• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh makalah agama islam tentang akhla

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Contoh makalah agama islam tentang akhla"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

 Home

 Privacy Policy  Artikel Islam  Pendidikan  Biografi  Keuangan

Home » MAKALAH AGAMA ISLAM » Contoh makalah agama islam tentang akhlak

Contoh makalah agama islam tentang akhlak

Contoh makalah agama islam tentang akhlak

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.

Kata “agama” berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti “tradisi”. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti “mengikat kembali”. Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan. Émile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Kita sebagai umat beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus meningkatkan keimanan kita melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani yang sempurna kesuciannya.

▸ Baca selengkapnya: contoh makalah tentang museum

(2)

Akhlak dalam pandangan Islam

(3)

Misalnya, jujur kepada musuh saat perang sangat tidak diperbolehkan karena dapat merugikan. Pada konteks ini jujur termasuk akhlak yang tercela karena bisa membocorkan rahasia Negara atau saat perang kita bersikap lemah lembut terhadap musuh, hal itu tidak diperbolehkan karena sudah menjadi kewajiban kita untuk mengalahkan musuh saat terjadi peperangan. Dalam membangun sebuah masyarakat, akhlak sering dijadikan sebagai fokus utama untuk merekonstruksi sebuah masyarakat. Hal ini tentu saja sangat keliru mengingat akhlak adalah dasar bagi pembentukan individu. Jika kita menitiberatkan dakwah kita pada akhlak, maka yang timbul adalah pengkultusan pada tokoh tertentu tanpa mengetahui sebabnya kenapa harus berbuat seperti itu. Untuk merekonstruksi sebuah masyarakat hendaklah berdakwah yang berlandaskan pada pemikiran, karena dengan pemikiran suatu masyarakat akan bisa bangkit dari keterpurukan menuju keadaan yang lebih baik. Walaupun demikian, pembinaan akhlak tidak boleh dikesampingkan. Semua harus berjalan beriringan sehingga mengkasilkan output yang baik bagi dakwah kita. Tinggal bagaimana kita menentukan fokus yang akan kita ambil, apakah ingin menitiberatkan pembentukan karakter dengan akhlak atau pembentukan system yang berlandaskan pada dakwah pemikiran sebagai sarana untuk menegakan hukum. Semua itu tergantung pada analisis kondisi objek yang akan kita ubah. Dengan demikian kita bisa menentukan strategi yang cocok untuk merubah masyarakat menjadi

lebih baik lagi.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Akhlak Kata Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat. Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. Secara epistemologi atau istilah akhlak bisa diartikan berbagai perspektif sesuai dengan para ahli tasawuf diantaranya : Ibnu Maskawaih memberikan definisi sebagai berikut: ٍةّيِوُر َو ٍرسسسسسسسسسسسسسسسسسسسْكِف ِرسسسسسسسسسسسسسسسسسسسْيَغ ْنِم اسسسسسسسسسسسسسسسسسسسَهِلاَعْفَا ىَلِا َاسسسسسسسسسسسسسسسسسسسَهل ٌةسسسسسسسسسسسسسسسسسسسَيِعاَد ِسْفّنلِل ًلاسسسسسسسسسسسسسسسسسسسَح Artinya:

(4)

tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”. Imam Al-Ghozali mengemukakan definisi Akhlak sebagai berikut: ٍةّيِوُر َو ٍرسسسْكِف ىَلِا ٍةسسسسَجاَح ِرسسسْيَغ ْنِم ٍر ْسسسسُي َو ٍةَل ْوُه ُسسسسسِب ُلاسسسسَعْف َلْا ُرُد ْسسسصَت اسسسَهْنَع ٍة َخ ِسسسسسا َر ِسْفّنلا ىِف ٍةَئْيَه ْنَع ٌةَراسسسَبِع ُقسسسسُلُخْلَا Artinya:

“Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memertrlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”.

Prof. Dr. Ahmad Amin memberikan definisi, bahwa yang disebut akhlak “Adatul-Iradah” atau kehendak yang dibiasakan. Definisi ini terdapat dalam suatu tulisannya

yang berbunyi:

ِقُلُخْلاسسسسسِب ُةاّم َسسسسسسُمْلا َيِه اسسسسسَهُتَداَعَف ًأْي َسسسسسش ْتَداسسسسسَت ْعا اَذِا َةَدا َر ِلْا ّنَأ ىِن ْعَي ِةَدا َر ِلْا ُةَداسسسسسَع ُهّنَأِب َقسسسسسُلُخلْا ْامُه ُسسسسسض ْعَب َف َرسسسسسَع Artinya:

“Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinakamakan akhlak.” Akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku tersebut harus dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik, atau hanya sewaktu-waktu saja. Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya didorong oleh motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan pemikiran apalagi pertimbangan yang sering diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai keterpaksaan untuk berbuat Apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan terpaksa bukanlah pencerminan dari akhlak. Dalam Encyclopedia Brittanica, akhlak disebut sebagai ilmu akhlak yang mempunyai arti sebagai studi yang sistematik tentang tabiat dari pengertian nilai baik, buruk, seharusnya benar, salah dan sebaginya tentang prinsip umum dan dapat diterapkan terhadap sesuatu, selanjutnya dapat disebut juga sebagai filsafat moral.

1. Syarat

(5)

B. Sumber Akhlak bersumber pada agama. Perangai sendiri mengandung pengertian sebagai suatu sifat dan watak yang merupakan bawaan seseorang. Pembentukan peragai ke arah baik atau buruk, ditentukan oleh faktor dari dalam diri sendiri maupun dari luar, yaitu kondisi lingkungannya. Lingkungan yang paling kecil adalah keluarga, melalui keluargalah kepribadian seseorang dapat terbentuk. Secara terminologi akhlak berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Para ahli seperti Al Gazali menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. Peragai sendiri mengandung pengertian sebagai suatu sifat dan watak yang merupakan bawaan seseorang.

C. Budi Pekerti

Budi pekerti pada kamus bahasa Indonesia merupakan kata majemuk dari kata budi dan pekerti.. Budi berarti sadar atau yang menyadarkan atau alat kesadaran. Pekerti berarti kelakuan. Secara terminologi, kata budi ialah yang ada pada manusia yang berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, rasio yang disebut dengan nama karakter. Sedangkan pekerti ialah apa yang terlihat pada manusia, karena didorong oleh perasaan hati, yang disebut behavior. Jadi dari kedua kata tersebut budipekerti dapat diartikan sebagai perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia. Penerapan budi pekerti tergantung kepada pelaksanaanya. Budi pekerti dapat bersifat positif maupun negatif. Budi pekerti itu sendiri selalu dikaitkan dengan tingkah laku manusia. Budi pekerti didorong oleh kekuatan yang terdapat di dalam hati yaitu rasio. Rasio mempunyai tabiat kecenderungan kepada ingin tahu dan mau menerima yang logis, yang masuk akal dan sebaliknya tidak mau menerima yang analogis, yang tidak masuk akal.

Selain unsur rasio di dalam hati manusia juga terdapat unsur lainnya yaitu unsur rasa.Perasaan manusia dibentuk oleh adanya suatu pengalaman, pendidikan, pengetahuan dan suasana lingkungan. Rasa mempunyai kecenderungan kepada keindahan. Letak keindahan adalah pada keharmonisan susunan sesuatu, harmonis antara unsur jasmani dengan rohani, harmonis antara cipta, rasa dan karsa, harmonis antara individu dengan masyarakat, harmonis susunan keluarga, harmonis hubungan

antara keluarga.

(6)

berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan keyakinan, perbedaan pengalaman, perbedaan lingkungan, perbedaan pendidikan dan sebagainya. Namun mempunyai kesamaan, yaitu keinginan mencapai kebahagiaan dan keutamaan kebaikan yang tertinggi sebagai tujuan hidup.

D. Karsa

Dalam diri manusia itu sendiri memiliki karsa yang berhubungan dengan rasio dan rasa. Karsa disebut dengan kemauan atau kehendak, hal ini tentunya berbeda dengan keinginan. Keinginan lebih mendekati pada senang atau cinta yang kadang-kadang berlawanan antara satu keinginan dengan keinginan lainnya dari seseorang pada waktu yang sama, keinginan belum menuju pada pelaksanaan. Kehendak atau kemauan adalah keinginan yang dipilih di antara keinginan-keinginan yang banyak untuk dilaksanakan. Adapun kehendak muncul melalui sebuah proses sebagai berikut : Ada stimulan kedalam panca indera Timbul keinginan-keinginan Timbul kebimbangan, proses memilih Menentukan pilihan kepada salah satu keinginan Keinginan yang dipilih menjadi salah satu kemauan, selanjutnya akan dilaksanakan. Perbuatan yang dilaksanakan dengan kesadaran dan dengan kehendaklah yang disebut dengan perbuatan budi pekerti.

E. Moral

Moral, etika dan akhlak memiliki pengertian yang sangat berbeda. Moral berasal dari bahasa latinyaitu mos, yang berarti adat istiadat yang menjadi dasar untuk mengukur apakah perbuatan seseorang baik atau buruk. Dapat dikatakan baik buruk suatu perbuatan secara moral, bersifat lokal. Sedangkan akhlak adalah tingkah laku baik, buruk, salah benar, penilaian ini dipandang dari sudut hukum yang ada di dalam ajaran agama.

(7)

F. Pembagian Akhlak Secara umum akhlak atau perilaku/perbuatan manusia terbagi menjadi dua; pertama; akhlak yang baik/mulia dan kedua; aklak yang buruk/tercela. a. Akhlak Baik (Al-Hamidah)

Jujur (Ash-Shidqu)

Berprilaku baik (Husnul Khuluqi)

Malu (Al-Haya’)

Rendah hati (At-Tawadlu’)

Murah hati (Al-Hilmu)

Sabar (Ash-Shobr)

Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, semoga Allah merelakannya, berkata, “Rasulullah SAW. bersabda”, “Ketika Allah mengumpulkan segenap makhluk pada hari kiamat kelak, menyerulah Penyeru”, “Di manakah itu, orang-orang yang utama (ahlul fadhl) ?”. Maka berdirilah sekelompok manusia, jumlah mereka sedikit, dengan cepatnya mereka bergegas menuju syurga, para malaikat berpapasan dengan mereka, lalu menyapa mereka. “Kami lihat kalian begitu cepat menuju syurga, sipakah kalian ?”. Orang-orang ini menjawab, “Kamilah itu orang-orang yang utama (ahlul fadhl)”. “Apa keutamaan kalian ?”, tanya para malaikat. Orang-orang ini memperjelas, “Kami, jika didzalimi, kami bersabar. Jika diperlakukan buruk, kami memaafkan. Jika orang lain khilaf pada kami, kamipun tetap bermurah hati”. Akhirnya dikatakan pada mereka, “Masuklah ke dalam syurga, karena demikian itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal”. Setelah itu menyerulah lagi penyeru, :”Di manakan itu, orang-orang yang bersabar (ahlush shabr) ?”. Maka berdirilah sekelompok manusia, jumlah mereka sedikit, dengan cepatnya mereka bergegas menuju syurga, para malaikat berpapasan dengan mereka, lalu menyapa mereka. “Kami lihat kalian begitu cepat menuju syurga, sipakah kalian ?”. Orang-orang ini menjawab, “Kamilah itu orang-orang yang sabar (ahlush shabr). “Kesabaran apa yang kalian maksud ?”, tanya para malaikat. Orang-orang ini memperjelas, “Kami sabar bertaat pada Allah, kamipun sabar tak bermaksiat padaNya. Akhirnya Dikatakan pada mereka, “Masuklah ke dalam syurga, karena demikian itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal”. (Hilyatul Auliyaa’/ Juz III/ Hal. 140) b. Akhlak Buruk (Adz-Dzamimah) Mencuri/mengambil bukan haknya

Iri hati

Membicarakan kejelekan orang lain (bergosip)

Membunuh

(8)

Akhlak pribadi Yang paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya sendiri, maka hendaknya seseorang itu menginsyafi dan menyadari dirinya sendiri, karena hanya dengan insyaf dan sadar kepada diri sendirilah, pangkal kesempurnaan akhlak yang utama, budi yang tinggi. Manusia terdiri dari jasmani dan rohani, disamping itu manusia telah mempunyai fitrah sendiri, dengan semuanya itu manusia mempunyai kelebihan dan dimanapun saja manusia mempunyai perbuatan.

Akhlak berkeluarga

Akhlak ini meliputi kewajiban orang tua, anak, dan karib kerabat. Kewajiban orang tua terhadap anak, dalam islam mengarahkan para orang tua dan pendidik untuk memperhatikan anak-anak secara sempurna, dengan ajaran –ajaran yang bijak, setiap agama telah memerintahkan kepada setiap oarang yang mempunyai tanggung jawab untuk mengarahkan dan mendidik, terutama bapak-bapak dan ibu-ibu untuk memiliki akhlak yang luhur, sikap lemah lembut dan perlakuan kasih sayang. Sehingga anak akan tumbuh secara sabar, terdidik untuk berani berdiri sendiri, kemudian merasa bahwa mereka mempunyai harga diri, kehormatan dan kemuliaan. Seorang anak haruslah mencintai kedua orang tuanya karena mereka lebih berhak dari segala manusia lainya untuk engkau cintai, taati dan hormati. Karena keduanya memelihara,mengasuh, dan mendidik, menyekolahkan engkau, mencintai dengan ikhlas agar engkau menjadi seseorang yang baik, berguna dalam masyarakat, berbahagia dunia dan akhirat. Dan coba ketahuilah bahwa saudaramu laki-laki dan permpuan adalah putera ayah dan ibumu yang juga cinta kepada engkau, menolong ayah dan ibumu dalam mendidikmu, mereka gembira bilamana engkau gembira dan membelamu bilamana perlu. Pamanmu, bibimu dan anak-anaknya mereka sayang kepadamu dan ingin agar engkau selamat dan berbahagia, karena mereka mencintai ayah dan ibumu dan menolong keduanya disetiap keperluan.

Akhlak bermasyarakat

(9)

norma-norma kesusilaan yang berlaku.

Akhlak bernegara

Mereka yang sebangsa denganmu adalah warga masyarakat yang berbahasa yang sama denganmu, tidak segan berkorban untuk kemuliaan tanah airmu, engkau hidup bersama mereka dengan nasib dan penanggungan yang sama. Dan ketahuilah bahwa engkau adalah salah seorang dari mereka dan engkau timbul tenggelam bersama mereka.

Akhlak beragama

Akhlak ini merupakan akhlak atau kewajiban manusia terhadap tuhannya, karena itulah ruang lingkup akhlak sangat luas mencakup seluruh aspek kehidupan, baik secara vertikal dengan Tuhan, maupun secara horizontal dengan sesama makhluk Tuhan. H. Kedudukan dan Keistimewaan Akhlak dalam Islam Dalam keseluruhan ajaran Islam akhlak menempati kedudukan yang istimewa dan sangat penting. Hal itu dapat dilihat dalam beberapa nomor berikut : Rasulullah SAW menempatkan penyempurnaan akhlak yang mulia sebagai risalah

pokok Islam.

Akhlak merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan Nabi SAW bersabda yang maksudnya: “Sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnakan budipekerti yang mulia.” (H.R.Ahmad)

(10)

yang mulia, senang kepada kebenaran dan keadilan, toleransi, mematuhi janji, lapang dada dan tenang dalam menghadapi segala halangan dan rintangan. Akhlak yang baik akan mengangkat manusia ke darjat yang tinggi dan mulia. Akhlak yang buruk akan membinasakan seseorang insan dan juga akan membinasakan ummat manusia. Manusia yang mempunyai akhlak yang buruk senang melakukan sesuatu yang merugikan orang lain. Senang melakukan kekacauan, senang melakukan perbuatan yang tercela, yang akan membinasakan diri dan masyarakat seluruhnya. Nabi s.a.w.bersabda yang bermaksud: “Orang Mukmin yang paling sempurna imannya, ialah yang paling baik akhlaknya.” (H.R.Ahmad)

Manusia yang paling baik akhlaknya ialah junjungan kita Nabi s.a.w. sehingga budi pekerti beliau tercantum dalam al-Quran, Allah berfirman yang maksudnya: “Sesungguhnya engkau (Muhammad), benar-benar berbudi pekerti yang agung. “Sesuatu Ummat bagaimanapun hebat Kekuatan dan Kekayaan yang dimilikinya, akan tetapi jika budi pekertinya telah binasa, maka Ummat itu akan mudah binasa. Manusia yang tidak punya akhlak, mereka sanggup melakukan apa saja untuk kepentingan dirinya. Mereka sanggup berbohong, membuat fitnah, menjual marwah diri dan keluarga, malah dengan tidak segan silu lagi dia menjual Agama dan negaranya. Allah SWT menciptakan manusia dengan tujuan utama penciptaannya adalah untuk beribadah. Ibadah dalam pengertian secara umum yaitu melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangannya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Manusia diperintahkan-Nya untuk menjaga, memelihara dan mengembangkan semua yang ada untuk kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Dan Allah SWT sangat membeci manusia yang melakukan tindakan merusak yang ada. Maka karena Allah SWT membenci tindakan yang merusak maka orang yang cerdas akan meninggalkan perbuatan itu, dia sadar bahwa jika melakukan perbuatan terlarang akan berakibat pada kesengsaraan hidup di dunia dan terlebih-lebih lagi di akhirat kelak, sebagai tempat hidup yang sebenarnya. Maka intinya manusia harus berakhlak yang mulia.

sumber :

http://kuntummawar.wordpress.com/2013/05/16/makalah-akhlak/

MAKALAH AGAMA ISLAM | Contoh makalah agama islam tentang akhlak Share on Facebook Twitter Google+

Berita :

(11)

 MAKALAH SENI DAN IPTEK MENURUT KAJIAN ISLAM MAKALAH SENI DAN IPTEK MENURUT KAJIAN ISLAM BAB I

PENDAHULUAN 1.Latar Belakang Perkembangan Sains d ...

 MAKALAH AGAMA ISLAM AQIDAH TAUHID PENDIDIKAN AGAMA ISLAMAKIDAH (TAUHID)ABSTRAKMakalah ini menjelaskan tentang aqidah, dan dimulai dengan penger ...

 CONTOH MAKALAH AGAMA ISLAM MAKALAH HUKUM ISLAM BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hukum adalah ...

Newer Post Older Post Home

Terkini

Bacaan Surat Yasin dalam Bahasa Arab, Bahasa Latin dan Terjemahanya dalam Bahasa Indonesia

CONTOH SURAT SERAH TERIMA JABATAN OSIS

Contoh Pembawa Acara Pembukaan Akreditasi Sekolah/Madarasah

Contoh Surat Keputusan Kepala Sekolah tentang Penetapan tidak adanya Iuran Siswa Contoh Surat Edaran Sekolah Tidak Adanya Biaya Daftar Ulang Bagi Siswa

Contoh Surat Undangan Rapat Komite Awal Tahun Ajaran Sejarah dan Makna Idul Adha | Pendidikan Agama Islam

Artikel Kesukaan

 Contoh Naskah Amanat Pembina Upacara Bendera Hari Senin

(12)

 Cara Mengenal dan Belajar Kunci Gitar dengan Mudah

 MAKALAH SENI RUPA

 KUMPULAN ADMINISTRASI SEKOLAH LENGKAP | PANDUAN AKREDITASI SEKOLAH

© www.mediapustaka.Com | Privacy Policy | About Us

Referensi

Dokumen terkait

Dalam usaha kita untuk menganalisa masalah pendidikan sesuai dengan Sadar operasional yang telah kita uraikan diatas maka Ruang lingkup Pendidikan Islam memiliki

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hibah adalah merupakan suatu pemberian yang bersifat sukarela (tidak ada sebab dan musababnya) tnpa da kontra prestasi dari

Sebagai kritik atas masa lalu, zaman modern banyak memutus nilai-nilai dan jalan hidup tradisional dan digantikan dengan nilai-nilai baru berdasar sains yang dicapai manusia. Di era

Dalam menentukan atau menetapkan hukum-hukum ajaran Islam para mujtahid telah berpegang teguh kepada sumber-sumber ajaran Islam. Sumber pokok ajaran Islam adalah Al-Qur’an

Konsep yang dikemukakan oleh Kim Sunhuhyuk dalam konteks Korea Selatan, ia menyatakan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat madani adalah suatu satuan yang terdiri dari kelompok

Dimana khitbah merupakan tahapan untuk menuju pernikahan yang selama masa khitbah, pergaulan antara laki-laki dan perempuan melanggar batas-batas yang

Dengan demikian Islam tidaklah datang untuk menghancurkan budaya yang telah dianut suatu masyarakat, akan tetapi dalam waktu yang bersamaan Islam menginginkan

Faham kebatinan ini dalam telah ada sejak Islam bersentuhan dengan budaya Jawa Hindu, justru perpaduan antara mistik Islam dan Hindu Budha itulah yang menghasilkan mistik