• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Clustering - Implementasi Algoritma K-Means Clustering Dalam Menentukan Berat Badan Ideal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Clustering - Implementasi Algoritma K-Means Clustering Dalam Menentukan Berat Badan Ideal"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1Clustering

Pada dasarnya clustering terhadap data adalah suatu proses untuk mengelompokkan

sekumpulan data tanpa suatu atribut kelas yang telah didefinisikan sebelumnya,

berdasarkan pada prinsip konseptual clustering yaitu memaksimalkan dan juga

meminimalkan kemiripan intra kelas. Misalnya, sekumpulan obyek-obyek komoditi

pertama-tama dapat di clustering menjadi sebuah himpunan kelas-kelas dan lalu

menjadi sebuah himpunan aturan-aturan yang dapat diturunkan berdasarkan suatu

klasifikasi tertentu.

Proses untuk mengelompokkan secara fisik atau abstrak obyek-obyek ke

dalam bentuk kelas-kelas atau obyek-obyek yang serupa, disebut dengan clustering

atau unsupervised classification. Melakukan analisa dengan clustering, akan sangat

membantu untuk membentuk partisi-partisi yang berguna terhadap sejumlah besar

himpunan obyek dengan didasarkan pada prinsip "divide and conquer" yang

mendekomposisikan suatu sistem skala besar, menjadi komponen-komponen yang

lebih kecil, untuk menyederhanakan proses desain dan implementasi. Perbedaan

utama antara Clustering Analysis dan klasifikasi adalah bahwa Clustering Analysis

digunakan untuk memprediksi kelas dalam format bilangan real dan pada format

katagorikal atau Boolean.

2.2Data Clustering

Data Clustering merupakan salah satu metode data miningyang bersifat tanpa arahan

(unsupervised). Ada dua jenis data clustering yang sering dipergunakan dalam proses

pengelompokan data yaitu hierarchical dataclustering dan non-hierarchical

dataclustering. K-Means merupakan salah satu metode data clustering non hirarki

yang berusaha mempartisi data yang ada ke dalam bentuk satu atau lebih

(2)

data yang memiliki karakteristik yang sama dikelompokkan ke dalam satu cluster

yang sama dan data yang mempunyai karakteristik yang berbeda dikelompokkan ke

dalam kelompok yang lain.

Adapun tujuan dari data clustering ini adalah untuk meminimalisasikan

objective function yang diset dalam proses clustering, yang pada umumnya berusaha

meminimalisasikan variasi di dalam suatu cluster dan memaksimalisasikan variasi

antar cluster. Data clustering menggunakan metode K-Means ini secara umum

dilakukan dengan algoritma dasar sebagai berikut:

1. Tentukan jumlah cluster

2. Alokasikan data ke dalam cluster secara random

3. Hitung centroid (rata-rata) dari data yang ada di masing-masing cluster

4. Alokasikan masing-masing data ke centroid (rata-rata) terdekat

5. Kembali ke Step 3, apabila masih ada data yang berpindah cluster atau apabila

perubahan nilai centroid, ada yang di atas nilai threshold yang ditentukan atau apabila

perubahan nilai pada objective function yang digunakan di atas nilai threshold yang

ditentukan.

2.2.1 Perkembangan Penerapan K-Means

Beberapa alternatif penerapan K-Means dengan beberapa pengembangan teori-teori

penghitungan terkait telah diusulkan. Hal ini termasuk pemilihan:

1. Distance space untuk menghitung jarak di antara suatu data dan centroid.

2. Metode pengalokasian data kembali ke dalam setiap cluster.

(3)

2.2.1.1Distance Space Untuk Menghitung Jarak Antara Data dan Centroid

Beberapa distance space telah diimplementasikan dalam menghitung jarak (distance)

antara data dan centroid termasuk di antaranya L1 (Manhattan/City Block) distance

space, L2 (Euclidean) distance space, dan Lp (Minkowski) distance space.

Jarak antara dua titik x1 dan x2 pada Manhattan/City Block distance space dihitung

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

……… (1)

dimana:

p : Dimensi data

| . | : Nilai absolut

Sedangkan untuk L2 (Euclidean) distance space, jarak antara dua titik dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut:

--- (2)

dimana:

p : Dimensi data

Lp (Minkowski) distance space yang merupakan generalisasi dari beberapa distance

space yang ada seperti L1 (Manhattan/City Block) dan L2 (Euclidean), juga telah

diimplementasikan. Tetapi secara umum distance space yang sering digunakan adalah

Manhattan dan Euclidean. Euclidean sering digunakan karena penghitungan jarak

dalam distance space ini merupakan jarak terpendek yang bisa didapatkan antara dua

titik yang diperhitungkan, sedangkan Manhattan sering digunakan karena

kemampuannya dalam mendeteksi keadaan khusus seperti keberadaaan outliers

(4)

2.2.1.2Metode Pengalokasian Ulang Data ke Dalam Masing-Masing Cluster

Secara mendasar, ada dua cara pengalokasian data kembali ke dalam masing-masing

cluster pada saat proses iterasi clustering. Kedua cara tersebut adalah pengalokasian

dengan cara tegas (hard), dimana data item secara tegas dinyatakan sebagai anggota

cluster yang satu dan tidak menjadi anggota cluster lainnya, dan dengan cara fuzzy,

dimana masing-masing data item diberikan nilai kemungkinan untuk bisa bergabung

ke setiap cluster yang ada. Kedua cara pengalokasian tersebut diakomodasikan pada

dua metode Hard K-Means dan Fuzzy K-Means. Perbedaan di antara kedua metode ini

terletak pada asumsi yang dipakai sebagai dasar pengalokasian. Hard K-Means adalah

pengalokasian kembali data ke dalam masing-masing cluster dalam metode Hard

K-Means didasarkan pada perbandingan jarak antara data dengan centroid setiap cluster

yang ada. Data dialokasikan ulang secara tegas ke cluster yang mempunyai centroid

terdekat dengan data tersebut. Pengalokasian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝑎𝑖𝑘 =�

Metode Fuzzy K-Means atau lebih sering disebut sebagai Fuzzy C-Means,

mengalokasikan kembali data ke dalam masing-masing cluster dengan memanfaatkan

teori Fuzzy. Teori ini mengeneralisasikan metode pengalokasian yang bersifat tegas

(hard) seperti yang digunakan pada metode Hard K-Means. Dalam metode Fuzzy

K-Means dipergunakan variabel membership function, ik u , yang merujuk pada seberapa

besar kemungkinan suatu data bisa menjadi anggota ke dalam suatu cluster. Pada

Fuzzy K-Means yang diusulkan oleh Bezdek, diperkenalkan juga suatu variabel m

yang merupakan weighting exponent dari membership function. Variabel ini dapat

mengubah besaran pengaruh dari membership function, ik u , dalam proses clustering

menggunakan metode Fuzzy K-Means. m mempunyai wilayah nilai m>1. Sampai

sekarang ini tidak ada ketentuan yang jelas berapa besar nilai m yang optimal dalam

melakukan proses optimasi suatu permasalahan clustering. Nilai m yang umumnya

(5)

Membership function untuk suatu data ke suatu cluster tertentu dihitung menggunakan

rumus sebagai berikut:

……… (4)

dimana:

uik: Membership function data ke-k ke cluster ke-i

vi: Nilai centroid cluster ke-i

m : Weighting Exponent

Membership function, ik u , mempunyai wilayah nilai 0≤ ik u ≤1. Data item yang

mempunyai tingkat kemungkinan yang lebih tinggi ke suatu kelompok akan

mempunyai nilai membership function ke kelompok tersebut yang mendekati angka 1

dan ke kelompok yang lain mendekati angka 0.

2.2.1.3Objective Function Yang Digunakan

Objective function yang digunakan khususnya untuk Hard K-Means dan Fuzzy

K-Means ditentukan berdasarkan pada pendekatan yang digunakan dalam poin 2.1. dan

poin 2.2. Untuk metode Hard K-Means, objective function yang digunakan adalah

sebagai berikut:

……….. (5)

dimana:

N : Jumlah data

c : Jumlah cluster

u

ik: Keanggotaan data ke-k ke cluster ke-i

vi: Nilai centroid cluster ke-i

a mempunyai nilai 0 atau 1. Apabila suatu data merupakan anggota suatu kelompok

maka nilai ik a =1 dan sebaliknya. Untuk metode Fuzzy K-Means, objective function

(6)

……… (6)

dimana:

N : Jumlah data

c

: Jumlah cluster

m : Weighting exponent

u

ik: Membership function data ke-k ke cluster ke-i

v

i: Nilai centroid cluster ke-i

Di sini

u

ikbisa mengambil nilai mulai dari 0 sampai 1.

2.3Beberapa Permasalahan yang Terkait Dengan K-Means

Beberapa permasalahan yang sering muncul pada saat menggunakan metode K-Means

untuk melakukan pengelompokan data adalah:

1. Ditemukannya beberapa model clustering yang berbeda

2. Pemilihan jumlah cluster yang paling tepat

3. Kegagalan untuk converge

4. Pendeteksian outliers

5. Bentuk masing-masing cluster

6. Masalah overlapping

Keenam permasalahan ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat

menggunakan K-Means dalam mengelompokkan data. Permasalahan 1 umumnya

disebabkan oleh perbedaan proses inisialisasi anggota masing-masing cluster. Proses

initialisasi yang sering digunakan adalah proses inisialisasi secara random. Dalam

suatu studi perbandingan, proses inisialisasi secara random mempunyai

kecenderungan untuk memberikan hasil yang lebih baik dan independent, walaupun

dari segi kecepatan untuk converge lebih lambat.

Permasalahan 2 merupakan masalah laten dalam metode K-Means. Beberapa

pendekatan telah digunakan dalam menentukan jumlah cluster yang paling tepat untuk

(7)

Statistics. Satu hal yang patut diperhatikan mengenai metode-metode ini adalah

pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan metode-metode tersebut tidak

sama dengan pendekatan yang digunakan oleh K-Means dalam mempartisi data item

ke masing-masing cluster. Permasalahan kegagalan untuk converge, secara teori

memungkinkan untuk terjadi dalam kedua metode K-Means. Kemungkinan ini akan

semakin besar terjadi untuk metode Hard K-Means, karena setiap data di dalam

dataset dialokasikan secara tegas (hard) untuk menjadi bagian dari suatu cluster

tertentu. Perpindahan suatu data ke suatu cluster tertentu dapat mengubah

karakteristik model clustering yang dapat menyebabkan data yang telah dipindahkan

tersebut lebih sesuai untuk berada di cluster semula sebelum data tersebut

dipindahkan dan demikian juga dengan keadaan sebaliknya. Kejadian seperti ini tentu

akan mengakibatkan pemodelan tidak akan berhenti dan kegagalan untuk converge

akan terjadi. Untuk Fuzzy K-Means walaupun ada, kemungkinan permasalahan ini

untuk terjadi sangatlah kecil, karena setiap data diperlengkapi dengan membership

function (Fuzzy K-Means) untuk menjadi anggota cluster yang ditemukan.

Permasalahan 4 merupakan permasalahan umum yang terjadi hampir di setiap

metode yang melakukan pemodelan terhadap data. Khusus untuk metode K-Means hal

ini memang menjadi permasalahan yang cukup menentukan. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam melakukan pendeteksian outliers dalam proses pengelompokan

data termasuk bagaimana menentukan apakah suatu data item merupakan outliers dari

suatu cluster tertentu dan apakah data dalam jumlah kecil yang membentuk suatu

cluster tersendiri dapat dianggap sebagai outliers. Proses ini memerlukan suatu

pendekatan khusus yang berbeda dengan proses pendeteksian outliers di dalam suatu

(8)

Permasalahan kelima adalah menyangkut bentuk cluster yang ditemukan.

Tidak seperti metode data clustering lainnya termasuk Mixture Modelling, K-Means

umumnya tidak mengindahkan bentuk dari masing-masing cluster yang mendasari

model yang terbentuk, walaupun secara alamiah masing-masing cluster umumnya

berbentuk bundar. Untuk dataset yang diperkirakan mempunyai bentuk yang tidak

biasa, beberapa pendekatan perlu untuk diterapkan.

Masalah overlapping sebagai permasalahan terakhir sering sekali diabaikan karena

umumnya masalah ini sulit terdeteksi. Hal ini terjadi untuk metode Hard K-Means dan

Fuzzy K-Means, karena secara teori metode ini tidak diperlengkapi feature untuk

mendeteksi apakah di dalam suatu cluster ada cluster lain yang kemungkinan

tersembunyi.

K-Means merupakan metode data clustering yang digolongkan sebagai metode

pengklasifikasian yang bersifat unsupervised (tanpa arahan). Pengkategorian

metode-metode pengklasifikasian data antara supervised dan unsupervised classification

didasarkan pada adanya dataset yang data itemnya sudah sejak awal mempunyai label

kelas dan dataset yang data itemnya tidak mempunyai label kelas. Untuk data yang

sudah mempunyai label kelas, metode pengklasifikasian yang digunakan merupakan

metode supervised classification dan untuk data yang belum mempunyai label kelas,

metode pengklasifikasian yang digunakan adalah metode unsupervised classification.

Selain masalah optimasi pengelompokan data ke masing-masing cluster, data

clustering juga diasosiasikan dengan permasalahan penentuan jumlah cluster yang

paling tepat untuk data yang dianalisa. Untuk kedua jenis K-Means, baik Hard

K-Means dan Fuzzy K-Means, yang telah dijelaskan di atas, penentuan jumlah cluster

untuk dataset yang dianalisa umumnya dilakukan secara supervised atau ditentukan

dari awal oleh pengguna, walaupun dalam penerapannya ada beberapa metode yang

sering dipasangkan dengan metode K-Means. Karena secara teori metode penentuan

jumlah cluster ini tidak sama dengan metode pengelompokan yang dilakukan oleh

(9)

Melihat keadaan dimana pengguna umumnya sering menentukan jumlah

cluster sendiri secara terpisah, baik itu dengan menggunakan metode tertentu atau

berdasarkan pengalaman, di sini kedua metode K-Means ini dapat disebut sebagai

metode semi-supervised classification, karena metode ini mengalokasikan data item

ke masing-masing cluster secara unsupervised dan menentukan jumlah cluster yang

paling sesuai dengan data yang dianalisa secara supervised.

2.4K-Means untuk Data yang Mempunyai Bentuk Khusus

Beberapa dataset yang mempunyai bentuk tertentu memerlukan suatu metode

pemecahan khusus yang disesuaikan dengan keadaan data tersebut. Gambar 2.2.

mengilustrasikan suatu dataset yang mempunyai bentuk khusus yang kalau dimodel

dengan metode K-Means, baik Hard K-Means dan Fuzzy K-Means akan memberikan

hasil yang tidak mewakili keadaan dataset tersebut. Untuk keperluan seperti itu,

beberapa peneliti telah mengusulkan pengembangan metode K-Means yang secara

khusus memanfaatkan kernel trik, dimana data space untuk data awal di-mapping ke

feature space yang berdimensi tinggi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

pengembangan metode K-Means dengan kernel trik ini adalah bahwa data pada

feature space tidak lagi dapat didefinisikan secara eksplisit, sehingga penghitungan

(10)

Beberapa trik penghitungan telah diusulkan dalam menurunkan nilai kedua

variabel yang diperlukan tersebut. Dengan penerapan trik perhitungan terhadap kedua

variabel tersebut, objective function yang digunakan dalam menilai apakah suatu

proses pengelompokan sudah converge atau tidak juga akan berubah.

Sumber: Agusta, 2006

Gambar 2.1 Salah Satu Dataset yang Mempunyai Bentuk Khusus

2.5Berat Badan Ideal

Berat badan ideal sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan tubuh manusia.

Seseorang yang memiliki berat badan ideal, akan lebih kecil kemungkinannya untuk

terserang penyakit dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan yang tidak

ideal (Hartono, 2006).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal atau tidaknya berat tubuh

seseorang. Adapun faktor-faktor tersebut adalah:

1. Keseimbangan Asupan Nutrisi

Manusia membutuhkan nutrisi yang seimbang untuk menjaga kondisi tubuhnya

agar tetap fit. Asupan nutrisi ini diperoleh dari makanan dengan kadar yang

(11)

Kekurangan nutrisi akan menyebabkan kinerja organ-organ tubuh menurun yang

mengakibatkan tubuh seseorang rentan terhadap serangan penyakit, karena

tubuhnya tidak mampu memproteksi diri dari serangan yang terjadi. Sebaliknya,

nutrisi yang berlebihan dalam tubuh menyebabkan berat tubuh naik secara drastis.

Hal ini diakibatkan oleh nutrisi yang masuk lebih besar daripada nutrisi yang

dibutuhkan, sehingga tubuh tidak dapat menyerap seluruh nutrisi tersebut yang

mana sisanya akan menjadi timbunan lemak dalam tubuh.

2. Aktivitas Gerakan Tubuh

Tubuh manusia terdiri dari jutaan sel yang selalu aktif setiap hari menyokong

sistem organ tubuh manusia. Agar sel ini selalu dalam kondisi yang baik,

sel-sel ini harus sering diaktifkan dengan cara menggerakkan tubuh secara aktif.

Salah satu aktivitas yang cocok untuk mengaktifkan gerakan tubuh adalah dengan

melakukan olah raga, karena dengan melakukan olah raga, selain mengaktifkan

sel-sel di dalam tubuh, timbunan lemak juga akan berkurang, karena dibakar

sebagai bahan bakar dari aktivitas olah raga yang dilakukan.

3. Gaya Hidup dan Pola Makan

Gaya hidup yang kita terapkan sehari-hari sangat berpengaruh terhadap ideal atau

tidaknya berat badan kita. Merokok, minum minuman keras akan membawa efek

samping yang serius bagi sel-sel tubuh ynag selanjutnya akan mengakibatkan berat

(12)

LLB TB UK= 2.5.1 Ukuran Kerangka

Untuk menentukan ukuran kerangka tubuh, dilakukan pengukuran lingkar

pergelangan tangan dengan pita meteran serta nilai tinggi badannya. Untuk

menghitung nilai ukuran kerangka manusia, dapat dilihat dari ukuran lingkar lengan

bawahnya sebagaimana terlihat pada Gambar 2.3. Untuk menghitung nilai ukuran

kerangka manusia, dapat dilihat dari ukuran lingkar lengan bawahnya.(Hartono,

2006).

Gambar 2.2 Lingkar Lengan Bawah

Rumus untuk menghitung ukuran kerangka manusia seperti ditunjukkan pada

persamaan berikut :

………. (7)

Dimana :

UK = Ukuran Kerangka

TB = Nilai Tinggi Badan

LLB = Ukuran Lingkar Lengan Bawah

Setelah ukuran kerangka diperoleh, untuk menentukan apakah ukuran

kerangka manusia tersebut termasuk kategori kecil sedang atau besar ditentukan

dengan melihat jenis kelamin dan nilai ukuran kerangkanya berdasarkan aturan yang

ditunjukkan pada Tabel 2.1.

(13)

2 TB

BB BMI=

Tabel 2.1 Aturan Kategori Ukuran Kerangka

Jenis Kelamin Nilai Ukuran Kerangka Kategori Ukuran Kerangka

Laki-Laki < 9,6 Kerangka Kecil

Laki 9,6 – 10,4 Kerangka Sedang

Laki >10,4 Kerangka Besar

Perempuan <10,1 Kerangka Kecil

Perempuan 10,1 – 11,0 Kerangka Sedang

Perempuan >11,0 Kerangka Besar

Sumber: Terapi Gizi & Diet Rumah Sakit, Hartono, 2006.

2.5.2 BMI (Body Mass Index)

BMI (Body Mass Index) merupakan suatu pengukuran yang membandingkan berat

badan dengan tinggi badan. BMI merupakan teknik untuk menghitung index berat

badan, sehingga dapat diketahui kategori tubuh kita apakah tergolong kurus, normal

atau gemuk. BMI dapat digunakan untuk mengontrol berat badan sehingga dapat

mencapai berat badan normal yang sesuai dengan tinggi badan (Judic, 2009).

Dalam menghitung BMI diperlukan dua parameter, yaitu berat badan (kg) dan

tinggi badan (cm). BMI dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :

……… (8)

Dimana :

BMI = Nilai body mass index

BB = Berat badan dalam kilogram

TB = Tinggi Badan dalam centimeter.

Untuk mengukur apakah berat badan seseorang ideal atau tidak, dapat

dilakukan dengan melihat nilai BMI (Body Mass Index) tubuhnya dan

(14)

Tabel 2.2 Aturan Perhitungan Berat Badan Ideal

Nilai BMI Keterangan

<18,5 Berat Kurang

18,5 – 22,9 Berat Normal

23 – 24,9 Obesitas Ringan

25 – 29,9 Obesitas Sedang

>= 30 Obesitas Berat

Sumber: Terapi Gizi & Diet Rumah Sakit, Hartono, 2006.

Batas ambang BMI ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang

membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Disebutkan bahwa batas

ambang normal untuk laki-laki adalah 20,1 – 25,0 dan perempuan adalah 18,7 – 23,8.

Untuk kepentingan monitoring dan tingkat defesiensi kalori ataupun tingkat

kegemukan, lebih lanjut FAO/WHO menyarankan menggunakan satu batas ambang

antara laki-laki dan perempuan. Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan

ambang batas laki-laki untuk kategori kurus tingkat berat danmenggunakan ambang

batas pada perempuan untuk kategori gemuk tingkat berat. Untuk kepentingan

Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil

penelitian dibeberapa negara berkembang.

2.5.3 BMR (Basal Metabolic Rate)

BMR (Basal Metabolic Rate) adalah kebutuhan kalori minimum yang

diperlukan untuk mempertahankan hidupsi individu dalam keadaan istirahat. Hal ini

dapat dilihat sebagai jumlah energi (diukur dalam kalori) dikeluarkan oleh tubuh

dalam keadaan statis tanpa aktifitas.

BMR bertanggung jawab atas pembakaran hingga 70% dari total yang kalori

yang dikeluarkan, namun angka ini bervariasi berdasarkan faktor-faktor berikut ini :

• Genetika

Beberapa orang dilahirkan dengan metabolime yang berbeda-beda.

(15)

Pria yang notabennya memiliki massa otot yang lebih besar dan presentase

lemak tubuh yang rendah berarti mereka memiliki BMR yang lebih rendah

dibanding wanita.

• Usia

Semakin bertambah usia seseorang maka semakin rendah nilai BMR yang

mereka butuhkan. Turun setelah berusia diatas 20 tahun. Turun sekitar 2%

selama kurun waktu 10 tahun.

• BMI

BMI seseorang juga menjadi faktor besar dari kebutuhan BMR seseorang.

Semakin gemuk seseorang, maka tinggi pula BMR orang tersebut.

• Aktifitas & Olahraga

Aktifitas atau latihan fisik seseorang tidak hanya mempengaruhi berat badan

dan pembakaran kalori saja, tapi juga berpengaruh kepada nilai BMR seorang

pasien.

Rumus BMR sendiri menggunakan variabel usia, tinggi badan, berat badan

dan jenis kelamin. Rumus ini lebih akurat daripada menghitung kebutuhan kalori

berdasarkan berat badan saja.

BMR pasien dapat dihitung melalui rumus berikut ini, dan dibedakan

berdasarkan jenis kelamin:

BMR (wanita) = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB - (4,7 x U)

BMR (pria) = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB - (6,8 x U)…………..(9)

Dimana :

BB = Berat badan dalam kilogram

TB = Tinggi Badan dalam centimeter

(16)

Setelah kita mendapatkan hasil BMR pasien, kita harus menghitung kebutuhan kalori

harian dengan menggunakan Persamaan Harris Benedict, sebagai berikut :

Kelompok 1 : Tidak berolah raga

Kebutuhan Kalori Harian = BMR x 1.2

Kelompok 2 : Berolah raga ringan (1-3 kali seminggu)

Kebutuhan Kalori Harian = BMR x 1.375

Kelompok 3 : Berolah raga sedang (3-5 kali seminggu)

Kebutuhan Kalori Harian = BMR x 1.55

Kelompok 4 : Berolah raga berat (6-7 kali seminggu)

Kebutuhan Kalori Harian = BMR x 1.725

Kelompok 5 : Berolah raga berat dan sangat aktif

Kebutuhan Kalori Harian = BMR x 1.9………(10)

2.5.4 Manfaat Mengetahui BMI& BMR

Dengan mengetahui nilai BMI seseorang maka dapat diketahui apakah termasuk

kategori kurang berat badan, normal atau kelebihan berat atau obesitas (kegemukan).

Resiko penyakit yang berhubungan dengan derajat kegemukan seperti penyakit

jantung, kencing manis bahkan stroke dapat dilihat dari nilai BMI yang dihasilkan.

Nilai BMI dipengaruhi oleh usia namun sama pada kedua jenis kelamin. Nilai BMI

dapat tidak sesuai pada derajat kegemukan dari populasi yang berbeda, dalam

hubungannya dengan perbedaan proporsi tubuh. Sebagai contoh, ada orang Amerika

dan orang Asia yang memiliki nilai BMI yang sama. Namun dilihat dari kenyataan,

orang Asia tersebut memiliki proporsi massa lemak yang lebih banyak dari pada

massa otot dibandingkan dengan orang Amerika.

Berdasarkan penelitian di bidang kesehatan, dengan mengetahui dan

mengontrol nilai BMI, seseorang dapat mengurangi resiko penyakit 35 – 55 %

dibandingkan orang yang tidak mengetahui berapa nilai BMI untuk standar ideal

tubuhnya. Jadi dengan mengetahui cara menghitung BMI, seseorang dapat mengontrol

diet makanannya sehari-hari berdasarkan kandungan gizi yang dibutuhkan tubuh

(17)

Sedangkan dengan mengetahui nilai BMR seseorang yang artinya kita dapat

mengetahui jumlah kalori yang dibutuhkan untuk menjaga berat badan ideal. Kita

dapat dengan mudah menghitung jumlah kalori yang kita butuhkan untuk menurunkan

dan menaikkan berat badan sesuai dengan kondisi ideal yang kita inginkan.

2.6Penelitian Terkait

Penelitian oleh Tedy Rismawan dan Sri Kusumadewi yang berjudul Aplikasi K-Means

untuk Pengelompokkan Mahasiswa Berdasarkan Nilai Body Mass Index (BMI) dan

Ukuran Kerangka dilakukan proses pengelompokkan 20 data sampel menjadi 3

kelompok berdasarkan nilai BMI dan ukuran kerangka. Ketiga kelompok tersebut

adalah BMI normal dan kerangka besar, BMI obesitas sedang dan kerangka sedang,

BMI obesitas berat dan kerangka kecil. Pengelompokkan tersebut berdasarkan status

gizi dan ukuran kerangka dengan memasukkan parameter kondisi fisik dari orang

tersebut. Algoritma k-means dimulai dengan menetapkan nilai-nilai pusat dari cluster

atau biasa disebut dengan centroid atau meanssecara acak. Selanjutnya dihitung jarak

setiap data yang ada terhadap masing-masing centroid menggunakan rumus Euclidian

hingga ditemukan jarak yang paling dekat dari setiap data dengan centroid. Setelah

itu, setiap data diklasifikasikan berdasarkan kedekatannya dengan centroid. Proses

perhitungan jarak setiap data terhadap masing-masing centroid dilakukan terus hingga

nilai centroid tidak mengalami perubahan (Rismawan, 2008).

Penelitian lainnya oleh Dadan Saepulloh yang berjudul Analisis Data Mining

K-Means Cluster Analysis untuk Data Berjenis Biner dilakukan proses

pengelompokkan rumah tangga sasaran (RTS) bantuan langsung tunai (BLT).

Penelitian ini menggabungkan algoritma K-Means Clusteringdenganmetode

perhitungan tingkat similaritas seperti Jaccard similarity, Anderberg similarity,

Czekanowsky similarity, dan Kulczynski similarity. Algoritma K-Means Cluster

Analysis mempergunakan metode perhitungan jarak untuk mengukur tingkat

kedekatan antara data dengan titik tengah dengan Euclidean distance. Untuk data yang

berjenis biner, metode perhitungan jarak ini menjadi tidak tepat diterapkan secara

langsung sehingga perlu dilakukan perubahan yaitu dengan cara mempergunakan

Gambar

Tabel 2.1 Aturan Kategori Ukuran Kerangka
Tabel 2.2 Aturan Perhitungan Berat Badan Ideal

Referensi

Dokumen terkait

Mengacu Tabel 19 memperlihatkan terdapat perbedaan yang bermakna dalam hal lama penyakit diare berdasarkan jenis perlakuan, dengan kata lain subjek yang mendapat formula tempe

Setiap Orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas Harta Kekayaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas media ditinjau dari aspek isi dan aspek pembelajaran, mengetahui kualitas media ditinjau dari aspek desain aplikasi dan

Ginanipun lelewaning basa pertentangan wonten ing panaliten menika inggih menika kangge ngandharaken gagasan, suka daya pangaribawa kaendahan, mujudaken kesan saha kawontenan

Sejumlah masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai keyakinan akan kemudahan (perceived ease of use) dan keyakinan akan kemanfaatan (perceived usefulness)

Dari hasil uji t pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan Toeng Market Malang, maka hendaknya pimpinan mempertahankan pengaruh yang baik tersebut dan perlu

Maka demikian pula yang terjadi pada konstruk personal seorang ibu atau- pun caregiver dari anak dengan autisme, ibu/ caregiver dengan compassion akan merasa