7 - 1 REVITALISASI CHINATOWN SEBAGAI KAWASAN BERSEJARAH ETNIS
TIONGHOA DI SINGAPURA
Dyah Retno Wijayanti | 25608008 Program Studi Rancang Kota
Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB Email : dee_nyoo@yahoo.com
Abstrak :
Kota tua adalah distrik bersejarah dan bagian dari kota yang sering terlupakan atau mengalami penurunan kualitas fisik lingkungan. Penurunan kualitas tersebut umumnya disebabkan oleh penurunan kualitas fungsi kawasan atau adanya kegiatan yang memberi citra negatif sehingga kawasan kota tua ditinggalkan penghuninya dan akhirnya mati atau menjadi kumuh. Chinatown Singapura adalah contoh kawasan bersejarah yang berhasil dikonservasi dan merupakan daerah tujuan wisata yang selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan. Berdasarkan studi literatur dan studi lapangan yang telah dilakukan, faktor yang menyebabkan mengapa orang datang ke tempat tersebut adalah atmosfer lingkungan yang unik dan identitas etnis yang kuat. Selain itu terdapat pula generator yang menghidupkan kawasan sehingga citra kawasan menjadi terangkat. Keberhasilan dalam upaya konservasi kawasan tersebut dapat dijadikan studi banding sebagai upaya merevitalisasi kawasan kota tua lainnya yang memiliki konteks sama sebagai kawasan bersejarah etnis Tionghoa. Dengan demikian seorang perancang kota akan memiliki gambaran kongkrit bagaimana upaya merevitalisasi kawasan bersejarah dengan segala masalah dan potensinya agar menjadi hidup kembali.
Kata kunci : konservasi, kawasan bersejarah, etnis tionghoa, Chinatown, Singapura
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar belakang
Setiap kota pasti memiliki bagian kota tuanya yang merupakan warisan dari sejarah masa sebelumnya. Kota tua dengan corak dan langgam arsitekturalnya menyimpan atmosfer dan suasana lokalitas yang berbeda sehingga
terdapat potensi yang besar. Namun
sayangnya kota tua seringkali terabaikan sehingga malah menjadi kota bawah dan menjadi daerah kumuh bahkan mati. Hal ini disebabkan bahwa kota terus tumbuh dan berkembang. Aktivitas yang silih berganti, kondisi politik yang dinamis dan kehidupan sosial yang berubah-ubah sepanjang waktu menyebabkan kota tua sering berubah fungsi atau ditinggalkan oleh penghuninya.
Dengan nilai kesejarahan dan potensi sebagai bagian kota yang masih dapat dimanfaatkan maka sangat disayangkan jika kota tua, termasuk yang memiliki latar belakang budaya etnis tertentu, mengalami penurunan kualitas. Sesungguhnya semua fungsi yang telah ditinggalkan dapat dimanfaatkan kembali dengan penetrasi fungsi baru (adaptive re-use) atau menciptakan generator yang dapat menghidupkan kembali vitalitas kawasan kota tua yang telah ditinggalkan.
Singapura memiliki daerah-daerah
konservasi berupa kampung etnis meliputi Chinatown, Kampong Glam, Bugis dan Little India. Terutama Chinatown yang menjadi pokok bahasan dalam tulisan ini, merupakan salah satu kampung etnis yang sudah ada sejak masa kolonial Inggris. Chinatown memiliki latar belakang sejarah yang panjang, mengalami penurunan kualitas pada masa pasca perang dunia, menjadi lingkungan kumuh hingga akhirnya dikonservasi oleh pemerintah dan menjadi aset pariwisata Singapura.
Chinatown yang kini hidup kembali dengan aktivitas komersialnya yang menjadi generator kawasan merupakan kasus yang dianggap dapat menjadi preseden karena keberhasilannya setelah direvitalisasi yaitu sebagai kawasan bersejarah dengan corak etnis Tionghoa Singapura. Maka pembahasan ini dilakukan dengan harapan akan dapat menjadi preseden bagaimana menerapkan konservasi kawasan bersejarah tidak hanya preservasi dari segi fisik namun juga intervensi fungsi pada kawasan yang dapat
menjadi generator kehidupan kawasan
tersebut.
I.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari pembahasan ini adalah
konservasi pada distrik ber etnis Tionghoa sebagai ba demikian dapat diketahui fa sajakah yang menjadi ge menghidupkan kawasan sela preservasi fisik bangunan d yang terdapat pada Chinatown
Sedangkan manfaat
pembahasan adalah menjad upaya konservasi dan rev bersejarah lainnya yang me sama dengan Chinatown Sin demikian dapat dimengerti ga bagaimana sesungguhnya kaw berhasil dikonservasi tersebut.
I.3. Sasaran
Dalam rangka mencapai maka langkah-langkah yang adalah :
1. Melakukan uraian me kawasan Chinatown Si kondisinya saat ini. Ti tersebut meliputi aspek fisik kawasan.
2. Melakukan uraian me distrik Chinatown un latar belakang kawasan. 3. Menganalisis bagaiman
konservasi kawasan Ch berhasil saat ini
4. Membuat kesimpulan dapat diambil setela tersebut.
I.4. Rumusan masalah
Permasalahan yang dapa dalam bentuk pertanyaan pene 1. Bagaimana kualitas li yang terdapat pada distr 2. Bagaimana konstruks terdapat pada Chin kampung etnis?
3. Latar belakang sejar dimiliki oleh distrik ters 4. Upaya apa saja yang d merevitalisasi kawasan?
I.5. Metode Pembahasan
Metode dalam penyusun adalah :
1. Penggalian data meng melalui observasi langs untuk mengetahui bag riil Selain itu observa
juga untuk merasa
bersejarah dengan basisnya. Dengan faktor-faktor apa generator dalam elain restorasi dan dan lingkungan wn tersebut.
at yang dari
jadi wacana bagi revitalisasi distrik memiliki konteks Singapura. Dengan gambaran kongkrit awasan yang telah ut.
pai tujuan tersebut g harus dilakukan
mengenai tinjauan Singapura dengan Tinjauan kawasan pek fisik dan non
mengenai sejarah untuk mengetahui an.
ana upaya-upaya Chinatown hingga
apa saja yang elah pembahasan
pat dirumuskan ke enelitian adalah :
lingkungan fisik istrik Chinatown?
ksi sosial yang inatown sebagai
ejarah apa yang ersebut?
g dilakukan dalam an?
sunan makalah ini
ngenai Chinatown ngsung pada lokasi bagaimana kondisi rvasi langsung ini asakan langsung
bagaimana atmosfir terdapat pada kawasan Selain observasi lan penggalian data juga d literatur atau data seku informasi internet. 2. Analisis deskriptif m
kawasan, latar belaka mengenai upaya ko bersejarah tersebut.
3. Merumuskan kesimp
sudah didapat melalui yang dapat diterapkan tesis dan apa yang tida
II.LATAR BELAKANG CHINATOWN
SINGAPURA
II.1. Chinatown pada Ma Inggris
Ketika Singapura me yang strategis, semakin bany yang datang ke Singapura. T yang berasal dari Guang Do menempati lahan Singapur pelabuhan. Semakin banyakn datang maka semakin pa tersebut. maka untuk men yang terjadi karena maki jumlah ras tionghoa yan Leutant Jackson dan R Chinesse Kampung (Niuche 1820, sebagai upaya peng
China yang berasal
imigran.Tujuannya adalah pengaturan kaum imigran kampung tersebut juga terdap lain yaitu India dan Melayu.
Gambar 01 Ilustrasi Kehidupan pa Sumber : Singapore Touris
7 - 2
ir kehidupan yang an tersebut.
langsung lapangan a dilakukan melalui ekunder dan melalui
mengenai tinjauan akang sejarah dan konservasi distrik
mpulan apa yang ui studi banding apa an pada penyusunan idak bisa.
NG SEJARAH
(NIUCHESUI)
asa Kolonialisme
menjadi pelabuhan anyak pula imigran . Terutama imigran Dong, Cina Selatan, ura dekat dengan aknya imigran yang padat lingkungan enghindari konflik akin bertambahnya ang masuk maka Raffles membuat chesui) pada tahun ngolompokan etnis
l dari kaum
ah mempermudah
an tersebut. Pada dapat beberapa etnis
01
7 - 3
Raffles menetapkan kawasan tersebut sebagai kawasan khusus untuk etnis China pada tahun 1822. Kemudian Raffles juga membagi daerah berdasarkan kelompok suku yang ada yaitu Hokkian di Telok Ayer dan sekitar sungai, Teochew di Clark Quay dan sekitar Fort Canning, sedangkan Kanton dan Hakka di sekitar Kreta Ayer. Selain itu Raffles juga mengelompokkan lagi komunitas di Chinatown berdasarkan kelas dan jenis mata pencaharian, yakni pedagang, seniman maupun petani. Pada tahun 1839 kawasan Telok Ayer berkembang menjadi pusat komersial di selatan Singapura.
Pada tahun 1843 Chinatown menjadi terkenal dan dikunjungi banyak wisatawan dengan kekhasan lokal yang dimilikinya. Hal ini menyebabkan kepadatan dan arus orang datang dan pergi semakin meningkat. Maka pada tahun 1885 Chinatown difasilitasi oleh transportasi publik yaitu steam train, kereta listrik dan troley bus pada tahun 1929.
Pada perkembangannya kemudian terjadi semacam alih fungsi yaitu Chinatown yang tadinya adalah kawasan hunian menjadi kawasan perdagangan. Akibatnya adalah
timbul kepadatan tinggi memunculkan adanya masalah kesehatan, slum dan turunnya
kualitas lingkungan. Wabah penyakit
bermunculan dan ditambah adanya isu rasial dan nasionalis yang sentimental memunculkan adanya permasalahan-permasalahan sosial.
II.2. Masa Perang Dunia kedua dan Menurunnya Vitalitas Kawasan
Chinatown pernah menjadi tempat
perdagangan yang ramai hingga tempat dunia malam, prostitusi, hingga perdagangan opium di Asia. Dengan adanya situasi sosial yang memburuk sering terjadi kriminalitas pada lingkungan Chinatown ini. Situasi perang membuat kehidupan di Chiantown menjadi hancur yaitu pada tahun 1940an. Hal tersebut tidak membuat morfologi Chinatown berubah, namun akibat perang kondisi bangunan semakin parah. Maka tahun 1960 hingga 1970, banyak bangunan lama dihancurkan dan digantikan oleh pengembangan baru terutama oleh HDB dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan perumahan rakyat sekaligus mewujudkan ruang komersial.
Kemudian pada tahun 1980 URA memutuskan untuk melakukan preservasi
lingkungan Chinatown dan berusaha
memfungsikannya kembali sebagai kawasan perkantoran karena letaknya yang mudah diakses oleh MRT. Pada tahun 1998 Tourist Board Plan for Chinatown, diresmikan lalu koridor-koridor jalan secara tematik bersarakan interest publik.
III. TINJAUAN KAWASAN
CHINATOWN SINGAPURA III.1. Area Konservasi Chinatown
Sejak upaya konservasi dilakukan oleh Urban Redevelopment Authority yang bekerja sama dengan Singapore Tourism Board,
Gambar 03
Ilustrasi jalan Sago Street pada tahun 1930 Sumber : Chinatown as A Microcosm Of Singapore, 2009
Gambar 04
Ilustrasi kondisi permukiman yang kumuh Sumber : Chinatown as A Microcosm Of Singapore, 2009 Gambar 02
Ilustrasi masterplan pertama oleh Leutant Jackson Sumber : Place remaking under property rights regimes: a case
Chinatown (juga disebut den menjadi destinasi pariwisata turis mancanegara. Pariwisata bagi negara seperti Singapur daya dominan adalah sumber Dengan adanya kondisi Singapura harus mengoptim dan kesejarahannya sebaga pemasukan negara.
Dalam sebuah penelitian wisatawan datang untuk meni telah terkonservasi. Responde bahwa alasan mereka berk untuk menikmati atmosfer ata khas dari kawasan tersebut da corak budaya oleh etnis se 2001)
Distrik Chinatown terb bagian antara lain :
Kreta Ayer
Dikelilingi oleh New Bri Road, Upper Cross Street, Road, Sago Street, Trengga
Gambar 05 Peta Distrik Konservasi Chi
Sumber : www.ura.gov.sg,
Gambar 06 Ilustrasi Kreta Aye Sumber : Google Image
dengan Niuchesui) ata dengan target ata merupakan aset pura yang sumber ber daya manusia. i tersebut maka timalkan lokalitas agai modal dan
ian, sebanyak 68% enikmati area yang nden menyebutkan erkunjung adalah atau suasana yang dan untuk melihat setempat. (Yuen,
erbagi menjadi 4
Bridge Road, Park eet, South Bridge gganu Street dan
Smith Street. Status konserva 7 Juli 1989. Terdiri atas ban berlanggam Transitional, Lat
Bukit Pasoh
Dikelilingi oleh South Cross Street, Boon Tat Stree McCallum Street, Amoy St Road dan Erskine Road. S diberikan sejak 7 Juli 1989.
Tanjong Pagar
Dikelilingi oleh New Keong Siak Road, Kreta A
Road and Cantonment
konservasi diberikan sejak 7 Tanjong Pagar ini terdap instansi pemerintahan, terma adalah URA Center dan City
Chinatown Sumber : Google Im
Gambar 08 Ilustrasi Tanjong paga Sumber : Google Image,
Gambar 09 Ilustrasi Telok Aye Sumber : Google Image
7 - 4
rvasi diberikan sejak angunan shophouse Late dan Art Deco.
uth Bridge Road, treet, Stanley Street, Street, Ann Siang Status konservasi
ew Bridge Road, a Ayer Road, Neil nt Road. Status k 7 Juli 1989. Pada apat kantor-kantor masuk salah satunya
7 - 5 Telok Ayer
Dikelilingi oleh Neil Road, Maxwell Road, Peck Seah Street, Wallich Street, Tanjong Pagar Road and Craig Road. Status konservasi diberikan sejak 7 Juli 1989.
Pada Chinatown terdapat jalan-jalan yang terkenal secara tematis dan juga karena di dalamnya terdapat bangunan-bangunan yang terkenal dan menjadi penanda pada skala neighboorhoud. nama-nama jalan yang terkenal adalah :
Mosque Streets
Dinamakan demikian karena terdapat sebuah masjid Jamae yang dibangun oleh Muslim cina pada tahun 1830. Selain etnis China terdapat pula muslim dan etnis Melayu yang menempati distrik ini. Hal ini dibuktikan dengan adanya Masjid yang ada di jalan tersebut
Pagoda Street
Pada jalan itu terdapat kuil Sri Mariamman yang merupakan kuil Hindu
tertua di Singapura. Sri Mariamann
merupakan kuil hindu tertua di Chinatown dan sudah berdiri sejak abad ke 16. Pagoda street dahulu merupakan pusat perdagangan opium.
Sago Street
Dinamakan Sago karena pada tahun 1840 banyak terdapat tumbuhan Sagu di sana. namun dalam bahasa Kanton, Sago artinya kematian, nama ini diberikan karena banyaknya jumlah kuda yang mati masa tersebut yang disebabkan oleh wabah.
Smith Street
Smith street terkenal dengan banyaknya restoran. Jalan ini terkenal sebagai pusat kuliner di Chinatown (Chinatown Street Food) pada malam hari suasana sangat ramai dengan lampion-lampion berjajar.
Trengganu Street
Pada jaman kolonial Inggris, jalan ini terkenal dengan rumah bordilnya. Sekarang Trengganu street terkenal dengan street marketnya pada malam hari.
III.2. Tipologi Bangunan Shophouse
Merupakan bawaan dari tipe hunian yang berasal dari Guangdong, memiliki arcade yang berbaris, baik untuk iklim yang subtropis. Shophouse model ini juga ditemukan di Malaysia dan Indonesia. Pada
Shophouse ini juga terdapat pengaruh dari arsitektur Eropa akibat kolonialisme.
Shophouse atau rumah toko merupakan strategi bagi etnis Tionghoa untuk menjadikan rumah selain tempat tinggal juga sebagai tempat bekerja. Shophouse yang ada di
Singapura sudah tidak sama dengan
shophouse yang ada di Guangdong.
Shophouse Guangdong masih kental dengan arsitektur Cinanya sedangkan shophouse di Singapura telah mengalami eklektisisme dengan langgam arsitektur Melayu dan Eropa.
Gambar 10
Arsitektur shophouse asli Guangdong Cina Selatan Sumber : A Study of Ethnic Influence on the Facades of
7 - 6
Pada ilustrasi diatas dapat dilihat bahwa dalam detail arsitektural shophouse di Chinatown Singapura mengalami eklektisisme misalnya pada kolom, daun jendela,
ornamen-ornamennya merupakan campuran dari
langgam Melayu, Eropa (Baroque) dan China. Hal ini merupakan bukti bahwa etnis Tionghoa juga melebur dengan etnis Melayu sehingga terdapat pengaruhnya terhadap langgam arsitektural bangunan. Etnis
Tionghoa cenderung untuk membangun
rumah mereka dengan menyesuaikan langgam yang ada di sekitar lingkungan mereka. Dengan ini maka terjadilah eklektisisme tersebut.
III.3. Chinatown Sebagai Lingkungan yang Responsif
1. Permeability
Cara menilai permeabilitas kawasan adalah dengan cara melihat seberapa banyakkah akses yang dimiliki oleh kawasan. Semakin banyaknya jumlah aksesnya maka makin permeabel kawasan tersebut. Melalui ilustrasi peta udara tersebut lingkungan Chinatown Singapura mudah dicapai dari sisi manapun termasuk dari sarana transportasi publik dan jalan utama.
Kemudahan akses tersebut menyebabkan kawasan mudah dikenali dari luar sehingga orang akan mudah mengenali jalur-jalur menuju kawasan.
2. Variety
Keberagaman arsitektural tercipta dari
elemen-elemen bangunan misal bentuk
jendela, tiang, balkon dan ornamen-ornamen
bangunan shophouse “baroque” yang
berlanggam eklektik antara Melayu dan
Eropa. Peraturan melalui konservasi
menetapkan bahwa keaslian langgam
bangunan harus dijaga. Hal itu membuat bangunan menjadi seragam dan satu kesatuan (unity), namun keberagaman arsitektural tetap ada melalui warna yang berbeda, bentuk jendela yang bervariasi.
Gambar 11
Presentase pengaruh langgam Melayu, Cina dan Eropa pada rumah Shophouse
Sumber : A Study of Ethnic Influence on the Facades of Colonial Shophouses in Singapore: A Case Study of Telok Ayer in Chinatown , 2007
Gambar 12
Detail arsitektural bangunan yang mengalami eklektisisme Sumber : A Study of Ethnic Influence on the Facades of
Colonial Shophouses in Singapore: A Case Study of Telok Ayer in Chinatown , 2007
Gambar 13 Jalur sirkulasi penghubung
7 - 7
Keberagaman fungsi juga dihadirkan melalui fungsi mixed use yakni hunian,
komersial dan perkantoran. Skenario
mengangkat budaya dan kesenian sebagai upaya penarik pariwisata menyajikan banyak kegiatan kesenian setiap musim turut mendukung fungsi fungsi yang ada di sana.
3. Legibility
Legibilitas merupakan mudah tidaknya suatu lingkungan untuk “terbaca” oleh pengguna. Legibilitas dapat dibentuk oleh elemen fisik lingkungan yakni :
- Landmark, penanda kawasan ini misalnya adalah kuil atau bangunan yang menjadi pusat kegiatan atau paling berbeda dengan bangunan lainnya.
- Path, konfigurasi jalan-jalan yang menghubungkan satu titik dengan yang lain.
- Nodes, pusat-pusat aktivitas yang
terdapat dalam kawasan. Dalam
kawasan ini pusat aktivitas ada pada kegiatan komersial yakni street market
dengan jalan sebagai ruang
aktivitasnya.
- Edge, pembatas kawasan adalah jalan-jalan besar dengan bangunan-bangunan shophouse yang berukuran lebih besar dan ukuran jalan yang lebih lebar.
Gambar 14
Keberagaman elemen arsitektural. Sumber : Dok. Pribadi, 2009
Gambar 15 Kuil sebagai landmark Sumber : Dok. Pribadi, 2009
Gambar 16 Path
Sumber : Dok. Pribadi, 2009
7 - 8 - District, cara mengenali sebuah distrik
adalah dengan mengamati adanya kesamaan baik pada bentuk fisik (keserupaan arsitektural yakni pada bangunan shophouse beserta elemen-elemen lainnya yang menjadi identitas) dan kesamaan aktivitas yakni kegiatan komersial baik itu streetmarket, pasar tradisional, dan jenis komersial lainnya.
4. Robustness
Dengan adanya penetrasi fungsi
campuran pada kawasan maka orang dapat memilih hendak menggunakan fungsi yang mana. Kebebasan memilih pada suatu tempat akan membuat sebuah tempat menjadi destinasi. Dalam Chinatown setiap tempat memiliki fungsi berbeda dan tema yang berbeda pula.
5. Visual Appropriateness
Kesinambungan visual tercipta dari hubungan dan harmoni elemen masing-masing bangunan yang ada di dalamnya. Dalam hal ini kesinambungan dan harmoni serta ritme berulang pada elemen arsitektural membentuk runtutan visual sehingga satu dengan lain terlihat hubungannya dengan jelas.
6. Richness
Langgam Baroque dan eklektik antara Eropa dan Melayu membentuk keberagaman dalam detail sehingga menimbulkan kekayaan dalam lingkungan visual.
Kekayaan visual pada elemen fasad bangunan, atap, maupun detail-detail lain dengan corak etnis yang beragam muncul pada jendela, kolom, pintu serta warna bangunan.
7. Personalisasi
Personalisasi menunjukkan adanya milik individu yang berbeda, namun personalisasi yang ada di sini harus tetap berada pada satu koridor konservasi yang seudah menjadi peraturan URA sehingga tidak mengganggu kesinambungan visual yang ada pada koridor jalan maupun kawasan.
Gambar 18 Batas kawasan Sumber : Dok. Pribadi, 2009
Gambar 19 Distrik
Sumber : Dok. Pribadi, 2009
Gambar 20 Detail arsitektural Sumber : Dok. Pribadi, 2009
7 - 9 8. Sustainable
Isu lingkungan tidak boleh dilupakan walaupun konservasi menitik beratkan pada upaya penjagaan pelestarian elemn fisik.
Chinatown menjaga isu keberlanjutan
lingkungan dengan memfasilitasi orang yang datang berupa kemudahan akses untuk pejalan kaki yaitu pedestrian streets yang aman dan
nyaman. Kemudian sarana MRT juga
diberikan agar orang dapat dengan mudah mencapai lokasi dengan transportasi publik.
III.4. Kajian Townscape dan Kualitas Pedestrian Streets pada Chinatown Singapura
Dalam menilai keberhasilan-keberhasilan tersebut maka kriteria yang digunakan adalah yang telah dibahas pada tinjauan pustaka pada bab uraian tesis.
Kunci kesuksesan sebuah tempat untuk menjadi ruang publik yang berhasil :
1. Comfort and image, dihadirkan melalui unity visual yang baik oleh langgam arsitektural shophouse baroque namun tetap memiliki keberagaman universal melalui personalisasi masing-masing fasad bangunan. Selain melalui fasad, kenyamanan visual juga dihadirkan melalui elemen ruang luar pembentuk suasan yaitu lighting, paved street dan sign board yang harus dikendalikan agar tidak mengganggu tampilan bangunan.
2. Access dan Linkage, kawasan tersebut telah menjadi Central Bussiness District sehingga adanya jaminan akses yang baik,
yaitu jalan-jalan utama yang mengelilingi kawasan maupun stasiun MRT yang terdapat pada Pagoda Street merupakan transportasi publik. Linkage visual ditunjukkan oleh adanya kesamaan visual pada koridor jalan melalui elemen arsitektural maupun ruang luar yang merepresentasikan etnis Tionghoa. Sedangkan linkage struktural ditunjukkan oleh adanya pencampuran fungsi komersial, perkantoran, hunian dan leisure yang terintegrasi sehingga kawasan menjadi hidup secara menerus.
3. Uses and activity, Dengan skenario
pengembangan kawasan sebagai objek
pariwisata maka setiap titik atau jalan memiliki tema masing-masing. Semisal Smith Street sebagai food street, atau distrik kebudayaan. Adanya kegiatan tersebut menunjukkan ruang-ruang publik benar-benar
digunakan dan menunjukkan adanya
kehidupan yang festive.
4. Sociability, kehidupan sosial terbentuk akibat adanya interaksi antara yang melayani dengan yang dilayani. Kegiatan ekonomi merupakan generator kehidupan
Gambar 22 Imej dan identitas Sumber : Dok. Pribadi, 2009
Gambar 23 Stasiun MRT Sumber : Dok. Pribadi, 2009
7 - 10
kawasan dan menumbuhkan interaksi antara penjual dan pembeli serta menarik lebih banyak lagi orang untuk berdatangan baik untuk mencari keuntungan atau menikmati tempat (leisure).
Sebagai pejalan kaki yang mampu untuk merasakan kualitas visual pada sebuah tempat, maka estetika lingkungan dirasakan sebagai sebuah serial vision yang dapat dilihat melalui rute. Ketika seorang pejalan kaki berjalan menyusuri koridor maka dia akan melihat bagaimana urutan bentuk fisik bangunan atau arsitektur yang tersaji secara berurutan melalui sebuah Townscape kota.
Melalui serial vision ini seseorang dapat merasakan ritme, kompleksitas, dan kesamaan bahkan kejutan-kejutan arsitektural dalam satu urutan koridor jalan. Melalui serial vision ini pula kita dapat menilai bagaimana kualitas dari estetika lingkungan.
Pada serial vision yang terdapat pada Chinatown, keserupaan langgam baroque pada shophouse pada tiap-tiap bangunan membawa ritme senada namun perbedaan
elemen warna dan perbedaan maju
mundurnya bangunan dari jalan juga
menghadirkan variasi. Demikian pula dengan adanya perbedaan ketinggian bangunan ketika kita hendak memasuki ruas jalan yang memiliki tema berbeda. Ketika kita memasuki jalan Smith Street yang sepenuhnya untuk pedestrian, skala ruang yang dirasakan lebih intim daripada ketika kita berjalan di jalan besar seperti Maxwell Road.
Selain menilai melalui serial vision kita juga bisa merasakan kualitas estetika kota melalui atmosfir yang dihadirkan oleh tempat
Gambar 25
Aktivtas menimbulkan interaksi sosial Sumber : Dok. Pribadi, 2009
Gambar 26 Visi yang dilihat melalui rute Sumber : Dok. Pribadi, 2009
Gambar 27 Visi yang dilihat melalui rute Sumber : Dok. Pribadi, 2009
tersebut, dan bagaimana kita m tersebut menjadi bagian dari d pemaknaan tersebut membua menjadi place.
Sebuah ruang yang d segala elemen estetikanya, tersebut menjadi focal point at titik-titik visual. Atau dengan ruang luar yang membuat menjadi lebih terdefinisi (
setiap orang dapat me
aktivitasnya (advantage). Lalu yang tersembunyi, sesuatu melebar atau menyempit pa Atau kekhasan lokal yang me atmosfir berbeda sehingga menyukai tempat tersebut.
Keberagaman detail ars jendela, pilar, ukiran, hingg tekstur yang kita rasakan merupakan bagian dari Towns
IV. REVITALISASI SINGAPURA
IV.1. Masa Awal Konservasi
Konservasi Chinatow
diprakarsai oleh URA (Urban Authority). Singapura merupa ketat dalam menerapkan atu Hal ini dikarenakan Sin melakukan kesalahan yaitu sebagian bangunan-bangunan karena lingkungan tersebut d Bangunan-bangunan lama ter dengan tujuan ekstensifikasi l digunakan untuk membangu baru. Hal ini disebabkan kar 1960 Singapura sedang men besar dengan kebutuhan hun kepadatan penduduk menin lahan yang terbatas. Barulah p
Gambar 29 Enclosure dan lokalit Sumber : Dok. Pribadi,
a menerima tempat ri diri kita. Adanya buat sebuah space
dibentuk dengan a, sehingga ruang t atau adanya pusat an adanya elemen at sebuah ruang (enclosure) dan memilih sendiri alu adanya sesuatu tu yang tiba-tiba pada suatu titik. membentuk sebuah ga kita menjadi
arsitektural seperti ngga warna serta an saat berjalan
nscape.
CHINATOWN
asi di Singapura
own Singapura
ban Redevelopment pakan negara yang aturan konservasi. ingapura pernah tu menghancurkan nan bersejarahnya t dianggap kumuh. tersebut didemolisi si lahan yang akan ngun permukiman karena pada tahun engalami masalah unian yang tinggi, ingkat sedangkan h pada tahun 1970
an pemerintah baru me
kawasan bersejarah den
lokalitasnya dapat menjad berharga dalam pariwisata Si
Prinsip dasar yang diter di Singapura adalah adalah Retention, sensitive Resto Repair. Quality of Restoratio adalah lebih dari sekedar m fasad bangunan dan fisik tetapi juga mempertahankan bangunan tersebut. Untuk d hal ini maka kita perlau m mengenai sejarah kawasan s yang dimiliki oleh kawasan.
Distrik Chinatown dikat historical district yaitu bang tersebut masih asli. Jika p memperbaiki bangunannya m benar sama persis seperti b yaitu bentuk, ukuran, ornam Hal itu diatur dalam sebuah g tujuan agar kualitas visualn dan tergeser oleh arus m masuk.
Konservasi kawasan b
termasuk juga mempres
alitas Shophouse di Neil Road sebelum d Sumber : URA,
7 - 11
menyadari bahwa
dengan kekayaan
jadi modal yang Singapura.
terapkan konservasi lah 3R : maximum estoration, careful tion yang dimaksud r menjaga keaslian
kategorikan sebagai ngunan pada distrik pengelola hendak a maka harus
benar-i bangunan aslbenar-inya amen, dan material. guidelines dengan lnya tidak berubah modernisasi yang
bersejarah berarti reservasi elemen
irevitalisasi ,2009
31
7 - 12
arsitekturalnya. Elemen arsituktural berperan dalam membentuk townscape lingkungan atau dalam hal ini keberagaman dan variasi visual lingkungan.. Elemen bangunan yang menjadi perhatian konservasi di Singapura adalah :
1. Atap
2. Dinding bangunan 3. Struktur
4. Airwells 5. Rear Court 6. Daun Jendela 7. Railing tangga 8. Fasad Bangunan
Setiap detail arsitektural tersebut tidak boleh ada yang berubah. Kalaupun berubah maka hanya strukturnya saja yang boleh berubah. Detail arsitektural dalam hal ini termasuk tekstur, warna, bentuk hingga papan nama. Semua hal itu diatur oleh URA dalam conservation guidelines. Sedangkan benda-benda utilitras seperti air conditioner dan fan tidak boleh diletakkan pada muka bangunan cukup hanya dibelakang saja atau pada jalur servis.
Selain elemen arsitekturalnya, fungsi bangunan juga harus sama seperti aslinya, karena perubahan fungsi dapat mempengaruhi pula fasad bangunan tersebut. Menurut guidelines yang dikeluarkan oleh URA, fungsi asli bangunan (misal residensial atau komersial) selalu lebih baik.
Pada masa awal konservasi, bagian yang menjadi sample adalah Neil Road yang berlokasi di Tanjong Pagar. Revitalisasi yang diupayakan bermula dari restorasi bangunan shophouse yang telah rusak. Restorasi tersebut meliputi elemen fisik luar bangunan yakni atap, dinding, railing pagar dan pilar. Upaya restorasi tersebut diusahakan benar-benar untuk sama seperti keadaan aslinya.
Setelah merestorasi bangunan-bangunan yang telah hancur barulah URA menerapkan penetrasi fungsi pada kawasan dengan harapan hal tersebut dapat menjadi generator kehidupan Chinatown.
IV.2. Strategi pengembangan Chinatown sebagai Daerah Tujuan Wisata dan Kawasan yang Multi-fungsi
Pengembangan distrik dan upaya place making Chinatown merupakan manifestasi kepemilikan properti. Partisipasi sosial dalam rangka memperbaiki citra kawasan hanyalah
sebagai prosedur dalam proses perencanaan saja. Sebaik apapun usaha untuk menciptakan
struktur sosial, menerapkan prinsip
perancangan kota yang baik (fungsi
campuran, konservasi kawasan bersejarah, streetblock) namun jika pihak pengembang tidak mampu membuat strategi dan mengelola kawasan dengan baik maka sama saja dengan kegagalan. (Zhu, 2007)
Hal ini erat kaitannya dengan siapa stakeholder yang dominan, yaitu pemerintah.
Pemerintahan Singapura merupakan
pemerintahan top down di mana
pemerintahlah yang memegang semua
peranan pengaturan negara termasuk dalam penataan kota. Dengan adanya kendali utama pada pemerintahan maka masalah-masalah seperti akuisisi lahan, kontrol konservasi lingkungan dan fungsi-fungsi yang bisa dipenetrasikan pada lingkungan bisa diawasi secara penuh dan lingkungan terbangun bisa tetap dalam keadaan yang baik.
Ketika Singapura diberi kemerdekaan pada tahun 1965, pemerintah memegang kendali pada pengadaan public housing dan
pengelolaan properti. Dengan adanya
Acquisition Land Act (1966) maka untuk kepentingan publik pemerintah mengakuisisi sejumlah lahan yang pada lahan tersebut akan dibangun fasilitas hunian bagi publik maupun komersial. Undang-undang tersebut mengatur apa saja yang berhak diakuisisi oleh
pemerintah untuk tujuan pemenuhan
kebutuhan publik dan komersial.
Gambar 32
7 - 13 ``To ensure development, landlords were
given up to one year from the day of gazette to submit to the authorities plans for redevelopment and up to three years to beginwork on approved plans. They were given six months to notify the authorities of their inability to redevelop. Any landlord failing to comply with these provisions faced the possibility of having his property acquired by the state'' (URA, 1989, page 13).
Peraturan tersebut mengindikasikan
adanya kontrol yang ketat terhadap
pengelolaan distrik bersejarah sebagai daerah konservasi. Kemudian untuk bagian distrik yang sangat kental nuansa lokalitasnya oleh URA dijadikan sebagai inti dari distrik tersebut.
Upaya konservasi juga bertujuan untuk mendukung pariwisata di Singapura. Dalam hal ini lembaga yang memiliki kewenangan mengelola adalah Singapore Tourism Board. Semangat tourisme yang ingin dibangun
adalah membangun kembali Chinatown
dengan memasukkan fungsi-fungsi baru. Selain upaya konservasi lingkungan dan arsitekturalnya STB juga menyajikan skenario kesenian dan budaya sebagai festival dan pertunjukan.
Selain itu STB juga menyajikan zona-zona yang tematis pada distrik tersebut. Konsep itu kemudian didukung pula oleh penyediaan sarana fisik pedestrian, lampu-lampu, street furniture dan lain-lain sehingga suasana Chinatown terbangun. Hal ini tentu juga tetap harus sejalan dengan Guidelines
yang telah ditetapkan oleh URA.
Pengembangan tersebut dilakukan secara 3
tahun dengan harapan akan dapat
meningkatkan pendapatan dari sektor
pariwisata.
Skenario pariwisata tersebut antara lain :
•Menjadikan distrik tersebut sebagai lokasi pusat-pusat budaya dan kesenian.
•Adanya jalan-jalan yang bertema
•Membangun estetika lingkungan,
pencahayaan dan landscaping sehingga lingkungan menjadi atraktif untuk dikunjungi turis.
•Selain itu terdapat pula festival-festival yang dijadwalkan setiap musimnya. Festival
ini diskenariokan sebagai upaya
menghidupkan kultur lokal sebagai identitas budaya kawasan juga untuk mengidupkan public space di Chinatown.
Akses dan sarana transportasi publik (MRT) merupakan faktor pendukung agar orang menjadi mudah mencapai kawasan. Stasiun MRT terdapat pada Kreta Ayer. Selain itu distrik ini juga dilalui oleh jalan
besar yaitu New Bridge Road yang
menghubungkan distrik dengan tempat
lainnya.
Gambar 33
Area yang diberi status konservasi
Sumber : Place remaking under property rights regimes: a case study of Niucheshui, Singapore, 2007
Gambar 34
Titik-titik sentra komunitas
7 - 14
Kegiatan pariwisata saja tidak cukup untuk menghidupkan kawasan. Agar tercipta
kawasan yang memiliki keberlanjutan
aktivitas maka URA juga membuat
pengembangan perumahan pada distrik
tersebut. Penetrasi fungsi hunian paling banyak diterapkan pada Kreta Ayer. Dengan hal ini maka distrik tersebut merupakan distrik bersejarah yang memiliki fungsi campuran dan mengalami pergeseran dari fungsi aslinya dari fungsi hunian sekaligus komersial menjadi fungsi campuran.
Selain melakukan pengelolaan fungsi dengan baik, STB juga mengangkat isu keberagaman etnik sebagai daya tarik pariwisata. Masalah sosial dan etnis sesungguhnya merupakan isu sensitif di Singapura. Singapura memiliki 3 etnis dominan antara lain etnis Tionghoa (76,8%) Melayu (13,9) India (7,9%) dan lain-lain (1,4%) (Zhu, 1996). Dengan dominannya etnis Tionghoa (atau dalam hal ini Peranakan, campuran antara China dengan Melayu) maka timbul semacam kekhawatiran bagaimana jika etnis tersebut menjadi identitas utama pada negara. Maka strategi STB disini adalah mengangkat isu keberagaman etnis sebagai kekayaan dan modal bagi pariwisata, yaitu
dengan mempresevarsi bangunan yang
memiliki kekayaan langgam serta
menghidupkan nilai-nilai kultural untuk identitas masing-masing kawasan (dalam hal ini khususnya etnis China / Tionghoa) untuk menunjukkan bahwa setiap etnis hidup dalam keberagaman dan harmonis.
Strategi yang diterapkan oleh STB tersebut berhasil dengan bukti bahwa setiap kawasan konservasi, termasuk Chinatown dalam hal ini, menjadi ramai sebagai daerah destinasi wisata. Dari studi yang pernah dilakukan, wisatawan datang ke Chinatown adalah untuk menikmati atmosfer yang berbeda yaitu melalui momen-momen budaya serta kekayaan arsitektural di tempat tersebut (Zhu, 1996).
Dengan preservasi sosial, kultural dan juga lingkungan fisik yang mengangkat lokalitas, orang dapat menikmati suasana yang berbeda. Ketiga hal tersebut membentuk identitas yang kuat pada distrik atau dalam hal ini adalah membentuk genious loci pada kawasan. Genious loci membangun sense of place dan ikatan emosional bagi manusia untuk merasakan suatu tempat sebagai bagian dari dirinya (Cullen, 1961). Sense of place merupakan alasan bagi orang untuk selalu datang dan menikmati tempat.
Dapat disimpulkan bahwa lima
pendekatan utama pengembangan Chinatown adalah :
1. Pengelolaan properti melalui political will pemerintah
2. Nilai kesejarahan dan budaya yang diangkat
3. Kelayakan pasar (market feasibility), 4. Kekayaan dan nilai arsitektural 5. Penataan lansekap
Untuk melaksanakan lima pendekatan tersebut maka STB sebagai pemilik skenario pengembangan pariwisata harus bekerja sama dengan badan pemerintah lainnya dan sektor
Tabel 01
Hasil penggalian data dengan responden mengenai apa alasan orang datang ke Distrik Chinatown
Sumber : Urban Conservation in Singapore: Tradition or Tourist Bane? 2001
Tabel 02
Hasil penggalian data dengan responden mengenai apa yang paling menarik dari Chinatown
7 - 15
swasta (developer). Kerjasama itu antara lain melibatkan badan-badan tersebut untuk merencanakan bersama. Antara lain :
1. Urban Redevelopment Authority, 2. Land Transport Authority, 3. National Parks Board, 4. Land Office,
5. Public Works Department, 6.National Heritage Board
7.Trade & Industry, Law, Information 8. The Arts Environment Ministries.
Alasan kerjasama adalah untuk
mengkonservasi distrik dan menjadikannya sebagai daerah tujuan wisata membutuhkan banyak infrastruktur dan melibatkan banyak pihak. Maka dalam hal ini juga terdapat kerjasama antara sektor publik dengan privat namun kendali utama tetap saja pemerintah.
IV.3. Pembangunan Struktur Sosial dalam Revitalisasi Chinatown Singapura
Upaya revitalisasi selain membangun kembali lingkungan fisik yang mengalami penurunan kualitas fungsi, memasukkan fungsi-fungsi baru yang menjadi generator kehidupan kawasan, juga merupakan upaya untuk menghidupkan kembali kehidupan sosial yang berada pada kawasan tersebut. Kehidupan sosial yang berkelanjutan amat
penting peranannya dalam menjaga
kesinambungan kehidupan dalam sebuah kawasan, karena masyarakatlah yang akan menjalankan peran sebagai subjek pada kawasan tersebut.
Sesungguhnya ketika fungsi komersial dan hunian telah dimasukkan dan terjalin interaksi sosial antara masyarakat dari tiap-tiap fungsi maka berarti kehidupan sosial telah terbentuk. Namun pada konteks Revitalisasi
Chinatown Singapura sebagai distrik
bersejarah hal ini memiliki nilai yang berbeda. Sebagai distrik dengan latar belakang
kehidupan etnis Tionghoa, Chinatown
Singapura tidak lagi memiliki orisinalitas dari segi kehidupan sosialnya (Widodo, 2009). Hal ini disebabkan karena pada masa pasca Perang Dunia kedua, Chinatown telah ditinggalkan oleh sebagian besar penghuni aslinya.
Faktor lainnya yang menjadi penyebab adalah dalam upaya konservasi tersebut pemerintah mengakuisisi lahan pada distrik sehingga hak milik pada lahan adalah pada pemerintah, bukan lagi individu. Dan dalam
segi regulasi singapura, pemerintah berhak untuk mengakuisisi sebuah lahan jika ada tujuan untuk kepentingan publik atau negara. Dan mengingat motif revitalisasi kawasan
adalah untuk mendongkrak pariwisata
Singapura karena pariwisata merupakan sumber pemasukan keuangan negara. Hal ini
menyebabkan pemerintah bebas untuk
melakukan perombakan secara total pada kawasan, ibaratnya adalah mencuci bersih-bersih kawasan tersebut lalu kemudian membangun dan mengisinya dengan yang baru secara total juga. Sehingga hal lama yang tersisa hanyalah fisik arsitekturalnya saja. (Widodo, 2009)
Faktor lainnya adalah semangat
pemerintah untuk membaurkan kelas sosial yang ada di Singapura dari segi etnis maupun kelas ekonomi. Maka dalam hal ini banyak warga yang pindah ke permukiman baru
(terutama inlanded housing yang
dikembangkan oleh HDB Singapura) untuk membaur dengan kelas sosial lainnya. Hal ini
juga disebabkan pemerintah ingin
menghilangkan sentimen ras dan kelas ekonomi dalam kehidupan sosial.
Dengan demikian maka Chinatown Singapura bukanlah perkampungan etnis yang orisinal, namun lebih kepada distrik bersejarah yang telah dibangun ulang dengan nilai kultural lama yang kembali diangkat demi terbangunnya identitas kawasan untuk menarik wisatawan agar datang ke tempat tersebut (Widodo, 2009).
V. KESIMPULAN
Setelah pembahasan tersebut maka kesimpulan yang dapat diambil dalam merevitalisasi kawasan Chinatown adalah :
1. Kota tua atau kawasan bersejarah memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan dengan memanfaatkan kembali bangunan-bangunan yang sudah ada (adaptive re-use) sesuai fungsi lama atau bahkan fungsi yang sama sekali baru.
2. Kekayaan arsitektural pada masa lampau adalah nilai lebih dan potensi.
Maka dalam hal ini harus
dipertahankan atau dibangun kembali seperti aslinya (restorasi).
7 - 16
memperbaiki sisi fisiknya, naun juga
menghidupkan fungsi-fungsi
campuran agar dapat menjadi katalis
dalam menghidupkan kawasan
tersebut.
4. Selain elemen fisik arsitektural, sebuah kawasan dikatakan memiliki kualitas yang baik jika memiliki akses yang mudah untuk dicapai melalui kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Maka Chinatown sebagai pusat komersial dan daerah tujuan wisata dilalui oleh stasiun MRT dan bus kota yang dapat dilalui oleh semua orang.
5. Keseragaman bangunan shophouse
ternyata masih mampu untuk
menampilkan keberagaman melalui detail arsitektural. Keberagaman maupun detail tersebut menciptakan townscape kota yang baik melalui estetika lingkungan.
6. Untuk menjadikan sebuah tempat memiliki kualitas townscape yang baik tidak hanya diupayakan melalui fisik arsitekturalnya saja. Maka perlu adanya identitas yang dihidupkan yaitu genious loci (kearifan lokal) dalam hal ini identitas etnis agar membentuk atmosfir yang dapat dinikmati oleh semua orang dan mampu menarik orang untuk terus berdatangan.
7. Untuk merevitalisasi sebuah kawasan diperlukan sebuah political will yang kuat dari stakeholder dominan, dalam hal ini adalah pemerintah. Pemerintah
lah yang memegang kekuasaan
regulasi atau kebijakan sehingga memiliki power dan motif yang kuat untuk membangun kawasan demi kepentingan negara maupun publik. 8. Komunitas atau masyarakat yang
berkelanjutan diperlukan untuk menjaga lingkungan agar menjadi sustainable juga. Tidak masalah apakah komunitas dalam kawasan tersebut merupakan penduduk asli atau bukan (dalam hal ini khususnya Chinatown yang tidak lagi memiliki warga asli) yang terpenting adalah kehidupan yang menerus selalu
terjaga sehingga kawasan tidak kembali menurun atau mati.
DAFTAR PUSTAKA
Bentley, Alcock, et. al. (1985). Responsive Environment, A Manual for Designers. London : The Architectural Press.
Hack, Karl. (2000). Chinatown As A Microcosm Of Singapore.
Henderson, J. (2003). Ethnic Heritage as a Tourist Attraction: the Peranakans of Singapore. International Journal of Heritage Studies,9:1,27 — 44
Rubenstein, Harvey M. (1978). Central City Malls. London : A Wiley Interscience Publication. Tiesdell, Steven et al. (1996). Oxford : Revitalizing
Historic Urban Quarter. Architectural Press Tze Ling Li. (2007). A Study of Ethnic Influence on the
Facades of Colonial Shophouses in Singapore: A Case Study of Telok Ayer in Chinatown. Journal of Asian Architecture and Building Engineering. Tokyo
Yuen, Belinda, et al.( 2001). Urban Conservation in Singapore : Tradition or Tourist Bane?. Planning Practice & Research, Vol. 16, No. 1, pp. Taylor and Francis Ltd.
Zhu, Jieming, et al. 2007. Place remaking under property rights regimes: a case study of Niucheshui, Singapore. Environment and Planning A, volume 39, pages 2346 – 2365. Widodo, Johannes. Personal Interview. (07 Agustus
2009)