• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Penelitian Antropologi Budaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Penelitian Antropologi Budaya"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejarah Lokal mengandung suatu pengertian, bahwa suatu peristiwa yang telah terjadi hanya meliputi suatu daerah dan tidak menyebar ke daerah lainnya. Sejarah lokal tentang suatu daerah memuat masalah awal suatu daerah tersebut seperti asal usul daerah bersangkutan sampai kepada perkembangan daerah itu pada masa berikutnya. Taufk Abdullah (1996) mendefnisikan sejarah lokal sebagai “sejarah dari suatu tempat”, suatu locality yang batasnya ditentukan oleh perjanjian penulis sejarah.

Setiap wilayah di Indonesia memiliki karakter tersendiri. Hal ini disebabkan masing-masing wilayah terbentuk melalui proses sejarah panjang yang berbeda-beda. Demikian juga kebudayaan, merupakan produk dari proses sejarah yang panjang. Oleh karena itu, Sejarah Lokal merupakan yang kompleks yang memiliki banyak aspek dari keseluruhan pengalaman kolektif masa lalu meliputi aspek sosial-budaya, polotik, agama, teknologi, ekonomi, dan sebagainya dalam suatu wilayah tertentu.

Sejarah lokal yang identik dengan cerita rakyat sampai sekarang masih berkembang terus dan penyebarannya secara turun menurun oleh masyarakat. Tetapi masih banyak cerita rakyat yang belum terdeteksi maupun terekap dalam bentuk tulisan maupun kajian. Cerita ini biasanya berupa cerita yang berbentuk kepahlawanan, legenda, keunikan, maupun yang lainnya. Peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi di daerah biasanya dikenang dan diingat dalam bentuk nama. Nama tersebut biasanya diambil dari nama peristiwa, orang, binatang, tumbuhan, dan sebagainya. Menurut Suyono (1990: 123) keseluruhan nama itu selalu mengandung makna, meskipun dalam motif yang berbeda-beda, ada yang sebagai pengingat-pengingat suatu peristiwa, sesuatu harapan, atau hanya sebagai suatu tanda.

(2)

Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran. Penelitian ini oleh penulis diberi judul “Asal-usul Nama Kampung Karanggedang di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran (Kajian Legenda dan Budaya)”.

Penulis ingin meneliti asal-usul nama suatu desa, karena asal-usul suatu kampung di Pangandaran khususnya kampung Karanggedang sepanjang pengetahuan penulis belum ada yang meneliti ataupun menganalisisnya. Banyak masyarakat di Indonesia yang tidak memahami atau mengetahui tentang sejarah lokal di daerahnya masing-masing. Hal ini dikarenakan minimya pengetahuan tentang sejarah lokal di wilayahnya, misalnya sumber untuk mengetahui sejarah lokal di wilayhnya sedikit, banyak saksi sejarahnya sudah meninggal bahkan pikun, bukan penduduk asli wilayah tersebut dan lain sebagainya. Selain itu, setelah penulis melakukan wawancara kepada salah satu informan, penulis menemukan adanya keunikan dari budaya yang terkandung di dalam cerita-cerita tersebut. Hal ini patut untuk diteliti lebih lanjut agar masyarakat lebih memahami dan menghargai cerita-cerita rakyat yang terdapat di daerah mereka masing-masing.

B. Fenomena dan Pertanyaan Penelitian/Fokus Penelitian

Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji menurut Creswell (1998).

Fenomena : Asal-usul Kampung Karanggedang Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran Kajian Mitos dan Budaya.

Fokus Penelitian :

1. Bagaimanakah legenda asal-usul nama Kampung Karanggedang Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran ?

2. Tradisi / budaya apakah yang masih dilaksanakan secara turun temurun di Kampung Karanggedang Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran ?

(3)

Daerah penelitian menurut DR. Kartini Kartono dalam bukunya Pengantar Metodologi Riset Sosial menyatakan bahwa “yang dimaksud daerah penelitian adalah meliputi bidang lapangan atau bidang jangkauan yang memadai dan sesuai dengan kemampuan sendiri“.

Adapun yang menjadi ruang lingkup atau daerah penelitian adalah Kampung Karanggedang Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran. Dalam karya tulis ini penulis memberi batasan-batasan tertentu dalam pembahasan masalah ini, yaitu: kajian legenda/cerita asal usul nama Kampung Karanggedang Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran dan kajian budaya yang masih dilaksanakan secara turun temurun di Kampung Karanggedang Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran.

D. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian deskriptif, tujuan penelitian adalah untuk memperoleh gambaran dan diskripsi secara rinci, sistematis dan akurat suatu fenomena. Suatu penelitian ada yang hanya memerlukan satu tujuan, ada juga mempunyai beberapa tujuan sesuai dengan sub-permasalahan (Zainuddin:1988).

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu :

1. Mendeskripsikan sejarah Kampung Karanggedang Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran.

2. Memberi gambaran tentang tradisi yang masih dilaksanakan di Kampung Karanggedang Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran.

E. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan temuan yang dapat menumbuhkan rasa menghargai pada setiap anggota masyarakat dan menambah kecintaan terhadap hasil kebudayaan dari daerahnya masing-masing.

(4)

Pangandaran dan untuk mendorong semangat melestarikan budaya nasional bagi generasi muda pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

F. Batasan Istilah

Setiap istilah yang unik, istilah yang mempunyai beberapa pengertian atau dapat diartikan ganda, yang berhubungan erat dengan konsep-konsep pokok dengan masalah yang diteliti atau variabel penelitian harus diberi defnisi. Defnisi istilah ini penting untuk menyamakan pengertian dan makna istilah yang dimaksud. Defnisi istilah dapat berbentuk defnisi operasional variabel yang diteliti dan dititik beratkan pada pengertian yang diberikan oleh peneliti. Defnisi operasional adalah defnisi yang didasarkan atas sifat-sifat sesuatu yang didefnisikan yang dapat diamati dan diukur. Sehingga dari defnisi operasional tersebut akan mengacu pada cara pengambilan data dan alat pengumpul data yang akan digunakan.

Pemberian batasan istilah dimaksudkan untuk menghindari timbulnya salah pengertian, perbedaan pendapat maupun salah penafsiran dengan permasalahan dalam penelitian ini.

1. Asal-usul

Menurut KBBI adalah riwayat, cerita (secara urut dari awal sampai terjadinya suatu peristiwa).

2. Nama

Menurut KBBI adalah kata untuk menyebut atau memanggil orang (tempat, barang, binatang, dsb).

3. Kampung

Menurut KBBI adalah kelompok rumah yang merupakan bagian kota.

4. Kecamatan

Menurut KBBI adalah 1 daerah bagian kabupaten (kota madya) yang mem-bawahkan beberapa kelurahan, dikepalai seorang camat, 2 bagian pemerintahan daerah yang dikepalai seorang camat.

(5)

Menurut KBBI adalah 1 daerah swatantra tingkat II yang dikepalai oleh bupati yang setingkat dengan kota madya, dan merupakan bagian langsung dari provinsi dan terdiri atas beberapa kecamatan, 2 kantor tempat kerja bupati, 3 rumah tempat tinggal bupati.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Kajian Pustaka/Landasan Teori

(6)

informasi yang relevan dengan masalah yang diteliti, mempedalam pengetahuan tentang obyek (variabel) yang diteliti, mengkaji teori dasar yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, mengkaji temua penelitian terdahulu, dan mencari informasi aspek masalah yang belum tergarap.

1. Legenda

Legenda adalah prosa rakyat yang mempunyai ciri-ciri mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Berlainan dengan mite, legenda tokohnya manusia, walaupun ada kalanya mempunyai sifat-sifat luar biasa, dan seringkali juga dibantu makhluk-makhluk ajaib. Tempat terjadinya adalah di dunia seperti yang kita kenal kini, karena waktu terjadinya belum terlalu lampau (Bascom dalam Danandjaja, 1986).

Dalam bukunya (Tradisi Lisan Jawa, 2005), Suwardi memaparkan bahwa legenda merupakan cerita asal-usul suatu tempat dengan ditandainya tokoh makhluk superior. Legenda sering memunculkan fgur istimewa, namun tidak dianggap keramat seperti tokoh mite. Tokoh-tokoh kepahlawanan sering muncul dalam legenda tertentu dan legenda ini sering pula dianggap sebagai fakta sejarah yang pernah terjadi.

(7)

legends). Meski demikian, dalam perkembangannya, cerita legenda yang terkenal adalah golongan ke-4, yakni golongan legenda setempat (local legends). Golongan legenda ini menceritakan hubungan tokoh manusia sakti dengan munculnya suatu tempat, nama tempat dan bentuk topograf suatu daerah. Misalnya, tokoh Sangkuriang dan Dayang Sumbi merupakan background terjadinya gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat, tokoh Bandung Bandawasa dan Rara Jonggrang sebagai background terjadinya Candi Prambanan (Candi Sewu) di Jawa Tengah, “Asal Mula Nama Banyuwangi” dan “Asal Mula Nama Desa Jember” di Jawa Timur, dan lain-lain.

2. Budaya

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

(8)

Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

M. Jacobs dan B.J. Stern, Kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi social, ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang kesemuanya merupakan warisan social.

Koentjaraningrat, Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan relajar.

Dr. K. Kupper. Kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi pedoman dan pengarah bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku, baik secara individu maupun kelompok.

William H. Haviland. Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat di tarima oleh semua masyarakat.

(9)

alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.

Francis Merill, Pola-pola perilaku yang di hasilkan oleh interaksi social. Semua perilaku dan semua produk yang dihasilkan oleh sesorang sebagai anggota suatu masyarakat yang di temukan melalui interaksi simbolis.

Mitchell (Dictionary of Soriblogy), Kebudayaan adalah sebagian perulangan keseluruhan tindakan atau aktivitas manusia dan produk yang dihasilkan manusia yang telah memasyarakat secara sosial dan bukan sekedar di alihkan secara genetikal.

Dari berbagai defnisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Pengertian tradisi menurut KBBI adalah adat kebiasaan turun temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat; penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar. Di Indonesia, tradisi yang masih dijalankan, dipengaruhi oleh kebudayaan lokal, Hindu-Budha, dan Islam. Disadari atau tidak, sampai sekarang dalam menjalankan sebuah tradisi, masyarakat Indonesia masih terpengaruh oleh tiga kebudayaan asli Indonesia tersebut.

B. Kerangka Konseptual

(10)

Pangandaran yang tidak memahami atau mengetahui tentang sejarah lokal di daerahnya tersebut terutama tentang asal mula nama desanya. Melihat situasi yang demikian perlu kiranya menggalang partisipasi masyarakat dalam memahami sejarah lokal desanya. Dengan adanya hasil laporan penelitian “Asal-usul Nama Kampung Karanggedang Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran (Kajian Legenda dan Budaya)”, diharapkan dapat memecahkan masalah sehingga masyarakat menjadi lebih paham tentang sejarah lokal di desanya tersebut serta melestarikannya.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Dalam penelitin kualitatif-fenomenologi ada dua metode yang bisa digunakan untuk mendekati suatu permasalahan yang akan dipecahkan yaitu metode wawancara dan observasi. Sebelumnya peneliti menentukan kajian-kajian yang akan dibahas kemudian mengumpulkan sumber-sumber yang relevan dengan menacari informan-informan penduduk desa tersebut.

B. Populasi dan Penentuan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek atau objek yang menjadi pusat perhatian penelitian. Populasi dapat berupa himpunan orang, benda, kejadian, gejala, kasus, waktu, tempat. Populasi dapat berstatus sebagai objek penelitian jika populasi tersebut sebagai substansi yang diteliti. Populasi penelitian dapat berstatus sebagai sumber informasi. Dalam penelitian survey, orang atau sekelompok orang biasanya berfungsi sebagai sumber informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan dirinya atau fenomena yang berkaitan dengan dirinya. (Ibnu, Mukhadis dan Dasna: 2003).

(11)

inferensi statistik dan pertimbangan non akademik yaitu keterbatasan tenaga, waktu, biaya dukungan logistik dan kepraktisan. (Ibnu, Mukhadis dan Dasna: 2003).

Maka penelitian dapat hanya menjangkau sebagian dari populasi. Sebagian populasi tersebut adalah sampel. Sampel merupakan bagian dari populasi atau sejumlah anggota populasi yang mewakili populasinya. Karena sampel mewakili populasi maka sampel harus dipilih sesuai dengan karakteristik populasi tersebut. Sehingga sampel tersebut benar-benar representatif, artinya sampel tersebut mencerminkan keadaan populasi secara cermat. Cara pengambilan sampel (sampling) dibedakan menjadi dua yaitu random sampling dan non-random sampling. Dalam random (acak) sampling, setiap individu anggota populasi mempunayi kesempatan (probabilitas) yang sama untuk menjadi sampel. Dalam non-random sampling, kesempatan setiap individu anggota populasi menjadi sampel tidak sama. Yang termasuk random sampling adalah simple random sampling (acak sederahana), systematic random sampling, stratifed random sampling (acak stratifasi atau bertingkat), cluster random sampling (acak rumpun atau kelompok) dan multistage random sampling (acak gabungan berbagai cara). Yang termasuk non-random sampling adalah sampling seenaknya, purposif sampling (sampling bertujuan), quota sampling.

Berdasarkan pengertian di atas peneliti menentukan populasi yang digunakan dalam penelitian yaitu seluruh warga/masyarakat di kampung Karanggedang Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran. Sedangkan sampelnya yaitu empat orang warga yang dianggap mengetahui sejarah lokal desa tersebut. Dalam teknik pengambilan sampel (teknik sampling) peneliti menggunakan teknik random sampling (simple random sampling-acak sederhana). Penggunaan teknik ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam mencari informan untuk melengkapi sumber yang sesuai topik penelitian.

(12)

Menurut DR. Suharsini Arikunto, wawancara atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara atau interview.

Dengan pendapat tersebut di atas teknik atau cara untuk memperoleh data dilakukan dengan jalan berhubungan dan langsung dengan sumber data yang dilakukan dengan tanya jawab secara lisan.

Dalam hal wawancara ini dilakukan terhadap Kepala Dusun, dan empat warga desa yang dianggap paham tentang sejarah lokal kampung karanggedang.

2. Observasi

Menurut DR. Suharsini Arikunto didalam artian penelitian, observasi dapat dilakukan dengan test, kuesioner, rekaman gambar, rekaman suara.

Berdasar pendapat di atas, bahwa Metode Observasi adalah metode/cara yang dilakukan dengan pengamatan secara langsung pada obyek dalam kegiatan penelitian. Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan.

Adapun data yang ingin diperoleh dengan menggunakan metode ini adalah data hasil wawancara, peta wilayah Kampung Karanggedang Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran.

D. Teknik Analisis Data

a. Peneliti memulai mengorganisasikan semua data atau gambaran menyeluruh tentang fenomena pengalaman yang telah dikumpulkan.

b. Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir mengenai data yang dianggap penting kemudian melakukan pengkodean data.

(13)

tumpang tindih dihilangkan, sehingga yang tersisa hanya horizons (arti tekstural dan unsur pembentuk atau penyusun dari phenomenon yang tidak mengalami penyimpangan).

d. Pernyataan tersebut kemudian di kumpulkan ke dalam unit makna lalu ditulis gambaran tentang bagaimana pengalaman tersebut terjadi.

e. Selanjutnya peneliti mengembangkan uraian secara keseluruhan dari fenomena tersebut sehingga menemukan esensi dari fenomena tersebut. Kemudian mengembangkan textural description (mengenai fenomena yang terjadi pada responden) dan structural description (yang menjelaskan bagaimana fenomena itu terjadi).

f. Peneliti kemudian memberikan penjelasan secara naratif mengenai esensi dari fenomena yang diteliti dan mendapatkan makna pengalaman responden mengenai fenomena tersebut. g. Membuat laporan pengalaman setiap partisipan. Setelah itu,

gabungan dari gambaran tersebut ditulis.

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Legenda Asal-usul Nama Kampung Karanggedang

1. Pohon Gedang

(14)

Adanya dua bahasa tersebut, menurut salah satu tokoh yang bernama bapak Musa, rupanya adanya dua suku dalam satu kampung sangat berpengaruh atas nama karanggedang. Nama karang diambil dari letak kampung yang sangat dekat dengan laut, karang dalam bahasa Indonesia berarti wadah atau tempat, sedangkan gedang terdapat dua arti. Dalam bahasa Jawa, gedang berarti pisang, sedangkan dalam bahasa Sunda berarti pepaya. Disini berarti arti kata karanggedang dalam perspektif tumbuhan adalah tempat dimana pohon pisang dan pepaya tumbuh sangat banyak hingga setiap rumah terdapat pohon pisang dan pepaya. Ini berbeda dengan kampung lain, karanggedang di tumbuhi dengan berbagai macam pisang dan pepaya, yang menjadi unik dari kampung lain adalah tumbuhnya pisang dan pepaya disetiap rumah, kebun, daerah pinggir laut pun terdapat dua pohon tersebut. Hal ini tidak terdapat pada kampung lain.

2. Terjadinya Konfik Nama Gedang

Di masa lalu, masyarakat suku Jawa menanam pepaya dengan sebutan gedang. Masyarakat suku Sunda pun memberi nama gedang pada pohon pisang. Ketika kedua suku tersebut bertemu dan bercakap-cakap, mereka disuguhkan dengan dua buah, yaitu pisang dan pepaya. Ketika suku Jawa hendak memakan pepaya, dia mengatakan bahwa pepaya adalah gedang, kemudian orang suku Sunda menyanggahnya bahwa gedang itu adalah pisang.

Setelah kejadian tersebut, merambatlah perdebatan itu hingga seluruh warga tahu dan kedua suku tersebut tetap pada pendiriannya. Kemudian, sesepuh kedua suku tersebut bertemu dan membuat kesepakatan didepan masyarakat kedua suku tersebut, bahwa nama kampung yang sedang dihuni adalah karanggedang.

Namun, sejarah ini bukan dari sesepuh asli karanggedang, ini adalah kisah turun temurun dimana bisa saja sejarah ini berbelok arah. Karena sesepuh aslinya sudah tiada.

B. Kebudayaan/Tradisi Masyarakat Karanggedang

(15)

daerah akan menggambarkan atau menunjukkan ciri-ciri khas serta kharakter daerah tersebut, hal inilah yang membedakan antara daerah satu dengan daerah lainnya. Di Indonesia, tradisi yang masih dijalankan, dipengaruhi oleh kebudayaan lokal, Hindu-Budha, dan Islam. Disadari atau tidak, sampai sekarang dalam menjalankan sebuah tradisi, masyarakat Indonesia masih terpengaruh oleh tiga kebudayaan asli Indonesia tersebut.

Dalam hal tradisi, karanggedang tidak memiliki tradisi khusus / tradisi khas. Masyarakat karanggedang hanya mengikuti tradisi tahunan Kabupaten Pangandaran, yaitu Hajat Laut. Yakni, bentuk rasa terima kasih atas nikmat yang telah diberikan Tuhan melalui hasil laut.

BAB V

(16)

A. Kesimpulan

Pada dasarnya tidak ada yang mengetahui secara pasti sejarah terbentuknya Kampung Karanggedang. Hal ini dikarenakan para sesepuh yang diyakini mengetahui sejarah Kampung Karanggedang secara pasti sudah meninggal. Namun masyarakat setempat menganggap ada beberapa orang yang mengetahui sedikit tentang sejarah Kampung Karanggedang. Dari keterangan yang sudah penulis dapatkan, Bapak Musa adalah tokoh yang sangat dikanal di karanggedang, beliau adalah salah satu sesepuh yang dihormati di karanggedang. Jadi nama Karanggedang diambil dari nama tumbuhan dan konfik nama buah yang berbeda dengan satu nama.

Pada dasarnya, Masyarakat karanggedang hanya mengikuti tradisi tahunan Kabupaten Pangandaran, yaitu Hajat Laut. Yakni, bentuk rasa terima kasih atas nikmat yang telah diberikan Tuhan melalui hasil laut.

B. Saran

Dari hasil penelitian tentang Asal-usul Nama Kampung Karanggedang Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran (Kajian Legenda dan Budaya), maka penulis mengemukakan saran sebagai berikut :

Mengingat sulitnya dalam pembuatan laporan penelitian, hendaknya dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan para pembaca khususnya masyarakat Kampung Karanggedang Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran ada kemauan untuk memahami sejarah lokal di daerahnya serta melestarikanya huinga generasi berikutnya .

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Suyono. 1990. Legenda Asal-usul Nama Tempat sebagai Bahan untuk Penulisan Sejarah Lokal: dalam Bunga Rampai Pelangi Bahasa dan Sastra Indonesia. Surabaya: FPBS IKIP Surabaya.

Creswell, J. W. 1998. Qualitatif Inquiry and Research Design. Sage Publications, Inc: California.

Kartono Kartini, Drs., 1990, Pengantar Metodologo Riset Sosial, Penerbit : Mandar maju, Jakarta.

Zainuddin, M., 1988. Metodologi Penelitian, Surabaya: Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.

http://bahasa.cs.ui.ac.id/kbbi/kbbi.php?

keyword=asal+&varbidang=all&vardialek=all&varragam=all&varkelas=al l&submit=kamus

http://www.sastrajawa.com/category/teori-budaya/

Barzilai, Gad. 2003. Communities and Law: Politics and Cultures of Legahkjkjl Identities. University of Michigan Press.

http://exalute.wordpress.com/2009/03/29/defnisi-kebudayaan-menurut-para-ahli/

Ibnu, S., Mukhadis, A dan Dasna, I.W., 2003. Dasar-dasar Metodologi Penelitian, Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang

Referensi

Dokumen terkait

Ramps is short for reprap Arduino mega pololu shield, it is mainly designed for the purpose of using pololu stepper driven board (similar to 4988 driven board).. Owning to

Dari hasl perhitungan koefisien determinasi diperoleh nilai r sebesar 0,849 dan menjadi r Square yaitu pengkuadratan nilai koefisien korelasi sebesar

Mitos yang terdapat dalam novel ini adalah penari sanghyang Dedari dipercaya sebagai titisan dewa yang menjelma untuk menyembuhkan duka dan petaka yang memburu

MTC & Utility Unit Head Carton Box/ Finishing

Dalam ekonomi klasik, utility tidak menjadi kajian dalam pelbagai teori yang dibawa olehnya baik dari segi nilai, labor ataupun pertumbuhan.. Dalam teori klasik, nilai kesetimbangan

Dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif, serta konsep teori kepentingan politik dalam pilkada dan Pemilihan Kepada Daerah serta analisis data melalui interpretasi etik

Pengunjung yang rendah terjadi pada restoran bertema lokal Riung Sari,. Raja Sunda, dan Manjabal yang terlihat dari data dua tahun

Karakteristik Tempat Perkembangbiakan Larva Anopheles di Desa Bulubete Kecamatan Dolo Selatan Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah.. Poltekes Kemenkes Palu Bagian