KANDOUSHI DALAM TINDAK TUTUR EKSPRESIF
PADA KOMIK MEITANTEI CONAN
マンガ『名探偵コナン』における感動詞
Skripsi
Oleh :
RATNA DWI HAPSARI
NIM 13050110120007
PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
ii
マンガ『名探偵コナン』における感動詞
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Ujian Sarjana Program S1 Humaniora dalam Ilmu Bahasa dan Sastra Jepang
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro
Oleh :
RATNA DWI HAPSARI
NIM 13050110120007
PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
iii
mengambil bahan dari hasil penelitian untuk suatu gelar sarjana atau diploma di
suatu universitas maupun hasil penelitian lain. Sejauh penulis ketahui, skripsi ini
juga tidak mengambil bahan dari publikasi atau tulisan orang lain, kecuali yang
telah tercantum dalam rujukan dan daftar pustaka. Penulis bersedia menerima
sanksi apabila terbukti melakukan penjiplakan
Semarang, September 2014
iv Disetujui oleh
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
v
Panitia Ujian Skripsi
Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Diponegoro Semarang
Ketua
Drs. Surono, S.U. ... NIP. 1952 06 171979031003
Anggota I
Maharani Patria Ratna, M.Hum. ...
Anggota II
Ribeka Ota, M.A. ...
Semarang, 28 Oktober 2014
Ketua Program Studi Sastra Jepang
vi
Masa depan (yang baik) hanya untuk orang yang optimis ( dalam kamus bahasa Jepang )
Life is not fair. Life is not fair. But despite that harsh reality, you must keep striving for succes
vii
Keluarga tercinta saya, bapak dan ibu yang selalu mendoakan saya setiap saat, kakak yang selalu mendukung dan membantu saya selalu, adik yang tidak banyak membantu tapi aku menyayangimu dek, dan saudara-saudara yang selalu menyemangati dan mendoakan bahkan memarahi saya setiap saat.
viii
Terimakasih atas semangat dan dukungannya.
Fara, teman komplek yang selalu menyemangati dan menemani saya di saat galau skripsi dan galau yang lainnya.
Ibu Ida yang ada di perpus FIB. Terimakasih banyak bu, atas doa dan semangatnya.
ix skripsi ini.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
program strata I Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.
Penulis menyadari dalam proses penulisan skripsi yang berjudul “Kandoushi
Dalam Tindak Tutur Ekspresif Pada Komik Meitantei Conan” ini mengalami
banyak kesulitan. Namun, berkat bimbingan dari dosen pembimbing, serta kerja
sama dan dukungan dari berbagai pihak, maka kesulitan-kesulitan tersebut dapat
teratasi.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menerima banyak bantuan dari
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Agus Maladi Irianto, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Diponegoro Semarang.
2. Ibu Elizabeth Ika Hesti ANR, S.S, M. Hum, selaku Ketua Jurusan Sastra
Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang.
3. Bapak Drs. Surono, S.U, selaku dosen pembimbing I dalam penulisan skripsi
ini. Terima kasih untuk waktu, arahan, dan bimbingannya selama menjadi
x
5. Ibu Bapak Drs. Surono, S.U, selaku Dosen Wali Akademik Sastra Jepang
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.
6. Seluruh Dosen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro
Semarang yang telah membagikan ilmunya. Kepada Lina 先生, Nur 先生,
Novi先生, Yuli先生, Budi先生, Zaki先生, Astuti先生, Elis先生, Rani先
生, Reni先生, Yuko先生, Asada先生. Domo Arigatogozaimasu.
7. Kedua orang tua, kakak dan adik, serta keponakan tercinta yang telah
mendukung terselesaikannya skripsi ini.
8. Sahabat-sahabat tercinta dan seluruh teman-teman sastra Jepang angkatan
2010, terima kasih atas doa, dukungan, saran, nasehat dan bantuannya selama
ini. Walaupun kita bukan keluarga sedarah, tetapi kebersamaan kita bagaikan
keluarga dekat yang tidak akan tergantingkan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu penulis dengan segala kerendahan hati menerima kritik dan saran dari
semua pihak. Akhir kata, semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Semarang, September 2014
xi
1.1 Latar Belakang dan Permasalahan ... 1
1.1.1 Latar Belakang ... 1
1.1.2 Permasalahan... 4
1.2 Tujuan Penelitian ... 4
1.3 Ruang Lingkup ... 5
1.4 Metode Penelitian... 6
1.5 Manfaat Penelitian ... 11
1.6 Sistematika Penulisan ... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI...14
2.1 Tinjauan Pustaka ... 14
2.2 Kerangka Teori ... 16
2.2.1 Definisi Pragmatik ... 16
2.2.2 Tindak Tutur... 18
2.2.3 Klasifikasi Tindak Tutur ... 19
xii
2.2.5 Jenis-Jenis Kandoushi ... 24
BAB III ANALISIS JENIS DAN FUNGSI KOMUNIKATIF KANDOUSHI DALAM TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA KOMIK “MEITANTEI CONAN” ... 31
BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN ... 65
4.1 Simpulan ... 65
4.2 Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 69
SINOPSIS ... 71
LAMPIRAN ... 74
xiii
In general, kandoushi is spoken by Japanese people in their daily conversation.
The purpose of the writer examines kandoushi in expressive spech act is to
know the function of each kandoushi in expressive speect act, so that the learners
of Japanese language can use kandoushi in accordance with the functions of each
kandoushi.
The writer using descriptive-qualitative method and taking data source through
Meitantei Conan comic. Theory that is used in this research is theory from
Namatame Yasu and the writer also limit it by the age of 30 to 40 years old, also
taking speech which containing expressive speech act that contain kandoushi.
From the result of the research, there are 20 data conversations which contain 18
types of kandoushi and 10 expressive speech act.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1
Latar Belakang dan Permasalahan
1.1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan suatu alat komunikasi terpenting bagi manusia.
Dalam berkomunikasi, penyampaian bahasa yang benar merupakan suatu
hal yang penting, karena bahasa membantu penutur untuk menyampaikan
sesuatu yang ia rasakan. Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan
ide, pikiran, dan keinginannya terhadap lawan tutur. Sutedi (2011:2)
menjelaskan bahwa,
“Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai media atau sarana untuk
menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain. Memang bahasa terkadang digunakan bukan untuk menyampaikan sesuatu pada orang lain, tetapi hanya ditunjukkan pada diri sendiri seperti saat berbicara sendiri baik yang dilisankan maupun hanya di dalam hati. Akan tetapi yang paling penting adalah ide, pikiran, hasrat, dan keinginan tersebut dituangkan melalui bahasa.”
Dalam berkomunikasi, bahasa tidak hanya digunakan untuk
menyampaikan ide, pikiran, dan keinginannya terhadap lawan tutur,
bahasa juga digunakan untuk mengekspresikan perasaan penutur dengan
menggunakan Interjeksi. Interjeksi biasanya berupa teriakan yang lepas
yang terletak di awal kalimat. Misalnya pada interjeksi “aduh” yang
dapat di artikan untuk mengungkapkan interjeksi kesakitan atau
Interjeksi dalam bahasa Jepang disebut Kandoushi (感 動 詞).
Sudjianto (1996:110) mengungkapkan bahwa kandoushi adalah kelas
kata yang dapat berdiri sendiri dan tidak mengenal konjugasi atau
deklinasi. Kandoushi digunakan untuk mengungkapkan perasaan,
panggilan, jawaban, dan persalaman.
Dahidi (2004:169) menjelaskan bahwa kandoushi dengan sendirinya
dapat menjadi bunsetsu atau kalimat walaupun tanpa bantuan kelas kata
lain. Kandoushi merupakan sebuah kata yang dapat menjadi bunsetsu, hal
tersebut karena fungsi dari kandoushi sebagai sebuah kata untuk
mengungkapkan perasaan penutur. Suatu kata dalam kandoushi memiliki
makna yang luas tergantung dengan konteks pembicaraan penutur.
Tidak semua kata dalam suatu tuturan dapat diartikan hanya dengan
tuturan yang disampaikan saja. Dalam sebuah percakapan konteks suatu
tuturan mempengaruhi makna dari tuturan masing-masing penutur.
Macam-macam aspek dapat dimasukkan dalam konteks suatu tuturan.
Untuk memahami konteks tuturan diperlukan aspek latar fisik dan sosial
dari penutur. Yule (1996:81) menyatakan bahwa,
“Dalam usaha untuk mengungkapkan diri mereka, orang-orang tidak hanya menghasilkan tuturan yang mengandung kata-kata dan struktur-struktur gramatikal saja, tetapi mereka juga memperlihatkan tindakan-tindakan melalui tuturan-tuturan itu.”
Tindak tutur yang berfungsi untuk menyatakan sesuatu yang
dirasakan oleh penutur biasa disebut sebagai tindak tutur ekspresif.
kesukaan, kebencian, kesenangan, dan kesengsaraan. Dalam menafsirkan
suatu tuturan konteks juga sangat penting dalam pemahaman tindak tutur.
Konteks tuturan sangat mempengaruhi interpretasi tindak tutur oleh
penutur maupun lawan tuturnya. Nadar (2009:6) mengungkapkan,
“Konteks adalah hal-hal yang gayut dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan ataupun latar belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan lawan tutur dan yang membantu lawan
tutur menafsirkan makna tuturan.”
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa lingkungan fisik dan
sosial penutur berperan dalam penafsiran lawan tutur pada suatu tuturan.
Pendidikan dan lingkungan sosial penutur berpengaruh dalam
pemahaman suatu tuturan.
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini difokuskan pada
kandoushi apa saja yang dapat muncul pada tindak tutur ekspresif dan
fungsi dari kandoushi tersebut. Fungsi dari kandoushi yang merupakan
suatu kata yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan batin
merupakan salah satu kelas kata yang tuturannya berada pada tindak tutur
ekspresif yang di gunakan untuk menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh
penutur. Suatu kalimat ekspresif tidak hanya diungkapkan dalam kalimat
lisan, kalimat ekspresif juga banyak terdapat dalam cerita bergambar.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengambil sumber data pada manga
1.1.2 Permasalahan
Gambaran situasi dalam sebuah komik dibuat untuk memudahkan
pembaca dalam memahami maksud cerita tersebut. Adanya berbagai
macam situasi dalam sebuah komik seperti pertemuan antartokoh,
hubungan tiap tokoh, hingga konflik dalam sebuah cerita merupakan
suatu contoh percakapan yang di tuangkan dalam cerita. Banyaknya
situasi yang terjadi dalam cerita menambah keberagaman tindak tutur
ekspresif dari masing-masing karakter. Sedangkan kandoushi, digunakan
untuk menyatakanemosi ataupun maksud dan tujuan suatu tokoh.
Berdasarkan hal tersebut, masalah yang akan diteliti dalam penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Kandoushi apa saja yang muncul dalam tindak tutur ekspresif pada
Komik Meitantei Conan?
2. Fungsi komunikatif kandoushi apa saja yang terdapat dalam tindak
tutur ekspresif pada Komik Meitantei Conan?
1. 2
Tujuan
Sesuai dengan permasalahan, tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui penggunaan kandoushi yang terdapat dalam tindak tutur
Meitantei Conan, kandoushi digunakan untuk menghidupkan alur cerita.
Terdapat banyak fungsi dari kandoushi dan tindak tutur ekspresi di
dalamnya.
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan kandoushi apa saja yang muncul dalam tindak tutur
ekspresif pada komik Meitantei Conan.
2. Mendeskripsikan fungsi komunikatif kandoushi apa saja yang terdapat
dalam tindak tutur ekspresif pada Komik Meitantei Conan.
1. 3
Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah kandoushi dan tindak tutur ekspresif
dalam komik Meitantei Conan. Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini berupa tuturan dari teks bergambar dalam komik Meitantei
Conan.
Dalam menafsirkan suatu tuturan perlu diperhatikan maksud, tujuan,
serta tindakan-tindakan yang diperlihatkan oleh lawan tutur. Yule (1996:5)
mengungkapkan,
“Pragmatik adalah studi tentang hubungan antarbentuk-bentuk linguistik dan pemakaian bentuk-bentuk itu disebut dengan pragmatik.”
Dari penjelasan di atas penelitian ini menggunakan pendekatan
berada dalam komik Meitantei Conan. Data yang digunakan dalam
penelitian ini berupa tuturan yang di dalamnya terdapat kandoushi. Data
kandoushi yang dikaji berupa data yang memiliki hubungan antar bagian
kalimat dan hubungan antar kalimat.
Kandoushi merupakan suatu kata yang berfungsi untuk
mengekspresikan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Berdasarkan dari
pemahaman tersebut kandoushi dan tindak tutur ekspresif mempunyai
fungsi yang sama. Oleh karena itu penelitin ini fokus pada kandoushi yang
terdapat dalam tindak tutur ekspresif dalam komik Meitantei Conan.
Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada kandoushi apa saja yang
terdapat dalam tindak tutur ekspresif dan fungsi penggunaan kandoushi
yang terdapat dalam komik Meitantei Conan.
1. 4
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif-kualitatif. Menurut Sudaryanto (1986:62) metode deskriptif merupakan
penelitian yang dilakukan berdasarkan fakta yang ada yang memang
secara empiris hidup pada penuturnya, sehingga yang dihasilkan berupa
bahasa yang biasa dikatakan seperti potret atau paparan seperti adanya.
“...hakikat penelitian kualitatif yang bertujuan untuk memahami
fenomena sosial termasuk fenomena kebahasaan yang diteliti, yang berbeda dengan hakikat penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk
menjelaskan fenomena yang sedang dikaji.” (2005:257)
Dalam sebuah cerita, konteks berperan dalam membantu pembaca
untuk memahami alur cerita. Adapun cerita yang menggunakan teks
bergambar, hal tersebut dimaksudkan untuk mempermudah penafsiran
pembaca terhadap alur cerita. Konteks percakapan dalam sebuah cerita
bergambar membantu pembaca untuk mengetahui latar fisik dan
lingkungan sosial setiap tokoh, dengan begitu pembaca dapat memahami
makna tuturan yang disampaikan dalam cerita tersebut.
Komik merupakan salah satu media komunikasi tertulis yang
memberikan bahan bacaan dari yang berupa bacaan ringan hingga berat.
Sasaran pembaca komik juga beragam, dari anak-anak hingga orang
dewasa sesuai dengan tema cerita komik tersebut. Dalam bahasa Jepang,
komik disebut Manga. Manga di Jepang merupakan suatu media cetak
yang banyak digemari oleh masyarakat Jepang. Tidak terkecuali dengan
masyarakat Indonesia dan negara-negara lain, manga atau komik Jepang
merupakan suatu media massa yang peredaraannya selalu ada di setiap
negara. Manga berfungsi untuk mengembangkan daya imajinasi
pembacanya melalui cerita yang dituangkan dalam bentuk gambar dan teks
tertulis. Gambar manga yang ekspresif membantu pembaca untuk lebih
Bahasa tulis yang terdapat pada komik disusun menurut gambar tokoh
dan situasi yang terjadi dalam cerita. Melalui gambar dan karakter tokoh
dalam manga menimbulkan perbedaan tuturan tiap tokoh. Contohnya, gaya
bahasa yang digunakan oleh orang dewasa berbeda dengan gaya bahasa
anak kecil.
Data pada penelitian ini berupa tuturan dari teks bergambar dalam
komik Meitantei Conan. Sumber data tersebut dikaji dengan
mendeskripsikan kandoushi yang berada dalam tindak tutur ekspresif
beserta fungsi kandoushi tersebut. Dilanjutkan dengan metode kualitatif
yaitu data yang telah dianalisis akan diklasifikasikan berdasarkan
kandoushi apa saja yang berada pada tindak tutur ekspresif beserta
fungsinya.
Demikian pula hasil dari data tersebut akan berupa simpulan yang
bersifat kualitatif dari data yang sudah dianalisis.
1. Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data dilakukan dengan metode simak dengan
teknik catat. Dalam metode simak, Pemerolehan data dilakukan dengan
menyimak penggunaan bahasa yang terdapat di dalam komik Meitantei
Conan. Selanjutnya penulis menggunakan teknik catat sebagai
sambungan metode simak, yaitu mencatat beberapa data berupa kalimat
Data dianalisis berdasarkan konteks percakapan yang terdapat dalam
komik tersebut.
Komik Meitantei Conan yang dijadikan sumber data banyak
menceritakan tentang kriminalitas. Banyaknya kasus dalam cerita
menambah konflik antar tokoh dan menyebabkan banyaknya tuturan
ekspresif di dalam cerita tersebut. Setiap kasus dalam komik Meitantei
Conan selalu memunculkan karakter tokoh baru di dalamnya.
Perbedaan tiap karakter tokoh mempengaruhi pemahaman lawan tutur
dalam memahami setiap tuturan.
Penulis mengategorikan tuturan ini pada tokoh berusia 30 tahun
sampai dengan 40 tahun. Pada umumnya, usia 30 sampai dengan 40
tahun masuk ke dalam tahap seseorang yang telah dewasa. Tuturan
yang diucapkan pada penutur dalam kategori ini adalah orang yang
sudah dewasa dengan penggunaan bahasa serta penggunaan kandoushi
yang lebih luas daripada anak kecil. Namun pada kategori usia ini
seseorang yang seharusnya dewasa belum tentu mempunyai sikap
dewasa. Pada kategori usia ini terdapat tokoh yang masih memiliki sifat
kekanakan dan tokoh yang sudah memiliki pemikiran matang dan
dewasa.
Kedewasaan seseorang mempengaruhi ucapan dan emosi tiap tokoh,
dengan demikian pola pikir setiap tokoh dapat mempengaruhi
berfungsi untuk menyatakan suatu ekspresi atau emosi dan tindak tutur
ekspresif yang digunakan untuk menyatakan sesuatu yang dirasakan
oleh penutur akan berbeda pada tiap karakter tokoh.
2. Analisis Data
Pada tahap analisis sumber data dianalis berdasarkan jenis-jenis
kandoushi apa saja yang dapat muncul pada tindak tutur ekspresif. Pada
analisis pertama, sumber data dianalisis dengan mengambil contoh
percakapan dalam komik Meitantei Conan. Dalam mendeskripsikan
makna yang terdapat dalam sumber data, penjelasan tentang karakter
tokoh, konteks dan situasi di dalam cerita digunakan untuk menafsirkan
maksud dan tujuan yang terkandung dalam tuturan tersebut. Penulis
mengklasifikasikan analisis data berdasarkan macam-macam
pernyataan tindak tutur ekspresif dan memasukkan kandoushi ke dalam
tiap-tiap pernyataan. Analisis kedua berupa fungsi dari kandoushi yang
terdapat pada tiap-tiap pernyataan dalam tindak tutur ekspresif. Penulis
mendeskripsikan fungsi dari kandoushi berdasarkan konteks
percakapan yang terdapat dalam sumber data.
Analisis data menggunakan analisis silang dari data yang sama.
Pada satu data terdapat dua hasil analisis. Data tindak tutur ekspresif
yang memuat kandoushi di dalamnya akan di bedakan menjadi dua
analisis berupa jenis-jenis apa sajakah yang terdapat dalam komik
3. Pemaparan Hasil Analisis
Pemaparan hasil analisis data menggunakan metode informal, yaitu
mendeskripsikan jawaban berupa kata-kata atas hasil dari Kandoushi
pada tindak tutur ekspresif dalam Komik Meitantei Conan. Kemudian
penulis menarik kesimpulan dari data yang sudah diklasifilasikan
sehingga dapat memperjelas hasil dari analisis pada data yang telah
dikaji.
1. 5
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat terhadap
perkembangan ilmu bahasa dalam bidang pragmatik, terkhususnya pada
tindak tutur ekspresif dan kandoushi bahasa Jepang.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan yang
bermanfaat pada bidang pragmatik dan kandoushi. Bagi peneliti,
penelitian ini dapat membantu dan menambah ilmu pengetahuan
dalam bidang pragmatik dan kandoushi.
b. Penelitian ini diharap dapat membantu untuk menambah referensi
khususnya bagi pihak-pihak yang tertarik pada kajian yang serupa
pada umumnya.
1. 6
Sistematika
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang mengapa penulis
memilih tema skripsi ini. Penulis juga menguraikan rumusan masalah apa
saja yang akan diteliti, kemudian ruang lingkup permasalahan, metode
penelitian, tujuan serta manfaat dalam penelitian ini.
BAB II Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
Pada bab ini akan diuraikan mengenai teori dari para ahli siapa saja yang
penulis pakai dan beberapa penelitian terdahulu.
BAB III Pemaparan Hasil dan Pembahasan
Pada bab ini berupa analisis kandoushi apa saja yang terdapat dalam tindak
tutur ekspresif dan fungsi dari kandoushi tersebut. Analisis pertama berupa
jenis-jenis dari tindak tutur ekspresif apa saja yang terdapat pada sumber
data yang sudah disediakan beserta kandoushi apa saja yang masuk di dalam
sumber data tersebut. Analisis kedua berupa fungsi kandoushi yang terdapat
dalam tindak tutur ekspresif. Penulis akan mengklasifikasikan fungsi dari
BAB IV Penutup
Dalam bab ini berisi kesimpulan keseluruhan bab yang telah selesai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1Tinjauan Pustaka
Pada penelitian kandoushi dalam tindak tutur ekspresif, penulis menemukan
data-data Skripsi yang berhubungan dengan kandoushi dari Fransiska Nimas
JP pada tahun 2013 yang berjudul “Danseigo (Bahasa Pria) dan Joseigo
(Bahasa Wanita) dalam Komik Chibimarukochan”. Skripsi tersebut
membahas tentang bahasa pria dan bahasa wanita dalam komik
Chibimarukochan dilihat dari struktur bahasa dan pengaruh kebahasaan
tersebut dalam masyarakat Jepang.
Skripsi tersebut menjelaskan tentang pembelajar bahasa Jepang dalam
berkomunikasi dengan baik tidak hanya memperhatikan waktu, situasi,
kondisi, maupun kedudukan si pembicara terhadap lawan bicaranya namun
pembelajar bahasa Jepang harus mengetahui kebiasaan masyarakat Jepang
yang menonjol dan berbeda dari bahasa asing yakni, perbedaan gender dalam
berbahasa. Dalam analisis skripsi tersebut menjabarkan tentang pemarkah
gender dalam komik Chibimarukochan dan kandoushi masuk ke dalam salah
satu aspek yang dikaji. Pada penelitian tersebut, Fransiska Nimas
menganalisis data melalui contoh percakapan yang di dalamnya terdapat
kandoushi untuk mengungkapkan sesuatu yang dirasakan tokoh tersebut.
Data dianalisis berdasarkan fungsi dari kandoushi serta penggunaan
tersebut mengungkapkan bahwa kandoushi ara dan iyaa biasa digunakan oleh
penutur wanita, sedangkan kandoushi maa, hora, are dapat digunakan oleh
penutur pria maupun wanita, kemudian pada kandoushi hoo, iya, dan ooi
biasa digunakan oleh penutur pria. Kandoushi memiliki berbagai macam jenis
dan fungsi, namun dalam penelitian Fransiska Nimas hanya memuat fungsi
dari kandoushi berdasarkan ragam bahasa pria dan wanita. Oleh karena hal
tersebut, dalam skripsi ini penulis menganalisis jenis-jenis dan fungsi
kandoushi secara keseluruhan.
Dalam penelitian ini, penulis juga menemukan data-data pada skripsi
Rikha Kusumaningtyas pada tahun 2011 yang berjudul “Tindak Tutur Ilokusi
dalam Wacana “Mice Cartoon” pada Surat Kabar Kompas”. Skripsi tersebut
meneliti tentang jenis tindak tutur ilokusi serta fungsi tindak tutur ilokusi
dalam wacana kartun “Mice Cartoon”. Jenis-jenis tindak tutur ilokusi dalam
penelitian tersebut adalah tindak tutur representatif, tindak tutur direktif,
tindak tutur komisif, tindak tutur ekspresif, dan tindak tutur deklarasi. Pada
fungsi tindak tutur ilokusi dibagi berdasarkan fungsi kompetitif, fungsi
menyenangkan, fungsi bekerjasana, dan fungsi bertentangan. Data yang
dianalis dalam penelitian tersebut dikaji dengan menggunakan contoh
percakapan yang di dalamnya terdapat tindak tutur ilokusi dan kemudian
diklasifikasikan berdasarkan jenis dan fungsi dari masing-masing tindak tutur
ilokusi. Kusumaningtyas memasukkan seluruh percakapan yang berunsur
tindak tutur ilokusi, sedangkan dalam penelitian penulis hanya memasukkan
Berdasarkan penulisan skripsi tersebut penulis tertarik untuk membahas
kandoushi yang terdapat dalam tindak tutur ekspresif. Tindak tutur ekspresif
sendiri merupakan salah satu dari jenis tindak tutur ilokusi sebagai data yang
akan digunakan oleh penulis dalam analisis ini adalah komik Meitantei
Conan. Komik Meitantei Conan merupakan komik yang dapat dinikmati oleh
semua umur, cerita dalam komik Meitantie Conan bertema mengenai
kriminalitas yang dirangkum secara ringan untuk memudahkan pembaca
dalam memahami alur cerita. Penggunaan bahasa yang digunakan dalam
komik tersebut disesuaikan oleh karakter tokoh dalam cerita. Pada penelitian
kandoushi dalam tindak tutur ekspresis pada komik Meitantei Conan ini,
penulis akan membahas tentang jenis-jenis kandoushi apa saja yang terdapat
dalam tindak tutur ekspresif serta fungsi dari kandoushi tersebut.
2.2Kerangka Teori
2.2.1 Definisi Pragmatik
Sub bab ini menjelaskan tentang definisi beberapa ahli. Yule (1996:5)
mendefinisikan pragmatik sebagai studi tentang hubungan antara
bentuk-bentuk linguistik dan pemakaian bentuk-bentuk-bentuk-bentuk tersebut.
Pragmatik mengkaji tentang bagaimana cara pendengar dapat
menyimpulkan tentang apa yang dituturkan oleh penutur agar lawan tutur
dapat memahami makna yang dimaksud oleh penutur. Dalam pragmatik
ternyata menjadi bagian yang disampaikan. Penutur tidak hanya
menyampaikan maksud dan tujuannya dari tuturan saja, namun dengan
menyampaikan sesuatu melalui tindakan juga termasuk dalam kajian studi
ini. Oleh karena itu Yule (1996:4) menjelaskan bahwa pragmatik termasuk
dalam studi pencarian makna yang tersamar. Selain itu Yule (1996:4) juga
mengungkapkan bahwa,
“Pragmatik adalah studi tentang bagaimana agar lebih banyak yang
disampaikan dari pada yang dituturkan”
Dari berberapa definisi di atas, dapat dipahami bahwa dalam kajian
pragmatik hubungan keakraban baik secara fisik dan sosial dari penutur
dan lawan tutur mempengaruhi lawan tutur dalam memahami maksud dan
tujuan yang penutur sampaikan
Pragmatik dalam bahasa Jepang disebut dengan Goyouron atau
「語用論ご よ う ろ ん」. Tamotsu (1993:281) mengungkapkan bahwa,
“語用論ご よ う ろ んの語ご の用法ようほうを調査ちょうさしたり、検討けんとうしたりする部門ぶ も んではない。
言語伝達げ ん ご で ん た つにおいて、発話は つ わある場面ば め んにいおてなされ。発話は つ わとしての文ぶん
は、それが用もちいられる 環 境かんきょうの中なかで初はじめて適切てきせつな意味い み をもつことに
なる。”
Secara sederhana Tamotsu menyebutkan bahwa pragmatik mengkaji
sebuah tuturan bukan hanya dari makna suatu kata namun keadaan juga
mempengaruhi pemahaman dari suatu tuturan tersebut.
2.2.2 Tindak tutur
Tuturan tidak hanya dimaknai dalam suatu perkataan saja, namun
tindakan-tindakan juga mempengaruhi makna suatu tuturan tersebut. Yule
(Yule, 1996:81) menjelaskan bahwa, dalam usaha untuk mengungkapkan
diri seseorang tidak hanya menghasilkan sebuah tuturan yang mengandung
kata-kata dan struktur-struktur gramatikal saja, namun mereka juga
memperlihatkan tindakan dalam tuturan-tuturan tersebut.
Dari penjelasan di atas dapat dipahami tindakan-tindakan yang
ditampilkan lewat tuturan biasanya disebut dengan tindak tutur atau
hatsuwakoui「発話行為は つ わ こ う い」. Pemahaman lawan tutur dalam menangkap maksud komunikatif dari penutur biasanya terbantu oleh keadaan sekitar
lingkungan tuturan tersebut. Keadaan semacam ini disebut dengan
peristiwa tutur.
Yule(1996:82) mengatakan bahwa,
“Peristiwa tutur ialah suatu kegiatan dimana para peserta berinteraksi
dengan bahasa dalam cara-cara konvensional untuk mencapai suatu hasil. Peristiwa ini mungkin termasuk suatu tindak tutur sentral yang nyata,
seperti „sungguh saya tidak menyukai ini‟, seperti dalam peristiwa tutur „keluhan‟, akan tetapi peristiwa ini juga termasuk tuturan-tuturan lain yang
Dari definisi diatas, dapat dipahami bahwa dalam banyak hal peristiwa
tuturlah yang menentukan penafsiran terhadap suatu tuturan ketika
menampilkan suatu tindak tutur. Dell Hymes (1972:55-60) menjelaskan
bahwa, suatu peristiwa tutur harus memenuhi delapan komponen, yang
disebut dengan teori SPEAKING. Delapan komponen tersebut adalah,
Setting and scene. Setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur
berlangsung, sedangkan scene mengacu pada situasi tempat dan waktu,
atau situasi psikologis pembicaraan.
Participants merupakan pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan,
bisa pembicara atau pendengar.
Ends : purpose and goal, mengacu pada maksud dan tujuan dalam
sebuah pertuturan.
Act sequence, mengacu pada bentuk ujaran dan isi dari ujaran tersebut.
Bentuk ujaran bisa berhubungan dengan kata-kata yang digunakan,
bagaimana penggunaannya, dan hubungan antara apa yang dikatakan
dengan topik pembicaraan.
Key, mengacu pada nada, cara, dan semangat dimana suatu pesan
disampaikan. Misalkan melalui perasaan senang hati, serius, atau sombong.
Instrumentalities, mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti
Norm of Iteraction and Interpretation, mengacu pada norma atau
aturan dalam berinteraksi. Misalnya, hubungan dengan cara berinterupsi,
bertanya, dan sebagainya.
Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi,puis,
pepatah, doa, dan sebagainya.
2.2.3 Klasifikasi Tindak Tutur
Tindakan yang ditampilkan dengan melakukan suatu tuturan mengandung
tiga tindak yang saling berhubungan . Yule (1996:83) membagi tindak
tutur menjadi tiga macam, yaitu tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak
perlokusi.
2.2.3.1Tindak Lokusi
Tindak lokusi merupakan tindak dasar tuturan yang menghasilkan
suatu ungkapan linguistik bermakna. Tindak tutur ini semata-mata
hanya menyatakan sesuatu yang dituturkan dari penutur. Penafsiran
tindak tutur lokusi dilakukan tanpa meyertakan konteks tuturan saat
penutur menyatakan sesuatu.
2.2.3.2Tindak Ilokusi
Tindak ilokusi ditampilkan melalui penekanan komunikatif suatu
tuturan. Apa yang ingin dicapai oleh penutur pada waktu ingin
menuturkan sesuatu dapat merupakan tindakan seperti menyatakan,
lain sebagainya. Dalam tindak ilokusi terdapat lima jenis fungsi
umum yang ditunjukkan oleh tindak tutur, yaitu deklarasi,
representatif, ekspresif, direktif, dan komisif.
1) Deklarasi
Deklarasi adalah jenis tindak tutur yang mengubah dunia
melalui tuturan. Tindak tutur ini dimaksudkan oleh penuturnya
untuk menciptakan hal yang baru. Seperti perubahan keadaan,
status, dan sebagainya. Tuturan yang berupa menyatakan,
mengesahkan, membatalakan, mengizinkan termasuk jenis
tindak tutur deklarasi.
2) Representatif
Representatif merupakan jenis tindak tutur yang menyatakan
apa yang diyakini oleh penutur. tindak tutur ini mengikat
penuturnya akan kebenaran atas sesuatu yang diujarkan.
Pernyataan yang termasuk dalam tindak tutur representatif
adalah pernyataan suatu fakta, kesimpulan, dan pendeskripsian.
3) Ekspresif
Ekspresif merupakan jenis tindak tutur yang menyatakan
sesuatu yang dirasakan oleh penuturnya. Tindak tutur ekspresif
mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis dari
kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, dan
kesengsaraan. Biasanya tindak tutur ini disebabkan oleh
sesuatu yang dilakukan oleh penutur atau lawan tutur.
4) Direktif
Direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur
untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Tindak tutur
ini menyatakan apa yang menjadi keinginan dari penuturnya.
Pernyataan yang meliputi tindak tutur ini seperti perintah,
pemesanan, permohonan, dan pemberian saran.
5) Komisif
Komisif merupakan tindak tutur yang dipahami oleh penutur
untuk mengikat dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa
depan. Tindak tutur ini berupa pernyataan yang dimaksudkan
oleh penuturnya, seperti janji, ancaman, penolakan, dan ikrar.
2.2.3.3Tindak Perlokusi
Tindak perlokusi merupakan tindak tutur yang tidak hanya untuk
menyampaikan maksud dan tujuan yang disampaikan saja, namun
tuturan tersebut memiliki pengaruh bagi lawan tuturnya. Dengan
bergantung pada keadaan, menyatakan suatu tuturan dengan asumsi
atau pengaruh dari tindak tutur ini dapat dilakukan baik sengaja
atau tidak sengaja oleh penuturnya.
2.2.4 Definisi Kandoushi
Kandoushi dalam bahasa Indonesia disebut dengan interjeksi. Fungsi
kandoushi adalah untuk mengungkapkan suatu perasaan, panggilan,
jawaban, dan persalaman. Kandoushi dengan sendirinya dapat menjadi
sebuah kalimat karena suatu kata kandoushi dengan sendirinya sudah
mengekspresikan perasaan dari penutur.
Kandoushi menurut Namatame (1996:197), adalah sebagai berikut,
感動詞はそれだけで一つの文となり、感動の内容を全部表すことがで
きるが、感動の内容を感動詞のあとに置く場合も多い。次に、普通ふ つ うよ
く用もちいられている感動詞か ん ど う しをあげる。
“Setelah kandoushi itu sendiri menjadi satu kalimat, semua isi kandou
(perasaan) bisa ditunjukkan, tetapi banyak keadaan dimana bahasa penunjuk kandou diletakkan setelah kandou. Selanjutnya, kandoushi
akan sering digunakan.”
Teori kandoushi pada Namatame menunjukkan bahwa kandoushi tidak
hanya diartikan dalam satu kata kandoushi namun banyak diantaranya
makna dalam kandoushi ditunjukkan pada kalimat setelahnya. Oleh karena
hal tersebut, penulis menggunakan teori dari Namatame dikarenakan teori
tersebut membagi jenis-jenis kandoushi secara rinci dan terdapat pula
Menurut Masuoka dan Takubo (1989:54), menyatakan bahwa,
感動詞は、文のほかの要素と結びついて事態を表すというよりも、事
態に対する感情や相手の発言に対する受け答えを一語い ち ごで非分析的ひ ぶ ん せ き て きに 表あらわ
す形式けいしきである。
“Kandoushi menunjukkan keadaan yang mengikat dan unsur di luar kalimat, serta menunjukkan formalitas terhadap ketidakparagrafan dengan satu bahasa terhadap jawaban lawan bicara dan perasaan dalam
suatu keadaan.”
Teori dari Masuoka dan Takubo menjelaskan bahwa kandoushi sendiri
merupakan suatu kata yang mempunyai fungsi sebagai penunjuk perasaan
penuturnya, sehingga sebuah kata kandoushi dapat berdiri sendiri.
Sedangkan menurut Sudjianto (1996:110), menjelaskan bahwa
kandoushi adalah suatu kelas kata yang berfungsi untuk mengungkapakan
suatu perasaan, panggilan, jawaban, atau persalaman, kandoushi juga dapat
berdiri sendiri, dapat mengandung arti tanpa sokongan kata lain, dan
dengan sendirinya dapat menjadi sebuah kaliamat.
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa kandoushi merupakan
suatu kelas kata yang berfungsi untuk menyatakan suatu ekspresi yang
dirasakan oleh penutur. Kandoushi sendiri masuk ke dalam jiritsugo atau
kata yang dapat berdiri sendiri.
2.2.5 Jenis-Jenis Kandoushi
Kandoushi yang merupakan suatu kata untuk mengekspresikan perasaan
penggunaannya. Masuoka dan Takubo (1989:54-55) membagi kandoushi
menjadi dua bagian, diantaranya:
1. Menunjukka ungkapkan perasaan, jawaban, dan panggilan
1) Kandoushi yang menunjukkan keterkejutan terhadap keadaan
yang tidak terduga seperti, a (あ) , aa (ああ), oya (おや), maa
(まあ), ara (あら), are (あれ), aree (あれー), arere (あれれ),
arya (ありゃ), arya arya (ありゃありゃ), wa (わ), uwa (うわ),
gya (ぎゃ), gya gya (ぎゃぎゃ), hyaa (ひゃー).
2) Menunjukkan diluar perasaan terhadap hal yang dikatakan oleh
lawan bicara dan keadaan yang tidak terduga seperti, nanto (なん
と), nanto mo haya (なんともはや), hee (へー).
3) Menunjukkan setuju atau tidak setuju terhadap ucapan lawan
bicara seperti , hai (はい), ee (ええ), aa (ああ), un (うん), haa
(はあ), iie (いいえ), iya (いや).
4) Menunjukkan pemahaman terhadap ucapan lawan bicara seperti,
fuun (ふうん), fun (ふん), haa (はあ), hee (へええ), naruhodo
(なるほど).
5) Menunjukkan jawaban yang sedang dicari seperti, uun (ううん),
saa (さあ), eeto (ええと), ano (あの), sono (その), soone (そう
6) Menunjukkan ungkapan saat meminta perhatian dan memanggil
lawan bicara seperti, moshi moshi (もしもし), ano (あの), oi (お
い), kora (こら), nee (ねえ), hora (ほら), sora (そら), saa (さ
あ).
7) Menunjukkan pertanyaan terhadap diri sendiri seperti, hate (はて),
hatena (はてな).
8) Menunjukkan ungkapan untuk menyuruh seseorang melakukan
sesuatu pada diri sendiri saat memulai tindakan dan kegiatan,
seperti, sateto (さてと), yareyare (やれやれ), yoisho (よいしょ),
dokkoisho (どっこいしょ), yoshi (よし).
2. Kandoushi yang digunakan sebagai salam ucapan tegur sapa,
ditentukan berdasarkan situasi, dari titik ketidakparagrafan.
Ungkapan basa-basi dalam kandoushi diantaranya,
1) Ucapan salam perpisahan, diantaranya adalah, sayoonara (さよう
3) Ungkapan saat berangkat dan menjemput, seperti, ittekimasu (行
tondemonai (とんでもない), tondemogozaimasenとんでもござ
いません).
6) Salam waktu makan, seperti, itadakimasu (い た だ き ま す),
gochisousama (ご馳走様 ち そ う さ ま
).
Sedangkan Namatame (1996:197-203) juga membagi kandoushi
sebagai berikut,
1) Suara untuk menunjukkan keterkejutan
a. Suara yang dikeluarkan saat pertemuan atau kejadian yang
A (あ), aa (ああ), a‟(あっ), ara (あら), maa (まあ), oo (お
お), o‟ (おっ), oya (おや), waa (わあ), wa‟(わっ).
b. Bahasa yang dikeluarkan ketika mendapat informasi seperti
(perubahan, sesuatu yang tidak dimengerti)
Are (あれ), oya (おや), oyaoya (おやおや).
c. Suara yang dikeluarkan jika informasi yang diterima telah
dirasakan secara mendalam
E (ee, e‟) (え(ええ, えっ), hee (へえ), maa (まあ), fuun (ふ
ーん), hou (ほう).
2) Suara untuk menunjukkan kebahagiaan
Aa (ああ), ara (あら), maa (まあ), waa (wa‟) (わ(わっ).
3) Suara untuk menunjukkan kesedihan
Aa (ああ), oo (おお).
4) Suara untuk menunjukkan perasaan kekecewaan dan penyesalan
Yareyare (やれやれ), oyaoya (おやおや), areare (あれあれ).
5) Suara yang dikeluarkan untuk menunjukkan kebahagian atas
keberhasilan
6) Suara untuk menunjukkan perasaan pengabaian dan penghinaan
Nanisa (なにさ), fun (ふん), he‟ (へっ), nanda (なんだ).
7) Bahasa untuk menghina atau mencaci lawan bicara
Bakayarou (ばかやろう), baka (ばか), konoyarou (このやろう).
8) Suara tertawa
Ahaha (あはは), wahaha (わはは), fufufu (ふふふ).
9) Suara jeritan
Kya‟ (きゃっ), wa‟ (waa) (わっ(わあ)).
10)Suara penyemangat
Dokoisho (どこいしょ), yoisho (よいしょ), wasshoi (わっしょ
い).
11)Panggilan
Moshimoshi (もしもし), chotto (ちょっと), you (よう), naa (な
あ), oi (おい), yai (やい), kora (こら).
12)Suara yang digunakan untuk mengajak atau mendesak
Sa (saa) (さ(さあ)), nee (ねえ), you (よう).
Sora (そら), sore (それ), hora (ほら).
14)Suara yang ditunjukkan apabila sedang memikitkan sesuatu
Eeto (え―と), saa (さあ), hate (はて).
15)Suara untuk menunjukkan arti ketika sedang teringat sesuatu
Naruhodo (なるほど), souka (そうか), souda (そうだ).
16)Suara yang digunakan ketika ingin mengawali pembicaraan
Ee (ええ), anou (あのう), sonou (そのう).
Berdasarkan penjelasan teori di atas, pada bab selanjutnya
akan diuraikan analisis kandoushi sesuai dengan rumusan
BAB III
ANALISIS JENIS DAN FUNGSI KOMUNIKATIF KANDOUSHI DALAM
TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA KOMIK “MEITANTEI CONAN”
Dalam percakapan bahasa Jepang, kandoushi digunakan untuk membuat
percakapan menjadi lebih alami. Bagi pembelajar bahasa Jepang, kandoushi dapat
membantu untuk mengungkapkan perasaan walaupun dengan tata bahasa yang
terbatas.
Pada bab ini, penulis menguraikan kandoushi dalam tindak tutur ekspresif
pada komik “Meitantei Conan”. Analisis pada bab ini memuat kandoushi apa saja
yang terdapat dalam tindak tutur ekspresif beserta fungsi komunikatif kandoushi
tersebut. Ada beberapa tindak tutur ekspresif di dalam komik Meitantei Conan
yang di awal tuturannya memuat kandoushi yang berfungsi sebagai penekanan
ekspresi ataupun untuk mengawali ekspresi dari tuturan selanjutnya.
Percakapan di bawah ini terdapat kandoushi yang merupakan pikiran ekspresif
Conan : „Lensa kontak sebelah kirinya bergeser!‟
Detektif Mouri : „Bodoh! Sudah pasti itu akibat dipukul si pelaku...‟
コナン :「でも、右目のコンタクトは目にもついてな
terpasang, di dalam kacamatanya juga tidak ada!‟
毛利探偵 :「た、確かに。。。」(1.4)
Mouri tantei : „tashikani...‟
Memang benar
Detektif Mouri : „Me, memang benar...‟
kara, hannin ga naoshiteagetan
karena pelaku PS membetulkan
da yo!‟
KOP PKL
Conan : „Oh, iya! Pasti yang sebelah kanan jatuh ke tanah saat dia dipukul, karena saat itu kecamatanya
Detektif Mouri : “Betul juga...teliti sekali pelakunya...‟
(Meitantei Conan Chi no Barentain, halaman 27 )
Pada percakapan di atas, terdapat kandoushi “baka”「ば か 」
dalam tuturan (1.2). Kandoushi “baka”「ばか」dalam kamus Kenji
Matsura (2005:53) memiliki arti “bodoh” dan “tolol” dan menurut
Namatame (1996:200), kandoushi “baka”「ばか」digunakan untuk
menghina lawan bicara. Dari percakapan di atas, kandoushi “baka”
「ばか」dituturkan oleh detektif Mouri untuk menghina Conan yang
merasa terkejut karena melihat lensa kontak Nigaki yang bergeser.
Tuturan „...Sorya kitto, hannin ni nagureta toki ni...‟ yang dituturkan
oleh detektof Mouri dimaksudkan untuk mengejek Conan yang tidak
tahu penyebab kenapa lensa kontak Nigaki bergeser sehingga tuturan
komunikatif kandoushi “baka”「 ば か 」pada tuturan (1.2) adalah
untuk menekankan tuturan penghinaan detektif Mouri.
Kandoushi “naruhodo” 「 な る ほ ど 」dalam tuturan (1.6).
Kandoushi “naruhodo” 「なるほど」dalam kamus Kenji Matsura
(2005:702) memiliki arti “benar juga”, “betul juga”, dan “begitu”.
Namatame (1996:202-203) menjelaskan bahwa kandoushi “naruhodo”
「 な る ほ ど 」berfungsi untuk menunjukkan arti ketika sedang
teringat sesuatu. Pada kutipan (1.6), kandoushi “naruhodo” 「なるほ
ど」digunakan ketika detektif Mouri yang mendengarkan analisis dari
Conan kemudian teringat bahwa hal tersebut bisa saja terjadi. Setelah
kandoushi “naruhodo” 「なるほど」yang dituturkan oleh detektif
Mouri, terdapat tuturan „...zuibun, kichoumen na hannin da yo..‟ yang
memiliki arti bahwa detektif Mouri merasa kagum dengan cara pelaku
membunuh Nigaki. Dengan demikian, kandoushi “naruhodo” 「なる
ほ ど 」dalam tuturan (1.6) memiliki fungsi untuk menciptakan
kesinambungan dengan tuturan Conan, dan mengawali ungkapan
pujian.
Di bawah ini, contoh kandoushi dalam tuturan ekspresif memuji
2) Situasi : Detektif Mouri (laki-laki, 38 tahun) berada di dalam
rumahnya merasa terkejut ketika melihat idolanya yang bernama
Yoko tampil di dalam Televisi.
Namatame (1996: 197-198), menjelaskan bahwa kandoushi “ou”「お
っ 」 mempunyai fungsi sebagai suara yang digunakan ketika
mengalami sesuatu seperti peristiwa yang tiba-tiba dan merupakan
danseiyougo (男性用語) yaitu bahasa yang digunakan oleh laki-laki.
Sedangkan pada tuturan data (2), kandoushi “o‟”「おっ」dituturkan
oleh detektif Mouri yang merupakan tokoh laki-laki dalam komik
Meitantei Conan merasa terkejut ketika tiba-tiba melihat idolanya
sehingga kandoushi “o‟”「 お っ 」pada data (2) masuk dalam
kandoushi yang digunakan ketika mengalami peristiwa yang tiba-tiba.
yang merupakan kelanjutan dari tuturan detektif Mouri. Tuturan “pii
pii” ditunjukkan untuk menggoda Yoko karena idolanya tersebut
selalu tampil cantik. Dengan demikian, Fungsi komunikatif kandoushi “o‟”「おっ」pada tindak tutur ekspresif dari data (2) adalah untuk
mengawali tuturan ekspresif memuji detektif Mouri atas wajah Yoko
yang selalu terlihat manis.
Selain tuturan memuji, di bawah ini kandoushi dalam tuturan ekspresif
kecewa.
3) Situasi : Nakahara (perempuan 30 tahun) baru saja pulang ke vila
dan hanya Esumi (perempuan, 30 tahun) yang menyambutnya.
Esumi : „Kanazawa sensei wa ofuroba de Berdasarkan kutipan percakapan di atas, terdapat kandoushi“are”
「あれ」di awal tuturan (3.3). Kandoushi “are”「あれ」menurut
Sudjianto (1996:113), memiliki arti “lho”, “aduh”, dan “wah”.
Menurut Namatame (1996: 198) kandoushi “are”「 あ れ 」adalah
suara keterkejutan yang digunakan untuk mengekspresikan perasaan
ketika mendapat informasi seperti sesuatu yang tidak di mengerti dan
sesuatu yang aneh. Pada tuturan (3.3) kandoushi “are”「 あ れ 」
dituturkan oleh Nakahara digunakan untuk mengekspresikan perasaan
anehnya ketika tidak melihat siapaun kecuali Esumi di dalam vila,
sehingga kandoushi “are”「あれ」yang dituturkan oleh Nakahara
mempunyai fungsi yang sama dengan teori Namatame. Dalam tuturan
(3.3) Nakahara juga menuturkan „...hoka no minna wa?‟ yang
mempunyai arti bahwa dia merasa aneh karena seharusnya tidak
hanya Esumi saja yang menyambutnya, sehingga ekspresi tersebut
bisa di artikan bahwa dia merasa kecewa karena yang lainnya tidak
ikut menyambut kedatangannya. Dengan demikian, fungsi
mengawali tuturan kekecewaaan Nakahara karena hanya Esumi saja
yang menyambutnya.
Di bawah ini juga terdapat beberapa kandoushi dalam tuturan terkejut.
4) Situasi : Detektif Mouri berada di dalam kamar Dousan Nagato
Dousan Nagato : „Ya... jika kamu dapat menemukannya
Pada kutipan percakapan di atas, terdapat kandoushi “ee‟”「え
えっ」di awal tuturan (4.1). Kandoushi “ee‟”「ええっ」dalam
tuturan (4.1) berasal dari kandoushi “ee”「ええ」dengan “tsu”
(kecil) 「っ」yang berfungsi sebagai penekanan kata. Dalam kamus
Kenji Matsura (2005:159), kandoushi “ee”「ええ」memiliki arti
“eh”, “ha”, “heh”, dan “hah”. Menurut Namatame (1996:198)
kandoushi “ee‟”「ええ」digunakan apabila merasa terkejut saat
mendengar perkataan orang lain. Pada tuturan (4.1) menceritakan
tentang detektif Mouri yang merasa terkejut karena Dousan Nagato
sebagai lawan tutur meminta detektif Mouri untuk mencarikan cinta
pertama Dousan Nagato. Alasan detektif Mouri atas keterkejutannya
terdapat pada tuturan (4.3) yang menjelaskan bahwa menurut
detektif Mouri jika ingin mencari cinta pertama seseorang tidak perlu
dari kandoushi “ee‟”「ええっ」pada tuturan (4.1) adalah untuk
lebih menekankan perasaan terkejut detektif Mouri dalam tuturan
ekspresif terkejut detektif Mouri.
Di bawah ini, contoh kandoushi dalam tuturan ekspresif terkejut
lainnya.
5) Situasi : Nobuko (perempuan, 39 tahun) dan Yasue (perempuan,
32 tahun) masuk ke dalam kamar ayahnya Dousan Nagato dan
merasa terkejut saat melihat ada tamu di dalam kamar ayahnya.
長門康江 :「あら、お客様ですの、お父様。。」(5.1)
Dousan Nagato : „Oh! Yasue dan Nobuko?‟
長門信子 :「おやおや客人だけじゃなく。。。女狐も混
(Meitantei Conan Kara no Chousenjou, halaman 267) Pada kutipan percakapan di atas menjelaskan tentang Yasue dan
Nobuko yang sebelumnya tidak tahu bahwa ada tamu di kamar
ayahnya, dalam percakapan tersebut terdapat dua kandoushi dalam
tindak tutur ekspresif di atas. Yang pertama merupakan kandoushi
“ara”「あら」yang terdapat pada tuturan (5.1). Kandoushi “ara”
「あら」dalam kamus Kenji Matsura (2005:25) memiliki arti “lho”,
“kok”. Menurut Namatame (1996: 197) kandoushi tersebut
mempunyai fungsi sebagai suara yang digunakan ketika mengalami
sesuatu seperti peristiwa yang tiba-tiba dan kandoushi ini juga
termasuk dalam joseiyougo (女性用語) yaitu bahasa yang digunakan
oleh perempuan. Kandoushi “ara”「あら」pada tuturan (5.1) yang
dituturkan oleh Yasue mempunyai fungsi untuk mengekspresikan
keterkejutan Yasue saat melihat seseorang di dalam kamar ayahnya,
sehingga kandoushi ini masuk dalam kandoushi yang berfungsi
sebagai suara yang digunakan ketika mengalami peristiwa yang
tiba-tiba. Sedangkan pada tuturan (5.1) menjelaskan tentang Yasue yang
terkejut karena dia langsung melihat tamu tersebut sudah ada di dalam
kamar ayahnya. Dengan demikian, fungsi komunikatif kandoushi
“ara” 「 あ ら 」 dalam tuturan ekspresif (5.1) adalah untuk
menekankan perasaan terkejut Yasue ketika melihat tamu di dalam
Dalam percakapan di atas juga terdapat kandoushi “oyaoya”「お
やおや」di awal tuturan (5.3). Berdasarkan kamus Goro Taniguchi
(1999:458), Kandoushi “oya oya” 「おやおや」memiliki arti “oh” dan “ah”. Sedangkan menurut Namatame (1996:198), kandoushi
“oyaoya” 「 お や お や 」mempunyai fungsi sebagai suara yang
digunakan untuk mengekspresikan perasaan kecewa. Pada tuturan
(5.3), Kandoushi “oyaoya” 「 お や お や 」yang dituturkan oleh
Nobuko digunakan untuk mengekspresikan perasaan kecewa Nobuko
ketika mengetahui bahwa ada seseorang yang tidak disukainya berada
di dalam kamar ayahnya. Tuturan „...megitsune mo majitteru youne...‟
yang dituturkan oleh Nobuko mempunyai maksud bahwa dia tidak
mengira akan ada “rubah betina” atau seorang wanita yang tidak
disukai Nobuko berada di dalam kamar ayahnya. Dengan demikian,
fungsi komunikatif kandoushi “oyaoya” 「 お や お や 」 yang
dituturkan oleh Nobuko adalah untuk mengekspresikan perasaan
kecewa Nobuko ketika mengetahui bahwa ada seseorang yang tidak
disukainya juga berada di dalam kamar ayahnya.
Di bawah ini, contoh kandoushi dalam tuturan ekspresif terkejut
lainnya.
6) Situasi : Nakahara dan Esumi baru saja selesai makan malam
makan malam besama, namun ternyata Nakahara terlupa membelinya
Pada kutipan percakapan di atas, terdapat kandoushi “a”「あ」di
awal tuturan (6.1). Kandoushi “a”「あ」dalam kamus Kenji Matsura
(2005:1) memiliki arti “ah” dan “ha”, sedangkan menurut Namatame
(1996:197) kandoushi “a” mempunyai fungsi sebagai suara
peristiwa yang tiba-tiba. Kandoushi “a”「あ」yang dituturkan oleh
Nakahara dalam tuturan (6.1) ditunjukkan untuk mengekspresikan
perasaan keterkejutannya ketika tiba-tiba teringat bahwa dia lupa
untuk membeli makanan kecil, sehingga kandoushi “a”「あ」masuk
dalam fungsi tersebut. Terdapat tuturan „...ikenai...osake no tsumami
kau no wasureta..‟ di belakang kandoushi “a”「あ」, maksud dari
tuturan tersebut adalah Nakahara yang tiba-tiba teringat bahwa dia
merasa melupaka sesuatu, sehingga tuturan tersebut masuk dalam
tuturan terkejut. Dengan demikuan, fungsi komunikatif kandoushi“a”
「あ」dalam tuturan ekspresif (6.1) adalah untuk mengekspresikan
perasaan terkejut Nakahara.
Di bawah ini, contoh kandoushi dalam tuturan ekspresif menyesal dari
si penutur.
7) Situasi : Detektif Mouri dan Ran yang berada di dalam kereta
sedang dalam perjalanan menuju Kyoto, namun Ran terus
mengomentari kelakuan ayahnya semalam.
蘭 :「よくいうわよ!酔っぱらって玄関で寝てた
くせに」(7.1)
Ran :„Yoku iu way Yopparatte genkan
Selalu alasan PKL mabuk pintu masuk
de netetakuseni‟
Pada percakapan di atas terdapat kandoushi “fun” 「フン」di
awal tuturan (7.3). Kandoushi “fun” 「フン」dalam kamus Kenji
Matsura (2005: 183) memiliki arti “huh” dan menurut Namatame
(1996:198) digunakan sebagai suara yang dikeluarkan apabila
sedang mendalami suatu informasi. Seperti halnya kandoushi “fun”
「フン」pada tuturan (7.3) yang dituturkan oleh detektif Mouri
untuk mengekspresikan perasaan detektif Mouri yang terlalu
memikirkan ucapan Ran sehingga membuatnya kesal. Tuturan
„...omae ga ikitaitte segamu kara tsureteyaten no ni yo...!‟yang
berada di belakang kandoushi “fun” 「 フ ン 」mengekspresikan
tentang perasaan menyesal detektif Mouri karena telah mengajak
Ran ikut ke Kyoto. Dengan demikian, fungsi komunikatif kandoushi “fun” 「 フ ン 」 dalam tuturan ekspresif (7.3) adalah untuk
mengawali tuturan penyesalan detektif Mouri yang menyesal
mengajak Ran karena Ran menuduhnya mabuk dan tidur di garasi.
Di bawah ini, contoh kandoushi dalam tuturan ekspresif kesulitan si
penutur.
8) Situasi : Detektif Mouri (laki-laki, 38 tahun) dan Itakura (laki-laki,
37 tahun) pergi mencari seseorang di tengah badai salju di dalam
gunung.
毛利探偵 :「いかん!吹雪が強くなってきたぞ!!」
Mouri tantei :„Ikan! Fubuki ga tsuyokunatte kitazo!!‟ Gawat badai salju PO bertambah kencang Detektif Mouri : „Gawat! Badai saljunya semakin kencang!!‟
板倉 :「おい、どー済んだ?(8.2) このまま山ん中で Percakapan diatas menceritakan tentang detektif Mouri dan Itakura
yang mulai khawatir dengan badai salju yang semakin kencang saat
mereka sedang mencari seseorang. Pada tuturan (8.2) terdapat
kandoushi “oi”「おい」yang dituturkan oleh Itakura. Kandoushi“oi”
「おい」dalam kamus Kenji Matsura (2005:752) memiliki arti “hai”
dan “hei”. Menurut Namatame (1989:201), kandoushi “oi”「おい」
merupakan kandoushi panggilan dan masuk dalam golongan
kandoushi yang lebih banyak digunakan untuk memanggil teman atau
bawahan. Berdasarkan tuturan (8.3), kandoushi “oi”「おい」yang
detektif Mouri. Itakura menggunakan kandoushi “oi”「おい」karena
jarak umur Itakura dan detektif Mouri yang hampir sama. Pada tuturan
(8.3) juga terdapat tuturan „...dousun da?‟ yang menyatakan ekspresif
kesulitan Itakura karena badai salju yang semakin kencang dan akan
membuat mereka celaka sendiri. Dengan demikian, fungsi
komunikatif kandoushi “oi”「 お い 」pada tuturan (8.3) yang
dituturkan Itakura adalah untuk mengawali tuturan kesulitan.
Di bawah ini, contoh kandoushi dalam tuturan ekspresif keheranan dari
si penutur.
9) Situasi : Mika dan detektif Mouri yang berada di dalam vila merasa
heran karena tidak bisa menemukan Nigaki dimanapun.
毛利探偵 :「ええ、どこにもいない?」(9.1)
tempat yang biasa dikunjungi PO
futari de tewakeshite sagashitan
berdua PKL berpencar mencari
da kedo...‟
Mika : „Iya...padahal kami sudah berpencar ke tempat -tempat yang kira-kira di lewati Nigaki...‟
(Meitantei Conan Chi no Barentain, halaman 20)
Pada kutipan percakapan di atas,terdapat kandoushi “ee”「ええ」
dalamtuturan (9.1). Dalam Kenji Matsura (2005:604), kandoushi “ee”
「 え え 」memiliki arti “eh”, “ha”, “heh”, dan “hah”. Menurut
Namatame (1996:198) kandoushi “ee‟”「ええ」digunakan apabila
merasa terkejut saat mendengar perkataan orang lain. Terdapat tuturan
„...doko ni mo inai?‟ yang dituturkan oleh detektif Mouri dalam
tuturan (9.1). Berdasarkan tuturan tersebut, kandoushi “ee‟”「ええ」
dalam tuturan (9.1) mengekspresikan tentang perasaan heran detektif
Mouri setelah mengetahui informasi bahwa Nigaki tidak bisa
ditemukan di manapun, sehingga fungsi komunikatif kandoushi “ee‟”
「ええ」dalam tindak tutur ekspresif (9.1) adalah untuk mengawali
keheranan detektif Mouri.
Di bawah ini, contoh kandoushi dalam tuturan ekspresif keheranan.
10)Situasi : Itakura sedang berada di dalam tengah hutan dengan
beberapa anjing dan Sakami tiba-tiba muncul di sana.
酒見 :「警察は当分来れね―ぜ?」(10.1)
Sakami : „Keisatsu wa toubun
Polisi PT untuk saat ini
korene ze?‟
tidak bisa datang PKL
板倉 :「 オ ゥ 酒 見 さ ん ! よ く こ こ が わ か っ た
Sakami : „Ya... soalnya terdengar gonggongan anjing...‟ (Meitantei Conan Chi no Barentain, halaman 29)
Pada percakapan di atas terdapat kandoushi “ou”「おう」dalam
tuturan (10.2). Kandoushi “ou”「おう」dalam kamus Goro Taniguchi
(1999:442) memiliki arti “ah” dan “oh”. Menurut Namatame (1996:
197-198), menjelaskan bahwa kandoushi “ou”「 お う 」digunakan
ketika perjumpaan yang terjadi secara tiba-tiba dan merupakan
danseiyougo (男性用語) yaitu bahasa yang digunakan oleh laki-laki,
sedangkan pada kandoushi “ou”「おう」dalam tuturan (10.2) juga
digunakan ketika Itakura terkejut atas kedatangan Sakami secara
tiba-tiba. Terdapat tuturan „...yoku koko ga wakatta na...‟ yang dituturkan
oleh Itakura setelah tuturan kandoushi “ou”「おう」, tuturan tersebut
menjelaskan tentang rasa heran Itakura karena Sakami dapat
「 お う」dalam tuturan (10.1) mempunyai fungsi untuk mengawali
tuturan rasa heran dari Itakura.
Adapun kandoushi panggilan yang digunakan untuk mengawali tuturan
keheranan dalam kutipan percakapan berikut.
11)Situasi: Detektif Mouri menuduh manajer Yamagishi sebagai
pelakunya, namun Inspektur Megure (laki-laki, 38 tahun) merasa
bahwa Yoko‟lah pelakunya karena kasus tersebut terjadi di apartemen
Yoko.
inspektur Megure: „Hei, apa buktinya kalau Yoko bukan pelakunya?‟
毛利探偵 :「こ―んなにかれんなヨ―コさんが犯人わけ
Mouri tantei : „Konnani karen na Yoko san ga
Mana mungkin manis PKL Yoko HRM PS
hannin wake nai deshou?‟
pelaku alasan tidak KOP
Detektif Mouri : „Mana mungkinYoko yang manis ini pelakunya?‟ (Meitantei Conan Kara no Chousenjou, halaman 39)
Terdapat kandoushi “oioi”「 お い お い 」dalam tuturan (11.2)
yang berasal dari kandoushi “oi”「 お い 」. Dalam kamus Kenji
Matsura (2005:752), kandoushi “oi”「おい」memiliki arti “hai” dan
“hei”. Pada tuturan (11.2) kandoushi “oi”「 お い 」mengalami
pengulangan kata menjadi “oioi”「 お い お い 」yang mempunyai
fungsi untuk memanggil detektif Mouri. Terdapat juga tuturan „...Yoko
san ga hannin ja nai kokyou wa?‟ dalam tuturan (17.2) yang
mempunyai arti bahwa inspektur Megure merasa heran pada
pernyataan detektif Mouri, karena menurutnya Yoko‟lah yang
memiliki peluang besar sebagai si pelaku, sehingga kandoushi “oioi”
「 お い お い 」dalam tuturan (11.2) memiliki fungsi komunikatif
untuk mengawali tuturan ekspresif keheranan inspektur Megure.
Di bawah ini, contoh kandoushi dalam tuturan ekspresif kegembiraan
12)Situasi: Kazumi (perempuan, 27 tahun) masuk ke dalam ruangan
Sayuri (perempuan, 30 tahun) dan membawakan minuman untuknya.
かずみ :「あったか―いレモンティ―!!」(12.1)
Kazumi : „attakai remonti‟