• Tidak ada hasil yang ditemukan

Qureta Arah Politik Pendidikan Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Qureta Arah Politik Pendidikan Indonesia"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

static1.squarespace.com/static

Arah Politik Pendidikan Indonesia

Simplifikasi persoalan pendidikan Indonesia dewasa ini pada ranah fenomenologi hanya akan mendedah masalah makro (eksternal), sementara dimensi mirko (internal) cenderung

terbaikan, bahkan ditampik sebagai problem mayor. Keduanya perlu diposisikan secara diametral sehingga tetap mengindahkan dua variabel terikat sebagai objek kajian.

Perspektif demikian memudahkan peneliti menganalisis gejala pendidikan secara inheren, baik mendudukan politik, industri, maupun pendidikan sebagai tiga faktor yang terpaut atau

berkelindan.[1]

Pendidikan formal sebagai usaha pedagogik terencana yang dikonstruksi pemerintah tak terlepas dari perseturuan politik di tingkat parlemen.[2] Arah pengembangannya ditentukan

Rony K. Pratama (https://www.qureta.com/pro le/Ronykpratama) Buruh

25 Oct 2017 · „ 165 views

(2)

Karena itu, pada tataran politik kebijakan pendidikan di bawah Soekarno, sudah barang tentu berbeda dari Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY, hingga Jokowi. Kendati demikian, luaran yang dikehendaki masing-masing orde relatif sama, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.

Di luar negara, iklim percaturan global turut memengaruhi, walupun bersifat implisit dan pragmatik. Kondisi itu menandakan bahwa dimensi pendidikan sangat bergantung pada konstelasi internasional.[3]

Apalagi tatkala ketegangan Perang Dingin selama hampir empat dekade menggelayuti bangsa-bangsa di dunia; pendidikan Indonesia mengalami ambivalensi, meskipun pada praktiknya pemerintah condong netral karena mendeklarasikan diri sebagai wilayah nonblok. Sejarah mencatat bahwa Pedang Dingin telah usai sejak Tembok Berlin dihancurkan pada akhir 80-an. Secara simbolis dinyatakan berakhir, namun sebetulnya ia tengah berlangsung dalam format baru di balik pragmatisme rekonsiliasi antarnegara.

Ia bisa dilacak dalam kerangka orientasi pendidikan internasional yang menuntut

keseragaman, baik ditandai oleh lembaga survei kompetensi siswa maupun standarisasi kurikulum. Yang pertama diwakili beberapa institusi: PISA, PIRLS, OECD, dan TIMSS; sedangkan kedua direpresentasikan oleh IPC serta ISCED di bawah payung UNESCO.[4] Tumbuhnya kesadaran satu identitas dan sistem yang terintegrasi secara instruktif membuat perencanaan pendidikan Indonesia—disadari atau tidak—mengikuti atmosfer internasional. Kalaupun sepanjang dua puluh tahun terakhir Kemendikbud tercatat pernah mengganti kurikulum sebanyak empat kali (Kurikulum 1994, KBK, KTSP, Kurikulum 2013).

Pergantian itu sebatas mekanisme pengajaran yang substansinya sama dan

diimplementasikan demi memenuhi tuntutan global abad ke-21.[5] Karenanya, politik

pendidikan Indonesia pada lingkup substansi dan kebijakan niscaya merujuk pada diskursus internasional.

Industri Sekolah

Geliat semangat pembangunan menyodorkan gagasan klasik ihwal kalkulasi modal pada setiap perhitungan apa pun. Implikasinya, nilai-nilai humanisme dikesampingkan atau dimanipulasi atas nama kepentingan finansial.

Simtom ini mulai muncul seiring dengan Revolusi Industri Eropa pada akhir abad ke-18. Sekolah pun, tak terkecuali, menjadi sasaran menggiurkan para cukong yang menghamba pada Keuangan Yang Maha Esa.

(3)

Pada masa itu, Soeharto memfokuskan sektor ekonomi, kesehatan, dan pendidikan sebagai inti pembangunan. Oleh sebab itu, pada bidang pendidikan, ia mulai mendirikan Sekolah Dasar Inpres sebagai bentuk terobosan pada Repelita I.[7]

Ariel Heryanto, seorang dosen di Monash University, meneliti situasi sosial di era Orde Baru sarat akan dominasi militer pada setiap sektor politik dan ekonomi. Oleh karenanya, dalam konteks pendidikan, ia menyebut keadaan itu sebagai “sebuah ritual propaganda dan produksi slogan” yang secara perlahan berlangsung di tahun 1970-an dan 1980-an serta meletup hebat pada tahun 1990-an karena “tuntutan industri kapitalisme global”.[8]

Hilir dari persoalan sosial-politik itu mengerucut pada peran dan keberadaan sekolah sebagai produk masa industri Eropa: apakah ia (masih) relevan bagi konteks manusia Indonesia di tengah eksistensi konsep pendidikan yang ditawarkan Ki Hadjar Dewantara seabad lalu. Keduanya memiliki konteks historis yang berbeda. Pertama, mulanya sekolah berasal dari bahasa Latin: skhole, scola, scolae, atau skhola yang berarti waktu senggang.[9] Karena itu, sekolah hanya dianggap sebagai instrumen minor dalam peradaban.

Yang kedua, ide tamansiswa oleh Ki Hadjar Dewantara. Berbeda dari pandangan sekolah pada abad Renaisans Eropa, konsep tamansiswa menitikberatkan bakat sebagai modal manusia yang perlu dibina oleh pamong (guru).

Oleh karena itu, posisi guru bukan memposisikan siswa sebagai objek pasif, melainkan subjek aktif yang harus diikuti perangainya—bukan malah dinegasikan melalui sikap acuh.[10] Selain itu, pembeda antara tamansiswa dan sekolah bukan hanya metode pengajaran, melainkan juga kurikulum, gaya pembelajaran, dan sistem pendidikan.

Perbedaan kontras lain yang menarik dicatat ialah sekolah mencetak manusia industri,

sedangkan tamansiswa mendidik manusia seutuhnya: penggagas dan penggerak. Dalam term psikologi modern, orientasi pendidikan yang hendak Ki Hadjar Dewantara tempuh adalah aspek afeksi: neng, ning, nung, dan nang.[11]

Penekanan dimensi emosi itu masih relevan bagi paradigma pendidikan Indonesia. Ide Ki Hadjar perlu direvitalisasi, bukan hanya simbolisasi.

____________

[1] Tulisan ini saya uraikan secara singkat dengan didasarkan atas studi komparasi. Lebih lanjut baca Whyte, N.F. 1976. Research Methods for Study of Consciousness and Cooperation. American Journal of Sociology. Hal. 78.

[2] Hipotesis ini saya dapatkan ketika membaca kritis gagasan para pemikir pendidikan Amerika Latin. Lebih lanjut: Freire, Paulo. 1972. Cultural Action for Freedom. London: Penguin. Selain itu, sidang pembaca bisa mengulas lebih dalam pada Fromm, Erich. 1965. The Application of Humanist Psychoanalysis to Marxis Theory. London: Penguin.

(4)

[4] Badan standar internasional tersebut didirikan agar memiliki kesamaan paradigma: pendidikan untuk semua. PISA (Programme for International Student Assessment), PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study), OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development), TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study), IPC (The International Primary Curriculum), dan ISCED (The International Standard Classification of Education). Lebih lanjut lihat UNESCO Institute for Statistics. 2012. Montreal, Canada.

[5] Pratama, Rony K. dan Zidnie Ilma. 2015. Transformation in Indonesian Language Curriculum: Pros and Cons between KTSP 2006 and Curriculum 2013 in Indonesia. Paper, Singapore. Hal. 1

[6] Gejala ini dipaparkan Ariel Heryanto dalam makalah populernya berjudul Industrialisasi Pendidikan: Berkah, Tantangan, atau Bencana bagi Indonesia dalam bunga rampai “Menggagas Paradigma Baru Pendidikan” (Editor: Sindhunata). 2000.  Penerbit Kanisius.

[7] Kebijakan itu tertuang pada Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 1973tentang Program Bantuan Pembangunan Gedung SD.

[8] Ibid Nomor 8. Hal. 44.

[9] James, S. Coleman. 1965. Education and Political Development. Princeton, N.J: Princeton University Press.

[10] Dewantara, Ki. Hadjar. 1977.  Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa.

[11] Bapak Pendidikan Nasional itu menjelaskan konsep 4 N itu sebagai “Kesucian pikiran dan kebatinan, yang didapat dengan ketenangan hati...” lihat Pengajaran Nasional dalam Wasita Jilid II No. 1-2  Edisi Juli-Agustus 1930.

Subscribe Noti cation

(5)

Ketika Abah Anton dan Ya’qud Ananda Terciduk KPK (https://www.qureta.com/post/ketika-abah-anton-dan-ya-qud-ananda-terciduk-kpk)

„ 403 views

Mencintai Itu Susah! (https://www.qureta.com/post/mencintai-itu-susah) „ 144 views

Memilih Pemimpin Cerdas Menuju Bonus Demogra (https://www.qureta.com/post/memilih-pemimpin-cerdas-menuju-bonus-demogra )

„ 130 views

Kisah Om Peter dan Hatinya yang Terpikat Papua Merdeka (https://www.qureta.com/post/peter-arndt-dan-hati-yang-terpikat-papua-merdeka)

(6)

Warga Negara Asing dalam Diplomasi Indonesia (https://www.qureta.com/post/orang-bule-dalam-diplomasi-indonesia) „ 88 views

Hukuman Mati: Pro dan Kontra (https://www.qureta.com/post/hukuman-mati-pro-dan-kontra) „ 83 views

KPK dan Pendidikan Antikorupsi: Konstruk Moralitas & Gaya Non-Korup (https://www.qureta.com/post/kpk-dan-pendidikan-antikorupsi-konstruk-moralitas-gaya-non-korup)

„ 78 views

(7)

Dalam Kuasa Desas-Desus (https://www.qureta.com/post/dalam-kuasa-desas-desus-6) „ 45 views

Mereka yang Gamang Berdemokrasi (https://www.qureta.com/post/mereka-yang-gamang-berdemokrasi) „ 44 views

PENULIS FAVORIT (https://www.qureta.com/penulis-favorit)

Goenawan Mohamad (https://www.qureta.com/pro le/gm) Sastrawan

ȡ Follow (https://www.qureta.com/login)

Ludiro Madu (https://www.qureta.com/pro le/10159512091725646) Dosen

ȡ Follow (https://www.qureta.com/login)

Ayu Utami (https://www.qureta.com/pro le/ayuutami) Novelis

ȡ Follow (https://www.qureta.com/login)

Aura Asmaradana (https://www.qureta.com/pro le/aura asmaradana) Mahasiswi

ȡ Follow (https://www.qureta.com/login)

Tentang Qureta (https://www.qureta.com/page/tentang-qureta)  |  Tips Menulis (https://www.qureta.com/page/tips-menulis)  |  FAQ (https://www.qureta.com/page/faq)  |  Kontak (https://www.qureta.com/page/kontak)

Referensi

Dokumen terkait

Laporan arus kas tersebut dikelompokkan dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan serta disajikan secara terpisah antara kelompok utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran

Penyebab Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik Dalam sistem tenaga listrik tiga fasa, gangguan- gangguan yang dapat menyebabkan timbulnya arus berlebih yang mungkin terjadi

Data skala sikap digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa dan guru terhadap proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dengan

[r]

Pengaturan terhadap anak penyandang cacat disebutkan pada Pasal 70 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yaitu Perlindungan khusus bagi anak

telah diuraikan, maka dapat diduga dengan menggunakan metode latihan sirkuit ini yang diberikan kepada pemain dalam latihan mempunyai pengaruh terhadap peningkatan

Kunci dan pembahasan soal ini bisa dilihat di www.zenius.net dengan memasukkan kode 1220 ke menu search. Panjang sisi-sisi sebuah

[r]