• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Konsentrasi Tween 80 terhadap Stabilitas Fisik Obat Kumur Minyak Atsiri Herba Kemangi (Ocimum americanum L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Konsentrasi Tween 80 terhadap Stabilitas Fisik Obat Kumur Minyak Atsiri Herba Kemangi (Ocimum americanum L.)"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 TERHADAP

STABILITAS FISIK OBAT KUMUR MINYAK ATSIRI

HERBA KEMANGI (

Ocimum americanum

L.)

SKRIPSI

GALIH NURHADI

1111102000103

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

(2)

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 TERHADAP

STABILITAS FISIK OBAT KUMUR MINYAK ATSIRI

HERBA KEMANGI (

Ocimum americanum

L.)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

GALIH NURHADI

1111102000103

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)

Nama : Galih Nurhadi Program Studi : Farmasi

Judul : Pengaruh Konsentrasi Tween 80 terhadap Stabilitas Fisik Obat Kumur Minyak Atsiri Herba Kemangi (Ocimum americanum L.)

Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan minyak atsiri herba kemangi (Ocimum americanum L.) ke dalam bentuk sediaan obat kumur serta menguji stabilitas fisiknya. Minyak atsiri herba kemangi diperoleh dengan menggunakan metode destilasi uap-air. Metode pembuatan obat kumur yang digunakan adalah solubilisasi miselar. Obat kumur dibuat dalam 3 formula yaitu F1, F2, F3 dengan memvariasikan konsentrasi Tween 80 sebanyak 1%, 5%, 10% lalu dievaluasi fisik meliputi uji sentrifugasi, uji organoleptis, uji pH sediaan dan uji viskositas. Formula obat kumur F1, F2, dan F3 setelah 4 minggu penyimpanan memiliki karakteristik berwarna hijau muda, bau khas kemangi, rasa cukup pedas hingga pedas serta tidak terjadi pemisahan setelah diuji sentrifugasi, kecuali untuk F1 pada suhu 27oC dan 40oC terjadi perubahan warna dari hijau muda menjadi hijau tosca. Hasil karakteristik lainnya yaitu pH sediaan berturut-turut 6,428, 6,843, dan 6,810. Viskositas berturut-turut 1,16 cps, 1,58 cps, 2,22 cps. Formula yang dapat digunakan sebagai formulasi obat kumur adalah formula 2 karena memiliki warna yang stabil selama penyimpanan, pH sediaan yang sesuai dengan pH mulut, viskositas yang tidak terlalu kental dan rasa yang tidak terlalu pedas sehingga nyaman saat digunakan.

(7)

Name : Galih Nurhadi Program Study : Pharmacy

Title : Effect of Tween 80 Concentration on Physical Stability of Mouthwash Herb Lime Basil Essential Oil (Ocimum americanum L.)

This study was conducted to formulate and test the mouthwash of essential oils of herb lime basil (Ocimum americanum L.) and tested its physical stability. Herb lime basil oil was obtained by hydro distillation. Miselar solubilization method were used to make mouthwash preparation. Mouthwash preparations were made in three formulas with varying concentrations of Tween 80. The concentration of tween 80 in the preparation were made into 1%, 5%, 10% and namely F1, F2, F3. Mouthwash formula F1, F2, and F3 were incubated for 4 weeks to test their physical stability include centrifugation test, organoleptic test, pH test and viscosity test. The physical stability test results showed the organoleptic preparation had characteristic light green color, distinctive smell lime basil, not to spicy up to spicy taste, no separation after centrifugation test, except for formula F1 at temperature 27oC and 40oC the color changes from light green color becomes tosca, pH respectively 6.428, 6.843, and 6.810 dan Viscosity respectively 1.16 cps, 1.58 cps, 2.22 cps. Formula that can be used as a mouthwash formulation is formula 2 because it has stable color during storage, mouthwash pH corresponding to the oral pH, viscosity that is not too thick and not too spicy taste so comfortable when used.

(8)

Esa, Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya

dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam

rangka pemenuhan tugas akhir sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Farmasi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

yang senantiasa diberikan sejak masa perkuliahan sampai saat penulisan skripsi

ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu,

saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Eka Putri, M.Si., Apt, selaku pembimbing pertama serta Ibu Nelly

Suryani, M.Si., P.hD., Apt. selaku pembimbing kedua yang telah

membantu, membimbing dan memberikan ilmu kepada saya, serta

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dari awal penelitian sampai pada

penyusunan skripsi ini selesai.

2. Bapak Dr. H. Arief Sumantri, SKM., M.Kes, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

3. Bapak Yardi, M.Si, Ph.D, Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu dan

pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di jurusan

Farmasi Fakultas Keokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Para laboran Laboratorium Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah membantu dalam hal penggunaan alat dan bahan selama penelitian.

6. Kedua orang tua saya, ayahanda Sunarto dan ibunda Kasmiyati serta

kakak saya Harulta Tridasa Kurnia yang senantiasa mendo’a kan dan

(9)

7. Teman seperjuangan “kemangi” M. Al-fattah yang telah banyak

membantu saya, serta Elsa Elfrida, Askandari dan Sutar yang telah berbaik

hati mendukung penulis selama perkuliahan sampai selesainya

penyusunan skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan di Laboratorium Farmasi Happy, Oci, Rijal,

Ipul, Niekha, Kodil, Ana, Icho, Henny, Qurry dan Gina yang senantiasa memberikan masukan, semangat dan do’a bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman farmasi angkatan 2011 yang telah berjuang bersama-sama

selama perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi ini.

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu, kritik

dan saran yang membangun sangat penulis harapkan agar tercapainya

kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat

bermanfaat baik bagi kalangan akademis dan dunia ilmu pengetahuan, khususnya

bagi mahasiswa farmasi serta bagi masyarakat pada umumnya

Ciputat, 21 Desember 2015

(10)
(11)

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... vi

HALAMAN PENGESAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... x

(12)

Gambar 2.1 Tanaman kemangi ... 4

Gambar 4.1 Alat Destilasi Uap-Air ... 22

Gambar 4.2 Spektrum GCMS minyak atsiri kemangi ... 24

Gambar 4.3 Grafik perubahan pH obat kumur pada suhu 4oC ... 33

Gambar 4.4 Grafik perubahan pH obat kumur pada suhu 27oC ... 34

Gambar 4.5 Grafik perubahan pH obat kumur pada suhu 40oC ... 34

Gambar 4.6 Grafik nilai viskositas obat kumur selama penyimpanan ... 35

Gambar 4.7 Grafik perubahan pH obat kumur tes siklus ... 37

(13)

Tabel 3.1 Formula Obat Kumur ... 19

Tabel 4.1 Hasil Analisis GCMS Komponen Kimia Minyak Atsiri ... 25

Tabel 4.2 Hasil Parameter Spesifik dan Non Spesifik Minyak Atsiri .... 27

Tabel 4.3 Formula Obat Kumur ... 27

Tabel 4.4 Hasil Uji Sentrifugasi Obat Kumur Minyak Atsiri ... 29

Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Organoleptis Obat Kumur ... 29

(14)

Lampiran 1 Hasil Determinasi Tumbuhan ... 45

Lampiran 2 Proses Mendapatkan Minyak Atsiri Kemangi ... 46

Lampiran 3 Proses Pembuatan Obat Kumur Minyak Atsiri Kemangi ... 47

Lampiran 4 Hasil Rendemen Minyak Atsiri Kemangi ... 48

Lampiran 5 Hasil Uji Parameter Non spesifik Minyak Atsiri Kemangi ... 49

Lampiran 6 Area Persen Data GCMS ... 50

Lampiran 7 Gambar Minyak Atsiri Kemangi ... 54

Lampiran 8 Gambar Hasil Sentrifugasi ... 54

Lampiran 9 Pengamatan Warna Pada Obat Kumur Suhu 4oC ... 55

Lampiran 10 Pengamatan Warna Pada Obat Kumur Suhu 27oC ... 55

Lampiran 11 Pengamatan Warna Pada Obat Kumur Suhu 40oC ... 56

Lampiran 12 Pengamatan Warna Pada Obat Kumur Tes Siklus ... 56

Lampiran 13 Data Massa Jenis Obat Kumur ... 57

Lampiran 14 Data Waktu Alir Obat Kumur Menggunakan Viskometer ... 58

Lampiran 15 Data Perhitungan Nilai Viskositas Obat Kumur ... 59

Lampiran 16 Data Pengukuran Nilai pH Obat Kumur ... 61

Lampiran 17 Data Hasil Pengukuran Nilai Viskositas Obat Kumur ... 62

Lampiran 18 Data Hasil Uji pH saat Tes Siklus ... 62

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat kumur merupakan suatu larutan air yang digunakan sebagai pembersih

untuk meningkatkan kesehatan rongga mulut, estetika, dan kesegaran nafas (Power

dan Sakaguchi, 2006). Obat kumur dapat digunakan untuk membunuh bakteri,

menghilangkan bau tak sedap, dan mencegah karies (Akande et al, 2004). Keefektifan

obat kumur yang lain adalah kemampuannya menjangkau tempat yang paling sulit

dibersihkan dengan sikat gigi dan dapat merusak pembentukan plak, tetapi

penggunaannya tidak bisa sebagai substitusi sikat gigi (Claffey, 2003).

Obat kumur harus bersifat antiseptik dengan mengurangi pertumbuhan

bakteri patogen mulut seperti Streptococcus mutans sehingga pembentukan plak gigi

dapat berkurang. Obat kumur yang beredar di pasaran masih banyak yang mengandung

alkohol yang berfungsi sebagai antiseptik, alkohol pada obat kumur dapat membuat

permukaan jaringan lunak mulut (mukosa) menjadi kering serta rasa pedas berlebih

pada obat kumur, sehingga obat kumur yang tidak mengandung alkohol justru lebih

populer (Klokkevold, 2008 dalam Liliana, 2009)

Belakangan ini penggunaan produk herbal sebagai pengobatan mulai banyak

digunakan. Penelitian tentang pemanfaatan tumbuhan obat di Indonesia semakin luas,

khususnya tanaman obat untuk perawatan kesehatan gigi dan mulut, banyak dijumpai

di pasaran produk obat kumur herbal dengan zat aktif seperti teh hijau, ekstrak propolis,

ekstrak daun sirih, dll. Ternyata tumbuhan kemangi Ocimum americanum L.,

kandungan minyak atsirinya memiliki aktivitas penghambatan terhadap bakteri

patogen mulut seperti Streptococcus mutans (Thaweboon, 2009), sehingga dapat

dimanfaatkan sebagai zat aktif produk herbal obat kumur.

Minyak atsiri sukar larut dalam larutan air obat kumur, karena itu digunakan

soubilisasi yang merupakan proses peningkatan pelarutan senyawa organik seperti

(16)

minyak pada inti hidrokarbonnya dan mensolubilisasi air pada inti polarnya

(Hoover, 1990).

Di pasaran banyak dijumpai produk obat kumur yang menggunakan bahan

sodium lauril sulfat sebagai surfaktan, diketahui bahwa sodium lauril sulfat merupakan

surfaktan anionik yang berfungsi sebagai agen solubilisasi dan agen pembersih pada

obat kumur, namun penggunaannya sekarang dibatasi karena dapat menyebabkan

gingivitis, dapat memicu kambuhnya penyakit pasien yang sensitif terhadap penyakit

mukosa mulut seperti sariawan, serta sodium lauril sulfat juga bersifat abrasif dan

menyebabkan kekeringan rongga mulut (Barkvoll, 1992). Pada penelitian ini

digunakan alternatif surfaktan, yaitu tween 80 yang dapat berfungsi sebagai peningkat

kelarutan dan agen pembersih. Tween 80 tergolong surfaktan non-ionik yang memiliki

toksisitas rendah sehingga banyak digunakan dalam industri makanan, kosmetik dan

formula obat oral. Tween 80 digunakan sebagai agen peningkat kelarutan karena

memiliki nilai HLB 15, dimana persyaratan sebagai agen pensolubilisasi adalah

memiliki nilai HLB ≥ 15 (Rowe, 2009). Tween 80 juga bersinergis dengan

penambahan gliserin sebagai kosolvent karena dapat mengubah kelarutan dari

surfaktan dalam air dengan mengubah besarnya efek lipofilik, sehingga gugus

non-polar menjadi lebih dominan dan molekul surfaktan diabsorbsi lebih kuat oleh

minyak, akibatknya tegangan permukaan minyak lebih rendah sehingga mudah

terdispersi (Saberi et al, 2013). Dengan demikian perlu dilakukan penelitian mengenai

pengaruh penggunaan tween 80 sebagai agen solubilisasi dalam variasi konsentrasi

yang dapat menghasilkan obat kumur yang stabil secara fisik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut

Bagaimana pengaruh berbagai konsentrasi tween 80 terhadap stabilitas fisik

(17)

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh konsentrasi tween 80 terhadap

stabilitas fisik obat kumur minyak atsiri herba kemangi (Ocimum americanum L)

selama 4 minggu penyimpanan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai formulasi

obat kumur herba kemangi dengan menggunakan variasi konsentrasi tween 80 sebagai

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kemangi

2.1.1 Klasifikasi Ilmiah

Tanaman kemangi secara taksonomi mempunyai klasifikasi ilmiah sebagai

berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliophyta

Ordo : Lamiales

Famili : Lamiaceae

Genus : Ocimum

Spesies : Ocimum americanum Linn

(USDA, 2012)

Sumber : Dokumentasi pribadi

Gambar 2.1 Tanaman Kemangi (Ocimum americanum L.)

2.1.2 Sinonim

Ocimum americanum L dikenal dengan Hoary basil, wild basil, dan lemon

(19)

2.1.3 Morfologi

Tumbuhan Ocimum americanum L. pada batang terdapat bulu terutama pada

tanaman muda. Bentuk batang muda ocimum spp. pada dasarnya ada yang bulat atau

persegi, berwarna hijau. Helai daun bulat telur, (1-1,7 cm x 5-10 mm), tepi daun

bergerigi kecil, permukaan daun berbulu halus, lateral 4 atau 5 pasangan. Bunga kecil,

berwarna putih dengan benang sari menonjol. Kelopak dan mahkota lebih pendek

dibandingkan dengan spesies yang lain. Mahkota bunga dan kotak sari berwarna putih.

Bentuk biji bulat telur, warna biji cokelat-hitam dengan berat 100 butir 0,091-0,125

gram (Hadipoentyanti & Wahyuni, 2008).

2.1.4 Ekologi dan Penyebaran

Ocimum americanum L. adalah tanaman tahunan yang tumbuh liar dan

dibudidayakan di daerah tropis dan sub tropis seperti Asia dan Afrika. Tumbuh

kurang lebih 300 m di atas permukaan laut (Pitojo, 1996).

2.1.5 Kandungan Kimia

Karbohidrat, fitosterol, alkaloid, senyawa fenolik, tanin, lignin, pati, saponin,

flavonoid, terpenoid dan antrakuinon (Dhale et al., 2011). Minyak atsiri pada Ocimum

americanum L. Mengandung komponen kampor, metil sinamat, sitral, geraniol,

limonen dan linalool (Martono dkk., 2004; Hadipoentyanti dan Wahyuni, 2008).

Berdasarkan penapisan fitokimia dari ekstrak alkaloid, air, kloroform dan

petroleum eter, ocimum americanum L mempunyai senyawa kimia golongan alkaloid,

senyawa fenol, tanin, lignin, amilum, saponin, flavonoid, fitosterol, minyak atsiri,

antrakuinon dan terpenoid (Dhale, Birari, & Dhulgande, 2010; Sarma & Babu, 2011).

Biji Ocimum americanum L. mengandung asam lemak seperti asam palmitat,

asam oleat, asam stearat, dan asam linoleat serta polisakarida yang terdiri dari xilosa,

arabinosa, ramnosa, dan asam galakturonik (Sarma dan Babu, 2011), sedangkan

bagian daunnya mengandung asam ursolat merupakan senyawa penting yang

memiliki potensial sebagai antiinflamasi, antioksidan, antirematik, antivirus, dan

(20)

2.1.6 Khasiat Tanaman

Di Indonesia tanaman kemangi (Ocimum americanum L.) dapat

dimanfaatkan untuk beberapa kegunaan antara lain sebagai aneka sayur, ramuan

minuman penyegar, dan obat kelainan tubuh. Pucuk daun kemangi dapat

dimanfaatkan untuk ulam guna menambah selera makan, sedang daun kemangi dapat

digunakan untuk bumbu masak, penyedap pepes ikan, dll. Biji kemangi dapat

dimanfaatkan untuk menekan dahaga dan pendingin rasa perut. Daun kemangi

digunakan untuk mengobati demam, peluruh air susu kurang lancar, dan rasa mual.

Biji kemangi digunakan untuk mengobati sembelit (Pitojo, 1996).

Penelitian yang telah ada menunjukkan bahwa Ocimum spp mengandung

senyawa yang bersifat insektisida, larvasida, nematisida, antipiretik, fungisida,

antibakteri dan antioksidan (Nurcahyati dkk., 2011; Maryati dkk., 2007).

Thaweboon (2009) telah melakukan penelitian tentang aktivitas biologi

herba kemangi (Ocimum americanum L.) dilaporkan bahwa minyak atsiri Ocimum

americanum L memiliki aktivitas terhadap bakteri patogen yang terdapat dalam mulut.

Hasilnya menunjukan bahwa minyak atsiri ini memiliki aktivitas antimikroba

terhadap Streptococcus mutans, Lactobacillus casei dan Candida albicans. Ketiga

bakteri memiliki nilai MIC 0,04% v/v dan masing-masing memiliki nilai MCC

sebesar 0,08%, 0,03% dan 0,08% v/v.

2.2 Simplisia (Depkes, 2000)

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan

bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani

dan simplisia pelikan atau mineral.

a.Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman

atau eksudat tanaman, eksudat tanaman ialah isi sel yang secara spontan keluar dari

senyawa atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari

tanamannya.

(21)

zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.

c.Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelikan

atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan

komposisi dan titik didih yang berbeda-beda (Gueter, 1987).

Pada umumnya minyak atsiri dalam keadaan segar tidak berwarna atau

berwarna pucat, bila di biarkan akan berwarna lebih gelap, berbau sesuai dengan bau

tanaman penghasilnya. Umumnya larut dalam pelarut organik dan sukar larut dalam

air (Dzulkarnain dkk., 1996).

Minyak atsiri yang baru biasanya tidak berwarna atau berwarna kekuningan

dan beberapa jenis ada yang berwarna kemerah-merahan atau biru, rasa dan bau khas,

menguap pada suhu kamar, penguapan makin banyak bila suhu dinaikkan. umumnya

larut dalam etanol, dan pelarut organik lain, kurang larut dalam etanol yang kadarnya

kurang dari 70% (Guenter, 1987).

2.3.2 Kandungan Kimia Minyak Atsiri

Minyak atsiri memiliki sifat khas yaitu tersusun atas berbagai macam

komponen persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur karbon (C), Hidrogen (H),

dan Okigen (O) serta beberapa persenyawaan kimia yang mengandung unsur

Nitrogen (N) dan Belerang (S), umumnya terdiri dari senyawa golongan terpenoid

dan fenil propan. Minyak ini memiliki sifat tidak stabil terhadap pengaruh lingkungan

baik pengaruh udara, sinar matahari dan panas (Sirait dkk., 1985).

2.3.3 Manfaat Minyak Atsiri

Kegunaan minyak atsiri bagi tanamannya sendiri untuk menarik serangga

(22)

kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan lain dan mempengaruhi proses

transpirasi. Dalam industri sering digunakan sebagai zat tambahan dalam sediaan

kosmetika, obat, makanan, rokok dan sebagainya. Selain itu banyak digunakan

sebagai obat anti kuman dan kapang (Dzulkarnain dkk., 1996).

2.3.4 Isolasi Minyak Atsiri

2.3.4.1 Metode Penyulingan (Guenter, 1987)

Penyulingan adalah proses pemisahan yang berupa cairan atau padatan dari

dua macam campuran, berdasarkan perbedaan titik uapnya dan proses ini dilakukan

terhadap minyak atsiri yang tidak larut terhadap air. Cara memperoleh minyak atsiri

dalam tanaman salah satunya adalah dengan penyulingan. Metode penyulingan ada 3

yaitu :

a. Penyulingan dengan Air

Pada metode ini, bahan yang akan disuling kontak langsung dengan air

mendidih. Bahan tersebut mengapung diatas air atau terendam secara sempurna

tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan yang disuling. Air dipanaskan dengan

metode pemanasan yang biasa dilakukan yaitu dengan panas langsung, mantel uap,

pipa uap melingkar tertutup atau khas dari metode ini ialah kontak langsung antara

bahan dengan air mendidih.

b. Penyulingan dengan Air dan Uap

Pada metode penyulingan ini, bahan olah di letakan di atas rak-rak atau

saringan berlubang. Ketel suling diisi dengan air sampai permukaan air berada tidak

jauh di bawah saringan. Air dapat di panaskan dengan berbagai cara yaitu dengan uap

jenuh yang basah dan bertekanan rendah. Ciri khas dari metode ini, adalah : 1) uap

selalu dalam keadaan basah, jenuh dan tidak terlalu panas; 2) bahan yang disuling

hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas.

c. Penyulingan dengan Uap

Metode ketiga disebut penyulingan uap atau penyulingan uap langsung dan

prinsipnya sama dengan yang telah di bicarakan diatas, kecuali air tidak diisikan

(23)

lebih dari 1 atmosfir. Uap dialirkan melalui pipa berlingkar yang berpori yang terletak

diatas saringan.

2.3.4.2 Metode Pengepresan

Ekstraksi minyak atsiri dengan cara pengepresan umumnya dilakukan

terhadap bahan berupa biji, buah atau kulit buah yang memiliki kandungan minyak

atsiri yang cukup tinggi. Akibatya pengepresan, maka sel-sel yang mengandung

minyak atsiri akan pecah dan minyak atsiri akan mengalir kepermukaan bahan

(ketaren , 1985).

2.4 Obat Kumur

2.4.1 Definisi Obat Kumur

Obat kumur merupakan suatu larutan air yang digunakan sebagai pembersih

untuk meningkatkan kesehatan rongga mulut, setetika, dan kesegaran nafas (Power

dan Sakaguchi, 2006). Obat kumur dapat digunakan juga sebagai agen anti-inflamasi

dan analgesik topikal (Farah et al., 2009).

2.4.2 Fungsi Obat kumur

Obat kumur sama seperti pasta gigi mempunyai fungsi yang dapat

dikategorikan sebagai kosmetik, terapeutik, atau keduanya (Harris and Christen,

1987). Obat kumur dapat digunakan untuk membunuh bakteri, sebagai penyegar,

menghilangkan bau tak sedap, dan memberikan efek terapetik dengan meringankan

infeksi atau mencegah karies (Combe, 1992). Keefektifan obat kumur yang lain

adalah kemampuannya menjangkau tempat yang paling sulit dibersihkan dengan sikat

gigi dan dapat merusak pembentukan plak, tetapi penggunaannya tidak bisa sebagai

substitusi sikat gigi (Claffey, 2003).

2.4.3 Komposisi Obat Kumur

Menurut Powers dan Sakaguchi (2006), komposisi obat kumur terdiri atas

tiga komponen utama yaitu :

(24)

seperti antikaries, antimikroba, pemberian flouride, atau pengurangan adhesi

plak.

2) Pelarut, biasanya yang digunakan adalah air atau alkohol. Alkohol biasanya

digunakan untuk melarutkan bahan aktif, menambah rasa, dan

bahantambahan untuk memparlama masa penyimpanan.

3) Surfaktan, untuk menghilangkan plak pada gigi dan melarutkan bahan lain.

Sebagai bahan tambahannya digunakan flavouring agent seperti eucalyptol,

mentol, timol, dan metil salisilat yang digunakan untuk menyegarkan nafas.

Volpe (1977) menyebutkan bahan dasar pembuatan obat kumur adalah air,

alkohol, bahan penyedap rasa, dan bahan pewarna. Bahan-bahan lain yang dapat

ditambahkan yakni humektan, surfaktan, bahan antimikroba, pemanis, dan bahan

terapeutik.

2.4.4 Humektan

Humektan adalah suatu bahan yang dapat mempertahankan kelembapan dan

sekaligus mempertahankan air yang ada pada sediaan. Humektan dapat juga

melindungi komponen-komponen yang terikat kuat dalam bahan yang belum

mengalami kerusakan termasuk kadar air, kadar lemak, dan komponen lainnya

(Jackson, 1995). Dalam sediaan obat kumur humektan berfungsi menjaga kelembutan

obat kumur dan mencegah terjadinya pengerasan. Bahan-bahan yang digunakan

sebagai humektan antara lain adalah sorbitol, propilenglikol, dan gliserin (Cawson dan

Spector, 1987).

2.4.5 Surfaktan

Surfaktan adalah senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan

air/larutan. Aktivitas surfaktan diperoleh karena memiliki sifat ganda dari molekulnya.

Molekul surfaktan memiliki sifat polar (gugus hidrofilik) dapat dengan mudah larut di

dalam air dan sifat non polar (gugus hidrofobik) yang mudah larut dalam minyak

(Genaro, 1990). Penggunaan surfaktan pada obat kumur mempunyai fungsi sebagai

(25)

Pembentukan busa pada obat kumur bertujuan menurunkan tegangan permukaan dan

memungkinkan pembersihan sampai ke sela-sela gigi. Surfaktan dapat berinteraksi

dengan kotoran-kotoran pada gigi membentuk misel, sehingga proses ini membantu

pencegahan plak pada gigi (Shanebrook, 2004). Surfaktan juga digunakan untuk

mencapai produk akhir yang jernih (Mitsui, 1997).

2.4.6 Monografi Bahan

a. Mentol

Mentol (C10H20O) adalah alkohol yang diperoleh dari minyak. Mentol

biasanya dihasilkan terutama dari ekstraksi minyak atsiri, tapi mentol juga dapat dibuat

dengan metode sintetis parsial atau total (Armstrong, 2009). Pada obat kumurmentol

digunakan sebagai agen perasa (Power and Sakaguchi, 2006). Deskripsi serbuk hablur

heksagonal, tidak berwarna, umumnya seperti jarum dan bau khas permen sehingga

digunakan sebagai pewangi. Mentol sangat mudah larut dalam etanol (95%) P, minyak

lemak, dan minyak atsiri, tetapi sukar larut dalam air (Depkes, 1993).

b. Gliserin

Senyawa yang berupa cairan kental, jernih, tidak berbau, rasanya manis 0,6

kali dari sukrosa dan higroskopis (Armstrong, 2009). Gliserin dapat bercampur dengan

air, etanol (95%) P, tidak larut dalam kloroform P, eter P, minyak lemak, dan minyak

atsiri. Gliserin digunakan sebagai humektan, pelarut, dan agen pemanis. Gliserin

digunakan dalam dunia kosmetika sebagai bahan bahan pengatur kekentalan pada

produk shampoo, obat kumur dan pasta gigi (Fauzi, 2002). Gliserin dalam obat kumur

digunakan untuk menjaga agar zat aktif tidak menguap dan memperbaiki stabilitas

suatu bahan dalam jangka lama (Jackson, 1995).

c. Natrium sakarin

Natrium sakarin (C7H4NNaO3SH4O2, BM 205,2) adalah garam natrium dari

1,2 benzisotiazolin-3-on 1,1-dioksida. Deskripsi senyawa serbuk atau serbuk hablur,

berwarna putih, tidak berbau dan penggunaanya adalah sebagai pemanis. Natrium

(26)

suspensi. Daya pemanisnya sekitar 300-600 kali dari sukrosa. Natrium sakarin lebih

larut air dibanding sakarin. Natrium sakarin meningkatkan sistem rasa dan dapat

digunakan untuk menutupi beberapa karakteristik rasa tidak enak (Rowe, 2009).

d. Air

Air (H2O, BM 18,02) memiliki deskripsi cairan jernih, tidak berwarna dan

tidak berasa, mempunyai pH cairan antara 5,0 dan 7,0. Air sering digunakan sebagai

bahan pelarut dan disimpan pada wadah tertutup rapat (FI , 1995).

e. Natrium Benzoat

Natrium Benzoat merupakan pengawet berwarna putih, berbentuk serbuk

hingga kristal, tidak berbau dan tidak berasa. Aktivitas Na Benzoat sebagai pengawet

dapat berkurang dengan adanya interaksi dengan kaolin (Rowe, 2009).

f. Tween 80

Tween 80 adalah ester asam lemak polioksietilen sorbitan, merupakan

surfaktan nonionik dengan nama kimia polioksietilen 20 sorbitan monooleat. Rumus

molekulnya adalah C64H124O26 . Pada suhu 25oC, Tween 80 berwujud cair, berwarna

kekuningan dan berminyak, memiliki aroma yang khas, dan berasa pahit dan memiliki

pH 6 - 8. Larut dalam air dan etanol, tidak larut dalam minyak mineral. Kegunaan

Tween 80 antara lain sebagai : zat pembasah, emulgator, dan peningkat kelarutan

(Rowe, 2009)

g. Pewarna sintetik hijauNo Indeks 42053

Pewarna sintetik hijau no.3 merupakan tepung zat warna yang berwarna hijau

dan bila dilarutkan dalam air menghasilkan warna hijau kebiruan. Zat ini juga larut

dalam alkohol 95%, tetapi lebih mudah larut dalam campuran air dan alkohol. Zat ini

juga larut dalam gliserol dan glikol (Armstrong, 2009).

2.5 Evaluasi Fisik Sediaan Obat Kumur

Evaluasi sediaan obat kumur dilakukan untuk mengetahui kestabilan dari

suatu sediaan larutan selama waktu penyimpanan tertentu. Evaluasi ini dapat dilakukan

melalui pengamatan secara organoleptis (rasa, bau, warna), pengamatan secara fisika

(27)

(Martin, et al., 1993; Ansel, 2005; Lachman, et al., 1994)

2.6 Stabilitas Sediaan Obat Kumur

Stabilitas diartikan bahwa sediaan obat yang disimpan dalam kondisi

penyimpanan tertentu di dalam kemasan penyimpanan dan pengangkutannya tidak

menunjukan perubahan sama sekali atau berubah dalam batas-batas yang

diperbolehkan. Faktor yang menyebabkan ketidakstabilan sediaan obat dapat

dikelompokkan menjadi dua. Pertama adalah kecocokan bahan aktif dan bahan

pembantunya sendiri yang dihasilkan oleh bangun kimiawi dan kimia-fisikanya. Kedua

adalah faktor luar seperti suhu, kelembapan udara dan cahaya yang dapat menginduksi

atau mempercepat jalannya reaksi. Hal penting lainnya adalah kemasan, jika digunakan

wadah yang terbuat dari bahan sintesis (Voight, 1995 dalam Nabiela, 2013).

2.7 Ekstraksi Cair-cair

Ekstraksi merupakan proses pemisahan dari suatu bahan berupa padatan atau

cairan. Ekstraksi merupakan salah satu teknik yang sangat penting untuk isolasi dan

pemurnian dari suatu bahan organik. Ekstraksi dengan pelarut adalah pemisahan antar

bagian dari suatu bahan berdasarkan pada perbedaan sifat melarut dari masing-masing

bagian bahan terhadap pelarut yang digunakan. Pelarut organik yang biasa digunakan

adalah senyawa hidrokarbon pelarut lemak dan minyak seperti alkohol dan aseton

(Harborne, 1987).

Berdasarkan wujud bahannya, ekstraksi dapat dibedakan menjadi dua cara

yaitu ekstraksi padat cair dan ekstraksi cair-cair. Ekstraksi padat cair digunakan untuk

sampel yang berupa padatan dengan pelarutnya berupa cairan. Ekstraksi cair-cair,

digunakan untuk memisahkan dua zat cair yang saling bercampur, dengan

menggunakan pelarut yang dapat melarutkan salah satu zat. Metode ekstraksi pelarut

menggunakan pelarut yang dapat bercampur dengan sampel untuk menarik senyawa

target yang berada pada sampel. Idealnya, pelarut yang dipilih memiliki polaritas

yang dekat dengan senyawa target. Pelarut mudah menguap seperti heksan, benzen,

(28)

mudah menguap. Heksan cocok untuk ekstraksi senyawa non polar seperti

hidrokarbon alifatik, benzen cocok untuk senyawa aromatik, eter dan etil asetat cocok

untuk senyawa relatif polar mengandung oksigen. Ekstraksi umunya dilakukan

dengan mengocok sampel dan pelarut di dalam corong pisah. Metode ekstraksi ini

merupakan metode yang efisien namun waktu ekstraksi dengan metode ini panjang

(Handbook of Analytical Method)

Pada jurnal Gudipati, Mette, Anne, dan Charlotte, 2004 disebutkan untuk

mengisolasi senyawa yang mudah menguap dapat digunakan beberapa teknik, yaitu

melalui destilasi vakum, ekstraksi dengan pelarut, static and dynamic headspace

sampling (DHS), dan solid phase microextraction (SPME)

2.8 Gas Chromatography - Mass Spectrometry (GCMS)

GCMS merupakan instrumen yang digunakan untuk pemisahan dan

identifikasi. Instrumen ini merupakan gabungan antara kromatografi gas dan

spektroskopi massa. Pada GC hanya terjadi pemisahan untuk mendapatkan komponen

kimianya, sedangkan bila dilengkapi MS akan dapat mengidentifikasi komponen

tersebut, karena bisa membaca spektrum bobot molekul pada suatu komponen, dan

sekaligus dilengkapi dengan library yang ada pada software (Day and Underwood.,

1999)

2.8.1 Kromatografi Gas

Kromatografi gas digunakan untuk pemisahan suatu senyawa sehingga

sampel terpisahkan secara fisik menjadi bentuk molekul-molekul yang lebih kecil

(hasil pemisahan dapat dilihat berupa kromatogram). Komponen kromatografi gas

terdiri dari kontrol dan penyedia gas pembawa, ruang suntik sampel, kolom, dan oven

(Day and Underwood., 1999).

2.8.2 Spektroskopi Massa

(29)

Setelah sampel mengalami pemisahan pada GC kemudian akan diubah menjadi

ion-ion, dan massa dari ion-ion tersebut dapat diukur berdasarkan hasil deteksi berupa

spektrum massa. Komponen spektroskopi massa terdiri dari sumber ion, filter,

(30)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan selama ± 5 bulan, terhitung mulai dari bulan Mei -

Oktober tahun 2015 di Laboratorium Penelitian 1, Laboratorium Penelitian 2,

Laboratorium Analisa Obat dan Makanan Halal Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Balitro-Cimanggu Bogor.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas ukur (pyrex),

beaker glass (Schott Duran), timbangan analitik (KERNKB), hot plate (IKA RW),

stirer (IKA RW), pH meter (Horiba F-52), mikropipet, termometer, Gas

Chromatography-Mass Spectrometry (Agilent Technologies), piknometer (Pyrex),Plat

aluminium TLC silica gel 60 F254 (Merck), viskometer ostwald, alat destilasi, spatula,

lemari pendingin (sanyo medicool), alumunium foil.

3.2.2 Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan adalah herba kemangi, minyak atsiri herba

kemangi (Ocimum americanum L.), aquadest, natrium sulfat (Na2SO4) anhidrat,

tween 80, gliserin, natrium sakarin, mentol, pewarna hijau no. Indeks 42053.

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Penyiapan Bahan uji

Tumbuhan yang digunakan pada penelitian ini adalah herba kemangi

(Ocimum americanum L.) yang di dapat di Kampung Grogol, Depok. Sampel di

ambil pada tanggal 27 November 2014. Selanjutnya tanaman ini dideterminasi di

(31)

3.3.2 Destilasi Minyak Atsiri Kemangi

Herba kemangi diambil dalam keadaan segar sebanyak 25 kg, lalu dicuci

dengan air mengalir untuk menghilangkan segala jenis kotoran yang melekat. Setelah

pencucian selesai, kemangi di kering-anginkan selama 48 jam untuk mengurangi

kadar air dan di rajang menjadi beberapa bagian. selanjutnya dilakukan proses

destilasi uap-air selama 4 jam dan ditampung tetesannya selama 4 jam. Minyak atsiri

yang telah berhasil di dapatkan di bebas-airkan dengan penambahan natrium sulfat

(Na2SO4) anhidrat untuk menghilangkan kandungan air sehingga di dapat minyak

atsiri kemangi murni.

3.3.3 Penentuan Komponen Kimia dalam Minyak Atsiri Kemangi

Komponen kimia penyusun minyak atsiri di analisa dengan menggunakan

Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa, gas pembawanya adalah helium dengan

kecepatan aliran gas 0,5 mL/menit dan tekanan kolom 1,1 psi. Suhu kolom di

program dari 50oC sampai 250oC dengan 2 tahap kenaikan. Pada tahap awal suhu

kolom dibuat konstan 50oC selama 5 menit, lalu dinaikan sampai 80oC dengan

kecepatan kenaikan 2oC/menit. Pada suhu 80oC suhu dipertahankan selama 1 menit

dan selanjutnya dinaikan 2oC/menit. Pada suhu 80oC suhu dipertahankan selama 1

menit dan selanjutnya dinaikan menjadi 250oC dengan kecepatan 4oC/menit. Kondisi

pada suhu 250oC ini di pertahankan selama 4,5 menit. Suhu injektor selama analisis

berlangsung di program konstan pada suhu 225oC, sedangkan suhu detektor

(tumbukan elektron) konstan pada suhu 250oC. Spektrum massa masing-masing

uncak selanjutnya dibandingkan dengan spektrum massa autentik yang ada pada

library bank NIST (National Institute of Standard Technology) (Sulianti, Sri Budi.,

(32)

3.3.4 Parameter Uji Minyak Atsiri

3.3.4.1 Parameter Spesifik (Depkes, 2000)

1. Memberikan identitas obyektif dari nama dan spesifik dari senyawa identitas

dengan cara melihat kandungan dari minyak atsiri kemangi.

2. Mengamati bentuk, warna, bau, dan rasa dari minyak atsiri kemangi.

3.3.4.2 Parameter non-spesifik

1. Bobot Jenis (Depkes 1995; Depkes 2000)

Parameter bobot jenis adalah masa per satuan volume pada suhu kamar

tertentu (25oC) yang ditentukan dengan alat khusus. Bobot jenis dari sampel minyak

atsiri kemangi ditentukan dengan menggunakan piknometer. Pada suhu ruangan,

piknometer yang bersih dan kering ditimbang (A g). Kemudian diisi dengan air dan

ditimbang kembali (A1 g). Air dikeluarkan dari piknometer dan piknometer dan

piknometer dibersihkan. Minyak atsiri kemangi diisikan kedalam piknometer dan

ditimbang (A2 g). Bobot jenis minyak dapat diukur dengan perhitungan sebagai

2. Indeks Bias (Depkes, 1995; Guenther, 1987)

Indeks bias suatu zat (n) adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara

dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Indeks bias berguna untuk identifikasi

zat dan deteksi ketidakmurnian. Refraktor adalah alat yang tepat dan cepat untuk

menetapkan nilai indeks bias. Refraktor Pulfrich Abbe digunakan untuk analisis

minyak atsiri. Pembacaan dapat langsung dilakukan tanpa menggunakan tabel

konversi; minyak yang diperlukan untuk penetapan hanya berjumlah 1-2 tetes dan

suhu saat pembacaan dilakukan dapat diatur baik.

3. Rotasi Optik (Depkes, 1995)

Rotasi optik dinyatakan dalam derajat rotasi jenis. Prosedur yang dilakukan

adalah jika zat berupa cairan, atur suhu hingga 25 oC dan pindahkan ke dalam tabung

(33)

pembacaan”. Lakukan penetapan blangko dengan tabung kosong kering.

4. Kelarutan dalam alkohol (Guenther, 1987)

Kelarutan minyak atsiri dalam alkohol dapat dilakukan dengan memasukan 1 mL

minyak ke dalam 10 mL labu silinder bertutup (dikalibrasi pada 0,1 mL) dan

tambahkan secara perlahan-lahan sejumlah kecil alkohol dengan konsentrasi tertentu

kemudian dikocok. Jika dihasilkan larutan jernih, catatlah jumlah volume dan

konsentrasi alkohol yang dibutuhkan

3.4 Formulasi Sediaan Obat Kumur

Formula akan dibuat sebanyak 100 ml dengan minyak atsiri kemangi

(Ocimum americanum) sebagai zat aktif. Bahan yang akan dioptimasi dalam formula

ini adalah tween 80 sebagai peningkat kelarutan minyak atsiri. Rancangan formula

dapat dilihat pada tabel 1.

(34)

3.5 Cara Pembuatan Obat Kumur

Semua bahan ditimbang, kemudian Tween 80 dicampur dengan air dengan

perbandingan 1 : 5 dan diaduk sampai larut lalu ditambah Natrium sakarin dan

gliserin sambil diaduk hingga homogen, disebut campuran 1. Minyak atsiri dicampur

dengan mentol lalu diaduk hingga mentol larut dan disebut campuran 2. Campuran 1

dan campuran 2, dicampur dan diaduk hingga homogen dengan stirer kemudian diberi

pewarna hijau no. 3 dan dimasukan dalam wadah.

3.6 Evaluasi Sediaan Obat Kumur

Evaluasi sediaan obat kumur dilakukan untuk mengetahui kestabilan dari

sediaan obat kumur yang telah dibuat. Evaluasi ini meliputi pengamatan sediaan uji

selama 1 bulan waktu penyimpanan pada berbagai suhu, yaitu suhu 4oC, 27oC dan

40oC, pengamatan dimulai dari minggu ke-0, 1, 2, 3, dan 4. Pengamatan sediaan

meliputi evaluasi secara umum, diantaranya :

3.6.1 Pengamatan Organoleptis (Depkes, 1995)

Pengamatan sediaan obat kumur dilakukan dengan mengamati dari segi rasa,

penampilan dan aroma dari sediaan uji pada minggu ke-0, 1, 2, 3 dan ke-4

3.6.2 Pengukuran Viskositas (Depkes, 1995)

Pengukuran viskositas sediaan dilakukan dengan menggunakan viskometer

oswaltd. Sediaan diukur sebanyak 5 mL. Alat ditegakkan menggunakan statif, lalu

tuang sampel kedalam alat, selanjutnya hisap menggunakan bulp pada pipa b sampai

tanda batas, biarkan sampel mengalir dari tanda n ke m dan hitung waktunya

menggunakan stopwatch. Pengukuran viskositas dilakukan pada minggu ke-0 dan

ke-4.

3.6.3 Pengukuran pH (Depkes, 1995)

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Elektrode

(35)

elektrode dicelupkan kedalam sediaan, pH yang muncul dilayar dan stabil lalu dicatat.

Pengukuran dilakukan terhadap masing-masing sediaan pada minggu ke-0, 1, 2, 3 dan

ke-4 pada suhu ruangan.

3.6.4 Uji Stabilitas

A. Uji Sentrifugasi (Anvisa, 2004)

Sediaan obat kumur 2 mL dimasukan ke dalam tabung sentrifugasi,

kemudian dilakukan sentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 30 menit. Hasil

sentrifugasi dapat diamati dengan adanya pemisahan atau tidak.

B. Cycling test (Hyunh-BA, Kim, 2008)

Metode ini digunakan untuk melihat kestabilan suatu sediaan dengan

pengaruh variasi suhu selama waktu penyimpanan tertentu. Sediaan obat kumur awal

yang telah dibuat, dilakukan evaluasi lebih dulu. Kemudian disimpan pada suhu 4oC

selama 24 jam, lalu dikeluarkan dan ditempatkan pada suhu 40oC selama 24 jam,

waktu selama penyimpanan dua suhu tersebut dianggap satu siklus. Percobaan ini

(36)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penyiapan Minyak Atsiri

4.1.1 Determinasi

Hasil determinasi sampel tumbuhan dari Herbarium Bogoriense LIPI

Cibinong, Bogor pada tanggal 29 Desember 2014 membuktikan bahwa sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah benar jenis Ocimum americanum L., suku

Lamiaceae, Kemangi. (lampiran 1)

4.1.2 Hasil Penyiapan Sampel

Herba kemangi basah dengan bobot 25 kg yang sudah dirajang dan

dikeringanginkan lalu ditimbang dan didapatkan berat sebanyak 20 kg. Herba kemangi

selanjutnya di proses destilasi uap-air, prinsip kerja alat ini adalah seperti kukusan,

sampel mula-mula dimasukkan kedalam ketel uap yang telah disi air sebanyak 3/4

batas volume antara dasar ketel dengan risopan tempat sampel diletakkan, saat

pemanasan, uap air akan melalui sampel dan membawa minyak atsiri yang terdapat

dalam sampel, selanjutnya uap air yang membawa minyak diubah menjadi cair dengan

proses kondensasi dan tetesan air dan minyak ditampung, minyak di bebas-airkan

dengan penambahan natrium sulfat anhidrat, sehingga di peroleh destilat murni minyak

atsiri.

Sumber : Dokumentasi Pribadi

(37)

Pemilihan metode ini dikarenakan destilasi uap-air mempunyai suhu proses

yang lebih tinggi yang menyebabkan proses ekstraksi minyak atsiri akan berjalan lebih

baik, tingginya suhu membuat pergerakan air lebih besar karena energi kinetik antar

molekul meningkat dan kenaikan suhu dalam ketel penyulingan dapat mempercepat

proses difusi (Harris,1987 dalam fuki et al, 2012), selain itu menurut Guenther (1987)

destilasi uap-air lebih unggul karena proses dekomposisi minyak lebih kecil (hidrolisa

ester, polimerisasi, resinifikasi, dan lain-lain) sampel yang dirajang dan

dikeringanginkan terlebih dahulu selama 48 jam pada suhu 25 ±2 oC untuk mengurangi

kadar air dalam kelenjar bahan herba kemangi sehingga proses ekstraksi lebih mudah

dilakukan dan perajangan dapat memperluas area penguapan dan kontak dengan uap

air sehingga atsiri lebih mudah terekstraksi, hal ini dibuktikan oleh Khalid (2006)

bahwa sampel kemangi yang dikeringanginkan menghasilkan rendemen yang lebih

banyak. Minyak atsiri yang didapat dari hasil destilasi uap-air 20 kg herba kemangi

adalah 35 mL. Metode ini juga telah dilakukan oleh alfrida (2014) dan menghasilkan

rendemen 0,2% v/b sedangkan pada penelitian ini menghasilkan rendemen minyak

(38)

4.1.3 Analisis Komponen Kimia Minyak Atsiri Kemangi dengan GCMS

(39)

Tabel 4.1. Hasil Analisis GCMS Komponen Kimia Minyak Atsiri

8 38.210 1.209 Trans-.alpha.-Bergamotene 91

9 41.618 3.349 Cis-alpha-Bisabolene 90

Hasil analisis kimia Minyak Atsiri Kemangi dengan GCMS menunjukan

terdapat 9 komponen senyawa didalamnya. Senyawa yang paling dominan diantaranya

Citral (45.505%) dan β-Citral (32.879%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh parida (2014) yang menjelaskan citral (47,18%) dan β-citral (36,57%) merupakan komponen utama dari Ocimum americanum L, namun hasil jumlah

komponen minyak atsiri yang didapat lebih rendah dibandingkan jumlah komponen

minyak atsiri pada penelitian parida (2014) yang menunjukan terdapat 18 komponen

kimia. Perbedaan jumlah komponen ini bisa disebabkan oleh perbedaan perlakuan

tanaman sehingga mempengaruhi komponen minyak atsiri karena adanya efek dari

aktivitas enzim dan metabolisme (burboot, 1969 dalam Khalid, 2006) ekologis atau

respon tanaman terhadap lingkungannya serta variabilitas individu tanaman juga

mempengaruhi perbedaan kandungan senyawa metabolit pada kemangi (Parida, 2014)

Pada penelitian ini, minyak atsiri kemangi yang digunakan memiliki

komponen kimia terbesar yaitu citral. Citral merupakan monoterpen yang sudah

diketahui memiliki aktivitas farmakologi, termasuk didalamnya sebagai antibakteri,

antijamur, antiinsektisida dan antibiofilm (Lima et al. 2012; Kalia, 2015; Chaimovitsh

(40)

Citral diketahui memiliki aktivitas antibakteri yang kuat terhadap bakteri

patogen mulut seperti Streptococcus mutans, Porphyromonas gingivalis, Streptococcus

sanguinis. Citral menunjukan aktivitas antibakteri pada P. gingivalis dan S. sanguinis

pada konsentrasi 0,023 % v/v dan 0,011 % v/v pada Streptococcus mutans (Wongsariya

et al, 2013), sitral juga dapat menghambat secara signifikan dari aktifitas metabolik

ragi dari candida albicans yang merupakan mikroba mulut (Verber et al, 2014).

Menurut Wongsariya (2013) citronellal menunjukan aktivitas antibakteri

pada Streptococcus mutans lebih baik dibandingkan sitral yaitu aktif sebagai

antibakteri pada konsentrasi 0,0093 % v/v. Pada penelitian ini minyak atsiri yang

digunakan mempunyai kandungan komponen kimia citronellal (0,727%). Seperti

diketahui plak pada gigi disebabkan oleh bakteri patogen mulut seperti S. mutans yang

membentuk biofilm pada permukaan gigi, plak gigi inilah yang menyebabkan karies

gigi pada manusia, pada penelitian Wongsariya (2013) minyak atsiri kemangi yang

digunakan dapat mencegah pembentukan biofilm dengan menghambat pertumbuhan

bakteri dengan cara menghancurkan membran luar bakteri, melepaskan

lipopolisakarida dari dinding sel dan meningkatkan permeabilitas membran.

4.1.4 Parameter Uji Minyak Atsiri

Parameter uji minyak atsiri dilakukan dengan mengidentifikasi parameter

spesifik dan parameter non spesifik. Parameter spesifik meliputi identitas dan

organoleptik sedangkan parameter non spesifik meliputi, indeks bias, dan kelarutan

dalam alkohol. Parameter spesifik dan non spesifik dari minyak atsiri kemangi

diperoleh data pada tabel 4.2 :

(41)

Parameter Spesifik

Identitas Ocimum americanum L.

Famili : Lamiaceae

Kelarutan dalam Alkohol 90% 1:1 (larut)

4.2 Hasil Pembuatan Obat Kumur Minyak Atsiri Kemangi

4.2.1 Formula Obat Kumur Minyak Atsiri Kemangi

Tabel 4.3. Formula Obat Kumur

Kererangan : formula dibuat berdasarkan : Remington, The Science and Practice of Pharmacy dan jurnal Formulasi Sediaan Mouthwash Antibakteri dari minyak atsiri Ocimum basillicum. Rentang konsentrasi formula berdasarkan Handbook of Pharmaceutical Excipient sixth Edition

Obat kumur merupakan suatu larutan air yang digunakan sebagai pembersih

untuk meningkatkan kesehatan rongga mulut, estetika, dan kesegaran nafas (Power dan

(42)

menggunakan metode peningkat kelarutan yaitu, solubilisasi menggunakan tween 80.

Tween 80 merupakan surfaktan non-ionik, berwujud cair, berwarna

kekuningan, berminyak, dan larut dalam air, tween 80 digunakan sebagai peningkat

kelarutan (Rowe, 2009). Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki

gugus hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat mendispersikan campuran yang

terdiri dari air dan minyak. Surfaktan pada konsentrasi rendah dapat menaikkan laju

kelarutan minyak dengan cara menurunkan tegangan antarmuka zat aktif minyak atsiri

dan medium larutan sekaligus membentuk misel sehingga molekul minyak akan

terbawa oleh misel larut dalam medium. Misel ini berperan dalam pelarutan yang

terjadi pada molekul zat yang sukar larut dalam air melalui interaksi yang reversibel

dengan misel dari surfaktan larutan sehingga suatu larutan stabil secara termodinamika

(martin et al, 1993). Selain itu, penambahan gliserin dalam larutan obat kumur juga

dapat mengubah karateristik surfaktan non-ionik. Adanya gliserin sebagai kosolven

dapat mengubah kelarutan dari surfaktan dalam air dengan mengubah besarnya efek

lipofilik, sehingga gugus non-polar menjadi lebih dominan dan molekul surfaktan

diabsorbsi lebih kuat oleh minyak, akibatnya tegangan permukaan minyak lebih rendah

sehingga mudah terdispersi (Saberi et al, 2013)

4.3 Evaluasi Fisik Obat Kumur Minyak Atsiri Kemangi

4.3.1 Kondisi Penyimpanan Obat Kumur Minyak Atsiri Kemangi

Obat kumur minyak atsiri kemangi disimpan dalam berbagai penyimpanan

suhu, yaitu 4 oC, 27 oC, dan 40 oC yang biasanya merupakan suhu lingkungan pada

suhu rendah sampai suhu tinggi. Hal ini bertujuan untuk mengkondisikan dengan iklim

atau suhu pada daerah tertentu atau pada daerah tempat sediaan akan diproduksi atau

diperdagangkan serta kondisi saat pendistribusian produk tersebut (Anvisa, 2004).

4.3.1 Hasil Uji Sentrifugasi Obat Kumur Minyak Atsiri Kemangi

Uji sentrifugasi dilakukan dengan menggunakan alat sentrifugator, sebanyak 2

ml tiap sampel diuji pada suhu 27 oC dengan kecepatan 3000 rpm selama 30 menit.

(43)

Tabel 4.4 Hasil Uji Sentrifugasi Obat Kumur Minyak Atsiri Kemangi

Sediaan Minggu ke-0 Mnggu ke-4

Formula 1 Homogen Homogen

Formula 2 Homogen Homogen

Formula 3 Homogen Homogen

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat perbandingan kondisi obat kumur sebelum

dan setelah dilakukan uji sentrifugasi. Dari tabel terlihat bahwa tidak adanya

perubahan pada obat kumur sebelum dan setelah penyimpanan, obat kumur tetap

homogen dilihat dari terdispersinya minyak atsiri herba kemangi. Uji sentrifugasi ini

pada prinsipnya merupakan penggunaan gaya sentrifugal yang dipercepat untuk

memisahkan dua atau lebih substansi yang memiliki perbedaan densitas seperti cairan,

yang bertujuan untuk mengevaluasi dan memprediksi ketidakstabilan sediaan (Anvisa,

2004)

4.3.2 Hasil Pengamatan Organoleptis Obat Kumur Kemangi

Hasil pengamatan organoleptis obat kumur pada tabel 4.5 berikut ini :

Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Organoleptis Obat Kumur

Minggu Ke- Hasil Pengamatan Obat Kumur Formula 1 suhu 4oC Warna Bau Rasa Pedas

(44)

Warna Bau Rasa Pedas

0 Hijau Muda Khas kemangi (+)

1 Hijau Muda Khas kemangi (+)

2 Hijau Muda Khas kemangi (+)

3 Hijau Muda Khas kemangi (+)

4 Hijau Tosca Khas kemangi (+)

Minggu ke- Hasil pengamatan obat kumur formula 1 suhu 40oC Warna Bau Rasa Pedas

0 Hijau Muda Khas kemangi (+)

1 Hijau Muda Khas kemangi (+)

2 Hijau Muda Khas kemangi (+)

3 Hijau Muda Khas kemangi (+)

4 Hijau Tosca Khas kemangi (+)

Minggu Ke- Hasil Pengamatan Obat Kumur Formula 2 suhu 4oC Warna Bau Rasa Pedas

0 Hijau Muda Khas Kemangi (++)

1 Hijau Muda Khas Kemangi (++)

2 Hijau Muda Khas Kemangi (++)

3 Hijau Muda Khas Kemangi (++)

4 Hijau Muda Khas Kemangi (++)

Keterangan : (+) sedikit pedas (++) cukup pedas (+++) pedas

(45)

Warna Bau Rasa Pedas

0 Hijau Muda Khas kemangi (++)

1 Hijau Muda Khas kemangi (++)

2 Hijau Muda Khas kemangi (++)

3 Hijau Muda Khas kemangi (++)

4 Hijau Muda Khas kemangi (++)

Minggu ke- Hasil pengamatan obat kumur formula 2 suhu 40oC Warna Bau Rasa Pedas

0 Hijau Muda Khas kemangi (++)

1 Hijau Muda Khas kemangi (++)

2 Hijau Muda Khas kemangi (++)

3 Hijau Muda Khas kemangi (++)

4 Hijau Muda Khas kemangi (++)

Minggu Ke- Hasil Pengamatan Obat Kumur Formula 3 suhu 4oC Warna Bau Rasa Pedas

0 Hijau Muda Khas Kemangi (+++)

1 Hijau Muda Khas Kemangi (+++)

2 Hijau Muda Khas Kemangi (+++)

3 Hijau Muda Khas Kemangi (+++)

4 Hijau Muda Khas Kemangi (+++)

Keterangan : (+) sedikit pedas (++) cukup pedas (+++) pedas

(46)

Warna Bau Rasa Pedas

Minggu ke- Hasil pengamatan obat kumur formula 3 suhu 40oC Warna Bau Rasa Pedas

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa hasil organoleptis dari obat kumur

minyak atsiri sebelum dan setelah penyimpanan tidak menunjukan perubahan.

Warnanya tetap hijau muda sejak sebelum dan setelah penyimpanan. Baunya khas

kemangi dan tidak tengik, rasa obat kumur pada formula 1 sedikit pedas, formula 2

cukup pedas, dan formula 3 pedas, rasa pedas yang ditimbulkan obat kumur itu sendiri

dikarenakan adanya kandungan mentol, dan dipengaruhi oleh banyaknya tween 80,

karena tween 80 memiliki rasa yang pahit dan pedas, semakin banyak penggunaan

tween 80, semakin pedas rasa obat kumur. Obat kumur tidak menunjukan adanya

tanda-tanda tidak stabil dari sediaan , kecuali formula 1 pada penyimpanan suhu 27 oC

dan 40 oC minggu ke-4 mengalami perubahan warna, hal ini disebabkan karena

autooksidasi Tween 80 yang terjadi karena penyimpanan, Tween 80 dapat berubah

warna kuning kecoklatan (Donbrow, 1978).

(47)

Pengukuran nilai pH dilakukan dengan menggunakan pH meter, hasilnya

dapat dilihat pada gambar 4.3, 4.4, 4.5 :

(48)

Gambar 4.4 Grafik perubahan pH obat kumur pada suhu 27 oC

(49)

Nilai pH dari masing-masing formula menunjukan terjadinya penurunan

selama 4 minggu penyimpanan, penurunan pH pada sediaan oral biasanya disebabkan

oksidasi dengan adanya oksigen dari atmosfer dan cahaya, serta adanya

mikroorganisme (Martin et al,1993), autooksidasi yang terjadi pada tween 80 juga

dapat menyebabkan perubahan pH (Donbrow, 1978), sedangkan kenaikan pH dapat

disebabkan oleh pelepasan ion hidroksil secara perlahan oleh wadah botol kaca yang

digunakan selama penyimpanan (Reddy, 1996).

4.3.4 Hasil Pengukuran Nilai Viskositas Obat

Pengukuran nilai viskositas obat kumur minyak atsiri kemangi dilakukan

menggunakan viskometer oswaltd. Hasil dari pengukuran nilai viskositas obat kumur

minyak atsiri kemangi sebelum dan setelah penyimpanan dapat dilihat pada grafik 4.5

berikut ini :

Gambar 4.6 Grafik nilai viskositas obat kumur selama penyimpanan

Viskositas merupakan nilai yang menunjukkan satuan kekentalan medium

pendispersi dari sebuah larutan, pengukuran viskositas ketiga formula pada suhu 4oC,

27oC dan 40oC menunjukan bahwa sediaan obat kumur minyak atsiri kemangi

memiliki viskositas yang rendah 1.11 - 2.32 cps mendekati air 0,89 cps (Rowe, 2009).

(50)

dikandungnya, seperti tween 80 yang memiliki viskositas sebesar 425 cps dan gliserin

1143 cps (Rowe, 2009).

4.3.5 Hasil Evaluasi Tes Siklus

Tes siklus merupakan kondisi percepatan dengan adanya fluktuasi suhu untuk

menentukan kestabilan produk selama penyimpanan. Tujuan dilakukannya tes siklus

adalah untuk mengetahui terjadinya ketidakstabilan sediaan, perubahan viskositas, dan

lain sebagainya (Huynh-BA, kim, 2008).

Tabel 4.6 Hasil tes siklus obat kumur minyak atsiri herba kemangi

Sediaan Pengamatan awal Hasil Pengamatan setelah 6 siklus Warna Rasa Pedas Perubahan fisik

Formula 1 Hijau muda,

homogen

Hijau muda (+) Tetap homogen

Formula 2 Hijau muda,

rasa maupun bau pada sediaan, berdasarkan hasil pengamatan organoleptis, kestabilan

sediaan selama penyimpanan 6 siklus juga karena kemasan yang baik dan kedap udara

(51)

Gambar 4.7 Grafik perubahan pH obat kumur tes siklus selama penyimpanan

Jika dibandingkan dengan pH awal pada hari ke-0, Formula 1 mengalami

penurunan pH sedangkan formula 2 dan 3 mengalami kenaikan pH sediaan, hal ini bisa

disebabkan telah terjadinya proses autooksidasi sehingga merubah nilai pH yang

disebabkan perlakuan terhadap sediaan dengan mengubah suhu penyimpanan dari 4 oC

ke 40 oC secara berkala selama 12 hari sehingga mempercepat proses autooksidasi

sehingga terjadi penurunan pH (Donbrow, 1978), sedangkan kenaikan pH dapat

disebabkan oleh pelepasan ion hidroksil secara bertahap oleh wadah kaca yang

(52)

Gambar 4.8 Grafik perubahan viskositas obat kumur saat tes siklus

Pengukuran viskositas menggunakan viskometer ostwald, karena viskometer

ini cocok untuk mengukur viskositas larutan newtonian. Obat kumur merupakan

larutan newton karena mengikuti hukum sistem newton yaitu perbandingan antara

tegangan geser dengan kecepatan gesernya konstan, seperti halnya air dan gliserin

(Liliana, 2009). Viskometer ini dapat menghitung vikositas dari cairan yang ditentukan

dengan cara mengukur waktu yang dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk melewati

antara 2 tanda ketika mengalir karena gravitasi melalui viskometer oswaltd. Waktu alir

dari cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang

viskositasnya sudah diketahui untuk lewat 2 tanda tersebut. Pada data diatas, terjadi

sedikit kenaikan viskositas pada semua formula, secara teori hal ini dapat disebabkan

(53)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Minyak atsiri herba kemangi dapat diformulasikan menjadi obat kumur

menggunakan metode solubilisasi miselar. Formula yang dapat digunakan sebagai obat

kumur adalah formula 2 karena memiliki warna yang tetap stabil hijau muda, bau khas

kemangi, rasa segar dan tidak terlalu pedas, dengan pH sediaan 6,843, viskositas 1,58

cps.

5.2 Saran

Saran yang dapat penulis berikan berdasarkan penelitian ini adalah :

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap dosis sediaan obat kumur

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap metode peningkat kelarutan obat

kumur dan variasi konsentrasi yang digunakan agar dapat diperoleh formulasi obat

kumur yang semakin baik.

3. Perlu dilakukan penelitian tentang uji kuantitatif kadar zat aktif sediaan obat

kumur herba kemangi

4. Perlu dilakukan penelitian tentang uji aktivitas antimikroba dari obat kumur herba

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Akande, et al. 2004. Efficacy of diferent brands of mouthwash rinses on oral bacterial

loud count in healthy adults. African Journal of Biomedical Research.

Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4. Jakarta : Ui Press.

Anvisa. 2004. Cosmetic Products Stability Guide. National Health Surveillance

Agency Press. Brazil.

Armstrong, N. A., 2009. Sucrose in Rowe C. R., Sheskey, P. J., and Owen, S. C.

Handbook of Pharmaceutical Exipients 6th Edition. 193, 283, 433, 608.

Pharmaceutical Press. London

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Barron, J.John. and Geary, leo. 2006. The effects of Temperature Measurement.

Reagecon, Ireland.

Bird, T, 1994. Kimia Fisik Untuk Universitas. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Cawson, R. A. and Spector R. G., 1987, Clinical Pharmacology In Dentistry, 4th ed,

89, Churchill Livingstone, Edinburgh

Claffey, N., 2003. Essential oil mouthwash: a key component in oral health

management. J Clin Periodontal, 30 (suppl. 5): 22-24

Departemen kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.

Jakarta: Departemen Kesehatan RI, Dirjen POM.

Dhale et al. 2010. Premliminary screening of antibacterial and phytochemical

studies of Ocimum americanum linn. Journal of Ecobiotechnology. ISSN

2077-0464.

Donbrow, M. et al. 1978. Autoxidation of polysorbates. Hebrew University, Jerusalem.

Dzulkarnain, B., Sukasediati, N., Wodowati, L., dan Sundari, D. 1996. Tinjauan Hasil

Penelitian Tanaman Obat di Berbagai Institusi III. Departemen Kesehatan

Republik Indonesia. Puslitbang Jakarta.

(55)

Composition of Ocimum americanum Essential Oil and Its Biological Effect

Against, Agrotis ipsilon, (Lepidoptera : Noctuidae). Journal of Agriculture an

Biological Sciences, 3 (6) : 740 -747

Farah, C. S., Lidija M. And Michael J. M., 2009. Mouthwash, Australian Prescribes,

Fattah, Mohammad. 2015. Uji Aktivitas Antibiofilm In Vitro Minyak Atsiri Herba

Kemangi Terhadap Bakteri Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan

Staphylococcus aureus. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta

Fauzi, Y., 2002, Kelapa Sawit : Budi Daya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis

Usaha dan Pemasaran, Edisi revisi, 44, Penebar Swadaya, Jakarta.

Fuki, Tri Yuliarto, Khasanah dan Anandito. 2012. The Influence of The Raw

Materials Size and The Distillation Methods To The Quality of Cinnamon Bark

Essential Oil. Universitas Sebelas Maret. Semarang.

Genaro, R. A., 1990, Rhemington’s Pharmaceutikal Science, 18th Ed., 207, Mack

Printing Company, Easton.

Guenther, E. 1987. The Essential Oils. Terjemahan. Ketaren, R.S. (1987). Minyak

Atsiri. Jilid I. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Hadipoentyanti, Endang., dan Wahyuni, Sri. 2008. Keragaman Selasih (Ocimum spp.)

Berdasarkan karakter Morfologi Produksi dan Mutu Herba, Jurnal Litri, Vol

14(4). Hal. 141-148.

Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan. Bandung : ITB

Harper DS, Loesche WJ. Growth and acid tolerance of human dental plague bacteria.

Arch Oral Biol 1984: 29: 834-8

Hoover, J., 1990. Remington Pharmaceutical Science, 18th Edition. Mack Publishing

Company. Easton Pennsylvania.

Huynh-BA, Kim. 2008. Handbook of Stability Testing in Pharmaceutical

Development: Regulations, Methodologies, and Best Practice. New York:

Springer Science Business Media.

Jackson, E. B., 1995, Sugar Confectionery Manufacture, second Edition, 89,

Gambar

Gambar 2.1     Tanaman kemangi ...................................................................
Tabel     3.1     Formula Obat Kumur .............................................................
Gambar 2.1 Tanaman Kemangi (Ocimum americanum L.)
Tabel 3.1. Formula Obat Kumur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Formulasi sediaan lipstik menggunakan pewarna ekstrak buah salam menunjukkan sediaan stabil selama 30 hari, mudah dioleskan dengan warna yang merata, memiliki pH 4.65-6.70

Untuk lebih mengetahui efek bakterisid dari sediaan obat kumur yang mengandung bahan aktif minyak cengkeh ini, maka diperlukan pengujian secara in vitro lebih

pada formulasi obat kumur ekstrak daun kemangi dengan pemanis stevia secara in vitro dengan metode sumuran menghasilkan nilai diameter hambat bakteri.. Semakin tinggi

Obat kumur minyak atsiri kulit buah jeruk kalamansi (Citrus microcarpa Bunge) formula 1 memiliki bau khas, berwarna kuning keruh, nilai pH sesuai Standar Nasional

Formula yang dapat digunakan sebagai formulasi obat kumur adalah formula 2 dengan konsentrasi gliserin 20% dan PEG-40 HCO 2% dengan memiliki warna yang stabil,

Dari hasil pengujian stabilitas sediaan gel untuk pengujian pH, daya lekat dan daya sebar telah memenuhi syarat sediaan gel yang baik dan stabil selama penyimpanan 4

Pada sediaan obat kumur tanpa waktu penyimpanan terhadap sediaan obat kumur dengan waktu penyimpanan 7 hari dan 14 hari memiliki perbedaan tidak bermakna

Hasil pengamatan organoleptis terhadap sediaan obat kumur ekstrak rimpang temu hitam menunjukkan bahwa obat kumur yang dibuat tidak mengalami perubahan bentuk,