• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Kajian Teori 2.1.1 Membaca 2.1.1.1 Hakikat Membaca - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Kemampuan Pemahaman Membaca Siswa Melalui Metode Global Berbantuan Media Gambar dan Alat Peraga pada Siswa Kelas I SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "2.1 Kajian Teori 2.1.1 Membaca 2.1.1.1 Hakikat Membaca - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Kemampuan Pemahaman Membaca Siswa Melalui Metode Global Berbantuan Media Gambar dan Alat Peraga pada Siswa Kelas I SD"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

8

membaca, jenis-jenis membaca, tujuan membaca, hakikat pemahaman membaca anak SD dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman membaca. Selain itu, terdapat juga kajian pustaka mengenai hakikat kemampuan, kemampuan pemahaman membaca anak SD dan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan pemahaman membaca anak SD. Terdapat ulasan mengenai metode

global yang meliputi hakikat metode global, langkah-langkah metode global, kelebihan dan kekurangan metode global dan sintak penerapan metode global. Bab ini juga membahas mengenai media gambar dan alat peraga serta hubungan peningkatan kemampuan pemahaman membaca dengan menggunakan metode global berbantuan media gambar dan alat peraga. Penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan akan tersusun secara sistematis dalam bab II ini.

2.1 Kajian Teori 2.1.1 Membaca

2.1.1.1 Hakikat Membaca

(2)

tulisan. Arti yang dimaksud yaitu sebuah fakta yang teresimpan dalam atau tersirat dalam simbol huruf dalam bacaan. Tidak hanya tulisan kita juga dapat memaknai atau mengartikan gambar. Hal itu juga dapat dikatakan sebagai kegiatan membaca. Inilah salah satu bukti dalam kemampuan berbahasa yang tidak dapat dipisahkan. Untuk membaca kita membutuhkan tulisan dan untuk dapat menulis kita harus banyak membaca atau mendengar cerita dari sekitar kita dengan itu kita juga dapat melatih menyampaikan ide atau maksud dari bacaan yang kita pahami di muka

umum dengan keterampilan berbicara kita dan dari apa yang kita ketahui dari sekitar kita. Maka dari itu, keempat komponen ini sangatlah penting.

Membaca itu bukan hanya tulisan namun kita juga dapat membaca gambar. Kita melihat dan mengerti sesuatu yang tertulis atau yang tercetak. Lalu untuk dapat mengerti tulisan atau gambar tersebut kita harus memaknainya. Didukung oleh Haryanto (2009) mengemukakan, “Reading is a look and understand something written or printed.” Kemudian Thorndike (1967:127) berpendapat bahwa, “Membaca merupakan proses berpikir atau bernalar.” Membaca bukan hanya dapat mengucapkan huruf menjadi kata dan menyuarakannya. Namun membaca juga memaknai maksut dari tulisan. Maka membaca dapat juga diartikan proses berfikir karena dengan memaknai tulisan kita harus mengerti apa maksut dari penulis bukan hanya mampu menyuarakannya.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah sesuatu yang dilakukan untuk dapat mengerti sesuatu (pesan) dari tulisan atau gambar. Dalam membaca kita tidak harus selalu menyuarakan apa yang dapat kita mengerti. Kita tidak selalu dapat mendengar apa yang diucapkan atau yang disuarakan saat kita membaca misalnya membaca dalam hati. Yang terpenting adalah kita mampu untuk memahami makna yang

(3)

membaca kita menyuarakan tulisan (berbicara), dan secara tersirat ketika kita membaca kita memahami maksud dari penulis (mendengarkan). Dengan demikian bahwa keempat komponen itu saling berkaitan satu sama lain dan keempatnnya sangatlah penting.

2.1.1.2 Jenis-Jenis Membaca

Terdapat beberapa jenis membaca. Menurut Tim Literatur Media Sukses (2009), “Ada beberapa jenis membaca yaitu:

1. Membaca nyaring yaitu membaca dengan suara keras

2. Membaca dalam hati yaitu membaca tanpa mengeluarkan suara

3. Membaca ekstensif yaitu membaca teks sebanyak-banyaknya dalam waktu singkat

4. Membaca intensif yaitu membaca rincian-rincian penting dalam suatu teks

5. Membaca regular atau biasa yaitu membaca teks dari baris demi baris

6. Membaca sekilas atau scanning yaitu membaca sekilas bagian-bagian penting terutama judul, daftar isi, dan kata pengantar

7. Membaca cepat atau skimming yaitu membaca teks dengan cara cepat.”

Menurut Meliyawati, M.Pd. (2016), “Jenis-jenis membaca intensif terbagi menjadi 6 jenis yaitu membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, membaca ide, membaca bahasa asing dam membaca sastra.” Dari masing-masing jenis membaca tersebut mempunyai tujuan yang berbeda. Meliyawati, M.Pd. (2016) menuliskan, “Tujuan dari keenam jenis membaca tersebut adalah sebagai berikut:

(4)

2. Membaca pemahaman bertujuan untuk memahami standar atau norma kesastraan, resensi kritis, drama tulis serta pola fiksi 3. Membaca kritis bertujuan untuk mendalami, mengevaluasi serta

menganalisis bukan hanya mencari kesalahan bacaan.

4. Membaca ide bertujuan untuk mencari memperoleh dan memanfaatkan ide dalam bacaan.

5. Membaca bahasa asing bertujuan menambah kosakata dalam bahasa asing dan mencapai kefasihan

6. Membaca sastra bertujuan untuk mengapresiasi karya sastra dan pengkajian.”

Sementara itu Meliyawati, M.Pd. (2016) juga mengatakan, “Teknik membaca intensif termasuk ke dalam membaca pemahaman yang diklasifikasikan menjadi dua, yaitu membaca intensif (membaca secara luas) dan membaca ekstensif (studi telaah dan terperinci terhadap suatu bacaan).” Membaca intensif terdiri atas membaca survei (membaca telaah dengan melihat judul dan bagan skemanya), membaca sekilas atau skimming (membaca membaca cepat untuk mencari arti dan informasi), dan membaca dangkal (membaca untuk mendapat pemahaman yang tidak mendalam dari sebuah bacaan).

(5)

2.1.1.3 Tujuan Membaca

“Menurut Haryanto (2009), mengemukakan beberapa tujuan penting dalam membaca:

1. Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts);

2. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas);

3. Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi

cerita (reading for sequence or organization);

4. Membaca untuk menyimpulkan (reading for inference); 5. Membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify); 6. Membaca menilai, membaca untuk evaluasi (reading to

evaluate);

7. Membaca untuk membandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast).”

Kemudian selain itu menurut Margarita Tanau (2014) bahwa, “Tujuan membaca ialah menangkap bahasa yang tertulis dengan tepat dan teratur.” Secara sederhana Ngalim Purwanto berpendapat bahwa tujuan membaca adalah mampu mengerti makna dari tulisan secara tepat sesuai dengan maksut penulis.

Selanjutnya, Nurhayati Pandawa, Hairudin dan Mislinatul Sakdiyah (2009) menyebutkan, “tujuan membaca umum adalah: (1) mendapat informasi, (2) memperoleh pemahaman, dan (3) memperoleh kesenangan.” Sebagian besar orang membaca untuk mendapatkan informasi mengenai apa yang belum mereka ketahui, memahami sesuatu yang ingin mereka pelajari dan untuk memperoleh kesenangan.

Setiap orang membaca mempunyai tujuan sama dengan cara yang

(6)

dengan suara pelan. Tujuan membaca akan sangat berpengruh pada proses dan pemahaman membacanya. Khususnya pada proses awal membaca. Tujuan membaca usia kelas I SD masih sederhana, yaitu anak kelas satu belajar membaca untuk dapat mengerti perincian fakta dalam gambar atau tulisan yang dibacanya. Dalam prosesnya anak kelas I SD membaca secara tersurat. Mereka mampu mengerti apa yang sudah tertulis.

2.1.1.4 Hakikat Pemahaman Membaca

Membaca adalah proses memahami bacaan. Pemahaman terhadap

bacaan dilakukan dengan cara memahami dan memaknai bacaan tersebut. Didukung oleh Hadi Susanto (2015) yang berpendapat bahwa, “membaca pemahaman adalah suatu proses untuk mengenali atau mengidentifikasi teks, kemudian mengerti kembali isi teks.” Dalam prosesnya membaca mengandung beberapa aspek. William S. Gray dalam Lawrence E. Hafner dan Hayden B Jolly (1972) mengembangkan struktur membaca dalam tulisannya, “A mature reader engages in the following activities when he reads: (1) He decodes printed words. (2) He comprehends meanings. (3) He reacts to the meanings he has developed. (4) He uses some of the meanings.” Seorang pembaca akan melakukan empat langkah saat ia membaca yaitu dia akan mencoba untuk mengartikan tulisan yang dia baca, kemudian memahami makna yang dia dapat dari bacaan tersebut, setelah itu dia mencoba untuk mengembangkan arti tersebut, dan yang terakhir yaitu mengambil dan menggunakan makna dari bacaan tersebut.

(7)

Membaca bukan sekedar memahami lambang-lambang tertulis, melainkan pula memahami, menerima, menolak, membandingkan dan meyakini pendapat-pendapat yang ada dalam bacaan. Membaca pemahaman inilah yang dibina dan dikembangkan secara bertahap pada sekolah (Tompubolon: 1987). Studi yang dilakukan oleh Davies umumnya upaya signifikan untuk menggambarkan pemisahan skill dalam pemahaman membaca ada 5 yaitu :

(1) recalling word meanings (vocabulary knowledge), (2) drawing inferences from content, (3) following the structure of a passage, (4) recognizing a writer’s purpose, attitude, tone, and mood, (5) finding answers to questions answered explicitly or in paraphrase.”

Dalam tingkatannya membaca pemahaman diidentifikasi oleh Lawrence E. Hafner dan Hayden B Jolly (1972) ada 3 level, yaitu :

“1) Literal Comprehension : Understanding the ideas and information explicitly stated in the passage.

2) Interpretative Comprehension : Understanding the ideas and information not explicitly stated in the passage.

3) Critical Comprehension : Analyzing, evaluating, and personally reacting to information presented in passage.”

Dari beberapa pengertian tersebut, pemahaman membaca adalah sebuah proses dimana seseorang memahami dan memaknai sebuah tulisan. Dalam prosesnya seseorang diharapkan untuk bisa mencari tahu kata kunci dari sebuah bacaan, memahami makna bacaan tersebut, mengembangkan makna yang telah mereka terka, dan memakai beberapa makna yang mereka mengerti. Pembaca dalam memahami bacaan memerlukan kemampuan

(8)

emosi mereka karena dapat mempengaruhi pemahaman mereka terhadap suatu bacaan.

2.1.1.5Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Membaca Proses pemahaman dalam membaca dipengaruhi oleh beberapa faktor Nurhayati Pandawa, Hairudin dan Mislinatul Sakdiyah (2009) yaitu:

1. Faktor kognitif : berkaitan dengan pengetahuan, pengalaman, tingkat kecerdasan atau kemampuan berpikir seseorang.

2. Faktor afektif : berkaitan dengan kondisi emosional, sikap, dan

situasi.

3. Faktor teks bacaan : berkaitan dengan tingkat kesukaran dan keterbacaan suatu bacaan yang dipengaruhi oleh pilihan kata, struktur, isi bacaan, dan penggunaan bahasanya.

4. Faktor penguasaan bahasa : berkaitan dengan tingkat kemampuan berbahasa yang berkaitan dengan penguasaan perbendaharaan kata, struktur, dan unsur-unsur kewacanaan.

Kemudian Iwuk P. dalam bukunya A Guide for Reading Comprehension (2007:14) mengatakan bahwa ada dua faktor besar yaitu:

1. Faktor Internal

Faktor internal atau faktor dari diri kita sendiri diantaranya adalah pengetahuan kebahasaan, keinginan membaca, dan minat membaca. Pengetahuan kebahasaan yang sempit, keinginan membaca yang kecil, dan minat membaca yang rendah akan menjadi penghambat, demikian juga sebaliknya. Faktor internal dapat dikendalikan oleh diri sendiri.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal datang dari luar diri kita. Faktor ini lebih

(9)

Contoh dari faktor eksternal yaitu kondisi lingkungan, orang-orang di sekitar, bacaan, dan lain sebagainya.

“Faktor-faktor yang berada dalam diri pembaca meliputi kemampuan linguistik (kebahasan), minat (seberapa besar kepedulian pembaca terhadap bacaan yang dihadapinya), motivasi (seberapa besar kepedulian pembaca terhadap tugas membaca atau perasaan umum mengenai membaca dan sekolah), dan kumpulan kemampuan pemahaman membaca (seberapa baik pembaca dapat membaca)” menurut Zuchdi (2000: 23-24). Faktor-faktor di luar pembaca dibedakan menjadi dua kategori unsur-unsur bacaan dan lingkungan membaca. Unsur-unsur pada bacaan atau ciri-ciri tekstual meliputi kebahasan teks (kesulitan bahan bacaan), dan organisasi teks (jenis pertolongan yang tersedia berupa bab dan sub bab, susunan tulisan, dsb). Kualitas lingkungan membaca meliputi faktor-faktor: persiapan guru sebelum, pada saat, atau suasana umum penyelesaian tugas (hambatan, dorongan, dsb). Kemudian Nurul Rifky Huba (2014) mengungkapkan bahwa, “Pengukuran kegiatan membaca dapat mencakup dua segi yaitu keterampilan dan kemauan.” Keterampilan membaca lebih berkaitan dengan aspek kognitif, sedangkan faktor kemauan berkaitan dengan aspek afektif.

(10)

2.1.2 Kemampuan Membaca 2.1.2.1 Hakikat Kemampuan

Kemampuan berarti bahwa dapat atau bisa. “Kemampuan yaitu mampu artinya kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan artinya kesanggupan, kecakapan, kekuatan.” Menurut Noam Chomsky (1957), “Kemampuan adalah pengetahuan tentang bahasa yang ada di dalam akal-budi seseorang.” Sehubungan dengan hal tersebut Eddy Yunus berpendapat, “Kemampuan adalah kapasitas sekumpulan sumber daya untuk secara integratif melakukan suatu tugas atau kemampuan.”

Dari pengertian diatas berarti bahwa kemampuan yaitu kesanggupan atau kemampuan seseorang dalam melakukan sesuatu. Kemampuan tersebut berasal dari akal budi manusia yang kemudian secara intregatif seseorang dapat melakukan sesuatu hal.

2.1.2.2 Kemampuan Pemahaman Membaca Anak SD

Pemahaman membaca anak sampai dewasa berbeda tingkatannya. Chall (1983) mengemukakan 6 tahap dalam perkembangan membaca,

(11)

Dari pernyataan diatas dapat dilihat bahwa anak usia SD berada pada tahap 1 sampai dengan tahap 3. Tahap 1 berarti seorang anak dapat atau mampu mengartikan atau meneterjemahkan suatu bacaan. Usia tersebut termasuk juga usia anak kelas I SD. Kemudian tahap 2 seorang anak telah mampu membaca lancar bahkan membaca cepat, konfirmasi atau memberikan umpan balik terhadap suatu bacaan sertamampu mengungkapkan makna dari suatu bacaan. Dan tahap 3 seorang siswa membaca untuk mempelajari hal baru atau mencari informasi mengenai

sesuatu yang ingin mereka ketahui.

2.1.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Pemahaman Membaca Anak SD

Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca. Menurut Lamb dan Arnold (1976), “Faktor – faktor tersebut adalah faktor fisiologis, intelektual lingkungan, dan psikologis.”

(12)

2.1.3 Metode Global

2.1.3.1 Hakikat Metode Global

Dalam Membaca dan Menulis Permulaan (MMP) merupakan menu utama saat anak masuk di awal tahun pembelajaran. “Metode pembelajaran di kelas rendah akan diuraikan sebagai berikut :

1. Metode Eja : dimulai dengan memperkenalkan huruf-huruf secara alpabetis yang dihapalkan dan dilafalkan sesuai dengan bunyinya menurut abjad.

2. Metode suku kata dan metode kata : diawali dengan pengenalan suku kata, seperti ba, bi, bu, be, bu, ca, ci, cu, ce, cu dan seterusnya, kemudian dirangkai menjadi kata bermakna.

3. Metode Global : Metode Global artinya secara utuh dan bulat. Dalam metode ini disajikan pertama kali kalimat seutuhnya yang dituliskan dibawah gambar yang sesuai. 4. Metode Structural Analisis Sintesis (SAS) : diawali

dengan dua tahap, yakni menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh.

5. Metode Demonstrasi : suatu teknik mengajar dengan memperagakan, mempertunjukan, atau menayangkan sesuatu.

6. Metode Diskusi : pembelajaran interaksi kelompok dengan cara bertukar ide atau pikiran tentang suatu isu untuk memecahkan suatu masalah, menjawab suatu pertanyaan, menambah pengetahuan atau pemahaman, atau membuat suatu keputusan.

(13)

8. Metode Penugasan : memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk atau instruksi guru baik secara individu atau kelompok. 9. Metode Tanya Jawab : guru memberikan pertanyaan dan

siswa menjawab, jawaban yang diharapkan akan didapat jika siswa telah mempunyai pengetahuan, ingatan, dan penalaran tentang pertanyaan tersebut.

10. Metode Abjad dan Metode Bunyi : menggunakan

kata-kata lepas.” (Subana dan Sunarti, 2000)

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode global. Metode Global artinya secara utuh dan bulat. Dalam metode global yang disajikan pertama kali pada murid adalah kalimat seutuhnya dengan bantuan gambar atau alat peraga. Setelah berkali-kali membaca, murid dapat membaca kalimat-kalimat itu secara global tanpa gambar. Menurut Titin Nur Hidayati dalam JURNAL FALASIFA. Vol. 2 No. 1 Maret 2011, “Menggunakan dasar psikologis Ilmu Jiwa Gestalt. Metode membaca global dirintis oleh Dr. Ovide De Croly.” Caranya ialah guru mengajarkan membaca dan menulis dengan menampilkan gambar atau alat peraga lain kemudian menuliskan kalimat. Kalimat berasal dari jawaban siswa yang sebelumnya menjawab pertanyaan dari guru. Selanjutnya, siswa menguraikan kalimat menjadi kata, menguraikan kata menjadi suku kata, dan menguraikan suku kata menjadi huruf.

Sebagai contoh, pertama yang dilakukan adalah guru menampilkan sebuah gambar anak laki-laki yang sedang bermain bola. Kemudian guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa. Kemudian salah satu siswa menyebutkan kalimat “Budi bermain bola.” Kemudian guru menuliskan kalimat tersebut di papan tulis dan meminta siswa untuk menirukan

(14)

“B-u-d-i / b-e-r-m-a-i-n / b-o-l-a.” Setiap uraiannya guru juga memberikan contoh bagaimana membacanya dan siswa menirukan sampai akhirnya siswa dapat membaca tanpa bantuan gambar atau alat peraga.

Proses penguraian kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf-huruf, tidak disertai dengan proses sintesis (perangkaian kembali). Artinya, huruf-huruf yang telah terurai itu tidak dikembalikan lagi pada satuan di atasnya, yakni suku kata. Demikian juga dengan suku-suku

kata, tidak dirangkaikan lagi menjadi kata; kata-kata menjadi kalimat.

2.1.3.2Langkah-langkah Metode Global

Menurut Titin Nur Hidayati dalam JURNAL FALASIFA. Vol. 2 No. 1 Maret 2011, “Sintaks Metode Belajar Global adalah sebagai berikut:

1) Siswa dihadapkan pada cerita pendek dengan gambar. Misalnya gambar sekelompok anak yang sedang bermain sepak bola di lapangan.

2) Menguraikan cerita pendek tersebut menjadi kalimat-kalimat. Misalnya salah satu kalimat: Budi bermain bola

3) Memisahkan kalimat-kalimat menjadi kata-kata : /Budi/ / bermain/ /bola/

4) Memisahkan kata-kata menjadi suku kata: /Bu-di/ /ber-ma-in/ /bo-la/

5) Memisahkan suku kata menjadi huruf: u-d-i e-r-m-a-i-n b-o-l-a.”

(15)

Tabel 2.1

Sintaks Metode Global

Fase Sintaks Metode

Global Aktifitas Guru Aktifitas Siswa

(16)

contoh pengucapannya. Hal

Metode Global yang akan diterapkan mempunyai beberapa kebihan. Menurut Amin Rahmatina (2013) “Kelebihan metode global adalah:

1. Memenuhi tuntutan jiwa yang memilki sifat ingin tahu terhadap sesuatu dan segala sesuatu yang ada di luar dirinya. Sesuai dengan kodrat manusia yang memiliki rasa keingintahuan tinggi.

2. Menyajikan bahan pelajaran yang sesuai dengan

perkembangan dan pengalaman bahasa siswa yang selaras dengan situasi lingkungannya.

(17)

struktur, struktur terorganisasikan atas unsur-unsur secara teratur, kehidupan merupakan struktur yang terdiri dari bagian-bagian yang tersusun secara teratur.

4. Dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa, siswa lebih mudah mengikuti prosedur pembelajaran dan cepat menguasai keterampilan membaca pada kesempatan berikutnya.

5. Berdasarkan landasan linguistik, metode ini menolong siswa untuk menguasai bacaan dengan lancar.”

2.1.3.4Kekurangan Metode Global

Disamping kelebihan yang telah di ketahui sebelumnya berikut ini terdapat kekurangan metode global menurut Amin Rahmatina (2013) “Kelemahan metode global yaitu:

1. Banyak sarana yang harus dipersiapkan untuk melaksankan metode ini, yang terkadang sulit bagi sekolah-sekolah tertentu.

2. Penggunaan metode global mempunyai kesan bahwa guru harus kreatif, terampil dan sabar. Tuntutan semacam ini dipandang sulit bagi kondisi guru dewasa ini.

3. Metode global hanya dapat dikembangkan pada masyarakat pembelajar di kota-kota dan tidak dipedesaan yang terpencil. 4. Agak sukar menganjurkan kepada para guru untuk menerapkan metode ini dalam proses belajar mengajar, karena memerlukan waktu yang banyak dan kreativitas.”

2.1.3.5 Penerapan Metode Global

Penerapan metode global dengan penyuguhan kalimat utuh yang

(18)

a. Guru menyiapkan alat peraga atau gambar yang akan digunakan.

b. Guru mengkondisikan siswa untuk memperhatikan dan mengamati gambar atau alat peraga yang diperlihatkan.

c. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan kecil dari setiap gambar dan alat peraga yang digunakan.

d. Setiap siswa diarahkan untuk dapat memberikan pendapatnya. Setiap pendapat siswa diarahkan untuk membuat kalimat sederhana sesuai gambar atau alat peraga.

e. Guru menuliskan kalimat sederhana yang dilontarkan siswa sesuai pada gambar atau alat peraga yang ditampilkan.

f. Guru mengajak siswa untuk mengucapkan kalimat tersebut berulang-ulang. Sambil memahami makna dari setiap kalimat yang dilontarkan. g. Setelah siswa dapat membaca kalimat sederhananya, guru menguraikan

kalimat menjadi kata dan dengan perlakuan yang sama guru membantu siswa untuk membaca kata-kata yang ada. Hal tersebut juga dilakukan secara berulang-ulang.

h. Setelah siswa dapat membaca kalimat sederhananya, guru menguraikan kata-kata menjadi sub kata dan dengan perlakuan yang sama guru membantu siswa untuk membaca sub kata yang ada. Hal tersebut juga dilakukan secara berulang-ulang.

i. Setelah siswa dapat membaca kalimat sederhananya, guru menguraikan sub kata menjadi huruf dan dengan perlakuan yang sama guru membantu siswa untuk membaca huruf yang ada. Hal tersebut juga dilakukan secara berulang-ulang.

j. Setelah semua dilakukan secara berulang-ulang. Guru mencoba untuk menngarahkan siswa untuk membaca kalimat tanpa melihat gambar atau

alat peraga yang ada. Dilakukan secara berulang-ulang.

k. Setelah selesai semua dilakukan maka langkah terakhir adalah mengarahkan siswa untuk mencoba membaca secara individu.

(19)

2.1.4 Media Gambar

Media gambar adalah sebuah media berbentuk dua dimensi yang terdapat berbagai macam jenisnya. Menurut Haryanto (2009), “Media gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual ke dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan ataupun pikiran yang bermacam-macam seperti lukisan, potret, slide, film, strip, opaque proyektor.”

Pendapatnya yang lain mengatakan “Media gambar merupakan peniruan dari benda-benda dan pemandangan dalam hal bentuk, rupa serta ukurannya relatif terhadap lingkungan.” Haryanto (2009).

Dari pengertian tersebut berarti bahwa media gambar yaitu benda yang berbentuk 2 dimensi seperti lukisan, potret, slide, film, strip,opaque proyektor yang merupakan tiruan dari benda nyata yang dapat mempermudah seseorang untuk melihat benda secara nyata dengan lebih riil dengan cara atau alat yang lebih sederhana.

Media gambar mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Menurut Muhammad Anas (2014), “Kelebihan media gambar yaitu:

1. Media gambar/foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan visual kita.

2. Gambar/foto dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegahatau membetulkan kesalah pahaman.

3. Gambar/foto berharga murah dan mudah didapat serta digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus.”

Selain kelebihan yang telah dituliskan sebelumnya, terdapat kelemahan media gambar menurut Muhammad Anas (2014), “Kelemahan media gambar yaitu :

1. Gambar/foto hanya menekankan persepsi indera mata 2. Gambar/foto terlalu kompleks kurang efektif untuk

kegiatan pembelajaran

(20)

Ada berbagai macam cara penggunaan media gambar dalam pembelajaran. Menurut Heribertus Joko Warwanto,dkk (2009), “Penggunaan media gambar yaitu:

1. Divisualisasikan yaitu guru menggunakan media untuk memvisualisasikan tema atau gagasan yang dibahas dengan cara diskusi, pengamatan, pendalaman, dan refleksi bersama.

2. Dinarasikan yaitu guru menggunakan media dengan bercerita untuk menciptakan suasana yang menarik dan menjadi pusat perhatian anak didik.”

Kemudian penulis merumuskan caara penggunaan media gambar sebagai berikut:

1. Media gambar digunakan di awal pembelajaran dengan diperlihatkan kepada siswa.

2. Media gambar digunakan untuk memancing siswa untuk memahami gambar dan melontarkan sebuah kalimat dari gambar tersebut.

3. Media gambar digunakan untuk meninjau kembali kalimat dengan memaknai kalimat sesuai atau tidak dengan media gambar yang ada.

2.1.5 Alat Peraga

Alat peraga sebagai media yang digunakan untuk mempermudah pembelajaran. Didukung oleh Suwardi, dkk (2014), “Alat peraga berfungsi untuk menerangkan atau memperagakan suatu mata pelajaran dalam proses belajar mengajar.” Kemudian menurut Panjiamboro (2013), menyatakan bahwa, “Alat peraga pendidikan adalah alat-alat yang dapat dilihat dan didengar untuk membuat cara berkomunikasi menjadi efektif.”

(21)

Alat peraga mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Ivany Agustinez (2014), “Kelebihan alat peraga yaitu :

1. Menumbuhkan minat belajar siswa karena pelajaran menjadi lebih menarik

2. Memperjelas makna bahan pelajaran sehingga siswa lebih mudah memahaminya

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga siswa tidakakan mudah bosan

4. Membuat lebih aktif melakukan kegiatan belajar seperti mengamati, melakukan dan mendemontrasikan dll.”

Selain itu menurut Ivany Agustinez (2014), “Kelemahan alat peraga yaitu:

1. Mengajar dengan alat peraga lebih banyak menuntut guru 2. Banyak waktu yang diperlukan untuk persiapan

3. Perlu kesediaan berkorban secara materi.”

Menurut Nana Sudjana dalam buku Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar, (2005), “Ada enam langkah guru mengajar dengan mempergunakan alat peraga yaitu:

1. Menetapkan tujuan mengajar dengan menggunakan alat peraga yaitu guru merumuskan tujuan yang akan dicapai. 2. Persiapan guru yaitu guru memilih dan menetapkan alat

peraga mana yang akan dipergunakan sekiranya tepat untuk mencapai tujuan.

3. Persiapan kelas yaitu peserta didik dimotivasi agar dapat

menilai, menganalisis, menghayati pelajaran dengan alat peraganya.

(22)

tujuan mengajar dengan baik, sedangkanalat peraganya sekedar alat pembantu.

5. Langkah kegiatan belajar siswa belajar sehubungan dengan penggunaan alat peraga.

6. Langkah evaluasi permukaan pelajaran dan peragaan. Pada akhirnya kegiatan belajar haruslah dievaluasi permukaan sampai seberapa jauh tujuan itu tercapai, yang sekaligus dapat dinilai sejauh mana pengaruh alat peraga sebagai alat pembantu menunjang keberhasilan proses belajar.”

Alat peraga yang digunakan penulis berupa boneka yang menunjukkan bahan sesuai dengan materi yang akan disampaikan pada rencana pembelajaran yaitu bagian tubuh. Kemudian penulis menyusun langkah cara penggunaan alat peraga sama dengan penggunaan media gambar, yaitu:

1) Alat peraga digunakan di awal pembelajaran dengan diperlihatkan kepada siswa.

2) Alat peraga digunakan untuk memancing siswa untuk memahami alat peraga dan melontarkan sebuah kalimat dari alat peraga tersebut.

3) Alat peraga digunakan untuk meninjau kembali kalimat dengan memaknai kalimat sesuai atau tidak dengan alat peraga yang ada.

2.1.6 Hubungan Peningkatan Kemampuan pemahaman membaca dengan Menggunakan Metode Global Berbantuan Media Gambar dan Alat Peraga

(23)

kelas rendah. Mereka akan mudah belajar menggunakan gambar dan alat peraga dan memaknai kalimat. Hal itu karena anak pada usia rendah masih membutuhkan benda riil untuk belajar. Mereka masih belajar menggunakan benda yang nyata dan akan merasa susah jika harus belajar dengan cara membayangkan. Dengan demikian harapan penulis disusunnya penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi siswa atau bagi proses pembelajaran demi mencapainya peningkatan kemampuan pemahaman membaca siswa menggunakan metode global berbantuan media gambar dan alat peraga ini.

2.2 Hasil Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan Dyah Wahyuning dengan judul Penerapan Metode Membaca Global untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas I SDN 01 Semboro Kabupaten Jember tahun 2015 berjalan dengan baik, siswa terlihat lebih tertarik dalam mengikuti pelajaran. Awalnya para siswa terlihat gaduh namun setelah diperlihatkan gambar mereka terlihat tenang. Penerapan Metode Membaca Global dapat meningkatkan kemampuan pemahaman membaca dalam pembelajarannya. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada analisis hasil tes siswa yang mengalami peningkatan. Pada siklus 1 siswa yang tuntas ada 20 siswa, ketuntasan membaca siswa adalah 67%. Pada siklus 2 siswa yang tuntas mengalami peningkatan dari 20 menjadi 27 siswa, ketuntasan membaca siswa adalah 90%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman membaca selama pembelajaran dengan penerapan Metode Membaca Global meningkat dan dikatakan tuntas.

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Amin Rahmatina di Sekolah Dasar Negeri 037 Karya Indah Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar tahun 2013 berjudul Penerapan Metode Global Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca

(24)

bahwa metode global dapat meningkatkan keterampilan membaca permulaan. Hal ini dapat dilihat dari mean yang diperoleh siswa pada pra tindakan, siklus 1 dan siklus 2. Ketuntasan klasikal yang diperoleh pada pra tindakan yaitu 68,75% tergolong rendah. Selanjutnya, siklus 1 meningkat menjadi 71,88% berada pada kategori sedang. Pada siklus 2 meningkat, mencapai 93,75%. Hal ini berarti bahwa metode global membantu dalam pemahaman membaca siswa.

2.3 Kerangka Pikir

Membaca bukan hanya soal menyuarakan simbol tapi membaca juga

mengamati, memahami dan memikirkan. Selain itu, harus diimbangi juga dengan ketepatan maknanya. Membaca yang ideal adalah membaca dengan waktu pendek dengan pemahaman makna sesuai maksud penulis. Pada dasarnya anak kelas I sekolah dasar (SD) belajar menggunakan benda nyata. Mereka belajar dengan melihat dan menyentuh benda-benda yang nyata dan ada di sekitar mereka. Dalam pembelajaran yang abstrak atau siswa diharapkan untuk dapat belajar membayangkan sesuatu dalam proses pembelajaran itu akan sulit dilakukan dan sulit pula untuk dicapai tujuan pembelajaran yang telah di rumuskan pada awalnya. Mereka juga masih belajar dengan bermain dan belum bisa untuk mengembangan sesuatu yang dipelajarinya. Faktanya dalam pembelajaran membaca selama ini yang disuguhkan hanya tulisan tanpa adanya gambar atau alat peraga yang digunakan. Karena itulah ketika membaca anak merasa kurang tertarik yang berujung pada anak kesulitan membaca. Sangatlah diperlukan media dalam pembelajaran agar pembelajaran terasa menyenangkan apalagi untuk anak usia kelas I SD. Disamping untuk menarik perhatian mereka untuk belajar membaca hal itu digunakan juga untuk dapat membantu mereka memaknai apa yang mereka baca.

Penguasaan membaca siswa dalam kelas biasanya dapat dilihat dalam

(25)

Dari 27 siswa yang ada di kelas I masih lebih dari 50% siswanya belum lancar saat mengeja huruf demi huruf yang diajarkan atau digunakan dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di SDN Tegalrejo, beberapa temuan yang menunjukkan permasalahan yaitu:

a. Kurangnya media atau peraga pembelajan yang digunakan untuk menarik minat belajar di kelas.

b. Kapasitas siswa yang melebihi sehingga sulit dalam kontroling di kelas.

c. Kurangnya pengawasan belajar dirumah.

d. Dampak dari game online dan internet yang mengurangi minat membaca dirumah.

Berdasarkan hasil observasi permasalahan diatas, solusi dalam pembelajaran adalah dengan menggunakan metode global berbantuan media gambar dan alat peraga untuk meningkatkan kemampuan pemahaman membaca siswa. Melalui penggunaan metode global berbantuan media gambar dan alat peraga ini, akan membantu siswa untuk lebih mudah dalam belajar membaca dan meningkatkan kemampuan pemahaman membaca siswa.

(26)

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

Kondisi awal :

a. Kurangnya media atau peraga pembelajaran yang digunakan untuk menarik minat belajar di kelas.

b. Kapasitas siswa yang melebihi sehingga sulit dalam pengawasan di kelas. c. Kurangnya pengawasan belajar dirumah.

d. Dampak dari game online dan internet yang mengurangi minat membaca dirumah.

Tindakan :

Pembelajaran melalui metode global berbantuan media gambar dan alat peraga

Kondisi akhir :

a. Kemampuan membaca siswa meningkat.

(27)

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dipaparkan penulis, hipotesis tindakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Proses penggunaan metode global berbantuan media gambar dan alat peraga pada siswa kelas I SDN Tegalrejo Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang akan dapat meningkatkan kemampuan membaca.

b. Kemampuan pemahaman membaca siswa akan meningkat dengan penggunaan metode global berbantuan media gambar dan alat peraga pada siswa kelas I

Gambar

gambar yang ada.
gambar atau alat peraga yang diperlihatkan.
gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual ke dalam
gambar digunakan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Artinya rata-rata peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas eksperimen yang menggunakan strategi pembelajaran TTW lebih tinggi dari rata-rata peningkatan

Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “ Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Pemahaman Konsep Melalui Pendekatan Pembelajaran

Syukur alhamdulillah dengan ridho Allah penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Penerapan Alat Peraga Gambar Sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi dan para pembaca, terutama dalam kaitannya dengan peningkatan kemandirian belajar dan kemampuan

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat dan juga karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep

Berdasarkan hasil uji t yang dilakukan, terlihat bahwa bahwa nilai sig.0.000 < 0.05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan pemahaman matematis

Hal ini dapat dilihat dari kemampuan membaca pemahaman siswa yang sangat rendah adapun dalam penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan

lebih memahami guru meminta siswa untuk memisahkan suku kata yang.. dituliskan guru