• Tidak ada hasil yang ditemukan

KANDOUSHI DALAM TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA KOMIK MEITANTEI CONAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KANDOUSHI DALAM TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA KOMIK MEITANTEI CONAN"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

KANDOUSHI DALAM TINDAK TUTUR EKSPRESIF

PADA KOMIK MEITANTEI CONAN

マンガ『名探偵コナン』における感動詞

Skripsi

Oleh :

RATNA DWI HAPSARI

NIM 13050110120007

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

(2)

ii

マンガ『名探偵コナン』における感動詞

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Ujian Sarjana Program S1 Humaniora dalam Ilmu Bahasa dan Sastra Jepang

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Oleh :

RATNA DWI HAPSARI

NIM 13050110120007

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

(3)

iii

mengambil bahan dari hasil penelitian untuk suatu gelar sarjana atau diploma di

suatu universitas maupun hasil penelitian lain. Sejauh penulis ketahui, skripsi ini

juga tidak mengambil bahan dari publikasi atau tulisan orang lain, kecuali yang

telah tercantum dalam rujukan dan daftar pustaka. Penulis bersedia menerima

sanksi apabila terbukti melakukan penjiplakan

Semarang, September 2014

(4)

iv Disetujui oleh

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(5)

v

Panitia Ujian Skripsi

Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Diponegoro Semarang

Ketua

Drs. Surono, S.U. ... NIP. 1952 06 171979031003

Anggota I

Maharani Patria Ratna, M.Hum. ...

Anggota II

Ribeka Ota, M.A. ...

Semarang, 28 Oktober 2014

Ketua Program Studi Sastra Jepang

(6)

vi

Masa depan (yang baik) hanya untuk orang yang optimis ( dalam kamus bahasa Jepang )

Life is not fair. Life is not fair. But despite that harsh reality, you must keep striving for succes

(7)

vii

 Keluarga tercinta saya, bapak dan ibu yang selalu mendoakan saya setiap saat, kakak yang selalu mendukung dan membantu saya selalu, adik yang tidak banyak membantu tapi aku menyayangimu dek, dan saudara-saudara yang selalu menyemangati dan mendoakan bahkan memarahi saya setiap saat.

(8)

viii

Terimakasih atas semangat dan dukungannya.

 Fara, teman komplek yang selalu menyemangati dan menemani saya di saat galau skripsi dan galau yang lainnya.

 Ibu Ida yang ada di perpus FIB. Terimakasih banyak bu, atas doa dan semangatnya.

(9)

ix skripsi ini.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

program strata I Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.

Penulis menyadari dalam proses penulisan skripsi yang berjudul “Kandoushi

Dalam Tindak Tutur Ekspresif Pada Komik Meitantei Conan” ini mengalami

banyak kesulitan. Namun, berkat bimbingan dari dosen pembimbing, serta kerja

sama dan dukungan dari berbagai pihak, maka kesulitan-kesulitan tersebut dapat

teratasi.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menerima banyak bantuan dari

berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu,

penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Agus Maladi Irianto, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Diponegoro Semarang.

2. Ibu Elizabeth Ika Hesti ANR, S.S, M. Hum, selaku Ketua Jurusan Sastra

Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang.

3. Bapak Drs. Surono, S.U, selaku dosen pembimbing I dalam penulisan skripsi

ini. Terima kasih untuk waktu, arahan, dan bimbingannya selama menjadi

(10)

x

5. Ibu Bapak Drs. Surono, S.U, selaku Dosen Wali Akademik Sastra Jepang

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.

6. Seluruh Dosen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Semarang yang telah membagikan ilmunya. Kepada Lina 先生, Nur 先生,

Novi先生, Yuli先生, Budi先生, Zaki先生, Astuti先生, Elis先生, Rani先

生, Reni先生, Yuko先生, Asada先生. Domo Arigatogozaimasu.

7. Kedua orang tua, kakak dan adik, serta keponakan tercinta yang telah

mendukung terselesaikannya skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat tercinta dan seluruh teman-teman sastra Jepang angkatan

2010, terima kasih atas doa, dukungan, saran, nasehat dan bantuannya selama

ini. Walaupun kita bukan keluarga sedarah, tetapi kebersamaan kita bagaikan

keluarga dekat yang tidak akan tergantingkan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh

karena itu penulis dengan segala kerendahan hati menerima kritik dan saran dari

semua pihak. Akhir kata, semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi

penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Semarang, September 2014

(11)

xi

1.1 Latar Belakang dan Permasalahan ... 1

1.1.1 Latar Belakang ... 1

1.1.2 Permasalahan... 4

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Ruang Lingkup ... 5

1.4 Metode Penelitian... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 11

1.6 Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI...14

2.1 Tinjauan Pustaka ... 14

2.2 Kerangka Teori ... 16

2.2.1 Definisi Pragmatik ... 16

2.2.2 Tindak Tutur... 18

2.2.3 Klasifikasi Tindak Tutur ... 19

(12)

xii

2.2.5 Jenis-Jenis Kandoushi ... 24

BAB III ANALISIS JENIS DAN FUNGSI KOMUNIKATIF KANDOUSHI DALAM TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA KOMIK MEITANTEI CONAN” ... 31

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN ... 65

4.1 Simpulan ... 65

4.2 Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

SINOPSIS ... 71

LAMPIRAN ... 74

(13)

xiii

In general, kandoushi is spoken by Japanese people in their daily conversation.

The purpose of the writer examines kandoushi in expressive spech act is to

know the function of each kandoushi in expressive speect act, so that the learners

of Japanese language can use kandoushi in accordance with the functions of each

kandoushi.

The writer using descriptive-qualitative method and taking data source through

Meitantei Conan comic. Theory that is used in this research is theory from

Namatame Yasu and the writer also limit it by the age of 30 to 40 years old, also

taking speech which containing expressive speech act that contain kandoushi.

From the result of the research, there are 20 data conversations which contain 18

types of kandoushi and 10 expressive speech act.

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1

Latar Belakang dan Permasalahan

1.1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan suatu alat komunikasi terpenting bagi manusia.

Dalam berkomunikasi, penyampaian bahasa yang benar merupakan suatu

hal yang penting, karena bahasa membantu penutur untuk menyampaikan

sesuatu yang ia rasakan. Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan

ide, pikiran, dan keinginannya terhadap lawan tutur. Sutedi (2011:2)

menjelaskan bahwa,

“Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai media atau sarana untuk

menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain. Memang bahasa terkadang digunakan bukan untuk menyampaikan sesuatu pada orang lain, tetapi hanya ditunjukkan pada diri sendiri seperti saat berbicara sendiri baik yang dilisankan maupun hanya di dalam hati. Akan tetapi yang paling penting adalah ide, pikiran, hasrat, dan keinginan tersebut dituangkan melalui bahasa.”

Dalam berkomunikasi, bahasa tidak hanya digunakan untuk

menyampaikan ide, pikiran, dan keinginannya terhadap lawan tutur,

bahasa juga digunakan untuk mengekspresikan perasaan penutur dengan

menggunakan Interjeksi. Interjeksi biasanya berupa teriakan yang lepas

yang terletak di awal kalimat. Misalnya pada interjeksi “aduh” yang

dapat di artikan untuk mengungkapkan interjeksi kesakitan atau

(15)

Interjeksi dalam bahasa Jepang disebut Kandoushi (感 動 詞).

Sudjianto (1996:110) mengungkapkan bahwa kandoushi adalah kelas

kata yang dapat berdiri sendiri dan tidak mengenal konjugasi atau

deklinasi. Kandoushi digunakan untuk mengungkapkan perasaan,

panggilan, jawaban, dan persalaman.

Dahidi (2004:169) menjelaskan bahwa kandoushi dengan sendirinya

dapat menjadi bunsetsu atau kalimat walaupun tanpa bantuan kelas kata

lain. Kandoushi merupakan sebuah kata yang dapat menjadi bunsetsu, hal

tersebut karena fungsi dari kandoushi sebagai sebuah kata untuk

mengungkapkan perasaan penutur. Suatu kata dalam kandoushi memiliki

makna yang luas tergantung dengan konteks pembicaraan penutur.

Tidak semua kata dalam suatu tuturan dapat diartikan hanya dengan

tuturan yang disampaikan saja. Dalam sebuah percakapan konteks suatu

tuturan mempengaruhi makna dari tuturan masing-masing penutur.

Macam-macam aspek dapat dimasukkan dalam konteks suatu tuturan.

Untuk memahami konteks tuturan diperlukan aspek latar fisik dan sosial

dari penutur. Yule (1996:81) menyatakan bahwa,

“Dalam usaha untuk mengungkapkan diri mereka, orang-orang tidak hanya menghasilkan tuturan yang mengandung kata-kata dan struktur-struktur gramatikal saja, tetapi mereka juga memperlihatkan tindakan-tindakan melalui tuturan-tuturan itu.”

Tindak tutur yang berfungsi untuk menyatakan sesuatu yang

dirasakan oleh penutur biasa disebut sebagai tindak tutur ekspresif.

(16)

kesukaan, kebencian, kesenangan, dan kesengsaraan. Dalam menafsirkan

suatu tuturan konteks juga sangat penting dalam pemahaman tindak tutur.

Konteks tuturan sangat mempengaruhi interpretasi tindak tutur oleh

penutur maupun lawan tuturnya. Nadar (2009:6) mengungkapkan,

“Konteks adalah hal-hal yang gayut dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan ataupun latar belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan lawan tutur dan yang membantu lawan

tutur menafsirkan makna tuturan.”

Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa lingkungan fisik dan

sosial penutur berperan dalam penafsiran lawan tutur pada suatu tuturan.

Pendidikan dan lingkungan sosial penutur berpengaruh dalam

pemahaman suatu tuturan.

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini difokuskan pada

kandoushi apa saja yang dapat muncul pada tindak tutur ekspresif dan

fungsi dari kandoushi tersebut. Fungsi dari kandoushi yang merupakan

suatu kata yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan batin

merupakan salah satu kelas kata yang tuturannya berada pada tindak tutur

ekspresif yang di gunakan untuk menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh

penutur. Suatu kalimat ekspresif tidak hanya diungkapkan dalam kalimat

lisan, kalimat ekspresif juga banyak terdapat dalam cerita bergambar.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengambil sumber data pada manga

(17)

1.1.2 Permasalahan

Gambaran situasi dalam sebuah komik dibuat untuk memudahkan

pembaca dalam memahami maksud cerita tersebut. Adanya berbagai

macam situasi dalam sebuah komik seperti pertemuan antartokoh,

hubungan tiap tokoh, hingga konflik dalam sebuah cerita merupakan

suatu contoh percakapan yang di tuangkan dalam cerita. Banyaknya

situasi yang terjadi dalam cerita menambah keberagaman tindak tutur

ekspresif dari masing-masing karakter. Sedangkan kandoushi, digunakan

untuk menyatakanemosi ataupun maksud dan tujuan suatu tokoh.

Berdasarkan hal tersebut, masalah yang akan diteliti dalam penelitian

ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Kandoushi apa saja yang muncul dalam tindak tutur ekspresif pada

Komik Meitantei Conan?

2. Fungsi komunikatif kandoushi apa saja yang terdapat dalam tindak

tutur ekspresif pada Komik Meitantei Conan?

1. 2

Tujuan

Sesuai dengan permasalahan, tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui penggunaan kandoushi yang terdapat dalam tindak tutur

(18)

Meitantei Conan, kandoushi digunakan untuk menghidupkan alur cerita.

Terdapat banyak fungsi dari kandoushi dan tindak tutur ekspresi di

dalamnya.

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan kandoushi apa saja yang muncul dalam tindak tutur

ekspresif pada komik Meitantei Conan.

2. Mendeskripsikan fungsi komunikatif kandoushi apa saja yang terdapat

dalam tindak tutur ekspresif pada Komik Meitantei Conan.

1. 3

Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah kandoushi dan tindak tutur ekspresif

dalam komik Meitantei Conan. Sumber data yang digunakan dalam

penelitian ini berupa tuturan dari teks bergambar dalam komik Meitantei

Conan.

Dalam menafsirkan suatu tuturan perlu diperhatikan maksud, tujuan,

serta tindakan-tindakan yang diperlihatkan oleh lawan tutur. Yule (1996:5)

mengungkapkan,

“Pragmatik adalah studi tentang hubungan antarbentuk-bentuk linguistik dan pemakaian bentuk-bentuk itu disebut dengan pragmatik.”

Dari penjelasan di atas penelitian ini menggunakan pendekatan

(19)

berada dalam komik Meitantei Conan. Data yang digunakan dalam

penelitian ini berupa tuturan yang di dalamnya terdapat kandoushi. Data

kandoushi yang dikaji berupa data yang memiliki hubungan antar bagian

kalimat dan hubungan antar kalimat.

Kandoushi merupakan suatu kata yang berfungsi untuk

mengekspresikan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Berdasarkan dari

pemahaman tersebut kandoushi dan tindak tutur ekspresif mempunyai

fungsi yang sama. Oleh karena itu penelitin ini fokus pada kandoushi yang

terdapat dalam tindak tutur ekspresif dalam komik Meitantei Conan.

Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada kandoushi apa saja yang

terdapat dalam tindak tutur ekspresif dan fungsi penggunaan kandoushi

yang terdapat dalam komik Meitantei Conan.

1. 4

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif-kualitatif. Menurut Sudaryanto (1986:62) metode deskriptif merupakan

penelitian yang dilakukan berdasarkan fakta yang ada yang memang

secara empiris hidup pada penuturnya, sehingga yang dihasilkan berupa

bahasa yang biasa dikatakan seperti potret atau paparan seperti adanya.

(20)

“...hakikat penelitian kualitatif yang bertujuan untuk memahami

fenomena sosial termasuk fenomena kebahasaan yang diteliti, yang berbeda dengan hakikat penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk

menjelaskan fenomena yang sedang dikaji.” (2005:257)

Dalam sebuah cerita, konteks berperan dalam membantu pembaca

untuk memahami alur cerita. Adapun cerita yang menggunakan teks

bergambar, hal tersebut dimaksudkan untuk mempermudah penafsiran

pembaca terhadap alur cerita. Konteks percakapan dalam sebuah cerita

bergambar membantu pembaca untuk mengetahui latar fisik dan

lingkungan sosial setiap tokoh, dengan begitu pembaca dapat memahami

makna tuturan yang disampaikan dalam cerita tersebut.

Komik merupakan salah satu media komunikasi tertulis yang

memberikan bahan bacaan dari yang berupa bacaan ringan hingga berat.

Sasaran pembaca komik juga beragam, dari anak-anak hingga orang

dewasa sesuai dengan tema cerita komik tersebut. Dalam bahasa Jepang,

komik disebut Manga. Manga di Jepang merupakan suatu media cetak

yang banyak digemari oleh masyarakat Jepang. Tidak terkecuali dengan

masyarakat Indonesia dan negara-negara lain, manga atau komik Jepang

merupakan suatu media massa yang peredaraannya selalu ada di setiap

negara. Manga berfungsi untuk mengembangkan daya imajinasi

pembacanya melalui cerita yang dituangkan dalam bentuk gambar dan teks

tertulis. Gambar manga yang ekspresif membantu pembaca untuk lebih

(21)

Bahasa tulis yang terdapat pada komik disusun menurut gambar tokoh

dan situasi yang terjadi dalam cerita. Melalui gambar dan karakter tokoh

dalam manga menimbulkan perbedaan tuturan tiap tokoh. Contohnya, gaya

bahasa yang digunakan oleh orang dewasa berbeda dengan gaya bahasa

anak kecil.

Data pada penelitian ini berupa tuturan dari teks bergambar dalam

komik Meitantei Conan. Sumber data tersebut dikaji dengan

mendeskripsikan kandoushi yang berada dalam tindak tutur ekspresif

beserta fungsi kandoushi tersebut. Dilanjutkan dengan metode kualitatif

yaitu data yang telah dianalisis akan diklasifikasikan berdasarkan

kandoushi apa saja yang berada pada tindak tutur ekspresif beserta

fungsinya.

Demikian pula hasil dari data tersebut akan berupa simpulan yang

bersifat kualitatif dari data yang sudah dianalisis.

1. Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data dilakukan dengan metode simak dengan

teknik catat. Dalam metode simak, Pemerolehan data dilakukan dengan

menyimak penggunaan bahasa yang terdapat di dalam komik Meitantei

Conan. Selanjutnya penulis menggunakan teknik catat sebagai

sambungan metode simak, yaitu mencatat beberapa data berupa kalimat

(22)

Data dianalisis berdasarkan konteks percakapan yang terdapat dalam

komik tersebut.

Komik Meitantei Conan yang dijadikan sumber data banyak

menceritakan tentang kriminalitas. Banyaknya kasus dalam cerita

menambah konflik antar tokoh dan menyebabkan banyaknya tuturan

ekspresif di dalam cerita tersebut. Setiap kasus dalam komik Meitantei

Conan selalu memunculkan karakter tokoh baru di dalamnya.

Perbedaan tiap karakter tokoh mempengaruhi pemahaman lawan tutur

dalam memahami setiap tuturan.

Penulis mengategorikan tuturan ini pada tokoh berusia 30 tahun

sampai dengan 40 tahun. Pada umumnya, usia 30 sampai dengan 40

tahun masuk ke dalam tahap seseorang yang telah dewasa. Tuturan

yang diucapkan pada penutur dalam kategori ini adalah orang yang

sudah dewasa dengan penggunaan bahasa serta penggunaan kandoushi

yang lebih luas daripada anak kecil. Namun pada kategori usia ini

seseorang yang seharusnya dewasa belum tentu mempunyai sikap

dewasa. Pada kategori usia ini terdapat tokoh yang masih memiliki sifat

kekanakan dan tokoh yang sudah memiliki pemikiran matang dan

dewasa.

Kedewasaan seseorang mempengaruhi ucapan dan emosi tiap tokoh,

dengan demikian pola pikir setiap tokoh dapat mempengaruhi

(23)

berfungsi untuk menyatakan suatu ekspresi atau emosi dan tindak tutur

ekspresif yang digunakan untuk menyatakan sesuatu yang dirasakan

oleh penutur akan berbeda pada tiap karakter tokoh.

2. Analisis Data

Pada tahap analisis sumber data dianalis berdasarkan jenis-jenis

kandoushi apa saja yang dapat muncul pada tindak tutur ekspresif. Pada

analisis pertama, sumber data dianalisis dengan mengambil contoh

percakapan dalam komik Meitantei Conan. Dalam mendeskripsikan

makna yang terdapat dalam sumber data, penjelasan tentang karakter

tokoh, konteks dan situasi di dalam cerita digunakan untuk menafsirkan

maksud dan tujuan yang terkandung dalam tuturan tersebut. Penulis

mengklasifikasikan analisis data berdasarkan macam-macam

pernyataan tindak tutur ekspresif dan memasukkan kandoushi ke dalam

tiap-tiap pernyataan. Analisis kedua berupa fungsi dari kandoushi yang

terdapat pada tiap-tiap pernyataan dalam tindak tutur ekspresif. Penulis

mendeskripsikan fungsi dari kandoushi berdasarkan konteks

percakapan yang terdapat dalam sumber data.

Analisis data menggunakan analisis silang dari data yang sama.

Pada satu data terdapat dua hasil analisis. Data tindak tutur ekspresif

yang memuat kandoushi di dalamnya akan di bedakan menjadi dua

analisis berupa jenis-jenis apa sajakah yang terdapat dalam komik

(24)

3. Pemaparan Hasil Analisis

Pemaparan hasil analisis data menggunakan metode informal, yaitu

mendeskripsikan jawaban berupa kata-kata atas hasil dari Kandoushi

pada tindak tutur ekspresif dalam Komik Meitantei Conan. Kemudian

penulis menarik kesimpulan dari data yang sudah diklasifilasikan

sehingga dapat memperjelas hasil dari analisis pada data yang telah

dikaji.

1. 5

Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat terhadap

perkembangan ilmu bahasa dalam bidang pragmatik, terkhususnya pada

tindak tutur ekspresif dan kandoushi bahasa Jepang.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan yang

bermanfaat pada bidang pragmatik dan kandoushi. Bagi peneliti,

penelitian ini dapat membantu dan menambah ilmu pengetahuan

dalam bidang pragmatik dan kandoushi.

b. Penelitian ini diharap dapat membantu untuk menambah referensi

(25)

khususnya bagi pihak-pihak yang tertarik pada kajian yang serupa

pada umumnya.

1. 6

Sistematika

BAB I Pendahuluan

Pada bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang mengapa penulis

memilih tema skripsi ini. Penulis juga menguraikan rumusan masalah apa

saja yang akan diteliti, kemudian ruang lingkup permasalahan, metode

penelitian, tujuan serta manfaat dalam penelitian ini.

BAB II Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

Pada bab ini akan diuraikan mengenai teori dari para ahli siapa saja yang

penulis pakai dan beberapa penelitian terdahulu.

BAB III Pemaparan Hasil dan Pembahasan

Pada bab ini berupa analisis kandoushi apa saja yang terdapat dalam tindak

tutur ekspresif dan fungsi dari kandoushi tersebut. Analisis pertama berupa

jenis-jenis dari tindak tutur ekspresif apa saja yang terdapat pada sumber

data yang sudah disediakan beserta kandoushi apa saja yang masuk di dalam

sumber data tersebut. Analisis kedua berupa fungsi kandoushi yang terdapat

dalam tindak tutur ekspresif. Penulis akan mengklasifikasikan fungsi dari

(26)

BAB IV Penutup

Dalam bab ini berisi kesimpulan keseluruhan bab yang telah selesai

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1Tinjauan Pustaka

Pada penelitian kandoushi dalam tindak tutur ekspresif, penulis menemukan

data-data Skripsi yang berhubungan dengan kandoushi dari Fransiska Nimas

JP pada tahun 2013 yang berjudul “Danseigo (Bahasa Pria) dan Joseigo

(Bahasa Wanita) dalam Komik Chibimarukochan”. Skripsi tersebut

membahas tentang bahasa pria dan bahasa wanita dalam komik

Chibimarukochan dilihat dari struktur bahasa dan pengaruh kebahasaan

tersebut dalam masyarakat Jepang.

Skripsi tersebut menjelaskan tentang pembelajar bahasa Jepang dalam

berkomunikasi dengan baik tidak hanya memperhatikan waktu, situasi,

kondisi, maupun kedudukan si pembicara terhadap lawan bicaranya namun

pembelajar bahasa Jepang harus mengetahui kebiasaan masyarakat Jepang

yang menonjol dan berbeda dari bahasa asing yakni, perbedaan gender dalam

berbahasa. Dalam analisis skripsi tersebut menjabarkan tentang pemarkah

gender dalam komik Chibimarukochan dan kandoushi masuk ke dalam salah

satu aspek yang dikaji. Pada penelitian tersebut, Fransiska Nimas

menganalisis data melalui contoh percakapan yang di dalamnya terdapat

kandoushi untuk mengungkapkan sesuatu yang dirasakan tokoh tersebut.

Data dianalisis berdasarkan fungsi dari kandoushi serta penggunaan

(28)

tersebut mengungkapkan bahwa kandoushi ara dan iyaa biasa digunakan oleh

penutur wanita, sedangkan kandoushi maa, hora, are dapat digunakan oleh

penutur pria maupun wanita, kemudian pada kandoushi hoo, iya, dan ooi

biasa digunakan oleh penutur pria. Kandoushi memiliki berbagai macam jenis

dan fungsi, namun dalam penelitian Fransiska Nimas hanya memuat fungsi

dari kandoushi berdasarkan ragam bahasa pria dan wanita. Oleh karena hal

tersebut, dalam skripsi ini penulis menganalisis jenis-jenis dan fungsi

kandoushi secara keseluruhan.

Dalam penelitian ini, penulis juga menemukan data-data pada skripsi

Rikha Kusumaningtyas pada tahun 2011 yang berjudul “Tindak Tutur Ilokusi

dalam Wacana “Mice Cartoon” pada Surat Kabar Kompas”. Skripsi tersebut

meneliti tentang jenis tindak tutur ilokusi serta fungsi tindak tutur ilokusi

dalam wacana kartun “Mice Cartoon”. Jenis-jenis tindak tutur ilokusi dalam

penelitian tersebut adalah tindak tutur representatif, tindak tutur direktif,

tindak tutur komisif, tindak tutur ekspresif, dan tindak tutur deklarasi. Pada

fungsi tindak tutur ilokusi dibagi berdasarkan fungsi kompetitif, fungsi

menyenangkan, fungsi bekerjasana, dan fungsi bertentangan. Data yang

dianalis dalam penelitian tersebut dikaji dengan menggunakan contoh

percakapan yang di dalamnya terdapat tindak tutur ilokusi dan kemudian

diklasifikasikan berdasarkan jenis dan fungsi dari masing-masing tindak tutur

ilokusi. Kusumaningtyas memasukkan seluruh percakapan yang berunsur

tindak tutur ilokusi, sedangkan dalam penelitian penulis hanya memasukkan

(29)

Berdasarkan penulisan skripsi tersebut penulis tertarik untuk membahas

kandoushi yang terdapat dalam tindak tutur ekspresif. Tindak tutur ekspresif

sendiri merupakan salah satu dari jenis tindak tutur ilokusi sebagai data yang

akan digunakan oleh penulis dalam analisis ini adalah komik Meitantei

Conan. Komik Meitantei Conan merupakan komik yang dapat dinikmati oleh

semua umur, cerita dalam komik Meitantie Conan bertema mengenai

kriminalitas yang dirangkum secara ringan untuk memudahkan pembaca

dalam memahami alur cerita. Penggunaan bahasa yang digunakan dalam

komik tersebut disesuaikan oleh karakter tokoh dalam cerita. Pada penelitian

kandoushi dalam tindak tutur ekspresis pada komik Meitantei Conan ini,

penulis akan membahas tentang jenis-jenis kandoushi apa saja yang terdapat

dalam tindak tutur ekspresif serta fungsi dari kandoushi tersebut.

2.2Kerangka Teori

2.2.1 Definisi Pragmatik

Sub bab ini menjelaskan tentang definisi beberapa ahli. Yule (1996:5)

mendefinisikan pragmatik sebagai studi tentang hubungan antara

bentuk-bentuk linguistik dan pemakaian bentuk-bentuk-bentuk-bentuk tersebut.

Pragmatik mengkaji tentang bagaimana cara pendengar dapat

menyimpulkan tentang apa yang dituturkan oleh penutur agar lawan tutur

dapat memahami makna yang dimaksud oleh penutur. Dalam pragmatik

(30)

ternyata menjadi bagian yang disampaikan. Penutur tidak hanya

menyampaikan maksud dan tujuannya dari tuturan saja, namun dengan

menyampaikan sesuatu melalui tindakan juga termasuk dalam kajian studi

ini. Oleh karena itu Yule (1996:4) menjelaskan bahwa pragmatik termasuk

dalam studi pencarian makna yang tersamar. Selain itu Yule (1996:4) juga

mengungkapkan bahwa,

“Pragmatik adalah studi tentang bagaimana agar lebih banyak yang

disampaikan dari pada yang dituturkan”

Dari berberapa definisi di atas, dapat dipahami bahwa dalam kajian

pragmatik hubungan keakraban baik secara fisik dan sosial dari penutur

dan lawan tutur mempengaruhi lawan tutur dalam memahami maksud dan

tujuan yang penutur sampaikan

Pragmatik dalam bahasa Jepang disebut dengan Goyouron atau

「語用論ご よ う ろ ん」. Tamotsu (1993:281) mengungkapkan bahwa,

“語用論ご よ う ろ んの語ご の用法ようほうを調査ちょうさしたり、検討けんとうしたりする部門ぶ も んではない。

言語伝達げ ん ご で ん た つにおいて、発話は つ わある場面ば め んにいおてなされ。発話は つ わとしての文ぶん

は、それが用もちいられる 環 境かんきょうの中なかで初はじめて適切てきせつな意味い み をもつことに

なる。

(31)

Secara sederhana Tamotsu menyebutkan bahwa pragmatik mengkaji

sebuah tuturan bukan hanya dari makna suatu kata namun keadaan juga

mempengaruhi pemahaman dari suatu tuturan tersebut.

2.2.2 Tindak tutur

Tuturan tidak hanya dimaknai dalam suatu perkataan saja, namun

tindakan-tindakan juga mempengaruhi makna suatu tuturan tersebut. Yule

(Yule, 1996:81) menjelaskan bahwa, dalam usaha untuk mengungkapkan

diri seseorang tidak hanya menghasilkan sebuah tuturan yang mengandung

kata-kata dan struktur-struktur gramatikal saja, namun mereka juga

memperlihatkan tindakan dalam tuturan-tuturan tersebut.

Dari penjelasan di atas dapat dipahami tindakan-tindakan yang

ditampilkan lewat tuturan biasanya disebut dengan tindak tutur atau

hatsuwakoui「発話行為は つ わ こ う い」. Pemahaman lawan tutur dalam menangkap maksud komunikatif dari penutur biasanya terbantu oleh keadaan sekitar

lingkungan tuturan tersebut. Keadaan semacam ini disebut dengan

peristiwa tutur.

Yule(1996:82) mengatakan bahwa,

“Peristiwa tutur ialah suatu kegiatan dimana para peserta berinteraksi

dengan bahasa dalam cara-cara konvensional untuk mencapai suatu hasil. Peristiwa ini mungkin termasuk suatu tindak tutur sentral yang nyata,

seperti „sungguh saya tidak menyukai ini‟, seperti dalam peristiwa tutur „keluhan‟, akan tetapi peristiwa ini juga termasuk tuturan-tuturan lain yang

(32)

Dari definisi diatas, dapat dipahami bahwa dalam banyak hal peristiwa

tuturlah yang menentukan penafsiran terhadap suatu tuturan ketika

menampilkan suatu tindak tutur. Dell Hymes (1972:55-60) menjelaskan

bahwa, suatu peristiwa tutur harus memenuhi delapan komponen, yang

disebut dengan teori SPEAKING. Delapan komponen tersebut adalah,

Setting and scene. Setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur

berlangsung, sedangkan scene mengacu pada situasi tempat dan waktu,

atau situasi psikologis pembicaraan.

Participants merupakan pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan,

bisa pembicara atau pendengar.

Ends : purpose and goal, mengacu pada maksud dan tujuan dalam

sebuah pertuturan.

Act sequence, mengacu pada bentuk ujaran dan isi dari ujaran tersebut.

Bentuk ujaran bisa berhubungan dengan kata-kata yang digunakan,

bagaimana penggunaannya, dan hubungan antara apa yang dikatakan

dengan topik pembicaraan.

Key, mengacu pada nada, cara, dan semangat dimana suatu pesan

disampaikan. Misalkan melalui perasaan senang hati, serius, atau sombong.

Instrumentalities, mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti

(33)

Norm of Iteraction and Interpretation, mengacu pada norma atau

aturan dalam berinteraksi. Misalnya, hubungan dengan cara berinterupsi,

bertanya, dan sebagainya.

Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi,puis,

pepatah, doa, dan sebagainya.

2.2.3 Klasifikasi Tindak Tutur

Tindakan yang ditampilkan dengan melakukan suatu tuturan mengandung

tiga tindak yang saling berhubungan . Yule (1996:83) membagi tindak

tutur menjadi tiga macam, yaitu tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak

perlokusi.

2.2.3.1Tindak Lokusi

Tindak lokusi merupakan tindak dasar tuturan yang menghasilkan

suatu ungkapan linguistik bermakna. Tindak tutur ini semata-mata

hanya menyatakan sesuatu yang dituturkan dari penutur. Penafsiran

tindak tutur lokusi dilakukan tanpa meyertakan konteks tuturan saat

penutur menyatakan sesuatu.

2.2.3.2Tindak Ilokusi

Tindak ilokusi ditampilkan melalui penekanan komunikatif suatu

tuturan. Apa yang ingin dicapai oleh penutur pada waktu ingin

menuturkan sesuatu dapat merupakan tindakan seperti menyatakan,

(34)

lain sebagainya. Dalam tindak ilokusi terdapat lima jenis fungsi

umum yang ditunjukkan oleh tindak tutur, yaitu deklarasi,

representatif, ekspresif, direktif, dan komisif.

1) Deklarasi

Deklarasi adalah jenis tindak tutur yang mengubah dunia

melalui tuturan. Tindak tutur ini dimaksudkan oleh penuturnya

untuk menciptakan hal yang baru. Seperti perubahan keadaan,

status, dan sebagainya. Tuturan yang berupa menyatakan,

mengesahkan, membatalakan, mengizinkan termasuk jenis

tindak tutur deklarasi.

2) Representatif

Representatif merupakan jenis tindak tutur yang menyatakan

apa yang diyakini oleh penutur. tindak tutur ini mengikat

penuturnya akan kebenaran atas sesuatu yang diujarkan.

Pernyataan yang termasuk dalam tindak tutur representatif

adalah pernyataan suatu fakta, kesimpulan, dan pendeskripsian.

3) Ekspresif

Ekspresif merupakan jenis tindak tutur yang menyatakan

sesuatu yang dirasakan oleh penuturnya. Tindak tutur ekspresif

mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis dari

(35)

kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, dan

kesengsaraan. Biasanya tindak tutur ini disebabkan oleh

sesuatu yang dilakukan oleh penutur atau lawan tutur.

4) Direktif

Direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur

untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Tindak tutur

ini menyatakan apa yang menjadi keinginan dari penuturnya.

Pernyataan yang meliputi tindak tutur ini seperti perintah,

pemesanan, permohonan, dan pemberian saran.

5) Komisif

Komisif merupakan tindak tutur yang dipahami oleh penutur

untuk mengikat dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa

depan. Tindak tutur ini berupa pernyataan yang dimaksudkan

oleh penuturnya, seperti janji, ancaman, penolakan, dan ikrar.

2.2.3.3Tindak Perlokusi

Tindak perlokusi merupakan tindak tutur yang tidak hanya untuk

menyampaikan maksud dan tujuan yang disampaikan saja, namun

tuturan tersebut memiliki pengaruh bagi lawan tuturnya. Dengan

bergantung pada keadaan, menyatakan suatu tuturan dengan asumsi

(36)

atau pengaruh dari tindak tutur ini dapat dilakukan baik sengaja

atau tidak sengaja oleh penuturnya.

2.2.4 Definisi Kandoushi

Kandoushi dalam bahasa Indonesia disebut dengan interjeksi. Fungsi

kandoushi adalah untuk mengungkapkan suatu perasaan, panggilan,

jawaban, dan persalaman. Kandoushi dengan sendirinya dapat menjadi

sebuah kalimat karena suatu kata kandoushi dengan sendirinya sudah

mengekspresikan perasaan dari penutur.

Kandoushi menurut Namatame (1996:197), adalah sebagai berikut,

感動詞はそれだけで一つの文となり、感動の内容を全部表すことがで

きるが、感動の内容を感動詞のあとに置く場合も多い。次に、普通ふ つ うよ

く用もちいられている感動詞か ん ど う しをあげる。

“Setelah kandoushi itu sendiri menjadi satu kalimat, semua isi kandou

(perasaan) bisa ditunjukkan, tetapi banyak keadaan dimana bahasa penunjuk kandou diletakkan setelah kandou. Selanjutnya, kandoushi

akan sering digunakan.”

Teori kandoushi pada Namatame menunjukkan bahwa kandoushi tidak

hanya diartikan dalam satu kata kandoushi namun banyak diantaranya

makna dalam kandoushi ditunjukkan pada kalimat setelahnya. Oleh karena

hal tersebut, penulis menggunakan teori dari Namatame dikarenakan teori

tersebut membagi jenis-jenis kandoushi secara rinci dan terdapat pula

(37)

Menurut Masuoka dan Takubo (1989:54), menyatakan bahwa,

感動詞は、文のほかの要素と結びついて事態を表すというよりも、事

態に対する感情や相手の発言に対する受け答えを一語い ち ごで非分析的ひ ぶ ん せ き て きに 表あらわ

す形式けいしきである。

Kandoushi menunjukkan keadaan yang mengikat dan unsur di luar kalimat, serta menunjukkan formalitas terhadap ketidakparagrafan dengan satu bahasa terhadap jawaban lawan bicara dan perasaan dalam

suatu keadaan.”

Teori dari Masuoka dan Takubo menjelaskan bahwa kandoushi sendiri

merupakan suatu kata yang mempunyai fungsi sebagai penunjuk perasaan

penuturnya, sehingga sebuah kata kandoushi dapat berdiri sendiri.

Sedangkan menurut Sudjianto (1996:110), menjelaskan bahwa

kandoushi adalah suatu kelas kata yang berfungsi untuk mengungkapakan

suatu perasaan, panggilan, jawaban, atau persalaman, kandoushi juga dapat

berdiri sendiri, dapat mengandung arti tanpa sokongan kata lain, dan

dengan sendirinya dapat menjadi sebuah kaliamat.

Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa kandoushi merupakan

suatu kelas kata yang berfungsi untuk menyatakan suatu ekspresi yang

dirasakan oleh penutur. Kandoushi sendiri masuk ke dalam jiritsugo atau

kata yang dapat berdiri sendiri.

2.2.5 Jenis-Jenis Kandoushi

Kandoushi yang merupakan suatu kata untuk mengekspresikan perasaan

(38)

penggunaannya. Masuoka dan Takubo (1989:54-55) membagi kandoushi

menjadi dua bagian, diantaranya:

1. Menunjukka ungkapkan perasaan, jawaban, dan panggilan

1) Kandoushi yang menunjukkan keterkejutan terhadap keadaan

yang tidak terduga seperti, a (あ) , aa (ああ), oya (おや), maa

(まあ), ara (あら), are (あれ), aree (あれー), arere (あれれ),

arya (ありゃ), arya arya (ありゃありゃ), wa (わ), uwa (うわ),

gya (ぎゃ), gya gya (ぎゃぎゃ), hyaa (ひゃー).

2) Menunjukkan diluar perasaan terhadap hal yang dikatakan oleh

lawan bicara dan keadaan yang tidak terduga seperti, nanto (なん

と), nanto mo haya (なんともはや), hee (へー).

3) Menunjukkan setuju atau tidak setuju terhadap ucapan lawan

bicara seperti , hai (はい), ee (ええ), aa (ああ), un (うん), haa

(はあ), iie (いいえ), iya (いや).

4) Menunjukkan pemahaman terhadap ucapan lawan bicara seperti,

fuun (ふうん), fun (ふん), haa (はあ), hee (へええ), naruhodo

(なるほど).

5) Menunjukkan jawaban yang sedang dicari seperti, uun (ううん),

saa (さあ), eeto (ええと), ano (あの), sono (その), soone (そう

(39)

6) Menunjukkan ungkapan saat meminta perhatian dan memanggil

lawan bicara seperti, moshi moshi (もしもし), ano (あの), oi (お

い), kora (こら), nee (ねえ), hora (ほら), sora (そら), saa (さ

あ).

7) Menunjukkan pertanyaan terhadap diri sendiri seperti, hate (はて),

hatena (はてな).

8) Menunjukkan ungkapan untuk menyuruh seseorang melakukan

sesuatu pada diri sendiri saat memulai tindakan dan kegiatan,

seperti, sateto (さてと), yareyare (やれやれ), yoisho (よいしょ),

dokkoisho (どっこいしょ), yoshi (よし).

2. Kandoushi yang digunakan sebagai salam ucapan tegur sapa,

ditentukan berdasarkan situasi, dari titik ketidakparagrafan.

Ungkapan basa-basi dalam kandoushi diantaranya,

1) Ucapan salam perpisahan, diantaranya adalah, sayoonara (さよう

(40)

3) Ungkapan saat berangkat dan menjemput, seperti, ittekimasu (行

tondemonai (とんでもない), tondemogozaimasenとんでもござ

いません).

6) Salam waktu makan, seperti, itadakimasu (い た だ き ま す),

gochisousama (ご馳走様 ち そ う さ ま

).

Sedangkan Namatame (1996:197-203) juga membagi kandoushi

sebagai berikut,

1) Suara untuk menunjukkan keterkejutan

a. Suara yang dikeluarkan saat pertemuan atau kejadian yang

(41)

A (あ), aa (ああ), a‟(あっ), ara (あら), maa (まあ), oo (お

お), o‟ (おっ), oya (おや), waa (わあ), wa‟(わっ).

b. Bahasa yang dikeluarkan ketika mendapat informasi seperti

(perubahan, sesuatu yang tidak dimengerti)

Are (あれ), oya (おや), oyaoya (おやおや).

c. Suara yang dikeluarkan jika informasi yang diterima telah

dirasakan secara mendalam

E (ee, e‟) (え(ええ, えっ), hee (へえ), maa (まあ), fuun (ふ

ーん), hou (ほう).

2) Suara untuk menunjukkan kebahagiaan

Aa (ああ), ara (あら), maa (まあ), waa (wa‟) (わ(わっ).

3) Suara untuk menunjukkan kesedihan

Aa (ああ), oo (おお).

4) Suara untuk menunjukkan perasaan kekecewaan dan penyesalan

Yareyare (やれやれ), oyaoya (おやおや), areare (あれあれ).

5) Suara yang dikeluarkan untuk menunjukkan kebahagian atas

keberhasilan

(42)

6) Suara untuk menunjukkan perasaan pengabaian dan penghinaan

Nanisa (なにさ), fun (ふん), he‟ (へっ), nanda (なんだ).

7) Bahasa untuk menghina atau mencaci lawan bicara

Bakayarou (ばかやろう), baka (ばか), konoyarou (このやろう).

8) Suara tertawa

Ahaha (あはは), wahaha (わはは), fufufu (ふふふ).

9) Suara jeritan

Kya‟ (きゃっ), wa‟ (waa) (わっ(わあ)).

10)Suara penyemangat

Dokoisho (どこいしょ), yoisho (よいしょ), wasshoi (わっしょ

い).

11)Panggilan

Moshimoshi (もしもし), chotto (ちょっと), you (よう), naa (な

あ), oi (おい), yai (やい), kora (こら).

12)Suara yang digunakan untuk mengajak atau mendesak

Sa (saa) (さ(さあ)), nee (ねえ), you (よう).

(43)

Sora (そら), sore (それ), hora (ほら).

14)Suara yang ditunjukkan apabila sedang memikitkan sesuatu

Eeto (え―と), saa (さあ), hate (はて).

15)Suara untuk menunjukkan arti ketika sedang teringat sesuatu

Naruhodo (なるほど), souka (そうか), souda (そうだ).

16)Suara yang digunakan ketika ingin mengawali pembicaraan

Ee (ええ), anou (あのう), sonou (そのう).

Berdasarkan penjelasan teori di atas, pada bab selanjutnya

akan diuraikan analisis kandoushi sesuai dengan rumusan

(44)

BAB III

ANALISIS JENIS DAN FUNGSI KOMUNIKATIF KANDOUSHI DALAM

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA KOMIK “MEITANTEI CONAN

Dalam percakapan bahasa Jepang, kandoushi digunakan untuk membuat

percakapan menjadi lebih alami. Bagi pembelajar bahasa Jepang, kandoushi dapat

membantu untuk mengungkapkan perasaan walaupun dengan tata bahasa yang

terbatas.

Pada bab ini, penulis menguraikan kandoushi dalam tindak tutur ekspresif

pada komik “Meitantei Conan”. Analisis pada bab ini memuat kandoushi apa saja

yang terdapat dalam tindak tutur ekspresif beserta fungsi komunikatif kandoushi

tersebut. Ada beberapa tindak tutur ekspresif di dalam komik Meitantei Conan

yang di awal tuturannya memuat kandoushi yang berfungsi sebagai penekanan

ekspresi ataupun untuk mengawali ekspresi dari tuturan selanjutnya.

Percakapan di bawah ini terdapat kandoushi yang merupakan pikiran ekspresif

(45)

Conan : „Lensa kontak sebelah kirinya bergeser!‟

Detektif Mouri : „Bodoh! Sudah pasti itu akibat dipukul si pelaku...‟

コナン :「でも、右目のコンタクトは目にもついてな

terpasang, di dalam kacamatanya juga tidak ada!‟

毛利探偵 :「た、確かに。。。」(1.4)

Mouri tantei : „tashikani...‟

Memang benar

Detektif Mouri : „Me, memang benar...‟

(46)

kara, hannin ga naoshiteagetan

karena pelaku PS membetulkan

da yo!‟

KOP PKL

Conan : „Oh, iya! Pasti yang sebelah kanan jatuh ke tanah saat dia dipukul, karena saat itu kecamatanya

Detektif Mouri : “Betul juga...teliti sekali pelakunya...‟

(Meitantei Conan Chi no Barentain, halaman 27 )

Pada percakapan di atas, terdapat kandoushibaka”「ば か 」

dalam tuturan (1.2). Kandoushibaka”「ばか」dalam kamus Kenji

Matsura (2005:53) memiliki arti “bodoh” dan “tolol” dan menurut

Namatame (1996:200), kandoushibaka”「ばか」digunakan untuk

menghina lawan bicara. Dari percakapan di atas, kandoushibaka

「ばか」dituturkan oleh detektif Mouri untuk menghina Conan yang

merasa terkejut karena melihat lensa kontak Nigaki yang bergeser.

Tuturan „...Sorya kitto, hannin ni nagureta toki ni...‟ yang dituturkan

oleh detektof Mouri dimaksudkan untuk mengejek Conan yang tidak

tahu penyebab kenapa lensa kontak Nigaki bergeser sehingga tuturan

(47)

komunikatif kandoushibaka”「 ば か 」pada tuturan (1.2) adalah

untuk menekankan tuturan penghinaan detektif Mouri.

Kandoushi “naruhodo” 「 な る ほ ど 」dalam tuturan (1.6).

Kandoushi “naruhodo” 「なるほど」dalam kamus Kenji Matsura

(2005:702) memiliki arti “benar juga”, “betul juga”, dan “begitu”.

Namatame (1996:202-203) menjelaskan bahwa kandoushi “naruhodo”

「 な る ほ ど 」berfungsi untuk menunjukkan arti ketika sedang

teringat sesuatu. Pada kutipan (1.6), kandoushi “naruhodo” 「なるほ

ど」digunakan ketika detektif Mouri yang mendengarkan analisis dari

Conan kemudian teringat bahwa hal tersebut bisa saja terjadi. Setelah

kandoushi “naruhodo” 「なるほど」yang dituturkan oleh detektif

Mouri, terdapat tuturan „...zuibun, kichoumen na hannin da yo..‟ yang

memiliki arti bahwa detektif Mouri merasa kagum dengan cara pelaku

membunuh Nigaki. Dengan demikian, kandoushi “naruhodo” 「なる

ほ ど 」dalam tuturan (1.6) memiliki fungsi untuk menciptakan

kesinambungan dengan tuturan Conan, dan mengawali ungkapan

pujian.

Di bawah ini, contoh kandoushi dalam tuturan ekspresif memuji

(48)

2) Situasi : Detektif Mouri (laki-laki, 38 tahun) berada di dalam

rumahnya merasa terkejut ketika melihat idolanya yang bernama

Yoko tampil di dalam Televisi.

Namatame (1996: 197-198), menjelaskan bahwa kandoushi “ou”「お

っ 」 mempunyai fungsi sebagai suara yang digunakan ketika

mengalami sesuatu seperti peristiwa yang tiba-tiba dan merupakan

danseiyougo (男性用語) yaitu bahasa yang digunakan oleh laki-laki.

Sedangkan pada tuturan data (2), kandoushio‟”「おっ」dituturkan

oleh detektif Mouri yang merupakan tokoh laki-laki dalam komik

Meitantei Conan merasa terkejut ketika tiba-tiba melihat idolanya

sehingga kandoushio‟”「 お っ 」pada data (2) masuk dalam

kandoushi yang digunakan ketika mengalami peristiwa yang tiba-tiba.

(49)

yang merupakan kelanjutan dari tuturan detektif Mouri. Tuturan “pii

pii” ditunjukkan untuk menggoda Yoko karena idolanya tersebut

selalu tampil cantik. Dengan demikian, Fungsi komunikatif kandoushio‟”「おっ」pada tindak tutur ekspresif dari data (2) adalah untuk

mengawali tuturan ekspresif memuji detektif Mouri atas wajah Yoko

yang selalu terlihat manis.

Selain tuturan memuji, di bawah ini kandoushi dalam tuturan ekspresif

kecewa.

3) Situasi : Nakahara (perempuan 30 tahun) baru saja pulang ke vila

dan hanya Esumi (perempuan, 30 tahun) yang menyambutnya.

(50)

Esumi : „Kanazawa sensei wa ofuroba de Berdasarkan kutipan percakapan di atas, terdapat kandoushiare

「あれ」di awal tuturan (3.3). Kandoushiare”「あれ」menurut

Sudjianto (1996:113), memiliki arti “lho”, “aduh”, dan “wah”.

Menurut Namatame (1996: 198) kandoushiare”「 あ れ 」adalah

suara keterkejutan yang digunakan untuk mengekspresikan perasaan

ketika mendapat informasi seperti sesuatu yang tidak di mengerti dan

sesuatu yang aneh. Pada tuturan (3.3) kandoushiare”「 あ れ 」

dituturkan oleh Nakahara digunakan untuk mengekspresikan perasaan

anehnya ketika tidak melihat siapaun kecuali Esumi di dalam vila,

sehingga kandoushiare”「あれ」yang dituturkan oleh Nakahara

mempunyai fungsi yang sama dengan teori Namatame. Dalam tuturan

(3.3) Nakahara juga menuturkan „...hoka no minna wa?‟ yang

mempunyai arti bahwa dia merasa aneh karena seharusnya tidak

hanya Esumi saja yang menyambutnya, sehingga ekspresi tersebut

bisa di artikan bahwa dia merasa kecewa karena yang lainnya tidak

ikut menyambut kedatangannya. Dengan demikian, fungsi

(51)

mengawali tuturan kekecewaaan Nakahara karena hanya Esumi saja

yang menyambutnya.

Di bawah ini juga terdapat beberapa kandoushi dalam tuturan terkejut.

4) Situasi : Detektif Mouri berada di dalam kamar Dousan Nagato

(52)

Dousan Nagato : „Ya... jika kamu dapat menemukannya

Pada kutipan percakapan di atas, terdapat kandoushi “ee‟”「え

えっ」di awal tuturan (4.1). Kandoushi “ee‟”「ええっ」dalam

tuturan (4.1) berasal dari kandoushi “ee”「ええ」dengan “tsu”

(kecil) 「っ」yang berfungsi sebagai penekanan kata. Dalam kamus

Kenji Matsura (2005:159), kandoushi “ee”「ええ」memiliki arti

“eh”, “ha”, “heh”, dan “hah”. Menurut Namatame (1996:198)

kandoushi “ee‟”「ええ」digunakan apabila merasa terkejut saat

mendengar perkataan orang lain. Pada tuturan (4.1) menceritakan

tentang detektif Mouri yang merasa terkejut karena Dousan Nagato

sebagai lawan tutur meminta detektif Mouri untuk mencarikan cinta

pertama Dousan Nagato. Alasan detektif Mouri atas keterkejutannya

terdapat pada tuturan (4.3) yang menjelaskan bahwa menurut

detektif Mouri jika ingin mencari cinta pertama seseorang tidak perlu

(53)

dari kandoushi “ee‟”「ええっ」pada tuturan (4.1) adalah untuk

lebih menekankan perasaan terkejut detektif Mouri dalam tuturan

ekspresif terkejut detektif Mouri.

Di bawah ini, contoh kandoushi dalam tuturan ekspresif terkejut

lainnya.

5) Situasi : Nobuko (perempuan, 39 tahun) dan Yasue (perempuan,

32 tahun) masuk ke dalam kamar ayahnya Dousan Nagato dan

merasa terkejut saat melihat ada tamu di dalam kamar ayahnya.

長門康江 :「あら、お客様ですの、お父様。。」(5.1)

Dousan Nagato : „Oh! Yasue dan Nobuko?‟

長門信子 :「おやおや客人だけじゃなく。。。女狐も混

(54)

(Meitantei Conan Kara no Chousenjou, halaman 267) Pada kutipan percakapan di atas menjelaskan tentang Yasue dan

Nobuko yang sebelumnya tidak tahu bahwa ada tamu di kamar

ayahnya, dalam percakapan tersebut terdapat dua kandoushi dalam

tindak tutur ekspresif di atas. Yang pertama merupakan kandoushi

“ara”「あら」yang terdapat pada tuturan (5.1). Kandoushi “ara”

「あら」dalam kamus Kenji Matsura (2005:25) memiliki arti “lho”,

“kok”. Menurut Namatame (1996: 197) kandoushi tersebut

mempunyai fungsi sebagai suara yang digunakan ketika mengalami

sesuatu seperti peristiwa yang tiba-tiba dan kandoushi ini juga

termasuk dalam joseiyougo (女性用語) yaitu bahasa yang digunakan

oleh perempuan. Kandoushi “ara”「あら」pada tuturan (5.1) yang

dituturkan oleh Yasue mempunyai fungsi untuk mengekspresikan

keterkejutan Yasue saat melihat seseorang di dalam kamar ayahnya,

sehingga kandoushi ini masuk dalam kandoushi yang berfungsi

sebagai suara yang digunakan ketika mengalami peristiwa yang

tiba-tiba. Sedangkan pada tuturan (5.1) menjelaskan tentang Yasue yang

terkejut karena dia langsung melihat tamu tersebut sudah ada di dalam

kamar ayahnya. Dengan demikian, fungsi komunikatif kandoushi

“ara” 「 あ ら 」 dalam tuturan ekspresif (5.1) adalah untuk

menekankan perasaan terkejut Yasue ketika melihat tamu di dalam

(55)

Dalam percakapan di atas juga terdapat kandoushi “oyaoya”「お

やおや」di awal tuturan (5.3). Berdasarkan kamus Goro Taniguchi

(1999:458), Kandoushi “oya oya” 「おやおや」memiliki arti “oh” dan “ah”. Sedangkan menurut Namatame (1996:198), kandoushi

“oyaoya” 「 お や お や 」mempunyai fungsi sebagai suara yang

digunakan untuk mengekspresikan perasaan kecewa. Pada tuturan

(5.3), Kandoushi “oyaoya” 「 お や お や 」yang dituturkan oleh

Nobuko digunakan untuk mengekspresikan perasaan kecewa Nobuko

ketika mengetahui bahwa ada seseorang yang tidak disukainya berada

di dalam kamar ayahnya. Tuturan „...megitsune mo majitteru youne...‟

yang dituturkan oleh Nobuko mempunyai maksud bahwa dia tidak

mengira akan ada “rubah betina” atau seorang wanita yang tidak

disukai Nobuko berada di dalam kamar ayahnya. Dengan demikian,

fungsi komunikatif kandoushi “oyaoya” 「 お や お や 」 yang

dituturkan oleh Nobuko adalah untuk mengekspresikan perasaan

kecewa Nobuko ketika mengetahui bahwa ada seseorang yang tidak

disukainya juga berada di dalam kamar ayahnya.

Di bawah ini, contoh kandoushi dalam tuturan ekspresif terkejut

lainnya.

6) Situasi : Nakahara dan Esumi baru saja selesai makan malam

(56)

makan malam besama, namun ternyata Nakahara terlupa membelinya

Pada kutipan percakapan di atas, terdapat kandoushia”「あ」di

awal tuturan (6.1). Kandoushia”「あ」dalam kamus Kenji Matsura

(2005:1) memiliki arti “ah” dan “ha”, sedangkan menurut Namatame

(1996:197) kandoushia” mempunyai fungsi sebagai suara

(57)

peristiwa yang tiba-tiba. Kandoushia”「あ」yang dituturkan oleh

Nakahara dalam tuturan (6.1) ditunjukkan untuk mengekspresikan

perasaan keterkejutannya ketika tiba-tiba teringat bahwa dia lupa

untuk membeli makanan kecil, sehingga kandoushia”「あ」masuk

dalam fungsi tersebut. Terdapat tuturan „...ikenai...osake no tsumami

kau no wasureta..‟ di belakang kandoushia”「あ」, maksud dari

tuturan tersebut adalah Nakahara yang tiba-tiba teringat bahwa dia

merasa melupaka sesuatu, sehingga tuturan tersebut masuk dalam

tuturan terkejut. Dengan demikuan, fungsi komunikatif kandoushia

「あ」dalam tuturan ekspresif (6.1) adalah untuk mengekspresikan

perasaan terkejut Nakahara.

Di bawah ini, contoh kandoushi dalam tuturan ekspresif menyesal dari

si penutur.

7) Situasi : Detektif Mouri dan Ran yang berada di dalam kereta

sedang dalam perjalanan menuju Kyoto, namun Ran terus

mengomentari kelakuan ayahnya semalam.

蘭 :「よくいうわよ!酔っぱらって玄関で寝てた

くせに」(7.1)

Ran :„Yoku iu way Yopparatte genkan

Selalu alasan PKL mabuk pintu masuk

de netetakuseni‟

(58)
(59)

Pada percakapan di atas terdapat kandoushi fun” 「フン」di

awal tuturan (7.3). Kandoushi fun” 「フン」dalam kamus Kenji

Matsura (2005: 183) memiliki arti “huh” dan menurut Namatame

(1996:198) digunakan sebagai suara yang dikeluarkan apabila

sedang mendalami suatu informasi. Seperti halnya kandoushi fun

「フン」pada tuturan (7.3) yang dituturkan oleh detektif Mouri

untuk mengekspresikan perasaan detektif Mouri yang terlalu

memikirkan ucapan Ran sehingga membuatnya kesal. Tuturan

„...omae ga ikitaitte segamu kara tsureteyaten no ni yo...!‟yang

berada di belakang kandoushi fun” 「 フ ン 」mengekspresikan

tentang perasaan menyesal detektif Mouri karena telah mengajak

Ran ikut ke Kyoto. Dengan demikian, fungsi komunikatif kandoushi fun” 「 フ ン 」 dalam tuturan ekspresif (7.3) adalah untuk

mengawali tuturan penyesalan detektif Mouri yang menyesal

mengajak Ran karena Ran menuduhnya mabuk dan tidur di garasi.

Di bawah ini, contoh kandoushi dalam tuturan ekspresif kesulitan si

penutur.

8) Situasi : Detektif Mouri (laki-laki, 38 tahun) dan Itakura (laki-laki,

37 tahun) pergi mencari seseorang di tengah badai salju di dalam

gunung.

毛利探偵 :「いかん!吹雪が強くなってきたぞ!!」

(60)

Mouri tantei :„Ikan! Fubuki ga tsuyokunatte kitazo!!‟ Gawat badai salju PO bertambah kencang Detektif Mouri : „Gawat! Badai saljunya semakin kencang!!‟

板倉 :「おい、どー済んだ?(8.2) このまま山ん中で Percakapan diatas menceritakan tentang detektif Mouri dan Itakura

yang mulai khawatir dengan badai salju yang semakin kencang saat

mereka sedang mencari seseorang. Pada tuturan (8.2) terdapat

kandoushioi”「おい」yang dituturkan oleh Itakura. Kandoushioi

「おい」dalam kamus Kenji Matsura (2005:752) memiliki arti “hai”

dan “hei”. Menurut Namatame (1989:201), kandoushioi”「おい」

merupakan kandoushi panggilan dan masuk dalam golongan

kandoushi yang lebih banyak digunakan untuk memanggil teman atau

bawahan. Berdasarkan tuturan (8.3), kandoushioi”「おい」yang

(61)

detektif Mouri. Itakura menggunakan kandoushioi”「おい」karena

jarak umur Itakura dan detektif Mouri yang hampir sama. Pada tuturan

(8.3) juga terdapat tuturan „...dousun da?‟ yang menyatakan ekspresif

kesulitan Itakura karena badai salju yang semakin kencang dan akan

membuat mereka celaka sendiri. Dengan demikian, fungsi

komunikatif kandoushioi”「 お い 」pada tuturan (8.3) yang

dituturkan Itakura adalah untuk mengawali tuturan kesulitan.

Di bawah ini, contoh kandoushi dalam tuturan ekspresif keheranan dari

si penutur.

9) Situasi : Mika dan detektif Mouri yang berada di dalam vila merasa

heran karena tidak bisa menemukan Nigaki dimanapun.

毛利探偵 :「ええ、どこにもいない?」(9.1)

tempat yang biasa dikunjungi PO

futari de tewakeshite sagashitan

berdua PKL berpencar mencari

da kedo...‟

(62)

Mika : „Iya...padahal kami sudah berpencar ke tempat -tempat yang kira-kira di lewati Nigaki...‟

(Meitantei Conan Chi no Barentain, halaman 20)

Pada kutipan percakapan di atas,terdapat kandoushi “ee”「ええ」

dalamtuturan (9.1). Dalam Kenji Matsura (2005:604), kandoushi “ee”

「 え え 」memiliki arti “eh”, “ha”, “heh”, dan “hah”. Menurut

Namatame (1996:198) kandoushi “ee‟”「ええ」digunakan apabila

merasa terkejut saat mendengar perkataan orang lain. Terdapat tuturan

„...doko ni mo inai?‟ yang dituturkan oleh detektif Mouri dalam

tuturan (9.1). Berdasarkan tuturan tersebut, kandoushi “ee‟”「ええ」

dalam tuturan (9.1) mengekspresikan tentang perasaan heran detektif

Mouri setelah mengetahui informasi bahwa Nigaki tidak bisa

ditemukan di manapun, sehingga fungsi komunikatif kandoushi “ee‟”

「ええ」dalam tindak tutur ekspresif (9.1) adalah untuk mengawali

keheranan detektif Mouri.

Di bawah ini, contoh kandoushi dalam tuturan ekspresif keheranan.

10)Situasi : Itakura sedang berada di dalam tengah hutan dengan

beberapa anjing dan Sakami tiba-tiba muncul di sana.

酒見 :「警察は当分来れね―ぜ?」(10.1)

Sakami : „Keisatsu wa toubun

Polisi PT untuk saat ini

korene ze?‟

tidak bisa datang PKL

(63)

板倉 :「 オ ゥ 酒 見 さ ん ! よ く こ こ が わ か っ た

Sakami : „Ya... soalnya terdengar gonggongan anjing...‟ (Meitantei Conan Chi no Barentain, halaman 29)

Pada percakapan di atas terdapat kandoushi “ou”「おう」dalam

tuturan (10.2). Kandoushi “ou”「おう」dalam kamus Goro Taniguchi

(1999:442) memiliki arti “ah” dan “oh”. Menurut Namatame (1996:

197-198), menjelaskan bahwa kandoushi “ou”「 お う 」digunakan

ketika perjumpaan yang terjadi secara tiba-tiba dan merupakan

danseiyougo (男性用語) yaitu bahasa yang digunakan oleh laki-laki,

sedangkan pada kandoushi “ou”「おう」dalam tuturan (10.2) juga

digunakan ketika Itakura terkejut atas kedatangan Sakami secara

tiba-tiba. Terdapat tuturan „...yoku koko ga wakatta na...‟ yang dituturkan

oleh Itakura setelah tuturan kandoushi “ou”「おう」, tuturan tersebut

menjelaskan tentang rasa heran Itakura karena Sakami dapat

(64)

「 お う」dalam tuturan (10.1) mempunyai fungsi untuk mengawali

tuturan rasa heran dari Itakura.

Adapun kandoushi panggilan yang digunakan untuk mengawali tuturan

keheranan dalam kutipan percakapan berikut.

11)Situasi: Detektif Mouri menuduh manajer Yamagishi sebagai

pelakunya, namun Inspektur Megure (laki-laki, 38 tahun) merasa

bahwa Yoko‟lah pelakunya karena kasus tersebut terjadi di apartemen

Yoko.

inspektur Megure: „Hei, apa buktinya kalau Yoko bukan pelakunya?‟

毛利探偵 :「こ―んなにかれんなヨ―コさんが犯人わけ

(65)

Mouri tantei : „Konnani karen na Yoko san ga

Mana mungkin manis PKL Yoko HRM PS

hannin wake nai deshou?‟

pelaku alasan tidak KOP

Detektif Mouri : „Mana mungkinYoko yang manis ini pelakunya?‟ (Meitantei Conan Kara no Chousenjou, halaman 39)

Terdapat kandoushi “oioi”「 お い お い 」dalam tuturan (11.2)

yang berasal dari kandoushi “oi”「 お い 」. Dalam kamus Kenji

Matsura (2005:752), kandoushi “oi”「おい」memiliki arti “hai” dan

“hei”. Pada tuturan (11.2) kandoushi “oi”「 お い 」mengalami

pengulangan kata menjadi “oioi”「 お い お い 」yang mempunyai

fungsi untuk memanggil detektif Mouri. Terdapat juga tuturan „...Yoko

san ga hannin ja nai kokyou wa?‟ dalam tuturan (17.2) yang

mempunyai arti bahwa inspektur Megure merasa heran pada

pernyataan detektif Mouri, karena menurutnya Yoko‟lah yang

memiliki peluang besar sebagai si pelaku, sehingga kandoushi “oioi”

「 お い お い 」dalam tuturan (11.2) memiliki fungsi komunikatif

untuk mengawali tuturan ekspresif keheranan inspektur Megure.

Di bawah ini, contoh kandoushi dalam tuturan ekspresif kegembiraan

12)Situasi: Kazumi (perempuan, 27 tahun) masuk ke dalam ruangan

Sayuri (perempuan, 30 tahun) dan membawakan minuman untuknya.

かずみ :「あったか―いレモンティ―!!」(12.1)

Kazumi : „attakai remonti‟

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan rumusan masalah, hasil penelitian ini menemukan 74 bentuk tindak tutur ekspresif dengan 16 jenis tindak tutur ekspesif yang terdiri dari 15 tuturan ekspresif

Sesuai dengan rumusan masalah, hasil penelitian ini menemukan 74 bentuk tindak tutur ekspresif dengan 16 jenis tindak tutur ekspesif yang terdiri dari 15 tuturan ekspresif

Dari analisis data dapat disimpulkan beberapa hal: (1) Wujud tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam rubrik Sorak Suporter dan Umpan Balik ditemukan 88 tindak tutur ekspresif

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini ditemukan jenis tindak tutur dan fungsi tuturan ekspresif berupa a) meminta maaf

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa (1) hasil analisis terdapat 7 tindak tutur ekspresif, sebagai berikut: tindak tutur ekspresif memuji terdapat 11 data, tindak

Pengelompokan 20 jenis tindak tutur ekspresif tersebut, yaitu: (1) tindak tutur ‘berterima kasih’ yang terjadi karena mitra tutur bersedia melakukan apa yang

Jadi, seperti terlihat pada data berikut yang berunsur tindak tutur mudik ekspresif jenis menyatakan tekad (Sing penting tekan nggon ‘Yang penting sampai tujuan’) sekaligus jenis

Setelah melakukan pencarian data dan penelitian maka peneliti menemukan lima bentuk dan fungsi tindak tutur ekspresif dalam Podcast Deddy Corbuzier di Bulan April 2021, yaitu