• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM REALITY SHOW “JOHN PANTAU” DI TRANS TV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM REALITY SHOW “JOHN PANTAU” DI TRANS TV"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM REALITY SHOW

“JOHN PANTAU” DI TRANS TV

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan

guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh DEVI ANDRIYANI

C0205022

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM REALITY SHOW

“JOHN PANTAU” DI TRANS TV

Disusun oleh DEVI ANDRIYANI

C0205022

Telah disetujui oleh pembimbing

Pembimbing

Drs. Hanifullah Syukri, M. Hum. NIP 196806171999031002

Mengetahui

Ketua Jurusan Sastra Indonesia

(3)

iii

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM

REALITY SHOW

“JOHN PANTAU” DI TRANS TV

Disusun oleh DEVI ANDRIYANI

C0205022

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada tanggal

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Drs. Ahmad Taufiq, M. Ag. NIP 196206101989031001

………... Sekretaris Drs. F. X. Sawardi, M. Hum.

NIP 196105261990031003

………... Penguji I Drs. Hanifullah Syukri, M. Hum.

NIP 196806171999031002

………... Penguji II Miftah Nugroho, S.S, M. Hum.

NIP. 197707252005011002

………...

Dekan

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

(4)

PERNYATAAN

Nama : Devi Andriyani NIM : C0205022

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Tindak Tutur Ekspresif Dalam Reality Show “John Pantau” Di Trans TV adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, 5 Januari 2010 Yang membuat pernyataan,

(5)

v

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk kedua orang tuaku tercinta, kakak dan adikku,

(6)

MOTTO

“Mari berlari meraih mimpi Menggapai langit yang tinggi

Jalani hari dengan berani Tegaskan suara hati

Kuatkan diri dan janganlah kau ragu Takkan ada yang hentikan langkahmu”

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah s.w.t yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan lancar. Salawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad s.a.w, keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya.

Skripsi ini pun tidak mungkin dapat penulis selesaikan tanpa dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak. Penulis dengan kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya ini. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Drs. Sudarno, M. A., Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan kesempatan untuk menyusun skripsi.

2. Drs. Ahmad Taufiq, M. Ag., Ketua Jurusan Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan kepercayaan dan kemudahan selama penyusunan skripsi berlangsung.

3. Drs. Hanifullah Syukri, M. Hum., sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan perhatian secara penuh selama berlangsungnya penyusunan skripsi.

4. Drs. F. X. Sawardi, M. Hum., sebagai pembimbing akademik yang selalu memberikan semangat untuk segera menyelesaikan skripsi.

(8)

6. Orang-orang tercinta: ibunda, ayahanda, almarhumah Mbah Putri, Mbah Kakung, Mas Wawan, Mbak Uut, Dik Delta, dan Dik Lala, terima kasih atas semua curahan kasih sayang, motivasi, dan pengertiannya.

7. Kawan-kawan Sastra Indonesia angkatan ‘05 Universitas Sebelas Maret Surakarta: Nina, Lita, Epit, Dea, Mami, Ian, Said, Eko, Alif, Opix, Hendry, Erwin, Nisa, Andi, Ruri, Indah, Mila, Lina, Sinta, Maya, Ana, Changgih, Wiwit, A’am, Septi, Agus, Sigit, dan Wira, terima kasih atas kebersamaannya.

8. Mbak Hilda, Mbak Yayuk, dan Muryanto atas semua nasihat dan bantuannya.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam skripsi ini masih terdapat berbagai kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi penyempurnaan karya ini.

Surakarta, 5 Januari 2010

(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman Judul... ... i

Halaman Persetujuan Pembimbing ... ... ii

Halaman Pengesahan Penguji Skripsi... ... ... iii

Pernyataan ... ... iv

Persembahan ... ... v

Motto ... ... vi

Kata Pengantar ... ... vii

Daftar Isi ... ... ix

Daftar Tanda ... ... xiii

Daftar Tabel... xiv

Abstrak ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... ... 1

B. Pembatasan Masalah ... ... 5

C. Perumusan Masalah ... ... 5

D. Tujuan Penelitian ... ... 6

E. Manfaat Penelitian ... ... 6

F. Sistematika Penulisan ... ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ... 8

A. Tinjauan Pustaka... ... 8

B. Landasan Teori... 11

1. Definisi Pragmatik... 11

(10)

3. Tindak Tutur... 17

4. Tindak Tutur Ekspresif... 25

5. Reality Show ... 26

C. Kerangka Pikir ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Jenis Penelitian ... 29

B. Sumber Data dan Data ... ... 30

C. Teknik Pengumpulan Data ... ... 31

D. Teknik Analisis Data... . ... 31

E. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data... 32

F. Teknik Penarikan Simpulan... 33

BAB IV ANALISIS DATA ... ... 34

A. Tindak Tutur Ekspresif dan Penyebab Terjadinya Tindak Tutur Ekspresif dalam RSJP... 34

1. Berterima Kasih... 35

2. Memuji ... 39

3. Menolak... 42

4. Menyalahkan... 45

5. Mencurigai... 49

6. Menuduh... 53

7. Menyindir... 57

8. Mengkritik... 61

(11)

xi

10.Mengejek... 68

11.Menyayangkan... 71

12.Mengungkapkan Rasa Heran... 72

13.Mengungkapkan Rasa Kaget atau Terkejut... 76

14.Mengungkapkan Rasa Jengkel atau Sebal... 79

15.Mengungkapkan Rasa Marah... 83

16. Mengungkapkan Rasa Bangga... 86

17.Mengungkapkan Rasa Malu... 87

18.Mengungkapkan Rasa Takut... 88

19.Mengungkapkan Rasa Simpati... 89

20.Mengungkapkan Rasa Kecewa... 90

B. Efek Perlokusi yang Ditimbulkan oleh Tindak Tutur Ekspresif dalam RSJP... 91

1. Efek Perlokusi Menyenangkan Mitra Tutur... 92

2. Efek Perlokusi Melegakan... 94

3. Efek Perlokusi Membujuk... 95

4. Efek Perlokusi Menjengkelkan Mitra Tutur... 95

5. Efek Perlokusi Mendorong... 97

6. Efek Perlokusi Membuat Mitra Tutur Tahu Bahwa…... 97

7. Membuat Mitra Tutur Berpikir Tentang…... ... 99

8. Efek Perlokusi Membuat Mitra Tutur Melakukan Sesuatu... 100

9. Efek Perlokusi Mempermalukan Mitra Tutur………. 102

BAB V PENUTUP... 114

(12)

xii

(13)

xiii

DAFTAR TANDA

I : Untuk episode tayangan tanggal 15 Maret 2009 II : Untuk episode tayangan tanggal 22 Maret 2009 III : Untuk episode tayangan tanggal 29 Maret 2009 IV : Untuk episode tayangan tanggal 12 April 2009 V : Untuk episode tayangan tanggal 19 April 2009 VI : Untuk episode tayangan tanggal 10 Mei 2009

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tindak Tutur Ekspresif dan penyebab dari tindak tutur ekspresif dalam RSJP... 103 Tabel 2 Efek Perlokusi yang ditimbulkan oleh tindak tutur ekspresif dalam

(15)

xv

ABSTRAK

Devi Andriyani. C0205022. 2009. Tindak Tutur Ekspresif dalam Reality Show “John Pantau”. Skripsi: Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini mengkaji tentang tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam reality show “John Pantau”. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1) tindak tutur ekspresif apa saja yang terdapat dalam reality show “John Pantau” dan apa penyebab tindak tutur ekspresif tersebut? (2) efek perlokusi apa saja yang ditimbulkan oleh tindak tutur ekspresif dalam reality show “John Pantau”?

Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Teknik pengumpulan data berupa teknik rekam dan teknik catat. Data penelitian adalah tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif dalam reality show “John Pantau”. Sumber data penelitian ini terdiri atas enam hari episode penayangan. Teknik analisis data yang dipakai adalah teknik analisis padan dan teknik analisis kontekstual. Teknik penarikan simpulan dalam penelitian ini menggunakan teknik induktif.

(16)

terjadi karena penutur merasa iba atau kasihan terhadap mitra tutur, (12) tindak tutur ‘mengungkapkan rasa heran’ yang terjadi karena rasa keheranan penutur terhadap sikap atau tuturan mitra tutur, (13) tindak tutur ‘mengungkapkan rasa kaget atau terkejut’ yang diterjadi karena rasa kaget yang dirasakan oleh penutur terhadap sikap atau tuturan mitra tutur, (14) tindak tutur ‘mengungkapkan rasa jengkel atau sebal’ yang terjadi karena penutur merasa kesal terhadap apa yang dilakukan oleh mitra tutur, (15) tindak tutur ‘mengungkapkan rasa marah’ yang terjadi karena perasaan sangat tidak senang mitra tutur terhadap sikap penutur, dan karena rasa takut yang dirasakan penutur terhadap apa yang sedang dilakukan mitra tutur, (16) tindak tutur ‘mengungkapkan rasa bangga’ yang terjadi karena penutur merasa mempunyai keunggulan dibandingkan orang lain, (17) tindak tutur ‘mengungkapkan rasa malu’ yang terjadi karena penutur merasa sangat tidak enak hati terhadap mitra tutur, (18) tindak tutur ‘mengungkapkan rasa takut’ yang terjadi karena perasaan takut penutur terhadap sesuatu, (19) tindak tutur ‘mengungkapkan rasa simpati’ yang terjadi karena rasa keikutsertaan penutur merasakan perasaan sedih yang sedang dirasakan oleh mitra tutur, (20) tindak tutur ‘mengungkapkan rasa kecewa’ yang terjadi karena rasa kecil hati penutur terhadap apa yang dilakukan oleh mitra tutur.

Dalam RSJP terdapat 23 tuturan yang mengandung efek perlokusi. Dari 23 tuturan tersebut terbagai menjadi 9 efek perlokusi, yaitu: (1) efek perlokusi menyenangkan mitra tutur, (2) efek perlokusi melegakan, (3) efek perlokusi membujuk, (4) efek perlokusi menjengkelkan mitra tutur, (5) efek perlokusi mendorong, (6) efek perlokusi membuat mitra tutur tahu bahwa…, (7) efek perlokusi membuat mitra tutur berpikir tentang…, (8) efek perlokusi membuat mitra tutur melakukan sesuatu, dan (9) efek perlokusi mempermalukan mitra tutur.

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

(17)

xvii

menyampaikan pesan, berita, dan amanat pada media komunikasi, seperti media cetak dan media elektronik.

Semakin pentingnya komunikasi, mendorong manusia untuk menciptakan media-media baru. Media-media baru yang diciptakan oleh manusia dapat mempermudah proses komunikasi. Wujud kemudahan dalam berkomunikasi misalnya dalam bentuk media cetak dan elektronik. Yang termasuk media cetak misalnya surat kabar, majalah, tabloid, dan buku, sedangkan media elektronik misalnya radio, televisi dan internet. Media cetak dan media elektronik merupakan sarana komunikasi yang tidak langsung antara penutur dan mitra tutur.

Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bersifat informatif, hiburan, maupun pendidikan, bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. Dari berbagai media di tanah air saat ini, televisi merupakan media yang paling diminati oleh publik dan paling memberikan pengaruh besar pada masyarakat (Iswandi Syahputra, 2006:70). Hal ini karena televisi mempunyai tiga kekuatan media sekaligus. Dua kekuatan yang pertama adalah televisi mampu menampilkan gambar hidup bergerak dan suara untuk mendalami kekuatan gambar. Kekuatan lainnya adalah penggunaan frekuensi milik publik.

(18)

pemirsa televisi negeri ini dengan program buatan sendiri yang menarik dan inovatif. Dengan motto “Milik Kita Bersama” Trans TV terus melakukan inovasi dalam program acaranya. Salah satu program acara hasil inovasi Trans TV adalah program reality show John Pantau (untuk selanjutnya peneliti singkat menjadi RSJP).

John Pantau adalah salah satu program acara yang mengisahkan petualangan

seorang reporter bernama John. John Pantau merekam penyimpangan dan pelanggaran masyarakat yang dibiarkan karena terlampau sering terjadi. Program ini menayangkan rekaman hasil wawancara reporter acara tersebut dengan pelaku penyimpangan, dan tanggapan pihak berwenang. Keseluruhan program disajikan dengan gaya santai, menghibur dan sedikit konyol, tanpa berusaha menghakimi pihak yang terlibat. John Pantau merupakan salah satu program yang menarik di hati para pemirsa televisi. Hal ini terlihat dari ratingnya yang mencapai 1, 8 poin. John Pantau sebelumnya merupakan salah satu segmen di acara Jelang Sore, karena

besarnya animo pemirsa maka John Pantau dijadikan program tersendiri (www.republika. co.id).

Selain John Pantau, acara sejenis juga ditayangkan di Metro TV lewat acara Snapshot dan TV One yang menayangkan Mata Kamera. Tayangan John Pantau

memiliki beberapa keistimewaan dibandingkan dengan tayangan Snapshot dan Mata Kamera. John Pantau selalu hadir dengan pantauan yang menangkap basah pelaku

(19)

xix

mengemas acaranya dengan format humor, sehingga yang diwawancarai tidak tersinggung (www.wikimu.com).

Dalam RSJP terdapat percakapan-percakapan yang merupakan sebuah bentuk komunikasi antara reporter acara tersebut, yaitu John, dengan masyarakat yang melakukan penyimpangan sesuai dengan tema-tema pantauan setiap episodenya, tanpa menggunakan skenario. Tayangan yang berlangsung tanpa skenario ini menghasilkan percakapan-percakapan yang spontan, sehingga tuturan-tuturannya alami. Tuturan-tuturan yang alami tersebut memuat unsur-unsur pragmatik seperti tindak tutur, prinsip kesopanan, prinsip kerja sama, implikatur, dan efek perlokusi.

Bahasa yang digunakan oleh para penutur dalam RSJP merupakan bahasa yang alami. Dikatakan alami karena reporter acara RSJP mewawancarai masyarakat yang tertangkap basah melakukan pelanggaran, sehingga masyarakat yang melakukan pelanggaran menuturkan tuturan yang spontan. Dalam tuturan-tuturan yang spontan tersebut terdapat banyak tuturan yang berupa ungkapan perasaan para penuturnya, atau yang disebut dengan tindak tutur ekspresif. Tindak tutur ekspresif (expressives utterances) adalah tindak tutur yang mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi (Cruse, 2000:342).

Tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam RSJP dituturkan oleh penuturnya untuk mengungkapkan perasaan yang sedang dialami. Tuturan-tuturan ekspresif yang mengungkapkan perasaan yang sedang dialami oleh penutur dalam John Pantau dapat digambarkan pada contoh berikut.

John : “Ini lagi ngapain, Mas?” Tukang ojek (2) : “Lagi…”

John : “Maaf ganggu sebentar ya…”

(20)

Tuturan “Maaf ganggu sebentar ya…” tersebut merupakan ungkapan perasaan John. Tuturan tersebut dituturkan John karena merasa telah mengganggu tukang ojek yang sedang merokok di area SPBU. Tuturan yang dituturkan oleh John tersebut termasuk dalam tindak tutur ekspresif ‘meminta maaf’. Pada saat itu John menangkap basah tukang ojek yang sedang merokok di area SPBU.

Merujuk pada contoh tuturan di atas, dapat dinyatakan bahwa suatu tuturan dapat berisi ungkapan perasaan para penuturnya. Tuturan-tuturan yang mengandung ungkapan perasaan penuturnya banyak ditemukan dalam percakapan antara reporter acara RSJP dengan masyarakat pelaku penyimpangan, serta pihak berwenang. Oleh karena itu, maka John Pantau sarat dengan tindak tutur ekspresif. Fenomena kebahasaan inilah yang mendorong penulis untuk menjadikan RSJP sebagai objek penelitian ilmu pragmatik, khususnya tentang tindak tutur ekspresif.

Dari uraian latar belakang masalah di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian terhadap reality show yang dilakukan dalam penelitian ini terkait dengan penggunaan bahasa sebagai media berinteraksi para penutur dalam John Pantau yang tertuang dalam percakapan atau dialognya. Penelitian ini membahas permasalahan dengan menggunakan teori pragmatik sebagai landasan teori berdasarkan alasan bahwa ilmu pragmatik mempelajari struktur bahasa secara eksternal, artinya, bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi dipelajari dalam ilmu pragmatik (I Dewa Putu Wijana, 1996:1). Hal ini yang menjadikan ilmu pragmatik tepat apabila digunakan untuk menjawab permasalahan yang dipertanyakan dalam penelitian ini.

(21)

xxi

Pembatasan masalah dimaksudkan agar penelitian lebih terarah dan mempermudah peneliti dalam menentukan data yang diperlukan. Penelitian ini penulis fokuskan pada masalah pemakaian bahasa yang digunakan dalam percakapan RSJP yang ditayangkan di Trans TV. Permasalahan pemakaian bahasa tersebut ditinjau dengan ilmu pragmatik. Aspek pragmatik yang penulis bahas dalam penelitian ini terbatas pada masalah tindak tutur ekspresif.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Tindak tutur ekspresif apa saja yang terdapat dalam RSJP dan apa penyebab

terjadinya tindak tutur ekspresif tersebut?

2. Efek perlokusi apa saja yang ditimbulkan oleh tindak tutur ekspresif dalam RSJP?

D. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian yang baik, harus mempunyai tujuan penelitian yang jelas. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam RSJP dan penyebab terjadinya tindak tutur ekspresif tersebut.

2. Mendeskripsikan efek perlokusi yang ditimbulkan oleh tindak tutur ekspresif dalam RSJP.

(22)

Hasil kajian dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis maupun praktis.

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis merupakan manfaat yang berkenaan dengan pengembangan ilmu dan dalam hal ini ilmu kebahasaan atau linguistik. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan khazanah pengetahuan mengenai studi tentang tindak tutur, khususnya tindak tutur ekspresif dalam pragmatik dan efek perlokusi yang ditimbulkan oleh tindak tutur ekspresif tersebut. Selain itu, dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan model analisis percakapan atau dialog atas salah satu bentuk wacana yang terdapat dalam media jurnalistik audio visual khususnya pada program reality show.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemahaman terhadap percakapan atau dialog reality show, terutama dalam memahami tindak tutur ekspresif dan efek perlokusi yang ditimbulkan oleh tindak tutur ekspresif dalam RSJP. Selain itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau referensi untuk penelitian sejenis selanjutnya.

F. Sistematika Penulisan

(23)

xxiii

Bab pertama berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab kedua berisi teori–teori yang secara langsung berhubungan dengan masalah yang hendak diteliti dan dikaji sebagai landasan atau acuan dalam sebuah penelitian. Selain itu, juga berisi gambaran secara jelas kerangka pikir yang digunakan untuk mengkaji dan memahami masalah yang diteliti.

Bab ketiga berisi metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, teknik penyajian hasil analisis data dan teknik penarikan simpulan.

Bab keempat berisi analisis data. Dari analisis data ini akan didapatkan hasil penelitian yang akan menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam bab pertama.

Bab kelima merupakan simpulan. Berisi simpulan dari hasil penelitian dan dilanjutkan dengan saran dari penulis yang berhubungan dengan proses penelitian yang telah diselesaikan.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

(24)

situasi tutur, dan reality show. Dalam kerangka pikir dijelaskan rumusan kerangka pikir penelitian.

A.

Tinjauan Pustaka

Beberapa penelitian tentang tindak tutur sudah pernah dilakukan dengan menggunakan sumber data tertulis. Penelitian tentang tindak tutur yang bersumber data dari media komunikasi audio visual atau televisi, terutama yang bersumber dari reality show, masih sedikit dilakukan. Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti

sebelumnya yang relevan dengan penelitian yang dilakukan dalam upaya menyusun skripsi ini dan berkaitan dengan masalah yang diteliti adalah sebagai berikut.

Agus Rinto Basuki (2002) dalam tesisnya “Tindak Tutur Ilokusif dalam Seni Pertunjukkan Ketoprak”, mendeskripsikan analisisnya sebagai berikut. (1) menguraikan jenis-jenis tindak tutur dan membagi ke dalam lima kategori seperti yang dilakukan oleh Searle. Kelima kategori tersebut adalah asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif. Masing-masing kategori tersebut memiliki sub

bagian dengan jumlah total delapan puluh satu macam tindak tutur. (2) Adanya penanda lingual ke dalam dua kelompok, yaitu berdasarkan bentuk yang terdiri dari kata, frasa, dan klausa, selanjutnya berdasarkan sifat yang terdiri dari semu dan nyata. (3) Faktor-faktor yang melatari terjadinya tindak tutur, antara lain penutur, isi tuturan, tujuan tuturan, status sosial, jarak sosial, intonasi, dan implikatur.

(25)

xxv

suka sebanyak 27 tuturan; (2) mengungkapkan rasa suka senang, puas, atau lega sebanyak 17 tuturan; (3) berterima kasih sebanyak 9 tuturan; (4) mengungkapkan rasa kagum, heran, atau takjub sebanyak 10 tuturan; (5) mengungkapkan rasa kaget, atau terkejut sebanyak 10 tuturan; (6) memuji sebanyak 9 tuturan; (7) mengungkapkan rasa jengkel atau sebal sebanyak 4 tuturan; (8) mengungkapkan rasa marah sebanyak 8 tuturan; (9) meminta maaf sebanyak 15 tuturan; (10) memaafkan sebanyak 3 tuturan; (11) bersimpati; (12) mengungkapkan rasa malu; (13) mengungkapkan rasa putus asa; (14) menyalahkan; (15) mengungkapkan rasa bangga masing-masing sebanyak satu tuturan. Dari ke-117 tuturan tersebut, 53 tuturan (45%) terjemahannya sudah sepadan, 47 tuturan (40%) tidak sepadan, tetapi 29 tuturan (25%) di antaranya tetap berterima terjemahannya karena didukung aspek visual film. Sementara itu terdapat juga 17 tuturan (15%) tidak diterjemahkan yang mengakibatkan ketakberterimaan karena tidak didukung aspek visual film.

(26)

penyampaiannya, akan tetapi para penutur (laki-laki dan perempuan) mempunyai tujuan yang sama, yakni mendapatkan cintanya (http://www.adln.lib.unair.ac.id).

Siti Munawaroh (2008) dalam skripsinya “Dialog Film Berbagi Suami Karya Nia Dinata: Sebuah Tinjauan Pragmatik”, mendeskripsikan hasil kajiannya sebagai berikut: (1) pelanggaran maksim prinsip kerja sama dalam dialog film Berbagi Suami karya Nia Dinata berupa pelanggaran maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim cara; (2) pelanggaran maksim prinsip kesopanan berupa pelanggaran maksim kearifan dan maksim kedermawanan, maksim pujian dan maksim kerendahan hati, serta maksim kesepakatan dan maksim simpati; (3) terdapat tuturan-tuturan yang memaksa, memerintah, mengkritik, mengeluh, menawarkan, marah, menyombongkan diri, mengejek, menyatakan pendapat, dan menasehati. Tuturan berimplikatur dalam dialog Berbagi Suami karya Nia Dinata ini dinyatakan dalam bentuk kalimat perintah, tanya maupun jawaban yang berupa kalimat representatif (asertif), direktif (impositif), komisif dan ekspresif (evaluatif); (4) berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, efek perlokusi yang terdapat dalam dialog film Berbagi Suami terbagi menjadi sebelas verba penentu, yakni membuat mitra tutur melakukan sesuatu, menyenangkan, membuat mitra tutur tahu bahwa, membujuk, mengalihkan perhatian, membuat mitra berpikir tentang, melegakan, menjengkelkan, menakuti mitra tutur dan menarik perhatian.

(27)

xxvii

reality show memang pernah dilakukan, namun tidak sama dengan penelitian ini.

Dalam penelitian tindak tutur ekspresif yang dilakukan oleh Adventina Putranti objek kajiannya bukan acara reality show, sedangkan penelitian tentang reality show terdahulu yang dilakukan oleh Wimy Winatama lebih memfokuskan pada masalah sosiopragmatik. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis memfokuskan penelitian pada tindak tutur ilokusif ekspresif yang terdapat dalam reality show.

B.

Landasan Teori

1. Definisi Pragmatik

Pragmatik pada tahun 1938 terus berkembang, yakni ditandai dengan semakin banyaknya teori-teori yang dikeluarkan oleh para ahli. Para ahli seperti Austin, Searle dan Grice menghasilkan teori-teori baru tentang ilmu pragmatik. Austin dan Searle mengemukakan teori-teori tentang tindak tutur (speech act), sedangkan Grice tentang prinsip kerja sama (cooperative principles) dan implikatur percakapan (conversational implicature) (dalam Rustono, 1999:1).

(28)

saling melengkapi. Karya Leech yang paling menonjol di bidang pragmatik adalah teori prinsip kesantunan (politeness principles).

Thomas (1995) dalam bukunya yang berjudul Meaning in Interaction: an Introduction to Pragmatics juga memberikan batasan dalam ilmu pragmatik.

Menurut Thomas (1995:22), pragmatik adalah bidang ilmu yang mengkaji makna dalam interaksi atau meaning in interaction. Pengertian tersebut dengan mengandaikan bahwa pemaknaan merupakan proses dinamis yang melibatkan negosiasi antara pembicara dan pendengar serta antara konteks ujaran (fisik, sosial, dan linguistik) dan makna potensial yang mungkin dari sebuah ujaran.

Thomas (1995:2) membagi pragmatik menjadi dua bagian, yaitu menggunakan sudut pandang sosial dan menggunakan sudut pandang kognitif. Dengan menggunakan sudut pandang sosial, berarti menghubungkan pragmatik dengan makna pembicara atau speaker meaning. Pragmatik yang menggunakan sudut pandang kognitif, berarti menghubungkan pragmatik dengan interpretasi ujaran atau utterance interpretation. Pendekatan kognitif sering digunakan oleh para ahli pragmatik, lebih terfokus pada pendengar karena berkaitan dengan menginterpretasikan sebuah tuturan.

Yule dalam bukunya yang berjudul Pragmatics (edisi terjemahan oleh Indah Fajar Wahyuni dan Rombe Mustajab ) menyebutkan beberapa batasan ilmu pragmatik. Menurutnya (2006:3-4) ilmu pragmatik mempunyai empat batasan. Keempat batasan itu, yakni:

(29)

xxix

3. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan.

4. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang ungkapan jarak hubungan. Di dalam pragmatik makna diberi definisi dalam hubungannya dengan penutur atau pemakai bahasa. I Dewa Putu Wijana (1996:1) mengemukakan bahwa “pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi”. Pragmatik menelaah makna-makna satuan lingual yang terikat dengan konteks.

Menurut Asim Gunarwan (dalam PELLBA 7, 1994:83-84), pragmatik adalah bidang linguistik yang mempelajari maksud ujaran, bukan makna kalimat yang diujarkan. Pragmatik mempelajari maksud ujaran atau daya (force) ujaran. Pragmatik juga mempelajari fungsi ujaran, yakni untuk apa suatu ujaran itu dibuat atau diujarkan.

Pragmatik mengungkap maksud suatu tuturan di dalam peristiwa komunikasi. Maksud tuturan, terutama yang implikatif, hanya dapat dikenali melalui penggunaan bahasa secara konkret dengan mempertimbangkan situasi tutur (Rustono, 1999:17).

Pragmatik semakin berkembang dengan banyaknya teori-teori yang dikeluarkan oleh para ahli bahasa. Tahun 1962, seorang ahli bahasa yang bernama J.L. Austin menelusuri hakikat tindak tutur. Melalui karyanya yang berjudul How To Do Things With Words, Austin mengungkapkan terminologi-terminologi dalam

(30)

ilokusi, Austin mengklasifikasikannya menjadi lima macam tindak tutur yaitu verdictives, exercitives, commissives, behabitives, dan expositives (1962:150-163).

Searle, salah seorang murid Austin, meneruskan pemikiran-pemikiran Austin tentang tindak tutur. Menurut Searle, dalam praktik penggunaan bahasa terdapat setidaknya tiga macam tindak tutur, yaitu tindak lokusioner (locutionary acts), ilokusioner (illocutionary acts), dan tindak perlokusi (perlocutionary acts)

(1974:23-24). Selanjutnya, Searle membagi tindak ilokusioner menjadi lima macam tindak tutur. Kelima macam tindak tutur itu yaitu, tindak tutur asertif (assertives), tindak tutur direktif (directives), tindak tutur ekspresif (expressives), tindak tutur komisif (commissives), dan tindak tutur deklarasi (declarations) (dalam Cruse, 2000:342-343).

Karya lain selain teori tindak tutur adalah teori prinsip kerja sama dan implikatur percakapan yang dikemukakan oleh Grice. Dalam artikelnya yang berjudul “Logic and Conversation”, yang dimuat dalam bunga rampai Syntax and Semantics: Speech Acts suntingan Cole dan Morgan, Grice mengemukakan buah

pikirannya tentang prinsip kerja sama dan implikatur percakapan (dalam Rustono, 1999:5). Prinsip kerja sama Grice itu seluruhnya meliputi empat maksim, yaitu maksim kuantitas (quantity maxim), maksim kualitas (quality maxim, maksim relasi (relation maxim), dan maksim cara (manner maxim) (dalam Kunjana Rahardi, 2005:52).

(31)

xxxi

Strategi tersebut mencakup lima macam, yaitu: (1) melakukan tindak tutur secara apa adanya, tanpa berbasa-basi, dengan mematuhi prinsip kerja sama Grice; (2) melakukan tuturan dengan menggunakan kesantunan positif; (3) melakukan tuturan dengan menggunakan kesantunan negatif; (4) melakukan tindak tutur secara off record; (5) tidak melakukan tindak tutur atau diam saja.

Berbeda dengan teori kesantunan Brown dan Levinson, Leech dalam bukunya yang berjudul Principles of Pragmatics (edisi terjemahan oleh M. D. D. Oka) menyebutkan prinsip kesantunan (politeness principle) yang terdiri atas enam maksim (1993:206-207). Keenam maksim itu yaitu, maksim kearifan (tact maxim), maksim kedermawanan (generosity maxim), maksim pujian (approbation maxim), maksim kerendahan hati (modesty maxim), maksim kesepakatan (agreement maxim), dan maksim simpati (symphaty maxim). Teori kesantunan Brown dan Levinson dan prinsip kesantunan Leech merupakan reaksi atas prinsip kerja sama Grice.

2. Situasi Tutur

Situasi tutur adalah situasi yang melahirkan tuturan (Rustono, 1999:25). Situasi tutur merupakan sebab, sedangkan tuturan merupakan akibatnya. Leech (edisi terjemahan oleh M. D. D. Oka, 1993:19-20) membagi aspek-aspek situasi ujar menjadi lima macam yaitu:

a. Penutur dan Mitra tutur

(32)

adalah usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakraban, dan lain

sebagainya. b. Konteks Sebuah Tuturan

Konteks merupakan suatu pengetahuan latar belakang bersama yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur dan yang membantu mitra tutur menafsirkan makna tuturan. Konteks tuturan penelitian linguistik adalah konteks dalam semua aspek fisik atau setting sosial yang relevan dari tuturan bersangkutan. Konteks yang bersifat fisik lazim disebut koteks (cotext), sedangkan konteks setting sosial disebut dengan konteks. Di dalam pragmatik, konteks itu berarti semua latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan mitra tuturnya.

c. Tujuan Sebuah Tuturan

Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan tertentu. Tujuan tuturan adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh penutur dengan melakukan tindakan bertutur. Di dalam peristiwa tutur, macam tuturan dapat diekspresikan untuk menyatakan suatu tujuan, dan bermacam- bermacam-macam tujuan dapat dinyatakan dengan tuturan yang sama.

d. Tuturan Sebagai Bentuk Tindakan atau Kegiatan (Tindak Ujar)

Tindak tutur merupakan suatu aktivitas. Menuturkan sebuah tuturan dapat dilihat sebagai melakukan tindakan (act). Tindak tutur sebagai suatu tindakan itu sama dengan tindakan mencubit dan menendang. Hanya saja, bagian tubuh yang berperan yang berbeda. Pada tindakan bertutur bagian tubuh yang berperan adalah alat ucap.

(33)

xxxiii

Pragmatik berhubungan dengan tindak verbal (verbal act) yang terjadi dalam situasi tertentu. Tuturan tercipta melalui tindakan verbal, maka tuturan itu merupakan hasil tindak verbal. Tindakan verbal adalah tindakan mengekspresikan kata-kata atau bahasa.

3. Tindak Tutur

Di dalam pragmatik, tuturan merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur sehingga aktivitasnya disebut tindak tutur. Istilah tindak tutur atau speech act sendiri mulai diperkenalkan oleh seorang filosof Inggris J. L. Austin pada pidato kuliahnya yang dikumpulkan dalam sebuah buku berjudul How to do things with words (1962). Melalui buku itu, Austin mengemukakan pandangan

bahwa bahasa tidak hanya berfungsi untuk mengatakan sesuatu, bahasa juga dapat digunakan untuk melakukan sesuatu. Pandangan Austin ini bertentangan dengan para filosof sebelumnya, yang mengatakan bahwa berbahasa hanyalah aktivitas mengatakan sesuatu.

Berkaitan dengan teori tindak tutur Austin (1962) mengemukakan dua terminologi, yaitu tuturan konstantif (constative) dan tuturan performatif (performative). Tuturan konstatif adalah tuturan yang pengutaraannya hanya dipergunakan untuk menyatakan sesuatu (1962:4-6). Tuturan performatif adalah tuturan pengutaraannya dipergunakan untuk melakukan sesuatu (1962:4-11).

(34)

Menurut Searle (1979:16) tindak tutur adalah penghasilan kalimat dalam kondisi-kondisi tertentu. Searle juga mengatakan bahwa tindak tutur adalah dasar atau minimal unit komunikasi ilmu bahasa.

Menurut Searle, inti dari tindak tutur adalah tindak ilokusi. Menurutnya, dalam tindak ilokusi, penutur dalam mengatakan sesuatu juga melakukan sesuatu. Sehubungan dengan itu, Searle menggolongkan tindak tutur ilokusi ke dalam lima bentuk tuturan yang masing-masing memiliki fungsi komunikatif. Kelima jenis tindak tutur tersebut yaitu tindak tutur asertif, tindak tutur direktif, tindak tutur komisif, tindak tutur ekspresif dan tindak tutur deklaratif (dalam Cruse, 2000:342-343).

Dalam berkomunikasi setiap penutur akan melakukan kegiatan yang mengujarkan tuturan. Kegiatan yang mengujarkan tuturan tersebut dinamakan tindak tutur (Rustono, 1999:31). Tindak tutur adalah gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Setiap tindak tutur yang diucapkan oleh seorang penutur mempunyai makna tertentu.

Austin (1962:94-109) membedakan tindak tutur menjadi tiga macam, yaitu:, 1) Tindak lokusi (locutionary act): tindak tutur yang hanya berfungsi untuk

menyatakan sesuatu atau the act of saying something (1962:94).

2) Tindak ilokusi (illocutionary act): tindak tutur yang digunakan untuk melakukan sesuatu atau disebut the act of to do something, misalnya melaporkan, mengumumkan, bertanya, menyarankan, berterimakasih

(35)

xxxv

3) Tindak perlokusi (perlocutionary act): tindak tutur yang menghasilkan efek (pengaruh) kepada mitra tutur atau the act of affecting someone. Tindak perlokusi adalah efek yang dihasilkan dengan mengujarkan sesuatu (1962:101).

Austin (1962:150-163) membagi tindak tutur ilokusi menjadi lima kategori, yaitu:

1) Verdiktif (verdictives utterances): dilambangkan dengan memberi keputusan, misalnya keputusan hakim, juri, dan penengah atau wasit, perkiraan, dan penilaian. Verba tindak tutur verdiktif antara lain, menilai, menandai, memperhitungkan, menempatkan, menguraikan, menganalisis.

2) Eksersitif (exercitives utterances): tindak tutur yang menyatakan perjanjian, nasihat, peringatan, dan sebagainya. Verba yang menandai antara lain, mewariskan, membujuk, menyatakan, membatalkan perintah (lampau),

memperingatkan, menurunkan pangkat

3) Komisif (commissives utterances): dilambangkan dengan harapan atau dengan kata lain perjanjian; menjanjikan untuk melakukan sesuatu, tapi juga termasuk pengumuman atau pemberitahuan, yang bukan janji. Verba yang menandai antara lain, berjanji, mengambil-alih atau tanggungjawab, mengajukan, menjamin, bersumpah, menyetujui.

(36)

5) Ekspositif (expositives utterances): tindak tutur yang memberi penjelasan, keterangan, atau perincian kepada seseorang, misalnya menyangkal, menguraikan, menyebutkan, menginformasikan, mengabarkan, bersaksi.

Searle (dalam Cruse, 2000:342-343) menggolongkan tindak tutur ilokusi menjadi lima jenis tindak tutur. Kelima jenis tindak tutur tersebut yaitu:

1) Asertif (assertive utterances): mengikat penuturnya akan kebenaran atas proposisi yang diungkapkannya, misalnya menyatakan, menganjurkan,

membual, mengeluh, mengemukakan pendapat, melaporkan (Cruse,

2000:342).

2) Direktif (directives utterances): bertujuan untuk menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur, misalnya memesan,

memerintah, memohon, menuntut, memberi nasehat, memperingatkan (Cruse,

2000:342).

3) Komisif (commissives utterances): mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturannya, misalnya berjanji, mengancam, berkaul dan menawarkan (Cruse, 2000:342).

4) Ekspresif (expressives utterances): tindak tutur yang mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat,

mengucapkan belasungkawa, memberi maaf, mengecam, memuji, dan

mengampuni (Cruse, 2000:342)

(37)

xxxvii

membaptis, mencerai (talak), memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman

(Cruse, 2000:342).

Ahli lain, Leech (dalam terjemahan M. D. D. Oka, 1993:327-329) mengklasifikasikan tindak tutur menjadi lima macam, yaitu:

1) Asertif: merupakan tindak tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang dituturkan, misalnya menceritakan, melaporkan, mengemukakan, menyatakan, mengumumkan, mendesak.

2) Direktif: bentuk tindak tutur yang dimaksudkan oleh penutur untuk membuat pengaruh agar mitra tutur melakukan sesuatu tindakan, misalnya memohon, meminta, memberi perintah, menuntut, melarang.

3) Komisif: tindak tutur yang menyatakan janji atau penawaran, misalnya menawarkan, menawarkan diri, menjanjikan, berkaul, bersumpah.

4) Ekspresif: tindak tutur yang berfungsi untuk menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang sedang dialami oleh mitra tutur, misalnya mengucapkan selamat, mengucapkan terima kasih, merasa ikut bersimpati,

meminta maaf.

5) Deklaratif: tindak tutur yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataannya, misalnya memecat, membabptis, menikahkan, mengangkat, menghukum, memutuskan

6) Rogatif: tindak tutur yang dinyatakan oleh penutur untuk menanyakan jika bermotif langsung atau mempertanyakan jika bermotif ragu-ragu, misalnya menanyakan, mempertanyakan, dan menyangsikan.

(38)

1) Asertif (Assertif Utterances): penutur menggunakan bahasa untuk menceritakan apa yang mereka ketahui dan percayai, misalnya mengatakan, mengumumkan, menjelaskan, menunjukkan, menyebutkan, melaporkan

(Kreidler, 1998:183).

2) Performatif (Performative Utterances): tindak tutur yang membuat atau menyebabkan resminya apa yang diucapkan, misalnya mengumumkan, membabtis, menyebut, mencalonkan, menamakan, menjatuhkan hukuman

(Kreidler, 1998:185).

3) Verdiktif (Verdictive Utterances): penutur membuat penilaian terhadap tindakan orang lain, biasanya mitra tutur, misalnya menuduh, bertanggung jawab, berterima kasih (Kreidler, 1998:187).

4) Ekspresif (Exspressive Utterances): tindak tutur ekspresif terjadi karena tindakan penutur, kegagalan penutur serta akibat yang ditimbulkan kegagalan itu, misalnya mengakui, bersimpati, memaafkan, dan sebagainya. 5) Direktif (Directive Utterances ): penutur meminta mitra tutur untuk

melakukan perbuatan atau tidak melakukan perbuatan. Tindak tutur direktif terbagi menjadi tiga macam, yaitu perintah (commands), permohonan (request), dan anjuran (suggestions).

6) Komisif (Commissive Utterances): tindak tutur yang mengikat seorang penutur untuk melakukan suatu tindakan, misalnya menyetujui, bertanya, menawarkan, menolak, berjanji, bersumpah (Kreidler, 1998:192).

(39)

xxxix

meliputi ucapan salam, ucapan salam berpisah, cara-cara yang sopan seperti thank you, you are welcome, excuse me yang tidak berfungsi verdiktif atau

ekspresif.

Fraser dalam Nadar (2009:16-17) mengklasifikasikan tindak tutur menjadi delapan macam, yaitu:

1) Tindakan asertif (act of asserting): ditandai dengan verba menuduh, mengakui, menyimpulkan, memberi tahu, menyatakan, menyatakan yakin.

2) Tindakan evaluasi (acts of evaluating): ditandai dengan verba mendesak, memerikan, mengevaluasi, menganggap, memvonis, menerka.

3) Tindakan refleksi perilaku pembicara (acts of reflecting speaker attitude): ditandai dengan verba memuji, mengeluh, merasa ikut bersimpati, menuduh, menyayangkan, meminta maaf.

4) Tindakan penetapan (acts of stipulating): ditandai dengan verba menetapkan, mencalonkan, memilih, mengumumkan, mengatur, menggolongkan.

5) Tindakan permohonan (acts of requesting): ditandai dengan verba menuntut, memohon, menawarkan, mengundang, mengarahkan, melarang.

6) Tindakan menyarankan (acts of suggesting): ditandai dengan verba

memperingatkan, merekomendasikan, menyarankan, mengusulkan,

mendukung, menasehati.

7) Tindakan dari penggunaan kekuasaan (acts of exercising authority): ditandai dengan verba membatalkan, memutuskan, memecat, menurunkan gaji, mewariskan, menghukum.

(40)

Selain tersebut di atas, yaitu tindak tutur yang dikemukakan oleh Austin, Searle, Leech, Kreidler dan Fraser, tindak tutur dapat diklasifikasikan berdasarkan teknik penyampaian dan interaksi makna. Berdasarkan teknik penyampaian tindak tutur dapat diklasifikasikan menjadi tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung. Berdasarkan interaksi makna, tindak tutur dapat diklasifikasikan menjadi tindak tutur literal dan tindak tutur nonliteral. Bila kalimat berita difungsikan secara konvensional untuk mengatakan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya, dan kalimat perintah untuk menyuruh, maka tindak tutur yang terbentuk adalah tindak tutur langsung (I Dewa Putu Wijana, 1996:30). Pada sisi yang lain, apabila tuturan perintah diutarakan dengan kalimat berita atau kalimat tanya yang bertujuan agar orang yang diperintah tidak merasa dirinya diperintah, maka tindak tutur yang demikian disebut tindak tutur tidak langsung atau indirect speech act (I Dewa Putu Wijana, 1996:30). Tindak tutur literal (literal speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaraannya (I Dewa Putu Wijana, 1996:32). Tindak tutur yang berlawanan dengan tindak tutur literal adalah tindak tutur tidak literal. Menurut I Dewa Putu Wijana (1996:32) tindak tutur tidak literal adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya.

(41)

xli

penting dan juga merupakan tindak tutur yang sangat dominan pemakaiannya dalam aktivitas berbahasa.

4. Tindak Tutur Ekspresif

Kategori tindak tutur ekspresif yang dikemukakan oleh Austin adalah tindak tutur behabitif (behabitives utterances). Tindak tutur behabitif adalah reaksi-reaksi terhadap kebiasaan dan keberuntungan orang lain dan merupakan sikap serta ekspresi seseorang terhadap kebiasaan orang lain. Verba tindak tutur behabitif, antara lain

meminta maaf, berterima kasih, bersimpati, menantang, mengucapkan salam,

mengucapkan selamat (1962:150-163).

Searle menyebut tindak tutur ekspresif sebagai tindak tutur yang mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi. Verba yang menandai tindak tutur ekspresif, misalnya,

mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, mengucapkan belasungkawa,

memberi maaf, mengecam, memuji, dan mengampuni (dalam Cruse, 2000:342).

Menurut Leech tindak tutur ekspresif adalah bentuk tuturan yang berfungsi untuk menunjukkan sikap psikologis penutur kepada suatu keadaan yang dihadapi oleh mitra tutur. Leech menyebutkan verba yang menandai tindak tutur ekspresif, antara lain, mengucapkan selamat, mengucapkan terima kasih, merasa ikut bersimpati, meminta maaf, memaafkan. (dalam terjemahan M. D. D. Oka, 1993:328).

(42)

penutur, kegagalan penutur serta akibat yang ditimbulkan kegagalan itu. Tindak tutur ekspresif tersebut, antara lain, ditandai oleh verba mengakui, bersimpati, memaafkan. Fraser dalam Nadar (2009:16-17) juga mengkategorikan salah satu teori tindak tuturnya serupa dengan tindak tutur ekspresif. Tindak tutur Fraser yang serupa dengan tindak tutur ekspresif adalah tindakan refleksi perilaku pembicara (acts of reflecting speaker attitude). Tindakan refleksi perilaku pembicara ditandai dengan

verba memuji, mengeluh, merasa ikut bersimpati, menuduh, menyayangkan, meminta maaf.

Dalam penelitian ini pembahasan tindak tutur ilokusi ekspresif mengacu pada kategori tindak tutur ekspresif yang dikemukakan oleh Searle (dalam Cruse, 2000:342-343). Dari kelima jenis tindak ilokusi Searle, tindak ilokusi ekspresif adalah fokus yang dipilih pada penelitian ini. Pemilihan tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa dalam RSJP yang dibahas terdapat banyak tuturan yang berupa ungkapan perasaan para penutur yang terdapat di dalamnya.

5. Reality Show

Reality show merupakan acara yang bersifat spontan dan tidak

direncanakan sebelumnya (tanpa skenario). Semua orang yang terlibat, baik pemain dan penonton, tidak mengetahui apa yang akan terjadi di dalam sebuah adegan. Namun, jika pemain sudah diarahkan oleh sutradara berdasarkan skenario, itu bukan termasuk reality show. Reality show adalah adegan yang mengambarkan realita (www.kebebasan.wordpress.com/2007/12/25).

(43)

xliii

orang awam (bukan selebritis) kemudian disiarkan dan ditonton oleh banyak orang. Reality show dapat dimasukkan ke dalam kelompok fidelity or realism. Fidelity

adalah program televisi yang menggambarkan perwujudan asli dari suatu peristiwa, seseorang, kejadian dan proses, sehingga pemirsa memiliki kepercayaan terhadap objek yang ditontonnya (www.gumilarcenter.com).

C.

Kerangka Pikir

Kerangka pikir adalah sebuah cara kerja yang dilakukan oleh peneliti untuk menyelesaikan permasalahan yang akan diteliti. Kerangka pikir yang terkait dengan penelitian ini secara garis besar dapat dilukiskan pada bagan di bawah ini.

(44)

Sumber data dalam penelitian ini adalah acara John Pantau. Percakapan antara John dengan pelaku penyimpangan dan pihak yang berwenang terdiri atas beberapa jenis tuturan. Penelitian ini mendasarkan analisisnya pada teori tindak tutur Searle. Dalam hal ini penelitian lebih difokuskan pada tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif. Tuturan-tuturan yang terdapat dalam RSJP dianalisis dengan metode kontekstual, yaitu mendasarkan, memperhitungkan, dan mengkaitkannya dengan konteks-konteks yang ada. Melalui metode ini peneliti dapat mengklasifikasikan tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam RSJP. Tindak tutur ekspresif tersebut menimbulkan efek-efek perlokusi.

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam Bab III ini dikemukakan metode penelitian yang dipakai. Metode penelitian berfungsi untuk menuntun seseorang peneliti menuju pembenaran dan penolakan hipotesisnya atau menuntun tujuan penelitian (Sudaryanto, 1992:25). Oleh

Percakapan antara John dengan Pelaku Penyimpangan dan Pihak yang Berwenang

Tindak Tutur Konteks Situasi

Tindak Tutur ekspresif

Efek Perlokusi yang Ditimbulkan oleh Tindak Tutur Ekspresif Teori Tindak Tutur

(45)

xlv

karena itu, metode penelitian diperlukan dalam mencapai sasaran penelitian. Dalam metode penelitian dipaparkan jenis penelitian dan pendekatan, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, teknik penyajian hasil analisis data dan teknik penarikan simpulan.

A.

Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya atau sebagaimana adanya (natural setting) dengan tidak mengubahnya dalam bentuk simbol-simbol atau bilangan (Hadari Nawawi dan Martini Mimi, 2005:174). Menurut Sudaryanto (1992:62), penelitian deskriptif itu dilakukan semata-mata hanya didasarkan pada fakta atau fenomena yang ada dan secara empiris hidup pada penuturnya, sehingga hasilnya adalah perian bahasa yang mempunyai sifat pemaparan yang apa adanya.

Dalam penelitian ini, peneliti mencatat dengan teliti dan cermat data-data yang berwujud tuturan yang terdapat dalam acara John Pantau. Dengan demikian, hasil analisisnya akan berbentuk deskripsi fenomena tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam acara John Pantau.

(46)

efek-efek perlokusi yang terdapat dalam John Pantau dianalisis dengan mempertimbangkan faktor-faktor konteks situasi tuturnya.

B.

Data dan Sumber Data

Data merupakan semua informasi atau bahan yang disediakan oleh alam (dalam arti luas) yang harus dicari atau dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti (Edi Subroto, 2007:38). Data merupakan bahan jadi penelitian, bukan bahan mentah penelitian (Sudaryanto, 1988:9). Adapun data dalam penelitian ini adalah tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif dalam RSJP.

Sumber data adalah asal data dari suatu penelitian itu diperoleh. Adapun sumber data dalam penelitian ini tayangan reality show “John Pantau” pada episode berikut.

1. Episode penayangan tanggal 15 Maret 2009, dengan tema Buah dan Sayur. 2. Episode penayangan tanggal 22 Maret 2009, dengan tema Satwa Liar. 3. Episode penayangan tanggal 29 Maret 2009, dengan tema SPBU.

4. Episode penayangan tanggal 12 April 2009, dengan tema Jajanan di Jogjakarta. 5. Episode penayangan tanggal 19 April 2009, dengan tema Pantau Seputar Jogja. 6. Episode penayangan tanggal 10 Mei 2009, dengan tema Medan Oh Medan

C.

Teknik Pengumpulan Data

(47)

xlvii penelitian ini adalah teknik rekam dan teknik catat.

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik rekam karena sumber data berasal dari tayangan media televisi. Menurut Edi Subroto (2007:40), teknik rekam adalah teknik perolehan data dengan cara merekam pemakaian bahasa lisan yang bersifat spontan dengan menggunakan alat bantu yang berupa tape recorder. Alat bantu yang digunakan untuk merekam data dalam penelitian ini adalah camera digital dan mp4 player. Setelah data dikumpulkan melalui teknik rekam, penulis kemudian melakukan pencatatan terhadap data tersebut. Pencatatan dilakukan dengan melakukan transkripsi data hasil rekaman dari camera digital dan mp4 player ke dalam sebuah transkrip data reality show ”John Pantau” agar mudah dilakukan analisis. Penulis kemudian memaparkan deskripsi data dalam bentuk teks percakapan sekaligus menjelaskan konteks situasi percakapan.

D.

Teknik Analisis Data

Analisis data adalah salah satu kegiatan dalam penelitian yang dimaksudkan untuk mengorganisasikan data yang diperoleh dalam penelitian agar lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Lexy J. Moleong, 2001:103).

(48)

dari bahasa, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan. Metode padan ini diterapkan dengan menggunakan pendekatan kontekstual yang mengacu pada konsep bentuk tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif pada RSJP.

Metode analisis kontekstual adalah cara analisis data dengan mendasarkan, memperhitungkan, dan mengaitkan identitas konteks-konteks yang ada (Kunjana Rahardi, 2005:16). Konteks adalah semua latar belakang pengetahuan yang dapat dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur. Dalam penganalisisan data penelitian tindak tutur ekspresif RSJP ini, peneliti menyertakan konteks-konteks situasi yang melatari terjadinya tindak tutur ekspresif tersebut.

E.

Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Sebagai tahap akhir dari penelitian ini adalah penyajian hasil analisis data. Hasil analisis data disajikan dengan metode penyajian informal dan formal. Penyajian informal adalah cara merumuskan hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa dan beberapa terminologi yang teknis sifatnya, sedangkan penyajian formal merupakan cara merumuskan hasil analisis data dengan mengunakan lambang dan tanda-tanda (Sudaryanto, 1993:145).

F.

Teknik Penarikan Simpulan

(49)

xlix

mempertajam hubungan antara bagian-bagian yang dianalisis (Lexy J. Moeleong, 2001:10)

BAB IV

ANALISIS DATA

Analisis data merupakan tahap yang paling penting dalam sebuah penelitian. Tahap ini dilakukan untuk menemukan jawaban-jawaban yang berhubungan dengan perumusan masalah. Analisis ini meliputi 2 hal, yaitu (a) tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam RSJP dan penyebab terjadinya tindak tutur ekspresif tersebut dan (b) efek perlokusi yang ditimbulkan oleh tindak tutur ekspresif dalam RSJP.

A.

Tindak Tutur Ekspresif dan Penyebab Terjadinya Tindak

Tutur Ekspresif

(50)

atau sebal’, tindak tutur ‘mengungkapkan rasa marah’, tindak tutur ‘mengungkapkan rasa bangga’, tindak tutur ‘mengungkapkan rasa malu’, tindak tutur ‘mengungkapkan rasa takut’, tindak tutur ‘mengungkapkan rasa simpati’, dan tindak tutur ‘mengungkapkan rasa kecewa’. Berikut uraian semua tindak tutur ekspresif tersebut.

1. Berterima Kasih

Berterima kasih adalah melahirkan rasa syukur atau membalas budi setelah menerima kebaikan (Anton M. Moeliono, 2003:1183). Tindak tutur ‘berterima kasih’ dilakukan oleh penutur terhadap mitra tutur karena penutur merasa mendapatkan sesuatu kebaikan dari mitra tutur. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada contoh berikut.

(1) Konteks Tuturan :

Percakapan terjadi di pinggir sungai. John meminta penjual sayur untuk berjanji ke pemirsa bahwa tidak akan mencuci sayur dengan air sungai lagi. Penjual sayur mau melakukannya.

Bentuk Tuturan :

John : “Beneran Mbak mau janji?” Penjual sayur : “Iya, Janji.”

John : “Coba, Mbak, ngomong ke pemirsa dong.” (Menghadapkan penjual sayur ke arah kamera) Penjual sayur : “Saya janji mulai sekarang sayuran saya tidak

disiram pake air kali lagi.” John : “Iya, terima kasih lho Mbak.” Penjual sayur : “Ya.” (tersenyum)

(RSJP/I/29)

(51)

li

dan penjual sayur di atas, tindak tutur ekspresif ditandai dengan verba ’terima kasih’ yang terdapat dalam tuturan John. Tuturan ’berterima kasih’ yang diucapkan oleh John kepada penjual sayur dalam percakapan di atas terletak pada tuturan John yang mengatakan “Terima kasih lho Mbak”.

Tindak tutur ekspresif yang dituturkan oleh John dalam kutipan data tuturan (1) di atas terjadi karena penjual sayur telah melakukan apa yang diminta oleh John. Penjual sayur telah mau berjanji di hadapan kamera untuk tidak menyiram dan mencuci sayur dengan air sungai lagi. Tuturan ’komisif’ yang dituturkan oleh penjual sayur tersebut membuat John menuturkan tuturan ekspresif ’berterima kasih’.

Bentuk tuturan yang termasuk dalam tindak tutur ekspresif ‘berterima kasih’ dapat pula ditunjukkan pada kutipan (2) data berikut.

(2) Konteks Tuturan :

Percakapan terjadi di sebuah restoran. Tuturan ‘berterima kasih’ ditujukan Wied Hary kepada John, ketika John menanyakan kabar serta memuji wajah Wied Hary yang terlihat semakin segar.

Bentuk Tuturan :

Wied Hary : “Terima kasih… terima kasih..”

(RSJP/I/ 35)

(52)

Tindak tutur ‘berterima kasih’ yang dituturkan oleh Wied Hary kepada John terjadi karena tuturan ‘memuji’ yang telah dituturkan oleh John. Seandainya John dalam percakapan tersebut tidak menuturkan tindak tutur ‘memuji’, maka tindak tutur ‘berterima kasih’ tidak akan terjadi. Jadi tindak tutur ‘berterima kasih dalam kutipan data (2) terjadi karena tuturan ‘memuji’ yang telah diucapkan oleh penutur.

Bentuk tuturan yang termasuk dalam tindak tutur ekspresif ‘berterima kasih’ dapat pula ditunjukkan pada kutipan (3) data berikut.

(3) Konteks Tuturan :

John mendatangi badan pengawas obat dan makanan (BPOM) yang sedang melakukan penyuluhan di sebuah sekolah. John bertanya kepada bapak penyuluh mengenai obat yang baru saja dibelinya dari sebuah warung. John lalu mengajak bapak penyuluh mendatangi warung tersebut.

Bentuk Tuturan :

John : “Pak, mau tanya nih, Pak, mau tanya tadi kan beli obat gini lho, Pak? Saya pikir permen.” Penyuluh : “Dapat dari mana nih?”

John : “Dari warung di sebelah sana. Bapak mau ikut nggak boleh bentar, Pak?

Penyuluh : “Boleh!”

John : “Sepuluh menit aja.” Penyuluh : “Ya..”

John : “Hehe… makasih ya, Pak. Kita datengin, mungkin Pak, bener ini nggak boleh, bener Pak?”

(53)

liii

Tindak tutur ekspresif ‘berterima kasih’ yang dituturkan oleh John kepada bapak penyuluh dari BPOM terjadi karena bapak penyuluh BPOM bersedia mendatangi warung yang menjual obat-obatan yang dicurigai tidak terdaftar BPOM. Tuturan ‘berterima kasih yang dituturkan oleh John tidak akan terjadi apabila dalam peristiwa tutur tersebut bapak penyuluh tidak bersedia ikut dengan John mendatangi warung.

Bentuk tuturan yang termasuk dalam tindak tutur ekspresif ‘berterima kasih’ dapat pula ditunjukkan pada kutipan (4) data berikut.

(4) Konteks Tuturan :

Pada saat John sedang mewawancarai seorang penjual kursi yang membawa kursi-kursi dagangannya dengan menaikkannya di sepeda, datang seorang ibu yang hendak membeli kursi. Ibu tersebut uangnya tidak cukup untuk membeli kursi, John mau menambahi uang ibu tersebut.

Bentuk Tuturan : John Pantau menambah uang ibu tersebut agar bisa membeli kursi itu. Ibu-ibu : “Terima kasih, Pak.”

(RSJP/V/133)

(54)

kebaikan hati John yang telah memberinya uang sehingga dia dapat membeli kursi. Tindak tutur ekspresif ‘berterima kasih’ yang dituturkan oleh ibu pembeli kursi di atas terjadi karena kebaikan hati John yang telah memberikan sejumlah uang kepadanya untuk membeli kursi. Ibu pembeli kursi ingin membalas kebaikan hati John yang telah memberinya sejumlah uang dengan mengucapkan tuturan ‘Terima kasih, Pak’.

Data lain yang menunjukkan tindak tutur ekspresif ‘berterima kasih’ adalah data dengan nomer kode (RSJP/I/1), (RSJP/I/33), (RSJP/III/71), (RSJP/III/94), (RSJP/V/160), (RSJP/VI/168), dan (RSJP/VI/183).

2. Memuji

Memuji adalah melahirkan kekaguman dan penghargaan kepada sesuatu yang dianggap baik, indah, gagah berani, dan sebagainya (Anton M. Moeliono, 2003:904). Jadi tindak tutur ’memuji’ adalah tindak pertuturan yang dilakukan penutur terhadap mitra tutur dengan tujuan untuk mengungkapkan kelebihan yang dimiliki oleh mitra tutur. Untuk dapat memahami jenis tindak tutur ini dapat diperhatikan pada contoh berikut.

(5) Konteks Tuturan :

Percakapan ini terjadi di sebuah SPBU. John mewawancarai seorang tukang ojek yang merokok di area SPBU. John menyuruh tukang ojek itu menghadap kamera untuk meminta maaf kepada anaknya. Tukang ojek itu mau meminta maaf kepada anaknya dan mau berjanji untuk tidak merokok kembali.

Bentuk Tuturan :

John : “Ini bapak yang sayang anak ya.” Tukang ojek (2) tersenyum.

(55)

lv

Tuturan John di atas mengandung tindak tutur ekspresif ‘memuji’. John melalui tuturan “Ini Bapak yang sayang anak ya” bermaksud untuk mengungkapkan kelebihan yang yang telah dilakukan oleh tukang ojek, yaitu tukang ojek mau meminta maaf kepada anaknya karena telah merokok di area SPBU. Selain itu John juga bermaksud untuk memuji tindakan tukang ojek yang bersedia berjanji kepada anaknya untuk tidak merokok lagi di area SPBU.

Tindak tutur ekspresif ‘memuji’ yang dituturkan oleh John Pantau terjadi karena tuturan permintaan maaf dan tuturan komisif yang dituturkan oleh tukang ojek. Dua tindakan yang dituturkan oleh tukang ojek itu membuat John memuji bahwa tukang ojek itu adalah seorang bapak yang sayang anak.

Bentuk tuturan yang termasuk dalam tindak tutur ekspresif ‘memuji’ dapat pula ditunjukkan pada kutipan (6) data berikut.

(6) Konteks Tuturan :

Percakapan ini terjadi di sebuah restoran. John mewawancarai seorang ahli gizi yang bernama Wied Hary. Diawali dengan bertanya mengenai kabar.

Bentuk Tuturan :

John : “Bagaimana kabarnya, Pak? Sering lihat di TV nih, tambah seger aja Pak mukanya, Pak.” Wied Hary : “Terima kasih… terima kasih..”

(RSJP/I/34)

(56)

bahwa wajah Wied Hary semakin segar.

Tindak tutur ekspresif memuji yang terdapat dalam percakapan di atas terjadi karena John ingin menyenangkan hati Wied Hary. Wied Hary adalah seorang ahli gizi yang sekarang sedang terkenal. Hal ini terbukti dengan dia sering muncul di televisi.

Bentuk tuturan yang termasuk dalam tindak tutur ekspresif ‘memuji’ dapat pula ditunjukkan pada kutipan (7) data berikut.

(7) Konteks Tuturan :

Percakapan terjadi di sebuah SPBU, antara John dengan seorang ibu yang menggunakan handphone ketika mengisi bensin. Ibu itu merasa bersalah dengan apa yang telah dilakukannya karena dia benar-benar tidak tahu jika apa yang telah dilakukannya berbahaya.

Bentuk Tuturan :

Ibu : “Tapi nggak sengaja kan, kan soalnya saya nggak ngerti?”

John : “O… nggak-nggak, soalnya Ibunya cantik.” Ibu terseyum : “Hehehe….”

(RSJP/III/82) Tuturan John pada percakapan di atas merupakan tindak tutur ekspresif ‘memuji’. John melalui “O… nggak-nggak, soalnya Ibunya cantik” bermaksud memuji kecantikan ibu yang sedang diwawancarainya. Pengertian cantik adalah untuk menyebut wajah perempuan sangat rupawan.

(57)

lvii

Bentuk tuturan yang termasuk dalam tindak tutur ekspresif ‘memuji’ dapat pula ditunjukkan pada kutipan (8) data berikut.

(8) Konteks Tuturan :

Percakapan terjadi di luar halaman sekolah taman kanak-kanak. Ada seorang ibu yang membelikan anaknya jajanan sosis. John ingin berkenalan anak ibu tersebut yang merupakan siswa dari taman kanak-kanak itu.

Bentuk Tuturan :

John : “Boleh kenalan nggak Om Johnnya? Salaman dong!

Siswa TK sembunyi di belakang ibunya.

John : “Lho kok malah sembunyi, kenalan dong adik ganteng. Hehehe...”

Siswa TK tersenyum dan mau berjabat tangan dengan John.

(RSJP/IV/110) Dalam percakapan kutipan data (8) di atas terdapat tindak tutur ekspresif ‘memuji’. Tindak tutur ekspresif ‘memuji’ tersebut terdapat pada tuturan John, yang berbunyi “kenalan dong adik ganteng”. Tuturan memuji yang dituturkan oleh John tersebut ditujukan John kepada siswa TK yang sedang membeli jajanan sosis bersama dengan ibunya. Pengertian ‘ganteng’ adalah mempunyai wajah yang elok, jadi tuturan John tersebut sangat tepat jika dimaksudkan untuk memuji siswa TK itu.

Tindak tutur ekspresif ‘memuji’ yang dituturkan oleh John terjadi karena John ingin merayu siswa TK itu agar mau berkenalan dengannya. Tuturan ‘memuji’ yang dituturkan oleh John bertujuan untuk membujuk siswa TK itu agar mau berkenalan dengannya.

Data lain yang menunjukkan tindak tutur ekspresif ‘memuji’ adalah data dengan nomer kode (RSJP/II/36), (RSJP/IV/121), (RSJP/IV/126), (RSJP/IV/130), (RSJP/V/143), (RSJP/V/155), (RSJP/VI/170), dan (RSJP/VI/184).

(58)

Menolak adalah tidak menerima pemberian dan tawaran orang lain (Anton M. Moeliono, 2003:1203). Tindak tutur ekspresif ‘menolak’ adalah ungkapan perasaan penutur kepada mitra tutur untuk tidak menerima sebuah tawaran atau ajakan dari mitra tutur. Untuk lebih jelasnya dapat diamati pada contoh berikut.

(9) Konteks Tuturan :

John menyuruh penjual sayur untuk keliling kota Bekasi jika penjual sayur itu tidak menepati janjinya untuk tidak mencuci sayuran dengan air sungai lagi. Bentuk Tuturan :

John : “Hahaha.. bener?? Mbak, kalau misalnya Mbak bohong, Mbak saya kasih ini (memperlihatkan sayur yang dibawanya) di kepala Mbak, saya suruh keliling kota Bekasi lho, Mbak. Hehehe..”

Penjual sayur : “Nggak banget!”

(RSJP/I/28)

Dalam percakapan di atas John ingin menyakinkan penjual sayur bahwa penjual sayur akan benar-benar menepati janjinya untuk tidak mencuci sayur dengan air sungai lagi. John menawarkan kepada penjual sayur itu apabila penjual sayur berbohong, penjual sayur disuruh mengelilingi kota Bekasi dengan sayur di kepalanya. Tuturan penjual sayur mengandung tindak tutur ekspresif ‘menolak’. Tindak tutur ekspresif ‘menolak’ tersebut terdapat dalam tuturan penjual sayur yang mengatakan “nggak banget”. Tuturan “nggak banget” tersebut dituturkan oleh penjual sayur untuk menolak tawaran dari John.

Gambar

No Tabel 2 Efek Perlokusi

Referensi

Dokumen terkait

Setelah semua kegiatan latihan Anda kerjakan, ada baiknya Anda membuat rangkuman dan butir-butir yang telah Anda capai. Anda dapat mencocokkan rangkuman Anda dengan rangkuman

Sehingga begitu banyak upaya yang dapat dilakukan yaitu mengiventariasi Ruang terbuka hijau privat dan publik untuk dapat diketahui seberapa besar daya serap karbon dalam

Saturasi adalah perbandingan antara volume pori-pori batuan yang terisi fluida formasi tertentu terhadap total volume pori-pori batuan yang terisi fluida atau jumlah kejenuhan

Jika Anda telah memasang kartu layar yang kompatibel dengan DPM dari VESA atau menginstal perangkat lunak di komputer, maka monitor akan secara otomatis mengurangi penggunaan

Semoga dengan pengamatan ini dapat menjadi acuan ilmu keperawatan dengan kesehatan dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat, khususnya orang tua dari anak

Melakukan penyiapan bahan pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi pelaksanaan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur, kriteria, serta pemantauan dan evaluasi di

Masalah keperawatan yang ditemukan, pada kasus kien halusinasi pendengaran ada empat diagnosa keperawatan yaitu : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan

 Peserta dapat mengupload link google drive pada website INVENTION di halaman tim → kolom Lomba pada waktu penyisihan yang telah ditentukan..  Apabila terjadi kesalahan