• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN DMF-T DAN TINGKAT PENCAPAIAN PTI (PERFORMED TREATMENT INDEX) PADA SISWA SISWI SD N 94 PALEMBANG TAHUN 2012 Listrianah Dosen Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Palembang ABSTRAK - Gambaran DMF-T Dan Tingkat Pencapaian PTI (Performed Treat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "GAMBARAN DMF-T DAN TINGKAT PENCAPAIAN PTI (PERFORMED TREATMENT INDEX) PADA SISWA SISWI SD N 94 PALEMBANG TAHUN 2012 Listrianah Dosen Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Palembang ABSTRAK - Gambaran DMF-T Dan Tingkat Pencapaian PTI (Performed Treat"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN DMF-T DAN TINGKAT PENCAPAIAN PTI (PERFORMED TREATMENT INDEX) PADA SISWA SISWI

SD N 94 PALEMBANG TAHUN 2012

Listrianah

Dosen Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Palembang

ABSTRAK

Performed Treatment Index adalah indeks yang menunjukan persentase jumlah gigi tetap yang telah dilakukan penambalan terhadap jumlah gigi yang mengalami DMF-T . PTI menggambarkan motivasi dari seseorang untuk menambalkan giginya yang berlubang dalam upaya mempertahankan gigi tetap. Dari data Reskesdas rata-rata penduduk Indonesia memiliki angka PTI sangat rendah, yaitu hanya sebesar 1.6 %. Tujuan : penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran DMF-T dan tingkat pencapaian PTI (Performed Treatment Index) pada siswa-siswi SD Negeri 94 Silaberanti Palembang tahun 2012. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 640 anak, dengan jumlah sampel 287 anak. Sampel diambil dari kelas 4,5, dan 6 di SD N 94 Palembang. Metode : penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik, dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Non Probability sampling dan analisa data yang digunakan adalah analisa univariate. Hasil : penelitian ini didapat index rata-rata pengalaman karies gigi tetap (DMF-T), berdasarkan jumlah sampel sebanyak 287 didapat jumlah DMF-T sebanyak 800 dengan rata-rata 2,78, hal ini menunjukan masih tingginya karies pada siswa-siswi SD Negeri 94 Palembang, sedangkan siswa-siswi yang melakukan penambalan ( Filling ) hanya 18 dan jumlah DMF-T 800 sehingga diperoleh angka pencapaian PTI (Performed Treatment Index) adalah 2,25 %. Dengan demikian usaha mempertahankan gigi dengan melakukan penambalan di SD N 94 Palembang masih sangat rendah.

(2)

1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat agar tingkat kesehatan masyarakat menjadi lebih baik. Pembangunan di bidang kesehatan gigi merupakan bagian integral pembangunan kesehatan Nasional. Artinya, dalam melaksanakan pembangunan kesehatan umum, pembangunan di bidang kesehatan gigi tidak boleh ditinggalkan, demikian juga sebaliknya. Bila ingin melaksanakan pembangunan di bidang kesehatan gigi, tidak boleh dilupakan kerangka yang lebih luas, yaitu pembangunan di bidang kesehatan umumnya (Suwelo, 1995).

Program pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan selama ini telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara cukup bermakna, walaupun masih dijumpai berbagai masalah dan hambatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan. Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan Negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayananan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh wilayah Republik Indonesia (Depkes RI, 1999).

Menurut Suwelo status atau derajat kesehatan masyarakat ditentukan oleh berbagai faktor seperti penduduk, lingkungan, perilaku masyarakat dan pelayanan kesehatan, faktor tersebut perlu mendapat perhatian serta penanganan sebagai satu kesatuan. Untuk menunjang upaya kesehatan agar mencapai derajat kesehatan optimal (hidup sehat), upaya kesehatan gigi juga perlu mendapat perhatian. Kurangnya perhatian terhadap gigi sulung anak usia sekolah dasar disebabkan oleh umumnya orang tua beranggapan bahwa gigi sulung tidak perlu dirawat karena akan

digantikan oleh gigi tetap. Keadaan gigi sulung yang dijumpai di klinik gigi atau puskesmas biasanya sudah parah, sehingga anak menderita sakit gigi dengan segala macam akibat yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Upaya kesehatan gigi perlu ditinjau dari aspek lingkungan, pendidikan, kesadaran masyarakat dan penanganan kesehatan gigi termasuk pencegahan dan perawatan. Aspek tersebut saling berhubungan dan saling mempengaruhi, baik cara pencegahan dan perawatan gigi masyarakat (upaya kesehatan gigi masyarakat) maupun keadaan kesehatan gigi masyarakat. Untuk mendapatkan hasil sebaik-baiknya dalam upaya pencegahan penyakit gigi, perlu diketahui masalah yang berkaitan dengan proses terjadinya kerusakan gigi (karies) termasuk etiologi karies gigi, resiko yang menyebabkan timbulnya karies gigi, dan juga faktor distribusi penduduk, lingkungan serta perilaku masyarakat terhadap kesehatan gigi (Zainab, 2008).

Penambalan gigi adalah salah satu cara untuk memperbaiki kerusakan gigi agar gigi bisa kembali ke bentuknya semula dan bisa kembali berfungsi dengan baik. (Ramadhan, 2010).

Indikator keberhasilan penambalan gigi tetap adalah dengan membandingkan jumlah gigi tetap karies yang telah ditambal dengan pengalaman karies seseorang (DMFT) sehingga akan diperoleh angka persentase yang disebut dengan Performed Treatment Index (PTI). PTI menggambarkan motivasi dari seseorang untuk menambalkan giginya yang berlubang dalam upaya mempertahankan gigi tetap. Rata-rata penduduk Indonesia memiliki angka PTI sangat rendah, yaitu hanya sebesar 1.6 %. (Riskesdas, 2007). Padahal indikator derajat kesehatan gigi yang telah ditetapkan untuk tahun 2000 DMFT lebih kecil atau sama dengan tiga dengan PTI lebih besar dari 50 %.

(3)

sedangkan besarnya kerusakan yang belum ditangani dan memerlukan penumpatan dan atau pencabutan (Required Tretment Index) pada usia ini sebesar 72,4% -82,5% sedangkan penyakit periodontal merupakan penyakit gigi dan mulut kedua terbanyak diderita masyarakat lebih kurang 70% dan sebesar kurang lebih 4-5 % penduduk menderita penyakit periodontal lanjut yang menyebabkan gigi goyang dan lepas ( Depkes, 2010)

Apabila kita perhatikan data tersebut menggambarkan bahwa pelayanan kesehatan gigi ditangani pada kondisi penyakit yang sudah lanjut. Bila kembali pada data yang diambil dari Riskesdas 2007 mengenai indeks PTI (Performed Treatment Index) yang dapat diartikan sebagai upaya penduduk untuk menambalkan giginya dalam upaya mempertahankan gigi tetap, ternyata hanya 1,6%. Dan untuk menumpatkan gigi yang karies pada umur 12-18 tahun sekitar 4-5 %. Secara tersirat PTI 1,6% mengindikasikan kurangnya kesadaran masyarakat akan kesehatan giginya.

Dari latar belakang tersebut di atas maka penulis tertarik untuk membuat suatu Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “GAMBARAN DMF-T DAN TINGKAT PENCAPAIAN PTI ( PERFORMED TREATMENT INDEX ) PADA SISWA-SISWI SD NEGERI 94 PALEMBANG TAHUN 2012”

A. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas maka penulis dapat merumuskan masalahnya adalah: “Bagaimanakah gambaran DMF-T dan tingkat pencapaian PTI (Performed Treatment Index) pada siswa-siswi SD Negeri 94 Palembang tahun 2012”

B. Pertanyaan Penelitian

1. Berapa indek rata-rata pengalaman karies gigi tetap (DMF-T) pada siswa-siswi di SD Negeri 94 Palembang tahun 2012?

2. Berapa persentase tingkat pencapaian PTI (Performed Treatment Index)

pada siswa-siswi di SD Negeri 94 Palembang tahun 2012?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Diketahui gambaran DMF-T dan tingkat pencapaian PTI (Performed Treatment Index) pada siswa-siswi SD Negeri 94 Palembang tahun 2012.

2. Tujuan Khusus

1. Diketahui indek rata-rata pengalaman karies gigi tetap (DMF-T) pada siswa-siswi di SD Negeri 94 Palembang tahun 2012. 2. Diketahui persentase tingkat

pencapaian PTI (Performed Treatment Index) pada siswa-siswi di SD Negeri 94 Palembang tahun 2012.

D.Manfaat Penelitian

1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai gambaran upaya mempertahankan gigi pada siswa-siswi SD Negeri 94.

2. Memberikan informasi kepada pembaca tentang pentingnya memperhatikan kesehatan gigi dan mulut guna untuk mencegah infeksi lebih lanjut akibat karies gigi kepada masyarakat.

3. Untuk menambah referensi perpustakaan khususnya di perpustakaan Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Keperawatan Gigi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

(4)

Index). Performed Treatment Index adalah indeks yang menunjukan persentase jumlah gigi tetap yang telah dilakukan penambalan terhadap jumlah gigi yang mengalami DMF-T (Be Kien Nio, 1987).

Rumus menghitung PTI : Jumlah gigi dengan F

PTI = x 100%

Jumlah gigi dengan DMF-T

PTI (Performed Treatment Index ) dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan pada suatu kelompok individu di suatu wilayah / tempat tertentu. Indikator derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal pada tahun 2000 adalah pada anak usia 12 tahun, index DMF-T 3 dan PTI 50 %.

B. Gigi

1. Pengertian Gigi

Gigi merupakan suatu organ keras yang fungsi utamanya adalah untuk mengunyah makanan. Gigi tertanam di tulang alveolar, yaitu suatu tulang yang menempel di permukaan tulang rahang. Tulang alveolar yang ditutupi gusi ini berfungsi untuk menopang gigi (Ramadhan, 2010).

2. Bagian – bagian gigi : a. Email

Email merupakan bagian terluar dari gigi yang terlihat dalam mulut kita. Dibandingkan dengan bahan keras dalam tubuh seperti kuku, rambut, tulang semen dan dentin, email merupakan bahan yang terkeras tetapi getas (mudah patah).

Email merupakan bahan yang tidak mempunyai sel, pembuluh darah, saraf, dan limfe sehingga jika patah atau sakit, email tidak dapat mengadakan regenerasi atau tidak mempunyai daya reparatif. Jadi, pencegahan kerusakan email dari proses

karies ataupun fraktur sangat penting (Putri, dkk, 2010).

b. Dentin

Dentin adalah jaringan termineralisasi yang membentuk sebagian besar komposisi gigi. Di daerah mahkota, dentin ada di lapisan dasar email dan di daerah akar, dentin ditutup oleh sementum. Warnanya kuning pucat, kekerasannya lebih keras dari pada tulang maupun sementum, tapi kurang keras dibandingkan email. Dentin mengandung 70 % bahan anorganik yang komponen utamanya adalah hidroksiapatit (Putri,dkk.2010).

c. Pulpa

Pulpa merupakan jaringan lunak yang di dalamnya terdapat jaringan ikat, limfe, saraf dan pembuluh darah. Limfe, saraf dan pembuluh darah masuk ke dalam gigi melalui lubang kecil yang berada di ujung akar gigi yang disebut foramen apikal. Bagian gigi ini mempunyai peran penting dalam pertumbuhan dentin.

d. Sementum

Sementum bagian dari

jaringan gigi dan termasuk juga bagian dari jaringan

periodontium karena

menghubungkan gigi dengan tulang rahang dengan jaringan yang terdapat di selaput periodontal. Jaringan sementum tidak mengadakan resorpsi atau pembentukan kembali tetapi mengalami apposisi ( makin tua umur makin tebal lapisan semen), pembentukan semen ini berjalan dari arah selaput periodontal ( Itjingningsih,1991).

(5)

Gigi berperan penting dalam proses penguyahan untuk menghaluskan makanan agar lebih mudah ditelan serta meringankan kerja proses pencernaan.

2). Berbicara

Berbicara merupakan cara untuk berkomunikasi dalam kehidupan manusia sehari-hari agar timbul saling pengertian diantara sesama. Sebagai fungsi untuk berbicara gigi sangat

diperlukan untuk

mengeluarkan bunyi ataupun huruf-huruf tertentu seperti huruf T, V, F dan S.

3). Estetika

Estetika dalam bidang kedokteran gigi adalah berhubungan langsung dengan perasaan indah bagi seseorang. Jika seseorang kehilangan gigi depan ( misalnya gigi incisivus, caninus) maka orang tersebut akan terlihat kurang keindahan, malu untuk tertawa karena timbul rasa kurang percaya diri.

4) Menjaga kesehatan rongga mulut dan rahang

Banyak hal yang akan terjadi jika gigi hilang. Diantaranya gangguan pengunyahan makanan, susunan gigi menjadi tidak teratur, migrasi dalam bentuk kemiringan letak, rotasi dan ekstraksi, terjadinya diastema, gingivitis, pembentukan saku gusi, karies, tulang alveolar yang berkurang (resorpsi), gangguan pada sendi rahang dan penyakit pada jaringan periodontal (Ramadhan, 2010).

C. Gigi sehat

Gigi dikatakan sehat, apabila gigi dapat berfungsi dengan baik tanpa ada keluhan rasa sakit atau nyeri serta tidak menimbulkan bau yang tidak sedap (Helianti,2012).

Gambar 1. Gigi Sehat

( Sumber : Vhyanrh.wordpress.com)

D. Pengertian Karies

Karies merupakan penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin, sementum, yang disebabkan oleh aktifitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri ( Edwin. A. M Kidd,1991).

(6)

Karies gigi adalah hasil interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak atau biofilm, dan diet (khusunya komponen karbohidrat yang dapat difermentasikan oleh bakteri plak menjadi asam,tertuma asam latat dan asetat) sehingga terjadi dimenaralisasi jaringan karies gigi dan memerlukan cukup waktu untuk kejadiannya (Putri,dkk 2010).

Karies gigi adalah proses kerusakan gigi yang dimulai dari enamel terus ke dentin. Proses tersebut terjadi karena sejumlah faktor didalam mulut yang berinteraksi satu sama lain (Suwelo, 1992).

Karies gigi adalah gigi berlubang disebut karies gigi . Karies akan mengakibatkan kerusakan struktur gigi sehingga terbentuk lubang (Pratiwi, 2009).

Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga menjalar ke dentin ( Kusumawardani,2011).

1. Penyebab Karies Gigi a. Plak

Plak adalah merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matrik interseluler jika seorang melalaikan kebersihan gigi dan mulut (Putri dkk,2005). Dengan adanya berbagai kemajuan di bidang teknologi perubahan pola hidup sehat serta pola makanan masyarakat, diperkirakan konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat dan gula di masa mendatang akan meningkat. Makanan tersebut antara lain biskuit, kue, coklat. permen, roti dan sebagainya.Makanan ini umumnya lengket dan mudah melekat pada pemukaan gigi dan menyebabkan timbulnya plak bila tidak dibersihkan.

Selain streptococus mutans, ada pula streptococus lain yaitu yang berbentuk batang yang menyertai bakteri streptococus mutans. Bakteri –bakteri ini biasanya tumbuh dari sisa –sisa makanan yang membusuk, lambat laun bakteri ini akan bertambah banyak dan menghasilkan asam yang dapat merusak email gigi. Email dibawa plak mengalami demineralisasi, demikianlah tejadinya karies ( Sutriyanto 2012).

b. Saliva

Saliva memegang peranan yang penting dalam proses pencernaan. Dalam proses pencernaan di dalam mulut terjadi kontak antara gigi dan makanan dengan saliva, di dalam mulut selalu ada saliva yang berkontak dengan gigi sehingga berperan dalam kelestarian gigi saliva juga dapat menjadi self cleansing sehingga secara tidak langsung membantu membersihkan plak atau debris yang menempel pada permukaan gigi (Suwelo, 1992).

Mulut merupakan pintu masuk makanan dan minuman kedalam tubuh manusia. Beraneka ragam makanan dan minuman masuk kedalam tubuh melalui mulut. Maka perlu dilumatkan dengan cara dikunyah di dalam mulut proses pelumatan oleh gigi di bantu oleh saliva.

Para ahli mengatakan bahwa fungsi saliva sebagai pelicin, pelindung, buffer (penyangga). Pembersih, anti pelarut dan bakteri. Namun saliva memegang peranan penting dalam pembentukan plak gigi, saliva juga merupakan media yang baik untuk kehidupan bakteri tertentu yang berhubungan terjadinya karies gigi (Suwelo, 1992).

c. Permukaan dan Bentuk Gigi

(7)

WAKTU mana pits danfissurenya banyak dan

dalam sehingga memudahkan tertimbunya makanan. Gigi dengan fissure yang dalam mengakibatkan sisa-sisa makanan mudah melekat dan bertahan, sehingga produksi asam bakteri akan berlangsung dengan cepat dan menimbulkan karies (Tarigan,1999).

d. Karbohidrat yang dapat difermentasikan

Bakteri pada mulut seseorang akan mengubah glukosa, fruktosa, dan sukrosa menjadi asam laktat melalui sebuah proses glikolisis yang disebut fermentasi. Bila asam ini mengenai gigi dapat menyebabkan demineralisasi. Proses sebaliknya, remineralisasi dapat terjadi bila pH telah dinetralkan. Mineral yang diperlukan gigi tersedia pada air liur dan pasta gigi berfluorida dan cairan pencuci mulut. Karies lanjut dapat ditahan pada tingkat ini. Bila demineralisasi terus berlanjut, maka akan terjadi proses perubahan ( Pramesti,2012).

e.Waktu

Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang kariogenik dapat memengaruhi perkembangan karies. Setelah seseorang mengkonsumsi makanan mengandung gula, maka bakteri pada mulut dapat metabolisme gula menjadi asam dan menurunkan pH. pH dapat menjadi normal karena dinetralkan oleh air liur dan proses sebelumnya telah melarutkan mineral gigi.Demineralisasi dapat terjadi setelah 2 jam. Dengan pH normal = 7 ( Massler,2000).

2. Proses Terjadinya Karies

Proses kerusakan gigi merupakan suatu urutan kerja diantara terjadinya karies.

Gambar 2. Proses Karies Gigi

Sumber: (Putri dkk,2011).

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Karies Gigi

Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya karies. Makin dekat manusia hidup dengan alam semakin sedikit dijumpai karies pada giginya.

Dengan semakin canggih pabrik makanan, maka semakin tinggi juga fermentasi karies pada masyarakat. Dibawah ini akan diterangkan hal yang dapat mempengaruhi terjadinya karies:

GIGI

DIET SUKROSA

SALIVA MIKROORGANIS

ME PLAK

KARIES

(8)

1. Makanan

Makanan sangat berpengaruh terhadap gigi dan mulut ( Tarigan, 1990).

pengaruh makanan terhadap gigi dan mulut menjadi :

a. Isi dari makanan yang menghasilkan energi

Misalnya : karbohidrat, protein, lemak, vitamin serta mineral-mineral.

Unsur-unsur diatas tersebut diatas berpengaruh pada masa pra-erupsi dan pasca erupsi dari gigi geligi

b. Fungsi mekanisme dari makanan yang dimakan

Makan-makanan yang bersifat membersihkan gigi, merupakan salah satu cara pembersihan gigi secara langsung, tentu saja akan mengurangi kerusakan gigi. Makanan yang bersifat membersihkan ini contonya adalah : apel, jambu air, tebu, bengkoang dan lain-lain. Sebaliknya makanan yang lunak dan melekat pada gigi seperti : permen, coklat, biscuit.

2. Pengetahuan

Kurangnya pengetahuan seseorang terhadap pentingnya kesehatan gigi, merupakan salah satu faktor pendukung berkembangnya karies gigi. Sebagian besar masyarakat Indonesia mengaggap bahwa kebersihan gigi dan mulut tidak terlalu penting, mereka baru

merasakan pentingnya

penyuluhan kesehatan gigi terhadap orang tua dan anak dengan harapan dapat mengubah pandangan mereka tentang pentingya kesehatan gigi dan mulut (Suwelo,1992).

3. Menyikat gigi

Dengan menggunakan sikat gigi merupakan bentuk pembersihan plak secara mekanis. Sebagimana diketahui, plak adalah faktor penyebab gigi berlubang atau karies. Tujuan menyikat gigi adalah untuk memelihara kebersihan dan kesehatan mulut terutama gigi dan jaringan sekitarnya, menimbulkan rasa segar dengan pasta gigi sehingga karies dapat dicegah. (Natalina, 2009).

3. Penggolongan Karies

1. Berdasarkan cara meluasnya karies gigi a.Penetrierend karies.

Karies yang meluas dari email ke dentin dalam bentuk kerucut. Perluasannya secara penetrasi, yaitu merembes kearah dalam (Tarigan,1990).

b. Unterminirende karies

Karies yang meluas dari email ke dentin dengan jalan meluas kearah samping, sehingga menyebabkan bentuk seperti periuk (Tarigan, 1990).

2. Berdasakan stadium karies a. Karies Surperfisialis

Dimana karies baru mengenai enamel saja, sedangkan dentin belum terkena

Gambar 3. Karies Superfisialis

(9)

Dimana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.

Gambar 4. Karies Media

( Sumber : http://repository.usu.ac.id, 2009)

c. Karies Propunda

Dimana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang –kadang sudah mengenai pulpa.

Karies profunda ini dapat kita bagi lagi atas:

1.Karies profunda stadium 1

Karies telah melewati setengah dentin biasanya radang pulpa belum dijumpai

2.Karies profunda stadium II

Masih dijumpai lapisan tipis yang membatasi karies dengan pulpa. Biasanya disini telah terjadi radang pulpa

3.Karies profunda stadium III

Pulpa telah terbuka. Dijumpai bermacam-macam radang pulpa.

Gambar 5. Karies Profunda

( Sumber : http://repository.usu.ac.id, 2009)

3. Berdasarkan banyaknya permukaan gigi yang terkena karies.

a. Simpel karies

Karies yang dijumpai pada satu permukaan saja

b. Kompleks karies

Karies yang sudah luas dan mengenai lebih dari satu bidang permukaan gigi

(Tarigan, 1990).

4. Sifat-sifat karies gigi

a. Karies dapat terjadi pada setiap gigi sulung maupun gigi permanen

b. Karies dapat terjadi pada setiap permukaan gigi baik oklusal, mesial, distal, lingual, karies dapat terjadi setiap saat sesudah gigi tumbuh dan terlihat didalam rongga mulut. Jadi meskipun gigi belum tumbuh sempurna sesudah ada kemungkinan terkena karies c. Karies tidak mengenal jenis

kelamin , jadi dapat menyerang baik pria maupun wanita

d. Karies tidak mengenal ras, artinya dapat menyerang segala bangsa baik berkulit putih maupun warna kulit lainya

Pengaruh ras terhadap terjadinya karies gigi amat sulit ditentukan. Tetapi keadaan tulang rahang suatu ras bangsa mungkin berhubungan dengan persentase karies yang meningkat atau menurun. Misalnya pada ras tertentu dengan rahang yang sempit sehingga gigi pada rahang tidak teratur. Hal ini akan mempersulit pembersihan gigi (Tarigan, 2000).

5. Akibat Karies

Akibat yang timbul pada penyakit karies ini adalah sebagai berikut:

(10)

2. Terjadi pembengkakan pada gusi 3. Gigi akan mengalami kematian

sehingga gigi tidak bisa dipertahankan

4. Menganggu aktifitas sehari-hari.

6. Pencegahan Karies

Pencegahan karies gigi bertujuan untuk mempertinggi taraf hidup dengan memperpanjang kegunaan gigi dan mulut.

Pencegahan karies gigi dapat dibagi atas 2 bagian yaitu:

1. Pra erupsi 2. Pasca erupsi 1. Tindakan pra erupsi

Tindakan ini ditujukan kepada kesempurnaan struktur enamel dan dentin atau gigi pada pada umumnya. Seperti kita ketahui yang mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan gigi kecuali protein untuk pembentukan matriks gigi, juga terutama vitamin dan zat mineral mempengaruhi atau menentukan kekuatan dan kekerasan gigi.

Oleh karena itu ibu-ibu yang hamil sebelum terjadinya pengapuran pada gigi bahkan dapat diberi makanan yang mengandung unsur-unsur yang dapat menguatkan enamel dan dentin.

2. Tindakan pasca erupsi

Pada dasarnya hampir sama dengan pra erupsi hanya ditambah dengan:

a. Kebersihan gigi dan mulut yang harus diperhatikan supaya tetap sehat

b. Pemeriksaan berkala 6 bulan sekali

c. Makanan yang menguatkan gigi dan gusi

d. Kesehatan badan

Metode-metode yang digunakan untuk mengurangi aktivitas karies dibuat secara sistematis berdasarkan gangguan terhadap kerja bakteri dalam fermentasi karbohidrat, dibagi atas 3 golongan kerja :

1. Pengaturan Diet

Tidak ada diet yang mengandung karbohidrat yang tidak terfermentasi, yang tidak dapat menyebabkan karies pada manusia. Prevalensi karies diseluruh dunia adalah sebanding dengan konsumsi fermentasi karbohidrat. Selama perang dimana dibeberapa negara persediaan gula sangat terbatas maka prevalensi karies sangat menurun. 2. Plak kontrol

Plak kontrol merupakan tindakan –tindakan pencegahan menumpuknya dental plak dan deposit-deposit lainnya pada permukaan gigi dan sekitarnya. Suatu program yang berhasil mengurangi plak akan berpengaruh pada pengurangan keparahan penyakit periodontal dan kerusakan gigi

3. Penggunaan fluor.

Penggunaan fluor merupakan metode yang paling efektif untuk mencegah timbulnya dan berkembangnya karies gigi. Penggunaan flour ini perlu didukung oleh sikap perorangan yang positif terhadap kesehatan gigi ,

Fluor selain mempunyai pengaruh pada gigi sebelum erupsi (pra erupsi) juga mempengaruhi gigi sudah erupsi (pasca erupsi). Proses bersenyawanya flour dengan gigi sebelum erupsi berbeda dengan proses erupsi, karena sesudah erupsi proses ini di pengaruhi oleh pematangan pasca erupsi dari enamel. Pengaruh terbesar dari fluor dalam masa pasca erupsi gigi terjadi pada tahun-tahun pertama, dan dalam tahun-tahun berikutnya kehidupan bakteri yang ada didalam plak.

E. Cara Menjaga Kesehatan Gigi Anak Usia Sekolah

a. Perhatian Orang tua

(11)

masa tersebut adalah ibunya. Sama halnya dalam bidang kesehatan, peranan seorang ibu sangat menentukan, biasanya ibu yang pertama kali merawat dan menjumpai keadaan kesehatan anaknya (Suwelo,1992).

b. Menyikat gigi yang benar dan waktu yang tepat

Tujuan menyikat gigi adalah untuk memelihara kebersihan dan kesehatan mulut terutama gigi dan jaringan sekitarnya. Cara-cara pemeliharaan yang dikenal dan mudah pengerjaannya adalah menyikat gigi. Teknik menyikat gigi yang baik dan benar adalah :

1). Menyikat permukaan gigi bagian luar yang menghadap ke bibir dan pipi dengan menggunakan teknik modifikasi Bass. Mulai rahang atas terlebih dahulu lalu dilanjutkan dengan yang rahang bawah.

2). Menyikat permukaan kunyah gigi pada lengkung gigi sebelah kanan dengan gerakan maju mundur, atau mungkin boleh juda dengan sedikit di putar dan kiri dengan sebanyak 10-20 kali gosokan juga. Lakukan pada rahang atas terlebih dahulu dulu lalu dilanjutkan dengan rahang bawah. Bulu sikat gigi diletakkan tegak lurus menghadap permukaan kunyah gigi. 3). Menyikat permukaan dalam gigi yang menghadap ke lidah dan langit-langit dengan menggunakan modifikasi Bass untuk lengkung gigi sebelah kanan dan kiri. Untuk lengkung gigi bagian depan dapat Anda bersihkan dengan cara memegang sikat gigi secara vertical menghadap ke depan. Lalu gunakan ujung sikat dengan gerakan menarik dari gusi kearah mahkota gigi. Lakukanlah pada rahang atas terlebih dulu dan dilanjutkan dengan rahang bawah.

4). Terakhir, sikat gigi pula

permukaan lidah untuk

membersihkan bakteri yang berada di

permukaan lidah. Permukaan lidah yang kasar dan berpapil membuat bakteri mudah menempel di sana. Selain dengan sikat gigi, Anda juga bisa membersihkan lidah dengan menggunakan sikat lidah, lidah yang bersih juga akan membuat mulut Anda terasa lebih segar ( Ramadahn, 2010 ).

Waktu terbaik untuk menggosok gigi adalah setelah makan dan sebelum tidur. Menggosok gigi setelah makan bertujuan mengangkat sisa-sisa makanan yang menempel dipermukaan ataupun di sela-sela gigi dan gusi. Sedangkan menggosok gigi sebelum tidur berguna untuk menahan perkembangbiakan bakteri dalam mulut karena dalam keadaan tidur tidak diproduksi ludah yang berfungsi membersihkan gigi dan mulut secara alami (Kusumawardani, 2011).

c. Memilih sikat gigi yang benar Sikat gigi yang baik

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Tangkai lurus dan mudah dipegang

2. Kepala sikat gigi kecil, sebab jika besar tidak dapat masuk kebagian – bagian yang sempit di dalam mulut

3. Bulu sikat gigi harus lembut dan datar (Ircham,2005).

d. Pemberian makanan bergizi

(12)

menyehatkan gigi seperti buah-buahan dan sayur-sayuran yang berserat dan mengandung air.

Contoh buah-buahan yang menyehatkan gigi

a. Jambu b. Mangga c. Pepaya d. Semangka

Contoh sayuran-sayuran yang menyehatkan gigi

a. Kubis b. Katu c. Bayam d. Kangkung

e. Membawa Anak ke Dokter Gigi Setiap 6 bulan sekali untuk periksa ke dokter gigi guna untuk mengetahui kerusakan gigi sedini mungkin (Depkes RI ,1995).

F. Indeks Karies untuk gigi dewasa (DMF-T)

a.Pengertian DMF-T

DMF_T adalah suatu keadaan gigi di mana dilakukan pemeriksaan pada gigi geligi tetap atau permanent, seseorang yang pernah mengalami penyakit karies, hilang dan perbaikan (Depkes, 1995).

Indeks karies gigi permanen meliputi kerusakan, pencabutan, dan penambalan. Di mana setiap gigi hanya memperoleh satu skor D atau M atau F, dilihat mana yang lebih parah (Priyono,2010).

b. Penentuan Skor DMF-T

Untuk Pemeriksaan

dilakukan dengan pemeriksaan sebagai berikut:

D = Decay

1 ) Gigi tetap yang mengalami karies gigi

2) Gigi tetap yang di tambal dengan karies sekunder

M = Missing

1) Gigi tetap dicabut karena karies (usia <30 tahun) 2) Gigi tetap dicabut karena

sebab lain (usia >30 tahun)

F=Filing

1) Gigi tetap dengan tumpatan tanpa karies (Hutabarata, 2009).

c.Penghitungan DMF-T

Jumlah keadaan gigi yang mengalami kerusakan, hilang, dan perbaikan, pada gigi tetap yang disebabkan oleh karies

DMF-T= D+M+F

G. Indeks karies untuk gigi anak-anak (def-t)

a. Pengertian def-t

def_t adalah suatu keadaan gigi di mana dilakukan pemeriksaan pada gigi geligi susu seseorang yang pernah mengalami kerusakan, hilang dan perbaikan yang disebabkan penyakit karies (Depkes,1995).

Angka yang menunjukan klinis penyakit karies gigi susu yang meliputi gigi yang masih dapat ditambal, gigi yang telah/ harus dicabut, dan gigi yang telah dilakukan

perawatan/ penambalan

(Herijulianti,2001)

b. Penentuan skor def-t d= decay

1) Gigi susu yang mengalami karies gigi 2) Gigi susu yang di tambal

dengan karies sukunder e = extraksi

1) Gigi susu di cabut dengan karies

f= filling

2) Gigi susu dengan tumpatan tanpa karies (Depkes, 1995).

(13)

Jumlah keadaan gigi

yang mengalami

kerusakan, hilang, dan perbaikan pada gigi susu. def-t= d+e+f

III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode deskriftif analitik.

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April tahun 2012.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 94 Silaberanti Palembang. C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SD Negeri 94 Silaberanti Palembang yang berjumlah 640 orang.

2. Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan secara Non Probability sampling dengan menggunakan metode Purposive sampling di mana pengambilan sampel didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat sendiri oleh si peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui

peneliti sebelumnya

(Notoadmojo, 2010).

Adapun kriteria sampel yang diambil yaitu :

a. Siswa - siswi kelas 4, 5, dan 6 Sekolah Dasar 94 Silaberanti Palembang b. Sampel mudah diajak bekerja sama.

D. Persiapan Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang dipakai dalam penelitian ini adalah :

a. Kaca mulut b. Sonde c. Nier bekken d. Pincet e. Senter f. Masker g. Handscoon

2. Bahan

Bahan yang dipakai dalam penelitian ini adalah :

a. Alkohol 70 %

b. Cotton roll atau tissue roll

E. Prosedur dan Cara Kerja Tahap I

1. Menentukan waktu pemeriksaan 2. Menyiapkan status pemeriksaan

kesehatan gigi

3. Menyiapkan alat dan bahan pemeriksaan gigi

4. Melakukan pemeriksaan kepada seluruh siswa – siswi kelas 4, 5, dan 6 Sekolah Dasar Negeri 94 Silaberanti Palembang yang untuk mencari sampel penelitian, yaitu siswa-siswi yang telah melakukan penambalan dengan cara :

a. Mempersilahkan pasien duduk di kursi pemeriksaan dengan penerangan yang cukup.

b. Pemeriksaan di mulai dari rahang bawah kiri ke kanan dan rahang atas kanan ke kiri. c. Pemeriksaan dilakukan dengan

menggunakan basic instrument dan bahan yang telah disediakan. Basic instrument di desinfeksikan terlebih dahulu sebelum dipakai untuk pasien selanjutnya dengan kapas yang sudah di olesi alkohol 70 %.

(14)

1. Mengidentifikasi responden yang memiliki karies tapi tidak melakukan penambalan. 2. Penghitungan DMF-T

Rumus yang digunakan untuk menghitung DMF-T :

DMF-T = D + M + F

Jumlah D+M+F DMF-T rata-rata =

Jumlah orangyang periksa

Kategori DMF-T menurut WHO :

0,0 – 1,1 = sangat rendah 1,2 – 2,6 = rendah 2,7 – 4,4 = sedang 4,5 – 6,5 = tinggi 6,6 > = sangat tinggi

3. Penghitungan PTI

Rumus yang digunakan untuk menghitung PTI:

Jumlah gigi dengan F

PTI = x 100% Jumlah gigi dengan DMF-T

1. Diatas 50% = Baik 2. Dibawah 50 % = Buruk

F. Analisa Data

Pada penelitian ini analisa data yang digunakan adalah analisa Univariate yang dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian. Analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan persentasi dari tiap variabel.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 94 Silaberanti Palembang pada tahun 2012, dengan jumlah sampel sebanyak 287 orang. yang sesuai kriteria yang diambil dari kelas 4, 5, dan 6.

Dari sampel tersebut diketahui indek rata DMF-T dan persentase usaha mempertahankan gigi (PTI) sebagai berikut:

Tabel.1

Rata-rata indek DMF-T pada siswa-siswi kelas IV,V,dan VI. Di

SD N 94 Silaberanti Palembang tahun 2012

NO Kategori Jumlah Rata-rata

1 D 782 2,72

M 0 0

F 18 0,06

2 DMF-T 800 2,78

Sumber: data primer 2012

Rata-rata DMF-T dan PTI pada Siswa-siswi di SD Negeri 94 Silaberanti Palembang tahun 2012

1. Rata-rata DMF-T D = 782

287

= 2,72

M = 0 287 = 0 F = 18 287

= 0,06

D+M+F DMF-T rata-rata =

Jumlah orang yang diperiksa

(15)

DMF-T = 287

= 2.78

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 287 sampel siswa-siswi SD N 94 Silaberanti Palembang yang memiliki D ( Decay ) sebanyak 782 gigi dengan rata-rata adalah ( 2,72) yang memiliki M ( Missing ) sebanyak 0 gigi adalah ( 0 ), dan yang memiliki F (Filling) sebanyak 18 gigi dengan rata-rata adalah ( 0,06 ) dan diperoleh indek rata DMF-T adalah ( 2,78) berarti rata-rata kerusakan gigi di SD 94 ini 2 gigi perorang.

Tabel 2.

Persentase Tingkat Pencapaian PTI ( Performed Treatment Index) pada

siswa-siswi kelas IV,V,dan VI. Di SD N 94 Silaberanti Palembang tahun 2012

NO DMF-T F PTI

1 800 18 2.25%

Sumber : data primer 2012

2. Persentase PTI

PTI = 18 x 100% 800

= 2,25 %

Dari tabel diatas dari jumlah 287 anak SD N 94 Silaberanti Palembang yang diperiksa dapat diketahui DMF-T 782 dengan rata-rata (2,78),sedangkan jumlah gigi yang dilakuka penambalan ( Filling ) adalah sebanyak 18 gigi dengan rata-rata ( 0.06 ). Sehingga diperoleh persentase Usaha mempertahankan gigi ( PTI ) adalah sebanyak 2.25%

Jadi persentase usaha

mempertahankan gigi ( PTI ) di SD N 94 Silaberanti Palembang sangat rendah yaitu 2.25%

B. Pembahasan

Dari hasil penelitian diatas diperoleh index rata-rata pengalaman karies gigi tetap (DMF-T) pada siswa-siswi di SD Negeri 94 Silaberanti Palembang tahun 2012 tergolong sedang dengan rata-rata (2,78) sedangkan sampel yang diperiksa adalah sebanyak 287 dengan jumlah DMF-T adalah 800 gigi. Didapatkan gambaran tingkat pencapaian PTI pada siswa siswi di SD N 94 Silaberanti Palembang tahun 2012 masih sangat rendah yaitu (2,25%) padahal indikator derajat kesehatan gigi yang telah ditetapkan lebih kecil atau sama dengan tiga dengan PTI lebih besar dari 50 %.

Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kurangnya penyuluhan tentang kesehatan gigi terutama manfaat dari unit pelayanan kesehatan gigi, sehingga pengetahuan yang kurang menyebabkan kesadaran guru dan orang tua kurang. Pengetahuan yang kurang menyebabkan kesadaran pun ikut berkurang bahkan tidak ada kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi yang ada.

Serta faktor kebiasaan diet makanan anak yaitu makanan yang manis dan lengket masih tinggi yang dapat mengakibatkan terjadinya karies gigi serta kurangnya makanan yang berserat dan mengandung air dimana makanan tersebut dapat menyehatkan gigi dan mulut.

Selain itu, pemanfaatan unit pelayanan kesehatan gigi dan skor DMF-T dipengaruhi oleh faktor ekonomi atau pendapatan orang tua. Walaupun ada program berobat gratis namun untuk perawatan gigi misalnya penambalan dan skalingmasih ditarik biaya yang cukup tinggi kecuali jika ada asuransi pemerintah seperti askes dan jaminan sosial kesehatan lainya.

(16)

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Gambaran DMF-T dan Tingkat Pencapaian PTI pada siswa-siswi SD Negeri 94 Silaberanti Palembang. Maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan data yang didapatkan index rata-rata pengalaman karies gigi tetap (DMF-T) pada siswa-siswi di SD Negeri 94 Silaberanti Palembang tahun 2012, dengan angka DMF-T sebanyak 800 dengan rata-rata (2,78) sedangakn sampel yang diperiksa adalah sebanyak 287, hal ini menunjukan masih tingginya karies.

2. Berdasarkan data yang didapatkan persentase tingkat pencapaian PTI (Performed Treatment Index) pada siswa-siswi di SD Negeri 94 Silaberanti Palembang tahun 2012 adalah ( 2,25%). Dengan demikian usaha untuk mempertahankan kesehatan gigi dengan melakukan penambalan di SD tersebut masih sangat rendah.

B. Saran

Dari kesimpulan diatas maka saran yang dapat penulis berikan guna meningkatkan mempertahankan kesehatan gigi dan mulut terutama pada anak sekolah dasar adalah sebagai berikut :

1. Perlu diberikan penyuluhan kepada anak-anak di SD Negeri 94 Silaberanti Palembang, berkunjung ke dokter gigi/ Puskesmas terdekat secara berkala setiap 6 bulan sekali sehingga masalah-masalah kesehatan gigi dapat diketahui sedini mungkin dan dapat diberikan perawatan yang tepat. Diharapkan dengan adanya penyuluhan, siswa-siswi dapat mengerti dan dapat menjaga kesehatan gigi dan mulut,

sehingga giginya dapat dirawat dengan baik.

2. Untuk menurunkan angka rata-rata DMF-T tidak bertambah perlu dilakukan usaha preventif berupa topikal aplikasi dan fissure sealent.

3. Selain dilakukan usaha promotif dan preventif perlu juga dilakukan usaha kuratif berupa penambalan.

4. Memotivasi siswa agar dapat menjaga kesehatan gigi dan mulutnya

5. Diharapkan pada orang tua untuk lebih berperan aktif serta menanamkan kesadaran terhadap anak-anak akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut.

6. Diharapkan sekolah-sekolah dapat menjalankan program UKGS

7. Diharapkan instansi kesehatan yang terlibat langsung dapat lebih meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan gigi yang ada

DAFTAR PUSTAKA

Be Kien Nio.1978.

Preventev Dentistre

.

Bandung Edisi II.SPRG

Depkes. 2010.

Kebijakan Pelayanan

Kedokteran Gigi Keluarga

. Jakarta :

Depkes RI

Depkes.1999.

Departemen Kesehatan

.

Jakarta : Depkes Ri

Depkes RI.1995.

Pendidikan Kesehatan

Gigi Dan Mulut

. jakarta : Departemen

Kesehatan

(17)

Herijulianti, dkk. 2001.

Pendidikan

Kesehatan Gigi

. Jakarta:EGC

Hutabarata,Natalina.2009.http:/repository.

usa.ac.id/bitstream/123456789/680

3/1/09E02237.pdf.

Ircham, dkk.2005.

Menjaga Kesehatan

Gigi dan Mulut Anak-anak Ibu

Hamil

. Yogyakarta: Pitramaya

Itjingningsih W.H. 1991.

Anatomi Gigi

.

Jakarta : EGC

Kusumawardani. 2002.

Buruknya

Kesehatan Gigi dan Mulut

.

Yokyakarta: Hanggar Kreator

Notoadmojo, suekidjo. 2005.

Promosi

Kesehatan.

Jakarta: Pt. Rienika Cipta

Notoatmojo, Soekidjo. 2010.

Metodelogi

Penelitian Kesehatan

. Jakarta : PT

Rineka Cipta

Putri,dkk. 2011.

Ilmu pencegahan

penyakit jaringan keras dan jaringan

pendukung gigi

.jakarta: EGC

Pratiwi,Dona. 2009. Gigi Sehat dan

Cantik. Jakarta: kompas cetakan Pertama

Ramadahan Ardiyan. 2010.

Serba Serbi

Kesehatan Gigi Dan Mulut

. Jakarta :

Bukune

Riset Kesehatan Dasar. 2007.

Badan

penelitian Dan pengembangan Kesehatan

Dalam URL

www.goegle.co.id/url?sa=t&rct=j&q=PTI

+Kesehatan+gigi

Tarigan, Rasinta.1995.

Karies Gigi

.

Jakarta:Buku Kedokteran EGC Sihotang.

2012.

Repositrori.usa.ac.id/bitstream/12345678

9/20092/.../Chapter%20II.pdf.

Suwelo, Ismu Suharsono. 1992

. Karies

Gigi Pada Anak Dengan Pelbagai

Faktor Etiologi

. Jakarta : EGC

WWW.Republika.co.id

.Sutriyanto.2011

http://www.google.co.id/search?q=mengh

itung+DMF-T+menurut+WHO&ie=utf-

(18)

Gambar

Gambar 1. Gigi Sehat
Gambar 2. Proses Karies Gigi
Gambar 4. Karies Media

Referensi

Dokumen terkait