Permasalahan Dalam Sistem Pendidikan Kita
Disusun Oleh :
Tito Aprildama 1815151834
Tugas ini disusun untuk memenuhi Ujian Akhir Semester pada mata kuliah Bahasa Sebagai Sarana Komunikasi Ilmiah
Dosen : Dr. Fahrurrozi, M.Pd
KELAS E 2015 SEMESTER 6 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
Permasalahan dalam Sistem Pendidikan Kita
Pendidikan adalah salah satu tiang penyokong kesuksesan suatu bangsa, karena lewat pendidikan suatu negara dapat menentukan arah hidupnya, dapat mengembangkan sumber daya yang dimilikinya dan dapat mengatur kehidupan bernegara yang adil bagi semuanya. Lewat pendidikan, manusia belajar menjadi lebih baik setiap harinya, belajar lebih efisien tiap detiknya, dan belajar lebih kuat dari sebelumnya. Dan dengan pendidikan juga lah manusia dapat membangun peradaban seperti saat ini, peradaban yang sudah mampu menciptakan energi dengan kemampuannya, peradaban yang mampu menciptakan gedung-gedung tinggi pencakar langit, peradaban yang mampu menciptakan pesawat untuk terbang ke luar angkasa dan mampu membawa manusia mendarat ke bulan, peradaban yang kini dapat membuka batas antara jarak dan waktudengan teknologi ciptaannya. Peradaban yang kini sudah dibangun semuanya tidak terlepas dari pendidikan, karena dengan pendidikan, manusia dapat lebih dari sekedar hidup. Kini masing-masing negara sedang berlomba-lomba menciptakan sistem pendidikan nomer satu di dunia, berlomba-lomba menjadi yang terbaik dalam sains dan ilmu pendidikan lainnya. Begitupun dengan negara kita saat ini, pendidikan di Indonesia belum lama ini baru saja merubah kurikulumnya untuk menyesuaikan dengan tututan zaman, agar mampu bersaing dengan negara yang lain baik pada saat ini dan pada masa yang akan datang.
kompleks, terlebih dengan keadaan geografis negara kita yang terdiri dari belasan ribu pulau yang kebanyakan dipisahkan oleh lautan, tentu bukan hal yang mudah untuk menyebutkan dan memperbaiki sistem ini seorang diri atau hanya dengan lembaga tertentusaja. Perlu keterlibatan banyak orang dan banyak pihak agar dapat menyelesaikan permasalahan yang ada, dan dapat membawa sistem kita bekerja secara baik. Perlu diketahui, mungkin jumlah peserta didik secara keseluruhan kurang lebih hanya 20% dari total penduduk saat ini, tapi keselurahan peserta didik tersebut adalah 100% masa depan kita, masa depan bangsa dan Negara, tentu sudah merupakan hal yang penting untuk berpikir bagaimana cara memperbaiki sistem pendidika ini. Lantas apa saja permasalahan dalam sistem pendidikan kita yang harus dibenahi terlebih dahulu sebelum dapat meramaikan perlombaan untuk menjadi negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia?. Mari kita simak permasalahan-permasalahan yang ada dalam sistem pendidikan kita.
Angka Putus Sekolah
akhirnya menjadi korban bullying. Namun selain faktor ekonomi, ada juga faktor lain yang membuat mereka harus putus sekolah yaitu faktor psikologis. Kurangnya perhatian orang tua cenderung akan menimbulkan berbagai masalah.1 Kenakalan remaja pada umumnya disebabkan karena
kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua, hal ini uga menyebabkan peserta didik sering terlibat kenakalan remaja seperti bolos sekolah, hingga terlibat tawuran yang akhirnya membuat mereka dikeluarkan dari sekolah atau Drop Out. Selain itu korban broken home atau korban perceraian maupun peserta didik yang berasal dari keluarga yang tidak harmonis juga menjadi penyumbang dari angka putus sekolah. Meskipun tidak sebanyak dari faktor ekonomi, angka putus sekolah karena keluarga yang tidak harmonis terlebih hingga mengakibatkan perceraian menjadi hal yang miris bagi kita, ke egoisan orang tua mengakibatkan anak-anak generasi penerus bangsa menjadi putus sekolah dan kehilangan masa depannya.
Anggaran/Dana Pendidikan
Dana merupakan salah satu syarat yang ikut menentukan keberhasilan penyelenggaraan pendidikan bermutu.2 Anggaran yang dikeluarkan oleh
pemerintah untuk pendidikan saat ini sudah mencapai 20 persen dari APBN. Tapi mengapa pendidikan kita seakan masih kekurangan dana?. Faktanya, dana yang dikucurkan oleh pemerintah untuk pendidikan, tidak murni hanya digunakan untuk operasional dana pendidikan saja. Di dalam 20 % anggaran pendidikan tersebut juga sudah masuk anggaran belanja guru dan tenaga kependidikan untuk seluruh wilayah Indonesia juga
1
http://imadiklus.com/penyebab-anak-anak-putus-sekolah-dan-cara-penanggualangannya/
2 Munirah, SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA: antara keinginan dan realita,
anggaran pendidikan untuk sekolah kedinasan seperti Akademi Militer, Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) juga ditanggung oleh anggaran 20 % APBN tersebut, bukannya ditanggung oleh institusi penyelenggara pendidikan kedinasan tersebut. Sehingga dana pendidikan untuk operasional institusi pendidikan umum menjadi semakin sedikit dan tidak bisa terserap dengan maksimal.3 Sejalan dengan hal tersebut,
Profesor Erno Lehtinen, guru besar pendidikan dari Universitas Turku Finlandia dalam wawancaranya dengan detik.com pada 18 Oktober 2106, beliau mengatakan bahwa anggaran pendidikan di Finlandia kurang dari 20% total APBN mereka. Hal ini karena anggaran pendidikan disana hanya digunakan untuk keperluan operasional pendidikan saja seperti buku dan pengadaan sarana prasaran disekolah, diluar hal tersebut seperti anggaran belanja guru dan yang lainnya ditanggung oleh pemerintah, sehingga pendidikan disana dapat berjalan dengan baik dan diberikan secara gratis kepada setiap penduduknya dengan kualitas yang terjamin, baik untuk sekolah negeri ataupun sekolah swasta. Bahkan bagi peserta didik yang tinggal lebih dari 5km dari sekolah akan diberikan fasilitas asrama gratis. Hal ini seharusnya dapat dicontoh oleh Negara kita setidaknya dalam penyerapan dana, dimana dana pendidikan sebesar 20% dapat benar-benar digunakan untuk operasional pendidikan dan digunakan semaksimal mungkin untuk meningkatkan kualitas pendidik dan peserta didik.
Kualitas Kependidikan
Guru merupakan bagian utama dari tenaga kependidikan, banyak yang mengatakan bahwa kualitas guru kita sebagai tenaga pengajar masih belum merata dan belum mumpuni. Jika dilihat secara statistik,
3 Komite Nasional Pendidikan, Permasalahan Pendidikan Serta Rekomendasi
kemampuan rata-rata pedagogik berdasarkan data uji kompetensi guru 2015 adalah 56,9%. Begitupun dengan kemampuan rata-rata calon guru berdasarkan kemampuan menjawab soal uji kompetensi guru hasilnya masih dibawah 50% yaitu 44%, dimana kemampuan terendah ada pada kompetensi fisika dan matematika yang hanya mencapai 33% dan 46%, sedangkan hasil tertinggi pada kompetensi bahasa inggris yaitu 58%.4
Belum lagi menurut Wakil Sekretaris Jenderal (Sekjen) FSGI Satriawan Salim kepada Republika, Rabu 14 Maret 2018 bahwa, sertifikasi guru yang seharusnya dilakukan untuk memperoleh sertifikat pendidik sebagai salah satu syarat untuk menjadi guru yang professional, malah disalah gunakan. Beliau mengatakan sertifikasi guru saat ini hanya digunakan untuk menambah pendapatan saja, bukan menambah kemampuan atau profesionalisme guru. Menurut beliau setidaknya saat ini ada tiga program sertifikasi guru yang sebenarnya ditujukan untuk meningkatkan kualitas guru tersebut, hanya saja hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Yang pertama adalah portofolio, yang dalam perjalanannya masih banyak kekurangan karena guru dapat sertifikat profesi tapi kualitas pendidikan secara nasional masih rendah. Kemudian akhirnya diganti menjadi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG), namun ternyata PLGP pun sama halnya dengan portofolio yang belum mampu mencetak guru yang berkualitas. Kemudian pada tahun 2018 diganti lagi menjadi Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang sampai saat ini belum juga terlihat hasilnya. Beliau menyarankan agar pemerintah tidak hanya memberikan sertifikat pendidikan saja, namun pemerintah perlu melakukan pendampingan dan pelatihan secara berkala dan dievaluasi serta diawasi dengan seksama sehingga sertifikasi bukan hanya untuk meningkatkan pendapatan saja tetapi juga benar-benar meningkatkan kualitas guru secara terukur. Selain
kualitas guru, buruknya kualitas lingkungan pendidikan juga menjadi penentu. Buruknya kualitas lingkungan pendidikan ini disebabkan karena buruknya managemen yang tidak diselenggarakan oleh otoritas akademik, melainkan oleh otoritas kekuasaan birokrasi.5 Tak jarang
pejabat-pejabat tertentu memegang control berlebihan dalam aktivitas pendidikan.6 Oleh karena itu atmosfer akademik di lingkungan sekolah
dan perguruan tinggi pada umumnya banyak yang kurang mendorong gairah dalam belajar-mengajar. Bangunan-bangunan dan ruang belajar sempit serta saling berdekatan dan tidak kedap suara, karena memang tidak didesain untuk lingkungan akademik. Kebanyakan sekolah tidak memiliki halaman bermain yang cukup luas, kepustakaan yang cukup untuk menampung peserta didik datang membaca dan belajar. Tidak ada ruang khusus diskusi, seminar, ruang kerja dosen dan guru-guru yang relativ privasi, bahkan sebgaian sekolah tidak memiliki laboratorium untuk melakukan berbagai eksperimen baik di dalam maupun diluar ruangan. Hal ini akan berimbas pada kualitas belajar mengajar yang akhirnya akan berpengaruh pada peserta didik yang tidak menerima pembelajaran yang meaningful. Untuk mengatasi hal ini, Direktur Pembelajaran Kemenristek RI Parastiyanti Nurwadani memaparkan ada tujuh fokus revitalisasi LPTK. Yakni penguatan tatakelola kelembagaan yang akuntabel, penguatan sistem rekruitmen yang komprehensif, kurikulum berorientasi Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan Capaian Pembelajaran (CP), serta berwawasan masa depan, dukungan sarana dan prasarana yang memadai, penguatan sumberdaya manusia pendidik yang berkualitas, dan penguatan sekolah laboratorium maupun sekolah mitra.
5 Munirah, SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA: antara keinginan dan realita,
(Makassar, 2013), hlm. 241
6
Kurikulum
Daftar Pustaka
http://imadiklus.com/penyebab-anak-anak-putus-sekolah-dan-cara-penanggualangannya/
www.pikiran-rakyat.com/opini/2016/05/04/kualitas-guru-kita-368286
www.idntimes.com/news/indonesia/rosa-folia/meski-akses-mudah-kualitas-pendidikan-di-indonesia-masih-rendah-1
Munirah, 2013, SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA: antara keinginan dan realita, jurnal AULADUNA, VOL. 2 NO. 2 DESEMBER 2015 (http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/auladuna/article/download/879/849) diakses pada tanggal 5 juli 2018 pukul 9.00 WIB
Komite Nasional Pendidikan, 2014 Permasalahan Pendidikan Serta Rekomendasi untuk Pemerintahan Baru, Jakarta
(https://www.bantuanhukum.or.id/web/wp-content/uploads/2014/09/Permasal ahan_Pendidikan_Serta_Rekomendasi_untuk_Pemerintahan_Baru.pdf) diakses pada tanggal 4 juli 2018 pukul 11.00 WIB
Kemendikbud. 2018. Statistik Persekolahan SD 2017/2018, Jakarta: PDSPK Kemendikbud (
https://student.cnnindonesia.com/edukasi/20180103112420-445-266335/ada-apa-dengan-pendidikan-di-indonesia/
https://republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/17/05/03/opchjr354-ini-tujuh-masalah-pendidikan-di-indonesia-menurut-jppi
Musyaddad Kholid. 2013. PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI INDONESIA. Jakarta (http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=252710&val=6813&title=Problematika%20Pendidikan%20di %20Indonesia) diakses tanggal 4 juli 2018 pukul 10.00 WIB
Yogoz. 2011. Makalah Permasalahan Pendidikan
(https://yogoz.files.wordpress.com/2011/02/makalah-permasalahan-pendidikan.pdf ) diakses pada tanggal 4 Juli 2018 pukul 10.00 WIB
Kurniawan Riza Yonisa. 2016. Identifikasi Permasalahan Pendidikan di Indonesia untuk Meningkatkan Mutu dan Profesionalisme Guru
(https://www.researchgate.net/publication/317184069_IDENTIFIKASI_PERM ASALAHAN_PENDIDIKAN_DI_INDONESIA_UNTUK_MENINGKATKAN_MU TU_DAN_PROFESIONALISME_GURU) diakses pada tanggal 4 Juli pukul 10.00 WIB
https://beritagar.id/artikel/berita/anak-indonesia-timur-paling-rentan-putus-sekolah
www.republika.co.id/berita/nasional/umur/18/03/14/p5kl6e359-fsgi-sertifikasi-guru-belum-berhasil-cetak-guru-berkualitas
www.jateng.tribunnews.com/2018/01/11/tingkat-pendidikan-indonesia-masih-rendah-sejumlah-perguruan-tinggi-akan-lakukan-ini