• Tidak ada hasil yang ditemukan

Visi Misi Penyelenggaraan Pendidikan Isl

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Visi Misi Penyelenggaraan Pendidikan Isl"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan pada ajaran Islam. Karena ajaran Islam berdasarkan al-Qur’an, al-Sunnah, pendapat ulama serta warisan sejarah, maka pendidikan Islampun mendasarkan diri pada al-Qur’an, al-Sunnah, pendapat para ulama serta warisan sejarah tersebut.1

Dengan demikian, perbedaan pendidikan Islam dengan pendidikan lainnya, ditentukan oleh adanya dasar ajaran Islam tersebut. Jika pendidikan lainnya didasarkan pada pemikiran rasional yang sekuler dan impristik semata, maka pendidikan Islam selain menggunakan pertimbangan rsional dan data empiris juga berdasarkan pada al-Qur’an, al-Sunnah, pendapat para ulama dan sejarah tersebut.

Dalam perjalanan sejarahnya, sebuah kegiatan pendidikan ditentukan oleh visi, misi, dan sifat yang melatar belakanginya. Dalam berbagai referensi kita masih belum menjumpai rumusan tentang visi, misi, dan sifat pendidikan Islam tersebut secara eksplisit. Yang ada, pada umumnya adalah rumusan tentang tujuan, kurikulum, metode belajar mengajar, kriteria guru dan berbagai aspek pendidikan lainnya. Rumusan tentang visi, misi, sifat pendidikan Islam yang demikian penting itu belum sempat terpikirkan, walaupun berbagai isyarat di dalam Al-Qur’an, al-Hadits dan berbagai sumber ajaran Islam lainnya, rumusan tentang visi, misi dan sifat pendidikan Islam tersebut dapat dirumuskan.

Sehubungan dengan pemikiran tersebut di atas, penting rasanya untuk membahas, serta memaparkan yang dimana penulis memfokuskan pada visi, misi pendidikan Islam.

1 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2005),

▸ Baca selengkapnya: yang menjadi misi dari pendidikan isbd

(2)

B. Rumusan Masalah

1. Menjelaskan Hakikat Pendidikan Islam. 2. Menjelaskan Visi Pendidikan Islam. 3. Menjelaskan Misi Pendidikan Islam.

C. Ruang Lingkup Masalah

1. Sejauh mana pencapaian yang diraih dari visi, misi pendidikan Islam pada masa saat ini, jika dibandingkan pada era klasik.

2. Evaluasi terhadap perjalanan pendidikan Islam dari variabel visi, misi pendidikan Islam.

3. Ibrah yang dapat diambil pada era sekarang, dijadikan acuan pada masa yang akan datang.

D. Tujuan Masalah

(3)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Hakikat pendidikan Islam

Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “an” yang mengandung arti “perbuatan” (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu

“pedagogie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dlam bahasa inggris dengan “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab, Istilah ini sering diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti pendidikan.2

Dalam perkembangannya, istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi (mental). Dengan demikian pendidikan berarti segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Dalam konteks ini, orang dewasa yang dimaksud bukan berarti pada kedewasaan fisik belaka, akan tetapi bisa pula dipahami pada kedewasaan psikis.

1. Pengertian pendidikan Islam

Pendidikam Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan pada ajaran Islam. Karena ajaran Islam berdasarkan al-Qur’an, al-Sunnah, pendapat ulama serta warisan sejarah, maka pendidikan Islam pun mendasarkan diri pada al-Qur’an, al-Sunnah, pendapat para ulama serta warisan sejarah tersebut.

2 Ramayulis, Samsul Nizar., Filsafat Pendidikan Islam : Telaah Sistem

(4)

Dengan demikian, perbedaan pendidikan Islam dengan pendidikan lainnya ditentukan oleh adanya dasar ajaran Islam tersebut. Jika pendidikan lainnya didasarkan pada pemikiran rasional yang sekuler dan impristik semata, maka pendidikan Islam selain menggunakan pertimbangan rasional dan data empiris juga berdasarkan pada al-Qur’an, al-Sunnah, pendapat para ulama dan sejarah tersebut.

a. Pengertian Etimologi

Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada term al-tarbiyah,al-tadib dan al-ta’lim.

Dari ketiga istilah tersebut term yang populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam ialah term al-tarbiyah. Sedangkan term al-tadib dan al-ta’lim

jarang sekali digunakan. Padahal kedua istilah tersebut telah digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan Islam.

1) Istilah al-Tarbiyah

Istilah al-Tarbiyah berasal dari kata rabb. Walaupun kata ini memiliki banyak arti, akan tetapi pengertian dasarnya menunjukan makna tumbuh, berkembnag, memelihara, merawat, mengatur, dan menjaga kelestarian atau eksistensinya.3

Dalam penjelasan lain, kata al-tarbiyah berasal dari kata, yaitu pertama, rabba-yarbu yang berarti bertambah, tumbuh, dan berkembang (QS. Al-Ruum / 30: 39). Kedua, rabiya yarba berarti menjadi besar. Ketiga, rabba yarubbu berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, dan memelihara.

Dari uraian diatas seacara filosofis mengisyaratkan bahwa proses pendidikan Islam adalah bersumber pada pendidikan yang diberika Allah sebagai

“pendidik” seluruh ciptaan-Nya, termasuk manusia. Dalam konteks yang lua, pengertian pendidikan Islam yang terkandung dalam term al-tarbiyah terdiri atas empat unsur pendekatan, yaitu:

a) Memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa (baligh).

(5)

b) Mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan.

c) Mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan.

d) Melaksanakan pendidikan secara bertahap.

Penggunaan term al-Tarbiyah untuk menunjuk makna pendidikan Islam dapat difahami dengan merujuk firman Allah:

Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah : “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil” (QS. Al-Isra’ /17: 24)

2) Istilah al-Ta’lim

Istilah ini telah digunakan sejak periode awal pelaksanaan pendidikan Islam. Menurut para ahli, kata lain lebih bersifat lebih bersifat universal di banding dengan al-Tarbiyah maupun al-Ta’dib. Rasyid Ridha, misalnya mengartika al-Ta’lim sebagai proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu. Argumentasinya didasarkan dengan merujuk pada ayat ini;

Artinya: “Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan ni’mat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepada kamu yang belum kamu ketahui.” (QS.Al-Baqara / 2 : 151)

Kalimat wa yu’allimu hum al-kitdb wa al hikmah dalam ayat tersebut menjelaskan tentang aktivitas Rasulullah mengajarkan tilawdt al-Qur’an kepada kaum mslimin.

3) Istilah al-ta’dib

(6)

Addabani rabbi fa ahsana ta’diby (Tuhan telah mendidiku, maka Ia sempurnakan pendidikanku” (H.R. Al-‘Asykary dari Ali r.a).

Kata addaba dalam hadits di atas simaknai al-Attas sebagai “mendidik”. Selanjutnya ia mengemukakan, bahwa hadits tersebut bisa dimaknai kepada “Tuhanku telah membuatku mengenali dan mengakui dengan adab yang dilakukan secara berangsur-angsur ditanamkan-Nya ke dalam diriku, tempat-tempat yang tepat bagi segala sesuatu di dalam penciptaan, sehingga hal itu membibingku ke arah pengenalan dan pengakuan tempat-Nya yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian, serta sebagai akibatnya Ia telah mambuat pendidikanku yang paling baik.

Berdasarkan batasan tersebut, maka al-ta’dib berarti pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia (peserta didik) tentang tepat tepat yang dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan.4 Dengan pendekatan ini, pendidikan akan berfungsi sebagai

pembimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat dalam tatanan wujud dan kepribadiannya.

b. Adapun pengertian pendidikan, oleh para pakar antara lain

didefinisikan sebagai berikut :

1) Menurut Ahmad D. Marimba

Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.5

2) Menurut Dr. Ahmad Tafsir

Pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segenap aspek.6

4Ibid., hlm 87.

5 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Al-Maarif, Bandung,

(7)

3) Menurut Langeveled

Pendidikan adalah suatu bimbingan yang diberikan orang dewasa kepada

anak yang belum dewasa untuk mencapai tujuan yaitu kedewasaan.7

4) Menurut UU RI No. 20 / 2003 tentang SISDIKNAS

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri kepribadian, kecerdsan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya masyarakat, bangsa dan negara.8

5) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku sesorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.9

6) Menurut Brubacher

Education shoul be tough of as the proces of man’s resciprocal adjustment to nature, to his fellows, and to the ultimate nature of the cosmos. Education is the organized development and equipment of all the powers of human being, moral, intelectaul, and phisical by and for the individual an social uses, directed toward the union of these activities with their creator as their final end. Education is the process in wich these powers (abilities, capacities) of men wich are susceptible to

6 Dr. Ahmad Tafsir, Methodologi Pengajaran Agama Islam, Remaja Rosda

Karya,

Bandung, 1997, hlm 6.

7 Drs. H. Burhanuddin Salam, Pengantar Paedagogig (Dasar-dasar Ilmu

Pendidikan),

Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hlm 3-4.

8 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan

Nasional Bab I Pasal 1 Ayat 1.

9 Tim Penyusun Kamus pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,

Departeman

Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1994, hlm

(8)

habituation are perfected by good habits, by means artistically contrived, and employed by a man to help another or him self achieve the end in view.”10

Pendidikan diartikan sebagai proses timbal balik dari tiap pribadi manuisa dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman, dan dengan alam semesta. Pendidikan merupakan pula perkembangan yang terorganisasi dan kelengkapan dari semua potensi-potensi manusia ; moral, intelektual dan jasmani (fisik), oleh dan untuk kepribadian individunya dan kegunaan masyarakatnya yang diharapkan demi menghimpun semua aktivitas tersebut bagi tujuan hidupnya (tujuan akhir).

Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami, pendididkan adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan secara sadar untuk memberikan bimbigan atau pengarahan terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak menuju kesempurnaan dan kelengkapan arti kemanusiaan. Atau dengan kata lain menuju terbentuknya manusia yang dewasa, memiliki ketrampikan, keahlian yang sempurna dengan kepribadian atau akhlak yang utama.

Sementara Pendidikan Islam mengutip pendapat para ahli didefinisikan sebagai berikut :

1) Menurut Yusuf Qardawi

Pendidikan Islam adalah Pendidikan manusia seutuhnya; akal dan hatinya jasmani dan rohaninya, akhlak dan ketrampilannya.11

2) Menurut Hasan Langgulung

Pendidikan Islam adalah Suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat. Lebih lanjit ia menjelaskan bahwa pendidikan Islam dalam pengertian di atas merupakan suatu proses pembentukan individu berdasarkan ajaran Islam yang diwahyukan Allah kepada Muhammad melalui proses mana individu

10 John S. Brubacher, Modern Philosophies of Education, Tata Mc. Graw – Hill

Publishing Company LTD, New Delhi, 1981, hlm 371

11 Prof. Dr. Yusuf Qardawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Banna

(terj.),

(9)

dibentuk agar dapat mencapai derajat yang tinggi sehingga ia mampu menunaikan tugasnya sebagai kholifah di bumi yang dalam kerangka lebih lanjut mewujudkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.12

3) Menurut Drs Ahmadi

Pendidikan Islam adalah Segala usaha untuk mengembangkan dan memelihara fitrah manusia serta sumber daya insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam.13

4) Menurut Ahmad D. Marimba

Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani menuju kepada terbentuknya kepribadian yang utama menurut ukukran-ukuran Islam.14

5) Menurut al-Thoumi al-Syaibany

Pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan profesi di antara sekian banyak profesi asasi dalam masyarakat.15

Dari beberapa definisi di atas, secara umum pendidikan Islam dapat didefinisikan sebagai suatu proses atau usaha yang dilakukan secara sadar.

B. Visi Pendidikan Islam

Kata visi berasal dari bahasa inggris, usion yang dapat berarti penglihatan daya lihat, pandangan, impingan atau bayangan. Dengan demikian, secara sederhana kata visi mengacukepada sebuah cita-cita, keinginan, angan-angan,

12 Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam,

Al-Ma’arif,

Bandung, 1980, hlm 94.

13 Drs. Ahmadi, Islam sebagai paradigma Ilmu pendidikan, Aditya Media,

Yogyakarta, 1992, hlm 28.

14 Ahmad D. Marimba, op. Cit.,hlm 23.

15 Al-Thoumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam (terj. Hasan langgulung),

Bulan

(10)

khayalan dan impian ideal yang ingin dicapaikan dirumuskan secara sederhana, singkat, padat dan jelas namun mengandung makna yang luas jauh dan penuh makna. Dengan sifatnya yang demikian itu, sebuah visi dapat mengesankan sebuah cita-cita jangka panjang yang mungkin sulit di ukur dala jangka waktu tertentu.

Visi dapat diartikan dengan pandangan, impian, wawasan, apa saja yang tampak dalam hayal, penglihatan. Pengertian visi secara sederhana menurut Abudi Nata adalah merupakan keinginan, cita-cita, atau impian ideal yang ingin diwujudkan atau angan-angan yang ingin dicapai. Jadi visi pendidikan Islam berarti keinginan ideal yang ingin diwujudkan melalui upaya pendidikan Islam.16

Visi pendidikan Islam selaras dengan tujuan kehadiran agama Islam itu sendiri di persada bumi, yaitu membimbing dan menuntun manusia ke jalan kebenaran dan menunjuki mereka untuk tidak tersesat dalam kehidupan. Mewujudkan kehidupan manusia yang selaras dengan tujuan penciptaan manusia itu sendiri, yaitu menjadi hamba Allah yang sebenarnya dan menjadikan seluruh aktivitas kehidupannya sebagai pengabdian kepada-Nya.17

Berangkat dari berbagai pengertian istilah-istilah tentang pendidikan dan isyarat-isyarat yang terkandung di dalam setiap terma seperti yang dijelaskan sebelumnya, serta ayat-ayat al-Qur’an yang berisikan isyarat-isyarat tarbawiy

yang digambarkan di atas, maka dapat dideskripsikan bahwa, pendidikan Islam itu punya visi berupa cita-cita ideal yang diusahakan mewjudkannya. Dengan demikian, pendidikan Islam itu merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahkan manusia sebagai makhluk Allah yang paling mulia dapat mengetahui tugas dan fungsinya hanya melalui upaya pendidikan.

Keberadaan pendidikan Islam disamping sebagai upaya mengawal fitrah sekaligus mengembangkannya. Hal itu menurut Abd. Al-Rahman al-Byny seperti yang dikutip ‘Abd al-Rahman al-Nahlawy, seirama dengan unsur-unsur yang

16 Saidan, Perbandingan pemikiran pendidikan Islam antara Hasan al-Banna

dan Mohammad Natsir (Jakarta : KEMENTERIAN AGAMA RI, 2011), hlm 44.

17 Menurut informasi al-Qur’an, tujuan penciptaan manusia adalah untuk ‘ibad

(11)

terkandung dalam istilah pendidikan itu sendiri. Unsur-unsur yang terkandung dalam istilah pendidikan itu sendiri. Unsur-unsur yang terkandung dalam istilah pendidikan itu sendiri. Unsur-unsur yang terkandung di dalamnya menurut analisis Abd al-Rahman al-Byny sebagai berikut

“(Unsur-unsur dalam pendidikan Islam adalah) : (1) menjaga dan memelihara fitrah anak ; (2) mengembangkan seluruh potensi / bakat dan kemampuan yang bermacam-macam ; (3) mengarahkan fitrah dan potensi menuju ke arah kebaikan dan kesempurnaan yang layak baginya ; (4)

dilaksanakan secara bertahap.18

Visi pendidikan Islam pada dasarnya berkaitan dengan visi keRasulan para Nabi, mulai dari visi kerasulan Nabi Adam hingga kerasulan Nabi Muhammad SAW, yaitu membangun sebuah kehidupan manusia yang patuh dan tunduk kepada Allah (QS. 7:66, 73:29:16) serta membawa seluruh rahmat bagi seluruh alam (QS. 21:107; 27:77). Kata patuh dan tunduk kepada Allah sebagai disebutkan di dalam ayat tersebut memiliki arti yang amat luas, yakni melaksanakan segala perintah Allah dalam segala aspek kehidupan: ekonomi, sosial, politik, budaya, Ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya yang didasarkan pada nilai-nilai kepatuhan dan ketundukan kepada Allah, yaitu nilai keimanan, ketakwaan, kejujuran, keadilan, kemanusiaan, kesetaraan, kebersamaan, toleransi, tolong menolong, kerja keras, dan lain sebagainya. Sedangkan kata rahmat dapat berarti kedamaian, kesejahteraan, keharmonisan, kenikmatan, keberuntungan, kasih sayang, kemakmuran, dan lain sebagainya. Pendidikan Islam yang dilaksanakan harus diarahkan untuk mewujudkan sebuah tata kehidupan yang mencerminkan nilai-nilai tersebut.

Berbicara tentang visi pendidikan Islam, berarti membicarakan dasar-dasar pemikiran filosofis tentang tujuan hakiki dari pendidikan Islam itu sendiri. Usaha mewujudkan visi pendidikan Islam berarti berupaya merealisasikan tujuan penciptaan manusia dan kehidupannya di muka bumi.

18 Saidan, Perbandingan pemikiran pendidikan Islam antara Hasan al-Banna

(12)

Agar terwujud visi tersebut tentunya terkait erat dengan landasan hakikat pendidikan Islam itu sendiri, apa, bagaiamana dan untuk apa pendidikan Islam itu, yang dalam kajian filsafat meliputi ontologi, epistomologi dan axiology. Artinya adalah, apa, bagaimana dan untuk apa pendidikan itu bagi kehidupan manusia, baik manusia sebagai subjek atau pelaku pendidikan maupun ia berfungsi sebagai objek atau sasaran pendidikan.

Ketiga landasan pengetahua tersebut sebenarnya dapat dilacak dalam barbagai ayat al-Qur’an, baik yang sifatnya eksplisit maupun sentuhan ayat-ayat secara implisit. Sebab al-Qur’an pada dasarnya merupakan buku petunjuk dan pegangan, namun diantara isinya mendorong umat Islam supaya banyak berpikir. Sekalipun diakui bahwa, al-Qur’an tidak sampai memasuki kawasan yang bersiafat teknis dan tidak sampai menjangkau zona praktis dari pendidikan.

Kata-kata yang dipakai al-Qur’an menstimulusi umat manusia untuk selalu berpikir menurut Harun Nasution sangat banyak sekali seperti : ulu al-bab, ulul al-‘ilm, ulu al-abshr, ulu al-nuha, dan kata ayat sendiri erat kaitannya dengan perbuatan berpikir yang arti aslinya adalah tanda. Kata-kata tersebut sebenarnya merupakan ayat-ayat tarbawiyah (ayat-ayat pendidikan). Isyarat ayat-ayat

tarbawiyah yang tertera dalam al-Qur’an tersebut sebenarnya telah diaplikasikan secara nyata oleh Rasulullah SAW melalui tindakannya dan amaliahnya selama hayatnya. Islam sebagai agama wahyu yang bersumberkan al-Qur’an yang dibawanya itu mengandung implikasi kependidikan dalam berbagai aspeknya bertujuan untuk menjadi rahmatan li al-‘alamin.

Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa visi utama pendidikan Islam itu adalah untuk mencetak manusia-manusia yang menjadi rahmatan li al-‘alamin,

(13)

Artinya : “ 7. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah Sebaik-baik makhluk 8. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” (QS. al-Bayyinah : 7-8)

Nabi SAW juga menyatakan dalam haditsnya :

نمؤييي ل هريييخ ىجرييي نم مكررييشل هرييش نمؤيل هريخ ىج ري مكرريخ

هرش

Artinya : “Sebaik-baik kamu ialah orang yang bisa diharapkan ada kebaikannya dan tidak berbahaya keburukannya. Seburuk-buruk kamu ialah yang tidak bisa diharapkan ada kebaikannya dan berbahaya keburukannya. (HR. Riwayat Ahmad, Turmuzi dan Abu Hurairah).

C. Misi Pendidikan Islam

Sebagaimana kata visi, kata misi pun verasal dari bahasa inggris, yaitu

mission yang berarti tugas, perutusan , dan misi. Misi lebih lanjut dapat dikatakan sebagai langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan yang bersifat strategis dan efektif dalam rangka mencapa visi yang telah ditetapakan. Sejalan dengan visi pendidikan Islam sebagaimana tersebut di atas, maka misi pendidikan Islam juga erat kaitannya dengan misi ajaran Islam. Berasarkan petunjuk dan isyarat yang terdapat di dalam al-Qur’an, dijumpai informasi bahwa pendidika Islam terkait dengan upaya memperjuangkan, menegakkan, melindungi, mengembangkan, menyantuni dan membimbing tercapainya tujuan kehadiran agama bagi manusia. Imam al-Syathibi menyebutkan bahwa kehadiran agam Islam adalah untuk melindungi lima hal yang merupakan hak-hak asasi manusia, yaitu pertama hak untuk idup (al-nafs/al-hayat), kedua hak beragama (al-din), Hak untuk berfikir (al-aql), keempat hak untuk memperoleh ketuerunan / pasangan hidup (al-nasl),

(14)

Dari uraian tersebut bahwa misi pendidikan Islam berkaitan dengan beberapa hal sebagai berikut.

1. Terkait dengan upaya mengangkat harkat dan martabat manusia.

Pemeliharaan terhadap hak-hak asasi manusia pada intinya diarahkan pada upaya memuliakan harkat dan derajat manusia. Allah SWT mengingatkan dalam firman-Nya:





































Artinya : “ Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. “ (QS. al-Isra’ (17) : 70)

Berkaitan dengan ayat ini, Imam al-Maraghi menafsirkan sebagai berikut.

(15)

kapal untu digunaka berlayar di laut, dan diberikannya pula rezeki yang baik-baik, serta diberikan berbagai keistimewaan dibandingkan dengan makhluk lainnya.

Misi ajaran Islam yang memuliakan manusia yang demikian itu, menjadi misi pendidikan Islam. Terwujudnya manusia yang sehat jasmani, rohani, dan akal pikiran, serta memiliki Ilmu pengetahuan, keterampilan, akhlak yang mulia, keterampilan hidup (skill life) yang memungkinkan ia dapat memanfaatkan berbagai peluang yang diberikan oleh Allah termasuk pula mengelola kekayaan alam yang ada di daratan, di lautan, bahkan di ruang angkasa adalah merupakan misi pendidikan Islam.

Keistimewaan manusia yang demikian itu dalam sejarah pernah mengalami kemunduran. Berbagai karunia yang Allah berikan berupa kekuatan jasmani, rohani, akal pikiran, kekayaan alam dan berbagai peluang hidup telah disalah gunakan oleh manusia. Mereka tidak mengikuti petunjuk Tuhan dakm memanfaatkan berbagai karunia tersebut. Yang mereka ikuti adalah dorongan hawa nafsu, syahwat, dorongan materialistic, hedonistic dan bujukan syaitan, sehingga mereka telah membuat berbagai kerusakan dan bencana di muka bumi. Al-Qur’an menyebutkan : “telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Q.S. al-Rum (30): 41).

2. Terkait dengan upaya memberdayakan manusia agar ia dapat melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi dalam rangka ibadah kepada Allah.

(16)

4. Terkait dengan menegakkan akhlak yang mulia pada seluruh aspek kehidupan tersebut.

Dengan misi yang demikan itu, maka pendidikan Islam memilih tanggung jawab yang amat berat, besar dan kompleks, karena terkait dengan seluruh aspek kehidupan manusia.

BAB III

ANALISIS MASALAH

A. Pencapaian Visi, misi Pendidikan Islam yang pada era klasik

(17)

Islam itu identik dengan kebutuhan esensial manusia yaitu pengembangan potensi manusiawi dan mempertahankan keberadaannya sesuai dengan tujuan penciptaan manusia itu sendiri.

Jika kita melihat pada era klasik, Ilmu pengetahuan masih sulit didapatkan, hanya mungkin didapatkan oleh petinggi –petinggi kerajaan saja, atau yang mempunyai darah bangsawan, dan juga lembaga pendidikan pada saat itu masih bersifat non formal, walaupun ada diantaranya yang sudah ada lembaga pendidikan formal. Visi, misi maupun tujuan pada era klasik memang pada umumnya masih pada menulis dan membaca, karena minimnya kaum muslimin yang tidak bisa membaca. Pada era klasik kajian-kajian yang dikaji masih seperti masih hanya pada kaijan-kajian Islam, ketata negaraan, dls. Pencapaian yang dihasilkan dapat kita lihat dari kemajuan umat Islam pada saat itu pada bidang ketata negaraan. Oleh karenanya pendidikan pada saat itu belum sampai pada tahap pengembangan pengetahuan Ilmiah.

Capaian-capaian yang ada pada era klasik mungkin dapat kita lihat keberhasilan Islam menaklukan Andalusia. Andalusia adalah salah satu bukti sejarah yang merupakan daerah kekuasaan Islam yang ditaklukkan pada tahun 705 M. Pada masa pemerintahan Dinasti Bani Umayyah. Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan pada periode Islam klasik. Andalusia mencapai puncak keemasannya. Banyak prestasi yang mereka peroleh bahkan pegaruhnya membawa Eropa dan kemudian dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks, Andalusia juga dikatakan mampu menyaingi Baghdad yang ada di timur. Banyak orang Eropa mendalami studi di Universitas-universitas Islam di sana. Ketika itu bisa dikatakan, Islam telah menjadi guru bagi orang Eropa. Selama delapan abad,19 Islam pernah berjaya di bumi Eropa (Andalusia) dan membangun

peradaban yang gemilang. Namun peradaban yang di bangun dengan susah payah dan kerja keras kaum Muslimin itu, harus ditinggalkan dan dilepas begitu saja karena kelemahan-kelemahan yang terjadi di kalangan kaum Muslimin sendiri dan karena keberhasilan Bangsa Barat atau Eropa bangkit dari keterbelakangan.

19 K. Ali, A Study of Islamic History, diterjemahkan oleh Ghufron A. Mas’adi

(18)

Kebangkitan yang meliputi hampir semua element peradaban, terutama di bidang politik yakni dengan dikalahkannya kerjaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya sampai kemajuan di bidang sains dan teknologi.20

Dalam pandangan Islam, ilmu sudah terkandung secara esensial dalam al-Qur’an. Dengan demikian berilmu berarti beragama, beragama berarti berilmu. Maka tidak ada dikotomi ilmu dan agama. Ilmu tidak bebas nilai, tetapi bebas dinilai atau dikritik. Menilai dan menggugat kembali keabsahan dan kebenaran suatu pendapat adalah diharuskan tanpa menilai yang berpendapat. Bahkan ilmuan dengan senang hati melemparkan pendapat yang telah dikemukakan untuk dinilai bukan untuk dipertahankan, karena yang dicari adalah kebenaran bukan pembenaran.21

Dari fakta yang digambarkan diatas itu merupakan realisasi dari fungsi manusia sebagai khalifat Allah fi al-ardh seperti yang digambarkan Allah dalam Al-Qur’an itu akan terealisir manakala manusia itu membekali dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan ilmu dan keterampilan itu adalah hasil dari upaya pendidikan. Dan memang Islam sebagai sebagai ajaran yang universal, sangat mementingkan ilmu pengetahuan dan memerlukan pendidikan.

Dalam berbagai ayat ditemukan dorongan agar manusia mencari ilmu pengetahuan di mana saja dan kapan saja. Di samping itu ayat al-Qur’an juga memberikan apresiasi luar biasa kepada orang-orang yang berilmu dan punya pengetahuan. Bahkan keistimewaan Adam dari para Malaikat justru karena ia dibekali Allah dengan ilmu pengetahuan dan dipersiapkan untuk menjadi khalifah Allah di muka bumi. Diantaranya firman Allah yang berbunyi :



























































20 Muhammad Oemar, Filsafah Pendidikan Islam, Terj. Hasan Langgulung,

(Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hlm 503.

21 Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam (Cet. 1; Jakarta: Logos,

(19)

Artinya: 31. dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" 32. mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. al-Baqarah : 31-32)





























Artinya : “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. al-Mujadilah : 11)



























Artinya : “Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. al-Zumar : 9)

Ayat-ayat al-Qur’an di atas menjadi isyarat bagi orang-orang Islam bahwa, pendidikan Islam memiliki visi berupa terwujudnya tujuan penciptaan manusia di muka bumi. Untuk terealisirnya tujuan tersebut, tentunya manusia harus dibekali dengan ilmu dan keterampilan sebagai syarat mutlak dan itu semua tentunya diperoleh melalui upaya pendidikan Islam.

(20)

merealisasikan tuntunan ayat al-Qur’an itu berupa kesungguhan mereka dalam mencari dalam mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

Kesungguhan umat Islam masa klasik dalam mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan menurut Sirajuddin Zar, ditandai dengan adanya upaya Khalifah al-Makmun membayar mahal jasa para penerjemah dengan emas yang sama beratnya dengan buku yang diterjemahkannya. Ini menunjukan upaya serius dari kalangan umat Islam klasik tentang aktualisasi visi yang melekat dalam pendidikan Islam itu sendiri serta merealisasikannya.

Dengan upaya semacam itu, umat Islam masa klasik telah mampu memberikan motivasi dan inspirasi dalam merumuskan berbagai persepsi manusia melalui pendidikan sebagai sarana yang mendasari lahirnya peradaban dunia yang cukup gemilang, dan telah terbukti melahirkan perdaban Islam yang sangat berpengaruh pada abad XVI.

B. Evaluasi pencapaian visi, misi pendidikan Islam pada masa sekarang terhadap problematika umat

Pada era sekarang ini kita perlu mengevaluasi terhadap capaian dan perubahan yang dapat kita amati, hal ini demi peningkatan suatu capaian dan langkah-langkah yang harus kita lewati. Oemar Hamalik mengartikan evaluasi sebagai suatu proses penaksiran terhadap kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan peserta didik untuk tujuan pendidikan.22

Kondisi umat Islam saat ini penuh dengan kelemahan-kelemahan. Kelemahan-kelemahan itu terkait dengan kapasitas intelektual dan problematika moral. Kelemahan dalam kapasitas intelektual (Al Jahlu) meliputi:

1. Dho'fut Tarbiyah (lemah dalam pendidikan)

Kelemahan dalam aspek pendidikan formal dan informal sangat dirasakan oleh umat Islam masa kini.

(21)

2. Dho'fut Tsaqofah (lemah dalam ilmu pengetahuan)

Dewasa ini sedang sangat pesat perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi tetapi uamat Islam terasa tertinggal bila dibandingkan umat yg lainnya. Ini disebabkan wawasan umat Islam yg sempit dan terbatas juga lemah dalam mengembangkan ilmu pengetahuan ini disebabkan minat umat Islam untuk menuntut ilmu sangat rendah.

3. Dho'fut Takhthith (lemah dalam perencanaan)

Umat Islam pada saat ini tidak memiliki strategi yang jelas, rencana perjuangannya penuh dengan misteri.

4. Dho'fut Tanzim (lemah dalam pengorganisasian)

Sekarang ini terjadi gerakan-gerakan yang mengibarkan bendera kebathilan, mereka membangun pengorganisasian yang solid sementara umat Islam lemah dalam pengorganisasian sehingga kebathilan akan di atas angin sedang umat Islam akan berada di pihak yg kalah. Sesuai perkataan Khalifah Ali ra " kebenaran tanpa sistem yg baik akan di kalahkan oleh kebathilan yg terorganisir dgn baik".

5. Dho'fut Amniyah (lemah dalam keamanan)

Dewasa ini umat Islam lengah dalam penjagaan keamanan diri dan kekayaan baik moril maupun meteril sehingga negeri-negeri muslim yang kaya raya akan sumber daya alam di rampok oleh negara-negara non muslim. Begitu juga dengan Iman, umat Islam tidak lagi menjaganya tidak ada Amniyah pada aqidah dan dibiarkan serbuan serbuan aqidah datang tanpa ada proteksi yg memadai.

6. Dho'fut Tanfidz (lemah dalam memobilisasi potensi-potensi diri)

(22)

(kuatun Tanfidz) diri sekarang ini umat Islam sangat lemah dalam memobolisir diri apalagi secara kolektifitas.

C. Rekomendasi dan Saran

Jika kita melihat problema umat Islam saat ini maka perlua adanya internalisasi nilai-nilai rahmatan itu ke dalam diri peserta didik adalah visi utama dan sekaligus menunjukan keutamaan / ekselensi pendidikan Islam. Dengan terpatrinya nilai-nilai tersebut di dalam diri, maka akan berkembang tiga dimensi secara responsif yaitu dimensi ilahiyah, dimensi insaniyah dan dimensi

‘alamiyah.

Dimensi ilahiyah yang dimaksudkan adalah seperti yang digambarkan oleh Suyanto, yaitu tertanamnya nilai-nilai ketuhanan pada diri peserta didik. Sedangkan dimensi insaniyah adalah nilai kemanusiaan yang bersifat universal, seperti sifat tolong menolong, rasa simpati, empati, kepedulian sosial dan lain-lain.

Sementara dimensi ‘alamiyah hubungan individu dengan alam semesta berupa memelihara, memakmurkan dan memanfaatkan alam dalam kehidupan. Bukannya eksploitasi dan dominasi untuk memperkaya diri sendiri. Semuanya itu secara aplikatif telah diterapkan oleh Rasul selama hidupnya bersama para sahabatnya.

Nilai-nilai kewahyuan yang dibawa oleh Rasul SAW sangat dibutuhkan dan penting bagi kehidupan manusia. Nilai-nilai tarbawi-nya sesuai dengan fitrah manusia itu sendiri. Ia akan actual dan funsional bilamana diinternalisasikan ke dalam diri pribadi setiap individu melalui proses pendidikan (harkat tarbawiyyah).

(23)

itu. Dengan demikian, nilai-nilai qur’ani itu akan menjiwai pendidikan yang diterapkan.

Pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai al-Qur’an-lah menurut Said Agil Husin al-Munawar yang akan berperan secara signifikan untuk memperkokoh ketahanan rohani umat manusia. Nilai-nilai Qur’ani yang dimaksudkan itu adalah nilai universal yang bersumberkan pada Qur’an sebagai sumber tertinggi ajaran Islam. Ini tentunya menunjukan bahwa, pendidikan Islam yang mempunyai pandangan jauh ke depan itu selalu mengedepankan nilai-nilai seperti yang terkandung di dalam al-Qur’an.

Kajian terhadap visi Pendidikan Islam secara filosofis berarti melihat segala topik-topik pendidikan tertuju kepada upaya membentuk manusia yag dalam kehidupannya mengedepankan nilai-nilai qur’ani berupa pengabdian secara tulus kepada penciptanya.

Agar terwujud visi pendidikan itu, maka mulai dari hakikat pendidikan, tujuan pendidikan, materi pendidikan, metode pendidikan, pendidik dan peserta didik, dan evaluasi pendidikan haruslah benar-benar mengantarkan kepada tujuan tersebut. Artinya adalah, pendidikan sebagai sebuah upaya berkelanjutkan dan juga merupakan bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Dengan demikian, objek pendidikan itu adalah manusia itu sendiri. Dengan demikian, objek pendidikan itu adalah manusia yaitu mengenai hakikat pri hidup dan kehidupan manusia itu sendiri.

(24)

Terwujudnya visi rahmatan li al-‘alamin disamping tiga unsur di atas, juga tidak terlepas dari sarana pemberdayaan masyarakat dan memanfaatkan alam dengan segala isinya. Ketiga unsur yang sangat menentukan ini menurut perspektif al-Qur’an bersifat fana tidak permanen dan selalu berubah-ubah, dan yang tetap adalah zat Allah yang Maha Kuasa. Dengan demikian, operasionalisasi pendidikan Islam itu pun bersifat dinamis dan berkembang terus seirama dengan perkembangan manusia itu sendiri.

Allah, manusia dan jagat raya (alam) adalah kandungan terpenting bahkan merupakan intisari kandungan al-Qur’an. Intisari kandungan al-Qur’an itu pula menurut Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany yang melandasi pemikiran mewujudkan visi pendidikan. Rumusan tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut:

(1) Kepercayaan bahwa jagat raya berati seperti selain Allah, (2) kepercayaan bahwa jagat raya itu berubah dan berada dalam gerakan dan terus menerus, (3) alam ini berjalan menurut undang-undang yang pasti, (4) kepercayan tentang adanya hubungan antara sebab akibat, (5) alam ini adalah teman terbaik bagi manusia dan alat yang terbaik bagi kemajuannya, (6) alam ini baru bukannya qodim, (7) Allah Ta’ala pencipta alam, dan (8) Allah bersifat dengan sifat yang sempurna.

(25)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikam Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan pada ajaran Islam. Karena ajaran Islam berdasarkan al-Qur’an, al-Sunnah, pendapat ulama serta warisan sejarah, maka pendidikan Islam pun mendasarkan diri pada al-Qur’an, al-Sunnah, pendapat para ulama serta warisan sejarah tersebut.

(26)

juga berdasarkan pada al-Qur’an, al-Sunnah, pendapat para ulama dan sejarah tersebut.

Visi dapat diartikan dengan pandangan, impian, wawasan, apa saja yang tampak dalam hayal, penglihatan. Pengertian visi secara sederhana menurut Abudi Nata adalah merupakan keinginan, cita-cita, atau impian ideal yang ingin diwujudkan atau angan-angan yang ingin dicapai. Jadi visi pendidikan Islam berarti keinginan ideal yang ingin diwujudkan melalui upaya pendidikan Islam.23

Visi pendidikan Islam selaras dengan tujuan kehadiran agama Islam itu sendiri di persada bumi, yaitu membimbing dan menuntun manusia ke jalan kebenaran dan menunjuki mereka untuk tidak tersesat dalam kehidupan. Mewujudkan kehidupan manusia yang selaras dengan tujuan penciptaan manusia itu sendiri, yaitu menjadi hamba Allah yang sebenarnya dan menjadikan seluruh aktivitas kehidupannya sebagai pengabdian kepada-Nya.24

Berangkat dari berbagai pengertian istilah-istilah tentang pendidikan dan isyarat-isyarat yang terkandung di dalam setiap terma seperti yang dijelaskan sebelumnya, serta ayat-ayat al-Qur’an yang berisikan isyarat-isyarat tarbawiy

yang digambarkan di atas, maka dapat dideskripsikan bahwa, pendidikan Islam itu punya visi berupa cita-cita ideal yang diusahakan mewjudkannya. Dengan demikian, pendidikan Islam itu merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahkan manusia sebagai makhluk Allah yang paling mulia dapat mengetahui tugas dan fungsinya hanya melalui upaya pendidikan.

Kata misi berasal dari bahasa inggris, yaitu mission yang berarti tugas, perutusan , dan misi. Misi lebih lanjut dapat dikatakan sebagai langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan yang bersifat strategis dan efektif dalam rangka mencapai visi yang telah ditetapakan. Sejalan dengan visi pendidikan Islam sebagaimana tersebut di atas, maka misi pendidikan Islam juga erat kaitannya dengan misi ajaran Islam. Berasarkan petunjuk dan isyarat yang terdapat di dalam al-Qur’an,

23 Saidan, Perbandingan pemikiran pendidikan Islam antara Hasan al-Banna

dan Mohammad Natsir (Jakarta : KEMENTERIAN AGAMA RI, 2011), hlm 44.

24 Menurut informasi al-Qur’an, tujuan penciptaan manusia adalah untuk ‘ibad

(27)

dijumpai informasi bahwa pendidika Islam terkait dengan upaya memperjuangkan, menegakkan, melindungi, mengembangkan, menyantuni dan membimbing tercapainya tujuan kehadiran agama bagi manusia. Imam al-Syathibi menyebutkan bahwa kehadiran agam Islam adalah untuk melindungi lima hal yang merupakan hak-hak asasi manusia, yaitu pertama hak untuk idup (al-nafs/al-hayat), kedua hak beragama (al-din), Hak untuk berfikir (al-aql), keempat hak untuk memperoleh ketuerunan / pasangan hidup (al-nasl), dan

kelima hak untuk memperoleh harta benda (al-mal).

Dari uraian tersebut bahwa misi pendidikan Islam berkaitan dengan beberapa hal sebagai berikut.

1. Terkait dengan upaya mengangkat harkat dan martabat manusia.

2. Terkait dengan upaya memberdayakan manusia agar ia dapat melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi dalam rangka ibadah kepada Allah.

3. Terkait dengan upaya mengatasi berbagai masalah yang dihadapi umat manusia yaitu masalah akidah, ibadah, syari’ah, ekonomi, politik, sosial, budaya, adat istiadat, hukum, ilmu pengetahuan, pendidikan dan sebagainya.

4. Terkait dengan menegakkan akhlak yang mulia pada seluruh aspek kehidupan tersebut.

Perlua adanya internalisasi nilai-nilai rahmatan ke dalam diri peserta didik adalah visi utama dan sekaligus menunjukan keutamaan / ekselensi pendidikan Islam. Dengan terpatrinya nilai-nilai tersebut di dalam diri, maka akan berkembang tiga dimensi secara responsif yaitu dimensi ilahiyah, dimensi

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi. Islam sebagai paradigma Ilmu pendidikan, Yogyakarta : Aditya Media, 1992.

Ali, K. A Study of Islamic History, diterjemahkan oleh Ghufron A. Mas’adi dengan judul Sejarah Islam dari Awal Hingga Runtuhnya Dinasti Usmani (Tarikh Pramodern), Cet. IV; Jakarta : Raja Gravindo Persada, 2003.

Al-Syaibany, Al-Thoumy. Falsafah Pendidikan Islam (terj. Hasan langgulung), Jakarta : Bulan Bintang, 1979.

Brubacher, John S. Modern Philosophies of Education, Tata Mc. Graw – Hill

Publishing Company LTD, New Delhi, 1981.

Hamalik, Oemar. Pengajaran Unit, Bandung : Alumni, 1982.

Langgulung, Hasan. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, Bandung : Al-Ma’arif, 1980.

(29)

Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Cet. 1; Jakarta : Logos, 1999.

Nata, Abudin. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Gaya Media Pratama, 2005.

Oemar, Muhammad. Filsafah Pendidikan Islam, Terj. Hasan Langgulung, Jakarta : Bulan Bintang, 1975.

Qardawi, Yusuf. Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Banna (terj.), Jakarta : Bulan Bintang, 1980.

Ramayulis., Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam : Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya, Jakarta : Kalam Mulia, 2009.

Saidan. Perbandingan pemikiran pendidikan Islam antara Hasan al-Banna dan Mohammad Natsir, Jakarta : KEMENTERIAN AGAMA RI, 2011.

Salam, Burhanuddin. Pengantar Paedagogig (Dasar-dasar Ilmu Pendidikan), Jakarta : Rineka Cipta, 1997.

Tafsir, Ahmad. Methodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung : Remaja Rosda Karya, 1997.

Tim Penyusun Kamus pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departeman Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1994.

Referensi

Dokumen terkait

Prol Click-On Flat DUMA memiliki sistem instalasi yang unik karena selain dapat mempercepat pemasangan, sistem instalasi ini juga menyembunyikan semua sekrup dari permukaan

Pencanangan misi ini tentu saja sejalan dengan upaya FEBUB dan JA-FEBUB untuk menghasilkan lulusan yang memiliki keunggulan iman dan takwa serta berdaya saing nasional

Puji syukur alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufiq dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaiakan Tesis dengan judul

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI KEMAMPUAN USAHA PENUNJANG

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Jaiswal, Mahila and Varanasi, 2014) dapat diketahui bahwa dengan menerapkan kualitas kehidupan kerja (quality of

Kalau ditinjau lebih lanjut karena perbedaan biaya yang tidak terlalu besar antara pola tanam jahe emprit secara monokultur (pola I) dengan pola tanam jahe emprit +

Kegiatan pengabdian masyarakat yang telah terlaksana dalam rangka pemecahan masalah belum efektifnya khotbah Jumat di masjid-masjid wilayah Srihardono Pundong

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pada variabel komitmen organisasional, motivasi kerja dan intensi turnover seluruhnya dinyatakan valid, sedangkan