• Tidak ada hasil yang ditemukan

UTS Inovasi Pemb. Biologi Makalah Ketera

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UTS Inovasi Pemb. Biologi Makalah Ketera"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PEMBELAJARAN BERBASIS KETERAMPILAN PROSES

SAINS DALAM KONSEP STRUKTUR TUMBUHAN

(PLANTAE)

Diajukan untuk memenuhi Ujian Tengah Semester (UTS) Mata Kuliah: Inovasi Pembelajaran Biologi

Dosen Pengampu : Ipin Aripin, M.Pd

Disusun oleh:

AENUL FAHMI KHALIK 14121610738

Biologi C/6

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SYEKH NURJATI CIREBON

(2)

KATA PENGANTAR

Berdasarkan pada perkembangan ilmu dalam dunia Pendidikan, saya telah diberikan kesempatan oleh Allah SWT untuk dapat menyusun makalah mengenai pembelajaran berbasais Keterampilan Proses Sains yang sangat diperlukan di dunia pendidikan untuk meningkatkan mutu pembelajaran peserta didik. Penyusunan makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester (UTS) mata kuliah inovasi pembelajaran biologi yang diampu oleh bapak Ipin Aripin, M.Pd.

Katerampilan Proses Sains merupakan keterampilan yang melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial. Keterampilan kognitif terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Keterampilan sosial juga terlibat dalam keterampilan proses karena mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan. Keterampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman langsung sebagai pengalaman-pengalaman belajar. Melalui pengalaman-pengalaman langsung, seseorang dapat labih menghayati proses atau kegiatan yang sedang dilakukan.

Penulisan makalah mengenai pembelajaran berbasis Keterampilan Proses Sains ini diharapkan dapat memberikan informasi maupun ilmu yang bermanfaat bagi para pembaca. Kritik dan saran yang bersifat membangun dapat saya terima demi penyempurnaan dalam pembuatan makalah selanjutnya.

Cirebon, April 2015

(3)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilaksanakan didlam kelas maupun diluar kelas dimana terjadi interaksi antara guru dan siswa, serta terjadi pentransferan ilmu. Namun, kebanyakan pembelajaran yang dilakukan pada saat ini kurang merujuk kepada keterampilan siswa sehingga siswa memilliki keterampilan yang miminum apabila dibandingkan dengan siswa di sekolah-sekolah negara luar. Salah satu hal yang dapat membuat siswa-siswa disekolah kita menjadi lebih unggul dari siswa disekolah lain yaitu dengan keterampilan yang terus diberikan dalam proses pembelajaran.

Pendekatan atau model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains merupakan salah satu cara yang dapat memberikan sebuah keterampilan lebih kepada siswa dalam materi yang mereka dapat didalam pembelajaran. Keterampilan proses sains ini melibatkan keterampilan siswa, keaktifan siswa, dan juga daya berfikir siswa dalam menghadapi sesuatu yang harus dilaksanakan untuk dapat menciptakan sebuah produk/ hasil dalam pembelajarannya, terutama pada mata pelajaran biiologi.

1. Apakah keterampilan proses sains itu?

(4)

4. Bagaimana aplikasi Keterampilan Proses Sains dalam konsep struktur tumbuhan (plantae)?

5. Apakah kelebihan dari pembelajaran berbasis Keterampilan Proses Sains?

C. Tujuan

1. Mengetahui keterampilan proses sains.

2. Mengetahui prinsip pembelajaran Keterampilan Proses Sains. 3. Mengetahui cara menguji Keterampilan Proses Sains.

4. Memahami aplikasi Keterampilan Proses Sains dalam konsep struktur tumbuhan (plantae).

(5)

BAB II ISI

A. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi. Pendekatan dalam keterampilan proses dijabarkan dalam kegiatan belajar mengajar memperhatikan pengembangan pengetahuan sikap, nilai serta keterampilan. Keterampilan proses bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak didik menyadari, memahami dan menguasai rangkaian bentuk kegiatan yang berhubungan dengan hasil belajar yang telah dicapai anak didik. Rangkaian bentuk kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian, dan mengkomunikasikan.

Keterampilan Proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (falsifikasi). Keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif/ intelektual, manual dan sosial. keterampilan intelektual dan kognitif terlibat karena dengan melibatkan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mungkin mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusun atau prakitan alat.

(6)

secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah seorang fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar siswa. Dalam model ini siswa diajak untuk melakukan proses pencarian pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains sebagaimana dilakukan oleh para ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah. (Unesa. 2012. Pembelajaran berbasis keterampilan proses sains. (on line) tersedia: http://www. kps/Rudy Unesa Pembelajaran Berbasis Keterampilan Proses.htm. diakses pada tanggal 9 April 2015 pukul 20.30 WIB).

B. Prinsip-prinsip dasar Keterampilan Proses Sains

Pembelajaran berbasis keterampilan proses sains memiliki sembilan macam prinsip dasar yang dapat membangun pendekatan KPS tersebut, diantaranya:

1. Mengamati

Melakukan pengamatan/mengamati merupakan penggunaan indera-indera Anda. Anda mengamati dengan penglihatan, pendengaran, pengecapan, perabaan, dan pembauan. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat pengamatan adalah:

a. penggunaan indera-indera tidak hanya penglihatan,

b. pengorganisasian obyek-obyek menurut satu sifat tertentu, c. pengidentifikasian banyak sifat,

d. pengidentifikasian perubahan-perubahan dalam suatu obyek, e. melakukan pengamatan kuantitatif (contoh: “5 kilogram” bukan

“berat”), dan melakukan pengamatan kualitatif (contoh: “baunya seperti susu asam” bukan “berbau”).

(7)

2. Pengklasifikasian/pengelompokkan

Mengelompokkan adalah suatu sistematika yang digunakan untuk menggolongkan sesuatu berdasarkan syarat-syarat tertentu. Proses mengklasifikasikan tercakup beberapa kegiatan seperti mencari kesamaan, mencari perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, membandingkan, dan mencari dasar penggolongan.

3. Penafsiran

Menafsirkan hasil pengamatan ialah menarik kesimpulan tentatif dari data yang dicatatnya. Hasil-hasil pengamatan tidak akan berguna bila tidak ditafsirkan. Karena itu, dari mengamati langsung, lalu mencatat setiap pengamatan secara terpisah, kemudian menghubung-hubungkan hasil-hasil pengamatan itu. Selanjutnya siswa mencoba menemukan pola dalam suatu seri pegamatan, dan akhirnya membuat kesimpulan.

4. Peramalan/prediksi

Peramalan/prediksi adalah pengajuan hasil-hasil yang mungkin dihasilkan dari suatu percobaan. Ramalan-ramalan didasarkan pada pengamatan-pengamatan dan inferensi-inferensi sebelumnya. Ramalan merupakan suatu pernyataan tentang pengamatan apa yang mungkin dijumpai di masa yang akan datang, sedangkan inferensi berupaya untuk memberikan alasan tentang mengapa suatu pengamatan terjadi. Beberapa perilaku siswa yaitu:

a. penggunaan data dan pengamatan yang sesuai dan penafsiran data/grafik.

b. perumusan generalisasi tentang pola-pola

c. pengujian kebenaran dari ramalan-ramalan yang sesuai. 5. Pengkomunikasian

(8)

a. pemaparan pengamatan atau dengan menggunakan perbendaharaan kata yang sesuai,

b. pengembangan grafik atau gambar untuk menyajikan pengamatan dan peragaan data, dan perancangan poster atau diagram untuk menyajikan data untuk meyakinkan orang lain.

6. Pengukuran

Pengukuran adalah penemuan ukuran dari suatu obyek, berapakah massa suatu obyek, berapa banyak ruang yang ditempati suatu obyek. Obyek tersebut dibandingkan dengan suatu satuan pengukuran, misalnya sebuah penjepit kertas atau satuan baku centimeter. Proses ini digunakan untuk melakukan pengamatan kuantitatif. Beberapa perilaku siswa adalah: (a) pengukuran panjang, volume, massa, temperatur, dan waktu dalam satuan yang sesuai, dan (b) memilih alat dan satuan yang sesuai untuk tugas pengukuran tertentu tersebut.

7. Perumusan masalah

Merumuskan Masalah, masalah harus dirumuskan secara operasional untuk membantu siswa merumuskan hipotesis yang dapat dijawab melalui penyelidikan atau bukti-bukti. Masalah dirumuskan dengan kata tanya yang bersifat terbuka. Beberapa petunjuk melatih siswa dalam merumuskan masalah yaitu:

a. memulai dengan menulis beberapa pertanyaan yang bersifat ilmiah,

b. menyisihkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab dengan pengumpulan bukti.

c. memecah pertanyaan umum menjadi pertanyaan-pertanyaan spesifik yang dapat diselidiki satu persatu.

d. merumuskan pertanyaan yang dapat dijawab melalui penyelidikan. 8. Perumusan hipotesis

(9)

memberikan prediksi pengaruh yang akan terjadi dari variabel manipulasi terhadap variabel respon. Hipotesis dapat dirumuskan secara induktif berdasarkan data hasil pengamatan maupun secara deduktif berdasarkan teori menuju suatu pernyataan. Beberapa petunjuk melatih siswa dalam merumuskan hipotesis sebagai berikut: 1) hipotesis dihasilkan dari masalah-masalah yang telah diidentifikasi atau pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan, 2) hipotesis harus dapat diuji melalui suatu penyelidikan, dan 3) hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan (jika… maka….), bukan dalam bentuk pertanyaan. Contoh hipotesis: jika sumber tegangan diperbesar maka semakin keras bunyi yang dihasilkan oleh bel listrik.

9. Pelaksanaan eksperimen

Eksperimen dilaksanakan untuk menjawab suatu permasalahan atau menguji suatu hipotesis. Pada kegiatan ini, siswa dilatih bertindak sebagai peneliti sehingga dituntut bersikap obyektif, sistematis, logis, dan teliti.

C. Cara menguji Keterampilan Proses Sains

Penilaian sering dipertukarkan pemakaiannya dengan assesment, tetapi landasan sebenarnya berbeda. Penilaian lebih ditekankan pada hasil belajar, sedangkan asessment terhadap hasil belajar dan proses belajar, berpihak pada yang di ases dan bertujuan untuk mengembangkan potensi individual yang di ases. Penilaian terhadap KPS dilakukan melalui pokok uji tertentu yang telah disusun. Pokok uji KPS memiliki karakteristik tertentu yang dapat dikelompokan kepada karakteristik umum dan khusus. Pokok Uji KPS sebagaimana yang dikemukakan Rustaman et al (2003), yaitu sebagai berikut:

1. Karakteristik umum

secara umum butitr soal ketrampilan proses sains akan dapat dibedakan dari pokok uji biasa untuk penguasaan konsep. Pokok uji tersebut meiliki beberapa karakteristik, diantaranya:

(10)

b. Kedua pokok uji KPS harus jelas dan mengandung satu jenis KPS. c. pokok uji KPS harus mengandung sejumlah informasi yang harus

diolah responden atau siswa. Informasi dalam pokok uji KPS dapat berupa gambar, diagram, grafik, data dalam tabel atau uraian, atau objek asli.

d. sebaiknya ditampilkan gambar untuk membantu. 2. Karakteristik khusus

Karakteristik pokok uji KPS dibahas secara khusus untuk membandingkan karakteristik pokok uji KPS satu sama lain, sehingga jelas perbedaannya. Karakteristik khusus itu diantaranya: (Dahar.1996)

a. Observasi harus dari objek atau peristiwa sesungguhnya

b. Interpretasi harus menyajikan sejumlah data untuk memperlihatkan pola

c. Klasifikasi harus ada kesempatan mencari/menemukan persamaan dan perbedaan, atau diberikan kriteria tertentu untuk melakukan pengelompokan atau ditentukan jumlah kelompok yang harus terbentuk

d. Prediksi harus jelas pola atau kecenderungan untuk dapat mengajukan dugaan atau ramalan

e. Berkomunikasi harus ada satu bentuk penyajian tertentu untuk diubah ke bentuk penyajian lainnya, misalnya bentuk uraian ke bentuk bagan atau bentuk tabel ke bentuk grafik.

f. Berhipotesis dapat merumuskan dugaan atau jawaban sementara, atau menguji pernyataan yang ada dan mengandung hubungan dua variabel atau lebih, biasanya mengandung cara kerja untuk menguji atau membuktikan

(11)

h. Menerapkan konsep atau prinsip harus membuat konsep/prinsip yang akan diterapkan tanpa menyebutkan nama konsepnya. i. Mengajukan pertanyaan harus memunculkan sesuatu yang

mengherankan, mustahil, tidak biasa atau kontraktif agar responden atau siswa termotivasi untuk bertanya.

D. Aplikasi Keterampilan Proses Sains dalam konsep struktur tumbuhan (plantae)

Berdasarkan penjelasan diatas mengenai keterampilan proses sains (KPS) dapat diaplikasikan pada konsep tumbuhan dengan kompetensi dasar yang tertera kalimat “mengidentifikasi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan” dapat dilihat adanya sebuah kalimat yang mampu dijadikan sebagai acuan untuk melakukan keterampilan proses sains dalam pembelajaran dengan melihat beberapa prinsip pada KPS, diantaranya: 1. Melakukan pengamatan atau observasi

Ketika membahas struktur, maka indera yang paling berperan dominan adalah mata. Jika struktur morfologi tumbuhan yang sedang kita bahas, rasanya tidak akan merepotkan jika kita membawa contoh organ tanaman yang sedang kita bahas ke dalam kelas untuk diobservasi dan didiskusikan secara langsung, sehingga antara fakta dengan teori bisa kita sinkronisasi. Sedangkan, jika struktur anatomi yang sedang kita bahas, maka jangan biarkan siswa untuk mengkhayal. Ajaklah mereka ke laboratorium untuk mengamati jaringan tumbuhan di bawah mikroskop, sehingga struktur yang disebut dengan epidermis, korteks, stele, endodermis, epidermis, stomata, kloroplas, jaringan palisade, dan jaringan spons tidak hanya mereka lihat pada gambar dalam buku/charta saja.

(12)

-menjari - melengkung -sejajar, tepi daun rata - tidak rata, daun tunggal– majemuk Hasil pekerjaan siswapun bisa menjadi properti labolatorium untuk menambah koleksi herbarium morfologi daun.

2. Menafsirkan pengamatan

Ketika membahas struktur anatomi akar, batang dan daun, dapat mengajak siswa untuk ‘mengintip’ anatomi akar, batang, daun dikotil dan monokotil. Tanyakan pada siswa mengenai perbedaan-perbedaan dari anatomi akar, batang, daun dikotil dan monokotil berdasarkan hasil pengamatan mereka terhadap organ-organ tersebut di bawah mikroskop, sehingga teori bahwa susunan berkas pembuluh angkut (xylem dan floem) pada batang dikotil bersifat kolateral (eksistensi kambium) dan pada batang monokotil tersebur bisa dibuktikan; atau teori bahwa stomata pada daun dikotil biasanya hanya terdapat pada jaringan epidermis bawah, sedangkan pada daun monokotil berada pada epidermis atas dan epidermis bawah juga dapat dibuktikan.

E. Kelebihan pembelajaran dengan keterampilan proses sains

Menurut Dimyati (2009), kelebihan dari pembelajaran keterampilan proses sains (KPS) adalah:

1. KPS dapat memberikan rangsangan ilmu pengetahuan, sehingga siswa dapat memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan dengan baik. 2. Memberikan kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu

pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan. Hal ini menyebabkan siswa menjadi lebih aktif.

(13)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

(14)

DAFTA PUSTAKA

Dahar, R.W. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Rustaman, N.Y., dkk. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Jurusan

Pendidikan Biologi FPMIPA UPI

Unesa, Rudy. 2012.Pembelajaran Berbasis Keterampilan Proses Sains (KPS). (on

line) tersedia: http://www.kps/Rudy Unesa Pembelajaran Berbasis

Keterampilan Proses.htm. diakses pada tanggal 9 April 2015 pukul 20.30

Referensi

Dokumen terkait

c.mengedarkan benih bina yang tidak sesuai dengan label sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3); d.mengeluarkan benih dari atau memasukkan ke dalam wilayah Negara

Untuk mengetahui penerapan hukum terhadap pembantu tindak pidana penjualan organ tubuh dalam putusan Pengadilan Negeri Siak Nomor: 05/Pid.Sus.Anak/2014/PN.Siak, maka

Kegiatan sosialisasi pendidikan perilaku makan sehat dilakukan untuk memberikan wawasan tentang kepentingan PJAS yang sehat, aman, dan bergizi melalui

Argumen utama tulisan ini adalah bahwa studi filsafat merupakan prasyarat penting yang memantik spirit dan memandu aktivitas pengembangan intelektual secara luas

Kemampuan berpikir kreatif matematika dapat tumbuh dalam suasana kelas yang kondusif bagi siswa untuk dapat berpikir matematika (thinking classroom).. Menurut Sabandar

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi merupakan suatu sistem pengolahan data akuntansi yang terdiri dari koordinasi manusia, alat,

Data sekunder yang penulis peroleh yaitu berupa laporan pertanggungjawaban pada Primer Koperasi Tahu Tempe Indonesia “Handayani” dari tahun 2008 – 2012selama 60

Batas maksimum penambahan lemak dalam pembuatan sosis yaitu sebesar 25% (Erdiansyah 2006). Selain itu, penyusun dari kedua sosis pun berbeda, dilihat dari analisis proksimat