• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kompas Print Utama Polhuk Ekonomi Opini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kompas Print Utama Polhuk Ekonomi Opini"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Kompas Print Berlangganan Pasang Iklan ePaper Tentang Kami

Kompas.com Kompas TV

ط Rubrik Ikuti kami di: IHSG 5.292,75

POLHUK > POLITIK > MENUJU KONSOLIDASI DEMOKRASI

Utama Polhuk Ekonomi Opini Dikbud Iptek Nusantara Metropolitan Internasional Olahraga Sosok Gaya Hidup Galeri

LAPORAN AKHIR TAHUN

Menuju Konsolidasi

Demokrasi

28 Desember 2016 0 komentar

Pemilu 2019 akan menjadi pemilu ke-5 di era Reformasi. Tak sebatas ritual lima tahunan, pemilu merupakan momentum untuk melahirkan demokrasi yang lebih substansial. Untuk itu, sejumlah agenda politik pada tahun 2017 sangat menentukan. Meski demikian, tidak ringan tantangan yang harus dihadapi.

Setelah sekian kali tertunda, draf Rancangan Undang- Undang (RUU)

Penyelenggaraan Pemilu yang disiapkan pemerintah akhirnya masuk ke DPR, akhir Oktober 2016. DPR pun dihadapkan pada ujian berat. Harus bisa menyelesaikan pembahasan sebelum Juni 2017. Sebab, mulai bulan itu atau 22 bulan sebelum hari pemungutan suara Pemilu 2019 digelar, tahapan

(2)

pemilu harus dimulai.

Hingga DPR memasuki masa reses, 16 Desember 2016, mayoritas rapat Panitia Khusus RUU Penyelenggaraan Pemilu DPR masih terfokus pada menyerap usulan dari pihak-pihak yang terkait kepemiluan. Usulan ini menjadi masukan bagi setiap fraksi dalam menyusun daftar inventarisasi masalah (DIM). DIM ditargetkan tuntas paling lambat awal tahun sehingga pembahasan dengan pemerintah sudah bisa dimulai awal tahun. Adapun RUU itu sendiri dijadwalkan tuntas akhir April 2017. Jadi, waktu pembahasan DPR bersama pemerintah hanya empat bulan.

Ruang waktu pembahasan RUU Pemilu yang terbatas itulah, yang juga menuai kekhawatiran, tujuan pemilu melahirkan demokrasi yang substansial, kembali hanya sebatas angan- angan. Pemilu akhirnya hanya memenuhi unsur demokrasi prosedural.

"Pemilu 2019 sesungguhnya menjadi tonggak perjalanan demokrasi, apakah akan keluar dari fase transisi menuju konsolidasi demokrasi atau akan tetap berada di fase transisi. Namun, dengan ruang waktu pembahasan RUU yang sempit, sepertinya sulit menghasilkan RUU yang berkualitas, yang bisa membawa negeri ini keluar dari fase transisi," tutur Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi Titi Anggraini.

Jika itu yang terjadi, parlemen dan pemerintah baru hasil pemilu yang lebih berkualitas, dan mampu menyelesaikan persoalan bangsa yang kian pelik, juga hanya sebatas angan-angan. Kisah penyelenggara negara terjerat korupsi, tidak efektifnya pemerintahan, anggota DPR yang tidak memiliki kapasitas karena terpilih cuma populer dan modal uang, serta kinerja DPR yang buruk karena lebih sibuk dengan kekuasaan politik pasti akan terulang.

Perhatian ekstra dari DPR dan pemerintah untuk menyelesaikan agenda politik akan dibayang-bayangi pula oleh pemilihan kepala daerah (pilkada) yang digelar serentak di 101 daerah pada 15 Februari 2017.

Memang pilkada 2017 tidak sebanyak pilkada serentak 2015 yang digelar di 269 daerah. Namun, karena pilkada 2017 mencakup Pilkada DKI Jakarta, dan DKI Jakarta merupakan barometer dari perpolitikan nasional, suhu politik nasional diprediksi bakal lebih tinggi dibandingkan pada 2015. Meningkatnya suhu politik ini sudah terlihat saat ini, apalagi setelah salah satu kandidat, Basuki Tjahaja Purnama, tersangkut kasus dugaan penistaan agama.

Pilkada di daerah lain juga rawan gejolak, terutama Aceh. Pada pilkada 2017, Aceh menjadi daerah yang paling banyak menggelar pilkada. Pilkada tidak hanya untuk memilih gubernur dan wakil gubernur, tetapi akan digelar juga di 20 dari total 23 kabupaten/kota di Aceh.

Fanatisme

Terlebih fanatisme pendukung pada calon di daerah ini dikenal sangat kuat. Jika berkaca pada pilkada sebelumnya, fanatisme itu selalu memicu ketegangan, bahkan bentrokan.

Dalam Pilkada DKI Jakarta, misalnya, kegaduhan memperlihatkan lemahnya bangunan kebangsaan. Bahkan muncul isu SARA. Perdebatan dan propaganda dengan kata-kata yang sengit, bahkan kasar, merasuk sampai ke ruang-ruang privat, terutama melalui media sosial.

(3)

tersebut tidak hanya menunjukkan masyarakat yang tidak cukup cerdas menyikapi berbagai informasi di media massa dan media sosial, tetapi juga kelompok-kelompok fundamentalis memanfaatkan betul media sosial sebagai sarana untuk mengajarkan nilai-nilai agama yang praktis, tetapi kurang refleksi.

Sebaliknya, kelompok-kelompok moderat masih terbatas dalam berpartisipasi di tengah masyarakat untuk melakukan literasi keagamaan yang ramah. Absennya nilai-nilai dasar demokrasi seperti toleransi dan solidaritas berbasis kepercayaan aktif, menurut pengajar Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya, Haryadi, juga berdampak pada konsolidasi demokrasi Indonesia yang saat ini masih compang-camping.

Namun, urusan penerapan sanksi untuk organisasi kemasyarakatan yang cenderung mengadu domba warga, misalnya, memperlihatkan penegakan hukum yang adil jauh dari kenyataan. Sampai saat ini, tak ada sanksi yang diberikan kepada ormas yang cenderung mendorong konflik berbau SARA. Di sisi lain, kinerja lembaga-lembaga politik seperti birokrasi, legislatif, partai politik, dan kelompok kepentingan juga sangat lemah. Ketika masyarakat mudah dibelokkan perhatiannya melalui berbagai berita palsu di media sosial, penegakan hukum malah sangat rendah. "Konsolidasi demokrasi selalu mengandaikan hadirnya hukum dan penegakan hukum yang adil," ujar Haryadi.

Partai politik sebagai pilar demokrasi juga belum mampu menjalankan fungsinya. Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto, Rabu (14/12), mengakui bahwa parpol belum mengutamakan kualitas dalam merekrut pemimpin.

Justru, kata Wiranto yang juga Ketua Umum Partai Hanura, parpol cenderung memilih calon pemimpin yang sudah populer sehingga memudahkan keterpilihan dan sumbangan pada suara partai. Meskipun demikian, Wiranto menilai, KPU dan Bawaslu sebagai penyelenggara bertanggung jawab menyaring pemimpin yang laik.

Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mencoba meyakinkan pemerintah dan DPR akan menyelesaikan agenda-agenda politik besar pada 2017. "Pemerintah sudah siap (membahas draf UU Penyelenggaraan Pemilu). Terakhir sudah ada tim sinkronisasi antara Panja DPR dan pemerintah agar tak ada tumpang tindih dalam undang-undang tersebut," tuturnya.

"Tahun 2017 memang jadi ujian bagi DPR, khususnya Pansus Pemilu dan Komisi II DPR, dan pemerintah. Banyak agenda politik penting yang harus diselesaikan tepat waktu," ujar Wakil Ketua Pansus RUU Pemilu DPR, yang juga anggota Komisi II DPR dari Fraksi Partai Amanat Nasional, Yandri Susanto. Namun, Titi Anggraini menyarankan pemerintah dan DPR lebih realistis dengan waktu yang ada. Empat bulan rasanya tidak memungkinkan melahirkan RUU Pemilu berkualitas. Namun, konsolidasi demokrasi harus segera diperkokoh.

(A PONCO ANGGORO/ NINA SUSILO)

(4)

Bawaslu Semestinya Tak Lepas Tangan

21 November 2016

JAKARTA, KOMPAS Maraknya kampanye hitam di media sosial semestinya menjadi pantauan Badan Pengawas Pemilu. Namun, untuk penindakannya, Bawaslu perlu berkoordinasi

Media Sosial Sarana Kampanye 13 November 2016

JAKARTA, KOMPAS Media sosial menjadi sarana kampanye termudah dan murah untuk menggalang dukungan demi mendulang suara dalam kontestasi pemilihan kepala daerah. Namun, efektivitas media sosial sebaga

Tak Cukup Hanya Penegakan Hukum

9 Januari 2017

JAKARTA, KOMPAS Untuk menghadapi penyalahgunaan informasi di dunia maya, Kepolisian Negara RI tak hanya fokus pada penegakan hukum, tetapi juga harus diimbangi

Kampanye di Era Digital 28 Oktober 2016

Masa kampanye pemilihan kepala daerah dimulai 28 Oktober 2016-11 Februari 2017. Pilkada serentak di 101 daerah pada 15 Februari 2017. Publik penuh harap kampanye pilkada ditandai dengan adu gagasa

Keadilan, Kunci Mencegah Konflik 29 Agustus 2016

JAKARTA, KOMPAS Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan, perlakuan adil, terutama dalam penegakan hukum dan kegiatan ekonomi, kunci terpenting mencegah terjadinya konflik. Pimpinan Polri di daerah haru

Tindakan Tegas Diminta 29 Desember 2016

JAKARTA, KOMPAS Maraknya berita bohong dan menjurus fitnah di media sosial dan situs media daring menyita perhatian Presiden Joko Widodo. Presiden Jokowi meminta ada tindakan tegas dan keras terhadap

(5)

Harian Kompas adalah surat kabar Indonesia yang berkantor pusat di Jakarta. Kompas diterbitkan oleh PT Kompas Media Nusantara yang merupakan bagian dari kelompok usaha Kompas Gramedia (KG), yang didirikan oleh PK. Ojong (almarhum) dan Jakob Oetama sejak 28 Juni 1965.

Mengusung semboyan "Amanat Hati Nurani Rakyat", Kompas dikenal sebagai sumber informasi tepercaya, akurat, dan mendalam.

KRITIK & SARAN NEWSLETTER

REDAKSI

Gedung Kompas Gramedia Jalan Palmerah Selatan 26-28 Jakarta 10270 Indonesia 021 - 534 7710/20/30, 530 2200

IKLAN

Gedung Kompas Gramedia Jalan Palmerah Selatan 15 Jakarta 10270 Indonesia 021 - 5367 9909, 5367 9599 [email protected]

TENTANG KAMI

Profil Perusahaan Tonggak Sejarah

PRODUK

KOMPAS Kiosk print.kompas.com KOMPAS ePaper

IKLAN

(6)

Tanya Jawab Hubungi Kami Media Sosial

Referensi

Dokumen terkait

Namun, stasiun I dan II merupakan lokasi yang memiliki nilai kandungan nitrat yang paling tinggi sebesar 2,25 mg/l dan 2,34 mg/l dibanding stasiun yang lain

Analisis Yuridis Penggunaan Pesawat Tanpa Awak sebagai Alat Utama Sistem Persenjataan Ditinjau dari Hukum Internasional (Studi Kasus Penggunaan Drone oleh Amerika Serikat di

Teknik Industri 17 Nia Budi Puspitasari,ST.MT Teknik Industri 18 Novie Susanto, S.T.M.Eng Teknik Industri 19 Purnawan Adi Wicaksono, S.T.MT Teknik Industri 20 Rifky Ismail,ST.MT

Kegiatan pengembangan Hotel dan Resort di tahun 2009 difokuskan pada pembangunan Pullman Bali Legian Nirwana yang ditargetkan untuk dapat beroperasi pada pertengahan

Untuk masyarakat di Dusun Kokoa ber- dasarkan data yang diperoleh, menunjukan bahwa mayoritas rumah tangga di Dusun Kokoa Desa Ma- rannu memanfaatkan air tangki

2) Penguasaan konsep kimia siswa melalui model pembelajaran kooperatif Tipe TGT pada materi pokok larutan non-elektrolit dan elektrolit serta reaksi reduksi oksidasi dari siklus

Perairan Pantai Sasak Pasaman Barat dapat dibedakan menjadi 6 kelompok yaitu Kelompok I yang disusun oleh 3 titik sampling (titik sampling 7,8 dan 9) secara dominan daerah