• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh pembuatan proposal Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Contoh pembuatan proposal Di Indonesia"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai

ekonomis yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan

penting sebagai sumber devisa negara. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai

sumber devisa melainkan juga merupakan sumber penghasilan bagi tidak kurang dari

satu setengah juta jiwa petani kopi di Indonesia (Rahardjo, 2012). Sedangkan saat ini,

peningkatan produksi kopi di Indonesia masih terhambat oleh rendahnya mutu biji

kopi yang dihasilkan sehingga mempengaruhi pengembangan produksi akhir kopi.

Hal ini disebabkan, karena penanganan pasca panen yang tidak tepat antara lain

proses fermentasi, pencucian, sortasi, pengeringan, dan penyangraian (Yusdiali,

2008). Sehingga muncul metode fermentasi menggunakan enzim papain yang

merupakan ekstrak dari getah pepaya.

Pengolahan basah ini dilakukan dengan cara memfermentasikan kopi dengan

kurun waktu 24-36 jam (Sulistyowati, 2002). Dimana tujuan fermentasi ini dilakukan

untuk melepaskan lendir yang berasal dari kulit tanduk kopi. Sedangkan pengolahan

kering dilakukan dengan cara mengeringkan buah kopi secara berkala untuk

menghilangkan lendir. Proses pengolah basah ini akan menghasilkan citarasa yang

(2)

fermentasi kopi dengan menggunakan air, biasanya banyak dilakukan dengan

merendam kopi dengan air kurang dari 72 jam dengan cara mengganti air rendaman

secara berkala. Namun, merendam dengan air hanya mampu untuk melepaskan lendir

secara perlahan (Oktadina, 2013). Sehingga dalam proses fermentasi ini digunakan

enzim papain untuk memecah protein pada biji kopi mentah sebelum diolah lebih

lanjut untuk melakukan sebuah tahapan fermentasi sangat diperlukan waktu

fermentasi yang tepat. Oleh karena itu, penelitian ini

Menurut Sulistyowati (2002), bahwa dengan fermentasi yang lama akan

menyebabkan keasaman kopi meningkat karena terbentuknya asam-asam alifatik.

Apabila fermentasi diperpanjang, terjadi perubahan komposisi kimia biji kopi dimana

asam-asam alifatik akan berubah menjadi esterester asam karboksilat yang dapat

menyebabkan cacat dan cita rasa busuk. Oleh karena itu, lama fermentasi juga harus

sesuai dengan enzim yang digunakan agar cita rasa yang ada pada kopi tidak busuk

dan menurunkan mutu kopi bubuk robusta yang dihasilkan.

Proses fermentasi bertujuan untuk melepaskan daging buah berlendir (mucilage)

yang masih melekat pada kulit tanduk dan pada proses pencucian akan mudah

terlepas (terpisah) sehingga mempermudah proses pengeringan (IMPTI : 2014 ).

Waktu fermentasi yang cukup dan tidak berlebihan pun perlu ditargetkan agar

kualitas dan mutu biji kopi yang telah difermentasi akan baik. Setelah itu, proses

(3)

Cara pengolahan kopi dengan cara fermentasi dengan getah pepaya, dimana getah

pepaya ini mempunyai enzim papain yang dapat membantu memecahkan protein

buah kopi robusta , hasilnya tidak kalah dengan rasa serta aroma kopi yang di

fermentasi dengan hewan musang (luwak) ( Pebriansyah : 2014 ). Dengan

menggunakan fermentasi ini, kopi bubuk robusta yang dihasilkan akan lebih bernilai

jual tinggi. Sedangkan getah papaya yang digunakan dalam pengolahan ini, mudah

didapatkan dan lebih murah dibanding harus menggunakan luwak sebagai pengolah

fermentasi kopi robusta.

Proses pengolahan untuk mengasilkan kopi ini terbilang sangat sederhana dan

terbilang cukup mudah karena buah kopi yang matang, berwarna merah dan masak di

batang setelah dikupas dan dibersihkan dilakukan fermentasi dengan enzim papain

selama 48 jam lalu dilakukan penjemuran dan kemudian disangrai ( Pebriansyah :

2014 ). Oleh karena itu, untuk memperoleh biji kopi yang bermutu baik maka

diperlukan penanganan pasca panen yang tepat dengan melakukan setiap tahapan

secara benar. Sehingga proses fermentasi menjadi salah satu faktor yang penting

dalam pembentukan cita rasa dan aroma pada kopi membuat pemilihan enzim dalam

tahap fermentasi perlu ditentukan agar mutu kopi bubuk robusta dari segi rasa dan

aroma dapat dipertahankan dengan menggunakan enzim papain. Maka perlu

diketahui pengaruh dari getah papaya terhadap kopi robusta serta lama waktu

(4)

B. Rumusan Masalah

Adapun masalah-masalah yang akan diselesaikan dalam penelitian ini, sebagai

berikut :

1. Apakah pengaruh getah pepaya terhadap mutu kopi bubuk robusta ?

2. Apakah pengaruh lama fermentasi terhadap mutu kopi bubuk robusta ?

3. Apakah pengaruh getah pepaya dan lama fermentasi terhadap mutu kopi bubuk

robusta ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui adanya pengaruh getah pepaya terhadap mutu kopi bubuk

robusta.

2. Untuk mengetahui adanya lama fermentasi terhadap mutu kopi bubuk robusta.

3. Untuk mengetahui adanya pengaruh getah pepaya dan lama fermentasi terhadap

mutu kopi bubuk robusta.

D. Manfaat Penilitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh setelah penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagi Masyarakat

Menambah pengetahuan masyarakat sehingga mempermudah masyarakat dalam

(5)

pengaruh getah papaya dan lama fermentasi terhadap mutu produk kopi yang akan

dihasilkan.

2. Bagi Pengembangan Ilmu

Memberikan informasi yang lebih baru mengenai penelitian yang serupa dan

semoga dapat dijadikan salah satu acuan untuk dikembangkan kembali agar

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Tanaman Pepaya

Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika tropis.

Buah pepaya tergolong buah yang popular dan digemari oleh hampir seluruh

penduduk penghuni bumi ini. Batang, daun, dan buah pepaya muda mengandung

getah berwarna putih. Getah ini mengandung suatu enzim pemecah protein atau

enzim proteolitik yang disebut papain ( Wibisono, 2011).

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan, tanaman pepaya ( Caric

papaya L ) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae ( tumbuh-tumbuhan )

Divisio : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

Subdivisio : Angiospermae ( berbiji tertutup )

Class : Dicotyledonae ( biji berkeping dua )

Ordo : Caricales

Familia : Caricaceae

Genus : Carica

(7)

Hampir semua bagian tanaman pepaya dapat dimanfaatkan, mulai dari daun,

batang, akar, maupun buah. Getah pepaya yang sering disebut sebagai papain dapat

digunakan untuk berbagai macam keperluan, antara lain : penjernih bir, pengempuk

daging, bahan baku industri penyamak kulit, serta digunakan dalam industri farmasi

dan kosmetik ( Warisno, 2003 ).

Kandungan Kimia pada Getah Pepaya Getah pepaya cukup banyak mengandung

enzim yang bersifat proteolitik (pengurai protein ). Sehingga tepung getah pepaya

kering banyak digunakan oleh para pengusaha industri maupun ibu-ibu rumah tangga

untuk mengolah berbagai macam produk (Warisno, 2003).

Dalam getah pepaya terkandung enzim-enzim protease yaitu papain dan

kimopapain. Kadar papain dan kimopapain dalam buah pepaya muda berturut-turut

10 % dan 45%. Lebih dari 50 asam amino terkandung dalam getah pepaya kering itu

antara lain asam aspartat, treonin, serin, asam glutamat, prolin, glisin, alanin, valine,

isoleusin, leusin, tirosin, phenilalanin, histidin, lysin, arginin, tritophan, dan sistein.

Papain merupakan satu dari enzim paling kuat yang dihasilkan oleh seluruh bagian

tanaman papaya. kecuali biji dan akar. Buah merupakan bagian tanaman yang

menghasilkan getah paling banyak ( Wibisono, 2011). Getah papaya termasuk enzim

proteolitik dimana dapat memecah senyawa protein menjadi pepton. Contoh enzim

proteolitik lainnya adalah bromeilin pada nanas, renin pada sapi dan babi.

Pemakaiannya masih jarang lantaran sulit diekstrak dan aktivitasnya lebih rendah

(8)

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti makanan, Massimo

Marcone di Universitas Guelph Ontario Kanada bahwa buah kopi yang dimakan

luwak didalam perutnya terjadi proses fermentasi dimana buah kopi di uraikan oleh

enzim proteolitik, hal ini menunjukan bahwa sekresi endogen pecernaan hewan luwak

itu meresap kedalam biji kopi. Sekresi enzim proteolitik memecah kandungan protein

yang terdapat pada biji kopi. Hasil penelitian membuktikan bahwa buah kopi yang

telah melewati proses fermentasi pencernaan perut luwak menjadikan buah kopi

tersebut sangat rendah cafein, low acid,sangat aman bagi lambung,tinggi kandungan

oksigen sangat baik untuk melancarkan peredaran darah dan meningkatkan kinerja

otak, memilki banyak peptide dan asam amino bebas menjadi berkurang. Hipotesis

mengatakan bahwa perubahan jumlah protein dan asam amino bebas tersebut

menghasilkan rasa yang “unik” dan rasa “nikmat” yang tiada tanding. Menjadikan

kopi luwak sebagai kopi yang aman dikonsumsi dan baik untuk kesehatan.

Kenikmatan cita rasa kopi luwak tiada tandingnya, sehingga Kopi Luwak ini

memiliki level dan kelas tersendiri (Buldani, 2011). Sedangkan enzim proteolitik dari

getah papaya masih belum diteliti lebih lanjut akan pengaruhnya pada mutu bubuk

kopi robusta, enzim proteolitik pada luwak telah terbukti meningkatkan mutu kopi

bubuk yang dihasilkan pada fermentasi luwak begitu pula nantinya yang diharapkan

(9)

2. Kopi Robusta

Kopi merupakan salah satu komoditas hasil perkebunan di Indonesia yang banyak

diusahakan oleh perkebunan rakyat, ± 92% dan produktivitas serta mutu kopi yang

dihasilkan masih rendah (Lembaga Informasi Pertanian, 1992). Tanaman kopi

termasuk dalam famili Rubiaceae dan terdiri atas banyak jenis antara Coffea arabica,

Coffea robusta dan Coffea liberica. Negara asal tanaman kopi adalah Abessinia yang

tumbuh di dataran tinggi. Sistematik tanaman kopi robusta menurut Armansyah

(2010), adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae

Genus : Coffea

(10)

Bagian tanaman kopi yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat adalah bijinya

yang diolah menjadi minuman dengan kandungan kafein dalam dosis rendah. Kafein

ini mampu mengurangi rasa lelah dan membuat pikiran menjadi segar. Minuman kopi

yang berperan sebagai perangsang (stimulant) membuat kopi digemari oleh banyak

orang, tetapi minuman kopi bersifat mengganggu kesehatan jika dikonsumsi dalam

jumlah yang terlalu banyak. Koswara (2006), menjelaskan bahwa konsumsi kopi

pada jumlah yang terlalu tinggi, kafein yang terkandung di dalam kopi berdampak

negatif karena mempengaruhi sistem saraf pusat, sistem pernafasan, otot, pembuluh

darah, jantung, dan ginjal pada manusia.

Struktur buah kopi tediri atas tiga bagian, yaitu lapisan kulit luar (excocarp),

lapisan daging (mesocarp), lapisan kulit tanduk (endoscarp). Komposisi kimia biji

kopi berbeda-beda, tergantung tipe kopi, tanah tempat tumbuh dan pengolahan kopi.

Senyawa kimia yang terpenting terdapat didalam kopi adalah caffein dan caffeol.

Caffeine yang menstimuli kerja saraf, sedangkan caffeol memberikan flavor dan

aroma yang baik (Ridwansyah, 2003).

3. Fermentasi Kopi

Pengolahan buah kopi menjadi biji kopi dapat dilakukan dengan cara kering atau

Dry Processing disebut O.I.B (Ost Indische Bereiding), dan cara basah atau Wet

Processing disebut W.I..B. (West lndische Bereiding). Perbedaan yang prinsip dari

(11)

kulit ari setelah biji kopi dikeringkan, sedangkan cara basah pengupasan kulit tanduk

dan kulit ari dilakukan sewaktu buah kopi setelah dipanen (Anonim, 2011).

Dry Processing terdiri dari proses pengeringan, pencucian, pengupasan,

penggilingan, sortasi, dan penyimpanan, sedangkan Wet Processing terdiri dari proses

penerimaan, pembersihan, pemisahan kulit dan biji, fermentasi, pencucian,

pengeringan, pencucian, pengupasan, penggilingan, sortasi dan penyimpanan.

Perbedaan dari kedua proses tersebut yaitu adanya tahapan proses fermentasi.

Fermentasi bertujuan untuk membantu melepaskan lapisan lendir yang masih

melekat pada kulit tanduk,. Pektin dapat dihidrolisis oleh enzim pektinase yang

terdapat di dalam buah dan reaksinya dapat dipercepat dengan bantuan jasad renik

(Saccharomyces). Proses fermentasi pengolahan kopi secara basah terbagi menjadi 3

cara yaitu pengolahan cara basah tanpa fermentasi, pengolahan cara basah dengan

proses fermentasi kering, dan proses pengolahan cara basah dengan proses fermentasi

basah (Ridwansyah, 2003).

Perubahan yang terjadi selama proses fermentasi meliputi pemecahan komponen

mucilage, pemecahan gula, dan perubahan warna kulit. Mucilage merupakan bagian

lapisan berlendir yang menyelimuti biji kopi dengan komponen terpentingnya yaitu

protopektin. Enzim yang termasuk sejenis katalase akan memecah protopektin

didalam buah kopi, kondisi fermentasi pada pH 5.5-6.0 akan menyebabkan

(12)

laktat dan asam asetat dengan kadar asam laktat yang lebih besar. Asam-asam lain

yang dihasilkan dari proses fermentasi ini adalah asam butirat, propionate, dan

senyawa etanol. Asam lain akan memberikan onion flavor. Biji kopi yang telah

terpisahkan dari pulp dan parchment akan berwarna coklat. Proses browning ini

terjadi akibat oksidasi polifenol. Terjadinya warna kecoklatan yang kurang menarik

ini dapat dicegah dalam proses fermentasi melalui pemakaian air pencucian yang

bersifat alkalis (Anonim, 2006).

Kopi Robusta memerlukan waktu fermentasi yang lebih lama disebabkan karena

hemisellulosa, substansi pektin dan gula pada proses demusilasi sulit untuk

dipisahkan. Dengan penambahan enzim pektinase dapat mempercepat proses

demusilasi, mengurangi pH dan mengurangi kandungan gula. Proses fermentasi

dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya suhu fermentasi. Cepat dan lambatnya

kerja enzim dalam penguraian lapisan mucilage berhubungan dengan suhu. Selain

suhu fermentasi kondisi yang paling penting dalam proses penghilangan mucilage

dipengaruhi oleh ketebalan lapisan mucilage, konsentrasi enzim dan mikrobiologi

(Murthy et al., 2011).

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses fermentasi tergantung

pada kebersihan sarana fermentasi, lama fermentasi, kelembaban lingkungan, suhu

dan kadar oksigen. Waktu yang diperlukan untuk fermentasi kopi tergantung pada

(13)

timbulnya asam dan apek sebagai akibat pembusukan oleh mikroorganisme.

Kelembaban yang tinggi akan memicu pertumbuhan mikroorganisme lain yang akan

mengganggu proses berlangsungnya fermentasi. Suhu yang digunakan umumnya

sekitar 30OC, jika suhu kurang dari 30OC pertumbuhan mikroorganisme penghasil

asam akan lambat sehingga dapat terjadi pertumbuhan produk. Kadar oksigen yang

dibutuhkan untuk fermentasi tergantung pada jenis mikroorganisme yang digunakan

termasuk ke dalam aerob, anaerob atau aerob fakultatif. Oksigen yang berlebih akan

menghambat bahkan membunuh mikroorganisme yang digunakan untuk fermentasi

biji kopi (Anonim, 2006).

4. Mutu Kopi Bubuk

Kopi Robusta digolongkan lebih rendah mutu citarasanya dibandingkan dengan

citarasa kopi Arabika. Hampir seluruh produksi kopi Robusta di seluruh dunia

dihasilkan secara kering dan untuk mendapatkan rasa lugas tidak boleh mengandung

rasa-rasa asam dari hasil fermentasi. Kopi Robusta memiliki kelebihan yaitu

kekentalan lebih dan warna yang kuat (Siswoputranto, 1992).

Standar mutu diperlukan sebagai petunjuk dalam pengawasan mutu dan

merupakan perangkat pemasaran dalam menghadapi klaim/ketidakpuasan dari

konsumen dan dalam memberikan saran-saran ke bagian pabrik dan bagian kebun.

Standardisasi meliputi definisi, klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh,

(14)

menurut SNI No.01-2907-1999 seperti pada Tabel 1. Pada prinsipnya penanganan

pasca panen kopi harus memperhatikan keamanan pangan. Oleh karena itu harus

dihindari terjadinya kontaminasi dari beberapa hal yaitu :

a. Fisik (tercampur dengan benda asing selain kopi, misalnya: rambut, kotoran, dll);

b. Kimia (tercampur bahan-bahan kimia);

c. Biologi (tercampur jasad renik yang bisa berasal dari pekerja yang sakit,

kotoran/sampah di sekitar yang membusuk)

Syarat mutu umum biji kopi pengolahan kering seperti tertera dalam tabel sebagai

berikut :

Tabel 1. Syarat Mutu Umum Biji Kopi Pengolahan Kering

No Jenis Kopi Satuan Persyaratan

1 Biji berbau busuk dan berbau kapang - Tidak ada

2 Serangga hidup - Tidak ada

3 Kadar air ( bobot/bobot) % Maksimal 13

4 Kadar kotoran % Maksimal 0,5

5 Biji lolos ayakan ukuran 3 mm x 3 mm

(bobot/bobot) % Maksimal 5

6 Biji ukuran besar, lolos ayakan ukuran

(15)

Komposisi kimia biji kopi berbeda-beda, tergantung tipe kopi, tanah tempat

tumbuh dan pengolahan kopi. Struktur kimia yang terpenting terdapat di dalam kopi

adalah kafein dan caffeol. Kafein yang menstimuli kerja saraf, caffeol memberikan

flavor dan aroma yang baik. Kopi robusta mengandung lebih banyak asam amino

bebas. Kadar kafein dalam robusta jauh lebih besar daripada arabika, dalam jumlah

sedikit saja memberikan rasa sepat (Anonim, 2011a).

Komposisi biji kopi arabika dan robusta sebelum dan sesudah disangrai (% bobot

kering) dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Komposisi Biji Kopi Arabika dan Robusta Sebelum dan Sesudah Disangrai

(16)

Total

Polisakarida

50,0-55,0 24,0-39,0

37,0-47,0

-Asam amino 2,0 0 - 0

Protein

11,0-13,0 13,0-15,0 13,0-15,0

Humic acids - 16,0-17,0 16.0-17,0

Sumber : Clarke dan Macrae, (1987).

Kopi robusta memiliki rasa agak pahit dikarenakan kandungan kafeinnya

sehingga untuk mengurangi rasa pahit pada kopi perlu diturunkan kadar kafeinnya.

Kadar kafein tinggi dapat mengganggu kesehatan, misalnya jatung berdebar.

Minuman penyegar/penguat yang mengandung kafein lebih dari 50 mg tidak

diperkenankan beredar oleh Pemerintah.

(17)

GETAH PEPAYA

TAHAPAN FERMENTASI

LAMA FERMENTASI

MUTU KOPI BUBUK KOPI

Proses fermentasi kopi adalah salah satu tahapan yang berperan penting dalam

pembentukan cita rasa dan mutu kopi bubuk yang akan dihasilkan. Enzim yang akan

digunakan pada penelitian ini yaitu enzim papain atau ekstrak dari getah papaya.

Terbentuknya mutu kopi bubuk yang baik akan di dapatkan pada waktu fermentasi

yang sesuai. Sehingga ketergantungan antara pengaruh enzim yang digunakan dan

lama fermentasi akan menjadi faktor-faktor yang membuat mutu kopi bubuk dapat

dipertahankan.

Adapun bagan kerangka pikir pada penelitian ini yaitu:

Keterangan:

(18)

X2 : Pengaruh Lama Fermentasi

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka pada penelitian ini, peneliti menentukan hipotesis

yaitu:

H1 : 1. Ada pengaruh getah papaya terhadap mutu kopi bubuk

2. Ada pengaruh lama fermentasi terhadap mutu kopi bubuk

3. Ada pengaruh geta papaya dan lama fermentasi terhadap mutu kopi bubuk

BAB III

(19)

A. Jenis Penelitian atau Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yang didasarkan pada judul

Pengaruh Getah Pepaya dan Lama Fermentasi terhadap Mutu Kopi Bubuk Robusta

yaitu penelitian yang akan diarahkan untuk mencari pengaruh antara variabel X1 ke

Y dan, X2 ke Y, dan begitu pula X1, X2 ke Y.

Adanya pengaruh antara tiap variabel dalam penelitian ini akan dikemukakan

dalam tabel sebagai berikut :

NO Nilai Variabel

X1 X2 Y

1 Getah Pepaya Lama Fermentasi Mutu Kopi Bubuk Robusta

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Teknologi

Pertanian Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar selama 6 (enam) bulan, mulai

dari Oktober Tahun 2014 sampai dengan Februari Tahun 2015.

(20)

Populasi penelitian adalah biji kopi robusta di pasaran, sedangkan sampel

penelitian adalah 100 gr biji kopi robusta.

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) variabel bebas, yaitu pengaruh

getah papaya dan lama fermentasi yang diberi simbol X1 dan X2, sedangkan mutu

kopi bubuk disebut variabel terikat dan diberi simbol Y. Adapun hubungan antara

variabel bebas dan terikat pada penelitian ini dijelaskan secara singkat dalam Gambar

1 berikut ini.

Gambar 1. Hubungan antar Variabel

(21)

1. Pengaruh antara X1 terhadap Y

2. Pengaruh antara X2 terhadap Y

3. Pengaruh keduanya X1 dan X2 terhadap Y

(22)

Anonim. 2006. Official Method of Analysis of Association of Official Analitycal Chemistry, Washington DC.

Anonim. 2006. Proses Fermentasi Pada Biji Kopi. Universitas Brawijaya

Anonim, 2009. Good Hygiene Practices Along The Coffee Chain. Anonim, 2011, Kopi Robusta, http://www.bironk.com/, didownload pada tanggal 14 Maret 2012.

Anonim, 2011, Kopi Robusta, http://www.bironk.com/, didownload pada tanggal 14 Maret 2012.

Buldani, D., 2011. EBook_Mengungkap Rahasia Bisnis Kopi Luwak. Cicalengka, Bandung

Clarke, R.J., and R.Macrae. 1985. Journal of bacteriology. Publishing Company

IMPTI. 2014. BIOKIMIA KOPI. http://www.imtpi.org/tag/biokimia-kopi. Diakses pada tanggal 7 Oktober.

Koswara S. 2006.Kopi Rendah Kafein (Kopi Dekafein). Jakarta

Lembaga Informasi Pertanian (LIPTAN). 1992. Pasca Panen Kopi. Balai Informasi Pertanian Irian Jaya. Jayapura

Murthy, Pushpa dan Madhava Naidu, (2011), Improvement of Robusta Coffee Fermentation with Microbial Enzymes, http://www.idosi.org, diunduh pada 8 Oktober 2014.

Oktadina. 2013. Pemanfaatan Nanas (Ananas Comosus L. Merr) untuk Penurunan Kadar Kafein dan Perbaikan Citarasa Kopi (Coffea Sp) dalam Pembuatan Kopibubuk.http://jkptb.ub.ac.id/index.php/jkptb/article/download/149/14 0. Diunduh pada tanggal 5 Oktober 2014.

(23)

https://www.facebook.com/notes/saiful-guci/fermentasi-kopi-dengan-Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta. Penebar Swadaya. Jakarta

Ridwansyah, STP.2003. Pengolahan Kopi. Jurusan Teknologi Pertanian. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Sulistyowati dan Sumartono.2002. Metode Uji Cita Rasa Kopi. Materi Pelatihan Uji Cita Rasa Kopi : 19-21 Februari 2002. Pusat Penelitian kopi dan Kakao Indonesia, Jember.

Siswoputranto, 1992. Kopi Aman Bagi Kesehatan. Jember

Wibisono.2011.EnzimPepaya.http://repository.usu.ac.id/bitstream/

123456789/24170/4/Chapter%20II.pdf. Diunduh pada tanggal 6 Oktober 2014.

Warisno. 2003 . IMOBILISASI CRUDE ENZIM PAPAIN YANG

DIISOLASI .http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24170/4/ Chapter%20II.pdf. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2014.

Yusdiali.2008.SKRIPSIKOPI.http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/

Gambar

Tabel 1. Syarat Mutu Umum Biji Kopi Pengolahan Kering
Tabel 2.  Komposisi Biji Kopi Arabika dan Robusta Sebelum dan Sesudah Disangrai
Gambar 1. Hubungan antar Variabel

Referensi

Dokumen terkait

Berbeda dengan pengaruh jenis kelamin secara umum, pada kelompok umur muda (≤22 tahun) dan tua (>45 tahun), laki-laki cenderung mempunyai rata-rata lama mencari

Variabel tingkat pendidikan (X1), variabel umur (X2) dan varibel upah (X3) memiliki pengaruh terhadap lama mencari kerja bagi tenaga kerja terdidik di Kabupaten

Temuan tersebut juga sejalan dengan Friska & Damayanti 2021 yang meneliti tentang pengaruh overeducation terhadap lama mencari kerja di mana hasilnya menunjukkan bahwa kecenderungan