• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Metode Konstruksi Gedung Konstruksi Tahunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pedoman Metode Konstruksi Gedung Konstruksi Tahunan"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

1.1. PERENCANAAN SITE PLAN

Perencanaan Site Plan adalah perencanaan tata letak atau lay out dari beberapa fasilitas yang diperlukan selama pelaksanaan proyek yang harus sedemikian rupa di atur agar sedapat mungkin meningkatkan produktivitas kerja. Fasilitas-fasilitas proyek yang dimaksud antara lain :

Kantor proyek/direksi keet Gudang material dan peralatan

Base camp staf proyek dan barak pekerja Tempat pabrikasi kerja besi dan kayu Pos jaga dan pagar kerja

Jalan kerja

Penempatan alat berat, tower crane dan lift bahan Lokasi pembuatan komponen precast jika memang

diperlukan

Dll

(2)

Galian Open Pumping Pompa

Galian Pre Drainage ( Well Point

System )

Pompa

1.2. PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH 1.2.1. DEWATERING

Sebelum pekerjaan galian dimulai, sudah harus pasti lebih dahulu , sistem dewatering yang akan diterapkan.

Pada dasarnya ada 3 ( tiga ) macam sistem dewatering, yaitu :

1. Open Pumping ( debit rembesan kecil )

(3)

Galian Cut Off Dinding Cut Off

3.Cut Off ( tidak diinginkan ada penurunan muka air tanah , dan tidak tersedia saluran drainage )

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk melakukan dewatering ialah menggunakan metode pengurasan dengan pemompaan yang dilakukan dengan sumur titik (well point system).

Pekerjaan persiapan

1. Tentukan letak titik dan kedalaman rencana pengeboran.

2. Menyiapkan casing pipa pvc dengan urutan sebagai berikut :

 Lubangi pipa casing pada bagian ujung yg

akan terendam air dengan diameter lubang sesuai shop drawing, dengan menggunakan alat bor.

 Bungkus lubang-lubang pipa tersebut dengan

kawat ayam/plastik filter.

(4)

3. Buat bak penampung air sirkulasi pengeboran

berupa galian tanah yang dilapisi semen.

4. Laksanakan pengeboran tanah dengan mesin bor, jumlah lubang dan diameter serta kedalaman galian hams sesuai dengan rencana.

5. Masukkan pipa pvc yang telah dilubangi kedalam lubang bor secara bertahap.

6. Isi rongga antara lubang pengeboran dan casing pvc dengan koral gundu.

Buat saluran pembuangan air dari hasil dewatering

7. Pasang dan operasikan pompa submersible secara otomatis kedalam casing pvc dengan mengatur :

 Rangkaian pompa submersible dengan pipa

galvanis

 Letak manometer, stop kran, check valve

(untuk mengetahui dan mengatur tekanan/debit air).

 Letak water level control/ elektrode (untuk

mengatur tinggi rendahnya permukaan air di dalam sumur sebagai pengamanan pompa).

 Letak panel kontrol dan instalasi listrik.

8. Merek-merek pompa dewatering yang sering digunakan torishima, ebara, dll.

(5)

Pengeboran Tanah untuk dewatering

Pembuatan Lubang pada ujung pipa dan

Pembungkus an pipa dengan kawat ayam

Pipa casing PVC dimasukan kedalam lubang sumur hasil pengeboran

(6)

1.2.2. GALIAN TANAH BASEMENT

Metode galian tanah basement , ditetapkan

berdasarkan atas kondisi air tanah dan jenis tanah . Bila galian cukup luas dan dalam , sehingga alat gali dan alat angkut harus turun , maka galian harus diperlebar untuk keperluan “ ramp “

Persiapan

Sebelum proses penggalian dilaksanakan, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

 Kedalaman Galian

1. Cek stabilitas lereng, apakah dapat digali secara open cut dengan mem-bentuk slope (cek tinggi kritis & ke-miringan slope).

(7)

Elevasi dasar galian

 Pemilihan, jumlah, dan komposisi alat gali yang

digunakan berdasarkan waktu pelaksanaan dan lokasi proyek.

 Jalan kerja yang memenuhi syarat.

 Pemeliharaan lingkungan sekitar proyek (debu,

lumpur bekas material galian, dll).

Metode pekerjaan galian

 Galian tahap 1

 Penggalian dilakukan backhoe dan material

langsung didumping ke dump truck (posisi dump truck yang optimal di mana sudut swing bucket backhoe (45"-90"), tinggi galian sesuai perhitungan tinggi kritis.

 Galian tahap 2

 Lereng hasil penggalian tahap 1 harus diproteksi

dari gerusan air hujan dengan menggunakan terpal plastik (plastik sheet) dan galian tahap kedua dapat dilaksanakan dengan metode yang sama pada tahap 1.

 Penggalian dilanjutkan sampai elevasi rencana,

untuk penggalian di bawah permukaan air tanah dilakukan pekerjaan dewatering.

 Hasil galian tanah dibuang ke lokasi disposal

area, diusahakan agar jarak disposal adalah jarak terdekat dan yang perlu diperhatikan usahakan tanah galian tidak berjatuhan di jalan dengan cara menutup bak dump truck dengan terpal.

(8)

Ramp Perlindungan

Slope

1.2.2.1. GALIAN TANAH SLOPE

Untuk melindungi slope terhadap gerusan air hujan, permukaan slope dapat dilindungi dgn terpal atau dgn shotcrete

1.2.2.2. GALIAN TANAH SUPPORT/ TEGAK

(9)

Galian tahap I Strutting tahap I

STRUTTIN G

Galian tahap II

Strutting tahap II

Galian tahap akhir

Galian tahap I + Bracing tahap I

Galian tahap akhir + Bracing akhir

BRACING

Untuk beban lateral yang besar dan galian yang sangat lebar, ground support dapat diperkuat dengan sistem bracing/ strutting / anchoring

(10)

Galian thp.I

Galian thp.akhir ANCHORING

1.2.3. PONDASI

Pada umumnya fondasi untuk bangunan gedung bertingkat, menggunakan fondasi dalam.

Beberapa alternatif adalah :

1. Pondasi Tiang Pancang (Driven Pile) 2. Pondasi Frankie Pile

(11)

Galian Basement

1.2.3.1. TIANG PANCANG (DRIVEN PILE) Ada dua alternatif, yaitu :

Dipancang dulu baru digali

basement (umum) Digali basement dulu, barudipancang

Bila tiang pancang berjarak rapat dan menimbulkan soil displacement yang cukup besar, maka untuk menghindari terjadinya “heaving“, urutan pemancangan harus dari tengah keluar .

Persiapan

 Penentuan alat pancang yang digunakan:

peralacan pancang yang dipakai harus mempunyai efisiensi dan energi yang memadai.

 Pemilihan jenis hammer secara tepat harus

memper-hitungkan panjang tiang, daya dukung tiang, dan kondisi tanah.

 Rencanakan set tiang final: untuk menentukan

pada kedaiaman mana pemancangan tiang dapat

(12)

dihentikan, berdasarkan data tanah dan data jumlah pukulan terakhir {final set)

 Rencanakan urutan pemancangan dengan

pertimbangan kemudahan manuver alat. lokasi stok material ditempat-kan sedekat mungkin dengan lokasi pemancangannya.

 Tentukan letak titik pancang dengan theodolit dan

tandai dengan patok.

Urutan pemancangan Proses pemancangan

1. Dipasang patok 2 posisi rencana tiang pancang. 2. Diberi nomor urut pemancangan sesuai rencana. 3. Bila perlu penyambungan, disiapkan dari awal

baik tiang penyambung maupun alat penyambung.

4. Pemancangan dihentikan bila final settlement telah memenuhi syarat.

5. Penghentian pemancangan harus

sepengetahuan Pengawas yang bersangkutan. 1.2.3.2. FRANKIE PILE

 Pipa baja dengan ujung bawah terbuka,

(13)

Pipa Kedalaman pemancangan ditentukan melalui data yang diperoleh dari penyelidikan tanah dan

kalendering pada setiap titik. Pemancangan dihentikan apabila penurunan pipa tidak lebih dari 30 mm dalam 10 pukulan, dengan tinggi jatuh palu setinggi 1,20 meter per pukulan.

 Setelah mencapai kedalaman yang

diharapkan, pipa ditahan dengan sling dan sumbat split yang terdapat di dalam pipa dipukul hingga lepas dan keluar dari pipa. Beton kering lalu diisikan sedikit demi sedikit ke dalam pipa untuk pembuatan pembesaran (bulb) atau enlarged base.

 Pembesian dimasukkan ke dalam pipa.

Pembesian dibuat sepanjang tiang dengan tambahan ± 0,90 m stek untuk masuk ke dalam

poer untuk penyambungan, sehingga over-lapping besi utama adalah ± 90 cm.

 Pengecoran kedalam pipa dilakukan sedikit

demi sedikit disertai dengan pamadatan, sambil pipa sedikit demi sedikit dicabut.

 Pengecoran beton terakhir ditambah setinggi

lebih kurang 30 cm - 50 cm.

(14)

1.2.3.3. BORED PILE

1.2.3.3.1. PROSES PENGEBORAN

1. Pengeboran dimulai dengan menggunakan

auger dengan diameter sedikit besar. Untuk kemudian memasang casing sementara (bila diperlukan) sepanjang maksimum 4.00 meter.

Casing sementara ini dibutuhkan untuk menghindari runtuhnya tanah permukaan di sekeliling lubang bor.

2. Pengeboran dilanjutkan menggunakan auger

atau bucket. Bila dinding lubang bor runtuh, maka dibutuhkan pengisian air dalam lubang bor selama proses pengeboran dilaksanakan.

1.2.3.3.2. PROSES PEMBERSIHAN LUBANG

Pembersihan dasar lubang dimulai dengan menggunakan cleaning bucket. Bahan yang dikeluarkan dan tebalnya harus dicatat. Proses diulang beberapa kali sampai dasar lubang dalam keadaan relatif bersih.

1.2.3.3.3. PROSES PENGECORAN BETON

(15)

sesuai spesifikasi teknis.

2. Bila di dalam lubang terdapat volume air yang cukup banyak dan deras maka pengecoran dilaksanakan melalui pipa tremie yang ditutup pada ujung bawahnya, menggunakan plat baja yang dinamakan end plate atau dengan menggunakan plastic foam sebagai pemisah antara beton dan air.

3. Pipa tremie dipasang sepanjang lubang yang dibor dengan ujungnya bertumpu pada dasar lubang.

Beton Readymix dituangkan ke dalam tremie

hingga pipa tersebut terisi penuh. Pipa lalu ditarik sehingga end plate terlapas dan beton mengalir pengecoran tiang dilakukan berulang kali hingga permukaan beton mencapai ketinggian yang diinginkan. Selama pengecoran berlangsung ujung bawah pipa

tremie harus terbenam di dalam beton. Bila pipa tremie terlampau panjang maka pipa

tremie dengan panjang masing-masing potongan antara 1 - 6 meter harus diangkat dan dipotong.

(16)

4. Casing lalu dicabut perlahan-lahan dan dilakukan pengukuran terakhir untuk memeriksa apakah ketinggian permukaan beton berada di atas rencana dasar poer

setinggi ± 1 meter untuk menjamin mutu beton yang baik pada elevasi dasar poer.

Apabila perlu, casing sementara di cor beton sampai penuh sehingga ketinggian permukaan beton yang diinginkan tercapai. Bilamana tidak ada air di dalam lubang bor, pengecoran beton dilakukan dengan pipa tremie pendek (± 1 m) dan corong saja. Pipa tremie pendek ini berfungsi agar beton yang dituangkan jatuh Pipa

casing

Penyedot sisa boring

Pipa casing ditarik& cor

Pembesian

Bor Tanah

Pile Cap

(17)

GROUND BEAM

PILE CAP Permanen Form work

ditengah-tengah lubang.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bored pile :

 Tetapkan titik-titik bore pile.

 Siapkan saluran drainage untuk pembuangan

lumpur dari galian bor.

 Arah gerakan alat bor, mundur (bila perlu galian

sambil diisi lumpur bentonite).

 Sample tanah elevasi akhir, diserahkan pada

Pengawas, untuk persetujuan pemberhentian boring.

 Penurunan rangkaian pembesian,

memperhatikan elevasi rencana.

 Pengecoran menggunakan sistem pipa tremi.

1.2.4. PILE CAP DAN GROUNDING

1.2.5. RAFT FONDATION

Raft foundation, biasanya digunakan pada bangunan gedung bertingkat tinggi, dengan basement yang dalam. Raft foundation, berfungsi juga sbg pile cap fondasi tiang (bored pile), dan sbg pemberat

(18)

Di Cor tahap I (dgn form work)

Di Cor tahap II (tanpa form work)

Balok Kayu Kawat anyaman Tulangan Raft

Tulnagan Raft

Pengecoran Tiap Kotak, (sistem papan catur tahap II ) Pengecoran Tiap Kotak, (sistem papan catur tahap I )

bangunan. Raft foundation, berbentuk sebagai plat yang tebal sekali, missal >2 meter, sehingga perlu metode pengecoran khusus .

(19)

Galian & Cor panel Male

Panel Female Panel Female

Galian & Cor panel Female

Galian Bore pile , diisi semen bentonite

Galian Bore pile , disela-sela bore pile semen bentonite , kemudian di cor beton bertulang

Panel Female

1.2.6. DINDING DIAFRAGHMA

Secant pile wall

(20)

Diaphragm Wall

King Post

Galian level I

Galian level II

Kolom basement

Slab basement

1.2.7. BASEMENT

Sistem pelaksanaan struktur basement , dapat dibagi menjadi :

• Sistem Konvensioal ( Bottom up )

• Sistem Top Down ( Up and Down )

• Sistem campuran ( Top Down & Bottom Up ) Sistem yang digunakan , dipengaruhi oleh situasi dan kondisi bangunan. Top Down adalah sistem baru, yang dimaksudkan agar proses pelaksanaan dapat lebih cepat.

1.2.7.1. KONVENSIONAL

(21)

Lean concrete Tulangan Slab Tulangan Kolom

King Post

Lean concrete

King Post

Pasang penulangan kolom , dan pasang bekisting kemudian kolom di cor

TAHAP PENGERJAAN BASEMENT TOP DOWN SISTEM

(22)

Kolom yang telah dicor Lobang untuk pipa concrete pump

(23)

BALOK / SLAB DENGAN PERANCAH SCAFOLDING

Ajusting Frame Main Frame Di cor beton

Kolom telah dicor

U Head Jack

Jack Base Joint Pin Balok& papan Kayu

Pipa Bracing

BALOK / SLAB , KONVENSIONAL

Di cor beton Slab& Balok

Kolom telah dicor Balok& papan Kayu

Tiang Kayu Tiang

Kayu

Papan Alas

1.3. PEKERJAAN STRUKTUR ATAS 1.3.1. KOLOM, BALOK, SLAB

1.3.1.1. FORM WORK/BEKISTING

(24)

Sepatu Kolom ( beton / besi siku )

CAST IN PLACE Concrete

Bucket

Pengatur vertikal

Pedoman vertikal

BALOK / SLAB MENGUNAKAN STEEL DECK

Di cor beton

Kolom telah dicor

U Head Jack

Jack Base Joint Pin Steel Deck

Steel Support bila diperlukan

Profil Steel deck

BALOK / SLAB DENGAN HORRY BEAM

Di cor beton

Kolom telah dicor

U Head Jack

Jack Base Joint Pin Horry Beam

(25)

KOLOM , dengan Sistem Pre-Grout

Kolom Bag. atas

Kolom Bag. bawah Diisi grout (dilebihkan)

Sebelum grouting mengeras , tidak boleh diganggu .

1.3.1.3. PRECAST

(26)

KOLOM , dengan Sistem Embeded Part dan Las

Di Las

Kolom bagian bawah Kolom bagian atas

Baja penyambung

Kolom bagian bawah Baja penyambung

Kolom bagian atas

KOLOM , dengan Sistem Post-Grout

Kolom Bag. bawah Kolom Bag. atas

Bedding mortar

(27)

KOLOM & BALOK, dengan Sistem Embeded part dan las

Embeded Part

Plat penyambung di las

Tampak Atas Kolom

Balok

Tampak Samping

Di Grout

BEAM , dengan sistem Grout & Cor

Komponen Precast Komponen Precast

Komponen Precast Komponen Precast

Cast In Place Splice Sleeve

BEAM , dengan Sistem Grout

TANGGA Sistem Precast

Bagian Trap di precast

Bagian Bordes di cast in place

(28)

(29)

CAMPURAN ( Hollow Slab )

Hollow Slab precast

Kolom telah dicor Cast In Place

CAMPURAN ( Half Slab )

Half Slab precast Cast In Place

Temporary support Half Slab precast

Dalam sistem ini , biasanya yang di precast adalah Slab , antara lain :

Penggunaan Half Slab precast , kolom dan balok serta sebagian slab di cor ditempat .

29

(30)

Double Tee Beam Precast

Cast In Place

Scafolding untuk cor balok

Tampang Double Tee Beam

CAMPURAN ( Double Tee Beam)

Penggunaan Hollow Slab precast, kolom dan balok serta toping slab di cor ditempat .

(31)

CLIMBING FORM

Plat form untuk kerja

Penggantung Plat form untuk finishing Bout penahan

Shear Wall yg sdh dicor .

Pipa

SLIP FORM

Penggantung Plat form untuk finishing Steel Jack Rod

Hydraulic Climbing Jacks

Yoke Unit Hand Rail

Working Platform

1.3.2.. SHEAR WALL, CORE WALL 1.3.2.1. FORM WORK/BEKISTING

(32)

AUTO JUMP FORM

Pengecoran Thp. I , manual

Cekungan

Stationary jack rod Hydraulic jack

Adjustable shear key support

system Grid Beam

COR DINDING PEMASANGAN FORM

MENGANGKAT FORMWORK MENGANGKAT JACK ROD

CARA KERJA HYDRAULIC JACK

Jack Rod Hydraulic Jack

Penghubung Hydraulic Jack & Grid Beam

LAY OUT GRID BEAM & HYDRAULIC JACK ( Tanpa gambar Deck )

Hydraulic Jack

(33)

Core wall Starter bar yg

ditanam

Starter bar tlh dibuka

1.3.2.2. HUBUNGAN CORE WALL DGN SLAB

Hubungan Core wall dengan slab, melalui starter bar yang ditanam pada dinding core wall

1.3.3. PEKERJAAN BETON (CONCRETE) 1.3.3.1. SLAB DAN BALOK

1. Setelah beton agak mengering, pasang adukan pada sekeiiling beton lantai yang akan digenangi air dengan tinggi adukan ± 5 cm. 2. Biarkan adukan sampai kering/ keras.

(34)

3. Aliri/ genangi permukaan beton lantai dengan

air kerja menggunakan pompa dan slang air. 4. Lakukan penyiraman atau penggenangan

permukaan lantai beton secara teratur 5. Kontrol genangan air jangan sampai kering 6. Jika terjadi hujan maka tidak perlu diadakan

pekerjaan penyiraman beton lantai

1.3.3.2. KOLOM

1. Setelah bekisting kolom dibuka curing dapat dilakukan

2. Kondisi kolom agak mengering

3. Curring dilakukan dengan melakukan penyemprotan curing compound

4. Curing juga dapat dilakukan dengan menutupi permukaan kolom dengan terpal/ kain karung basah

(35)

1. Pengisian kerucut Abrams dilakukan 3 tahap dimana tiap tahap untuk mengisi sepertiga tinggi kerucut.

2. Pemampatan dengan merojok adukan beton sebanyak ± 25 kali menggunakan besi untuk tiap tahap pengisian kerucut.

3. Ratakan permukaan kerucut

4. Bersihkan bagian alas bawah kerucut 5. Tekan pegangan kemudian angkat kerucut 6. Ukur tinggi penurunan yang terjadi pada

adukan beton

1.3.3.4. TEKNIK PENGECORAN DAN PEMADATAN

(36)

Pengecoran Kolom Cara Yang Benar

1. Saat penuangkan beton dari gerobak salurkan campuaran memlalui pipa flexible/tremi

2. Saat menuangkan beton menggunakan bucket dari tower crane gunakan pipa penyaluran yang flexible/tremi yang pangkalnya disambungkan dengan kerucut corong

3. Saat menuangkan beton menggunakan Concrete Pump masukan ujung pipa concrete pump sampai dasar bekisting sambil diangkat perlahan saat bagian tersebut telah terisi beton. Cara Yang Salah

4. penuangan beton dengan jarak jatuh yang jauh, lama dan tak terkontrol dapat menyebabkan

segregasi dan campuran beton yang

membentur bekisting dapat merusak bekisting dan campuran beton.

Segregasi menyebabkan mortar/adukan akan tertinggal di permukaan sedangkan agregat kasar akan menumpuk dibagian bawah

Prinsip untuk menghindari segregasi selama pengecoran disegala tempat :

1. Beton dicor secara vertikal dan sedekat mungkin dengan posisi pengecoran

2. Beton jangan dialiran ke posisi pengecoran, tetapi beton dipindahkan.

(37)

Penggetaran pada saat melakukan pengecoran harus dilakukan antara lain untuk

mengkonsolidasikan partikel agregat sampai rata dan mengeluarkan udara yang terjebak.

1.4. PEKERJAAN ARSITEKTUR

1.4.1. PEKERJAAN PLESTERAN DINDING a. Peralatan Yang Digunakan

 Meteran  Jidar aluminium  Roskam kayu  Roskam besi  Kertas semen

 Benang

b. Bahan Yang Digunakan :  Triplek

 Kawat ayam (jika plesteran lebih dari 3cm)

 Air

 Semen

c. Pelaksanaan :

1. pasang batu bata/batako sesuai shop drawing.

2. basahi permukaan pasangan batu/ bata dengan air sampai basah secara merata (curing).

(38)

3. pasang tarikan benang vertikal dan horizontal

sebagai panduan kepalaan dan cek tarikan benang.

4. setelah kepalaan terpasang periksa hold point ke 1

HOLD POINT 1

Instalasi M/E sesuai

shop drawing Koordinat titik M/E harus tepat

Ketebalan kepalaan

sesuai speksifikasi Ketebalan 1,5-3cm

Cek vertikalnya

shop drawing Vertikal & horizontal lurus dan rata (harus lot)

5. kemudian periksa hold point ke 2

HOLD POINT 2

Kerataan pemukaan plesteran

Dengan Jidar alumunium L=2m; deviasi ± 1mm

(39)

MULAI 3. PASANG TARIKAN BENANG VERTIKAL DAN HORIZONTAL SEBAGAI PANDUAN KEPALAAN DAN CEK TARIKAN BENANG.

HOLD POINT 1

1. KOORDINAT INSTALASI TITIK M/E HARUS TEPAT SESUAI SHOP DRAWING 2. KETEBALAN KEPALAAN SESUAI SPEKSIFIKASI 1,5-3CM

3. VERTIKAL & HORIZONTAL LURUS DAN RATA (HARUS LOT)

(40)

1.4.2. PEKERJAAN PLAFOND GIPSUM a. Peralatan Yang Digunakan

 rol meter  benang  screw driver  ceiling net/ lakban  waterpass

 amplas  hand sander  grit paper 150/120

 kuas

 rol cat

b. Bahan Yang Digunakan

 panel gypsum

 paku kait / penggantung

 rod (penggantung rangka plafond)  hanger

 clip adjuster (ex. boral type 223)  steel hollow

 wallen cle profil l 20 x 20 mm/ moulding profil w  to/5 cross rail atau rangka utama (ex. boral type

201)

 furing chanel atau rangka pembagi (ex. boral type

(41)

 locking clip (ex. boral type 210)  skrup ceiling

 paper tape

 compound

 cat

 plamur

c. Pelaksanaan

1. Tentukan/ marking elevasi plafond dan buat garis sipatan pada dinding & as sumbu ruangan serta titik-titik paku kait pada langit-langit dengan jarak sesuai shop drawing.

2. Pasang paku kait. tembakanpaku-paku kait pada marking titik -titik yang telah ada 600x1200mm. 3. Pasang penggantung rangkaplafond (rod) yang

terdiri dari hanger dan clip adjuster (ex. boral type 223), dengan posisi tegak - lurus.

(42)

4. Pasang rangka tepi (steel hollow) dan wall angle profil l 20 x 20 mm atau moulding profil w sebagai list tepi tepat pada sipatan marking elevasi plafond.

5. Tentukan jarak penempatan kait penggantung.

(43)

type 201 ) dengan jarak 1200 mm.

8. Pasang rangka pembagi/ furing chanel (ex.boral type 204) dengan jarak 600 mm menggunakan locking clip (ex.boral type 210), cek elevasi dan jarak rangkaplafond cek sparing, ducting dan perlengkapan mekanikal elektrikal lainnya.

9. Pasang dan kencangkan clip rod.

10. Pasang panel gypsum pada rangka dengan sekrup ceiling menggunakan screw driver dengan jarak 60 cm dan setiap sambungan harus tepat pada rangka.

(44)

sudut, serta rol cat untuk bidang luas.

MULAI

MARKING ELEVASI & TITIK PENGGANTUNG

PASANG PENGGANTUNG & RANGKA TEPI

PASANG TARIKAN BENANG MEMANJANG NELINTANG & DIAGONAL SEBAGAI ACUAN

(45)

Flow Chart Pelaksanaan Pekerjaan Plafond Gypsum

(46)

1.4.3. PEKERJAAN PLAFOND PLYWOOD

a. Peralatan Yang Digunakan

roll meter (meteran) steger kerja

mesin poles kayu benang nylon waterpass siku besi gergaji

amplas biasa (kasar & halus)

paku

palu besi kain lap

b. bahan yang digunakan :

plywood tebal 6 mm ukuran disesuaikan dengan

kebutuhan

jenis kayu : kayu kamper

plywood tebal 6 mm

jenis kayu: kayu kamper (dia\ dan lurus

ukuran : 5 / 7 cm dan 5/10 cm

c. pelaksanaan

2. Buat marking elevasi, as dan jarak penggantung rangka plafond sesuai dengan shopdrawing (untuk menentukan ketinggian plafond ).

(47)

5. Pasang rangka plafond (yang telah dihaluskan,

dimeni & dipotong) sesuai marking yang telah dibuat.

6. Periksa kelurusan dan kerataan rangka menggunakan waterpass & siku besi.

7. Potong panel plafond plywood dengan gergaji sesuai shop drawing.

8. Haluskan bekas potongan plywood dengan amplas. Pasang panel plafond plywood tersebutdengan mengatur :

 kelurusan & kerapatan nad plafond  kerataan plafond

Pemasangan plafond dimulai dari tepi (mengikuti gambar kerja) dan diperkuat dengan paku yang diketok dengan palu besi

9. Cek kerataan permukaan plafond yang sudah jadi dengan waterpass.

10. Rapikan & haluskan permukaan plafond plywood yang telah terpasang dengan amplas sampai rata / licin.

11. Bersihkan permukaan yang telah diamplas dengan kain lap

(48)

2. Perbedaan prinsip adalah pemasangan genteng

di mulai dari atas ke arah bawah.

3. Perakitan antara genteng yang satu dengan lainnya menggunakan paku anti karat.

4. Mengikuti bentuk atap dengan mudah karena terbuat dari galvanil campuran aluminium yang fleksibel.

5. Walaupun terbuat dari metal tetapi sangat ringan yaitu 1/6 berat genteng beton ± 7kg/m2, sehingga dapat dipasang dengan sudut 12° sampai sehingga jarak reng pertama dari listplank adalah 36,5 - 7 = 29,5 cm.

2. Jika akhir atap diakhiri dengan talang datar, maka perhitungan reng dimulai dari atas.

c. Pelaksanaan

1. Pemasangan genteng dimulai dari atas agar jarak genteng tetap pada posisinya.

2. Pemakuan genteng pertama pada lekukan atas. Untuk yang kedua dan selanjutnya pada pertemuan atau sambungan 4 buah genteng. 3. Lakukan pemasangan wall flashing.

(49)

1.4.5. PEKERJAAN PEMASANGAN KUSEN PINTU / JENDELA

ALUMINIUM

a. Alat yang digunakan

 Baji karet

 Bor

 Obeng

b. Bahan yang digunakan

 Kusen

aluminium

 Daun pintu/

jendela (setelah dipasang kaca)

 Fischer

 Skrup

 Mortar/

semen/ sealant

 Vaseline/

isolasi kertas/ plastik c. Pelaksanaan :

1. Pasang kusen pintu/ jendela aluminium pada lokasi yang ditentukan (sesuai type yang ada), sesuaikan lubang kusen dengan ukuran kusen (selisih lubang 1cm).

2. Masukkan kusen yang siap dipasang ke lubang tembok dengan bantuan baji karet/ kayu.

3. Atur kedudukan kusen dengan baji karet/ kayu. 4. Stel kelurusan kedudukan kusen terhadap tembok/

dinding

(50)

5. Lubangi tembok/dinding melalui lubang kusen dengan bor, untuk tempat skrup

6. Masukan fischer kedalam lubang bor

7. Fischer dikencangkan dengan obeng

8. Pasang daun pintu/ jendela (setelah dipasang kaga) ke dalam kusen. aksesoris

9. Stel perlengkapan serta (roda/rel, engsel, kunci dll).

10. Finish tembok/ dinding dengan mortar/ semen/ sealant (pengisian pada celah antara kusen dan tembok/ dinding ).

(51)

1.4.6. PEKERJAAN KUSEN KAYU a. Alat yang digunakan

 Meteran

minimal 2m

 Lot

 Waterpass

 Palu

b. Bahan yang digunakan

 Kusen

Kusen telah dibuat di workshop sesuai ukuran dalam gambar kerja.

 Kayu

3/5cm & 4/6 cm (untuk skur/penyangga sementara)

 Paku

 Papan

c. Pelaksanaan :

 Sebelum

kusen pintu/ jendela kayu dipasang cek

1. Sudah betulkah ukuran tinggi & lebar kusen

2. Apakah terdapat cacat atau tidak

3. Sponeng :

a. Sudahkah sesuaikah ukuran sponeng de-ngan rencana daun pintu/ jendela

(52)

b. Untuk kusen gendong apakah sudah

betulkah letak sponeng bukaan daun pintu dengan daun jendela/ kaca mati

c. Bagaimana sudut sponeng apakah sudah 90º

d. Sudah adakah sponeng tali air/ tali kapur tiangnya

4. Periksa angkur

(53)

5. Apakah ketinggian kusen pintu sudah diperhitungkan terhadap ketinggian neut/ locis

 Jika sudah ok

semua, ukur posisi kusen di lokasi yang akan dipasang sesuai gambar kerja.

 Pasang kusen

pintu/ jendela kayu pada lokasi sesuai ukuran yang telah ditentukan, dengan bantuan skur/ penyangga sementara (skur/ penyangga jangan dimatikan terlebih dahulu)

 Pasang kusen

sesuai shop drawing dengan dasar elevasi & absis/ ordinat pinjaman

(54)

 Pasang 2

buah lot untuk mencecek posisi/ kevertikalan masing- masing ambang samping, apakah betul-betul tegak lurus.

 Bila posisi &

elevasi sudah betul, skur/ penyangga sementara dimatikan untuk menghindari kusen berubah posisi & elevasi.

 Pasang batu

bata penjepit pada tepi kusen.

 Pasang

bekisting pada masing-masing posisi angkur, kemudian cor pada masing-masing angkur kusen.

 Pasang 2

buah lot untuk mengetahui posisi kusen apakah betul-betul tegak lurus.

 Pasang batu

baia sekitar kusen yang tersisa.

 Cor balok

(55)

1.4.7. PEKERJAAN PENGECATAN

a. Peralatan yang digunakan

 Kertas semen/

koran

 Lakban

 Amplas

 Rol

 Kuas

 Skrap

(56)

dengan kertas semen/ koran dan lakban.

3. Gunakan skrap untuk memperbaiki bagian-bagian dinding yang retak & kurang rata dengan pilamur, kemudian tunggu sampai kering.

4. Haluskan plamur yang telah kering dengan amplas hingga rata.

5. Cek, apakah permukaan dinding sudah rata ? 6. Jika permukaan sudah rata, maka lakukan

pengecatan dasar dengan alat rol pada bidang yang luas & dengan kuas untuk bidang yang sempit (sulit).

7. Jika cat dasar tersebut sudah kering, lakukan pengecatan finish yang pertama.

8. Jika cat finish yang pertamasudah kering, lakukan pengecatan finish yang kedua/ terakhir (jumlah pelapisan cat sesuai dengan spesifikasi). 9. Cek apakah pengecatan finish yang kedua/

terakhir itu sudah rata

10. Apabila sudah rata, bersihkan cat-cat yang mengotori bahan-bahan/ pekerjaan lain yang seharusnya tidak terrkena cat dengan kain lap. d. Hasil akhir :

(57)

 Permukaan

rata

 Tidak

mengenai bidang lain

 Tidak

mengelupas

1.4.8. PEKERJAAN PEMASANGAN DINDING KERAMIK a. Planning

1. Shop drawing

 Menentukan

sisa potongan keramik harus > 1/3 badan

(58)

keramik

 Menentukan

nad keramik dinding &lantai agar bertemu & nad keramik seragam 2. Perhitungan resources (sumber daya)

(59)

b. Pelaksanaan

1. Setelah pasangan batu bata, instalasi air & listrik selesai, dimulai marking untuk batas pemasangan keramik.

2. Pasangan bata diplester tanpa acian, dengan ketebalan ±2 cm, diamkan selama 1x24 jam sehingga plesteran menjadi kuat.

3. Sortir keramik agar menhasilkan keseragaman

 Ukuran/ dimensi

 Presisi

 Warna

4. Rendam keramik yang akan dipasang kedalam bak air (ember) selama 1jam.

5. Keramik dianginkan dengan cara diletakan pada tempat dudukan/ tatakan keramik, setelah proses perendaman

6. Basahi pasangan dinding yang akan dipasang keramik dengan air.

7. Pasang benang/senar untuk kepalaan, dan

(60)

benang/ senar tersebut harus dicek secara periodik baik kekencangan maupun elevasinya. 8. Cek lebar nad dan hindari las-lasan.

9. Pasang perekat laticrete+semen (acian/ air + semen) pada permukaan dinding

10. Beri acian pada seluruh permukaan sisi belakang keramik.

11.

12. Pasang kepalan keramik arah horizontal dan vertical dengan menempelkan keramik pada posisinya.

13. Setelah itu ketuk keramik yang ditempel tersebut dengan palu karet agar merata.

14. Atur jarak nad dengan lebar sesuai gambar kerja, supaya ukuran nad bisa seragam & rapi diharuskan menggunakan plastic cross sebagai pengatur jarak nad (tanda " + ") atau dengan tile spacer.

15. Cek kerataan pasangan keramik dengan water pass.

16. Bersihkanlah permukaan keramik yang telah terpasang dengan kain/ lap basah

(61)

19. Setelah kering bersihkan sekitar pasangan keramik dan permukaan keramik dengan kain / lap basah.

1.4.9. PEKERJAAN DINDING MARMER/ GRANIT SISTEM BASAH

 Mesin poles marmer/granit (untuk mengkilapkan permukaan)

 Bahan cor nad (afagrout, ibagruot,

afafik dan lain-lainwarna sesuai rencana).

 Kawat angkur kuningan diameter 0,2

cm.

(62)

 Bubuk pengkilap/batu kuning (untuk

mengkilapkan permukaan). c. Pelaksanaan

1. Siapkan peralatan dan bahan-bahan yang akan digunakan.

2. Pahami gambar kerja, pola pemasangan dan lain-lain.

3. Gelar marmer/ granit seluas dinding sesuai dengan pola yang ada pada gambar shopdrawing

4. Seleksi ukuran, warna, arah serat, dan cacat-cacat permanen marmer/granit.

5. Marking atau tandai marmer/ granit sesuai posis1 dan arah serat. penandaan ini menggu-nakan isolasi, setelah marmer/ granit terpasang isolasi baru dilepas

(63)

8. Pasang benang arah horisontal dan vertikal pada dinding sesuai elevasi pada shopdrawing. kedudukan benang antara horisontal dan vertikal harus siku dan datar, cek kedataran benang dengan waterpass.

9. Pasang kawat angkur arah melintang/horisontal pada dinding sesuai marking dengan bantuan paku. 10. Pasang alat bantu kawat penahan sementara.

(64)

11. Pasang kawat angkur sesual kedudukan.

12. Pasang marmer/granit pada posisinya dengan bantuan angkur mati dan angkur sementara. arah pemasangan dimulai dari bawah dan kedudukan marmer/ granit harus sesuai dengan saat penggelaran

(65)

waterpass.

15. Isi sela nad dengan bahan pengisi yang telah dise-tujui.

16. Bersihkan permukaan marmer/ granit yang terpasang dengan kain lap basah.

1.4.10. PEKERJAAN LANTAI KERAMIK a. Planning

1. Shop drawing

 Menentukan

sisa potongan keramik harus > 1/3 badan keramik

 Menentukan

nad keramik dinding &lantai agar bertemu & nad keramik seragam

 Menentukan

supaya perempatan keramik bertemu

 Menentukan

posisi dinding bata.

 Menentukan

tata letak sanitair & fixture harus

(66)

diperempatan/ tengah badan keramik.

 Menentukan

titik awal pemasangan keramik.

 Menentukan

expantion joint minimal setiap luasan 12 m2-16 m2.

2. Perhitungan resources (sumber daya) a. Bahan yang digunakan dibutuhkan sesuai jadwal dan volume pekerjaan

b. Pelaksanaan

(67)

3. Sortir keramik agar menghasilkan

kese-ragaman

 Ukuran/

dimensi

 Presisi

 Warna

4. Rendam keramik yang akan dipasang kedalam bak air (ember) selama 1jam.

5. Keramik dianginkan dengan cara diletakan pada tempat dudukan/ tatakan keramik, setelah proses perendaman

6. Tentukan garis dasar pasangan serta peil dari lantai.penentuan peil ini untuk seluruh kesatuan.

7. Pasang benang arah horisontal dan vertikal pada lantai sesuai elevasi pada shopdrawing. kedudukan benang datar dan siku apabii.a dinding yang ada adalah dinding keramik, maka kedudukan nad lantai harus disesuaikan dengan yang ada pada dinding.

8. Pasang keramik sebagal pasangan kepalaan, sepanjang garis dasar yang telah terpasang.

9. Cek kesikuan keramik dengan besi siku dan kerataan elevasi keramik dengan

(68)

waterpass

10. Isi bagian/daerah permukaan lantai yang lainnya dengan adukan/

11. Spesi. ll.setelah itu pasang keramik berikutnya sesuai poslsinya sampai selesai, usahakan supaya tidak ada las - lasan. 12. Jika keramik sudah terpasang semua, ketuk

permukaan keramik dengan palu karet untuk mendatarkan/meratakan permukaan keramik supaya tidak rusak/cacat.

13. Setelah itu cek kerataan elevasi keramik dengan waterpass.

14. Bersihkan permukaan pasangan keramik yang telah terpasang dengan kain/lap basah sampai bersih.

(69)

16. Kemudian siapkan isian/bahan cor nad pada bakair (ember) dan aduklah hingga rata 17. Setelah adukan rata, isi sela - sela nad dengan

bahan cor nad dengan menggunakan sendok spesi ( sekop ). Pengisian nad dilakukan apabila kedudukan keramik telah kuat atau spesi telah kering.

18. Kemudian ratakan nad tersebut dengan cape.

19. Diamkan dan tunggu sampai nad ter-sebut benar-benar kering.

20. Setelah kering, bersihkan permukaan pasangan keramik yang sudah dipa-sang nad dari sisa-sisa bahan cor nad dengan menggunakan kain/lap basah sampai bersih.

(70)

1.4.11. LANTAI GRANITE/ MARMER a. Peralatan Yang Digunakan

 Sendok Spesi

Nad (Afagrout, Ibagruot, Afafik Dan Lain - Lain Warna Sesuai Rencana)

 Bubuk

Pengkilap/Batu Kuning (Untuk Mengkilapkan Permukaan)

c. Pelaksanaan:

(71)

2. Pahami gambar kerja, pola pemasangan dan

iain-lain

3. Apabila marmer/ granit dipasang pada :

 Lantai biasa (diatas pasir urug), kepadatan

dan keda-taran pasir urug harus sesuai rencana.

 Lantai beton (diatas pasir urug), permukaan

lantai dibersihkan dan disiram dengan air. 4. Tentukan garis dasar pasangan serta peil dari lantai.

penentuan peil ini untukseluruh kesatuan.

Kedudukan benang harus datar dan siku. Apabila din-ding yang ada adalah dinding marmer/ granit, maka kedudukan nad lantai harus disesuaikan dengan yang ada pada dinding.

5. Pasang marmer/granit sebagai pasangan kepaila, sepanjang garis dasar yang telah terpasang

6. Untuk marmer/granit yang tidak sama dimensinya, dipotong/ digerjnda dengan alat potong gergaji/gerinda marmer/granit.

(72)

7. Cek kedatarannya dengan waterpass untuk setiap

pemasangan marmer/ granit

8. Gunakan palu karet untuk mendatarkan/meratakan agar permukaan marmer/granit tidak rusak/cacat 9. Lanjutkan pemasangan marmer/granit dengan

pertolongan benang dan lakukan pengecekan dengan waterpass setiap memasang sebuah marmer/granit.

10. Isi sela-sela nad dengan bahan cor nad. pengisian nad dilakukan apabila kedudukan marmer/granit telah kuat atau spesi telah kering.

11. Bersihkan permukaan marmer/granit dari sisa-sisa bahan cor nad dengan menggunakan kain lap sampai bersih.

12. Poles permukaan marmer/granit dengan bubuk pengkilap dengan menggunakan mesin poles marmer/granit.

13. Untuk mengkilapkan permukaan marmer/ granit bekas potongan (daerah pinggulan), gosok daerah bekas gergaji dengan batu gerinda sampai halus. Setelah digosok dengan batu gerinda haluskan dengan amplas yang halus.

14. untuk mengkilapkan gosok permukaan dengan

batu kuning.

Apabila marmer/granit dipasang pada lantai luar, maka perlu diberi lapisan polymer coating.

(73)

mengaduk mortar kapasitas 150 liter

 Lift untuk

2. Bersihkan permukaan lantai dari debu dan puing dengan sapu/ compressor.

3. Siram permukaan lantai dengan air sampai lembab.

4. Pasang benang pada jalur kepalaan (elevasi sesuai dengan marking)

5. Tentukan tebal screed lantai sesuai dengan jenis finishing lantai.

(74)

6. Buat caplaan pada jalur kepalaan dengan jarak 1,5 s/d 2 m, elevasi sesuai benang. pada bagian atas caplaan diberi triplek 5x5 cm

7. lsi adukan dengan campuran 1:4 diantara caplaan, elevasi sesuai benang, demiklan seterusnya untuk jalur kepalaan yang lain 8. Dengan jarak antar kepalaan 1,5m s/d 2m sejajar

kepalaan pertama.

(75)

10. Aci permukaan bidang screed setelah umur screed 2-3 hari (khusus finishing lantai keramik, permukaan screed tidak perlu di aci tetapi di kasarkan).

1.4.13. EXPANTION JOINT a. Deatil Expansion Joint

2. POT MEMANJANG

(76)

b. Expansion Joint

Expansion Joint Expansiaon Joint Arah Horisontal Arah Horisontal & vertical

c. Macam-macam Expansion Joint

(77)

3. Prefabricated Joint With Reinforcement Edges And Capping Over Structural Movement Joint

4. Flexible Joint In Bed Or Without Separating Layer

5. Flexible Joint Reinforcement Edges

(78)

6. Flexible Joint In Bed, With Or Without Separating Layer Type 1

7. Flexible Joint In Bed, With Or Without Separating Layer Type 2

(79)

START

1.4.14. PEKERJAAN WATERPROFING TIPE BITHUTENE a. Alat yang digunakan :

 Sikat.

 Sapu.

 Cape.

b. Bahan yang digunakan :

 Waterproofing

1. Bersihkan lokasi yang akan dipasang dari koto-ran dan debu serta sisa adukan mengguna-kan sikat, sapu dan cape.

2. Labur permukaan / bidang yang akan dipasang deng an primer coating secara merata, juga bidang dinding naik ± 20 cm dari finishing lantai.

(80)

Flow Chart Pekerjaan Waterproofing

3. Cek laburan primer coating.

4. Pasang waterproofing secara merata mulai dari dinding terjauh dengan overlap ±10 cm. 5. Cek pemasangan waterproofing mem-brane 6. Test penggenangan selama 1 x 24 jam (1 hari). 7. Screed penutup waterproofing :

a. Untuk toilet, langsung ditutup screed dengan tebal 2-5 cm.

b. Untuk gutter, sebelum penutupan screed dipa-sang kawat ayam mengikuti alur pemasangan, ketebalan screed 2-3cm dan difinish acian halus.

(81)

 Lapisan waterproofing (bituthene),

dengan spesifikasi sebagai berikut :

dan tonjolan, kemudian bersihkan dari debu, minyak dan kotoran lainnya.

 Pemakaian 1 liter primer dapat menghasilkan

(82)

untuk memudahkan pemasangan bagian datar.

b. Pemasangan dimulai dari titik terendah (drain)

c. Lapis waterproofing ditempel dengan cara melepas lapisan kertas silicon. d. Tempelkan pada bidang yang sudah

diprimer.

e. Pada penyambungan waterproofing berikutnya, diharuskan memberi overlap 10 cm (tepat garis putih yang terdapat di kanan dan kiri waterproofing membrane).

f. Untuk mendapatkan hasil yang merata kertas silicon dibuka sedikit demi sedikit dan ditempelkan sambil ditekan serta digosok dengan kain pel atau handroller, terutama pada bagian sudut dan lekukan-lekukan serta sambungan. g. Pemasangan bitu mastic (mastic) pada

tempat yang kritis

h. Untuk pengamanan sambungan di tempat yang kritis (titik pertemuan, drain dan lain-lain), maka perlu dilapis dengan bahan semacam lem (mastic) secukupnya.

metode kerja :

Sambungan yang digunakan biasanya

(83)

i. Setelah

selesai sebagian atau seluruh pekerjaan pemasangan waterproofing, diadakan tes rendam (flood test) selama 24 jam/ 1 hari dengan air setinggi 5cm.

j. Karena

waterproofing membrane tidak tahan terhadap sinar ultra violet (panas matahari), maka setelah pemasangan jangan dibiarkan terbuka selama lebih dari 24 jam.

k. Setelah

dipastikan pemasangan tidak bocor, maka ditutup kembali dengan plesteran pelindung dengan campuran 1pc : 3ps tebal 1,5-2,5 cm.

l. Jika

dikehendaki untuk bak air, kolam atau atap dapat di pasang dengan keramik.

Hal - Hal Yang Perlu Diperhatikan Pada Pemasangan Waterproofing

Pada Kamar Mandi :

 Pasangan keramik pada dinding agar dipasang

terlebih dahulu, dimana disisakan setinggi + 25 cm dari lantai kemudian dibagian tersebut tinggi dari lantai basement pekerjaan dewatering harus mulai dari saat galian, lantai kerja sampai selesaipada dinding.

 Pekerjaan pelindungnya memakai pasangan bata

atau plesteran.

(84)

1.4.16. PEKERJAAN COR NAD a. Alat yang digunakan :

 Busa/ spon basah atau kain/ lap basah.  Busa/ spon keras atau karet

Hitam tebal 1.5 cm.

 Sikat kawat.

 Kawat yang ditekuk membentuk setengah

lingkaran berdiameter 2xlebar nad atau dengan memakai kepala paku yang sesuai ukurannya.

 Skrap.  Sapu.

 Ember dan gayung.

b. Pelaksanaan :

1. Tentukan lahan keramik yang sudah berumur 3 s/ d 4 hari & tentukan lahan yang akan dikerjakan, sesuaikan dengan kapasitas tukang per hari. 2. Korek lubang alur nad keramik dengan sikat

kawat sampai

sedalam ketebalan keramik atau 5 s/d 10 mm 3. Sapu/ bersihkan alur lubang nad & permukaan

keramik dari kotoran dan spesi.

4. Siram alur lubang nad keramik dengan air dan biarkan dalam beberapa menit.

5. Tuang adonan semen acian pada alur lubang nad keseluruh permukaan lantai keramik yang luasannya telah ditentukan dengan tahapan per 3x3 meter.

6. Arahkan atau alirkan adonan tersebut tepat kemasing-masing alur nad

7. Tekan adonan acian yang sudah setengah kering pada posisi di atas masing-masing alur nad,supaya meresap ke celah nad dan padat. 8. Bersihkan sisa-sisa adonan semen pada

(85)

9. Ratakan alur nad dengan permukaan keramik,

dengan cara menekan memakai alat busa/ spon keras atau karet hitam tebal 1.5 cm.

10. Cekungkan alur nad tersebut dengan alat kawat yang sudah ditekuk membentuk setengah lingkaran berdiameter 2xlebar nad atau dengan memakai kepala paku yang sesuai ukurannya. 11. Rapihkan pinggir keramik dengan memakai

skrap, jangan sampai tertutup dengan isian nad. 12. Setelah itu sapu / bersihkan seluruh

permukaan keramik yang telah diisi nad.

(86)

1.4.17. RAILLING TANGGA PELAKSANAAN:

1. Marking As & elevasi untuk posisi railing tangga sesuai gambar kerja.

2. Tentukan letak tiang railing sesuai gambar kerja. 3. Pasang Tiang Railing pada awal trap

Tangga & pada bordes lantai atasnya. 4. Tarik benang antara kedua tiang railing.

5. Pasang tiang railing sesuai jarak yang telah ditentukan. 6. Matikan dudukan tiang railing.

7. Pasang railing horizontal dengan menumpu pada tiang. 8. Sambung railing horizontal untuk trap berikutnya. 9. Ratakan & haluskan sambungan serta bersihkan railing

tangga yang telah terpasang.

(87)

1.5. PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL 1.5.1. PEKERJAAN INSTALASI TELEPON

a. Peralatan

 Tang, Obeng dll  Waterpass  Kunci pas

b. Bahan yang digunakan ● PAI3X

● Pesawat Telepon ● Konduit ● Outlet Telepon ● Kabel instalasi ● Terminal box ● Material Bantu c. Pelaksanaan

 Pemasangan instalasi Konduit  Pemasangan Kabel Instalasi Telepon  Pemasangan Instalasi Rak Kabel  Pemasangan Terminal Box  Pemasangan Outlet Telepon  Pemasangan Peralatan Utama

(88)

MULAI MDF DAN GROUNDING SYSTEM

(89)

1.5.2.. PEKERJAAN FIRE ALARM a. Bahan yang digunakan

● Peralatan utama, fire alarm Detector ● Speaker ● Kabel instalasi ● Konduit

● Terminal box ● Material bantu b. Peralatan

 Tang, Obeng dll  Waterpass  Kunci pas

c. Pelaksanaan

Pemasangan Detector:

 Marking plafon dengan kapur / spidol  Tank kabel instalasi ke luar plafon

 Pasang Detector & sambung kabel instalasinya  Kencangkan Detector dengan sekrup

 Lindungi detector dari kotoran cat & debu

Pemasangan fire alarm

 Pemasangan instalasi Konduit

 Pemasangan Kabel Instalasi Telepon  Pemasangan Instalasi Rak Kabel  Pemasangan Terminal Box  Pemasangan Outlet Telepon  Pemasangan Peralatan Utama

(90)
(91)

1.5.3. PEMASANGAN SOUND SYSTEM a. Material

 Peralatan utama sound system  Speaker

 Kabel instalasi  Konduit  Terminal box  Material Bantu

b. Peralatan

 Tang, Obeng, Dll  Waterpass  Kunci Pas

c. Urutan Pelaksanaan

 Pemasangan instalasi konduit

 Pemasangan instalasi kabel sound system  Pemasangan instalasi rak kabel

 Pemasangan terminal box  Pemasangan Ceiling Speaker  Pemasangan Horn Speaker  Pemasangan wall Speaker  Pemasangan Volume kontrol  Pemasangan Peralatan utama

(92)

Urutan Pelaksanaan Pemasangan Ceiling Speaker  Markingplafon dengan kapur/ spidol

 Lubangi plafond sesuai marking untuk akustik

koordinasikan dengan rangka plafond

 Pasang ceiling speaker & sambung kabel

instala-sinya

 Kencangkan speaker dengan disekrupkan pada

ceiling

 Lindungi speaker dengan masking tape untuk

men-cegah kotoran & debu

 Urutan Pelaksanaan Pemasangan Horn Speaker  Marking & tandai lokasi horn speaker

 Buat pondasi speaker lengkap angkurnya  Pasang tiang speaker

(93)
(94)

Flow Chart Pelaksanaan Pemasangan Instalasi Telepon 1.5.4. METODE PEMASANGAN CCTV

a. Material

 TV Monitor

 Camera

 Kabel instalasi  Konduit  Terminal Box  Material Bantu

b. Peralatan

 Tang, Obeng, dll  Waterpass  Bending conduit

c. Urutan Pemasangan

 Pemasangan instalasi konduit  pemasangan instalasi kabel CCTV  Pemasangan instalasi rak kabel  Pemasangan terminal box  Pemasangan peralatan CCTV

 Urutan Pelaksanaan Pemasangan CCTV

 Marking lokasi penempatan TV monitor dan

Camera

(95)

1.5.5. PEMASANGAN RADIO KOMUNIKASI a. Material

 Tower Antena  Antena  Repeater  Transmitter

 HT

b. Peralatan

 Kunci Pas  Tang, Obeng, dll

c. Urutan Pelaksanaan

 Marking lokasi tower antena  Dirikan tower antena

 Pasang penangkal petir & lampu tanda  Pasang antena

 Pasang box repeater dibagian bawah antena  Pasang instalasi radio komunikasi

 Pasang transmitter &. Accessories-nya diruang

kontrol

 Lakukan pemograman

(96)

1.5.6. PEMASANGAN FIRE FIGHTING

a. Material

 Pompa-pompa  Valve

 Pipa Gip/black steel  Hydrant box & Accessories  Hydrant Pillar

 Siamese Connection  Head Sprinkler  Fire Extinguisher  Material bantu

b. Peralatan

 Mesin las  Gerinda tangan

 Bor duduk & bor tangan  Takel

 Kunci pipa, kunci pas, dsb

c. Urutan Pelaksanaan

1. Pemasangan Pipa Indoor

a. Marking jalur pipa sesuai shop drawing dan koordinasikan dengan jalur pekerjaan lain seperti jalur pipa AC, Plumbing, Tray Cable dll.

b. Potong pipa sesuai ukurankebutuhan. c. Lapisan pipa Black Steel (GIP jika akan

di cat seluruh pipa) dengan cat dasar (zincromate).

(97)

e. Pasang gantungan maupun support pipa

sesuai hasil marking.

f. Pasang pipa GIP/Black Steel sesuai ukuran pada shopdrawing, penyambung pipa

diameter kurang

dari 2,5 inchi dengan drat dan diameter 2,5 inchi ke atas dengan las.

g. Gunakan benang & waterpass untuk mengukur kelurusan pipa.

h. Lakukan pekerjaan pengecatan untuk daerah sambungan pipa.

i. Lakukan test tekan pipa dengan tekanan sesuai spesifikasi yang berlaku.

j. Untuk pemasangan pipa dropper fire sprinkler harus dikoordinasikan dahulu dengan pekerjaan plafon(arsitek) dan pekerjaan ME lainnya.

c. Sambung pipa di atas galian. d. Lapisi pipa dengan zincromat.

e. Lakukan test tekan pipa dengan tekanan sesuai spesifikasi teknis yang berlaku

f. Beri lapisan pasir pada dasar galian. g. Turunkan pipa ke dalam galian. h. Lapis kembali galian dengan pasir. i. Urug galian.

3. Pemasangan Hydrant Box Indoor

a. Marking lokasi penempatan hydrant box dengan ketinggian bagian atas 150 cm. b. Bobok dinding bata sesuai ukuran marking. c. Pasang hydrant box pada posisinya.

d. Pasang instalasi pipa yang menuju hydrant box.

e. Lindungi hydrant box dari kotoran dan cat.

(98)

a. Marking lokasi penempatan hydrant box. b. Buat pondasi hydrant box

c. Pasang hydrant box pada posisinya. d. Lindungi hydrant box dari kotoran dan cat.

e. Accessories hydrant dipasang setelah kondisi proyek aman.

HYDRANT PILLAR

a. Marking lokasi penempatan Hydrant pillar & Siamese connection

b. Gali lokasi marking dan jalur pipa yang menuju ke posisinya.

c. Sambung instalasi pipa yang menuju ke lokasi

d. Hydrant Pillar maupun Siamese connection. e. Pasang Hydrant pillar dan Siamese

connec-tion.

c. Lindungi Head sprinkler dari kotoran dan cat 6. Pemasangan Pompa

a. Marking lokasi penempatan pompa.

b. Buat pondasi pompa, perhatikan kelurusan & rata pondasi.

c. Pasang instalasi pemipaan ruang pompa terlebih dahulu.

d. Pasang Pompa dan valve-valve nya. e. Sambung instalasi daya ke pompa

(99)

 Electric Pump On posisi 7 Bar, Off

manual

 Diesel Pump On posisi 6 Bar, Off manual

g. Lakukan running test pompa

7. Test Fire Fighting

TEST HYDRANT

 Tutup seluruh kran pada hydrant box dan

hydrant pillar.

 Siapkan selang pemadam sesuai ukurannya.  Posisikan pengatur pompa pada auto

 Buka valve pada hydrant box maupun

hydrant pillar

TEST SPRINKLER

 Buka Valve pada instalasi fire sprinkler.

(100)

 Siapkan operator penutup valve pada

lantai/zona yang akan ditest.

 Posisikan pengatur pompa pada auto.  Panasi head sprinkler dengan api.

 Setelah sprinkler pecah dan test dinyatakan

OK, segera tutup valve pada instalasi yang menuju daerahtest

 Ganti head sprinkler yang pecah dengan

(101)

MULAI

1. PEMASANGAN PIPA INST.FIRE HYDRANT DI DALAM GEDUNG

2. PEMASANGAN PIPA INST.FIRE HYDRANT DI HALAMAN

(102)

Flow Chart Pekerjaan Fire Hydrant 1.5.7. PEMASANGAN AC CENTRAL

a. Material

Chiller AHU/FCU

BJLS

Pipa Gip/ Black Steel PipaPVC

Bahan isolasi Diffuser dan grill Material bantu

b. Peralatan

Mesin las Gerinda tangan

Bor duduk & bor tangan Gunting seng

Takel

Kunci pas, obeng, tang dsb 

c. Urutan pelaksanaan 1. Pemasangan Ducting

 Buat cutting list ukuran ducting & fitting-nya

yang akan dipasang

 Cetak ducting sesuai cutting list yang diminta

(di workshop)

(103)

 Pasang isolasi ducting dengan glass woll dan

aluminium foil

 Marking jalur ducting

 Pasang gantungan ducting dengan

ketinggian sesuai elevasinya

 Pasang ducting

 Test kebocoran ducting dengan sinar lampu

saat malam hari

 Pasang isolasi pada sambungan ducting

2. Pemasangan Pipa Chiller

PIPA INDOOR  Marking jalur pipa

 Pasang gantungan pipa dengan ketinggian

sesuai elevasinya

 Pasang pipa pada gantungannyasambung

pipa dengan las

 Test pipa dengan cornpresor

 Pasang isolasi pipa per satuan panjangnya

PIPA OUT DOOR  Marking jalur pipa

 Gali jalur pipa dengan kedalaman sesuai

elevasinya

 Sambung pipa di atas galian  Lakukan test tekan pipa  Pasang isolasi pipa

 Beri lapisan pasir pada dasar galian  Turunkan pipa ke dalam galian

(104)

MULAI

1. FABRIKASI DUCTING AC, FRESH AIR DAN EXHAUST FAN

1. PEMASANGAN DUCTING AC, FRESH AIR & EXHAUST FAN

2. PEMASANGAN IN DOOR UNIT & PIPA REFRIGERENT

OK KOREKSI

PENYAMBUNGN PIPA REFRIGENT DI OUT DOOR UNIT DAN INDOOR UNIT LENGKAP ACCESSORIES

(105)

Flow Chart Pelaksanaan Pekerjaan AC 3. Pemasangan AHU/FCU

 Marking lokasi penempatan AHU/FCU  Pasang gantungan

 Pasang AHU/FCU

 Pasang kare mounting dan kencangkan

bautnya

 Sambung pipa chiller & draint serta duet ke

unit

 Pasang instalasi listriknya

4. Pemasangan Chiller

 Marking pondasi chiller  Buat pondasi chiller

 Letakkan chiller pada pondasinya  Pasang spring mounting chiller

 Sambung instalasi pipa chiller lengkap

dengan valvenya

 Sambung instalasi listriknya

5. Pemasangan Pompa Chiller

 Marking pondasi pompa chiller  Buat pondasi pompa chiller

 Letakkan pompa chiller pada pondasinya  Pasang mounting chiller

 Sambung instalasi pipa ke pompa chiller

lengkap dgn valvenya

 Sambung instalasi listriknya

(106)

1.5.8. PEMASANGAN AC SPLIT a. Material

 Chiller

 AHU/FCU

 BJLS

 Pipa Gip/ Black Steel

 PipaPVC

 Bahan isolasi  Diffuser dan grill  Material bantu

b. Peralatan

 Mesin las  Gerinda tangan

 Bor duduk & bor tangan  Gunting seng

 Takel

 Kunci pas, obeng, tang dsb

c. Urutan pelaksanaan 1. Pemasangan Ducting

 Buat cutting list ukuran ducting & fitting-nya

yang akan dipasang

(107)

 Buat fitting (elbow percabangan) ducting

 Pasang isolasi ducting dengan glass woll dan

aluminium foil

 Marking jalur ducting

 Pasang gantungan ducting dengan

ketinggian sesuai elevasinya

 Pasang ducting

 Test kebocoran ducting dengan sinar lampu

saat malam hari

 Pasang isolasi pada sambungan ducting

2. Pemasangan Pipa Refrigerant

 Marking pipa / rak pipa

 Pasang gantungan rak pipa dengan

ketinggian sesuai elevasinya

 Pasang rak pipa ( untuk satu jalur lebih dari 2

pipa)

 Pasang isolasi pipa copper per satuan

panjangnya

 Pasang pipa pada rak / gantungannya  Sambung pipa dengan las tembaga  Test pipa dengan compresor  Rapikan isolasi pipa

3. Pemasangan Indoor Unit

 Marking lokasi penempatan indoor unit

(108)

 Pasang gantungan  Pasang indoor unit

 Pasang karet mounting dan kencangkan

bautnya

 Sambung pipa copper dan ducting ke unit  Pasang instalasi listriknya

 Sambung pipa ke outdoor unit  Sambung instalasi listriknya

1.5.9. PEMASANGAN INSTALASI AIR BERSIH

Yang dimaksud Instalasi air bersih disini adalah :

1. Sarana pipa untuk menyalurkan air bersih dari sumur pompa deep wellAie pemakaian langsung atau ke bak penampung (reservoir) melalui pompa distribusi. 2. Sarana pipa dari reservoir ke tiap-tiap titik pemakaian

(kran, fixtures sanitary) dengan sistim gravitasi atau dilengkapi pompa boster bila tekanan air diperlukan lebih besar dari tekanan gravitasi.

a. Material

 Pompa-Pompa (delivery, distribusi, booster)  Tangki Reservoir (Kapasitas masing-masing

disesuaikan dg. Kebutuhan)

 Pipa Galvanized (GIP) class medium  Pipa PVC (class AW, VP), Pipa ABS

 Valve (Gate valve, check valve, straimed, flexible,

connection,fast valve).

 Fitting Galvanized (tee, elbow,reducer, socket,

flame, dll)

 Fitting PVC (tee, elbow, reducer,socket, flame,

(109)

 Fitting ABS (tee, elbow, reducer,socket, flame,

dll)

 Material Bantu (lem PVC, sealtape, penggantung,

clamp, dll) b. Peralatan

 Mesin Las  Gerinda Tangan

 Bor Duduk & Bor Tangan  Takel

 Kunci Pipa, Kunci Pas  Mesin Senai

c. Urutan Pelaksanaan

1. Pemasangan Pipa Indoor:

a. Marking jalur pipa sesuai shop drawing dan koordinasikan dengan jalur pekerjaan lain seperti jalur pipa AC, Air Kotor, Fire Fighting, Tray Cable dll.

b. Potong pipa sesuai ukuran kebutuhan. c. Lapisi pipa Gip (jika akan di cat seluruh/

daerah Expose) dengan cat dasar (zincromate).

d. Setelah dicat dasar lapisi pipa dengan cat (warna sesuai spesifikasi teknis).

(110)

e. Pasang gantungan maupun support pipa sesuai hasil marking.

f. Pasang pipa GIP sesuai ukuran pada shop drawing, penyambungan pipa diameter kurang dari 2,5 ichi dengan drat dan diameter 2,5 inchi ke atas dengan las.

g. Gunakan benang dan water pass untuk mengukur ke-lurusan pipa.

h. Lakukan pekerjaan pengecatan untuk daerah sam-bungan pipa

i. Lakukan tets tekan pipa dengan tekanan sesuai spesifikasi yang berlaku.

j. Untuk pemasangan pipa di dinding, harus dikoor-dinasikan dahulu dengan pekerjaan keramik (arsitek) dan sanitary.

k. Lakukan test tekan ulang jika pipa di dinding telah terpasang.

2. Pemasangan Pipa Outdoor: a. Marking jalur pipa.

(111)

c. Sambung pipa di atas galian. d. Lapisi pipa dengan zincromate.

e. Lakukan test tekan pipa dengan tekanan sesuai spesifikasi teknis yang berlaku. f. Beri lapisan pasir pada dasar galian.

g. Turunkan pipa ke dalam galian. Lapis kembali galian dengan pasir. Urug galian.

3. Pemasangan Valve

a. Check lokasi penempatan valve (apakah space/jarak antar pipa yang telah disiapkan telah sesuai dcngan lebar valve?)

b. Siapkan valve dengan flange-nya.. c. Pasang valve.

d. Lakukan test tekan valve pada instalasi tersebut.

4. Pemasangan Pompa:

a. Marking lokasi penempatan pompa.

b. Buat pondasi pompa, perhatikan kelurusan dan rata pondasi.

c. Pasang instalasi pemipaan ruang pompa terlebih dahulu.

d. Pasang Pompa dan valve-valvenya.. e. Sambung instalasi daya ke pompa.

Gambar

gambar  kerja)  dan  diperkuat  dengan  paku  yang
gambar  kerja.

Referensi

Dokumen terkait

Alat ukur ini terdiri dari tiga komponen utama yaitu sensor LM 35 sebagai sensor suhu, ATMega8 sebagai mikrokontroler, dan modul Transmitter-Receiver sebagai komponen

Dimana sebelum adanya pembagian yang teliti antara ilmu satu dengan yang lain, baru tahun kemudian mulai mengkhususkan ilmu tersebut menjadi lebih rinci atau

Maka dari itu, bertolak dari permasalahan keluhan nyeri punggung bawah yang dapat dialami oleh siapa saja, peneliti ingin meneliti adakah hubungan antara

Exercise Price : IDR 200.00 Maturity Date : 14 June 2017 Expire Date : 15 June 2017 Syndication. Code

[r]

Populasi yang lebih besar dari 40 ppm dianggap sebagai anomali geokimia, sedangkan latar belakang diambil dari harga lebih kecil dari 21 ppm.. Penyebaran unsur timbal di

Yori Masa Company yaitu pasar oligopsoni karena dalam pasar oligopsoni perusahaan yang membeli bahan baku merupakan produsen bukan konsumen akhir.. Artinya yaitu

Penyalahgunaan media sosial facebook dapat dikurangi melalui layanan bimbingan kelompok demgam teknik modelling pada siswa kelas VIII SMP Satap N 1 Poncomulyo