Bab - I
Bab - I
Pendahuluan
Pendahuluan
1.1
1.1
Latar Belakang
Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan dasar manusia. Berdasarkan jenisnya air terbagi menjadi air tanah dan air permukaan.
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah (PP Nomor 43 Tahun 2008). Air tanah (groundwater) merupakan sumberdaya yang potensial dan banyak mendapat perhatian dalam kaitnya dengan pemenuhan kebutuhan air bersih.
Kuantitas dan kualitas air tanah merupakan dua aspek yang sangat berkaitan. Di dalam akuifer (formasi batuan yang dapat meloloskan air dalam jumlah yang cukup), kuantitas air tanah mengalami penurunan cukup tajam apabila terjadi pengambilan berlebihan. Sedangkan kualitasnya, lebih ditentukan oleh karekteristik material penyusun struktur geologi dimana air tanah itu terdapat (Todd, 1980;Fetter, 1988).
perhotelan, pabrik/industri sampai ke perusahaan cuci mobil dan sebagainya. Untuk memenuhi kebutuhan yang sangat banyak tersebut, penyediaan air tidak cukup hanya bersumber dari air permukaan saja, tetapi juga banyak memanfaatkan air tanah melalui sumur-sumur gali, dari pemboran dangkal kurang dari 50 meter sampai pemboran dalam lebih dari 100 meter.
Pengambilan air tanah yang berlangsung terus menerus tanpa diimbangi dengan upaya perlindungan dan pelestarian terhadap sumbernya, mengakibatkan terjadinya penurunan muka air tanah (land subsidence).
Dilihat dari fungsinya sebagaimana tersebut di atas, air merupakan sumberdaya alam yang mempunyai nilai sangat strategis dan ekonomi dikarenakan kebutuhannya menyangkut hajat hidup orang banyak, sehingga di dalam pemanfaatan dan pengelolaannya harus dilakukan secara bijaksana dengan mempertimbangkan keadaan lingkungan dan keberadaannya yang berkesinambungan.
Banyak masyarakat Kota Tanggerang Selatan yang rawan akan air bersih sehingga pada tahun 2011 ini ada kegiatan pembangunan sarana dan prasarana air bersih dari sumber pengeboran dalam air tanah di 7 (tujuh) lokasi diantaranya:
1. Sarimulya Ds. Setu Kec. Setu
2. Kedaung Kel. Kedaung Kec. Pamulang 3. Rancasaga Ds. Setu Kec. Setu
4. Baktijaya Kel. Baktijaya Kec. Setu 5. Keranggan Kel. Keranggan Kec. Setu 6. Ciputat Kel. Ciputat Kec. Ciputat 7. Parigi Kel. Perigi Kec. Pondok Aren
melatih tim pengelola air tanah sehingga dalam pengelolaan air bersih dapat berjalan dengan baik.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka Pemerintah Kota Tanggerang Selatan melalui Dinas Tata Kota, Bangunan dan Permukiman Kota Tanggerang Selatan Tahun Anggaran 2011 ini melakukan kegiatan Jasa Konsultasi Pendamping Operasional Sarana dan Prasarana Air Minum.
1.2
Tujuan dan Sasaran
Tujuan dan Sasaran
Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan yang ingin dicapai dari pekerjaan Jasa Konsultasi Pendamping Operasional Sarana dan Prasarana Air Minum adalah agar masyarakat pengelola air di 7 (tujuh) lokasi mampu mengelola sumur bor baik secara teknis maupun administrasinya.
Adapun Sasaran yang akan dicapai dari kegiatan ini adalah:
1. Aparatur dari tingkat yang paling rendah sampai dengan tinggi mengetahui adanya kegiatan pembangunan sumur untuk kebutuhan air bersih masyarakat
2. Terbentuknya tim pengelola air bersih
3. Masyarakat memahami pentingnya manfaat air bersih untuk kesehatan.
1.3
1.3
Ruang Lingkup
Ruang Lingkup
Berdasarkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, maka ruang lingkup kegiatan adalah sebagai berikut:
1. Sosialisasi kepada aparat tingkat RT/RW, Kelurahan/Desa dan Kecamatan serta Instansi Terkait.
2. Pembentukan Tim Pengelola Air Bersih di masing-masing lokasi. 3. Sosialisasi Kesehatan Lingkungan kepada Tim Pengelola Air Bersih
dan aparat tingkat RT/RW, Kelurahan/Desa dan Kecamatan.
4. Pelatihan Teknis dan Manajemen Keuangan kepada Tim Pengelola Air Bersih.
1.4
1.4
Dasar Hukum
Dasar Hukum
Pekerjaan Jasa Konsultasi Pendamping Operasional Sarana dan Prasarana Air Minum dilaksanakan dengan berlandaskan pada peraturan perundangan sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air;
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah;
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang;
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
6. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan
Kota Tanggerang Selatan;
7. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Tugas Pemerintahan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
8. Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah;
9. Intruksi Presiden No 10 Tahun 2005 tentang Penghematan Energi dan Air;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Standar Kualitas Air Bersih dan Air Minum;
11. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota;
12. Keputusan Menteri ESDM Nomor 1451.K/10/MEN/2000 tentang
Pedoman Teknis Penyelenggaraan Pemerintah Di Bidang Pengelolaan Air Tanah;
13. Keputusan Menteri ESDM Nomor 716.K/40/MEM/2003 tentang
Batas Horizontal Cekungan Air Tanah di Pulau Jawa dan Madura;
14. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 7 Tahun 2004
15. Intruksi Gubernur Banten Nomor 1 Tahun 2005 tentang
Penghematan Energi dan Air Se-Provinsi Banten;
16. Peraturan Wali Kota Serang Nomor …. Tahun …… tentang
Bab - II
Bab - II
Gambaran Umum Wilayah
Gambaran Umum Wilayah
2.1
2.1
Kondisi Geografs
Kondisi Geografs
Kota Tangerang Selatan terletak di bagian timur Provinsi Banten dan secara administratif terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan, 49 (empat puluh sembilan) kelurahan dan 5 (lima) desa, dengan luas wilayah 147,19 km2.
Menurut Kabupaten Tangerang Dalam Angka Tahun 2007/2008, luas wilayah kecamatan-kecamatan yang berada di Kota Tangerang Selatan (yang kemudian diambil sebagai luas wilayah kota Tangerang Selatan) adalah sebesar 150,78 km2, sedangkan menurut Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan, adalah sebesar 147,19 km2, dengan rincian luas kecamatan masing-masing yang berbeda pula. Angka yang digunakan adalah 147,19 Km2, karena sesuai dengan Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008, tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Provinsi Banten.
TABEL II - 1
JUMLAH KELURAHAN DAN DESA PER KECAMATAN
Kota Tangerang Selatan
N o.
Kecamata n
Jumlah Keluraha
n
Jumla h Desa
Jumlah Rukun Warga (RW)
Jumlah
(RT)
1 Serpong 9 69 337
2 Serpong
Utara 7 65 272
3 Ciputat 7 92 460
4 Ciputat
Timur 6 75 416
5 Pamulang 8 129 690
6 Pondok
Aren 11 113 677
7 Setu 1 5 29 144
Jumlah 49 5 572 2996
Sumber : Hasil olahan potensi desa Tahun 2006, dalam kompilasi data untuk penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan Tahun 2008
Batas wilayah Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta dan Kota Tangerang
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta dan Kota Depok
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kota Depok
Gambar 2.1
Peta Orientasi Kota Tangerang Selatan
Peta Administrasi Kota Tangerang Selatan
Kecamatan dengan wilayah paling besar adalah Pondok Aren dengan luas 2.988 Ha atau 20,30% dari luas keseluruhan Kota Tangerang Selatan, sedangkan kecamatan dengan luas paling kecil adalah Setu dengan luas 1.480 Ha atau 10,06%. Luas wilayah masing-masing kecamatan tertera dalam Tabel II-2.
TABEL II - 2
LUAS WILAYAH MENURUT KECAMATAN
Kota Tangerang Selatan
N
o. Kecamatan
Luas Wilayah
(Ha)
Prosentase terhadap luas
kota (%)
1 Serpong 2.404 16.33
2 Serpong Utara 1.784 12.12
3 Ciputat 1.838 12.49
4 Ciputat Timur 1.543 10.48
5 Pamulang 2.682 18.22
6 Pondok Aren 2.988 20.30
7 Setu 1.480 10.06
Jumlah 14.719 100
Sumber : Hasil olahan potensi desa Tahun 2006, dalam kompilasi data untuk
penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan Tahun 2008
Kelurahan/desa dengan luas wilayah paling besar adalah Pondok Cabe Udik dengan luas 483 Ha, sedangkan kelurahan/desa dengan luas wilayah paling kecil adalah Jelupang dengan luas 126 Ha.
Luas wilayah masing-masing kelurahan/desa tertera dalam
Tabel II-3
TABEL II - 3
LUAS WILAYAH KELURAHAN/DESA
Kota Tangerang Selatan
N
o. Kecamatan Kelurahan/Desa
Luas Wilayah (Ha)
1 Serpong 2.404
Buaran 334
Ciater 376
Rawa Mekar Jaya 235
Rawa Buntu 328
Serpong 139
Cienggang 143
Lengkong Gudang 361
Lengkong Gudang
Timur 262
Lengkong Wetan 226
2 Serpong
Utara 1.784
Lengkong Karya 210
Jelupang 126
Pondok Jagung 209
N
o. Kecamatan Kelurahan/Desa
Luas Wilayah (Ha)
Pakulonan 279
Paku Alam 281
Paku Jaga 454
3 Ciputat 1.838
Sarua 368
Jombang 345
Sawah Baru 274
Sarua Indah 193
Sawah 249
Ciputat 172
Cipayung 237
4 Ciputat
Timur 1.543
Pisangan 391
Cireundeu 308
Cempaka Putih 227
Pondok Ranji 246
Rengas 165
Rempoa 206
5 Pamulang 2.682
Pondok Benda 386
Pamulang Barat 416
Pamulang Timur 259
Pondok Cabe Udik 483
Pondok Cabe Ilir 396
N
o. Kecamatan Kelurahan/Desa
Luas Wilayah (Ha)
Bambu Apus 220
Benda Baru 266
6 Pondok Aren 2.988
Perigi Baru 310
Pondok Kacang Barat 252
Pondok Kacang
Timur 252
Perigi Lama 389
Pondok Pucung 362
Pondok Jaya 233
Pondok Aren 217
Jurang Mangu Barat 253
Jurang Mangu Timur 258
Pondok Karya 271
Pondok Betung 191
7 Setu 1.480
Kranggan 205
Muncul 361
Setu 364
Babakan 170
Bakti Jaya 174
Kademangan 206
Jumlah 14.719
2.2
2.2.1 Aluvium (Qa)
Aluvium terdiri atas lempung, lumpur, pasir, kerikil, kerakal, kerakal batuapung dan endapan teras yang merupakan endapan sungai. Dalam endapan pantai banyak ditemukan rombakan batugamping koral, cangkang moluska dan pasir besi. Rombakan batuapung, berwarna kelabu dan putih kotor,berukuran 2 cm hingga 20 cm, membundar tanggung.
Aluvium tersebar di seluruh wilayah Kota Tangerang Selatan, terutama di daerah pedataran yaitu menempati bagian sekitar wilayah aliran sungai. Dari hasil analisa laboratorium pada contoh tanah, menunjukkan daya dukung tanah sebesar 16,61 ton/m2.
2.2.2 Tufa Banten
2.2.2.1 Bagian Atas (Qvub)
Satuan tufa Banten Atas dibedakan menjadi bagian bawah; berupa tufa hablur, tufa lapili berbatuapung, tufa kaca dan sisipan tufa lempungan, serta bagian atas, terdiri dari tufa sela, tufa batuapung, dan tufa pasiran. Sebarannya cukup luas, terutama di bagian utara meliputi wilayah Kecamatan Serpong Utara dan Kecamatan Serpong.
Tufa lempungan, coklat tua hingga merah; setempat mengandung beberapa kepingan batuapung atau sisa tumbuhan, sebagai sisipàn dalam tufa lainnya, terutama pada bagian atas satuan ini.
Bagian atas terdiri dari tufa sela, berbutir kasar hingga halus; mengandung batuapung dan kaca, setempat berstruktur aliran bergeloinbang dan mudah lepas atau remuk; tebal beberapa puluh sentimeter.
Tufa batuapung, kuning keruh hingga putih kelabu, berbutir kerakal hingga membundar tanggung, berkomponen banyak batuapung, basalt, andesit, obsidian kaca, mudah lepas atau runtuh, berkisar antara beberapa sentimeter dan beberapa puluh sentimeter.
Tufa pasiran, putih keruh hingga coklat muda; berbutir kasar hingga halus, sebagai sisipan tipis dalam tufa lainnya.
Tufa Banten Atas ini setempat berlapis cukup baik dengan ke-miringan landai. Tebalnya diduga berkisar antara 100 m dan 250 m. Tufa Banten Atas ini diduga berumur Plistosen Akhir atau Kuarter Tua-Tengah dan diendapkan pada lingkungan darat. Daya dukung tanah 18,43 ton/m2
2.2.2.2 Bagian Bawah (Qvlb)
Terdiri atas breksi tufa, breksi batuapung, tufa lapili dan sedikit aglomerat.
Breksi batuapung berwarna kelabu, kompak, kemas terbuka mengandung sedikit komponen andesit.
Tufa lapili berwarna putih kotor, kompak, terdiri atas fragmen andesit, batuapung dan sedikit kuarsa, mineral mafk dan feldspar.
Tufa Banten bawah merupakan hasil Gunung api Dano pada Kala Plistosen Bawah. Ketebalannya lebih dari 100 meter dan terendapkan pada lingkungan darat.
Gambar 2.9
2.3
2.3
Utilitas
Utilitas
Terkait dengan pengelolaan limbah, baik limbah padat (sampah) maupun limbah cair, terdapat 21 tempat pembuangan sementara (TPS) yang sebagian besarnya menurut Dinas Kebersihan dan Pertamanan adalah TPS liar. Selain itu juga terdapat 5 unit water treatment plant (WTP) yang tersebar di Serpong, Serpong Utara dan Pondok Aren.
TABEL II - 10
SEBARAN TEMPAT PEMBUANGAN SEMENTARA (TPS) DAN
WATER TREATMENT PLANT (WTP) DI KOTA TANGERANG SELATAN
No. Lokasi TPS WTP
1 Kecamatan Serpong 1 3
2 Kecamatan Serpong Utara
3 1
3 Kecamatan Ciputat 3 0
4 Kecamatan Ciputat Timur
1 0
5 Kecamatan Pamulang
3 0
6 Kecamatan Pondok Aren
3 1
7 Kecamatan Setu 7 0
Jumlah 21 5
sungai yang mengalir di Kota Tangerang Selatan, di antaranya Kali Angke, Kali Serua, Kali Pasanggrahan, Kali Ciputat dan Kali Kedaung.
Titik-titik lokasi rawan banjir tersebut dapat dilihat pada Tabel II-11
TABEL II - 11
LOKASI RAWAN BANJIR KOTA TANGERANG SELATAN
No .
Lokasi Sungai Kecamatan
1 Kompleks Sekretariat Negara
Kali Angke Pondok Aren
2 Perumahan Maharta Kali Serua Pondok Aren
3 Taman Mangu Kali
Pasanggrahan
Pondok Aren
4 Graha Permai, Bintaro Kali Ciputat Ciputat
5 Perumahan Bintaro, sektor 9
Kali Serua Pondok Aren
6 Kompleks Inhutani Kali
Pasanggrahan
Ciputat
7 Perumahan ondk Hijau Kali Ciputat Ciputat
8 Perumahan Graha Hijau Kali
Pasanggrahan
Ciputat
9 Perumahan Reni Jaya Kali Angke Pamulang
10 Perumahan Bukit Pamulang Indah
Kali Kedaung Pamulang
Kutuk, Situ Parigi, Situ Bungur, Situ Antap, Situ Rompang, Situ Gintung, Situ Legoso, Situ Pamulang/ Sasak Tinggi, dan Situ Ciledug. Namun, ada 4 situ yang sudah tidak tertera pada peta, yaitu Situ Bungur, Situ Antap, Situ Rompang, dan Situ Legoso. Situ Gintung saat ini tidak berfungsi akibat jebolnya tanggul pada akhir Maret 2009.
TABEL II - 12
Situ di Kota Tangerang Selatan Tahun 2008
No .
Nama Situ Kecamatan Luas Situ (Ha)
1 Situ Pondok Jagung/
Rawa Kutup
Serpong Utara 8,2
2 Situ Parigi Pondok Aren 5,1
3 Situ Bungur Ciputat
-4 Situ Antap Ciputat
-5 Situ Rompong Ciputat Timur
-6 Situ Gintung Ciputat Timur 29,3
7 Situ Legoso Ciputat
-8 Situ Pamulang/
Pondok Benda
Pamulang 27,0
9 Situ
Ciledug/Kedaung
Pamulang 9,7
Bab - III
Bab - III
Metodologi dan Analisis
Metodologi dan Analisis
3.1
3.1
Metodologi
Metodologi
Pekerjaan Konservasi Sumber Daya Air Dan Pengendalian Kerusakan Sumber-sumber Air dilaksanakan dengan tujuan untuk memperoleh dokumen kajian air tanah yang akan digunakan sebagai dasar perencanaan dan penyusunan kebijakan pengelolaan sumber daya air tanah di Kota Serang.
Adapun Metodologi yang digunakan dalam kajian ini adalah sebagai berikut :
1. Studi Pustaka
Untuk memulai kegiatan pekerjaan ini diperlukan referensi data-data sekunder tentang air tanah dari berbagai sumber di Departemen/Lembaga/Instansi/SKPD terkait, baik ditingkat pusat maupun daerah, yang diperoleh melalui konsultasi dan koordinasi. Media elektronik dalam hal ini internet, juga dimanfaatkan sebagai sumber data pelengkap/pendukung.
Adapun data-data yang dibutuhkan seperti: a. Peta topografi Kota Serang/Provinsi Banten. b. Peta Hidrogeologi Kota Serang/Provinsi Banten.
c. Peta Cekungan Air Tanah Kota serang/Provinsi Banten. d. Peta Administrasi Kota Serang.
Sebelum dilakukan penelitian lapangan, diperlukan survey terhadap daerah yang akan diteliti dilihat dari sisi tofografi dan demografi serta aspek-aspek lainnya yang memiliki keterikatan dengan pemanfaatan air tanah. Survai ini dilaksanakan untuk memudahkan kegiatan penelitian dilapangannya.
Adapun penelitian dilapangan akan difokuskan pada:
a. Inventarisasi pengambilan air tanah baik untuk keperluan rumah tangga maupun kegiatan usaha/industri.
Kegiatan inventarisasi ini dilaksanakan oleh petugas pendata air tanah.
b. Pengambilan 20 (dua puluh) sample air tanah untuk di uji kualitasnya di Laboratorium.
c. Penyelidikan geolistrik.
Penyelidikan geolistrik dilakukan di 2 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan Cipocok Jaya dan Kecamatan Curug Kota Serang.
Metode Geolistrik/Geofisika Tahanan Jenis merupakan suatu metoda yang mengamati sifat fisik lapisan batuan yaitu sifat tahanan jenisnya, dengan cara menginjeksikan suatu arus kedalam bumi melewati sepasang elektroda arus. Adapun nilai beda potensial yang dihasilkan diukur dari sepasang elektroda potensial yang digunakan. Nilai tahanan jenis hasil pengukuran merupakan nilai tahanan semu (apparent resistivity) yang didapatkan dengan cara membagi nilai beda potensial dengan nilai arus yang diinjeksikan serta dikalikan dengan faktor geometri (K).
a) Potensial Dalam Medium Yang Homogen
Jika suatu arus mengalir secara kontinyu dalam suatu medium isotropik homogen, jika A adalah elemen permukaan dan J adalah densitas
arus, maka arus yang melalui A adalah JA. Hubungan antara densitas arus
.
J (1)
keterangan :
J = densitas arus, ampere.m-2
= konduktivitas medium, mhos.m-1
E = kuat medan listrik, volts.m-1
Jika kuat medan listrik merupakan gradien skalar potensial, dimana v dalam volts, maka besar E dapat juga dapat dinyatakan dengan persamaan berikut.
(2)
maka dari persamaan 1 dan 2, didapat :
.
J (3)
jika dapat dinyatakan sebagai berikut :
k
Jika suatu muatan disimpan dalam volume tertutup oleh suatu permukaan A, maka :
0
.
A J dA (4)
Jika integral volume dari divergensi arus melewati suatu daerah adalah sama dengan muatan tertutup (Teorema Gauss), atau dinyatakan bahwa
persamaan Laplace (potensial adalah harmonik) :
0 2
Jika terdapat dua bidang yang berbatasan dimana mempunyai konduktivitas
1 dan 2, jika diasumsikan padan bidang batas potensialnya kontinyu serta
komponen normal arus J adalah kontinyu, maka kontinyuitas v terdapat dv/dx, dimana x searah bidang batas kedua lapisan , sehingga :
...
Dalam hal ini n dan t menunjukkan komponen normal dan tangensial, dalam kondisi ini kuat medannya adalah (Telford, 1976) :
...
b) Elektroda Tunggal Tertanam pada Medium
Jika suatu elektroda dengan dimensi kecil ditanam dalam medium yang homogen isotropis, dari sistem simetri potensialnya merupakan fungsi dari jarak r saja, dimana r adalah jarak dari elektroda pertama. Jika berdasarkan koordinat bola :
0
jika dalam koordinat bola berlaku :
maka dari kondisi di atas potensial hanya tergantung dari variabel r, sehingga didapatkan :
Jika koordinat bola medium isotropik (Persamaan Laplace) :
0
Sehingga didapatkan :
Jika :
misal, P
r
sehingga didapatkan : r2
A
bila r = . Jika arus memancar dipermukaan bola, dinyatakan berikut :
c) Elektroda Tunggal di Permukaan Medium
Jika elektroda tunggal berupa titik diletakkan di permukaan medium yang homogen isotropik dan dianggap udara mempunyai konduktivitas nol (
berkurang, dan mengingat arus memencar dari permukaan membentuk setengah bola, maka dapat dinyatakan :
karena :
2 bagian bawah pada medium tadi, maka :
d) Dua Elektroda Arus dan Potensial di Permukaan
Jika dua elektroda arus dan dua elektroda potensial pada
permukaan medium yang homogen dan isotropik dengan nilai tahanan jenis
Karena arus-arus pada dua elektroda adalah sama dan berlawanan arah
Gambar 3.1.
Dua Elektroda Arus dan Potensial di Permukaan
suatu Medium yang Homogen Isotropik (Telford, 1976).
e) Susunan Elektroda Shclumberger
Susunan elektroda Schlumberger terdiri atas 2 (dua ) elektroda arus dan 2 (dua) elektroda potensial, seperti yang tertera di gambar 3.2 berikut ini.
Gambar 3.2
Susunan Elektroda Schlumberger (Telford, 1976).
Dari persamaan 16, jika :
L x l r L x l r L x l r L x l
r1 ; 2 ; 3 ; 4 maka akan
menjadi :
elektroda arus A dan B, Konfigurasi Schlumberger, yaitu dengan meletakkan elektroda A dan B secara simetris terhadap titik tengah serta menambah elektroda potensial M dan N yang simetris pula terhadap titik tengah diantara elektroda A dan B, atau dari persamaan 39 jika jarak x sama dengan 0 (nol) :
Jika L sama dengan AB/2 dan l sama dengan MN/2, maka berdasarkan gambar 6, maka persamaan 40 akan menjadi :
Gambar 3.3
Susunan Elektroda Schlumberger AB dan MN Simetris (Telford, 1976).
Jika disebut sebagai tahanan jenis semu (apparent resistivity) yang
dinotasikan a dan K sebagai faktor geometri yang dapat dinyatakan dengan
persamaan berikut ini.
maka persamaan 19 akan menjadi:
K
Keterangan :
AB = jarak elektroda arus, m
Sumber arus
B N
I
a = tahanan jenis semu, ohm.m
3. Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan digabungkan dengan data sekunder dari hasil studi pustaka dan data pendukung lainnya untuk diolah sesuai dengan formula yang telah ditetapkan, dan keluarannya antara lain berupa:
a. Data pengguna air tanah di Kecamatan Cipocok Jaya dan Kecamatan Curug baik rumah tangga maupun kegiatan usaha/industry. Data ini akan dibuat dalam bentuk peta pengguna air tanah di Kecamatan Cipocok Jaya dan Kecamatan Curug. b. Sertifikat hasil uji kualitas air tanah dari laboratorium.
Adapun parameter yang akan diuji adalah:
- Fisika : Warna, Bau, Kekeruhan, Rasa, Suhu dan Zat padat terlarut (TDS).
- Kimia : PH, Besi (Fe), Klorida (Cl2), Nitrat (NO3), Nitrit (NO2),
Kromium (Cr), Mangan (Mn), Sianida (CN).
- Bakteriologi : Total Coliform untuk air baku dan air minum.
c. Hasil pengolahan data dari kegiatan penyelidikan geolistrik adalah berupa gambar penampang vertikal struktur batuan penyusun tanah (lithologi).
3.2
3.2
Analisis
Analisis
Berdasarkan hasil penafsiran data lapangan dibandingkan dengan
kondisi geologi dan hidrogeologi setempat akan didapatkan korelasi
antara harga tahanan jenis dengan litologi seperti pada Tabel berikut.
Tabel III.1
Ringkasan Nilai Resistivity Batuan (Dept PU, 1987 & Telford, 1976)
No Rocktype Resistivity range ( m)
1 Tanah lempungan, lunak-basah 1.5 - 3.0
2 Lempung lanauan dan tanah lanauan lembek 3 – 15
3 Tanah lanauan, pasiran 15 – 150
4 Batuan dasar berkekar terisi tanah lembab 150 – 300
5 Pasir kerikil bercampur lanau 300
6 Batuan dasar berkekar terisi tanah kering 300 – 2400
7 Batuan Konglomerat 2 x 103 – 104
8 Batu pasir 1-6.4 x 108
9 Batu Lempung 1 – 100
10 Alluvium 10 – 800
11 Tufa 2 x 103 (Wet)
105 (dry)
12 Lava 102 - 5 x 104
Tabel.III.2
Ringkasan Nilai Resistivity Batuan Dengan Kandungan Air (Telford, 1976).
No. Rock % H 2 O Resistivity range (m)
1 Lanau 0.54 1.5 x 104
2 Lanau 0.44 8.4 x 106
3 Lanau 0.38 5.6 x 108
4 Batu pasir kasar 0.39 9.6 x 105
5 Batu pasir kasar 0.18 108
6 Batu pasir sedang 1.0 4.2 x 103
7 Batu pasir sedang 1.67 3.2 x 106
8 Batu pasir sedang 0.1 1.4 x 108
9 Batu pasir lempungan 1.16 4.7 X 103
10 Batu pasir lempungan 0.45 5.8 X 104
Interpretasi kedalaman dan macam batuan pada setiap titik pendugaan geolistrik berdasarkan sifatnya.
Pembuatan penampang hidrogeologi berdasarkan sifat geofisika batuan
yang melewati titik-titik lokasi pendugaan terpilih, untuk mengetahui sebaran vertical dan lateral akuifer.
Melalui sebaran sistem akuifer membuat kontur kedalaman akuifer bagian
atas, kontur kedalaman bagian bawah dan kontur ketebalan akuifer
Interpretasi untuk menentukan konfigurasi akuifer yang paling tepat dan
memperkirakan potensi ketersediaannya.
3.2.3. Analisis Kualitas Air Tanah
Metoda analisis yang digunakan untuk pemeriksaan kualitas air yaitu
berdasarkan buku pedoman “Standard Methodes, APHA 1965 dan Subsurface
Assessment Book for Conformated Sites, CCME 1994”.
Bab - I
Bab - I
V
V
Rencana Kerja
Rencana Kerja
4.1
4.1
Nama dan Pemilik Pekerjaan
Nama dan Pemilik Pekerjaan
Pekerjaan Jasa Konsultasi Pendamping Operasional Sarana dan Prasarana Air Minum berada di Dinas Tata Kota, Bangunan dan Permukiman Kota Tanggerang Selatan dan Kepala Dinas sebagai Pengguna Anggarannya.
4.2
4.2
Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan
Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan
4.3
4.3
Lokasi Pekerjaan
Lokasi Pekerjaan
Lokasi pekerjaan berada di 7 (tujuh) lokasi diantaranya:
1. Sarimulya Ds. Setu Kec. Setu.
2. Kedaung Kel. Kedaung Kec. Pamulang. 3. Rancasaga Ds. Setu Kec. Setu.
4. Baktijaya Kel. Baktijaya Kec. Setu. 5. Keranggan Kel. Keranggan Kec. Setu. 6. Ciputat Kel. Ciputat Kec. Ciputat. 7. Parigi Kel. Perigi Kec. Pondok Aren.
4.4
4.4
Sumber Dana
Sumber Dana
Pekerjaan Jasa Konsultasi Pendamping Operasional Sarana dan Prasarana Air Minum ini di danai dari Anggaran Pembangunan Belanja Daerah Kota Tanggerang Selatan pada Tahun Anggaran 2011.
4.5
4.5
Jadwal Waktu Pelaksanaan
Jadwal Waktu Pelaksanaan
Pekerjaan Jasa Konsultasi Pendamping Operasional Sarana dan Prasarana Air Minum ini dilaksanakan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan yang dimulai semenjak kontrak ditandatangani. Adapun Jadwal Sebagaimana pada Tabel IV.1 dibawah ini.
TABEL IV - 1
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
JASA KONSULTASI PENDAMPING OPERASIONAL SARANA DAN PRASARANA AIR MINUM
No Uraian Kerja
Minggu
ke-Ket I II III IV V VI VII VII
pelaksanaan
pekerjaan dan koordinasi
2. Sosialisasi pekerjaan 3. Pembentukan tim
pengelola air 4. Pelatihan teknis 5. Pelaporan
a. Laporan pendahuluan b. Penyusunan draft
laporan akhir c. Penyusunan
laporan akhir
4.6
4.6
Laporan Yang Dihasilkan
Laporan Yang Dihasilkan
Untuk laporan yang dihasilkan di Pekerjaan Konservasi Sumber Daya Air Dan Pengendalian Kerusakan Sumber-sumber Air adalah sebagai berikut: