretariat

2 Kantor BP7 Kota Surabaya 153 data1 box Th. 1979-1999 Tekstual

3

(27)

Surabaya 518 data keatas

K. PROGAM YANG TELAH DILAKANAKAN :

a. Pameran : 8 kali b. Sosialisasi : 4 kali c. Bimbingan Teknis : 33 kali

Database Grand Desain

Kota Surabaya

a Format 1 : Format FM 01 (Data Umum Pelaksana di Daerah)

Tahun 2012

b Format 2 : Format FM 02 (Kesesuaian Rencana dan Realisasi)

Tahun 2012

c Format 3 : Format FM 03 (Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan Internal)

Tahun 2012

d Format 4 : Format FM 04 (Check List Mekanisme Pelaksanaan)

Tahun 2012

PISA dan Daya Baca

Bangsa

(28)

Ilustrasi

(Kompas)

Oleh: Gufran A Ibrahim

Akhir 2016, Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan

(OECD)— yang melaksanakan penilaian tiga tahunan atas budaya literasi

72 negara melalui Program for International Students Assessment—

melansir indeks budaya literasi siswa antarbangsa.

Indeks literasi sains dan matematika siswa Indonesia naik cukup bermakna

masing-masing 21 dan 11 poin: 382 poin pada 2012 menjadi 403 tahun

2015, serta 375 tahun 2012 dan 386 pada 2015. Indeks

literasi

membaca

hanya naik satu poin: 396 pada 2012 dan 397 pada 2015.

Bukan teks tunggal

Apa sebab penaikan indeks literasi membaca lamban ketimbang sains dan

matematika; juga ketimbang kemajuan membaca siswa bangsa lain

(29)

Pertama, teks bacaan dalam uji PISA adalah multiteks dan berbasis

komputer. Sajiannya begitu canggih. Isi dan struktur teksnya dalam

tampilan beragam genre wacana dengan memadukan kata, kalimat, grafik,

peta, dan ragaan yang dibentuk dalam tautan lintas-teks dengan siasat

rujuk silang (cross-reference).

Untuk menukik ke kedalaman makna multiteks seperti ini, sedikitnya

dibutuhkan dua kecakapan penting: (1) terampil menangkap makna yang

tersaji dalam paragraf; dan (2) kecepatan mengemas tautan makna

antarteks, antarteks dengan grafik, antarteks dan simbol, serta relasi

makna antargrafik. Yang pertama berkaitan keluasan dan kedalaman

penguasaan kosa kata, yang kedua berkelindan dengan keterampilan

menggerakkan pandangan dan kecekatan jari.

Dengan tetap menjaga ingatan tentang temuan makna anaforik dalam

ke-”sedang”-an jelajah teks, siswa harus mempersiapkan prediksi atas

kemungkinan makna kataforik yang akan dijumpai pada informasi dan teks

tertaut. Artinya, pergerakan mata bukan pergerakan fisik semata,

melainkan juga kekuatan ingatan pada bagian teks yang dilewati. Tentu

saja, di atas dua kecakapan kinestetik ini, dipersyaratkan keterampilan

berpikir tingkat tinggi.

Kedua, jika hanya terbiasa berhadapan dengan teks tunggal di sekolah,

yaitu teks hanya rangkaian paragraf, siswa kita akan kesulitan luar biasa

menghadapi teks ragam genre dalam kemasan multimedia. Siswa yang

hanya terbiasa membaca sebagai ”cara menyandikan kembali

lambanglambang ortografi secara diam atau nyaring” akan ”kewalahan”

menghadapi teks kompleks yang disodorkan uji PISA.

Apabila siswa kita tak menjadikan membaca sebagai aktivitas harian, di

sekolah ataupun di rumah, kepayahan akan menghadang saat

menghadapi rumitnya struktur fisik dan kedalaman makna multiteks dalam

kemasan multimedia. Apalagi jika siswa membaca hanya kalau ada tugas

sekolah. Belum lagi pembelajaran di kelas yang tidak mendorong strategi

membaca yang variatif dan eksploratif serta inovasi model membaca yang

mengenalkan keragaman genre teks.

Kalau benar siswa yang jadi sasaran uji PISA tak terbiasa mengenali dan

membaca teks kompleks, maka gagal paham atas ”rimba” semantik

multiteks sebenarnya bersumber dari persoalan yang sederhana tapi

mendasar dalam belajar, yaitu ihwal ”kebiasaan” dan ”kebisaan”.

(30)

kedalaman teks-teks multigenre-multimedia dan menangkap spektrum

maknanya hanya akan bisa dibentuk melalui ”pembiasaan” mengenali dan

membaca teks-teks tersebut. Jika kelas di sekolah hanya bisa dan biasa

membelajarkan membaca teks-teks tunggal dan sederhana yang

nir-inovasi, siswa hanya akan bisa mencapai kepandaian setingkat itu:

kemampuan baca paling dasar.

Ada tiga hal penting terkait daya baca, yaitu kemampuan menukik ke

kedalaman teks, ketahanan menjaga fokus, dan pemeliharaan nalar untuk

terus mengikuti bangun-struktur teks, terus mengenali keragaman tipologi

dan kompleksitas teks. Tiga-tiganya memberi kontribusi pada efisiensi

pemanfaatan waktu uji dan keberhasilan menukik ke kedalaman teks

kemudian menangkap makna bacaan.

Kalau saja benar bahwa gagal paham atas multiteks karena soal

ketaksabaran, ketidakcermatan, dan dangkalnya pengalaman membaca

siswa, maka upaya pengecekan terhadap sebab-sebab ketumpulan

(bu-)daya literasi membaca itu harus dikembalikan ke sekolah. Terkait ini,

pertanyaan penting perlu diajukan. Seberapa sering siswa menyelesaikan

tugas sekolah dengan membiasakan diri membaca? Seberapa luas

pengalaman mereka mengenali ragam teks, teks sederhana hingga yang

kompleks? Seberapa sering guru mendorong pembiasaan membaca. Lalu,

bagaimana guru memberi model membaca, mengenalkan genre dan

”rimba” teks?

Ada dua cara penting untuk meningkatkan budaya literasi membaca. Tentu

tak sekadar untuk kepentingan penilaian PISA, tetapi yang paling penting

adalah memastikan pelaksanaan pelajaran membaca benar-benar

dibangun untuk membentuk daya baca. Pertama, menemu-kenali

sebab-sebab terdalam mengapa siswa kurang sabar dan kurang cermat saat

berhadapan dengan teks yang panjang dan dalam uji PISA. Kedua, kita

merumus- ulang paradigma pembelajaran membaca, tidak banyak melalui

mata pelajaran bahasa (Indonesia dan Inggris), tetapi menyusun model

pembelajaran membaca bagi seluruh mata pelajaran.

Semua guru mata pelajaran di sekolah dilatih model dan strategi membaca

melalui model pembelajaran andragogi, dengan tiga siasat penting: (1)

pencanggihan cara membaca; (2) peragaman jenis-jenis teks, dari teks

tertulis—berbasis kertas (paper base)—yang sederhana hingga teks

kompleks; dan (3) pengenalan teks-teks multimedia berbasis komputer—

nirkertas (paperless).

(31)

Dua langkah penting untuk memastikan daya baca siswa jadi lebih baik.

Pertama, merancang gerakan satu semester satu novel sebagai langkah

awal pentradisian membaca. Langkah membaca teks-teks naratif adalah

tahap mula dari pembiasaan membaca. Kedua, penciptaan model

membaca produktif melalui peragaman teks bacaan untuk beragam jenis

teks dan pengenalan teks-teks bacaan yang multimedia, buku-buku

elektronik, serta pembiasaan mengenali tipologi dan kompleksitas teks-teks

di media daring.

Di atas segalanya, pembiasaan menjadi bangsa pembaca bukan hanya

perkara menghitung nilai pencapaian setiap akhir belajar. Pembiasaan

untuk keluar dari ketidaksabaran dan ketidakcermatan dalam membaca

adalah proyek kebudayaan membaca; dan proyek kebudayaan membaca

tidak bisa dikerjakan secara instan, kecuali kalau kita hanya ingin

meningkatkan indeks dan peringkat literasi membaca kita.

Memang, PISA adalah salah satu alat ukur seberapa jauh hasil belajar

telah dicapai. Akan tetapi, jika cara-cara menumbuhkan budaya literasi

membaca yang hanya untuk menaikkan peringkat, sesungguhnya kita

sedang mendorong belajar bukan untuk mencapai kepandaian, melainkan

belajar sekadar mendapatkan nilai rapor dan peringkat.

Gufran A Ibrahim

Ketua Pokja Literasi

Membaca

Menulis, Gerakan Literasi Nasional,

Kemendikbud

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 29 April 2017, di

halaman 7 dengan judul "

PISA dan Daya Baca Bangsa

".

Rilis PISA 2015: Kemampuan Baca Siswa Indonesia

Stagnan

8/12/2016

0

(32)

Satria Dharma

CM Indonesia - Rilis nilai Programme for

International Students Assessment (PISA) tahun

2015 menunjukkan kemampuan baca siswa

Indonesia masih stagnan, meskipun skor

Indonesia disebut membaik, terutama di

kompetensi matematika dan sains.

Dibanding skor ketika pertama kali mengikuti PISA di tahun 2000, ada kemajuan yang

dialami. "Indonesia termasuk nomor empat terbaik dalam peningkatan," ujar Kepala Badan Penelitian

dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Totok

Suprayitno dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (6/12), "Kabar ini tentu saja sangat

menggembirakan

bagi

kita."

Hasil survei 2015 menunjukkan kenaikan skor Indonesia sebesar 22,1 poin. "Untuk matematika dan

sains mengalami peningkatan, sementara dalam hal membaca masih kurang," terang Kepala Pusat

Penilaian Pendidikan Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Nizam.

Menurutnya, lemahnya kemampuan membaca erat kaitannya dengan keberadaan gawai, karena

anak-anak

lebih

senang

bermain

gawai

dibanding

membaca.

Pernyataan Nizam tersebut disanggah oleh Satria Dharma, penggagas Gerakan Literasi Sekolah.

Ketika dihubungi oleh CMid Rabu pagi (8/12), Satria menganggap Kemdikbud terlalu naif jika

mengambinghitamkan gawai sebagai penyebab rendahnya kemampuan membaca siswa Indonesia.

"Rendahnya kompetensi membaca siswa kita jelas karena mereka memang tidak dilatih untuk

membaca. Selama 71 tahun, Pemerintah belum benar-benar serius menanamkan minat baca.

Membaca adalah sebuah keterampilan, jadi harus dilatihkan terstruktur dan terus menerus."

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hal ini disebabkan karena pada situs web dinamis halaman web umumnya baru akan dibuat saat ada pengguna yang mengaksesnya, berbeda dengan situs web statis yang umumnya telah

Pernyataan-pernyataan diukur dengan menggunakan skala likert 1-5, dimana skala 1 mewakili jawaban sangat tidak setuju, 2 untuk jawaban tidak setuju, 3 untuk jawaban netral, 4

Penelitian yang dilakukan Rio Sihombing (2012) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh efektifitas modal kerja yang di ukur dengan perputaran modal kerja

Oleh sebab itu kebiasaan yang dibawanya sejak kecil, nilai yang dianut, sikap bawaan seseorang sangat mempengaruhi motivasinya; (b) Tingkat Pendidikan; guru yang

Apabila sistem kerja yang dilakukan perusahaan tidak diadaptasikan dengan kondisi pasar yang tengah dan akan dihadapi, sangat sulit bagi perusahaan untuk dapat berkembang

Berdasarkan kondisi eksisting partisipasi masyarakat di tiap kampung dan faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat, maka partisipasi masyarakat di tiap kampung berbeda. 

Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 1 - 3 bps dengan didorong olah adanya kenaikan