• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUKA BERSAMA TETAPI SULIT BEKERJA SAMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SUKA BERSAMA TETAPI SULIT BEKERJA SAMA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

SUKA BERSAMA TETAPI SULIT BEKERJA SAMA

(STUDI KASUS MOTIVASI DAN PENGEMBANGAN USAHA PADA

WIRAUSAHA PERANTAU MINANGKABAU DI YOGYAKARTA)

Ilham Setiawan, Trias Setiawati

Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta Email: ilhamfernando93@gmail.com

Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta Email: triassetiawati@gmail.com

ABSTRAK:

Penelitian ini berjudul “Suka Bersama tetapi Sulit Bekerjasama” Studi Kasus Motivasi dan Pengembangan Usaha pada Wirausaha Perantau Minangkabau di Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah memberikan gambaran latar belakang, gambaran motivasi, gambaran proses pengembangan usaha, gambaran keberhasilan usaha, gambaran hambatan dan tantangan yang dihadapi, dan gambaran peran Ikatan Keluarga Besar Minangkabau Yogyakarta (IKBMY) terhadap Orang Minang dan Ranah Minang. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Metode pengumpulan data adalah wawancara dan dokumentsi. Narasumber dalam penelitian ini adalah Gusremon, Alfen Subrata dan Riko Afrianto merupakan perantau Minang yang terjun ke dunia wirausaha. Untuk mengetahui keabsahan data digunakan uji kredibilitas dan uji transferability. Metode pengujian data menggunakan triangulasi sedangkan metode analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan conclusion drawing/verification.

Penelitian ini menemukan bahwa latar belakang kehidupan para wirausaha berbeda-beda, alasan perantau Minang untuk meninggalkan kampung halamannya adalah faktor ekonomi dan ingin menuntut ilmu. Terdapat dua macam motivasi yang mendorong perantau Minang untuk terjun ke dunia wirausaha, yakni karena alasan finansial dan pengaruh lingkungan. Selain itu, terdapat motivasi pendukung seperti ingin melakukan sesuatu tanpa ada intervensi dari orang lain, melihat peluang usaha, tidak suka diatur orang lain, ingin jauh dari akhlakul madhmumah, serta menyalurkan jiwa sosial. Pengembangan usaha yang dilakukan adalah dari segi produksi, jaringan kerjasama, pemasaran dan pelayanan. Keberhasilan usaha yang diraih oleh perantau Minang yang berwirausaha yakni investasi dan asset, pengalaman berpindah segmen dan pengalaman jatuh bangunnya usaha. Masalah yang muncul yakni persaingan dengan kompetitor, pemahaman akan teknologi dan kesulitan dalam pengelolaan manajemen. Adapun tantangannya berupa fluktuasi untung dan rugi, percepatan proses produksi dan juga berkaitan dengan hutang. Peran IKBMY bagi perantau Minang yang berwirausaha hanya sebatas menjalin tali silaturahmi,

sharing dan berbagi informasi. Sedangkan peran IKBMY untuk ranah Minang seperti mempertahankan kearifan dan kebudayaan Minangkabau di rantau serta ikut berkontribusi dalam memberikan bantuan jika terjadi bencana.

Kata kunci: Perantau Minangkabau, Wirausaha, Motivasi, Pengembangan usaha, Keberhasilan Usaha.

ABSTRACT:

(2)

This research found that the entrepreneur’s background were variative. The reason why Minang people leave their hometown were caused by economic factors and want to study in Yogyakarta. The two motivation types that dominate and push were financial reasons and environmental influences. The additional motivation were want to do something without others intervention, looking for business opportunities, do not want to be ruled by others, want to avoid bad behavior and also delivering social life. Their business development were production, teamwork relationship, marketing and service. The successful business achievement were not only infestations and asset but also changing segment experience and business failure. The problem emerged were competition problems with competitor, technological skill and difficulties in business management. The challenges were profit and loss fluctuation, process production time and its related to debt. Role of IKBMY for Minang peoples were communicate one another, sharing and giving information. The IKBMY role for Minang land was to keep the Minang culture and wisdom in outside home town, and they can contribute for giving help.

Keywords:Minang people, entrepreneurship, motivation, business development, business success

PENDAHULUAN

Manusia dalam kelangsungan hidupnya memerlukan berbagai aktifitas yang harus dilakukan, salah satunya adalah bekerja dan berwirausaha salah satu pilihan dalam bekerja. Menurut Hisrich-Peters (dalam Suryana dan Bayu, 2010), kewirausahaan diartikan sebagai proses menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan disertai modal dan resiko serta menerima balas jasa dan kepuasan serta kebebasan pribadi.

Indonesia memiliki beranekaragam suku bangsa dengan berbagai adat dan budayanya yang unik. Menurut Melalatoa (dalam Dewi dan Erwansyah, 2007) jumlah suku bangsa Indonesia mencapai kurang lebih 500 etnis. Dari sekian banyak suku, suku Minangkabau adalah salah satunya yang dikenal khas menganut sistem kekeluargaan matrilineal. Kekhasan lainya yang dimiliki oleh masyarakat Minangkabau adalah tradisi merantau. Navis (dalam Septian,nd) mengatakan bahwa setiap orang, terutama anak muda akan senantiasa didorong dan ditarik agar pergi merantau oleh kaum kerabatnya dengan berbagai cara. Falsafah matrilineal Minangkabau mendorong anak muda agar kuat mencari harta kekayaan guna memperkukuh atau meningkatkan martabat kaum kekerabat agar setaraf dengan orang lain. Pada tahun 2015 jumlah penduduk Minangkabau di Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai 10.000 orang atau sekitar 350 kepala keluarga (Widiyanto, 2015).

Jumlah pengusaha yang ada di Indonesia bisa dikatakan kurang dari teori ekonomi yang disepakati di seluruh dunia. McClelland mengemukakan bahwa suatu negara bisa menjadi makmur bila ada entrepreneur sedikitnya dua persen dari jumlah penduduk. Menurut Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga (dalam Sasongko, 2015) jumlah pengusaha di Indonesia hanya sekitar 1,65 persen dari jumlah penduduk saat ini, jika jumlah pengusaha bisa bertambah maka akan turut mendongkrak ekonomi negara, bertambahnya lapangan pekerjaan, dan akhirnya meningkatkan kualitas kesejahteraan masyarakat.

(3)

papan. Faktor eksternal juga yang manjadi penyebab timbulnya motivasi berwirausaha contohnya seperti dorongan dari orang lain. Untuk mengembangkan usaha perlu dilakukan pengembangan keterampilan yang dimiliki. Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati (2011) dengan judul Peran Pemberdayaan Perempuan Miskin Pedesaan Melalui Pengembangan Kewirausahaan. Ada dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2013) dengan judul Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Wirausaha.

Ikatan Keluarga Besar Minangkabau Yogyakarta (IKBMY) merupakan salah satu ikatan kekeluargaan yang berada di Yogyakarta. Sekretariat IKBMY berada di Jalan Pramuka no. 27 Candran, Sidoarum, Godean KM 6 Yogyakarta. Kedudukan IKBMY adalah sebagai organisasi sosial yang bersifat kekeluargaan, berasaskan Islam dan Pancasila dan UUD 1945. Schermerhorn (dalam Tilaar, 2007) mengatakan bahwa suatu kelompok etnis adalah suatu masyarakat kolektif yang mempunyai atau digambarkan memiliki kesatuan nenek moyang, mempunyai pengalaman sejarah yang sama di masa lalu, serta mempunyai fokus budaya di dalam satu atau beberapa elemen-elemen simbolik yang menyatakan akan keanggotaannya, seperti pola-pola keluarga, ciri-ciri fisik, aliansi agama dan kepercayaan, bentuk-bentuk dialek atau bahasa, afiliasi kesukuan, nasionalitas, atau kombinasi dari sifat-sifat tersebut yang pada dasarnya terdapat ikatan antar anggotanya sebagai suatu kelompok

Banyak orang minang dan perantau minang yang berkecimpung didalam dunia wirausaha, dengan memiliki karakteristik yaitu motivasi yang positif dan tinggi dalam berwirausaha. Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk memberikan gambaran latar belakang dari narasumber, 2) untuk memberikan gambaran motivasi perantau Minang di Yogyakarta dalam berwirausaha, 3) untuk memberikan gambaran proses pengembangan usaha perantau Minang di Yogyakarta, 4) untuk memberikan gambaran keberhasilan usaha yang telah dicapai, 5) untuk memberikan gambaran hambatan dan tantangan yang dihadapi oleh perantau Minang yang berwirausaha di Yogyakarta, 6) untuk memberikan gambaran peran IKBMY terhadap Orang Minang dan Ranah Minang.

TINJAUAN LITERATUR Penelitian Terdahulu

Faktor internal dan eksternal dapat mempengaruhi keputusan seseorang untuk berwirausaha. Ini dibuktikan dalam penelitian mengenai Motivasi Berwirausaha pada Etnis Tionghoa yang ditulis oleh Yulianti (2010). Faktor internal seperti kebutuhan Fisiologis, yang dimana subjek dengan berwirausaha dapat mencukupi kebutuhan sandang, pangan dan papan untuk diri subjek. Faktor eksternal juga yang manjadi penyebab timbulnya motivasi berwirausaha pada wirausaha etnis Tionghoa seperti dorongan dari orang lain, dengan berwirausaha subjek mendapatkan dorongan dari orang tua subjek dan orang-orang yang berada disekitar subjek. Persamaan dengan penelitian yang penulis lakukan adalah memiliki variabel yang sama yaitu motivasi dan menggunakan teori yang sama yaitu teori hierarki kebutuhan. Perbedaannya terletak pada lokasi penelitian dan narasumber penelitian.

(4)

Handicraft di Yogyakarta). Hasil dari penelitian tersebut adalah motivasi awal yang muncul pada diri seorang ibu rumah tangga untuk menjadi seorang pengusaha perempuan adalah keuangan keluarga. Motivasi lainnya adalah adanya latar belakang keluarga yang bergerak di bidang yang sama, adanya kegemaran pribadi dalam bidang kerajinan dan kondisi pasar yang mendukung kegiatan usaha. Penelitian di atas memiliki topik yang sama dengan penelitian yang dilakukan, yaitu motivasi berwirausaha dan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus, perbedaannya terletak pada narasumber penelitian.

Berbagai faktor mendorong sesorang untuk berwirausaha. Faktor religiuspun dapat mendorong orang untuk berwirausaha. Ini dibuktikan dalam penelitian yang berjudul Entrepreneurial Motivation in Pondok Pesantren yang ditulis oleh Siswanto, Armanu, Setiawan, dan Nimran (2013) memberikan hasil penelitian berikut ini, motivasi wirausaha para santri di Pondok Pesantren Sidogiri, Jawa Timur terdiri dari lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Motivasi dari lingkungan eksternal adalah keprihatinan para santri akan riba untuk mengembangkan suatu bisnis dan wirausaha. Motivasi lingkungan internal adalah ingin menyediakan apa yang dibutuhkan para santri dan masyarakat, ingin mengkonsumsi dari sumber yang halal dan keinginan untuk membangun sistem pendidikan berbasis karakter. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang penulis lakukan yakni topik mengenai motivasi berwirausaha meski narasumber yang digunakan bukan lagi santri.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati (2011) dengan judul Peran Pemberdayaan Perempuan Miskin Pedesaan Melalui Pengembangan Kewirausahaan. Hasil dari penelitian ini yaitu untuk mengembangkan usaha perlu dilakukan pengembangan keterampilan yang dimiliki. Persamaannya dengan penelitian ini terletak pada variabel atau topik yang sama yaitu kewirausahaan dan pengembangan usaha. Perbedaannya terletak pada narasumber yang diteliti dan lokasi penelitian.

Karakterisitik wirausaha atau pengusaha sukses sangat sulit dipahami termasuk pengusaha etnis Bugis di Sulawesi Selatan. Penelitian berjudul Faktor Determinan Keberhasilan Pedagang Etnis Bugis Dalam Mengembangkan Bisnis yang ditulis oleh Munizu (2010) Hasil dari penelitian tersebut adalah Faktor determinan keberhasilan pengusaha etnis Bugis dalam memulai dan mempertahankan bisnisnya terdiri atas lima topik/tema utama yakni: (1) keluarga dan pengaruhnya, (2) otonomi, (3) keterlibatan secara aktif dalam menjalankan bisnis dan memiliki tujuan, (4) ketahanan, ketekunan, dan optimisme, dan (5) pengorbanan pribadi. Persamaannya terletak pada variabel atau topik yang hampir mendekati yaitu faktor determinan atau motivasi dan kewirausahaan. Dan perbedaannya dengan yang akan peneliti teliti terletak pada narasumber yang akan diteliti dan lokasi penelitiannya.

(5)

dalam pemilihan jenis usahanya. Adapun profil seorang wirausaha yang sukses dipengaruhi oleh pemilihan jenis usaha yang individu tersebut. Persamaannya dengan penelitian ini terletak pada salah satu variabel atau topik yang sama yaitu kberhasilan wirausaha. Perbedaannya terletak pada narasumber yang diteliti dan lokasi penelitian.

Secara umum, penelitian terdahulu dengan penelitian ini memiliki persamaan variabel yang digunakan namun terdapat dalam berbagai bidang dan berbagai narasumber. Berdasarkan penelitian terdahulu, posisi penelitian ini adalah untuk memberi gambaran mengetahui latar belakang dan alasan perantau Minang meninggalkan kampung halamannya, motivasi perantau etnis Minang dalam berwirausaha, pengembangan usaha oleh perantau Minang, keberhasilan usaha yang dicapai dan bagaimana peran IKBMY bagi perantau Minang yang berwirausaha dan peran IKBMY terhadap ranah Minang. Penelitian ini berorientasi pada proses yang dihadapi oleh masing-masing narasumber karena penelitian ini bersifat kualitatif.

Landasan Teori

Manajemen Sumber Daya Manusia. Manajemen Sumber Daya Manusia adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi serta proses penggunaan sumber daya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Stoner dan Freeman, 2003). Menurut Flippo (dalam Handoko, 2012) manajemen personalia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi dan masyarakat. Menurut Dessler (2006) Manajemen Sumber Daya Manusia adalah adalah proses memperoleh, melatih, menilai dan memberikan kompensasi kepada karyawan, memerhatikan hubungan kerja mereka, kesehatan, keamanan, dan masalah keadilan.

Peran Hard Approach dan Soft Approach. Menurut (Alwi, 2001) dalam pengembangan MSDM dibagi menjadi dua pendekatan, yaitu pendekatan hard approach dan soft approach. Dalam proses pembentukan sumber daya manusia yang unggul melalui pendekatan keras (hard approach), ada tiga faktor yang secara signifikan saling terkait dan crucial sifatnya terutama dalam tahap attaracting (menarik) dan developing (berkembang) yaitu sistem rekrutmen dan seleksi, sistem pelatihan dan pengembangan. Sedangkan soft approach memandang komitmen karyawan merupakan kunci penentu kinerja kompetitif. Karyawan yang bekerja dalam kultur komitmen yang tinggi dipersiapkan untuk bekerja dalam jangka panjang. Komitmen tumbuh dan iklim kepercayaan (Alwi, 2008).

(6)

Seseorang melakukan tindakan tersebut untuk mencapai suatu tujuan. Sehingga motivasi merupakan penggerak yang mengarahkan pada tujuan tertentu. Definisi lain, motivasi merupakan proses psikologis yang mendasar dan merupakan salah satu unsur yang dapat menjelaskan perilaku seseorang. Motivasi merupakan salah satu faktor penentu dalam pencapaian tujuan. Motivasi berhubungan dengan dorongan atau kekuatan yang berada dalam diri manusia dan tidak terlihat dari luar (Suryana dan Bayu, 2010). Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan (Rivai dan Sagala, 2009). Dorongan motivasi terdiri dari dua komponen, yaitu : arah perilaku (kerja untuk mencapai tujuan) dan kekuatan perilaku (seberapa kuat usaha individu dalam bekerja).

Teori Motivasi. Menurut Kadarisman (2012) motivasi dibedakan menjadi dua macam yaitu teori isi (content theory) dan teori proses (process theories). Teori-teori yang dikenal diantaranya adalah teori kebutuhan Maslow (dalam Kadarisman, 2012). Teori ini menjelaskan bahwa setiap manusia mempunyai kebutuhan (need) yang munculnya sangat bergantung pada kepentingannya secara individu. Berdasarkan hal tersebut, ia membagi kebutuhan manusia dalam lima tingkatan sehingga sering disebut dengan ‘the five hierarchy need’. Kelima kebutuhan tersebut ialah, kebutuhan fisiologis (physiological need), kebutuhan rasa aman (safety need), kebutuhan sosial (social need), kebutuhan harga diri (esteem need), dan kebutuhan aktualisasi diri (need of self actualization). Teori ERG menurut Aldefer (dalam Rivai dan Sagala, 2009) menyebutkan terdapat tiga kategori kebutuhan individu, yaitu eksistensi (exsistence), keterhubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth). Teori Motivasi Berprestasi Clelland (dalam Suryana dan Bayu, 2010) terdapat tiga kebutuhan manusia, yakni: kebutuhan akan persahabatan (Need for Affiliation), kebutuhan akan kekuasaan (Need for Power), kebutuhan akan prestasi (Need for Achivement). Expectancy Theory dikemukakan oleh Vroom (dalam Rivai dan Sagala, 2009) menyatakan bahwa tindakan seseorang cenderung untuk dilakukan karena harapan hasil yang akan didapatkan.

(7)

Pengembangan Wirausaha. Menurut Suryana dan Bayu (2010), berikut ini adalah berbagai bentuk jenis jaringan usaha dalam pengembangan usaha : 1) Jaringan produksi; 2) Jaringan pemasaran; 3) Jaringan pelayanan; 4) Jaringan kerjasama 5) Jaringan antar kelompok usaha, swasta, dan BUMN; 6) Memecahkan tantangan dengan jaringan usaha. Cara pengembangan usaha lain dikemukakan oleh Rianse (2011) di mana ini dikembangkan dari teori strategi dalam pengembangan usaha yang akan dirintis, antara lain: 1) Memulai usaha; 2) Mencari peluang bisnis; 3) Modal berwirausaha 4) Strategi komunikasi bisnis; 5) Strategi memilih lokasi; 6) Strategi pemasaran Strategi keuangan; 7) Strategi bersaing.

Keberhasilan Wirausaha. Menurut Primiana (2009) mengemukakan bahwa keberhasilan usaha adalah permodalan sudah terpenuhi, penyaluran yang produktif dan tercapainya tujuan organisasi. Sedangkan menurut Noor (2007) mengemukakan bahwa Keberhasilan usaha pada hakikatnya adalah keberhasilan dari bisnis mencapai tujuanya, suatu bisnis dikatan berhasil bila mendapatkan laba, karena laba adalah tujuan dari seseorang melakukan bisnis.

Faktor Penentu Keberhasilan Usaha. Menurut Tambunan (2002) faktor-faktor yang mampengaruhi keberhasilan usaha dapat diketahui dari dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang diantaranya yaitu; kualitas SDM, penguasaan organisasi, struktur organisasi, sistem manajemen, partisipasi, kultur/budaya bisnis, kekuatan modal, jaringan bisnis dengan pihak luar, dan tingkat entrepreneurship. Faktor eksternal dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor pemerintah dan non pemerintah. Faktor pemerintah diantaranya, kebijakan ekonomi, birokrat, politik, dan tingkat demokrasi. Faktor non pemerintah yaitu; sistem perekonomian, sosio-kultur budaya masyarakat, sistem perburuhan dan konsidisi perburuhan, kondisi infrastrukur, tingkat pendidikan masyarakat, dan lingkungan global.

Menurut Hutagalung dkk (2010) banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha para pengusaha baik yang bersal dari internal maupun eksternal. Faktor internal lebih banyak berasal dari pengusaha itu sendiri diantaranya adalah: latar belakang pendidikan, usia, pengalaman, efikasi diri, motivasi dan masalah internal lainnya. Faktor eksternal dihadapkan kepada permasalahan di luar organisasi diantaranya: lingkungan, peluang, persaingan, sistem informasi global, dan masalah eksternal lainnya. Menurut Suryana (2009) mengemukakan tiga faktor penyebab keberhasilan seorang wirausaha, antara lain: 1) Kemampuan dan kemauan; 2) Tekad yang kuat dan kerja keras; 3) Kesempatan dan peluang.

(8)

Kegagalan Usaha. Astamoen (2005) membagi faktor kegagalan menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal disebabkan oleh: 1) Kurang pandai dalam beberapa hal tertentu, karena kurang belajar dan berlatih; 2) Kurang pengalaman; 3) Kurang baik mengatur waktu; 4) Kurang berani mengambil resiko; 5) Kurang pandai meyakionkan orang; 6) Kurang cepat bertindak; 7) Kurang mampu melihat dan memanfaatkan peluang; 8) Tidak mepati janji; 9) Tidak jujur cepat merasa puas. Faktor eksternal: 1) SDM yang tidak memadai, kialitas dan kuantitasnya; 2) Komitmen pihak lain yang tidak terbukti; 3) Kenaikan harga barang yang tidak terduga; 4) Perubahan ekonomi global; 5) Kebijakan pemerintah; 6) Krisis ekonomi, politik,hukum; 7) Perkembangan iptek.

Minangkabau dan Merantau. Menurut Daya dkk (2003) nama Minangkabau konon berasal dari peristiwa “adu kerbau” dengan orang-orang dari Kerajaan Majapahit yang akhirnya dimenangkan oleh orang “Minangkabau”. Cerita lainnya tentang nama “Minangkabau” berasal dari kata-kata “Minanga Kabawa” atau “Minanga Tamwan” yang artinya pertemuan dua sungai besar yaitu Sungai Kampar di Riau dan Sungai Batanghari di Jambi atau Sungai Kampar Kiri dan Sungai Kampar Kanan di daerah Riau. Yang lain mengatakan Minangkabau berasal dari kata Pinang Khabu yang artinya “tanah asal”. Dikaitkan dengan tanah asal raja-raja yang sempat bertahta di berbagai daerah rantau Minangkabau seperti: Jambi, Palembang dan Riau. Menurut Melalatoa (dalam Dewi dan Erwansyah, 2007) dari sekian banyak suku, suku Minangkabau adalah salah satunya, yang dikenal khas menganut sistem kekeluargaan matrilineal, matrilineal berasal dari dua kata yaitu mater yang dalam bahasa latin berarti “ibu” dan linea yang dalam bahasa latin berarti “garis” berarti Matrilineal adalah garis keturunan yang di tarik dari pihak ibu. Kekhasan lainya yang dimiliki oleh masyarakat Minangkabau adalah tradisi merantau.

Menurut Rajab (dalam Fatimah, 2012) terdapat delapan ciri sistem matrilineal Minangkabau yaitu: 1) keturunan dihitung menurut garis ibu; 2) suku terbentuk menurut garis ibu; 3) tiap orang harus kawin di luar sukunya; 4) pembalasan dendam merupakan kewajiban bagi seluruh suku; 5) kekuasaan di dalam suku , menurut teori terletak di tangan “ibu” tetapi jarang sekali dipergunakannya, sedangkan; 6) yang sebenarnya berkuasa adalah saudara laki-laki ibu; 7) perkawinan bersifat matrilokal, yaitu suami mengunjungi rumah istrinya; 8) hak-hak dan pusaka diwariskan oleh mamak kepada kemenakannya, dari saudara laki-laki ibu kepad anak dari saudara perempuan.

Menurut Poerwadarminta (dalam Navis, 1984), rantau ialah dataran rendah atau aliran sungai. Bila merujuk ke akar bahasa Sansekerta sebagai bahasa intelektual, kata rantau berarti tempat tinggal, dapat juga berarti tempat menimba, sehingga dapat diambil kesimpulan dari berbagai definisi di atas pergi merantau adalah sama dengan menimba kekayaan untuk dibawa pulang ke kampung halamannya. Menurut Daya dkk, (2003) Salah satu ungkapan kiasan yang menjadi pendorong kultural bagi putra Minangkabau untuk meninggalkan ranah atau kampung halaman mereka yang berbunyi: Karatau madang di hulu, Babuah babungo balun, Marantau Bujang dahulu, Di kampuang baguno balun.

(9)

Merantau sebagai perubahan pemikiran atau transformasi pemikiran dari satu kondisi ke kondisi yang lain. Menurut Naim (2013), Merantau adalah segela jenis perpindahan tempat tinggal, dekat atau jauh, dengan kemauan sendiri atau tidak, untuk sementara atau selamanya, dengan atau tujuan yang pasti, dengan atau tanpa maksud atau untuk kembali pulang, melembaga secara sosial dan kultural atau tidak.

Menurut Pelly dalam (Riyansyah, 2011) para perantau Minangkabau sangat dipengaruhi oleh adanya suatu “misi budaya” untuk memperkuat identitas kultural. Sedangkan menurut Naim (2013) mengatakan faktor penyebab orang merantau di Minangkabau ada sepuluh yaitu faktor fisik seperti ekologi dan lokasi, faktor ekonomi dan demokrasi, faktor pendidikan, daya tarik kota, keresahan politik, faktor sosial, arus baru, faktor sosial bagi migrasi di antara masyarakat-masyarakat yang lain, faktor agregatif bagi migrasi, dan tipologi migrasi. Menurut Sjarifoedin (2014) ada empat faktor yang mendorong orang untuk merantau yaitu faktor budaya, faktor ekonomi, faktor perang dan mendalami ilmu.

Menurut Navis (dalam Nusyirwan, 2011) orang Minangkabau pantang mengeluh, menangis atau mengadukan kesulitannya kepada orang lain. Dalam hal merantau untuk mencari nafkah, orang Minangkabau cenderung memilih profesi perdagangan dan dunia usaha. Menurut Naim (dalam Nusyirwan, 2011) tidak semua perantau bergerak dalam bidang perdagangan dan dunia usaha karena ada yang berprofesi sebagai cerdik pandai, pegawai negeri, tokoh masyarakat, organisasi dan alim ulama. Menurut Sairin dan Graves (dalam Nusyirwan, 2011) mengatakan bahwa dengan merantau, orang-orang Minangkabau telah menggeser pola pencarian nafkahnya dari pertanian menjadi perdagangan.

Perkumpulan Etnis. Menurut Subagijo (1999) Perkumpulan kedaerahan adalah perkumpulan yang anggotanya berasal dari daerah yang sama. Sedangkan perkumpulan etnis adalah perkumpulan yang anggotanya berdasarkan pada etnis yang sama sehingga warna kultural pada perkumpulan ini begitu kental. Schermerhorn (dalam Tilaar, 2007) melengkapinya dengan mengatakan bahwa suatu kelompok etnis adalah suatu masyarakat kolektif yang mempunyai atau digambarkan memiliki kesatuan nenek moyang, mempunyai pengalaman sejarah yang sama di masa lalu, serta mempunyai fokus budaya di dalam satu atau beberapa elemen-elemen simbolik yang menyatakan akan keanggotaannya, seperti pola-pola keluarga, ciri-ciri fisik, aliansi agama dan kepercayaan, bentuk-bentuk dialek atau bahasa, afiliasi kesukuan, nasionalitas, atau kombinasi dari sifat-sifat tersebut yang pada dasarnya terdapat ikatan antar anggotanya sebagai suatu kelompok.

METODE PENELITIAN

(10)

dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. (Moleong, 2005).

Dalam Penelitian ini strategi peneltian yang digunakan adalah studi kasus. Penelitian studi kasus meneliti obyek pada kondisi yang terkait dengan kontekstualnya. Menurut Yin (2009) penelitian studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok apabila fokus penelitiannya terletak pada fenomena masa kini di dalam kehidupan nyata. Dengan kata lain, penelitian studi kasus meneliti kehidupan nyata, yang dipandang sebagai kasus. Pengujian secara rinci terhadap subjek atau suatu tempat penyimpanan dokumen bahkan peristiwa. Studi Kasus juga akan melibatkan peneliti dalam penyelidikan yang menyeluruh terhadap perilaku seorang individu menurut Sevilla dkk (dalam Bungin, 2007).

Narasumber Penelitian. Setelah melalui beberapa proses petimbangan, kriteria yang akan dipilih menjadi narasumber dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Perantau asal Minangkabau 2) Tergabung dalam IKBMY 3) Hidup diperantauan selama lima tahun 4) Omzet Rp 50.000.000 per bulan. Berdasarkan kriteria tersebut, penulis memilih Narasumber dalam penelitian ini yaitu Gusremon, Alfen Subrata dan Riko Afrianto.

Gusremon narasumber pertama dalam penelitian ini. Perantau Minang asal Solok Selatan, Sumatra Barat. Sudah berdomisili di Yogyakarta dari tahun 1999. Pendidikan terakhir Strata I Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Jenis usaha yang dijalani dibidang konveksi dan grosir yang menjual berbagai macam model pakaian muslim. Memiliki tujuh cabang toko di wilayah Yogyakarta dengan omzet sebesar 500 juta rupiah per bulan.

Alfen Subrata merupakan narasumber kedua dalam penelitian ini. Lahir di Pesisir Selatan pada tanggal 12 Desember 1981. Pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas (SMA). Merantau dari Ranah Minang sejaktahun 2003. Memiliki beberapa kios di Pasar Beringharjo salah satunya adalah Aneka Cantik Aksesoris dan Kerajinan yang menjual berbagai macam aksesoris seperti kalung, gelang, souvenir, jepit rambut, gantungan kunci baik itu grosir maupun eceran. Omzet dalam sebulan berkisar 200-250 juta rupiah. Telah berwirausaha secara mandiri dari tahun 2008.

Riko Afrianto adalah narasumber ketiga dari penelitian ini. Lahir di Padang pada tanggal 16 Januari 1982, pendidikan terakhir S1 Keuangan Islam di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Usaha yang dijalani yaitu menjual berbagai macam jilbab dan pakaian muslim. Telah berwirausaha kurang lebih 9 tahun. Omzet yang dihasilkan per bulannya sekitar 60 juta rupiah

(11)

Lokasi Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada anggota Ikatan Keluarga Besar Minangkabau Yogyakarta (IKBMY). Dilaksanakan di wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu di Godean untuk narasumber pertama yaitu Gusremon, di Pasar Beringharjo untuk narasumber kedua yaitu Alfen Subrata dan di daerah Ngasem untuk narasumber ketiga yaitu Riko Afrianto.

Instrumen Penelitian. Dalam penelitian kulitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrument juga harus ‘divalidasi’ seberapa jauh peneliti kualitatif siap untuk melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. (Sugiyono, 2012). Selanjutnya Nasution (dalam Sugiyono, 2012) mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah segala sesuatunya belum membentuk yang pasti karena belum dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Adapun masalah yang akan diteliti adalah latar belakang, motivasi perantau Minang yang mendorong mereka untuk terjun ke dunia wirausaha, pengembangan usaha, keberhasilan usaha atau prestasi bisnis, Masalah dan tantangan dalam berwirausaha serta peran IKBMY bagi perantau Minang yang berwirausaha dan bagi Ranah Minang.

Latar Belakang dan Alasan Merantau. Latar belakang dan alasan merantau adalah untuk mengetahui bagaimana kehidupan narasumber sebelum merantau dan apa alasan yang mendorong narasumber untuk merantau. Permasalahan yang diteliti: Latar belakang keluarga; tujuan dan alasan merantau; alasan memilih Yogyakarta sebagai tempat merantau; lama waktu merantau; kondisi awal waktu merantau; kehidupan sebagai perantau yang berwirausaha; Persaingan dengan perantau dari etnis lainnya dalam wirausaha; kendala bersosialisasi atau berkomunikasi

Motivasi Berwirausaha. Berbagai macam alasan digunakan untuk terjun ke dunia wirausaha. Beberapa diantaranya justru sangat fundamental seperti alasan finansial dan karena pengaruh lingkungan. Permasalahan yang akan diteliti: Motivasi awal menjadi seorang pengusaha; hal yang menarik menjadi seorang pengusaha; hal yang ingin dicapai dengan menjadi seorang pengusaha; peranan pribadi dalam pengambilan keputusan untuk menjadi seorang pengusaha; peranan faktor ekonomi dalam pengambilan keputusan untuk menjadi seorang pengusaha; peranan keluarga dalam pengambilan keputusan untuk menjadi seorang pengusaha; peranan lingkungan dalam pengambilan keputusan untuk menjadi seorang pengusaha; pandangan dan cara mengimplementasikan kebutuhan akan prestasi yang ada dalam berwirausaha; pandangan dan cara mengimplementasikan kebutuhan akan kekuasaan yang ada dalam berwirausaha; pandangan dan cara mengimplementasikan kebutuhan akan berafiliasi yang ada dalam berwirausaha.

Pengembangan Usaha. Pengembangan usaha perlu dilakukan oleh seorang wirausaha agar usahanya dapat bertahan dan memenangkan persaingan pasar. Permasalahan yang akan diteliti: Proses mengembangkan usaha dari awal berdiri sampai sekarang; hal yang menarik dari proses pengembangan usaha; tujuan dari pengembangan usaha; pengembangan usaha dari segi proses produksi. Pengembangan usaha dari segi pemasaran; pengembangan usaha dari segi finansial; pengembangan usaha dari segi pelayanan; Pengembangan usaha dari segi jaringan kerjasama.

(12)

bisnis sekarang; cara atau strategi untuk mencapainya; pencapaian di luar bisnis atau non bisnis; target jangka pendek; target jangka panjang.

Masalah dan Tantangan Berwirausaha. Sering muncul masalah dan tantangan yang terjadi saat berwirausaha. Maka dari itu dibutuhkan berbagai solusi agar masalah tersebut dapat diatasi. Permasalahan yang diteliti: Masalah yang muncul dalam berwirausaha; masalah yang muncul dari lingkungan sekitar; Masalah psikologis yang dihadapi; cara mengatur waktu berwirausaha; Pandangan tentang rasa khawatir atau lemah mental dalam berwirausaha; pandangan tentang rasa malu atau gengsi dalam berwirausaha; pandangan tentang rasa mudah menyerah dalam berwirausaha; pandangan tentang cara menghadapi tantangan dalam berwirausaha.

Etnis Minang dan IKBMY. Suku Minang menonjol dalam bidang pendidikan dan perdagangan. Lebih dari separuh jumlah keseluruhan anggota suku ini berada dalam perantauan. Diperantauan, untuk mencari saudara, teman, relasi, dukungan dan tempat untuk melepas rasa rindu terhadap kampung halaman dengan penggunaan bahasa daerah secara bebas dapat dirasakan dengan ikut bergabung ke dalam suatu ikatan kekeluargaan. Permasalahan yang akan diteliti: Asal daerah atau kampung halaman; tradisi atau adat yang diketahui oleh perantau Minang; Budaya dan tradisi yang masih melekat di diri perantau Minang; makna “Menjadi Orang” dalam Minangkabau; Identitas resmi IKBMY; peran IKBMY untuk perantau; peran IKBMY untuk ranah Minang; kegiatan rutin IKBMY.

Metode Pengumpulan Data. Metode pengumpulan data untuk penelitian ini adalah wawancara dan dokumentasi. Wawancara menurut Esterberg dalam Sugiyono (2012), wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden lebih mendalam. Peneliti menggunakan jenis wawancara terstruktur yang mengacu pada situasi ketika seorang peneliti melontarkan sederet pertanyaan temporal pada tiap-tiap narasumber berdasarkan kategori-kategori tertentu/terbatas. Selama proses ini, narasumber akan mendapatkan sederet pertanyaan yang sama dan menjawab secara berurutan (Denzin dan Lincoln). Kemudian dokumentasi. Selain melalui wawancara, informasi juga bisa diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali infomasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu memiliki kepekaan teoretik untuk memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak sekadar barang yang tidak bermakna. (Rahardjo, 2011). Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan adalah wawancara semi terstruktur. Alat-alat wawancara yaitu buku catatan, digital voice recorder dan kamera.

(13)

yang rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya. Dengan demikian, pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut sehingga dapat memutuskan dapat atau tidaknya diaplikasikan di tempat lain (Sugiyono, 2012). Setelah data direduksi maka data akan ditampilkan. Data tersebut dapat dimasukkan ke dalam hasil penelitian untuk memperkuat data sehingga data menjadi rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya sehingga pembaca menjadi jelas.

HASIL PENELITIAN

Latar Belakang Kehidupan dan Alasan Meranatau. Latar belakang kehidupan perantau Minang berbeda-beda, dilihat dari latar belakang keluarga, pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Berbagai alasan yang melatarbelakangi perantau Minang untuk meninggalkan kampung halaman seperti faktor finansial atau faktor ekonomi, daya tarik kota dan ada yang disebabkan karena ingin menuntut ilmu, seperti pernyataan berikut:

“Dulu itu tuntutan ekonomi, karena kelas 4 SD ayah uda sudah meninggal dunia. Sejak itu kan tinggal hanya dengan orang tua perempuan otomatis cita-cita agak sulit mencapainya, contoh pendidikan. Saat itulah, apapun nama kerja yang menghasilkan uda jalani, pernah jadi kernet angkot setelah SMA, jadi sopir angkot juga. Pada saat itu untuk memiliki mobil angkot sendiri cukup sulit ya, kompetisi didalamnya sangat ketat dan banyak. Karena kakak sudah di Jogja disuruh pergi ke Jogja, ternyata uda punya daya tarik untuk berdagang. Disitu mulai untuk berdagang, serius, ternyata berdagang enak. Tenaga tidak terlalu diforsir.” (Alfen, 30/01/16 08.45)

Dan ada yang memiliki alasan untuk menuntut ilmu, seperti pernyataan yang disampaikan oleh salah satu narasumber:

“Kuliah, sekolah, pendidikan. Tapi gak sebatas sekolah, alam takambang jadi guru. Jalan-jalan ke Malioboro, bertemu sama orang Minang ternyata ada komunitas. Bisa bergaul. Silaturahmi dapat menumbuhkan etos kerja untuk mencari tambahan uang sehingga timbul jiwa-jiwa bisnis tadi. Karena bergaul dengan orang-orang minang yang berwirausaha di sekitaran malioboro dulu. Dulu itu tiada hari tanpa Malioboro.” (Remon, 02/03/16 20.30)

Alasan yang melatarbelakangi perantau Minang untuk meninggalkan kampung seperti faktor finansial atau faktor ekonomi, daya tarik kota dan ada yang disebabkan karena ingin menuntut ilmu sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Naim (2013). Menurut Naim faktor penyebab orang merantau di Minangkabau ada sepuluh yaitu faktor fisik seperti ekologi dan lokasi, faktor ekonomi dan demokrasi, faktor pendidikan, daya tarik kota, keresahan politik, faktor sosial, arus baru, faktor sosial bagi migrasi di antara masyarakat-masyarakat yang lain, faktor agregatif bagi migrasi, dan tipologi migrasi.

Motivasi Berwirausaha. Terdapat dua motivasi yang mendominasi perantau Minang dalam berwirausaha seperti alasan finansial dan faktor lingkungan sekitar seperti pengaruh dari teman dan orang terdekat. Terdapat pula motivasi pendukung seperti ingin melakukan sesuatu tanpa ada intervensi dari orang lain, melihat peluang usaha, tidak suka diatur orang lain, ingin jauh dari akhlakul mazmumah, serta menyalurkan jiwa sosial. Seperti pernyataan dari salah satu narasumber berikut ini:

(14)

berwirausaha di sekitaran malioboro dulu. Kemudian seiring berjalannya waktu berubah jadi hobby, terus ada keingintahuan dan kemauan. Harus yakin dan percaya diri.” (Remon, 02/03/16 20.30)

Dan juga ada yang memiliki motivasi internal menyatakan motivasinya dalam berwirausaha disebabkan oleh alasan finansial seperti pernyataan berikut:

“Ooh merdeka, maksudnya merdeka baik dari segi finansial, segi sikap nah kan gitu.” (Riko, 04/02016 12.30)

Dilihat dari Teori Motivasi, wirausahawan dalam memulai usahanya dipengaruhi oleh Teori Kepuasan dan Teori Proses. Dalam Teori Kepuasan yang mempengaruhi adalah Teori Hierarki Kebutuhan Maslow (dalam Kadarisman, 2012) dimana alasan finansial termasuk dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis dan juga masuk ke dalam teori ERG yaitu Eksistensi (Existence) dari Alderfer (dalam Rivai dan Sagala, 2009). Faktor lingkungan bisa dimasukkan ke dalam teori ERG keterhubungan (Relatedness). Jika dalam teori Clelland (dalam Suryana dan Bayu, 2010) alasan ingin melakukan sesuatu tanpa ada intervensi dari orang lain bisa difokuskan ke dalam kebutuhan akan kekuasaan dan alasan peluang usaha bisa difokuskan ke dalam kebutuhan akan prestasi. Sedangkan dari Teori Proses yang mempengaruhi adalah Expectancy Theory dari Vroom (dalam Rivai dan Sagala, 2009) dimana alasan ingin melakukan sesuatu tanpa ada intervensi orang lain, menyalurkan jiwa sosial, menjauhi akhlakul Mazmummah dapat difokuskan ke dalam effort performance relationship dan performance reward relationship.

Pengembangan Usaha. Terdapat perbedaan hasil antara pengembangan usaha yang dilakukan oleh perantau Minang yang berwirausaha. Salah satunya adalah dari segi pemasaran yang memanfaatkan media sosial.

“Ya ada, dengan pemasaran melalui sosial media dan sunmor kan cukup efektif ya. Uda kan juga punya online shop.” (Riko, 04/02/16 12.30)

Dalam suatu usaha, jaringan dan relasi bisnis merupakan sebuah kunci yang bisa membuka pintu komunikasi dengan orang lain. Apabila cocok dengan mitra bisnis, maka akan terjadi suatu aktifitas bisnis yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Namun apabila tidak cocok, maka tidak akan terjadi suatu aktifitas bisnis

“Dari sisi pemasaran relasinya banyak itu. Dipercaya sama orang, dia kan distributor. Sampai ke Sumatra dan Kalimantan dengan kepercayaan itu tadi.” (Syahrial, 03/03/16 16.30)

Dan ada juga yang mengembangkan usaha dari segi kerjasama, seperti pernyataan berikut:

“Menambah jenis barang, tidak hanya itu-itu saja. Dan juga menambah jumlah order barang ke pengrajin.” (Alfen 14/01/16 13.00)

(15)

oleh Suryana dan Bayu (2010) dalam pengembangan usaha yaitu jaringan produksi, jaringan pemasaran, jaringan pelayanan, jaringan kerjasama dan strategi komunikasi bisnis yang dikemukakan Rianse (2011).

Keberhasilan Usaha. Keberhasilan yang telah diraih oleh perantau Minang yang berwirausaha adalah berupa investasi dan asset dan juga pengalaman, pengalaman berpindah segmen serta pengalaman jatuh bangunnya usaha yang dijalani.

“Ya punya aset pribadi, tempat usaha milik sendiri, anak-anak safety dengan pendidikan dan asuransi serta aqidah dan agama. Itu kan penting. Terus apak ada buat HIPMMY (Himpunan Pengusaha Muda Minang Yogyakarta). Sekarang ketua IKBMY. Mungkin itu sebuah keberhasilan juga ya.” (Remon, 02/03/16 20.30)

Berdasarkan informasi yang diperoleh, ditemukan kemiripan dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2013) dengan judul Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Wirausaha. Terdapat dua faktor yang menentukan keberhasilan wirausaha yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari motivasi yang timbul dari dalam diri pelaku usaha, pengalaman dan pendidikan yang dimiliki wirausaha serta kepribadian wirausaha tersebut. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari dua faktor yaitu faktor lingkungan keluarga dan faktor lingkungan kerja. Kemudian penelitian selanjutnya berjudul Faktor Determinan Keberhasilan Pedagang Etnis Bugis Dalam Mengembangkan Bisnis yang ditulis oleh Munizu (2010). Terdapat beberapa kesamaan dalam penelitian ini yaitu keterlibatan secara aktif dalam menjalankan bisnis dan memiliki tujuan, ketahanan, ketekunan, dan optimisme, dan pengorbanan pribadi.

Pengalaman merupakan guru yang berharga. Salah satu narasumber sempat merasakan masa kejayaannya dalam berwirausaha, namun karena pengelolaan yang kurang baik usaha tersebut jatuh.

“Dulu dia kan mulainya dari kios-kios kecil di malioboro itu, terus di sunmor. Pencapaiannya paling tinggi itu sepenglihatan uda ya waktu toko jam di klithikan itu. Sukses dia. Tapi ya yang namanya hidup kita gak tau jatuh bangunnya ya. Tapi bang Riko ini sudah menang di pengalaman. Pengalaman itukan ilmu yang berharga ya, dari pengalaman bisa memperkuat strategi.” (Edward, 07/02/16 16.30)

Wirausahawan Minang memiliki kemampuan dan kemauan, membaca peluang dan tekad kuat serta bekerja keras sesuai dengan apa yang dikatakan Suryana (2009) yang mengemukakan tiga faktor penyebab keberhasilan seorang wirausaha yaitu 1) Kemampuan dan kemauan; 2) Tekad yang kuat dan kerja keras; 3) Kesempatan dan peluang.

(16)

“Kompetitor, itu gak bisa dihindarkan. Terus sekarang ini online shop sudah sangat banyak, dalam segmen apapun.” (Remon, 02/03/16 20.30)

Pemahaman akan teknologi tentunya dapat mendukung kemajuan seseorang dalam beraktifitas. Seoranng yang berwirausaha harus berani melakukan perubahan dalam organisasinya. Salah satu perubahan yang dapat membantunya adalah perubahan teknologi yang sedang berkembang. Namun salah satu narasumber merasa kurang bisa mengikuti dan memahami teknolgi, dan hal itu yang menjadi masalah yang dirasakannya saat ini.

“Itu yang menjadi kelemahan uda, teknologi. Itu yang menjadi kendala dalam pemasaran uda, tapi uda tetap akan belajar karena sekarang itu ya teknologi ya. Contohnya ya pemasaran melalui sosial media atau ya seperti stock barang lewat komputer, sistem barcode biar gampang dan tertata dengan baik. Sosial media, website kalau bisa ya dengan iklan yang sangat kreatif.” (Alfen 14/01/16 13.00) Terdapat beberapa kesamaan yang menjadi masalah dengan faktor kegagalan yang dikemukakan oleh Astamoen (2005) seperti kurang pandai dalam beberapa hal tertentu karena kurang belajar dan berlatih, kurang pengalaman, kurang cepat bertindak, komitmen pihak lain yang tidak terbukti, perkembangan iptek.

Peran IKBMY bagi perantau Minang dan Ranah Minang. Peran IKBMY untuk perantau Minang yang berwirausaha hanya sebatas menjalin tali silaturahmi, sharing dan berbagi informasi.

“Untuk sharing berbagi informasi, ajang silaturahmi.”(Alfen 30/01/16 08.45) Sedangkan peran IKBMY untuk ranah Minang seperti mempertahankan kearifan dan kebudayaan Minangkabau di rantau dan ikut berkontribusi dalam memberikan bantuan.

“Mempertahankan dan mengangkat kearifan lokal budaya Minang di rantau. Di Jogja kan mau dibikin rumah gadang juga. Terus biasanya kalau perantau Minang pulang ke ranah biasanya membawa keluarga, saudara, atau orang-orang di kampung untuk bekerja di rantau, mereka di didik biar mandiri. Kan mengurangi beban pemerintah mengatasi pengangguran. Jangan menilai fisik daerah aja ya, tapi beban masyarakat yang ditanggung pemerintah juga dinilai. Terus ikut berkontribusi ketika ada bencana, mengurus kematian.” (Remon, 02/03/16 20.30) Diperantauan, untuk mencari saudara, teman, relasi, dukungan dan tempat untuk melepas rasa rindu terhadap kampung halaman dengan penggunaan bahasa daerah secara bebas dapat dirasakan dengan ikut bergabung ke dalam suatu ikatan kekeluargaan. Hal ini hampir sama dengan apa yang dikatakan oleh Schermerhorn (dalam Tilaar, 2007) bahwa suatu kelompok etnis adalah suatu masyarakat kolektif yang mempunyai atau digambarkan memiliki kesatuan nenek moyang, mempunyai pengalaman sejarah yang sama di masa lalu, serta mempunyai fokus budaya di dalam satu atau beberapa elemen-elemen simbolik yang menyatakan akan keanggotaannya, seperti pola-pola keluarga, ciri-ciri fisik, aliansi agama dan kepercayaan, bentuk-bentuk dialek atau bahasa, afiliasi kesukuan, nasionalitas, atau kombinasi dari sifat-sifat tersebut yang pada dasarnya terdapat ikatan antar anggotanya sebagai suatu kelompok.

DISKUSI HASIL

(17)

faktor finansial, dan ada yang disebabkan karena ingin menuntut ilmu. Merantau merupakan gambaran kehidupan orang Minang yang ulet, gesit, berjiwa wirausaha, mandiri dan rela mengalami kesulitan untuk mendapatkan kesuksesan. Kondisi alam Minangkabau bukanlah kawasan industri, tidak kaya oleh pabrik dan hasil tambang. Dulu hanya ada dua yang cukup dikenal, yaitu PT. Semen Padang di Kota Padang dan Perusahaan Negara Tambang Batu Bara Ombilin (PNTBO) di Kota Sawahlunto. Dapat dikatakan daerah Sumatera Barat miskin dari sisi industri, pabrik dan tambang. Hal ini dapat juga menjadi alasan mengapa masyarakat Minangkabau merantau.

David McClelland mengemukakan bahwa suatu negara bisa menjadi makmur bila ada entrepreneur sedikitnya dua persen dari jumlah penduduk. Menurut Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga (dalam Sasongko, 2015) jumlah pengusaha di Indonesia hanya sekitar 1,65 persen. Dapat dikatakan bahwa kalau bangsa Indonesia masih saja berkutat sebagai bangsa buruh, karena masih banyak yang mencari kerja dan menyebabkan meningkatnya angka pengangguran. Karena itu, prinsip orang Minang adalah mencari uang, bukan mencari kerja. Maksudnya disini kebanyakan perantau Minang akan berwirausaha di daerah perantauannya, dengan begitu perantau Minang di daerah perantauan bukanlah untuk mencari kerja tetapi mencari uang.

Membangun suatu usaha bukanlah suatu hal yang mudah. Apalagi mempertahankan bahkan mengembangkan usaha merupakan suatu tantangan yang harus dipecahkan oleh seorang wirausahawan. Perantau Minang yang berwirausaha melakukan pengembangan usaha dari segi produksi, jaringan kerjasama, pemasaran dana pelayanan. Mengembangkan usaha merupakan bagian dari perencanaan kewirausahaan. Kegiatan berwirausaha selalu mempunyai tujuan dan sasaran untuk memperoleh keuntungan atau laba nyata dalam bentuk rupiah. Keberhasilan yang telah dicapai perantau Minang berupa investasi dan asset yang dimiliki serta pengalaman berpindah segmen dan pengalaman jatuh bangun. Di dalam dunia usaha pasti menghadapi satu masalah atau hambatan terlebih dahulu sebelum mencapai suatu kesuksesan. Hambatan dan masalah tersebut bukanlah hal baru yang harus dihadapi para pengusaha. Masalah yang dihadapi oleh narasumber seperti persaingan dengan kompetitor, pemahaman akan teknologi dan kesulitan dalam pengelolaan manajemen. Sedangkan tantangannya berupa untung dan rugi, percepatan proses produksi dan juga berkaitan dengan hutang.

(18)

organisasi dapat membentuk suatu divisi agar dapat mengadakan kegiatan seperti pelatihan maupun edukasi. Contohnya membentuk suatu divisi kewirausahaan dan mengedukasi para perantau yang berwirausaha dengan kegiatan seperti seminar, pelatihan untuk industri kreatif dan lain sebagainya atau membentuk suatu koperasi agar dapat membantu para anggotanya.

PENUTUP

Pertama. Latar belakang kehidupan perantau Minang yang berwirausaha berbeda-beda, dilihat dari latar belakang keluarga, pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Berbagai alasan yang melatarbelakangi perantau Minang untuk meninggalkan kampung halaman seperti faktor finansial, daya tarik kota dan ada yang disebabkan karena ingin menuntut ilmu. Hal yang menjadi alasan untuk merantau adalah faktor ekonomi, faktor pendidikan, dan daya tarik kota. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Naim (2013) faktor penyebab orang merantau di Minangkabau ada sepuluh yaitu faktor fisik seperti ekologi dan lokasi, faktor ekonomi dan demokrasi, faktor pendidikan, daya tarik kota, keresahan politik, faktor sosial, arus baru, faktor sosial bagi migrasi di antara masyarakat-masyarakat yang lain, faktor agregatif bagi migrasi, dan tipologi migrasi.

Kedua. Terdapat dua motivasi yang mendominasi dari perantau Minang dalam berwirausaha seperti alasan finansial dan lingkungan sekitar. Terdapat pula motivasi pendukung seperti ingin melakukan sesuatu tanpa ada intervensi dari orang lain, melihat peluang usaha, tidak suka diatur orang lain, ingin jauh dari akhlakul mazmumah, serta menyalurkan jiwa sosial. Dilihat dari Teori Motivasi, wirausahawan dalam memulai usahanya dipengaruhi oleh Teori Kepuasan dan Teori Proses. Dalam Teori Kepuasan yang mempengaruhi adalah Teori Hierarki Kebutuhan Maslow (dalam Kadarisman, 2012) dimana alasan finansial termasuk dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis dan juga masuk ke dalam teori ERG yaitu Eksistensi (Existence) dari Alderfer (dalam Rivai dan Sagala, 2009). Faktor lingkungan bisa dimasukkan ke dalam teori ERG keterhubungan (Relatedness). Jika dalam teori Clelland (dalam Suryana dan Bayu, 2010) alasan ingin melakukan sesuatu tanpa ada intervensi dari orang lain bisa difokuskan ke dalam kebutuhan akan kekuasaan dan alasan peluang usaha bisa difokuskan ke dalam kebutuhan akan prestasi. Sedangkan dari Teori Proses yang mempengaruhi adalah Expectancy Theory dari Vroom (dalam Rivai dan Sagala, 2009) dimana alasan ingin melakukan sesuatu tanpa ada intervensi orang lain, menyalurkan jiwa sosial, menjauhi akhlakul Mazmummah dapat difokuskan ke dalam effort performance relationship dan performance reward relationship.

(19)

jaringan pemasaran, jaringan pelayanan, jaringan kerjasama dan strategi komunikasi bisnis yang dikemukakan Rianse (2011).

Keempat. Keberhasilan usaha yang telah diraih oleh perantau Minang yang berwirausaha adalah berupa investasi dan asset. Dan juga pengalaman, pengalaman berpindah segmen serta pengalaman jatuh bangunnya usaha yang dijalani. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari narasumber, ditemukan kemiripan dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2013) dengan judul Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Wirausaha. Terdapat dua faktor yang menentukan keberhasilan wirausaha yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari motivasi yang timbul dari dalam diri pelaku usaha, pengalaman dan pendidikan yang dimiliki wirausaha serta kepribadian wirausaha tersebut. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari dua faktor yaitu faktor lingkungan keluarga dan faktor lingkungan kerja. Kemudian penelitian selanjutnya berjudul Faktor Determinan Keberhasilan Pedagang Etnis Bugis Dalam Mengembangkan Bisnis yang ditulis oleh Munizu (2010). Terdapat beberapa kesamaan dalam penelitian ini yaitu keterlibatan secara aktif dalam menjalankan bisnis dan memiliki tujuan, ketahanan, ketekunan, dan optimisme, dan pengorbanan pribadi. Ketiga narasumber memiliki kemampuan dan kemauan, membaca peluang dan tekad kuat serta bekerja keras sesuai dengan apa yang dikatakan Suryana (2009) yang mengemukakan tiga faktor penyebab keberhasilan seorang wirausaha.

Kelima. Masalah yang muncul pada perantau Minang yang berwirausaha adalah masalah persaingan dengan kompetitor, pemahaman akan teknologi dan kesulitan dalam pengelolaan manajemen. Sedangkan tantangannya berupa untung dan rugi, percepatan proses produksi dan juga berkaitan dengan hutang. Terdapat beberapa kesamaan yang menjadi masalah dengan faktor kegagalan yang dikemukakan oleh Astamoen (2005) seperti kurang pandai dalam beberapa hal tertentu karena kurang belajar dan berlatih, kurang pengalaman, kurang cepat bertindak, komitmen pihak lain yang tidak terbukti, perkembangan iptek.

(20)

Saran. Berikut ini adalah saran yang membangun agar kedepannya menjadi lebih baik lagi: 1) Untuk perantau agar lebih semangat dalam berwirausaha dan merantau dan selalu memepertahankan adat dan istiadat dan menyesuaikan diri dengan adat dan istiadat yang berlaku di tanah rantau. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi evaluasi bagi para narasumber dalam penelitian; 2) Untuk pemerintah, agar dapat memperhatikan perkembangan wirausaha dan perkembangan sektor ekonomi di kota manapun karena perkembangan wirausaha dapat meningkatkan pendapatan ekonomi daerah dan secara tidak langsung menyediakan lapangan pekerjaan bagi penduduk lokal; 3) Untuk IKBMY, sebagai organisasi kekeluargaan dan organisasi yang sudah ada sejak lama hendaknya lebih memanfaatkan peran struktural organisasi. Membentuk suatu divisi agar dapat mengadakan kegiatan seperti pelatihan maupun edukasi. Contohnya membentuk suatu divisi kewirausahaan dan mengedukasi para perantau yang berwirausaha dengan kegiatan seperti seminar dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Syarifuddin. (2001). Business Rules. (Terjemah Bagaskara A). Bandung: Alfabeta. Alwi, Syarifuddin. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia: Strategi Keunggulan

Kompetitif. Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE

Asnan, Gusti. (2003). Kamus Sejarah Minangkabau. Padang: Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau.

Astamoen. (2005). Enterpreneurship dalam Perspektif Kondisi Bangsa Indonesia. Bandung: Alfabeta

Bangun, Wilson. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga.

Brian, Clegg. (2000). “Instant Motivation”. Penerbit Airlangga. Buku Terjemahan oleh Zulfikli Harahap.h.2.

Bungin, Burham. (2007). Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Daya, Burhanuddin; Ali, Rachmad; Bahar, Saafroedin; Zed, Mestika. (2003). Dua Sejoli: Yang Dipatuan Maharajo Alam Sati Dan Puan Gadih Puti Reno Indaswari. Yayasan Mataram-Minang Lintas Budaya.

Denzin, Nirman K dan Lincoln, Yvonna S. (2009). Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Dessler, Gary. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia Jilid 1. Jakarta: PT Indeksh. Dewi, Innike Rahma dan Ermansyah. (2007). BADAN MUSYAWARAH MASYARAKAT

MINANG (BM3) (Studi Deskriptif tentang Fungsi Organisasi Sosial Suku Bangsa Minangkabau di Kota Medan). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatra Utara. Diunduh dari http://repository.usu.ac.id/ pada tanggal 10 Januari 2016 pukul 17.19

Fatimah, Siti. (2012). Gender Dalam Komunitas Masyarakat Minangkabau; Teori, Praktek Dan Ruang Lingkup Kajian. Diunduh dari http://www.kafaah.org pada tanggal 16 Maret 2016 pukul 14.30

(21)

Handoko, T. Hani. (2012). Manajemen Personalia & Sumberdaya Manusia. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Hutagalung, Raja Bongsu, Syafrizal Helmi, dan Frida, Ramadini. (2010). Kewirausahaan.USU Press: Medan.

Kadarisman. (2012). Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Munizu, Musran (2010). Faktor determinan keberhasilan pengusaha etnis bugis dalam mengembangkan bisnis. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin. Diunduh dari http://repository.unhas.ac.id pada tanggal 06 Oktober 2015 pukul 22:11.

Moleong. (2005). Metodologi Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Naim, Mochtar. (2013). Merantau Pola Migrasi Suku Minangkabau Edisi III. Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada.

Navis, A. A. (1984). Alam Terkembang Jadi Guru Adat Dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta: PT. Temprint.

Noor, Henry Faizal. ( 2007). Ekonomi manajerial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Nusyirwan. (2011). Manusia Minangkabau: Iduik Bajaso, Mati Bapusako. Yogyakarta:

GrePublishing

Primiana, Ina. (2009). Menggerakkan Sektor Riil UKM dan Industri. Bandung : Alfabeta

Ratnawati, Susi. (2011). Model Pemberdayaan Perempuan Miskin Pedesaan Melalui

Pengembangan Kewirausahaan. Diunduh dari

https://core.ac.uk/download/files/478/12346271.pdf pada tanggal 7 Februari 2016 pukul 10.30

Rianse, Usman. (2011). Kewirausahaan, Kendari: Penerbit Unhalu Perss.

Rivai, Veithzal dan Sagala, Ella Jauvabi. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan Dari Teori ke Praktik. Edisi Kedua. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Riyansyah, Adwi Nur. (2011). Arti Organisasi Etnis Bagi Mahasiswa Minangkabau: Studi Kasus Pada Tiga Mahasiswa Minangkabau. Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Diunduh dari https://www.academia.edu pada tanggal 25 februari 2016 pukul 11.00

Sasongko, Agung. (2015). Jumlah Pengusaha Indonesia Hanya 1,65 Persen. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2015 pukul 14.00 dari

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/03/12/nl3i58-jumlah-pengusaha-indonesia-hanya-165-persen

Septian, Haris. (nd). Motif Merantau Dalam Kaba Yang Berjudul Nama-Nama Perempuan; Tinjauan Sosiologi Sastra. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas.Diunduh dari http://fib.unand.ac.id/ pada 07 Januari 2016 Pukul 13.15 Setiawati, Trias dan Paramitha, Anggia. (2010). Motivasi Ibu Rumah Tangga dalam

Berwirausaha (Studi Kasus Wirausaha Handicraft Yogyakarta). Fakultas Ekonomi, Univesitas Islam Indonesia. Diunduh dari https://www.academia.edu pada tanggal 16 April 2015 pukul 20:00

Siswanto, Armanu, Setiawan, M. dan Nimran, U. (2013). Entrepreneurial Motivation in Pondok Pesantren. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya. Diunduh dari http://fe.uin-malang.ac.id/ pada tanggal 03 Oktober 2015 pukul 21:53

(22)

Stoner dan Freeman. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia: Konsep, Teori dan Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik. Edisi 1, Graha Ilmu.h7.

Subagijo, W. dan Sindu Galba. (1999). Keberadaan Paguyuban-Paguyuban Etnis di Daerah Perantauan dalam Menunjang Pembinaan Persatuan dan Kesatuan: (Kasus Perantau Etnik Jawa di Tanjung Pinang). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sugiyono. (2012). Metopel Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

Suryana, Yuyus dan Bayu, Kartib. (2010). Kewirausahaan Pendekatan Karakteristik Wirausaha Sukses. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Suryana, Yuyus. (2009). Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba.

Tambunan, Tulus, T.H.(2002). Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Beberapa Isu Penting. Jakarta: PT Salemba Empat.

Tilaar, H.A.R. (2007). Mengindonesia: Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia. Rineka Cipta: Jakarta.

Widiyanto, Danar. (2015). Syawalan Dan Halal Bi Halal IKBMY: Rindu Kampung Halaman, Rumah Gadang Akan Berdiri di Yogya. Diakses dari http://krjogja.com/read/270402/rindu-kampung-halaman-rumah-gadang-akan-berdiri-di-yogya.kr pada tanggal 24 Januari 2015 pukul 21.00

Yin, Robert. K. (2009). Studi Kasus: Desain dan Metode, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Yulianti, Dewi. (2010). Motivasi Berwirausaha pada Etnis Tionghoa. Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma. Diunduh dari http://papers.gunadarma.ac.id/ pada tanggal 03 oktober 2015 pukul 19:47.

BIODATA PENULIS

Ilham Setiawan, Mahasiswa konsentrasi Manajemen SDM pada Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi di Universitas Islam Indonesia. Email: ilhamfernando93@gmail.com

Referensi

Dokumen terkait

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian selanjutnya tidak hanya pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR), ukuran perusahaan (size),

Karena hasil pengujian piezoelektrik menggunakan tekanan air hujan lebih besar dari hasil pengujian piezoelektrik menggunakan tekanan pegas dan putaran disk baik

Peneliti akan meneliti yang berkaitan dengan pelaksanaan pembinaan akhlak pemuda dan kendala apa saja yang mempengaruhi pembinaan akhlak pemuda di lembaga pemasyarakatan kelas

Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Serta Dampaknya Pada Kualitas Pelayanan Housekeeping Department Di Padma Hotel Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia

Rata-rata tren pertumbuhan nilai jual produk furnitur cenderung dimana Pertumbuhan Nilai Ekspor tahun 2010-2012 Perusahaan Furnitur Ekolabel di wilayah

- “prinsip-prinsip asas yang mengasaskan sesebuah negara, memastikan bagaimanakah sesuatu keputusan kerajaan itu akan dibuat, bagaimana kuasa akan diagih-agihkan

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk pada proses produksi dan memiliki persentase yang besar dibandingkan bahan-bahan lainnya.. Bahan baku

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI