• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN HUTAN KOTA DI KOTA MEDAN, SUMATERA UTARA( Perception and The Role Of People in Relation to Development in Urban Forest Medan City, North Sumatera)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERSEPSI DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN HUTAN KOTA DI KOTA MEDAN, SUMATERA UTARA( Perception and The Role Of People in Relation to Development in Urban Forest Medan City, North Sumatera)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

PERSEPSI DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN

HUTAN KOTA DI KOTA MEDAN, SUMATERA UTARA

(

Per cep t io n an d Th e Ro le Of Peo p le in Relat io n t o Dev elo p m en t in

Ur b an Fo r est M ed an Cit y , No r t h Su m at er a

)

Johansen Silalahi 1, Rospita O.P. Situmorang 2 1,2

I su-isu lingkungan dewasa ini tidak luput dari perhatian dalam negeri dan

luar negeri, banyaknya bencana-bencana alam yang ada di I ndonesia dan luar

negeri tentunya tidak lepas dari akibat kerusakan lingkungan yang ada. Salah satu

isu lingkungan yang mendapat perhatian di wilayah perkotaan beberapa tahun

terakhir adalah tentang hutan kota. Minimnya keberadaan hutan kota diikuti dengan

Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli

Kampus Kehutanan Aek Nauli; Km.10,5 Sibaganding, Parapat E-mail:johansen_silalahi@yahoo.com dan pita_80s@yahoo.com

RI NGKASAN

Pertambahan jumlah penduduk menyebabkan meningkatnya pemenuhan kebutuhan penduduk berupa fasilitas seperti jalan, kendaraan bermotor dan gedung akibatnya fasilitas ini akhirnya menggeser hutan kota yang ada diperkotaan. Melihat kenyataan-kenyataan diatas menunjukkan bahwa penelitian persepsi dan peran masyarakat dalam pengembangan hutan kota/ lanskap perkotaan, menjadi sangat penting dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi dan peran masyarakat pengembangan hutan kota/ lanskap perkotaan di Kota Medan. Penelitian dilakukan dengan pendekatan deskriptif deduktif dengan analisis kuantitatif dan analisis deskriptif. Secara umum masyarakat di Kota Medan memiliki persepsi bahwa masyarakat memiliki peran dalam pembangunan hutan kota. Peran masyarakat terdiri dari: penyediaan lahan, penyandang dana, pemberi masukan dalam penentuan lokasi, identifikasi potensi, kerjasama dalam penelitian dan pengembangan, pemberian informasi dan saran, pemanfaatan hutan kota, bantuan pelaksanaan pembangunan dan keahlian dalam penyelenggaraan hutan kota, bantuan dalam perumusan rencana pembangunan dan pengelolaan serta menjaga, memelihara dan meningkatkan fungsi hutan kota. Peran dominan masyarakat dalam pengelolan hutan kota di Kota Medan adalah menjaga, memelihara dan meningkatkan fungsi hutan kota dan memanfaatkan hutan hutan kota berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Model hutan kota yang diperlukan di Kota Medan/ model hutan kota yang cocok di Kota Medan adalah model tipe permukiman karena Kota Medan sebagai salah satu pusat perekonomian, adminsitrasi, pendidikan, kedatangan penduduk dari luar Kota Medan (urbanisasi) sehingga kualitas lingkungan perlu ditingkatkan dengan adanya hutan kota.

Kata Kunci: Hutan kota, penduduk, biofisik, peran masyarakat

I . PENDAHULUAN

(4)

perkembangan suatu kota akan berdirinya bangunan-bangunan mewah, pusat

perbelanjaan dan lain-lain adalah salah satu permasalahan yang timbul di perkotaan.

Hutan Kota (urban forest) menurut Fakuara (1987) adalah tumbuhan atau vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang memberikan manfaat lingkungan yang

sebesar-besarnya dalam kegunaan-kegunaan proteksi, estetika, rekreasi dan

kegunaan-kegunaan khusus lainnya sedangkan hutan kota menurut Peraturan

Menteri Kehutanan Republik I ndonesia Nomor : P.71/ Menhut-I I / 2009 tentang

Pedoman Penyelenggaraan Hutan Kota adalah suatu hamparan lahan yang

bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik

pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh

pejabat yang berwenang. Tujuan diselenggarakan hutan kota adalah untuk

kelestarian, keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur

lingkungan, sosial dan budaya. Fungsi hutan kota adalah untuk memperbaiki dan

menjaga iklim mikro dan nilai estetika, meresapkan air, menciptakan keseimbangan

dan keserasian lingkungan fisik kota dan mendukung pelestarian keanekaragaman

hayati I ndonesia.

Melihat kenyataan-kenyataan diatas menunjukkan bahwa penelitian persepsi

dan peran masyarakat dalam pengembangan hutan kota/ lanskap perkotaan,

menjadi sangat penting dilakukan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan

Republik I ndonesia Nomor : P.71/ Menhut-I I / 2009 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Hutan Kota, peran serta masyarakat sangat penting dalam

penyelenggaraan hutan kota. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

bagaimana persepsi dan peran masyarakat dalam pengembangan hutan

kota/ lanskap perkotaan di Kota Medan, Sumatera Utara?

1.2. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan persepsi dan peran masyarakat dalam pengembangan hutan

kota di Kota Medan, Sumatera Utara.

2. Menentukan model pelibatan masyarakat dalam pembangunan hutan kota

(5)

I I . METODE PENELI TI AN

2.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan pendekatan deskriptif deduktif dengan analisis kuantitatif dan deskriptif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang bersifat inferens yang lebih menekankan pada aspek kuantitatif. Ukuran yang dipakai biasanya angka atau nilai (kuantitatif) sehingga mudah dalam analisisnya (Aswatini, 2007).

2.2. Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah kuisioner, perlengkapan lapangan, alat tulis, kamera, tape recorder, kaset serta alat pendukung kegiatan penelitian lainnya.

2.3. Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian dilaksanakan dengan teknik observasi langsung di lokasi yang ditunjuk secara sengaja (purposive sampling) kepada pejabat pemerintah, dan

secara acak/random sampling kepada pengunjung/ masyarakat yang berada di sekitar dan yang sedang berada di dalam hutan kota Taman Beringin, Kebun Binatang, dan Bumi Perkemahan Cadika. Pejabat pemerintah yang diwawancarai berasal dari Dinas Pertanaman Kota Medan, Badan Perencanaan Daerah Kota Medan, Perusahaan Daerah Kota Medan yang mengelola Hutan Kota Kebun Binatang dan Pengelola Hutan Kota Taman Beringin. Jumlah sampel yang diwawancarai dari pejabat pemerintah berjumlah 7 orang dan masyarakat dan pengunjung berjumlah 79 orang.

2.4.Teknik Pengumpulan Data

(6)

kepada Pasal 46 Permenhut P.71/ Menhut-I I / 2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Hutan Kota. Point-poit yang ditanyakan adalah:

a. penyediaan lahan untuk penyelenggaraan hutan kota;

b. penyandang dana dalam rangka penyelenggaraan hutan kota; c. pemberi masukan dalam penentuan lokasi hutan kota;

d. pemberian bantuan dalam mengidentifikasi berbagai potensi dalam masalah

penyelenggaraan hutan kota;

e. kerjasama dalam penelitian dan pengembangan;

f. pemberian informasi, saran, pertimbangan atau pendapaat dalam penyelenggaraan hutan kota;

g. pemanfaatan hutan kota berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku;

h. bantuan pelaksanaan pembangunan;

i. bantuan keahlian dalam penyelenggaraan hutan kota;

j. bantuan dalam perumusan rencana pembangunan dan pengelolaan; k. menjaga, memelihara dan meningkatkan fungsi hutan kota

Kelengkapan data sekunder dikumpulkan melalui studi pustaka pada penelitian sebelumnya, dan pengumpulan data dari instansi yang menangani hutan kota.

2.5. Analisis Data

Data yang dikumpulkan ditabulasi selanjutnya dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan persentase. Persentase dihitung secara kumulatif untuk setiap pertanyaan yang sama dari seluruh responden di lokasi hutan kota yang berbeda.

Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan hutan kota dianalisis secara kuantitatif. yaitu: dengan cara memporsentasekan mempesentasekan jawaban masyarakat terkait peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan hutan kota.

Langkah selanjutnya adalah melakukan pembahasan dengan cara

(7)

I I I . HASI L DAN PEMBAHASAN

3.1. Keberadaan Hutan Kota di Kota Medan

Kemerosotan lingkungan perkotaan menuntut perbaikan kualitas lingkungan di perkotaan. Kebutuhan terhadap hutan kota merupakan salah satu solusi yang dibutuhkan untuk mengatasi menurunnya kualitas lingkungan perkotanaan. Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999, Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2002, Peraturan Menteri Kehutanan No. P.71/ Menhut-I I / 2009 merupakan peraturan-peraturan pemerintah yang secara langsung mengatur tentang pengelolaan hutan kota. Peraturan-peraturan lain yang berhubungan dengan hutan kota dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dapat dijumpai pada Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataaan Ruang dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/ PRT/ M/ 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di kawasan perkotaan. Aksi Pemerintah Kota Medan terwujud dalam penyediaan lahan hutan kota dan penunjukannya seperti yang dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut.

No.

dibawah ini.

Tabel 1. Hutan kota di Kota Medan

Lokasi Kecamatan Luas ( Ha)

1 Taman Beringin Medan Baru 1,2

2 Bumi Perkemahan Pramuka

Cadika

Medan Johor 25

3 Hutan kota CBD Polonia Medan Polonia 40

4 Kebun Binatang Medan Tuntungan 30

5 Kanal Sungai Deli Zona A dan D Medan Johor 2

6 Hutan kota Medan Labuhan 1,5

7 Hutan kota Kelurahan Baru

Ladang Bambu

Medan Tuntungan 8,7

LUAS HUTAN KOTA 108,4

Sumber: RTRW Kota Medan 2010-2030

(8)

di Kota Medan berdasarkan kondisi eksisting hanya 0,41 persen. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan hutan kota yang defenitif ditunjuk dan ditetapkan oleh pemerintah belum memenuhi target 10% dari luas wilayah seperti yang diamantkan dalam perundang-undangan.

3.2. Persepsi dan Peran Masyarakat dan Pengelolaan Hutan Kota

Kota Medan merupakan ibukota Propinsi Sumatera Utara, sehingga menjadi pusat pemerintahan, pusat ekonomi dan menjadi salah satu tujuan kedatangan penduduk baik dari dalam propinsi dan luar propinsi. Demografi penduduk di ibukota pemeritahan dan pusat perekonomian ditandai dengan pertumbuhan penduduk dan kepadatan yang tinggi. Kondisi tersebut mengancam ketersediaan ruang hutan kota dalam menopang lingkungan perkotaan. Peran masyarakat sangat diperlukan dalam pengembangan hutan kota khususnya kota-kota besar.

Masyarakat merupakan faktor sosial yang memiliki mobilitas yang tinggi dalam melestarikan atau merusak lingkungan. Manusia dalam melakukan suatu tindakan biasanya dilatrbelakangi

No.

dilatarbelakangi oleh pemahaman terhadap tindakan yang akan dilakukan yang disebut sebagai persepsi. Persepsi masyarakat terhadap peran masyarakat dalam pengelolaan hutan kota yang diwakili oleh 79 responden yang berada di dalam dan sekitar hutan kota yang ada di Medan dapat dilihat pada tabel 2berikut:

Tabel 2. Persepsi responden terhadap peran masyarakat dalam pengelolaan hutan kota di Kota Medan

Peran Masyarakat Persentase Persepsi

SS S KS TS Abs Total

1 Penyediaan lahan 46.84 40.51 7.59 2.53 2.53 100.00 2 Penyandang dana 24.05 41.77 22.78 1.27 10.13 100.00 3 Pemberi masukan dalam penentuan

lokasi

27.85 54.43 12.66 1.27 3.80 100.00

4 Pemberian bantuan dalam

mengidentifikasi berbagai potensi

20.25 70.89 6.33 0.00 2.53 100.00

5 Kerjasama dalam penelitian dan pengembangan

56.96 35.44 2.53 0.00 5.06 100.00

6 Pemberian informasi, saran, pertimbangan atau pendapat

43.04 54.43 2.53 0.00 0.00 100.00

7 Pemanfaatan hutan kota berdasarkan peraturan perundang-undangan

49.37 41.77 7.59 0.00 1.27 100.00

(9)

9 Bantuan keahlian 31.65 56.96 8.86 2.53 0.00 100.00

10 Bantuan dalam perumusan rencana pembangunan dan pengelolaan

27.85 62.03 7.59 1.27 1.27 100.00

11 Menjaga, memelihara dan meningkatkan fungsi hutan kota

72.15 24.05 1.27 0.00 2.53 100.00

Rata-rata 39.13 47.99 8.98 0.92 2.99

Sumber : Data primer diolah (2013).

Keterangan : SS = Sangat Setuju, S = Setuju, KS = Kurang Setuju, TS = Tidak Setuju, Abs = Abstain (tidak ada komentar)

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa secara umum masyarakat berpersepsi bahwa masyarakat seharusnya berperan dalam pembangunan hutan kota. Hal ini terbukti dari persepsi masyarakat yang sebagian besar menyatakan sangat setuju dan setuju (87.11% ), dan menyatakan kurang setuju dan tidak setuju hanya 9.90% . Untuk mengetahui bidang-bidang peran yang harus dilakukan oleh masyarakat Kota Medan dalam pengembangan hutan kota dapat dilihat pada gambar 1 sebagai berikut :

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00

Sangat setuju

Setuju

Kurang Setuju

(10)

Gambar 1. Grafik persentase persepsi masyarakat terhadap peran masyarakat dalam pembangunan hutan kota di Kota Medan (Sumber: data primer diolah, 2013)

Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa bagian peran masyarakat yang sangat disetujui harus dilakukan oleh masyarakat adalah menjaga, memelihara dan meningkatkan fungsi hutan kota. Peran berikutnya yang harus dilaksanakan oleh masyarakat adalah memberi bantuan dalam identifikasi potensi, perumusan rencana, kerjasama dalam penelitian dan pengembangan, pemberian saran dan infomasi.

Menjaga, memelihara dan meningkatkan fungsi hutan kota dianggap sebagai peran utama dari masyarakat di perkotaan. Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan kota dan menikmati hutan kota secara langsung dapat merasakan dampak positif dari keberadaan hutan kota. Kondisi ilkim

No.

iklim di Kota Medan menurut BPS Kota Medan (2012) relatif panas yaitu 32,15° C – 34,21° C di siang hari mengakibatkan perubahan suhu yang sangat nyata ketika berada di kawasan hutan kota. Hutan kota yang berada di pusat kota dan dekat dengan pemukiman penduduk seperti Taman Beringin dan Bumi Perkemahan Cadika cenderung sering dikunjungi dan dijadikan tempat mendapatkan udara segar dan sejuk. Disamping itu, hutan kota tersebut mudah diakses, tidak ada pungutan biaya masuk, dan terlihat indah. Dampak positif yang dapat langsung dirasakan oleh masyarakat mengakibatkan masyarakat memilki pendapat bahwa hutan kota tersebut harus dijaga, dipelihara dan ditingkatkan fungsinya. Peran tersebut juga dapat langsung dilaksanakan oleh masyarakat dengan cara tidak merusak tanaman serta menjaga kebersihan hutan kota.

Menurut Susiloadi (2006) peran atau peran serta berarti mengambil bagian, ikut serta, atau penggabungan. Peran serta memiliki makna yang sama dengan partisasi. Peran serta masyarakat dalam pembangunan hutan kota dimaksudkan sebagai bentuk keterlibatan masyarakat dalam mengelola hutan kota. Tabel 3 terdapat peran yang sudah dilakukan oleh masyarakat Kota Medan di sekitar dan di dalam hutan kota.

Tabel 3. Peran responden dalam pengelolaan hutan kota di Kota Medan

(11)

1 Penyediaan lahan 1.33

2 Penyandang dana 0.00

3 Masukan dalam penentuan lokasi 1.33

4 Bantuan identifikasi potensi 0.00

5 Kerjasama dalam Peneltian dan Pengembangan 2.78 6 Pemberian informasi, saran, pertimbangan dan pendapat 1.33

7 Pemanfaatan hutan kota 11.39

8 Bantuan pelaksanaan pembangunan 2.78

9 Bantuan keahlian 0.00

10 Bantuan dalam perumusan rencana 1.33

11 Menjaga, memelihara & meningkatkan fungsi hutan kota 100.00 Sumber: data primer diolah (2013)

Berdasarkan Tabel 3, peran yang saat ini telah dilakukan oleh masyarakat Kota Medan dalam pembangunan hutan kota medan adalah peran menjaga, memelihara dan meningkatkan fungsi hutan kota yaitu mencapai 100% disusul pada peran memanfaatkan hutan kota sebesar 11,39. Selebihnya, peran-peran tersebut sangat sedikit dikerjakan oleh masyarakat dan bahkan tidak pernah terlibat karena tidak tahu atau tidak pernah dilibatkan/ diberdayakan.

Lokasi hutan kota yang berada di daerah yang mudah diakses dan dekat dengan pemukiman dapat dirasakan manfaatkan secara langsung dan tidak langsung oleh masyarakat. Tanggungjawab yang melekat pada masyarakat sebagai pemanfaat adalah menjaga keberadaan hutan kota agar tetap bersih dan terjaga. Hal ini mengakibatkan masyarakat menganggap bahwa setiap penduduk dapat berperan menjaga keberadaaan hutan kota. Kondisi yang sama juga terjadi di beberapa kota seperti halnya yang terdapat dalam penelitian Rusliansyah (2005) yang menyebutkan bahwa di Kota Srengseng Jakarta Barat mayoritas masyarakat di sekitar kawasan hutan kota hanya berpatisipasi dalam bentuk menjaga dan memelihara hutan kota serta pemberian sumbang saran dalam pengembangan hutan kota.

(12)

masyarakat dapat melaksanakan interaksi sosial seperti tempat pertemuan dan diskusi kelompok. I nteraksi ini dapat bermanfaat pada peningkatan hubungan sosial anggota masyarakat.

Secara ekonomi, hutan kota bermanfaat sebagai tempat meningkatkan pendapatan ekonomi. Beberapa bidang pekerjaan yang dapat dilakukan di kawasan hutan kota adalah sebagai tempat berjualan makanan dan minuman, aksesoris, dan lain-lain. Datangnya pengunjung dengan angkutan pribadi mengakibatkan dibutuhkannya jasa parkir, petugas kebersihan, jasa pengawas dan lain-lain, yang secara langsung dapat menambah lapangan pekerjaan. Pemanfaatan kawasan hutan kota harus memperhatikan peraturan perundang-undangan yaitu tidak merubah fungsi hutan kota sebagai kawasan resapan air, penyeimbang lingkungan secara klimatologis, tempat hidup keragamaman flora dan fauna, serta peningkatan estetika kota. Peraturan tersebut dapat diwujudkan dengan tidak merusak, menebang pohon, atau memindahkan objek-obejk yang terdapat dalam kawasan.

a b

(13)

Gambar 2. Manfaat sosial dan ekonomi dari keberadaan hutan kota. (a) tempat rekresi dan interaksi sosial; (b) sebagai tempat pendidikan lingkungan; (c) meningkatkan penghasilan seperti tempat berjualan; dan (d) menambah lapangan

pekerjaan seperti jasa parkir

Peran masyarakat pada beberapa peran tertentu dalam pengembangan hutan kota justru berbanding terbalik dengan persepsi masyarakat Kota Medan yang secara umum menganggap bahwa masyarakat harus berperan dalam seluruh aspek peran dalam pembangunan hutan kota. Menurut persepsinya, masyarakat seharusnya berperan dalam memberi bantuan dalam identifikasi potensi, perumusan rencana, kerjasama dalam penelitian dan pengembangan, pemberian saran dan infomasi, penentuan lokasi, bantuan keahlian, penyediaan lahan dan pemberian dana, namun kenyataannya sangat sedikit bahkan hampir tidak ada masyarakat yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Menurut responden peran-peran tersebut dapat dikerjakan jika terjalin kerjasama yang baik antara pemerintah dengan masyarakat. Pelibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan dan pengembangan dipandang dapat memaksimalkan peran masyarakat dalam pembanguan hutan kota. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Pretty (1995) yang menyatakan asumsi bahwa jika rakyat dilibatkan, maka besar peluangnya mereka akan sepakat dan memberi dukungan serta dorongan pada kegiatan pembangunan tersebut. Realita ini tentunya menjadi pendorong bagi Pemerintah Kota Medan untuk melibatkan dan memberdayakan masyarakat dalam pengembangan hutan kota. Menurut responden, masyarakat kurang terlibat karena minimnya sosialiasi tentang perundang-undangan tentang hutan kota sehingga masyarakat relatif tidak mengetahui fungsi hutan kota dan pentingya keberadaan hutan kota. Masyarakat pada umumumnya beranggapan bahwa pembangunan hutan kota hanya dilaksanakan oleh pemerintah sementara masyarakat berperan sebagai pemanfaat hutan kota.

(14)

penyediaan lahan karena keterbatasan lahan dan harga jual tanah yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil pengamatan citra satelit, Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Medan mencapai 48,85% dengan kondisi sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil I nterpretasi Peta Penggunaan RTH di Kota Medan

Publik

Sumber: Bappeda Kota Medan (2012)

(15)

pengembangan hutan kota terutama pada masyarakat yang pendapatan dan pendidikan tinggi yang secara signifikan bersedia membayar untuk pengembangan hutan kota. Greene et al. (2011) dan Dwyer et al. (1992) juga menyatakan bahwa keberhasilan program penanaman hutan kota tergantung pada peran warga kota/ masyarakat dan tersedianya kesempatan bagi mereka untuk berpartisipasi.

3.3. Pelibatan Masyarakat dalam Pembanguan hutan kota

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa peran masyarakat dalam pembangunan hutan kota pada umumnya adalah menjaga, merawat dan meningkatkan fungsi hutan kota serta memanfaatkan hutan kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sementara peran-peran yang lainnya terlihat sangat minim. Pelibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan dan pengembangan hutan dipandang dapat memaksimalkan peran masyarakat dalam pembangunan hutan kota. Beberapa tipe pelibatan yang dapat dilakukan adalah: 1. Pengembangan hutan kota privat

(16)

ruang privat yang ditanamai pepohonan untuk jangka waktu 2-3 tahun dengan besaran diskon proporsional dengan luas RTH yang dibangunnya.

2. Pelibatan stakeholders yang fokus pada pelestarian lingkungan perkotaan

Pelibatan stakeholders dalam membangun hutan kota sangat diperlukan dalam membangun hutan kota. Stakeholders yang terlibat dapat mendukung dan

mengkontrol kegiatan pembangunan hutan kota yang akan dikembangkan. Pemberdayaan stakeholders seperti komunitas hijau dalam membangun hutan kota dapat diberdayakan dengan melibatkan masyarakat Kota Medan.

3. Partisipasi dalam dukungan dana

Pembangunan hutan kota di kota-kota besar akan membutuhkan biaya yang sangat mahal akibat harga jual tanah yang sangat tinggi. Kota Medan termasuk kota yang harga jual tanahnya sangat tinggi. Pembangunan RTH/ hutan kota di Kota Medan dapat ditingkatkan untuk memenuhi amanah undang-undang dan peraturan-peraturan yang berlaku dapat dilakukan dengan menggalang partisipasi masyarakat lewat penggalangan dana. Persepsi masyarakat medan dalam pembangunan hutan kota dengan peran penyandang dana adalah sangat setuju/ setuju. Hal ini tentunya menjadi suatu peluang bagi Pemerintah Kota Medan untuk meningkatkan luasan RTH/ hutan kota di Kota Medan. Kebutuhan sumber dana untuk memperluas RTH di Kota Medan dapat dilakukan dari APBD, APBN, Pajak dan dana CSR dari perusahaan besar dan perbankan nasional dan multi nasional yang berkantor pusat di Kota Medan serta lembaga donor internasional yang peduli lingkungan (Subarudi dan Samsoedin, 2012). Penggalangan dana dari masyarakat dapat juga dilakukan dengan mencantumkan iuran untuk perluasan RTH/ hutan kota seperti iuran sampah di kota-kota besar.

I V. KESI MPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Secara umum masyarakat di Kota Medan memiliki persepsi bahwa masyarakat

(17)

dari penyediaan lahan, penyandang dana, pemberi masukan dalam penentuan lokasi, identifikasi potensi, kerjasama dalam penelitian dan pengembangan, pemberian informasi dan saran, pemanfaatan hutan kota, bantuan pelaksanaan pembangunan dan keahlian dalam penyelenggaraan hutan kota, bantuan dalam perumusan rencana pembangunan dan pengelolaan serta menjaga, memelihara dan meningkatkan fungsi hutan kota.

2. Peran dominan saat ini dilakukan oleh masyarakat dalam pengelolaan hutan kota

adalah menjaga, memelihara dan meningkatkan fungsi hutan kota dan memanfaatkan hutan hutan kota berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Model hutan kota yang diperlukan di Kota Medan/ model hutan kota yang cocok

di Kota Medan adalah model tipe permukiman karena Kota Medan sebagai salah satu pusat perekonomian, adminsitrasi, pendidikan, kedatangan penduduk dari luar Kota Medan (urbanisasi) sehingga kualitas lingkungan perlu ditingkatkan dengan adanya hutan kota.

B. Saran- Saran

1. Pemerintah Kota Medan sebaiknya memiliki komitmen yang tinggi disertai dengan tindakan untuk mencapai amanah undang undang tentang pencapaian target 10 persen luas hutan kota dari luas wilayah Kota Medan dengan melibatkan peran masyarakat dan pihak yang berkepentingan lainnya. Upaya yang perlu dilakukan adalah sosialisasi tentang fungsi pentingnya keberadaan hutan kota, pelibatan dalam kegiatan pembangunan dan pengelolaan, pendekatan kepada pemilik RTH privat yang kemungkinan dapat dikembangkan menjadi lokasi hutan kota melalui pemberian insentif kepada pemilik lahan privat yang sudah menyediakan lahan untuk pembangunan hutan kota, pelibatan stakeholders yang fokus kepada kelestarian lingkungan, dan penggalangan dana

(18)

2. Penelitian tentang variabel lain perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan

hasil yang lebih baik untuk pengembangan hutan Kota Medan.

DAFTAR PUSTAKA

Akbari, H., M. Pomerantz, H. Taha. 2001. Cool surfaces and shade trees to reduce energy use and improve air quality in urban areas. Solar Energy, 70: 295-310.

Anonim.nama lembaga ????? 2010. Rencana Penelitian I ntegratif 2010-2014. Badan

Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta.

Anonim. Nama lembaga ???? 2012. Laporan Draft Rencana I nduk Kota Hijau. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah. Medan.

Aswatini. 2007. Modul Diklat Fungsional Peneliti Tingkat Pertama. Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan Peneliti LI PI . Cibinong.

Asyahari, N. 2007. Pengembangan Hutan Kota Dalam Hubungannya Dengan Pembangunan Wilayah Kota Medan. Tesis. Magister Ekonomika Pembangunan

Universitas Gadjah Mada.

Badan Pusat Statistik Kota Medan. 2012. Kota Medan Dalam Angka. Medan: Badan Pusat Statistik.

Biao, Z., L. Wenhua, X. Gaodi, X. Yu. 2010. Water conservation of forest ecosystem in Beijing and its value. Ecological Economic 69: 1416-1426.

Carreiro, M.M. 2008. I ntroduction: the growth of cities and urban forestry. I n: Carreiro, M.M., Song, Y.C. & Wu, J. (eds). Ecology, planning and management of urban forest international perspectives. Springer-Verlag, New York. pp: 3-9.

Dwyer, J.F., E.G. McPherson, H.W. Schroeder, R.A. Rowntree. 1992. Assesing the benefits and costs of the urban forest. Journal of Arboriculture, 18: 227-234.

Fuchs R J dkk. 1994. Mega-city Growth and the Future. United Nations University Press. Tokyo.

Greene, C.S., A.A. Millward, B. Ceh. 2011. Who is likely to plant a tree? The use of public socio-demographic data to characterize client participants in a private

(19)

Bambang, 1995. Hutan dan Pembangunan Bidang Kehutanan. PT. Gramedia. Jakarta Fakuara, Y. 1987. Hutan Kota Ditinjau dari Aspek Nasional. Seminar Hutan Kota. Jakarta.

Haeruman Js, H. 1979. Perencanaan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Proyek Pengelolaan lingkungan Hidup. Jakarta: Kantor Menteri Negara PPLH.

Kompas, Lingkungan Kota Secara Ekologis Turun, Juni 2005.

Kuhns, M.R., D.K. Reiter, B. Lee. 2005. Characteristics of urban forestry program in Utah, US. Journal of Arboriculture, 31: 285-295.

Lafortezza, R., G. Carrus, G. Sanesi, C, Davies. 2009. Benefits and well-being perceived by people visiting green spaces in periods of heat stress. Urban

Forestry & Urban Greening, 8: 97-108.

Nowak, D.J., D.E. Crane, J.C. Stevens. 2006. Air pollution removal by urban trees and shrubs in the United States. Urban Forestry & Urban Greening, 4: 115 –

123.

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031

Peraturan Menteri Kehutanan No. P.71Menhut-I I / 2009 tanggal 07 Desember 2009

tentang Pedoman Penyelenggaraan Hutan Kota.

PP No. 63 tahun 2002 tentang hutan kota.

Pretty, J.N. 1995. Regenerating Agriculture. Earthscan. London

Rusliansyah E.2005. Kajian Peluang Pelibatan Masyarakat Dalam Pengembangan Hutan Kota Srengseng Jakarta Barat. Tugas Akhir. Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang.

Saputra M H dkk.2012. Kajian Jenis Pohon Potensial Untuk Pengembangan Hutan Kota Wilayah Kajian Sumbar dan Sumut. Laporan Hasil Penelitian.

Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli.

Subarudi, Samsoedin. 2012. Kajian Kebijakan Hutan Kota: Studi Kasus di Provinsi Daerah Khusus I bukota Jakarta (DKI ). Jurna; Analisis Kebijakan Kehutanan. Vol

(20)

Sugiyono, 2006. Statistika Untuk Penelitian Bisnis. Cetakan Kesembilan. Alfabeta. Bandung.

Susiloadi, P. 2006. Peranan Pemerintah dan Partisipasi Masyarakat Dalam Pelayanan Publik. Jurnal Spirit Publik. Vol. 2, No. 2 Halaman 81- 90.

Watt,K.E.F. 1973. Principles of Environmental Science. New York San Fransisco.

Toronto: McGraw Hill.

Yekti R P, 2009. Faktor Demografi yang Berhubungan Dengan Penyakit Turunan Hasil Rikesdas di I ndonesia. Jurnal Penyakit Tidak Menular I ndonesia

Gambar

Tabel 1. Hutan kota di Kota Medan
Tabel 2. Persepsi responden terhadap peran masyarakat dalam pengelolaan hutan kota di Kota Medan
gambar 1 sebagai berikut :
Tabel 4. Hasil I nterpretasi Peta Penggunaan RTH di Kota Medan

Referensi

Dokumen terkait

Edi Wahyudin, M.Pd Jaya Romdoni, S.Pd Maskuri, S.Ag,

maka dengan ini kami tetapkan Pemenang Pelaksanaan pekerjaan Pembangunan Puskesmas Sukamerindu pada lingkungan SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Seluma adalah sebagai berikut

INDONESIA 3.5 Mengenal teks permintaan maaf tentang sikap hidup rukun dalam kemajemukan keluarga dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan

The following table 4 exhibits the name of 10 (ten) mutual funds that performed well in terms of market timing using the Henriksson and Merton method & the

Oleh karena itu, untuk indikator-indikator baik dari segi standar akuntansi pemerintahan maupun good governance dengan nilai terendah, sebaiknya terus dioptimalkan untuk

Berdasarkan jawaban responden pada survei awal dapat disimpulan bahwa terdapat masalah dengan Brand Image (Citra Merek), kualitas produk dan inovasi produk

Pada bab ini akan dibahas mengenenai efektifitas penggunaan metode Role Playing untuk meningkatkan pemahaman (prinsip, konsep, prosedur) materi Sejarah Kebudayaan Islam

Berkaitan dengan uraian diatas, maka Penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut dan menuliskannya dalam penulisan skripsi yang diberi judul ” IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG