• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Metode Dempster-Shafer untuk Mendeteksi Penyakit Diabetes Mellitus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Implementasi Metode Dempster-Shafer untuk Mendeteksi Penyakit Diabetes Mellitus"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Ilmu Komputer

Universitas Brawijaya

2956

Implementasi Metode Dempster-Shafer untuk Mendeteksi Penyakit

Diabetes Mellitus

Januar Dwie Amanda1, Nurul Hidayat2, Marji3

Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email: 1[email protected], 2[email protected], 3[email protected]

Abstrak

Deteksi secara dini dapat meminimalisir resiko kematian penderita Diabetes Mellitus serta untuk penanganan awal penyakit ini. Proses deteksi yang ada selama ini masih manual, hal ini bergantung pada pakar penyakit organ dalam tubuh manusia yang jumlahnya tergolong terbatas serta biaya diagnosa yang relatif mahal. Pemanfaatan implementasi sistem proses deteksi menjadi lebih mudah dan singkat. Pakar penyakit ini dapat melakukan deteksi penyakit Diabetes Mellitus lebih awal dan mudah. Pada penelitian ini penyakit diabetes mellitus yang dapat dideteksi sebanyak 3 jenis menggunakan metode Dempster-Shafer dengan masukan gejala dari pengguna. Metode tersebut digunakan untuk mengolah data gejala penyakit Diabetes Mellitus dalam hasil perhitungan presentase sebesar 100%, sedangkan hasil pengujian sistem antara deteksi hasil perhitungan metode Demspter Shafer menggunakan 11 data kasus memiliki tingkat keakurasian sebesar 81,81%.

Kata kunci: Dempster-Shafer, Deteksi, Diabetes Mellitus

Abstract

Early detection can minimize the risk of death from Diabetes Mellitus disease and first treatment for this disease. The detection that existed so far is still don manually, which means it depend on the expert who very limited on itquantity and also it diagnosis are costly. The disease expert can detect Diabetes Mellitus earlier and cheap. On this research this kind of Diabetes Mellitus that can be detected as many as 3 disease using Demspster-Shafer Method with input from user of symptoms. The method is used to analyze the data of system accuracy test between the detection and the result of Dempster-Shafer method calculation with 11 case data has the data accuracy level of 81,81%.

Keywords: Dempster-Shafer, Detection , Diabetes Mellitus

1. PENDAHULUAN

Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit yang penderitanya cukup tingg Kebanyakan penderita penyakit ini tidak sadar bahwa dirinya telah mengidap Diabetes Mellitus. Diagnosa membutuhkan waktu yang cukup lama dan biaya yang cukup mahal dikarenakan penderita harus melakikan cek darah untuk mengetahui penderita mengidap penyakit ini atau tidak..

Pada penelitian yang dilakukan oleh Budi Cahyo Saputro , Rosa Delima, dan Joko Purwadi

(2011) yang berjudul “Sistem Deteksi Penyakit Diabetes Mellitus Menggunakan metode Certainty Factor” menyimpulkan bahwa banyak orang awalnya tidak tahu bahwa dirinya menderita diabetes mellitus, di negara-negara

(2)

pasien dan keluarganya yang bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai gejala, pencegahan, dan informasi umum seputar penyakit Diabetes Mellitus. Oleh sebab itu, masyarakat perlu dibantu dalam pendeteksian penyakit ini. Pengetahuan yang dimiliki oleh para pakar atau ahli dalam bidang penyakit Diabetes Mellitus dapat membantu masyarakat umum lebih cepat dalam pendeteksian penyakit ini melalui gejala – gejala yang timbul. Pengetahuan yang dimiliki oleh pakar ini dapat diperoleh oleh teknisi kesehatan dengan bantuan teknologi saat ini tanpa harus mendatangi pakar secara langsung.

2. LANDASAN KEPUSTAKAAN

2.1 Dempster-Shafer

Andino Maseleno dan Mahmud Hasan (2011) dalam penelitiannya yang berjudul

Avian Influenza (H5N1) Expert System using Dempster-Shafer Theory” menyimpulkan bahawa sistem pakar yang dibangun dapat memberikan hasil beserta tingkat kebenarannya berdasarkan nilai kepercayaan yang dimiliki oleh gejala masing-masing kasus.

2.2 Diabetes Mellitus

Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Tubuh penderita Diabetes Mellitus tidak dapat memproduksi hormon insulin atau tidak mampu memanfaatkan insulin sehingga berakibat tingginya kadar gula dalam darah dikarenakan insulin tidak mampu mengurangi kadar gula. Penyakit ini bersifat kronis yang dapat muncul dan berkembang dengan lambat namun pasti yang mengakibatkan komplikasi hampir di seluruh organ penderita seperti mata, otak, jantung , ginjal, infeksi yang sulit diobati yang berakibat pembusukan pada jaringan tubuh sehingga harus dioperasi atau bahkan dilakukan pemotongan (amputasi) pada jaringan tubuh yang terkena infeksi.

3. IMPLEMENTASI

Bab ini membahas tentang implementasi perangkat lunak berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis kebutuhan dan proses perancangan perangkat lunak yang dibuat. Pembahasan terdiri dari penjelasan tentang spesifikasi sistem, batasan-batasan

implementasi, implementasi algoritma pada program dan implementasi antarmuka

5.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras

Gambar 1. Pohon Implementasi

3.1 Perhitungan Metode Dempster-Shafer

Perhitungan manual berfungsi untuk memberikan gambaran umum perancangan sistem yang dibangun. Contoh manualisasi akan dibagi menjadi 3 kasus, yaitu kasus 1 dengan perhitungan 1 gejala yang dimasukkan, kasus 2 dengan perhitungan 3 gejala dan kasus 3 dengan perhitungan 5 gejala. Dengan kasus 2 dan 3 adalah perkembangan penambahan gejala dari perhitungan kasus 1.

a. Kasus 1 (Perhitungan 1 Gejala)

Pada kasus 1 ini akan diberikan contoh 1 gejala yang terjadi pada salah satu penyakit, misal banyak makan atau Polifagia.

Gejala 1: Banyak makan (Polifagia) Apabila setelah diamati pasien mengalami Polifagia dengan densitas m{DM2} = 0,8 sebagai gejala dari Diabetes Mellitus Type 2 untuk m1 nilai densitas yang dipilih adalah yang tertinggi, maka:

𝑚1{𝐷𝑀2} = 0,8 𝑚1{θ} = 1 − 0,8 = 0,2

Sehingga dapat dihitung menggunakan persamaan (2-3).

𝑚1{𝐷𝑀2} =1 − 0 = 0,80,8

𝑚1{θ} =1 − 0 = 0,20,2

b. Kasus 2 (Perhitungan 3 Gejala)

(3)

gejala. Pada perhitungan deteksi gejala penyakit mengacu pada nilai densitas yang ada.

Gejala 1: Banyak Makan (Polifagia) Apabila setelah dilakukan observasi mengalami Polifagia dengan densitas m{DM2} = 0,8 sebagai gejala dari Diabetes Mellitus Type 2 untuk m1 nilai densitas yang dipilih adalah yang tertinggi, maka:

𝑚1{𝐷𝑀2} = 0,8

𝑚1{θ} = 1 − 0,8 = 0,2

Gejala 2: Sering Buang Air Kecil

Kemudian gejala selanjutnya adalah sering buang air kecil dengan densitas m{DM2} = 0,9 sebagai gejala dari Diabetes Mellitus Type 2 untuk m2 nilai densitas yang dipilih adalah yang tertinggi, maka:

𝑚2{𝐷𝑀2} = 0,9 𝑚2{θ} = 1 − 0,9 = 0,1

Maka dihitung nilai densitas baru untuk beberapa kombinasi dengan fungsi densitas m3 dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Aturan Kombinasi untuk m3 Kasus 3

m1 m2

{DM2} (0,9) {ϴ} (0,1)

{DM2} (0,8) {DM2} (0,72) {DM2} (0,08)

{ϴ} (0,2) {DM2} (0,18) {ϴ} (0,02)

Dari tabel 1 ditunjukkan {DM2} diperoleh dari irisan antara m1{DM2} dan m2{DM2} sehingga dapat dihitung 0,8 x 0.9 menghasilkan 0,72. Demikian pula irisan m1{ ϴ } dan m2{DM2} dapat dihitung 0,2 x 0,9 menghasilkan 0,18 serta irisan m1{DM2} dan m2{ ϴ } dapat dihitung 0,8 x 0,1 menghasilkan 0,08.

{DM2} ∩ {DM2} = {DM2}

0,8 * 0,9 = 0,72

{DM2} = 0,72

 {ϴ} ∩ {DM2} = {DM2}

0,2 * 0,9 = 0,18

{DM2} = 0,18

{ DM2} ∩ {ϴ} = {DM2}

0,8 * 0,1 = 0,08

{DM2} = 0,08

 {ϴ} ∩ {ϴ} = {ϴ}

0,2 * 0,1 = 0,02

{ϴ} = 0,02

Sehingga dapat dihitung menggunakan persamaan (2-3)

𝑚3{𝐷𝑀2} =0,72 + 0,18 + 0,081 − 0 = 0,98

𝑚3{𝜃} =1 − 0 = 0,020,02

Gejala 3: Banyak Minum (Polidipsia)

Kemudian gejala ketiga adalah banyak minum dengan densitas m{DM1} = (0,8); m{DM2} = (0,8) sebagai gejala dari Diabetes Mellitus Type 1 dan Diabetes Mellitus Type 2 untuk m4 nilai densitas yang dipilih yang tertinggi, maka:

𝑚4{𝐷𝑀1, 𝐷𝑀2} = 0,8

𝑚4{θ} = 1 − 0,8 = 0,2

Maka dihitung nilai densitas baru untuk beberapa kombinasi dengan fungsi densitas m5 dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Aturan Kombinasi untuk m5 Kasus 3

m3 m4

{DM1,DM2} (0,8) {ϴ} (0,2)

{DM2} (0,98) {DM2} (0,784) {DM2} (0,196)

{ϴ} (0,02) {DM1,DM2} (0,016) {ϴ} (0,004)

Dari tabel 2 ditunjukkan {DM2} diperoleh dari irisan antara m3{DM2} dan m4{DM1,DM2} sehingga dapat dihitung 0,98 x 0.8 menghasilkan 0,784. Demikian pula irisan m3{ DM2 } dan m4{ ϴ } dapat dihitung 0,98 x 0,2 menghasilkan 0,96. Untuk {DM1,DM2} diperoleh dari irisan m3{ ϴ } dan m2{ DM1,DM2 } sehingga dapat dihitung 0,02 x 0,8 menghasilkan 0,016.

{DM2} ∩ {DM1,DM2} = {DM2}

0,98 * 0,8 = 0,784

{DM2} = 0,784

 {ϴ} ∩ {DM1,DM2} = {DM1,DM2}

0,02 * 0,8 = 0,016

{DM1,DM2} = 0,016

{DM2} ∩ {ϴ} = {DM2}

0,98 * 0,2 = 0,196

(4)

 {ϴ} ∩ {ϴ} = {ϴ}

0,02 * 0,2 = 0,004

{ϴ} = 0,004

Sehingga dapat dihitung menggunakan persamaan (2-3).

𝑚5{𝐷𝑀2} =0,784 + 0,1961 − 0 = 0,98

𝑚5{𝐷𝑀1, 𝐷𝑀2} =0,0161 − 0 = 0,016

𝑚5{𝜃} =0,0041 − 0 = 0,004

c. Kasus 3 (Perhitungan 5 Gejala)

Pada kasus 3 ini akan diberikan contoh dengan memasukkan 5 gejala. Pada perhitungan ini diibaratkan seseorang penyakit Diabetes Mellitus dengan gejala banyak makan, sering buang air kecil, banyak minum, berat badan turun tanpa alasan yang jelas dan gatal - gatal. Perhitungan deteksi penyakit ini mengacu pada nilai densitas yang ada pada akuisisi nilai densitas gejala.

Gejala 1: Banyak makan (Polifagia)

Apabila setelah dilakukan observasi Banayk makan dengan densitas m{DM2} = 0,8 sebagai gejala dari Diabetes Mellitus Type 2 untuk m1 nilai densitas yang dipilih adalah yang tertinggi, maka:

𝑚1{𝐷𝑀2} = 0,8 𝑚1{θ} = 1 − 0,8 = 0,2

Gejala 2: Sering buang air kecil

Kemudian gejala selanjutnya adalah sering buang air kecil dengan densitas m{DM2} = 0,9 sebagai gejala dari Diabetes Mellitus Type 2 untuk m2 nilai densitas yang dipilih adalah yang tertinggi, maka:

𝑚2{𝐷𝑀2} = 0,9 𝑚2{θ} = 1 − 0,9 = 0,1

Maka dihitung nilai densitas baru untuk beberapa kombinasi dengan fungsi densitas m3 dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Aturan Kombinasi untuk m3 Kasus 3

m1 m2

{DM2} (0,9) {ϴ} (0,1)

{DM2} (0,8) {DM2} (0,72) {DM2} (0,08)

{ϴ} (0,2) {DM2} (0,18) {ϴ} (0,02)

Dari tabel 3 ditunjukkan {DM2} diperoleh dari irisan antara m1{DM2} dan m2{DM2} sehingga dapat dihitung 0,8 x 0.9 menghasilkan 0,72. Demikian pula irisan m1{ ϴ } dan m2{DM2} dapat dihitung 0,2 x 0,9 menghasilkan 0,18 serta irisan m1{DM2} dan m2{ ϴ } dapat dihitung 0,8 x 0,1 menghasilkan 0,08.

{DM2} ∩ {DM2} = {DM2}

0,8 * 0,9 = 0,72

{DM2} = 0,72

 {ϴ} ∩ {DM2} = {DM2}

0,2 * 0,9 = 0,18

{DM2} = 0,18

{DM2} ∩ {ϴ} = {DM2}

0,8* 0,1 = 0,08

{DM2} = 0,08

 {ϴ} ∩ {ϴ} = {ϴ}

0,2 * 0,1 = 0,02

{ϴ} = 0,02

Sehingga dapat dihitung menggunakan persamaan (2-3).

𝑚3{𝑃1} =0,72 + 0,18 + 0,081 − 0 = 0,98

𝑚3{𝜃} =1 − 0 = 0,020,02

Gejala 3: Banyak Minum (Polidipsia)

Kemudian gejala ketiga adalah Banyak minum dengan densitas m{DM1} = (0,8); m{DM2} = (0,8) sebagai gejala dari Diabetes Mellitus Type 1 dan Diabetes Mellitus Type 2 untuk m4 nilai densitas yang dipilih yang tertinggi, maka:

𝑚4{𝐷𝑀1, 𝐷𝑀2} = 0,8 𝑚4{θ} = 1 − 0,8 = 0,2

Maka dihitung nilai densitas baru untuk beberapa kombinasi dengan fungsi densitas m5 dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Aturan Kombinasi untuk m5 Kasus 3

m3 m4

{DM1,DM2} (0,8) {ϴ} (0,2)

{DM2} (0,98) {DM2} (0,784) {DM2} (0,196)

(5)

Dari tabel 4 ditunjukkan {DM2} diperoleh dari irisan antara m3{DM2} dan m4{DM1,DM2} sehingga dapat dihitung 0,98 x 0.8 menghasilkan 0,784. Demikian pula irisan m3{ DM2 } dan m4{ ϴ } dapat dihitung 0,98 x 0,2 menghasilkan 0,96. Untuk {DM1,DM2} diperoleh dari irisan m3{ ϴ } dan m2{ DM1,DM2 } sehingga dapat dihitung 0,02 x 0,8 menghasilkan 0,016.

{DM2} ∩ {DM1,DM2} = {DM2}

0,98 * 0,8 = 0,784

{DM2} = 0,784

 {ϴ}∩ {DM1,DM2} = {DM1,DM2}

0,02 * 0,8 = 0,016

{DM1,DM2} = 0,016

 {DM2} ∩ {ϴ} = {DM2}

0,98 * 0,2 = 0,196

{DM2} = 0,196

 {ϴ} ∩ {ϴ} = {ϴ}

0,02 * 0,2 = 0,002

{ϴ} = 0,002

Sehingga dapat dihitung menggunakan persamaan (2-3).

𝑚5{𝐷𝑀2} =0,784 + 0,1961 − 0 = 0,98

𝑚5{𝐷𝑀1, 𝐷𝑀2} =0,0161 − 0 = 0,016

𝑚5{𝜃} =0,0021 − 0 = 0,002

Gejala 4: Turunnya Berat Badan Tanpa Alasan yang Jelas

Selanjutnya turunnya berat badan tanpa alasan yang jelas dengan densitas m{DM2} = 0,1 gejala dari Diabetes Mellitus Type 1 dan m{DM2} = 0,5 gejala dari Diabetes Mellitus Type 2 untuk m6 nilai densitas yang dipilih adalah yang tertinggi, maka:

𝑚6{𝐷𝑀1, 𝐷𝑀2} = 0,5

𝑚6{θ} = 1 − 0,5 = 0,5

Maka dihitung nilai densitas baru untuk beberapa kombinasi dengan fungsi densitas m7 dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Aturan Kombinasi untuk m7 Kasus 3

m5

m6

{DM1,DM2}

(0,5) {ϴ} (0,5)

{DM2} (0,980) {DM2} (0,4900) {DM2} (0,4900)

{DM1,DM2} (0,016)

{DM1,DM2} (0,0080)

{DM1,DM2} (0,0504)

{ϴ} (0,002) {DM1,DM2}

(0,0010) {ϴ} (0,0010)

Dari tabel 5 ditunjukkan {DM2} diperoleh dari irisan antara m5{DM2} dan m6{DM1,DM2} sehingga dapat dihitung 0,98 x 0.5 menghasilkan 0,49. Demikian pula irisan m5{ DM2 } dan m6{ ϴ } dapat dihitung 0,98 x 0,5 menghasilkan 0,49. Untuk {DM1,DM2} diperoleh dari irisan m5{ DM1,DM2 } dan m6{ DM1,DM2 } sehingga dapat dihitung 0,016 x 0,5 menghasilkan 0,008. Irisan m5{ DM1,DM2} dan m6{ ϴ } dapat dihitung 0,016 x 0,5 menghasilkan 0,0504. Irisan m5{ ϴ } dan m6{DM1,DM2} dapat dihitung 0,002 x 0,5 menghasilkan 0,0010.

 {DM2} ∩ {DM1,DM2} = {DM2}

0,98 * 0,5 = 0,4900

{DM2} = 0,4900

{DM1,DM2} ∩ {DM1,DM2} = {DM1,DM2}

0,016* 0,5 = 0,0080

{DM1,DM2} = 0,0080

 {ϴ}∩ {DM1,DM2} = {DM1,DM2}

0,002* 0,5 = 0,0010

{DM1,DM2} = 0,0010

{DM2} ∩ {ϴ} = {DM2}

0,98 * 0,5 = 0,4900

{DM2} = 0,4900

{DM1,DM2} ∩ {ϴ} = {DM1,DM2}

0,016 * 0,5 = 0,0080

{DM1,DM2} = 0,0080

 {ϴ} ∩ {ϴ} = {ϴ}

0,002 * 0,5 = 0,0010

{ϴ} = 0,0010

Sehingga dapat dihitung menggunakan persamaan (2-3).

(6)

𝑚7{𝐷𝑀1, 𝐷𝑀2} =0,008 + 0,0081 − 0 = 0,016

𝑚7{𝜃} =0,001 + 0,0011 − 0 = 0,002

Gejala 5: Gatal - Gatal

Kemudian selanjutnya adalah sesak nafas m{D1} = 0,1; m{DM2} = 0,2; m{DMG} = 0,2 sebagai gejala dari Diabetes Mellitus Type 1, Diabetes Mellitus Type 2 dan Diabetes Mellitus Gestational dengan nilai densitas, untuk m8 nilai sensitas yang dipilih adalah yang terbesar, maka:

𝑚8{𝐷𝑀1, 𝐷𝑀2, 𝐷𝑀𝐺} = 0,2 𝑚8{θ} = 1 − 0,2 = 0,8

Maka dihitung nilai densitas baru untuk beberapa kombinasi dengan fungsi densitas m8 dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Aturan Kombinasi untuk m9 Kasus 3

m7

m8

{DM1,DM2,DMG}

(0,2) {ϴ} (0,8)

{DM2} (0,98) {DM2} (0,196) {DM2} (0,784)

{DM1,DM2} (0,016)

{DM1,DM2} (0,0032)

{DM1,DM2} (0,0128)

{ϴ} (0,002) {DM1,DM2,DM3}

(0,0004) {ϴ} (0,0016)

Dari tabel 6 ditunjukkan {DM2} diperoleh dari irisan antara m7{DM2} dan m8{DM1,DM2,DMG} sehingga dapat dihitung 0,98 x 0.2 menghasilkan 0,196. Demikian pula irisan m7{ DM2 } dan m8{

ϴ } dapat dihitung 0,98 x 0,8 menghasilkan

0,784. Untuk {DM1,DM2} diperoleh dari irisan m7{ DM1,DM2 } dan m8{ DM1,DM2,DMG } sehingga dapat dihitung 0,016 x 0,2 menghasilkan 0,0032. Irisan m7{ DM1,DM2} dan m8{ ϴ } dapat dihitung 0,016 x 0,8 menghasilkan 0,0128. Untuk {DM1,DM2,DMG} diperoleh dari Irisan m7{ ϴ } dan m8{DM1,DM2,DMG} dapat dihitung 0,002 x 0,2 menghasilkan 0,0004.

{DM2} ∩ {DM1,DM2,DMG} = {DM2}

0,98 * 0,2 = 0,196

{DM2} = 0,196

{DM1,DM2} ∩ {DM1,DM2,DMG} =

{DM1,DM2}

0,016 * 0,2 = 0,0032

{DM1,DM2} = 0,0032

 {ϴ} ∩ {DM1,DM2,DMG} =

{DM1,DM2,DMG}

0,002* 0,2 = 0,0004

{DM1,DM2,DMG} = 0,0004

{DM2} ∩ {ϴ} = {DM2}

0,98* 0,8 = 0,784

{DM2} = 0,784

 {DM1,DM2} ∩ {ϴ} = {DM1,DM2}

0,016 * 0,8 = 0,0128

{DM1,DM2} = 0,0128

 {ϴ} ∩ {ϴ} = {ϴ}

0,002 * 0,8 = 0,0016

{ϴ} = 0,0016

Sehingga dapat dihitung menggunakan persamaan (2-3).

𝑚9{𝐷𝑀2} =0,196 + 0,7841 − 0 = 0,98

𝑚9{𝐷𝑀1, 𝐷𝑀2} =0,0032 + 0,01281 − 0

= 0,016 𝑚9{𝐷𝑀1, 𝐷𝑀2, 𝐷𝑀𝐺}

=0,0004 + 0,01281 − 0 = 0,0132

𝑚9{𝜃} =0,00161 − 0 = 0,0016

3.2 Tampilan

(7)

Gambar 3. Menu Utama

4. PENGUJIAN DAN ANALISIS

4.1 Pengujian Fungsionalitas

Pada bagian ini akan dijelaskan tentang skenario pengujian yang akan dilakukan pada skenario pengujian pertama yaitu pengujian fungsionalitas merupakan pengujian yang dilakukan terhadap sistem untuk mengetahui apakah sistem yang dibangun telah sesuai dengan daftar kebutuhan yang telah ditentukan.

Proses analisa terhadap hasil pengujian fungsionalitas dilakukan dengan melihat kesesuaian antara hasil yang diharapkan berdasarkan kebutuhan sistem dengan hasil kinerja sistem memiliki kesesuaian 100%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa implementasi dan fungsionalitas dari sistem pendeteksi penyakit Diabetes Mellitus dapat berjalan dengan daftar kebutuhan yang ada.

4.2 Pengujian Akurasi

Pengujian tingkat akurasi dilakukan untuk mengetahui performa dari sistem pendeteksi penyakit Diabetes Mellitus menggunakan metode Dempster-Shafer. Pengujian akurasi dilakukan dengan cara membandingkan data hasil deteksi sistem dengan data hasil deteksi pakar.

Tabel 7. Tabel pengujian akurasi

No

Proses analisa dari pengujian akurasi sistem pendeteksi penyakit Diabetes Mellitus menggunakan metode dempster shafer dilakukan berdasarkan perbandingan hasil deteksi sistem dengan deteksi pakar. Berdasarkan perbandingan hasil diagnosa sistem dengan diagnosa pakar pada tabel 7 diketahui dari 11 data yang diuji, persentase kebenaran sistem adalah 81,81% (9 deteksi kasus).

5. PENUTUP

Berdasarkan pada hasil perancangan, implementasi dan pengujian sistem yang telah dilakukan maka kesimpulan yang didapat sebagai berikut:

1. Pemodelan sistem untuk medeteksi penyakit Diabetes Mellitus menggunakan metode Dempster-Shafer dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mendeteksi penyakit Diabetes Mellitus. Sistem diimplementasikan dengan menggunakan gejala yang telah diberikan nilai densitas. 2. Pemodelan sistem untuk mendeteksi

penyakit Diabetes Mellitus menggunakan metode Dempster-Shafer dapat digunakan mendeteksi penyakit Diabetes Mellitus pengujian 18 gejala dari 3 penyakit yang ada pada sistem.

a. Hasil pengujian fungsionalitas pemodelan sistem untuk medeteksi penyakit Diabetes Mellitus menggunakan metode Dempster-Shafer memiliki tingkat presentase 100%. b. Hasil pengujian akurasi pemodelan

sistem untuk medeteksi penyakit Diabetes Mellitus menggunakan metode Dempster-Shafer memiliki tingkat kesesuaian presentase sebesar 81,81%.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Ermayani, Dewi. 2012. “Aplikasi Diagnosa Penyakit Jantung Koroner Menggunakan Metode Dempster-Shafer”. Universitas Caltex. Riau.

Fadhlil, Abdul. 2013. “Sistem untuk Mendiagnosa Saluran Pencernaan menggunakan Metode Dempster-Shafer”. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.

Jogiyanto HM. 2008. “Metode Penelitian Sistem

Informasi”. Andi Offset. Yogyakarta. Kadir, A. 2010. “Konsep dan Tuntutan Praktis

Basis Data”. Andi Offset.

Kusumadewi Sri. 2003. “Atificial Intelligence

(Teknik dan Aplikasinya)”. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Listiyono, Hersatoto. 2008. “Merancang dan

Membuat Sistem”. Jurnal Fakultas Teknologi Informasi Universitas Stikubank. Semarang.

Maseleno, Andino. 2011. “Avian Influenza Expert System using Dempster-Shafer”. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.

Mulyanto, A. 2009. “Sistem Informasi dan

Konsep Aplikasi”. Pustaka Fajar. Yogyakarta.

Nahampun, Maruli Tua. 2014. “Sistem Diagnosa Penyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit Dengan Metode Demspter-Shafer

Prihatini, Putu Manik. 2011. “Metode Ketidakpastian dan Kesamaran dalam

Sistem”. Politeknik Negeri Bali. Bali. Rikhiana, Esthi Dyah. 2013. “Implementasi

Sistem Untuk Mendiagnosa Penyakit Dalam Pada Manusia Menggunakan Metode Dempster-Shafer”. Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta.

Rimawati. 2012. “Perancangan Aplikasi Sistem untuk Mendiagnosa Penyakit Ginjal dengan Metode Dempster-Shafer”. STMIK Budi Darma. Medan.

Saputro, Budi Cahyo. 2011. “Sistem Deteksi Penyakit Diabetes Mellitus Menggunakan

metode Certainty Factor”. Universitas Kristen Duta Wacana. Yogyakarta.

Shara Kurnia Trisnawati. 2013. “Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melelitus Tipe II Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta

Barat Tahun 2012”. STIKes MH. Thamrin. Jakarta Timur.

Sulistyohati, Aprili. 2008. “Aplikasi Sistem Diagnosa Penyakit Ginjal Dengan Metode Dempster - Shafer”. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.

Yuliani, Fadma. 2014. “Hubungan Berbagai Faktor Risiko Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Penderita Diabetes

Melitus tipe 2”. Universitas Andalas. Padang.

Wahyuni, Elyza Gustri. 2013. “Prototype Sistem untuk Mendeteksi Tingkat resiko Penyakit Jantung Koroner dengan Metode

Dempster-Shafer”. Universitas Islam Indonesia. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Yogmalanda, Taufiqillahi Nissano. 2016.

Gambar

Gambar 1. Pohon Implementasi
Tabel 4. Aturan Kombinasi untuk m5 Kasus 3
Gambar 2. Form Login
Tabel 7. Tabel pengujian akurasi

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya rasio ROE saja yang memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap pergerakan harga saham sedangkan rasio lainnya, yaitu rasio NPM dan

Nilai koefisien determinasi yang dihasilkan adalah 0,663 berarti besarnya pengaruh iklan, promosi penjualan, hubungan masyarakat dan publisitas, pemasaran langsung

Hasil penelitian menunjukkan varietas BME 3234, BME 3284 dan BME 3223 memiliki jumlah bunga yang lebih tinggi pada dataran menengah, sedangkan varietas Melindo 10

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Menggambar Teknik khususnya pada materi peralatan serta

Secara garis besar, penulis dapat menyimpulkan bahwa untuk dapat menciptakan kreativitas berpikir matematika yang tinggi, siswa harus mampu mengelola emosinya

Sumber Rejo Kandangan Kediri sebab perusahaan belum menentukan jumlah optimal pembelian bahan baku dan waktu pengiriman bahan baku yang tidak menentu sehingga jumlah

a) Jalinan kemitraan dan kerja sama antar lembaga organisasi. DPC PPDI Kota Semarang sebagai organisasi payung penyandang disabilitas pertama di Indonesia yang sudah diakui

Dalam bukunya yang berjudul Manajemen Strategi, Amirullah (2015:94) berpendapat bahwa istilah keunggulan bersaing, secara tradisional telah digambarkan sebagai faktor atau