1
Pengelolaan Hubungan Industrial
di BUMN dalam Mendukung Kondisi
Hubungan Industrial Yang
Harmonis
KEMENTERIAN NEGARA BUMN
Disajikan dalam :
Forum Hubungan Industrial
Hotel Jayakarta Bali Beach Resort
28 November 2008
PROGRAM EKSTENSI – FEUI - AKUNTANSI
Oleh :
Jaminan Sosial dan Kesejahteraan
Karyawan BUMN
1. Keseimbangan Kepentingan Negara & Karyawan dalam
Hub. Industrial
Peran BUMN sebagai salah satu pilar perekonomian nasional Indonesia
sebagaimana diamanatkan di dalam UUD 1945 Pasal 33, menuntut setiap
pihak yang terlibat di dalamnya harus senantiasa dapat melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya masing-masing dengan tujuan
PERTUMBUHAN
BUMN BERKELANJUTAN
Peran BUMN sebagai salah satu pilar perekonomian nasional Indonesia
sebagaimana diamanatkan di dalam UUD 1945 Pasal 33, menuntut setiap
pihak yang terlibat di dalamnya harus senantiasa dapat melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya masing-masing dengan tujuan
PERTUMBUHAN
BUMN BERKELANJUTAN
HUBUNGAN TAK LANGSUNG
• HUBUNGAN KERJA HAK DAN KEWAJIBAN • PERAN KONTRIBUSI
KARYAWAN STRATEGIK YANG
DINAMIS
(POLITIK, SOSIAL, BUDAYA, IPTEK, HANKAM, LEGAL)
LINGKUNGAN STRATEGIK YANG
DINAMIS
(POLITIK, SOSIAL, BUDAYA, IPTEK, HANKAM, LEGAL)
Sesuai dengan UU BUMN dan UU Ketenagakerjaan, posisi karyawan
BUMN ditunjukkan melalui penjelasan sebagai berikut :
Sesuai dengan UU BUMN dan UU Ketenagakerjaan, posisi karyawan
BUMN ditunjukkan melalui penjelasan sebagai berikut :
1. Status karyawan BUMN adalah pekerja/buruh berdasarkan
peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.
2. Pekerja BUMN sama seperti pekerja perusahaan swasta pada
umumnya.
3. UU Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 memasukkan
pengertian perusahaan, selain perusahaan milik swasta, juga
perusahaan milik negara/BUMN (Pasal 1 angka 6).
4. UU Serikat Pekerja/Serikat Buruh Nomor 21 Tahun 2000 juga
memasukkan pengertian perusahaan, selain perusahaan milik
swasta, juga perusahaan milik negara/BUMN (Pasal 1 angka 8).
5. Hak-hak dan kewajiban ketenagakerjaan karyawan BUMN
sepenuhnya mengikuti ketentuan di bidang ketenagakerjaan.
1. Status karyawan BUMN adalah pekerja/buruh berdasarkan
peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.
2. Pekerja BUMN sama seperti pekerja perusahaan swasta pada
umumnya.
3. UU Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 memasukkan
pengertian perusahaan, selain perusahaan milik swasta, juga
perusahaan milik negara/BUMN (Pasal 1 angka 6).
4. UU Serikat Pekerja/Serikat Buruh Nomor 21 Tahun 2000 juga
memasukkan pengertian perusahaan, selain perusahaan milik
swasta, juga perusahaan milik negara/BUMN (Pasal 1 angka 8).
5. Hak-hak dan kewajiban ketenagakerjaan karyawan BUMN
PEMBAGIAN FUNGSI SESUAI PS. 102 UU KETENAGAKERJAAN
PEMBAGIAN FUNGSI SESUAI PS. 102 UU KETENAGAKERJAAN
Fungsi Pemerintah
Fungsi Pemerintah
a. Menetapkan kebijakan
b. Memberikan pelayanan
c. Melaksanakan pengawasan
d. Melakukan penindakan
terhadap pelanggaran
peraturan
perundang-undangan ketenagakerjaan.
a. Menetapkan kebijakan
b. Memberikan pelayanan
c. Melaksanakan pengawasan
d. Melakukan penindakan
terhadap pelanggaran
peraturan
perundang-undangan ketenagakerjaan.
Fungsi Pekerja
Fungsi Pekerja
a. Menjalankan pekerjaan sesuai
dengan kewajibannya.
b. Menjaga
ketertiban
demi
kelangsungan produksi.
c. Menyalurkan aspirasi secara
demokratis.
d. Mengembangkan keterampilan
dan keahlian
e. Memajukan perusahaan.
f. Memperjuangkan
kesejahteraan
Pekerja
dan
keluarganya.
a. Menjalankan pekerjaan sesuai
dengan kewajibannya.
b. Menjaga
ketertiban
demi
kelangsungan produksi.
c. Menyalurkan aspirasi secara
demokratis.
d. Mengembangkan keterampilan
dan keahlian
e. Memajukan perusahaan.
f. Memperjuangkan
kesejahteraan
Pekerja
dan
keluarganya.
1
1
2
2
Fungsi Manajemen
Fungsi Manajemen
a. Menciptakan kemitraan.
b. Mengembangkan usaha.
c. Memperluas lapangan kerja.
d. Memberikan kesejahteraan
Pekerja/Buruh.
a. Menciptakan kemitraan.
b. Mengembangkan usaha.
c. Memperluas lapangan kerja.
d. Memberikan kesejahteraan
Pekerja/Buruh.
3
HAL-HAL YANG DAPAT DILAKUKAN MENTERI NEGARA BUMN
SELAKU RUPS DI BIDANG KETENAGAKERJAAN HAL-HAL YANG DAPAT DILAKUKAN MENTERI
NEGARA BUMN
SELAKU RUPS DI BIDANG KETENAGAKERJAAN
1. Sesuai dengan ketentuan UUPT, UU BUMN, dan UU
ketenagakerjaan,
Hubungan
Industrial
adalah
antara
Pekerja/Buruh dengan Pengusaha/Direksi.
2. Pembinaan
dan
pengawasan
Pekerja/buruh
merupakan
kewenangan Direksi (operasional).
3. Namun demikian, Menteri Negara BUMN selaku RUPS dapat
meminta agar dalam pembuatan PKB, Direksi berkonsultasi
dengan Kementerian Negara BUMN, khususnya berkaitan
dengan beban-beban fnansial yang ditimbulkan dari PKB, yang
masuk ke dalam kewenangan Pemegang Saham/RUPS. Hal ini
telah dicantumkan dalam Anggaran Dasar BUMN yang baru.
1. Sesuai dengan ketentuan UUPT, UU BUMN, dan UU
ketenagakerjaan,
Hubungan
Industrial
adalah
antara
Pekerja/Buruh dengan Pengusaha/Direksi.
2. Pembinaan
dan
pengawasan
Pekerja/buruh
merupakan
kewenangan Direksi (operasional).
PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KARYAWAN BUMN
PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KARYAWAN BUMN
1. Jika diangkat menjadi Direksi BUMN, maka karyawan yang
bersangkutan pensiun sebagai karyawan dengan pangkat dan
hak-hak pensiun tertinggi.
2. Karyawan BUMN dilarang menjadi pengurus partai politik
dan/atau menjadi calon atau anggota legislatif. Yang dimaksud
dengan legislatif, termasuk Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
1. Jika diangkat menjadi Direksi BUMN, maka karyawan yang
bersangkutan pensiun sebagai karyawan dengan pangkat dan
hak-hak pensiun tertinggi.
KEBIJAKAN REMUNERASI SDM BUMN
KEBIJAKAN REMUNERASI SDM BUMN
Dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan, salah satu faktor penentu
yang menjadi concern dari Kementerian Negara BUMN adalah tingkat
kepuasan pekerja yang salah satunya melalui pemberian remunerasi yang
wajar.
Dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan, salah satu faktor penentu
yang menjadi concern dari Kementerian Negara BUMN adalah tingkat
kepuasan pekerja yang salah satunya melalui pemberian remunerasi yang
wajar.
YANG DIHARAPKAN
YANG DIHARAPKAN
KONDISI SAAT INI
KONDISI SAAT INI
Tidak kompetitif.
Senioritas, belum berbasis
pay for performance.
Belum
clean wages
(banyak
tunjangan dan fasilitas).
Benefit tertentu membebani
keuangan perusahaan.
Tidak kompetitif.
Senioritas, belum berbasis
pay for performance.
Belum
clean wages
(banyak
tunjangan dan fasilitas).
Benefit tertentu membebani
keuangan perusahaan.
External/market
competitiveness.
Based on performance.
Clean wages.
Benefit system
yang tidak
membebani perusahaan.
External/market
competitiveness.
Based on performance.
Clean wages.
KEBIJAKAN REMUNERASI SDM BUMN
KEBIJAKAN REMUNERASI SDM BUMN
BUMN memiliki sistem Remunerasi yang :
Transparan,
Adil,
Kompetitif dan
Terukur,
mengacu kepada
kontribusi
,
kompetensi
,
kinerja
individu dan perusahaan
, sehingga dapat menarik,
memotivasi dan mempertahankan karyawan yang berprestasi
untuk mendukung pencapaian target dan pertumbuhan
perusahaan serta mewujudkan cita-cita sebagai Global
Company
Strategic Aspiration :
PERFORMANCE & COMPETANCY BASED REWARD
COMPETITIVE SALARY & BENEFIT
PERFORMANCE & COMPETENCY LINKED
REWARDS
EFFECTIVE RECOGNITION &
APPRECIATION
VALUE PROPOSITION
ASURANSI KESEHATAN
ASURANSI KESEHATAN
1
1
a. Benchmark benefi dan premi dengan asuransi kesehatan yang disediakan oleh PT ASKES
a. Benchmark benefi dan premi dengan asuransi kesehatan yang disediakan oleh PT ASKES
b. Beneft bagi Direksi dan Dewan Komisaris/Dewan Pengawas setara dengan produk Askes Diamond atau Askes Platinum
b. Beneft bagi Direksi dan Dewan Komisaris/Dewan Pengawas setara dengan produk Askes Diamond atau Askes Platinum
c. Beneft bagi Karyawan diberikan maksimum setara dengan produk Askes Gold dan Askes Komersial Standar dan dilaksanakan sesuai dengan kemampuan masing-masing BUMN sesuai dengan ketentuan proses pengadaan yang berlaku.
c. Beneft bagi Karyawan diberikan maksimum setara dengan produk Askes Gold dan Askes Komersial Standar dan dilaksanakan sesuai dengan kemampuan masing-masing BUMN sesuai dengan ketentuan proses pengadaan yang berlaku.
d. Apabila pemberian tunjangan/fasilitas kesehatan diselenggarakan secara internal oleh BUMN, maka total biaya pemberian tunjangan/fasilitas kesehatan tersebut tidak melampaui total biaya tunjangan/fasilitas asuransi kesehatan jika diselenggarakan oleh pihak eksternal secara kompetitif.
DANA PENSIUN
DANA PENSIUN
2
2
a. Iuran pasti
a. Iuran pasti
b. Sesuai dengan kemampuan perusahaan
b. Sesuai dengan kemampuan perusahaan
c. Pembebanan dana perusahaan di luar kewajiban
hukum, harus mendapatkan persetujuan RUPS
c. Pembebanan dana perusahaan di luar kewajiban
hukum, harus mendapatkan persetujuan RUPS
d. Karyawan jadi Direksi dipensiunkan dengan
pangkat tertinggi dan hak-hak pensiunan tertinggi
d. Karyawan jadi Direksi dipensiunkan dengan
KEBIJAKAN JASA
OPERASI/BONUS
KEBIJAKAN JASA
OPERASI/BONUS
3
3
-
Jasa operasi merupakan penghargaan
atas prestasi karyawan. Oleh karena
itu kebijakannya adalah :
a.Diberikan apabila mencapai prestasi
tertentu;
b.Pembebanannya dibandingkan
dengan prestasi yang dicapai
(prosentase tertentu dari
keuntungan).
-
Jasa operasi merupakan penghargaan
atas prestasi karyawan. Oleh karena
itu kebijakannya adalah :
a.Diberikan apabila mencapai prestasi
tertentu;
b.Pembebanannya dibandingkan
dengan prestasi yang dicapai
(prosentase tertentu dari
1. SP agar dapat memberikan
pemikiran-pemikiran yang strategis kepada Direksi,
Dewan
Komisaris
maupun
Pemegang
Saham
demi
tercapainya
tujuan
perusahaan.
2. SP agar tidak membawa masalah-masalah
perusahaan ke arena politik di luar
korporasi.
3. SP agar dapat bekerja sama secara baik
dengan manajemen untuk mencapai tujuan
perusahaan.
4. SP
agar
tidak
melakukan
tindakan-tindakan di luar kewenangan SP yang
dapat berdampak pada pencapaian tujuan
perusahaan.
5. SP
agar
memperjuangkan
dengan
sungguh-sungguh
hak-hak
normatif
karyawan sesuai ketentuan yang berlaku.
1. SP agar dapat memberikan
pemikiran-pemikiran yang strategis kepada Direksi,
Dewan
Komisaris
maupun
Pemegang
Saham
demi
tercapainya
tujuan
perusahaan.
2. SP agar tidak membawa masalah-masalah
perusahaan ke arena politik di luar
korporasi.
3. SP agar dapat bekerja sama secara baik
dengan manajemen untuk mencapai tujuan
perusahaan.
4. SP
agar
tidak
melakukan
tindakan-tindakan di luar kewenangan SP yang
dapat berdampak pada pencapaian tujuan
perusahaan.
5. SP
agar
memperjuangkan
dengan
sungguh-sungguh
hak-hak
normatif
karyawan sesuai ketentuan yang berlaku.
DASAR HUKUM PEMBINAAN KORPORASI
Pemeriksaan &Pengawasan Paket UU Pemeriksaan &
Pengawasan
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional 2004 – 2009 Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional 2004 – 2009
Visi dan Misi Kementerian Negara BUMN Visi dan Misi Kementerian Negara BUMN
Peraturan – Peraturan
pemerintah yang berkaitan dengan tata cara dan pengelolaan BUMN
Peraturan – Peraturan
pemerintah yang berkaitan dengan tata cara dan pengelolaan BUMN
Menjadi Instrumen Negara untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pendekatan korporasi.
Visi Visi
Meningkatnya kinerja dan daya saing BUMN, pelayanan kepada masyarakat, dan sumbangan terhadap keuangan negara.
Sasaran Sasaran
Arah Kebijakan Arah Kebijakan
1. Melakukan koordinasi dengan departemen/instansi terkait untuk penataan kebijakan industrial dan pasar BUMN terkait.
2. Memetakan BUMN ke dalam kelompok BUMN public service obligation (PSO) dan kelompok BUMN komersial (business oriented).
3. Melanjutkan langkah-langkah restrukturisasi yang semakin terarah dan efektif terhadap orientasi dan fungsi BUMN tersebut.
4. Memantapkan penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG).
5. Melakukan sinergi antar BUMN agar dapat meningkatkan daya saing dan memberikan multiplier effect kepada perekonomian Indonesia.
1. Penyelesaian upaya pemetaan fungsi masing-masing BUMN, sehingga fungsi BUMN terbagi secara jelas menjadi BUMN PSO dan BUMN komersial,
2. Pemantapan upaya revitalisasi BUMN, antara lain melalui penerapan GCG dan
Statement of Corporate Intent (SCI), serta kontrol kinerja yang terukur
3. Pemantapan pelaksanaan restrukturisasi BUMN
Program Pembinaan dan Pengembangan BUMN
Program Pembinaan dan Pengembangan BUMN
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi tersebut, program dan kebijakan yang
telah disusun secara berkesinambungan untuk tahun 2005 s.d. 2009, terbagi
atas beberapa aspek pokok yaitu :
1. Penyelesaian RPP BUMN (Pelaksanaan UU
19/2003);
2. Master Plan BUMN 2005-2009
3. Penetapan Capital Market Protocol,
Statement of Corporate Intent (SCI) dan kontrak manajemen;
4. Mendukung pembangunan infrastruktur; 5. Finalisasi opsi
restrukturisasi BUMN; 6. Perencanaan private
public partnership;
7. Mencari solusi high profle case
1. Penyelesaian
restrukturisasi BUMN (sinergi & konsolidasi); 2. Identifkasi aliansi
strategis dan
pengembangan usaha BUMN resource based;
3. Implementasi linkage
antar BUMN;
4. Implementasi public private partnership;
5. Konsolidasi per sektoral; 6. Peningkatan proft
entitas
1. Pengembangan Usaha (termasuk ekspansi domestik dan
regional);
2. Peningkatan proft entitas;
3. Implementasi public private partnership
4. Penambahan BUMN Terbuka
Perencanaan dan Pembenahan Restrukturisasi dan Pertumbuhan Ekspansi & Penciptaan Nilai
PROGRAM & KEBIJAKAN KEMENTERIAN NEGARA
BUMN (2005 - 2009)
5 (LIMA) PERAN BUMN SESUAI PASAL 2 UU NO.
19 TAHUN 2003
• Infrastruktur
• Energi
• Transportasi
• Sarana Pertanian
• Bahan Pangan
• Kesehatan
•
• Perbankan dan Jasa Keuangan
• Energi
• Transportasi
• Sarana Pertanian
• Logistik
• Farmasi
• Asuransi
• Transportasi
• Perbankan, Tele
• Penjaminan
• Perbankan
•Semua BUMN untung
• Meningkat-nya belanja & investasi BUMN
• Ketersedia-an SarKetersedia-ana
Ketersediaan barang & Jasa dengan
jumlah yang tepat & harga
Meningkatny a Peran
BUMN dalam Perkembanga an Ekonomi
OPTIMALISASI PERAN BUMN DI MASA DEPAN
Karakteristik BUMN di masa Depan :
1.Berdaya saing global, terutama di bidang :
•
natural resource based;
•
fnancial based;
•
energy based;
•
technology and knowledge based;
•
logistics and infrastructure based
.
2.Kontribusi yang optimal kepada Negara dan
Stakeholders
3.Struktur keuangan yang sehat dan kondisi operasional yang kuat
4.Instrumen pelaksanaan
public policy
yang handal
Karakteristik BUMN di masa Depan :
1.Berdaya saing global, terutama di bidang :
•
natural resource based;
•
fnancial based;
•
energy based;
•
technology and knowledge based;
•
logistics and infrastructure based
.
2.Kontribusi yang optimal kepada Negara dan
Stakeholders
3.Struktur keuangan yang sehat dan kondisi operasional yang kuat
4.Instrumen pelaksanaan
public policy
yang handal
Untuk mencapai sasaran tersebut dilakukan
PEMETAAN BUMN yang mengarah pada terbentuknya
SUPER HOLDING BUMN
Untuk mencapai sasaran tersebut dilakukan
KINERJA
KINERJA
SehatTidak Sehat
Pengalihan Peran dan
Restrukturisasi Kepemiliikan. Restrukturisasi
Sektor Usaha
•Pendanaan APBN – fungsi
•Dipertahankan status BUMN
•Optimalisasi kinerja agar tercapai
efektiftas produksi dengan biaya yang paling efsien
Restrukturisasi, Proftisasi dan Peningkatan
Pemberdayaan BUMN : 1.Struktur Holding
2.Regional & World Class Players
3.Cikal bakal SWF (Ex. : Temasek, ADIA,
Birokrasi
Korporasi
Menteri Menteri
MENUJU SUPERHOLDING
BUMN
1 Indonesia Resource Company
2
3
Holding BUMN Pupuk
Holding BUMN Konstruksi
4 Holding BUMN Perkebunan
5 Holding BUMN farmasi, dll
Superholding Superholding
Holding sektoral
Holding sektoralHolding
sektoral Holding sektoralHolding BUMN
sektoral Holding
BUMN sektoral Holding
sektoral Holding sektoralHolding
sektoral Holding sektoralHolding BUMN
sektoral Holding
Presiden/Wakil Presiden
Menkeu &
Menteri
Terkait)
Supervisory
Board
(Menko,
Menkeu &
Menteri
Terkait)
CEO
CEO
PENGELOLAAN SUPERHOLDING BUMN
Holding
sektoral
Holding
sektoral
Holding
sektoral
Holding
sektoral
Holding
Holding
Holding
Holding
BUMN
Standalon
BUMN
Standalon
BUMN
Standalon
BUMN
BUMN
Superholdi
ng BUMN
Superholdi
MANFAAT PEMBENTUKAN SUPERHOLDING
Biaya Pembiaya
an Lebih rendah
Sinergi Operasion
al
Kekuatan Negosiasi
Lebih Besar (utk
Capex Misalnya)
Percepata n Penyelesa
ian Proyek
Posisi Pasar Lebih Besar
Akses kepada Proyek & Kesempat an Usaha dengan
Return Lebih besar
Biaya Lebih Rendah Pendapatan Lebih Tinggi Manfaat Jangka Panjang
Sebagai ilustrasi pembentukan holding BUMN Perkebunan pada fase awal saja kan meningkatkan nilai perusahaan sebesar Rp. 8 Triliun.
TINDAKAN RESTRUKTURISASI BUMN
Dalam rangka optimalisasi kinerja BUMN maka program restrukturisasi BUMN
dilakukan melalui tindakan
-
tindakan sebagai berikut:
1 Stand Alone
a.Market share cukup signifkan dan/atau mengandung unsur pertahanan dan keamanan negara
b.Belum memiliki potensi untuk dimerger ataupun holding.
c.Keberadaannya berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku & umumnya captive market.
a.Jenis usaha dan segmen pasar sama/terkait
b.Kompetisi tinggi
c.Mayoritas saham dimiliki Pemerintah
d.Menciptakan nilai tambah yang lebih dengan digabungkan BUMN lain.
2 Merjer/Konsolidasi
a.Sektor usaha sama
b.Jenis usaha dan segmen pasar berlainan
c.Kompetisi tinggi
d.Pemerintah merupakan pemilik mayoritas
e.Menciptakan nilai tambah yang lebih dengan diholdingkan.
3 Holding
5 Likuidasi
4 Divestasi
a.Berbentuk Persero
b.Berada pada sektor usaha atau industri yang kompetitif atau unsur teknologinya cepat berubah.
c.Bidang usahanya menurut undang-undang tidak secara khusus harus dikelola oleh BUMN.
d.Tidak bergerak di sektor pertahanan dan keamanan.
e.Tidak mengelola sumber daya alam yang menurut ketentuan perundang-undangan tidak boleh diprivatisasi.
f. Tidak bergerak di sektor tertentu yang oleh pemerintah diberikan tugas khusus untuk melaksanakan kegiatan tertentu yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat.
g.Memenuhi ketentuan/peraturan pasar modal apabila privatisasi dilakukan melalui pasar modal.
a. Dalam beberapa tahun mengalami kerugian dan tidak prospektif
b. Tidak ada PSO – non “Strategis” (tidak harus dipertahankan status BUMN)
a. Koordinasi Internal, baik di lingkup Kementerian Negara BUMN
maupun di lingkungan BUMN agar tercapai kesamaan visi
mengenai pengembangan BUMN kedepan.
b. Adanya kesepahaman
stakeholders
BUMN terhadap konsep
restrukturisasi
BUMN beserta arah pengembangannya.
c. Terwujudnya suatu sistem perundang-undangan yang
kondusif bagi perkembangan BUMN, khususnya berkaitan
dengan strategic restructuring yang merupakan salah satu
prasyarat dalam pembentukan superholding BUMN. Sistem
perundangan juga harus menyediakan equal level of playing
feld antara BUMN dan Swasta.
d. Koordinasi dengan Departemen Teknis yang terkait dengan
operasional BUMN.
a. Koordinasi Internal, baik di lingkup Kementerian Negara BUMN
maupun di lingkungan BUMN agar tercapai kesamaan visi
mengenai pengembangan BUMN kedepan.
b. Adanya kesepahaman
stakeholders
BUMN terhadap konsep
restrukturisasi
BUMN beserta arah pengembangannya.
c. Terwujudnya suatu sistem perundang-undangan yang
kondusif bagi perkembangan BUMN, khususnya berkaitan
dengan strategic restructuring yang merupakan salah satu
prasyarat dalam pembentukan superholding BUMN. Sistem
perundangan juga harus menyediakan equal level of playing
feld antara BUMN dan Swasta.
d. Koordinasi dengan Departemen Teknis yang terkait dengan
operasional BUMN.
Paket UU Keuangan Negara (termasuk
Pasal 2 huruf g UU 17/2003 & Pasal 8 UU
49 Prp 1960)
Paket UU Keuangan Negara (termasuk
Pasal 2 huruf g UU 17/2003 & Pasal 8 UU
49 Prp 1960)
UU 19/2003 : BUMN UU 19/2003 : BUMN
UU 40/2007 :
Paket UU Sektoral Paket UU Sektoral
Paket UU Pemeriksaan &
Pengawasan Paket UU Pemeriksaan &
Pengawasan
Paket UU Sektoral Paket UU Sektoral
SWASTA
SWASTA
Banyaknya kerangka hukum yang
melingkupi
operasi
BUMN,
menempatkan BUMN dalam level
of
playing feld
yang tidak sama
dengan swasta.
BEBERAPA PERMASALAHAN STRATEGIS BUMN (1)
1. Status Aset BUMN A. Pengelolaan Aset
1) Aset BUMN adalah aset negara yang dipisahkan
2) Pengelolaannya tidak tunduk pada UU Keuangan Negara (sesuai dengan UU BUMN).
3) Pasal 2 huruf g UU Keuangan Negara : “Keuangan Negara meliputi kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat nerharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, iermasuk kekayaan negara yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah”
4) Dampaknya BUMN tidak feksibel sebagaimana halnya pengelolaan korporasi
B. Penghapusan Aset
Penghapusan Aset BUMN harus tunduk pada mekanisme korporasi, namun penegak hukum masih berpegang pada Pasal 8 UU 49/Prp 1960
Perlu dilakukan penyesuaian terhadap ketentuan-ketentuan tersebut diatas.
1. Status Aset BUMN A. Pengelolaan Aset
1) Aset BUMN adalah aset negara yang dipisahkan
2) Pengelolaannya tidak tunduk pada UU Keuangan Negara (sesuai dengan UU BUMN).
3) Pasal 2 huruf g UU Keuangan Negara : “Keuangan Negara meliputi kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat nerharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, iermasuk kekayaan negara yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah”
4) Dampaknya BUMN tidak feksibel sebagaimana halnya pengelolaan korporasi
B. Penghapusan Aset
Penghapusan Aset BUMN harus tunduk pada mekanisme korporasi, namun penegak hukum masih berpegang pada Pasal 8 UU 49/Prp 1960
Perlu dilakukan penyesuaian terhadap ketentuan-ketentuan tersebut diatas.
2. PSO dan Subsidi
Sesuai pasal 66 UU BUMN, maka penugasan kepada BUMN, seluruh biayanya harus ditanggung oleh Pemerintah ditambah dengan margin.
2. PSO dan Subsidi
Sesuai pasal 66 UU BUMN, maka penugasan kepada BUMN, seluruh biayanya harus ditanggung oleh Pemerintah ditambah dengan margin.
3. Regulasi Sektoral
Perlunya dilakukan sinkronisasi dan harmonisasi regulasi sektoral untuk mendukung pelaksanaan kegiatan usaha BUMN.
Contoh : UU Bidang Kehutanan, UU Bidang Pelayaran, UU Bidang Kepelabuhanan, UU
3. Regulasi Sektoral
Perlunya dilakukan sinkronisasi dan harmonisasi regulasi sektoral untuk mendukung pelaksanaan kegiatan usaha BUMN.
BEBERAPA PERMASALAHAN STRATEGIS BUMN (2)
4. Permasalahan Keuangan BUMN A. Penyelesaian RDI/SLA
Terdapat 85 BUMN yang menerima pinjaman RDI/SLA dengan nilai
Rp 49,79 Triliun. Sebanyak 68.87% pinjaman berada di 41 BUMN dalam ketegori lancar dan sisanya mengalami kesulitan pengembalian, yang penyelesaiannya sedang dikoordinasikan dengan instansi terkait.
B. Restrukturisasi Keuangan
Restrukturisasi Keuangan BUMN tersendat karena peraturan perundang-undangan tentang keuangan negara
4. Permasalahan Keuangan BUMN A. Penyelesaian RDI/SLA
Terdapat 85 BUMN yang menerima pinjaman RDI/SLA dengan nilai
Rp 49,79 Triliun. Sebanyak 68.87% pinjaman berada di 41 BUMN dalam ketegori lancar dan sisanya mengalami kesulitan pengembalian, yang penyelesaiannya sedang dikoordinasikan dengan instansi terkait.
B. Restrukturisasi Keuangan
Restrukturisasi Keuangan BUMN tersendat karena peraturan perundang-undangan tentang keuangan negara
5. Tambahan Penyertaan Modal Negara
A. Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditentukan Statusnya (BPYBDS)
1) Jumlah yang sudah direkonsiliasikan adalah sebesar Rp 7,26 Triliun dan € 7,30 Juta pada PT Angkasa Pura I, PT Angkasa Pura II, Perum Prasarana Perikanan Samudera, PT ASDP, PT Pelindo I, PT Pelindo III, PT Pelindo IV, PT Pelni, Perum Percetakan Negara, PT KAI.
2) BPYBDS yang belum direkonsiliasi ada pada PT Pertamina, PT PLN, PT Djakarta Lloyd, Perum Jasa Tirta I, Perum Jasa Tirta II
Sebelum adanya penetapan status, perlu dilakukan valuasi ulang untuk memperbaiki struktur permodalan BUMN.
B. Pengalihan Kekayaan/Barang Milik Negara kepada BUMN
Kekayaan / Barang milik negara seperti : proyek ex-DIPA, dan lain-lain sebelum dialihkan kepada BUMN perlu dilakukan kajian keekonomian, sehingga tidak memberatkan perusahaan.
5. Tambahan Penyertaan Modal Negara
A. Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditentukan Statusnya (BPYBDS)
1) Jumlah yang sudah direkonsiliasikan adalah sebesar Rp 7,26 Triliun dan € 7,30 Juta pada PT Angkasa Pura I, PT Angkasa Pura II, Perum Prasarana Perikanan Samudera, PT ASDP, PT Pelindo I, PT Pelindo III, PT Pelindo IV, PT Pelni, Perum Percetakan Negara, PT KAI.
2) BPYBDS yang belum direkonsiliasi ada pada PT Pertamina, PT PLN, PT Djakarta Lloyd, Perum Jasa Tirta I, Perum Jasa Tirta II
Sebelum adanya penetapan status, perlu dilakukan valuasi ulang untuk memperbaiki struktur permodalan BUMN.
B. Pengalihan Kekayaan/Barang Milik Negara kepada BUMN
PROGRAM EKSTENSI – FEUI - AKUNTANSI