• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Dan Avertebrata Air

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum Dan Avertebrata Air"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM AVERTEBRATA AIR

Laporan ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Kelulusan Mata Kuliah Avertebrata Air

OLEH :

ARDANA KURNIAJI I1A2 10 097

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI

(2)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Spons adalah hewan dari filum Porifera yang berarti "pembawa pori". Tubuh mereka terdiri dari jelly seperti mesohyl terdapat di antara dua lapisan tipis sel. Sementara semua hewan memiliki sel terspesialisasi yang dapat berubah menjadi sel-sel khusus, spons yang unik dalam memiliki beberapa sel-sel-sel-sel khusus yang dapat berubah menjadi jenis lain. Spons tidak memiliki saraf, pencernaan atau sistem peredaran darah. Sebaliknya, sebagian besar mengandalkan aliran air konstan yang masuk melalui tubuh mereka untuk mendapatkan makanan dan oksigen dan untuk menghilangkan limbah.

Bentuk tubuh mereka yang diadaptasi untuk memaksimalkan efisiensi dari aliran air. Semua sessile, meskipun ada spesies yang hidup diair tawar, namun sebagian besar hidup dilaut, mulai dari zona pasang surut sampai kedalaman lebih dari 8.800 meter (5,5 mi). Sementara sebagian besarnya hidup sekitar 5,000-10,000 meter yang biasa dikenal spesies pemakan bakteri dan partikel makanan lainnya di

air. Sebagai hewan yang tergolong „purba‟ karena strukturnya yang sederhana, maka

cara hidupnya juga relatif simpel karena tidak memiliki organ tubuh. Sponge biasanya mendapatkan suplay makanan dari lingkungan sekitarnya atau organisme yang berasosiasi dengannya.

Sebagai hewan berongga, kemampuannya sangat menakjubkan karena mampu menyaring air dalam volume besar dengan struktur tubuh yang terbatas. Hal ini sangat membantu dalam mengatasi jumlah partikel tersuspensi akibat intrusi dari daratan atau lumpur yang terbawa arus sehingga mengurangi tingkat kekeruhan, ini sangat menolong kehidupan karang karena kondisi perairan terjaga baik. Filum ini dapat dibagi menjadi tiga kelas besar, yaitu Calcarea, Demospongiae dan Hexactinellida. Demospongiae adalah yang paling banyak ditemukan, tersebar luas dan merupakan spons yang terdiri dari jenis-jenis yang paling beragam dan telah mendapat perhatian relatif banyak dari ahli kimia dan biokimia.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka sangat penting untuk dilakukan praktikum Avertebrata air mengenai filum porifera dengan tujuan untuk mengamati dan mengenal lebih jauh mengenai struktur tubuh morfologi dan anatomi filum porifera.

1.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan praktikum untuk mengetahui filum Porifera secara morfologi dan anatomi serta dapat mengamati dan mengklasifikasi filum Porifera.

(3)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi

Porifera berasal dari bahasa latin dari kata porus yang berarti lubang kecil dan kata ferre yang berarti mempunyai. Jadi, Porifera merupakan hewan berpori atau hewan yang memiliki lubang-lubang kecil pada tubuhnya (Setiowati, 2007 hal 126)

Menurut Firmansyah (2005), spons di klasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Animalia

Filum : Porifera

Kelas : Demospongia Ordo : Dictioceratida

Famili : Dictioceratidaceaer Genus : Spongilla

Species : Spongilla sp.

Gambar 1. Sponge (Spongilla sp.) 2.2. Morfologi dan Anatomi

Tubuh Porifera berbentuk seperti vas bunga yang menempel pada dasar perairan. Tubuhnya lunak dan permukaannya berpori (ostium). Porifera memiliki rongga tubuh (Spongocoel) dan lubang keluar (Oskulum). Air akan mengalir dari ostium masuk ke spongocoel dan akhirnya akan mengalir ke luar melalui oskulum. Porifera memiliki dua lapisan jaringan tubuh (diploblastik). Lapisan luar tersusun oleh sel-sel epidermis yang disebut pinakosit, sedangkan lapisan dalamnya tersusun oleh sel-sel endodermis berbentuk corong. (Setiowati, 2007).

(4)

koanosit. Selanjutnya, air mengalir melalui saluran-saluran menuju ke spongocoel dan berakhir dioskulum (Karmana, 2007).

Gambar 2. Struktur Morfologi Spons

Pori-pori yang terdapat pada Porifera membentuk saluran air yang bermuara dirongga tubuh (spongocoel). Pada ujung rongga tubuh terdapat lubang besar yang disebut oskulum. Tubuh Porifera tersusun oleh sel-sel berbentuk pipih dan berdinding tebal yang disebut sel pinakosit. Pada lapisan dalam spongocoel, dilapisi oleh sel yang berbentuk seperti lampu dan berflagel yang disebut sel koanosit (Firmansyah, 2005).

Gambar 3. Struktur Anatomi Spons Tubuh diploblastik, tersusun atas

a. Lapisan luar (epidermis = epithelium dermal). Terdiri atas pinakosit

(5)

- Gelatin protein matrik

- Amubosit (sifatnya mobil/mengembara). Sel amebosit berfungsi untuk transportasi O2 dan zat-zat makanan, ekskresi dan penghasil gelatin

- Arkeosit merupakan sel yang tumpul dan dapat membentuk sel-sel reproduktif - Porosit/miosit terletak disekitar pori dan berfungsi untuk membuka dan

menutup pori.

- Skleroblast berfungsi membentuk spikula

- Spikula merupakan unsure pembentuk tubuh (Rusyana, 2011).

Gambar 4. Letak Spikula pada tubuh Spons

Filum Porifera disebut juga hewan spons. Porifera merupakan hewan multiseluler yang paling sederhana, tidak memiliki kepala atau anggota badan lain layaknya hewan. Oleh karena itu, banyak yang keliru mengidentifikasi porifera sebagai tanaman laut. Tubuh porifera dihubungkan oleh saluran-saluran yang terbuka diujungnya dan membentuk pori-pori (Zakrinal, 2008).

2.3. Habitat dan Penyebaran

Filum Porifera disebut juga hewan spons. Kata porifera berasal dari bahasa latin yaitu porus yang berarti pori dan fer berarti membawa. Hewan ini dikatakan juga sebagai hewan berpori. Hewan porifera merupakan hewan multiseluler yang paling sederhana. Hewan ini merupakan hewan sessile (hidup melekat pada substrat). Hewan spons memiliki ukuran bervariasi, yaitu berkisar dari 1 cm hingga 2 m. sebagian besar hewan ini hidup dilaut. Menurut Campbell (1998:594), dari 9.000 spesies hewan spons, hanya 100 spesies saja yang hidup di air tawar, sisanya hidup diperairan laut (Firmansyah, 2005).

Porifera hidup di lautan yang airnya tenang dan jernih serta tidak berarus kuat. Selain itu, ada yang hidup di laut dangkal dan ada pula yang hidup di laut dalam. Porifera juga dapat ditemukan di perairan tawar seperti di danau dan aliran sungai yang jernih. Porifera dapat ditemukan perairan laut Sulawesi, NTB, dan NTT (Setiowati, 2007).

(6)

bervariasi dalam hal bentuk, ukuran, dan warna. Porifera biasanya dikelompokkan berdasarkan materi yang ditemukan di dalam rangkanya. Porifera yang terkenal adalah bunga karang yang memiliki serta fleksibel dalam mesenkimnya. Serat tersebut dibuat dari protein yang disebut sponging (Zakrinal, 2008).

Sekitar 150 jenis porifera hidup di ait tawar, misalnya Haliciona dari kelas Demospongia.Porifera yang telah dewasa tidak dapat berpindah tempat (sesil), hidupnya menempel pada batu atau benda lainya di dasar laut.Karena porifera yang bercirikan tidak dapat berpindah tempat, kadang porifera dianggap sebagai tumbuhan. (Ferdinand, 2008).

2.4. Reproduksi dan Daur Hidup

Porifera bereproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi aseksual terjadi melalui pembentukan tunas (Budding). Tunas yang dihasilkan dapat memisahkan diri dari induknya yang selanjutnya menjadi individu baru. Akan tetapi, tunas yang dihasilkan dapat juga melekat pada induknya dan membentuk koloni yang cukup besar. Reproduksi aseksual lainnya dengan pembentukan gammule (butir benih). Hal ini terjadi jika kondisi tidak menguntungkan. Misalnya, perubahan suhu atau perubahan lingkungan yang dapat menyebabkan porifera mati. Akan tetapi, gammule akan tetap hidup dan akan keluar jika kondisi menguntungkan untuk menjadi individu baru (Karmana, 2007).

Perkembangbiakan seksual belum dilakukan dengan kelamin khusus. Baik ovum maupun spermatozoid berkembang dari sel-sel amobosit khusus yang disebut Arkheosit. Ovum yang belum atau telah dibuahi oleh spermatozoid tetap tinggal didalam tubuh induknya (mesoglea). Setelah terjadi pembuahan, maka zygot akan mengadakan pembelahan berualang kali, akhirnya terbentuk larva berambut getar yang disebut amphiblastula, dan amphiblastula ini kemudian akan keluar dari dalam tubuhnya malalui oskulum. Setelah ia tiba dilingkungan eksternal, dengan rambut getarnya kemudian ia akan berenang-renang mencari lingkungan yang bisa menjamin kelangsungan hidupnya (kaya dengan O2 dan zat-zat makanan). Larva ini kemudian akan berubah menjadi parenchymula. Bila telah menemukan tempat yang sesuai, maka ia akan melekatkan diri pada suatu obyek tertentu dan selanjutnya tumbuh menjadi porifera baru, sedangkan untuk non seksual dilakukan dengan membentuk tunas atau kuncup kearah luar yang kemudian memisahkan diri dari induknya dan hidup sebagai individu baru (Rusyana, 2011).

(7)

Porifera melakukan reproduksi secara aseksual maupun seksual.Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan tunas dan gemmule. Gemmule disebut juga tunas internal. Gemmule dihasilkan hanya menjelang musim dingin di dalam tubuh porifera yang hidup di air tawar.Porifera dapat membentuk individu baru dengan regenerasi. Reproduksi seksual dilakukan dengan pembentukan gamet (antara sperma dan ovum). Ovum dan sperma dihasilkan oleh koanosit.Sebagian besar Porifera menghasilkan ovum dan juga sperma pada individu yang sama sehingga porifera bersifat Hemafrodit (Zakrinal, 2008).

2.5. Makanan dan Kebiasaan Makan

Porifera merupakan hewan heterotrof. Makanan Porifera biasanya berupa plankton yang masuk ke spongocoel. Adapun oksigen diserap oleh sel kollar atau koanosit. Untuk sisa makanan, dibuang melalui oskulum. Ada yang menarik pada porifera ini, yaitu oksigen dan makanan yang digunakan oleh sel koanosit sebagian di transfer ke sel-sel yang bergerak, yaitu sel amoebosit (Firmansyah, 2005).

Porifera tidak memiliki sistem saluran pencernaan sehingga makanan (plankton dan bahan organic) langsung masuk dalam sel koanosit dan diedarkan keseluruh bagian tubuh (Zakrinal,2008).

Gambar 6. Struktur Sel Koanosit (Anonim, 2011)

(8)

2.6. Nilai Ekonomis

Porifera belum memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Porifera dimanfaatkan manusia karena sponsnya bersifat elastic yang dapat digunakan untuk alat menggosok tubuh saat mandi. Rangka tubuh Porifera yang sudah mati dapat dimanfaatkan sebagai hiasan (Karmana, 2007).

Gambar 7. Beberapa prodak spons mandi dari porifera

(9)

III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 4 November 2011, pukul 15.30 – 17.30 WITA dan bertempat di Laboratorium C Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan beserta kegunaannya yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan bahan beserta kegunaanya

No Nama Alat Kegunaan

Langkah-langkah kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pengamatan pada organisme yang telah diambil dari perairan 2. Meletakkan orgaisme pada baki kemudian mengidentifikasi bagian-bagian

organism tersebut.

(10)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan pada praktikum ini sebagai berikut: A. Struktur Morfologi dan Anatomi Sponge (Spongilla sp.)

Keterangan: 1. Lubang keluar

(osculum)

2. Pori-pori (ostium) 3. Spikula

Gambar 8. Morfologi Spons (Spongilla.sp.)

Keterangan:

1. Lubang keluar (osculum) 2. Spikula

3. Rongga tubuh (spongosol) 4. Pori-pori (ostium)

(11)

4.2. Pembahasan

Hewan spons yang merupakan hewan menetap, sangat jarang kelihatan bergerak. Semua hewan spons digolongkan ke dalam filum porifera dan hampir semuanya berhabitat di laut, kecuali setidak-tidaknya ada 150 spesies yang hidup di air tawar. Pada masa kini hewan spons dikenal sebagai cabang sendiri dari metazoa dan dinamakan kelompok parazoa. Hewan ini melekat pada karang, pada rangka-rangka kerang laut atau di bawah geladak lantai pelabuhan/dermaga dan di permukaan batu-batuan di laut dan perairan tawar misalnya Spongilla.

Porifera berasal dari bahasa Latin yaitu porus adalah pori, dan fer adalah membawa. Maka Porifera dapat diartika sebagai hewan berpori yang termasuk ke dalam filum hewan multiseluler yang paling sederhana. Ahli Botani, mengelompokkan spons (porifera) ini ke dalam Kerajaan Plantae karena bentuknya yang bercabang-cabang dan tidak mampu bergerak secara nyata. Namun Spons dikelompokkan ke dalam Kingdom Animalia pada tahun 1765, setelah dilakukan penelitian dan pengamatan arus air melalui oskulumnya yang bergerak. Berdasarkan tipe saluran air, porifera dibedakan tiga tipe, yakni tipe akson, terdiri atas ostia, spongiosel, oskulum. Contohnya Clathrina blanca, selanjutnya adalah tipe sikon, terdiri atas ostia, saluran radial tidak bercabang, spongiosel, dan oskulum. Contohnya Pheronima sp serta tipe leukon (ragon), terdiri atas ostia, saluran radial bercabang-cabang, spongiosel, dan oskulum. Contohnya Euspongia officinalis.

Gambar 10. Tipe saluran pada porifera

(12)

umumnya sikonoid dan leukonoid. Tubuh spons kelas calcarea bervariasi warnanya yaitu kuning cerah, merah dan ungu. Contoh dari kelas ini adalah genus Leucosolenia (kanal tipe askonoid), Sycon dan Grantia (kanal tipe sikonoid).

Kelas yang kedua adalah Demospongiae, dimana Spons yang termasuk kelas demospongiae mempunyai penyebaran tempat hidup yang luas dari perairan tawar sampai dengan perairan laut. Kelas Demospongiae mencakup 95% dari semua hewan-hewan spons. Struktur kanal kelas demospongiae seluruhnya bersifat leukonoid. Warna tubuh kelas ini kebanyakan berwarna cerah, perbedaan warna dipunyai oleh perbedaan spesies yang disebabkan oleh warna pigmen atau granula pigmen yang terletak di amebosit.

Struktur rangka dari kelas demospongiae beraneka ragam. Struktur tersebut disusun oleh spikula atau serat-serat sponging atau gabungan dua struktur tersebut. Spikula dari kkelas ini relatif besar dengan struktur monokson atau tetrakson (cabang runcing satu atau cabang runcing empat). Contoh dari kelas Demospongiae antara lain Haliclona permollis dan Microciona prolifera.

Adapun Kelas yang terakhir adalah Kelas Hexatinellida Perwakilan dari kelas ini biasa disebut spons gelas. Nama Hexatinellida berhubungan dengan bentuk spikulanya yang heksason (bercabang enam). Spons kelas ini hidup menyendiri dengan bentuk mangkuk, vas bunga dan piala. Kanal pada kelas ini bertipe sikonoid, dengan ukuran tubuh spons berkisar dari 10 sampai 30 cm. Sebagian besar berwarna pucat. Spons dari hexatinellida terutama hidup di prairan dalm sekitar 450-900 cm di bawah permukaan laut. Spesies atau jenis yang dikenal sebagai contoh anggota kelas

ini adalah keranjang bunga “venus” Euplectella, dia bersimbiosis komensalisme

dengan jenis udang Spongicola.

(13)

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pengamatan yang dilakukan dan pembahasan di atas adalah sebagai berikut :

1. Secara Morfologi Sponge (Spongilla sp.) terdiri dari pori-pori kecil (Ostium) dan lubang besar dibagian atasnya sebagai tempat keluarnya air (Oskulum) dan adanya serabut seperti duri (Spikula) dipermukaan tubuhnya. Biasanya bentuk spesies dari filum Porifera beraneka ragam seperti mangkuk, vas bunga, dan yang bercabang-cabang dengan ukuran diameter yaitu 1 mm sampai dengan 2 mm, warna tubuh spons juga beraneka ragam yaitu kelabu, merah, jingga, kuning, biru, hitam dan violet.

2. Secara Anatomi, Sponge (Spongilla sp.) tersusun atas rongga tubuh (Spongocoel) dan lubang keluar (Oskulum). Serta pori-pori tubuh yang disebut ostium. Air akan mengalir dari ostium masuk ke spongocoel dan akhirnya akan mengalir ke luar melalui oskulum.

3. Spons (Spongilla sp.) diklasifikasikan atas Kingdom Animalia, Filum Porifera, Kelas Demospongia, Ordo Dictioceratida, Famili Dictioceratidaceaer Genus Spongilla dan Species Spongilla sp.

5.2. Saran

(14)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Coelenterata berasal dari bahasa Yunani, yaitu coelenterata yang artinya rongga. Jadi, Coelenterata adalah hewan invertebrata yang memiliki rongga tubuh Rongga tersebut digunakan sebagai alat pencernaan (gastrovaskuler) Namun filum Coelenterara lebih dikenal dengan nama Cnidaria. Kata Cnidaria berasal dari bahasa Yunani, cnido yang berarti penyengat karena sesuai dengan cirinya yang memiliki sel penyengat. Sel penyengat tersebut terletak pada tentakel yang terdapat di sekitar mulutnya.

Tubuh Coelenterata yang berbentuk polip, terdiri dari bagian kaki, tubuh, dan mulut. Mulut dikelilingi oleh tentakel. Coelenterata yang berbetuk medusa tidak memiliki bagian kaki.Mulut berfungsi untuk menelan makanan dan mengeluarkan sisa makanan karena Coelenterata tidak memiliki anus. Tentakel berfungsi untuk menangkap mangsa dan memasukan makanan ke dalam mulut. Pada permukaan tentakel terdapat sel-sel yang disebut knidosit (knidosista) atau knidoblas. Setiap knidosit mengandung kapsul penyengat yang disebut nematokis (nematosista). Mempunyai rongga besar di tengah-tengah tubuhnya yang berfungsi seperti Usus pada hewan-hewan tingkat tinggi. Rongga itu disebut rongga Gastrovaskuler. Simetri tubuhnya Radial dan terdapat Tentakel disekitar mulutnya yang berfungsi untuk menangkap dan memasukkan makanan ke dalam tubuhnya. Tentakel vang dilengkapi sel Knidoblas yang mengandung racun sengat disebut Nematokis (ciri khas dari hewan berongga). Dan juga Coelenterata termasuk hewan diploblastik karena tubuhnya memiliki dua lapisan sel, yaitu ektoderm (epidermis) dan endoderm (lapisan dalam atau gastrodermis). Ektoderm berfungsi sebagai pelindung sedang endoderm berfungsi untuk pencernaan.Sel-sel gastrodermis berbatasan dengan coelenterata atau gastrosol.

Ukuran tubuh Coelenterata beraneka ragam. Ada yang penjangnya beberapa milimeter, misal Hydra dan ada yang mencapai diameter 2 m, misalnya Cyanea. Tubuh Coelenterata simetris radial dengan bentuk berupa medusa atau polip. Medusa

berbentuk seperti lonceng atau payung yang dikelilingi oleh “lengan-lengan” (tentakel). Polip berbentuk seperti tabung atau seperti medusa yang memanjang. Dari penjelasan tersebut, maka dilakukanlah suatu praktikum dilaboratorium untuk mengetahui lebih jauh mengenai struktur morfologi dan klasifikasi dari filmu coelenterata.

1.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan praktikum untuk mengetahui filum Coelenterata secara morfologi dan anatomi serta dapat mengamati dan mengklasifikasi filum Coelenterata.

(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi

Coelenterata dibedakan dalam tiga kelas berdasarkan bentuk yang dominan dalam siklus hidupnya, yaitu Hydrozoa, Scypozoa, dan Anthozoa.

Menurut Campbell (2003), klasifikasi salah satu spesies dari Filum Coelenterata Kelas Scypozoa sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Colenterata

Sub filum : Invertebrata Kelas : Scypozoa

Ordo : Semaeostomeae Famili : Semaeostoceae

Genus : Aurelia Spesies : Aurelia sp.

Gambar 11. Ubur-Ubur (Aurelia sp.)

Scyphozoa (dalam bahasa yunani, scypho = mangkuk, zoa = hewan) memiliki bentuk dominan berupa medusa dalam siklus hidupnya. Medusa Scyphozoa dikenal dengan ubur-ubur. Medusa umumnya berukuran 2 – 40 cm. Reproduksi dilakukan secara aseksual dan seksual. Polip yang berukuran kecil menghasilkan medusa secara aseksual. Contoh Scyphozoa adalah Cyanea dan Chrysaora fruttescens. Sebagian besar hidup dalam bentuk medusa. Bentuk polip hanya pada tingkat larva. Contoh jenis dari kelas tersebut adalah Aurelia sp. (ubur-ubur kuping) yang sering terdampar di pantai-pantai. Larva disebut Planula, kemudian menjadi polip yang disebut Skifistoma. Dari skifistoma terbentuk medusa yang disebut Efira (Aryulina, 2006).

(16)

yang terdapat banyak makanan. Diperairan terhangat di dunia, kapal selam portugis mengambang dipermukaan gelombang laut. Kapal selam portugis sebenarnya adalah sebutan untuk jenis ubur-ubur. Jenis ubur-ubur ini ada juga yang menyebutnya sebagai ubur-ubur biru. (Fitriana, 2007).

Menurut Kadaryanto dkk (2006), klasifikasi anemon laut sebagai berikut: Kingdom : Animalia

Filum : Colenterata Sub filum : Invertebrata

Sub kelas : Zoantharia Kelas : Anthozoa

Ordo : Actiniaria Famili : Actiniaceae

Genus : Metridium Spesies : Metridium Sp.

Gambar 12. Anemon (Metridium sp.)

(17)

Menurut Darmadi (2010), klasifikasi Acropora sp. laut sebagai berikut: Kingdom : Animalia

Filum : Colenterata Sub filum : Invertebrata

Kelas : Anthozoa Ordo : Scleractinia

Famili : Acroporidae Genus : Acropora

Spesies : Acropora Sp.

Gambar 13. Karang (Acropora Sp.) 2.2. Morfologi dan Anatomi

Ukuran tubuh Coelenterata beraneka ragam. Ada yang penjangnya beberapa milimeter, misal Hydra dan ada yang mencapai diameter 2 m, misalnya Cyanea. Tubuh Coelenterata simetris radial dengan bentuk berupa medusa atau polip. Medusa

berbentuk seperti lonceng atau payung yang dikelilingi oleh “lengan-lengan” (tentakel). Polip berbentuk seperti tabung atau seperti medusa yang memanjang. Tubuh Coelenterata yang berbentuk polip, terdiri dari bagian kaki, tubuh, dan mulut. Coelenterata yang berbetuk medusa tidak memiliki bagian kaki warna tubuh bervariasi, ada yang berwarna pucat, namun juga ada yang berwarna cerah, seperti merah, kuning, jingga, atau ungu Tubuh Coelenterata simetris radial dengan bentuk berupa medusa atau polip. Medusa berbentuk seperti lonceng atau payung yang

dikelilingi oleh “lengan-lengan” (tentakel). Polip berbentuk seperti tabung atau seperti medusa yang memanjang. Tubuh Coelenterata yang berbentuk polip, terdiri dari bagian kaki, tubuh, dan mulut. Coelenterata yang berbetuk medusa tidak memiliki bagian kaki. (Wijaya, 2007).

(18)

sel-sel gastrodermis. Pencernaan di dalam gastrosol disebut sebagai pencernaan ekstraseluler. Hasil pencernaan dalam gasrosol akan ditelan oleh sel-sel gastrodermis untuk kemudian dicerna lebih lanjut dalam vakuola makanan. Pencernaan di dalam sel gastrodermis disebut pencernaan intraseluler. Sari makanan kemudian diedarkan ke bagian tubuh lainnya secara difusi. Begitu pula untuk pengambilan oksigen dan pembuangan karbondioksida secara difusi. (Aryulina, 2008).

Gambar 14. Struktur Tubuh Filum Coelenterata

2.3. Habitat dan Penyebaran

Coelentera hidup secara heterotrof dengan memangsa plankton dan hewan kecil lainnya yang berada di air. Coelenterata lumpuhkan mangsanya dengan menggunakan tentakelnya yang memiliki sel knidosit. Setelah mangsanya itu lumpuh, tentakel menggulung dan membawa mangsa ke mulut. Coelenterata seluruhnya hidup di air, baik itu air laut ataupun air tawar. Sebagian besar hidup berkoloni atau soliter. Coelenterata yang berbentuk polip hidup soliter atau berkoloni di dasar air. Polip tidak dapat berpindah tempat. Sedangkan coelenterata yang berbentuk medusa dapat melayang bebas di dalam air (Aditya, 2010).

(19)

2.4. Reproduksi dan Daur Hidup

Reproduksi pada coelenterata terjadi secara aseksual dan seksual. Reproduksi secara aseksual dilakukan dengan membentuk tunas berupa polip yang hidup berkoloni di dasar air. Sedangkan reproduksi seksual pada coelenterata dilakukan dengan pembentukan gamet. Gamet dihasilkan oleh selurh coelenterata berbentuk medusa dan beberapa berbentuk polip. (Wijaya, 2007).

Gambar 15. Siklus Hidup Ubur-ubur (Aurelia sp.)

Reproduksi Coelenterata terjadi secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual dilakukan dengan pembentukan tunas. Pembentukan tunas selalu terjadi pada Coelenterata yang berbentuk polip. Tunas tumbuh di dekat kaki polip dan akan tetap melekat pada tubuh induknya sehingga membentuk koloni. Reproduksi seksual dilakukan dengan pembentukan gamet (ovum dengan sperma). Gamet dihasilakan oleh seluruh Coelenterata bentuk medusa dan beberapa Coelenterata bentuk polip. Contoh Coelenterata berbentuk polip yang membentuk gamet adalah hydra (Ferdinand, 2008).

2.5. Makanan dan Kebiasaan Makan

(20)

Gambar 16. Cara Coelenterata Menyengat

Coelenterata hidup di perairan yang jernih yang mengandung partikel-pertikel organik, plankton atau hewan-hewan kecil. Jika terdapat hewan kecil, misal jentik nyamuk menempel pada tentakel dan menge-nai sel knidoblast, maka sel tersebut mengeluarkan racun. Jentik akan lemas lalu tentakel membawanya ke mulut. Di bawah mulut terdapat kerong-kongan pendek lalu masuk ke rongga gastrovaskuler untuk dicerna secara ekstraseluler (luar sel). Sel-sel endoderma menyerap sari-sari makanan. Sisa-sisa makanan akan dimuntahkan melalui mulut (Kuncoro, 2004). 2.6. Nilai Ekonomis

(21)

III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 4 Desember 2011, pukul 10.00 – 12.00 WITA dan bertempat di Laboratorium C Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan beserta kegunaannya yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Alat dan bahan beserta kegunaanya

No Nama Alat Kegunaan

Langkah-langkah kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pengamatan pada organisme yang telah diambil dari perairan 2. Meletakkan orgaisme pada baki kemudian mengidentifikasi bagian-bagian

organism tersebut.

(22)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan pada praktikum ini sebagai berikut: A. Struktur Morfologi Ubur-ubur (Aurelia sp.)

Keterangan: 1. Mulut 2. Tentakel

4. Saluran sirkular 5. Lamel endoderm 6. Lappet tentakel 7. Lengan mulut

Gambar 17. Morfologi Ubur-Ubur (Aurelia sp.) B. Struktur Morfologi . Anemon (Metridium sp.)

Keterangan: 1. Mulut 2. Tentakel 3. Otot Melingkar 4. Basal Disc

(23)

C. Struktur Morfologi Karang (Acropora sp.)

Keterangan: 1. Sekat 2. Septal 3. Filament 4. Sekat Kapur

Gambar 19. Morfologi Karang (Acropora sp.)

4.2. Pembahasan

Coelenterata berasal dari bahasa Yunani, yaitu coelenterata yang artinya rongga. Jadi, Coelenterata adalah hewan invertebrata yang memiliki rongga tubuh Rongga tersebut digunakan sebagai alat pencernaan (gastrovaskuler) Namun filum Coelenterata lebih dikenal dengan nama Cnidaria. Kata Cnidaria berasal dari bahasa Yunani, cnido yang berarti penyengat karena sesuai dengan cirinya yang memiliki sel penyengat. Sel penyengat tersebut terletak pada tentakel yang terdapat di sekitar mulutnya. Tubuh Coelenterata yang berbentuk polip, terdiri dari bagian kaki, tubuh, dan mulut. Mulut dikelilingi oleh tentakel. Coelenterata yang berbetuk medusa tidak memiliki bagian kaki. Mulut berfungsi untuk menelan makanan dan mengeluarkan sisa makanan karena Coelenterata tidak memiliki anus. Tentakel berfungsi untuk menangkap mangsa dan memasukan makanan ke dalam mulut. Pada permukaan tentakel terdapat sel-sel yang disebut knidosit (knidosista) atau knidoblas. Setiap knidosit mengandung kapsul penyengat yang disebut nematokis (nematosista).

Mempunyai rongga besar di tengah-tengah tubuhnya yang berfungsi seperti Usus pada hewan-hewan tingkat tinggi. Rongga itu disebut rongga Gastrovaskuler. Simetri tubuhnya Radial dan terdapat Tentakel disekitar mulutnya yang berfungsi untuk menangkap dan memasukkan makanan ke dalam tubuhnya. Tentakel vang dilengkapi sel Knidoblas yang mengandung racun sengat disebut Nematokis (ciri khas dari hewan berongga). Dinding tubuhnya terdiri dari 2 lapisan lembaga yaitu Ektoderm bagian luar dan Endoderm bagian dalam. Diantara dua lapisan tersebut terdapat lapisan tipis yang disebut Mesoglea. Karena dinding tubuhnya terdiri dari dua lapisan lembaga maka hewan itu disebut Hewan Diploblastik.

(24)

alamnya terdapat rongga gastrovaskuler yang fungsinya sebagai usus. Di bagian atas terdapat mulut dan tentakel untuk menangkap mangsa. Polip merupakan fase vegetatif pada coelenterata fase medusa merupakan fase generatif (seksual), dimana pada fase ini mengha-silkan sel telur dan sel sperma. Medusa dapat melepaskan diri dari induk dan berenang bebas di perairan. Bentuknya seperti payung dan punya tentakel yang melambai-lambai. Kita biasa menamakannya dengan ubur-ubur.

Pada pengamatan morfologi ubur-ubur, terlihat bentuk mulut dibagian bawah, dimana pada posisi yang sebenarnya, kemudian disekitar mulutnya terdapat tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsanya saat makan. Dibagian dalam tubuhnya pula terdapat saluran sirkular yang apabila diamati akan nampak pula saluran radial. Sedangkan untuk bagian luarnya terdapat lappet tentakel dengan lengan mulut. Menurut Trimaningsih (2008) bahwa ubur-ubur Scyphozoa mempunyai ciri antara lain tubuhnya berbentuk payung atau genta yang disertai dengan umbai-umbai berupa tentakel. Bagian payung sebelah atas berbentuk cembung dan disebut eksumbrella, sedangkan bagian bawah berbentuk cekung dan disebut sumbumbrella. Diantara keduanya terdapat mesoglea yang menyerupai lendir yang sangat kental. Ditengah sumbumbrella terdapat bukaan mulut. Sedangkan menurut Nontji (2008) bahwa ubur-ubur mempunyai bentuk tubuh seperti paying atau genta dengan disertai umbai-umbai berupa tentakel, bagian atas yang cembung disebut eksumbrella dan bagain bawah yang cekung disebut subumbrella.

Padapengamatan morfologi anemon, terlihat mulut, tentakel, otot melingkar, dan basal disc. Bentuk tubuh anemon seperti bunga, sehingga juga disebut mawar laut. Menurut Kuncoro (2004) bahwa lipatan yang bundar di antara badan dan keping mulut membagi binatang ini kedalam kapitulum di bagian atas dan scapus bagian bawah. Di antara lengkungan seperti leher (collar) dan dasar dari kapitulum terdapat "fossa". Keping mulut bentuknya datar, melingkar, kadang-kadang mengkerut, dan dilengkapi dengan tentakel kecuali pada jenis limnactinia, keping mulut tidak dilengkapi dengan tentakel. Beberapa anemon laut dapat bergerak seperti siput, bergerak secara perlahan dengan cara menempel. Sebagian besar anemon laut memiliki sel penyengat yang berguna untuk melindungi dirinya dari predator.

(25)

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pengamatan yang dilakukan dan pembahasan di atas adalah sebagai berikut :

1. Secara morfologi Ubur-ubur (Aurelia sp.), memiliki bentuk mulut dibagian bawah, dimana pada posisi yang sebenarnya, kemudian disekitar mulutnya terdapat Tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsanya saat makan. Dibagian dalam tubuhnya pula terdapat saluran sirkular yang apabila diamati akan nampak pula saluran radial. Sedangkan untuk bagian luarnya terdapat lappet tentakel dengan lengan mulut.

2. Secara morfologi Anemon (Metridium sp.), memiliki mulut, tentakel, otot melingkar, dan basal disc. Bentuk tubuh anemon seperti bunga,sehingga juga disebut mawar laut.

3. Secara morfologi Karang (Acropora sp.) memiliki sekat pada bagian luar tubuhnya kemudian ada bagian tubuh yang disebut septal , filament dan sekat kapur.

5.2. Saran

(26)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Filum Brachiophoda adalah salah satu kelompok hewan invertebrata yang hidup sebagai hewan bentik di laut. Sekilas hewan ini mirip kerang dari filum moluska, namun sebenarnya mereka sangat berbeda. Ditinjau dari asal katanya brachiophoda berasal dari bahasa yunani Brachios yakni tangan, dan Poda yang berarti kaki. Jadi hewan brachiophoda adalah hewan yang mempunyai organ yang berfungsi sebagai tangan dan kaki. Hewan ini lazim disebut kerang lentera (Lamp-Shell), hal ini karena bentuknya yang menyerupai bentuk lampu minyak pada zaman kerajaan Romawi kuno. Di Indonesia, penduduk disekitar kepulauan seribu menyebut

hewan ini “Kerang Keco” atau “Kerang kecuk”.

Keunikan hewan dari filum brachiophoda ini karena sudah dikenal berjuta-juta tahun yang silam dan sebagian besar merupakan penemuan fosil. Marga Lingula merupakan salah satu marga dari filum brachiophoda yang sekarang masih hidup, dan

mendapat sebutan sebagai fosil hidup atau dalam istilahnya “Living Fossil”. beberapa spesies hidup dalam lubang di pasir atau lumpur pantai, umumnya di perairan sedang dan dingin. Cangkang berukuran 5 mm sampai 7,5 cm.

Hewan brachiophoda hidup menempel pada substratnya malalui suatu tangkai, dan membuka cangkannya sedikit untuk memungkinkan air mengalir diantara cangkang dan lofofor. Semua anggota filum Brachiophoda adalah hewan laut. Brachiophoda yang masih hidup adalah sisa-sisa dari masa lalu. Sekitar 330 spesies tersebut yang diketahui, tetapi terdapat 30.000 spesies fosil zaman Paleozoikum dan Mesozoikum. Brachiopoda memiliki kemiripan yang berbeda dengan mollusca jenis bivalvia dimana pada bagian tubuhnya dilindungi secara eksternal oleh sepasang convex yang dikelompokkan kedalam cangkang yang dilapisi dengan permukaan yang tipis dari periostracum organik yang berkisar hingga 100 tahun yang lalu (invertebrata palaentologi).

Sebagai hewan bentik kerang lentera sebagian besar didapatkan hidup didasar perairan yang umumnya dangkal, tidak berkoloni (soliter) dan menempelkan diri dengan tangkai (pedunkel) pada dasar/substrat yang keras secara permanen seperti karang mati, dan tumpukan cangkang moluska. Lain halnya dengan marga Lingula, dimana jenis ini umumnya hidup didasar yang berlumpur dan dapat berpindah tempat dengan bantuan pedunkel yang berfungsi sebagai tongkat. Gerakan ini diduga juga karena adanya pengaruh pasang surut.

(27)

1.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan praktikum untuk mengetahui filum Brachiophoda secara morfologi dan anatomi serta dapat mengamati dan mengklasifikasi filum Brachiophoda.

(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi

Menurut Yulia dkk (2011) klasifikasi salah satu spesies dari Filum Brachiopoda sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Brachiopoda

Sub filum : Invertebrata Kelas : Inarticulata

Ordo : Lingulida Famili : Lingulidae

Genus : Lingula

Spesies : Lingula unguis

Gambar 20. Kerang Lentera (Lingula unguis) 2.2. Morfologi dan Anatomi

(29)

Gambar 21. Struktur Tubuh Lingula unguis

Pada permukaan dalam dari tangkup atas dekat ujung belakang, melekat satu tangkai berotot berbentuk silindrik yang panjang dinamakan pedikel (pedicle) yang berisi perpanjangan berbentuk tabung dari rongga tubuh. Selama air surut, tangkai ini memendek untuk menarik cengkang ke dalam lubang. Dan selama air pasang, tangkai memanjang untuk mendorong cangkang ke permukaan air. Biasanya ujung depan dari cangkang tidak pernah menonjol di atas permukaan pasir atau lumpur (Romimohtarto, 2001).

Berikut adalah morfologi dan karakteristik dari Klas Articulata Cangkang dipertautkan oleh gigi dan socket yang diperkuat oleh otot, Cangkang umunya, tersusun oleh material karbonatan, tidak memiliki lubang anus, memiliki keanekaragaman jenis yang besar, Banyak berfungsi sebagai fosil index, Mulai muncul sejak zaman kapur hingga saat ini. Sedangkan untuk kelas Inarticulata Cangkang atas dan bawah (valve) tidak dihubungkan dengan otot dan terdapat socket dan gigi yang dihubungkan dengan selaput pengikat (Yulia, dkk, 2011).

Gambar 22. Bagian dalam tubuh (Anonim, 2011)

(30)

2.3. Habitat dan Penyebaran

Hewan Brachiophoda hidup menempel pada substratnya melalui suatu tangkai, dan membuka cangkangnya sedikit untuk memungkinkan air mengalir diantara cangkang dan lofofor. Semua anggota brachiopoda adalah hewan laut (Campbell, 2003).

Gambar 23. Posisi tubuh brachiophoda dalam pasir

Secara umum brachiopoda merupakan salah satu fosil hewan yang sangat melimpah keberadaannya pada sedimen yang berasal dari zaman paleozoikum. Salah satu kelasnya, yaitu Inartikulata bahkan menjadi penciri penting (fosil index) zaman Cambrian awal, Hidup di air laut Bentos sesil. Ada yang hidup diair tawar, namun sangat jarang, Mampu hidup pada kedalaman hingga 5.600 meter secara benthos sessil, Genus Lingula hanya hidup pada daerah tropis/hangat dengan kedalaman maksimal 40 meter, Hingga saat ini diketahui memiliki sekitar 300 spesies dari Brachiopoda, Brachiopoda modern memiliki ukuran cangkang rata-rata dari 5mm hingga 8 cm, Kehadiran rekaman kehidupannya sangat terkait dengan proses Bioconose dan Thanathoconose (Mudjono dkk, 2000).

.

2.4. Reproduksi dan Daur Hidup

Lingula unguis tumbuh lambat, mencapai panjang cangkang 5 cm dalam waktu 12 tahun. Hewannya menjadi matang kelamin pada umur kira-kira 1-1,5 tahun ketika panjang cangkangnya 2,25 cm, seperti yang telah diamati di pantai utara Singapura. Pemijahan terjadi sepanjang tahun. Telur dan spermatozoa disebar di air dimana terjadi pembuahan. Embrio yang terbentuk menjadi larva yang berenang bebas. Larva ini menghanyut di permukaan laut dan makan tumbuh-tumbuhan renik yang terdapat di laut tersebut (Romimohtarto, 2001).

(31)

tumbuh pedicle serta cangkang dan larva turun ke substrat untuk kemudian hidup dalam lubang (Aslan, dkk, 2007)

2.5. Makanan dan Kebiasaan Makan

Pada saat makan, bulu-bulu atau rambut-rumbut yang terdapat di sepanjang pinggirian mantel menjulur di atas permukaan di atas permukaan pasir dari bagian depan hewan. Mereka membentuk tiga tabung bulu berbentuk kerucut, satu tengah dan lateral. Setiap lengan menjulur den tentakel membuka gulungan dan mekar. Tapak-tapak bulu getar tertentu pada tentakel dari lengan memukul-mukul bersamaan menyebabkan arus air berisi makanan dari oksigen masuk ke dalam rongga mantel melalui setiap tabung bulu lateral. Setalah menyaring air berisi partikel reknik dan makanan dan memindahkan sebagian oksigen terlarut, hewan itu membuang air melalui satu-satunya tabung bulu median (Romimohtarto, 2001).

2.6. Nilai Ekonomis

(32)

III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 18 November 2011, pukul 13.00 – 15.00 WITA dan bertempat di Laboratorium C Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan beserta kegunaannya yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Alat dan bahan beserta kegunaanya

No Nama Alat Kegunaan

Langkah-langkah kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pengamatan pada organisme yang telah diambil dari perairan 2. Meletakkan orgaisme pada baki kemudian mengidentifikasi bagian-bagian

organism tersebut.

(33)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan pada praktikum ini sebagai berikut: A. Struktur Morfologi dan Anatomi Kerang Lentera (Lingula unguis) Keterangan:

1. Tentakel 2. Cangkang 3. Tangkai

Gambar 24. Struktur Morfologi Kerang Lentera (Lingula unguis)

Keterangan: 1. Tentakel 2. Otot

3. Nephridium gonad 4. Lambung

5. Cangkang 6. Lophophore

(34)

4.2. Pembahasan

Brachiopoda adalah Bivalvia yang berevolusi pada zaman awal periode Cambrian yang masih hidup hingga sekarang yang merupakan komponen penting organisme benthos pada zaman Paleozoikum. Brachiopoda berasal dari bahasa latin brachium yang berarti lengan (arm), poda yang berarti kaki (foot). Brachiopoda artinya hewan ini merupakan suatu kesatuan tubuh yang difungsikan sebagai kaki dan lengan atau dengan kata lain binatang yang tangannya berfungsi sebagai kaki. Filum ini merupakan salah satu filum kecil dari bentik invertebrates. Hingga saat ini terdapat sekitar 300 spesies dari filum ini yang mampu bertahan dan sekitar 30.000

fosilnya telah dinamai. Mereka sering kali disebut dengan “lampu cangkang” atau

lamp shell. Secara umum brachiopoda merupakan salah satu fosil hewan yang sangat melimpah keberadaannya pada sedimen yang berasal dari zaman paleozoikum. Salah satu kelasnya, yaitu Inartikulata bahkan menjadi penciri penting (fosil index) zaman Cambrian awal.

Klasifikasi Fillum Brachiopoda dibagi menjadi 2 kelas yaitu klas Artikulata /Phygocaulina dan klas Inartikulata/Gastrocaulina. Klas Artikulata/Phygocaulina Cangkang atas dan bawah (valve) dihubungkan dengan otot dan terdapat selaput dan gigi. Klas Articulata / Pygocaulina memiliki masa hidup dari zaman Cambrian hingga ada beberapa spesies yang dapat bertahan hidup sampai sekarang seperti anggota dari ordo Rhynchonellida dan ordo Terebratulida.

Gambar 26. Spesies dari kelas Artikulata (Yulia dkk, 2011)

Berikut adalah ciri-ciri dari kelas Articulata cangkang dipertautkan oleh gigi dan socket yang diperkuat oleh otot, cangkang umunya tersusun oleh material karbonatan, Tidak memiliki lubang anus, memiliki keanekaragaman jenis yang besar, banyak berfungsi sebagai fosil index dan mulai muncul sejak zaman kapur hingga saat ini.

(35)

Gambar 27. Spesies dari kelas Inartikulata (Yulia dkk, 2011)

Menurut Romimohtarto (2011) pada permukaan dalam dari tangkup atas dekat ujung belakang, melekat satu tangkai berotot berbentuk silindrik yang panjang dinamakan pedikel (pedicle) yang berisi perpanjangan berbentuk tabung dari rongga tubuh. Selama air surut, tangkai ini memendek untuk menarik cengkang ke dalam lubang. Dan selama air pasang, tangkai memanjang untuk mendorong cangkang ke permukaan air. Biasanya ujung depan dari cangkang tidak pernah menonjol di atas permukaan pasir atau lumpur.

(36)

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pengamatan yang dilakukan dan pembahasan di atas adalah sebagai berikut :

1. Filum Brachiophoda adalah salah satu kelompok hewan invertebrata yang hidup sebagai hewan bentik di laut. Ditinjau dari asal katanya brachiophoda berasal dari bahasa yunani Brachios yakni tangan, dan Poda yang berarti kaki. Jadi hewan brachiophoda adalah hewan yang mempunyai organ yang berfungsi sebagai tangan dan kaki.

2. Struktur Morfologi dari Kerang Lentera (Linguila unguis) terdiri dari tentakel, cangkang, dan tangkai.

3. Struktur Anatomi dari Kerang Lentera (Linguila unguis) adanya Nephridium gonad, Lambung dan Lophophore

5.2. Saran

(37)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mollusca merupakan kelompok hewan terbesar kedua dalam kerajaan binatang, setelah filum Arthropoda dengan anggota yang masih hidup berjumlah sekitar 75 ribu jenis, serta 35 ribu jenis dalam bentuk fosil. Mollusca bersifat bercangkang. Hewan ini tergolong triploblastik selomata. Dengan kira-kira 100.000 spesies yang masih hidup, pada waktu ini filum mollusca termasuk filum hewan yang sangat penting. Terdiri atas hewan bertubuh lunak, tidak bersegmen (kecuali satu), banyak di antaranya dilindungi oleh satu atau lebih cangkang yang terbuat dari kapur (kalsium karbonat).

Mollusca berasal dari bahasa Romawi molis yang berarti lunak. Jenis molusca yang umum dikenal ialah siput, kerang dan cumi-cumi. Kebanyakan dijumpai di laut dangkal, beberapa pada kedalaman 7.000 m, beberapa di air payau, air tawar dan darat.

Ciri tubuh Mollusca meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh. Ukuran dan bentuk mollusca sangat bervariasi. Misalnya siput yang panjangnya hanya beberapa milimeter dengan bentuk bulat telur. Namun ada yang dengan bentuk torpedo bersayap yang panjangnya lebih dari 18 m seperti cumi-cumi raksasa. Tubuh mollusca terdiri dari tiga bagian utama. Kaki merupakan penjulur bagian ventral tubuhnya yang berotot. Kaki berfungsi untuk bergerak merayap atau yang berfungsi untuk menangkap mangsa. Massa viseral adalah bagian tubuh mollusca yang lunak. Massa viseral merupakan kumpulan sebagaian besar organ tubuh seperti pencernaan, ekskresi, dan reproduksi.

Mantel membentuk rongga mantel yang berisi cairan. Cairan tersebut merupakan lubang insang, lubang ekskresi, dan anus. Selain itu, mantel dapat mensekresikan bahan penyusun cangkang pada mollusca bercangkang. Sistem saraf mollusca terdiri dari cincin saraf yang nengelilingi esofagus dengan serabut saraf yang melebar. Sistem pencernaan mollusca lengkap terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus. Ada pula yang memiliki rahang dan lidah pada mollusca tertentu.Lidah bergigi yang melengkung kebelakang disebut radula. Radula berfungsi untuk melumat makanan. Mollusca yang hidup di air bernapas dengan insang. Sedangkan yang hidup di darat tidak memiliki insang. Pertukaran udara mollusca dilakukan di rongga mantel berpembuluh darah yang berfungsi sebagai paru-paru. Organ ekskresinya berupa seoasang nefridia yang berperan sebagai ginjal.

(38)

keci. Kelas dari filum moluska yaitu Bivalvia, Gastropoda, Cephalopoda, Scaphoda, Polyplacophora, Monoplacophora.

Moluska memiliki beragam struktur tubuh yang sulit untuk dikelompokkan. Khususnya untuk semua jenis yang telah modern. Karakteristik yang paling umum dari moluska adalah bahwa mereka berbentuk bilateral simetris. Oleh sebab itu, untuk mengetahui lebih jauh mengenai struktur tubuh filum moluska baik secara morfologi maupun anatomi, maka dilakukan praktikum guna pengamatan spesies pada setiap kelas dalam filum moluska.

1.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan praktikum untuk mengetahui filum Moluska secara morfologi dan anatomi serta dapat mengamati dan mengklasifikasi filum Moluska.

(39)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi

Filum ini dibagi atas tiga kelas besar dan beberapa kelas kecil. Kelas dari filum moluska yaitu Bivalvia, Gastropoda, Cephalopoda, Scaphoda, Polyplacophora, Monoplacophora.Kelas Bivalvia contohnya kijing, kerang, kepah, remis, dan sebagainya, umunya disebut bivalvia karena tubuh dilindungi oleh dua cangkang. Hewan bivalvia mempunyai bentuk simetris bilateral, tetapi dalam hal ini tidak ada kaitannya dengan lokomosi yang cepat. Hewan ini kalaupun bergerak ialah dengan cara menjulurkan satu kaki tebal yang berotot di antara kedua kutub. Kelas Gastropoda, kelas besar moluska yang kedua meliputi semua keong dan kerabatnya yang tidak bercangkang yaitu siput telanjang. Kelas Cephalopoda berbagai jenis spesies gurita dan cumi-cumi dan juga nautilus beruang termasuk dalam kelas Cephalopoda. Kelas Scaphoda merupakan kelas kecil moluska laut yang menghabiskan kehidupan dewasanya terbenam di dalam pasir. Kelas polyplacophora, kinton adalah organisme lamban yang hidup secara tidak menyolok di pantai laut. Kelas Monoplacophora kelas ini disangka telah punah selama berjuta-juta tahun dan barulah didirikan lagi sejak Neopilina ditemukan pada tahun 1952 (Firmansyah, 2005).

Menurut Natadisastra (2005) Burungo (Telescopium telescopium) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Mollusca

Sub filum : Invertebrata Kelas : Gastropoda

Sub kelas : Prosobranchia Ordo : Mesogastropoda Famili : Telescodidae

Genus : Telescopium

Spesies : Telescopium telescopium

(40)

Gastropoda (dalam bahasa latin, gaster berarti perut, podos berarti kaki) adalah kelompok hewan yang menggunakan perut sebagai alat gerak atau kakinya. Misalnya, siput air (Lymnaea sp.), remis (Corbicula javanica), dan bekicot (Achatia fulica). Hewan ini memiliki ciri khas berkaki lebar dan pipih pada bagian ventrel tubuhnya. Gastropoda bergerak lambat menggunakan kakinya. Gastropoda darat terdiri dari sepasang tentakel panjang dan sepasang tentakel pendek. Pada ujung tentakel panjang terdapat mata yang berfungsi untuk mengetahui gelap dan terang. Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai alat peraba dan pembau. Gastropoda akuatik bernapas dengan insang, sedangkan Gastropoda darat bernapas menggunakan rongga mantel (Aryulina, 2006).

Menurut Natadisastra (2005) Kalandue (Polymesoda sp.) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Mollusca

Sub filum : Invertebrata Kelas : Pelecypoda

Sub kelas : Lamellibranchia Ordo : Heterodonta Famili : Heterodae

Genus : Polymesoda Spesies : Polymesoda sp.

Gambar 29. Kalandue (Polymesoda sp.)

(41)

Menurut Natadisastra (2005), Cumi-cumi (Loligo Sp.) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Mollusca

Sub filum : Invertebrata Kelas : Cephalopoda

Sub kelas : Coleoidea Ordo : Teuthoidea Famili : Loliginidae

Genus : Loligo Spesies : Loligo sp.

Gambar 30. Cumi-cumi (Loligo sp).

Menurut Natadisastra (2005), Gurita (Octopus sp.) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Mollusca

Sub filum : Invertebrata Kelas : Cephalopoda

Sub kelas : Coleoidea Ordo : Octopoda Famili : Octopodidae

Genus : Octopus Spesies : Octopus Sp.

(42)

Cephalopoda memiliki organ pertahanan berupa kantong tinta. Kantong tinta berisikan cairan seperti tinta berwarna coklat atau hitam yang terletak di ventral tubuhnya. Tinta ini akan di keluarkan jika hewan ini merasa terancam dengan cara menyemburkannya. Cephalopoda memiliki kaki berupa tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsanya (Ferdinand, 2008).

Kelas Aplacophora adalah kelompok kecil Mollusca yang hidup di air dalam yang ditemukan di semua samudra dunia. Kelompok ini terdiri dari dua subkelas, yaitu Solenogastres dan Caudofoveata, di antara mereka mengandung 28 keluarga dan sekitar 320 spesies. Namun, hubungan kelompok ini dengan anggota kelas lain pada Mollusca jelas, dilihat dari sistem pencernaannnya yang memiliki radula. Aplacophora adalah hewan menggali seperti cacing, dengan sedikit kemiripan dengan kebanyakan molusca lainnya. Mereka tidak memiliki kerangka, meskipun kalsifikasi kecil spikula yang tertanam di kulit. Kebanyakan anggota kelas ini tidak memiliki kaki, meskipun beberapa spesies memiliki beberapa tonjolan kecil pada bagian bawah yang mungkin merupakan sisa kaki. Rongga mantel direduksi menjadi sederhana, kloaka yang merupakan anus dan organ ekskretoris kosong, terletak di ujung tubuh. Bagian dasar tubuhnya adalah kepala dan tidak memiliki mata atau tentakel. Beberapa spesies merupakan hermaprodit, namun sebagian besar memiliki dua jenis kelamin, dan berkembang biak dengan pembuahan eksternal. Selama masa pertumbuhan, rongga mantel larva meringkuk dan menutup, menciptakan seperti bentuk cacing dewasa. Kelas Scapophoda Scapophoda memiliki kaki yang berada di daerah mulut, bercangkang seperti kerucut dan tanduk dengan kedua ujung cangkang berlubang, serta memiliki mantel. Contoh anggota kelas ini adalah Dentalium vulgare (Aryulina, 2006).

2.2. Morfologi dan Anatomi

Mollusca memiliki badan lunak diselubungi oleh semacam kantong otot (mantel) yang tidak bersegmen berserta berculum; sebagai tempat organ-organ dalam. Mantel ini mempunyai keunikan lain, yaitu dapat menghasilkan sekresi spikulum (mempunyai jarum) yang berkulit kapur. Gastropoda mempunyai kepala; kaki-kaki otot ventral dan bagian dorsal/punggung yang berubah bentuk diselubungi oleh kulit/cangkang kapur yang keras (Natadisastra, 2005).

Ciri-ciri Mollusca yakni bertubuh lunak, multiseluler dan triploblastik. Sebagian besar mempunyai cangkok dari zat kapur dan mantel. Tubuh simetri bilateral dan tidak bersegmen, keciali pada Monoplacophora. Memiliki kepala yang jelas dengan organ reseptor kepala yang bersifat khusus. Memiliki dinding tubuh yang tebal dan kaki yang berotot secara umum digunakan untuk bergerak (Kusnadi dan Muhsinin, 2010).

(43)

Gambar 32. Struktur Tubuh Mollusca

Gastropoda adalah mollusca yang memiliki cangkang dengan bentuk tabung yang melingkar-lingkar ke kanan searah jarum jam. Namun, ada pula yang memilin ke kiri. Kepala dan kaki menjulur keluar bila sedang merayap, dan masuk bila ada bahaya mengancam. Sedangkan pada kerang/Pelecypoda memiliki sepasang cangkang yang dapat membuka dan menutup. Sebagian besar, hidup dengan cara membenamkan diri ke dalam pasir atau lumpur. Dan pada Chepalopoda merupakan mollusca yang tidak memiliki cangkang diluar seperti pada kerabat lainnya. Jenis yang sering dijumpai adalah cumi-cumi (Kuncoro, 2004)

Ukuran dan bentuk mollusca sangat bervariasi. Misalnya siput yang panjangnya hanya beberapa milimeter dengan bentuk bulat telur. Namun ada yang dengan bentuk torpedo bersayap yang panjangnya lebih dari 18 m seperti cumi-cumi raksasa. Struktur tubuh mollusca terdiri dari tiga bagian utama Kaki merupakan penjulur bagian ventral tubuhnya yang berotot. Kaki berfungsi untuk bergerak merayap atau menggali. Pada beberapa molluska kakinya ada yang termodifikasi menjadi tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa. Massa viseral adalah bagian tubuh mollusca yang lunak. Massa viseral merupakan kumpulan sebagian besar organ tubuh seperti pencernaan, ekskresi, dan reproduksi. Mantel membentuk rongga mantel yang berisi cairan. Cairan tersebut merupakan lubang insang, lubang ekskresi, dan anus. selain itu, mantel dapat mensekresikan bahan penyusun cangkang pada mollusca bercangkang (Ayulina, 2006).

2.3. Habitat dan Penyebaran

(44)

Mollusca hidup secara heterotrof dengan memakan ganggang, udang, ikan ataupun sisa-sisa organisme. Habitatnya di air tawar, di laut dan didarat. Beberapa juga ada yang hidup sebagai parasit (Wijaya, 2007).

Gambar 33. Habitat Mollusca

Umumnya gastropoda yang hidup diperairan tawar termasuk dalam Thiaridae. Hewan ini hidup di air yang tergenang maupun air mengalir dan umumnya di air tawar yang bervegetasi rapat. Gastropoda termasuk hewan yang sangat berhasil menyesuaikan diri untuk hidup dibeberapa tempat dan cuaca. Seperti halnya siput air tawar yang ditemukan di Siberia mampu hidup pada temperature -12O C sampai mencapai temperature 51o C pada musim dingin dan kebalikannya pada keadaan ekstrem siput dapat hidup dipadang pasir dengan suhu 43oC (Natadisastra, 2005). 2.4. Reproduksi dan Daur Hidup

(45)

Gambar 34. Siklus Hidup Haliotis iris

Mollusca bereproduksi secara seksual dan masing-masing organ seksual saling terpisah pada individu lain. Fertilisasi dilakukan secara internal dan eksternal untuk menghasilkan telur. Telur berkembang menjadi larva dan berkembang lagi menjadi individu dewasa (Mikrajuddin, 2007).

Reproduksi Pelecypoda terjadi secara seksual. Organ seksual terpisah pada masing-masing individu. Fertilisasi terjadi secara internal maupun eksternal. Pembuahan menghasilkan zigot yang kemudian akan menjadi larva. Untuk reproduksi hewan ini berlangsung secara seksual. Cephalopoda memiliki organ reproduksi berumah dua (dioseus). Pembuahan berlangsung secra internal dan menghasilkan telur. Pada Amphineura sistem reproduksi reproduksi secara seksual, yaitu dengan pertemuan ovum dan sperma. Terdapat individu jantan dan betina (Fitriana, 2007).

2.5. Makanan dan Kebiasaan Makan

Sistem pencernaan makanan dimulai dari mulut dan berakhir dengan anus. Pada pencernaan makanan terdapat kelenjar ludah dan kelenjar hati. Makanan berupa tumbuh-tumbuhan, dipotong-potong oleh rahang zat tanduk (mandibula/, kemudian dikunyah oleh radula. Zat –zat makanan diserap di dalam intestine. Saluran pencernaan makanan terdiri atas rongga mulut-faring (tempat dimana terdapat radula) esophagus – tembolok – lambung - intestine – rectum – anus. Kelenjar pencernaan terdiri atas kelenjar ludah, hati, dan pancreas (Rusyana, 2011).

(46)

Alat pencernaan telah berkembang sempurna, terdiri atas mulut, kerongkongan yang pendek, lambung, usus, dan anus. Salurannya memanjang dari mulut hingga anus. Pada mulut telah ditemukan lidah bergerigi atau radula dan hampir semua jenis mollusca memilikinya dalam mulutnya yang digunakan untuk makan, anusnya terbuka ke rongga mantelanus tersebut terletak di bagian anterior tubuh. Kelenjar pencernaan telah berkembang baik (Fitriana, 2007).

2.6. Nilai Ekonomis

Banyak anggota filum Mollusca yang bernilai ekonomi, baik menguntungkan seperti sebagai bahan makanan, perhiasan, indikator pencemaran tapi juga merugikan seperti hama, pembawa penyakit dan sebagai agen biofouling. Mollusca mempunyai data fosil yang tinggi (> 35.000 fosil sp.) dan terpreservasi dengan baik, sehingga data fosil ini dapat menjadi studi mengenai sejarah bumi dan studi iklim di masa lalu. Berbekal ilmu yang didapat dari kursus mengenai pengelolaan koleksi spesimen dan database keanekaragaman Mollusca (Aryasari, 2006).

(47)

III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 18 November 2011, pukul 13.00 – 15.00 WITA dan bertempat di Laboratorium C Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.

3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Alat dan bahan yang digunakan beserta fungsinya

No. Alat dan Bahan Fungsi

Langkah-langkah kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pengamatan pada organisme yang telah diambil dari perairan 2. Meletakkan orgaisme pada baki kemudian mengidentifikasi bagian-bagian

organism tersebut.

(48)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan pada praktikum ini sebagai berikut: A. Struktur Morfologi dan Anatomi Kalandue ( Polymesoda sp.)

Keterangan: 1. Cangkang

2. Garis pertumbuhan 3. Umbo

4. Kaki

Gambar 36. Morfologi Kalandue ( Polymesoda sp.)

Keterangan: 1. Ctenidia 2. Tepi mantel 3. Metaniphridia 4. Gonad

5. Pedal ganglion 6. Atrium

Gambar 37. Anatomi Kalandue ( Polymesoda sp.)

B. Struktur Morfologi Burungo ( Telescopium telescopium )

Keterangan: 1. Kaki 2. Cangkang 3. Apex 4. Ulir 5. Aperture

(49)

C. Struktur Morfologi dan Anatomi Cumi-cumi (Loligo sp.)

Keterangan: 1. Tentakel 2. Mata 3. Tubuh 4. Sucle 5. Mantel 6. Sirip

Gambar 39. Morfologi Cumi-cumi (Loligo sp.)

Keterangan: 1. Mulut 2. Faring 3. Anus

4. Kantung tinta 5. Ginjal

6. Hati

Gambar 40. Anatomi Cumi-cumi (Loligo sp.) D. Struktur Morfologi dan Anatomi Gurita (Octopus sp.)

(50)

Keterangan: dapat diartikan sebagai hewan bertubuh lunak. Tubuh lunak tersebut tidak bersegmen-segmen dan terbungkus oleh mantel yang terbuat dari jaringan khusus, dan umumnya dilengkapi dengan kelenjar-kelenjar yang dapat menghasilkan cangkang. Di antara mantel dan dinding tubuh terdapat rongga mantel. Beberapa jenis hewan ini, tubuhnya terlindung oleh cangkang dari zat kapur (kalsium karbonat) yang keras tapi ada pula mollusca yang tidak bercangkang, misalnya cumi-cumi.

Ciri tubuh Mollusca meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh. Ukuran dan bentuk mollusca sangat bervariasi. Misalnya siput yang panjangnya hanya beberapa milimeter dengan bentuk bulat telur. Namun ada yang dengan bentuk torpedo bersayap yang panjangnya lebih dari 18 m seperti cumi-cumi raksasa. Tubuh mollusca terdiri dari tiga bagian utama. Kaki merupakan penjulur bagian ventral tubuhnya yang berotot. Kaki berfungsi untuk bergerak merayap atau yang berfungsi untuk menangkap mangsa. Massa viseral adalah bagian tubuh mollusca yang lunak. Massa viseral merupakan kumpulan sebagaian besar organ tubuh seperti pencernaan, ekskresi, dan reproduksi.

(51)

dan anus.Selain itu, mantel dapat mensekresikan bahan penyusun cangkang pada mollusca bercangkang.

Gambar 43. Struktur Tubuh Loligo sp.

Pada Pengamatan yang kami lakukan khususnya untuk kelas Chephalophoda yakni struktur tubuh cumi-cumi secara morfologi terdiri atas tentakel, mata sirip dan badan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Rusyana (2011) bahwa struktur tubuh Loligo sp. Terdiri atas kepala, badan dan dihubungkan oleh leher. Kaki terdiri atas 10 jerait, 8 lengan dan tentakel. Sedangkan menurut anatomi, organ respirasi cumi terdiri atas sepasang insang berbentuk bulu yang terdapat di rongga mantel. Prosesnya, air keluar masuk melalui tepi lingkaran ujung badan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Brotowidjoyo (2000) bahwa chephalopoda merupakan mollusca yang tidak memiliki cangkang luar seperti pada kerabat lainnya. Memiliki sepasang insang dan sirip yang memudahkannya berenang dan melakukan proses respirasi.

Gambar 44. Struktur Tubuh Achatina fulica

(52)

memiliki cangkang berbentuk kerucut dilengkapi dengan tentakel dan bintik mata serta kaki untuk berjalan. Gastropoda bergerak lambat menggunakan kakinya. Gastropoda darat terdiri dari sepasang tentakel panjang dan sepasang tentakel pendek. Pada ujung tentakel panjang terdapat mata yang berfungsi untuk mengetahui gelap dan terang. Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai alat peraba dan pembau. Gastropoda akuatik bernapas dengan insang, sedangkan Gastropoda darat bernapas menggunakan rongga mantel. Sedangkan secara anatomi, kelas gastropoda memiliki penis, anus mulut dan terdapat hati dibagian dekat mantelnya.

Gambar 45. Struktur Tubuh Polymesoda sp.

(53)

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pengamatan yang dilakukan dan pembahasan di atas adalah sebagai berikut :

1. Mollusca (dalam bahasa latin, molluscus berarti lunak) merupakan hewan yang bertubuh lunak. Tubuhnya lunak dilindungi oleh cangkang, meskipun ada juga yang tidak bercangkang. Hewan ini tergolong triploblastik selomata.

2. Telescopium telescopium memiliki morfologi yang terdiri dari apex berfungsi sebagai pusat pertumbuhan, ulir sebagai garis tumbuh, cangkang untuk melindungi organ dalam tubuh dari luar dan aperture.

3. Polymesoda sp. memiliki morfologi yang terdiri dari umbo, cangkang untuk melindungi organ dalam, garis pertumbuhan dan sifon sebagai alat pengisap sedangkan Struktur anatominya terdiri Ctenidia, Tepi mantel, atrium dan gonad. 4. Loligo sp. memiliki morfologi baik secara dorsal maupun ventral terdiri dari

lengan, lengan tentakel yang digunakan untukl menangkap mangsanya, trunk sebagai badan, fin untuk berenang/bergerak, tentacular club sebagai alat penangkap dan lata indra, rostrum, mata, kepala, mantel dan sifon untuk mengisap makanannya sedangkan anatominya terdiri atas kantung tinta, ginjal dan hati.

5. Octopus sp. tampak morfologinya terdiri dari tangan ke-1, tangan ke-2, tangan ke-3, tangan ke-4, hectocotylus, alat pengisap, bintik mata, jumbai, mata, funnel, insang untuk bernafas dan tubuh (mantel) sedangkan untuk anatominya terdiri atas bintik mata, jumbai, Funnel, dan Insang.

6. Filum Mollusca dibagi 8 kelas, yaitu Chaetodermomorpha, Neomeniomorpha, Monoplacophora, Polyplacophora, Gastropoda, Pelecypoda/Bivalvia, Scaphopoda dan Cephalopoda. Mollusca yang tidak memiliki cangkok, seperti cumi-cumi, sotong, gurita atau siput telanjang. Mollusca memiliki struktur berotot yang disebut kaki yang bentuk dan fungsinya berbeda untuk setiap kelasnya. Cangkok kerang ini terdiri dari dua belahan, sedangkan cangkok siput berbentuk seperti kerucut yang melingkar. Perbedaan lainnya, kaki siput tipis dan rata. Fungsinya adalah untuk berjalan dengan cara kontraksi otot.

5.2. Saran

(54)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Annelida (dalam bahasa latin, annulus bararti cincin) atau cacing gelang adalah kelompok cacing dengan tubuh bersegmen. Berbeda dengan Platyhelminthes dan Nemathelminthes, Annelida merupakan hewan tripoblastik yang sudah memiliki rongga tubuh sejati (hewan selomata). Namun Annelida merupakan hewan yang struktur tubuhnya paling sederhana.

Cacing-cacing anggota filum ini tubuhnya beruas-ruas. Beberapa organ (misalnya pencernaan) membentang sepanjang tubuh. Organ yang lain seperti saluran pembuangan, ada di setiap ruas. Annelida mempunyai rongga tubuh atau coelem. Rongga ini tidak saja berisi organ-organ yang terbentuk dari mesoderm tetapi juga dilapisi oleh lapisan mesoderm. Annelida merupakan hewan simetris bilateral, mempunyai sistem peredaran darah yang tertutup dan sistem syaraf yang tersusun seperti tangga tali. Pembuluh darah yang utam membujur sepanjang bagian dorsal sedangkan sistem syaraf terdapat pada bagian ventral. Telah diketemukan 7.000 species yang hidup di air tawar, laut dan tanah. Contoh annelida adalah cacing tanah (Pheretima) cacing ini hidup di tanah, makananya berupa sisa tumbuhan dan hewan. Charles Darwin ahli biologi yang termahsur adalah orang yang pertama kali menyatakan bahwa cacing tanah mempunyai peranan yang penting dalam menggemburkan/menyuburkan tanah. Karena hidup di dalam tanah, cacing ini membuat liang-liang sehingga tanah menjadi berpori dan mudah diolah. Cacing tanah juga mencampur dedaunan dengan tanah, jadi menaikan kandungan humus tanah.

Sebagian besar anelida hidup dilaut, yaitu diliang-liang atau dibawah karang yang dekat dengan pantai, misalnya neries. Golongan lain dari annelida yang banyak dikenal adalah lintah pengisap darah. Lintah mempunyai balik penghisap dikedua ujung badanya. Batil penghisap posterior dipergunakan untuk melekatkan diri pada inang, sedangkan batil penghisap anterior dipergunakan untuk menghisap darah.

Contoh lain Annelida adalah cacing tanah (Lumbricus terrestris), cacing ini hidup di tanah, makanannya berupa sisa tumbuhan dan hewan. Charles Darwin ahli biologi yang termashur adalah orang yang pertama kali menyatakan bahwa cacing tanah mempunyai peranan yang penting dalam menyuburkan/menggemburkan tanah. Karena hidup di dalam tanah, cacing ini membuat liang-liang sehingga tanah menjadi berpori dan mudah di olah. Cacing tanah juga mencampur dedaunan dengan tanah, jadi secara biologis cacing tanah menaikkan kandungan humus tanah.

(55)

1.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan praktikum untuk mengetahui filum Annelida secara morfologi dan anatomi serta dapat mengamati dan mengklasifikasi filum Annelida.

Gambar

Gambar 6. Struktur Sel Koanosit (Anonim, 2011)
Tabel 1. Alat dan bahan beserta kegunaanya
Gambar 11. Ubur-Ubur (Aurelia sp.)
Gambar 12. Anemon (Metridium sp.)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan khusus penelitian ini adalah mengetahui efek dari penambahan CMC-Na sebagai binder dan kalsium karbonat sebagai abrasive serta interaksi keduanya dalam menentukan sifat

Pada pengukuran kadar O2 yang dilakukan diperoleh hasil 1,1 dilakukan diperoleh hasil 1,1 mg/l mg/l dimana faktor y dimana faktor yang ang mempengaruhinya, yaitu derajat

Hal ini dapat digunakan untuk memberi c nt h bah a apabila aliran di hilir contoh bahwa apabila aliran di hilir dipompa (untuk penurunan permukaan air di danau) profil M di saluran

Dengan penggunaan larutan CaCo3 maka yang memiliki berat jenis yang lebih besar dari larutan kalsium karbonat akan tenggelam dan akan jatuh ke Wet Shell Conveyor

partikel terlarut pada air minum dan juga digunakan untuk mengukur kepekatan larutan nutrisi hidroponik atau dengan kata lain konsentrasi larutan

Untuk uji penegasan digunakan medium Briliant Green Bile Laktosa Broth (BGLB), yang diinokulasi dengan ose, media yang memperlihatkan hasil positif pada uji duga. Kaldu

Keterangan: I : Bak Pengendapan pendahuluan → mengendapkan material kasar Ia : Bak Kontrol → mengontrol aliran dan mengendapkan material kasar yang masih terbawa dari bak pengendapan

Biological Safety Cabinet Prinsip kerja BSC Biological Safety Cabinet yaitu menciptakan aliran masuk udara untuk melindungi operator yang sedang menangani sampel biologis yang berisiko