• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGATURAN KEKAYAAN BADAN USAHA MILIK NEGERA SEBAGAI BENTUK KEKAYAAN NEGARA YANG DIPISAHKAN A. Landasan Filosofis Pembentukan Badan Usaha Milik Negara - Pelaksanaan Eksekusi Putusan Pengadilan dalam Perkara Perdata Terhadap Aset BUMN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II PENGATURAN KEKAYAAN BADAN USAHA MILIK NEGERA SEBAGAI BENTUK KEKAYAAN NEGARA YANG DIPISAHKAN A. Landasan Filosofis Pembentukan Badan Usaha Milik Negara - Pelaksanaan Eksekusi Putusan Pengadilan dalam Perkara Perdata Terhadap Aset BUMN"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGATURAN KEKAYAAN BADAN USAHA MILIK NEGERA SEBAGAI

BENTUK KEKAYAAN NEGARA YANG DIPISAHKAN

A. Landasan Filosofis Pembentukan Badan Usaha Milik Negara

Secara filosofis , politik hukum38 pemerintah dalam bidang ekonomi adalah

untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat sesuai dengan cita cita

nasional . Cita-cita bangsa Indonesia yang mendasar tertuang dalam Pembukaan

Undang-undang Dasar 1945 Alenia 4. Secara eksplisit cita-cita bangsa Indonesia

dapat dijelaskan sebagai berikut;

“… Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara

Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial,.…” (Pembukaan UUD 1945 Alinea 4).

Cita-cita ini diderivasikan39 dalam Pasal 33 UUD 1945 yang menggariskan

makna sejahtera sebagai sejahtera secara merata, artinya bahwa setiap individu

bangsa Indonesia berhak menikmati hidup yang sejahtera.

“…Pasal 33:

38

Politik hukum adalah kebijaksanaan politik yang menentukan peraturan hukum apa yang seharusnya berlaku mengatur berbagai hal kehidupan bermasyarakat dan bernegara. M Solly Lubis, Sisten nasional (Bandung : Mandar Maju, 2002) hal 117

39

(2)

Ayat 1: Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas

kekeluargaan.

Ayat 2: Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai

hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

Ayat 3: Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai

oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.

Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 Alenia 4 dan Pasal 33 ayat 2 dan

3 merupakan dasar Konstitusi bagi Negara Indonesia menyatakan dirinya sebagai

negara kesejahteraan (welfare state)40, paham Negara Kesejahteraan dalam Perjalanan

sejarahnya lahir dari mazhab Merkantilisme, ideologi Sosialisme, dan evolusi Kapitalisme

dimana kesejahteraan rakyat merupakan tujuan utama dari pelaksanaan kehidupan

berbangsa dan bernegara.

Negara (sistem kepemimpinan) harus dibentuk secara demokratis, melalui

kelembagaan politik yang demokratis. Biasanya, ekonomi-politik selalu dikaitkan

dengan sistem masyarakat yang demokratis. Dengan demikian, negara punya peran

dan tanggung jawab normatif dalam berbagai bidang kehidupan termasuk dalam

kegiatan ekonomi. Negara dan pemerintah yang terbentuk secara demokratis, akan

menjadi jembatan di mana setiap warganya bertindak secara kolektif melalui

40

(3)

kelembagaan negara untuk memanfaatkan segala potensi, untuk kepentingan

masyarakat. Dalam bidang ekonomi dibentuklah perusahaan negara, yang lebih

populer dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).41

Salah satu tanggung jawab pemerintah dalam rangka mewujudkan

kesejahteraan rakyat itu adalah dalam bidang perekonomian rakyat. Sebagaimana

dikemukakan Didik J.Rachbini 42 bahwa dalam sistem ekonomi yang kompleks, para

pelaku ekonomi tidak hanya terbatas pada swasta, melainkan pemerintah berperan

dalam mengatur agar sistem ekonomi berjalan dengan baik. Pemerintah tampil

sebagai pengatur yang baik (regulator), agar system ekonomi berkembang harmonis

sesuai dengan realita sosial.

Namun demikian, ternyata pemerintah merasa tidak cukup hanya sebagai

regulator sistem ekonomi, dimana pemerintah juga terlibat lansung dalam bidang

perekonomian. Negara (pemerintah) ikut menjadi pengusaha di samping orang/badan

swasta. Implementasi dari pemerintah pengusaha itu diwujudkan dalam bentuk

Perusahaan Negara atau yang sekarang lebih populer disebut “Badan Usaha Milik

Negara (BUMN)”. Menurut Robert Fabrikan dalam T.Mulya Lubis dan Richard M.

Buxbaum dikutip dari Katon Y Stefanus43 BUMN tidak lain dari pada bentuk

kebijaksanaan pemerintah dalam mencoba menciptakan atau mempertahankan

keseimbangan kasar antara sektor swasta dan sektor pemerintah. Dalam hal

41

Ibrahim R. Op. Cit. hal. 104 42

Didik J.Rachbini, Posisi Pasar dan Negara, Majalah Gatra No.17 Tahun I, 11 Maret 1995, hlm V.

43

(4)

demikian, BUMN diharapkan berperan sebagai faset perekonomian negara dan faset

aparatur perekonomian negara.Pada fungsi pembangunan, negara salah satunya

melakukan kegiatan ekonomi. Namun pengelolaan cabang produksi yang penting dan

penguasaan kekayaan oleh negara, tidak harus diusahakan oleh Badan Usaha Milik

Negara Perjan, Perum, dan Persero), sebagai perwujudan kegiatan ekonomi oleh

negara. Sebab, sebagai pelaku pembangunan ekonomi nasional adalah Pemerintah,

Swasta dan Koperasi.44

Mengenai Perusahaan Negara, W. Friedmann45 membedakan menjadi tiga

bentuk:

1) Department government enterprise, perusahaan negara merupakan

bagian integral dari suatu departemen pemerintahan, bergerak dalam

bidang public utilities.

2) Statutory public corporations, perusahaan negara yang sebenarnya

hampir sama dengan department government enterprise, hanya dalam

hal manajemen lebih otonom dan bidang usahanya tetap public utilities.

3) Coommercial companies, perusahaan negara yang merupakan campuran

dengan swasta dan berlaku hukum privat.

Di Indonesia sejarah pembentukan Perusahaan Negara dimulai dengan

pembentukan VOC suatu trust oleh Pemerintah Kolonial Belanda, yang tujuan

44

Tap MPR No. II/MPR/1993 tentang GBHN, Bab IV, bagian F poin 20. 45

(5)

utamanya ádalah untuk melaksanakan usaha dagang di Indonesia.46 Pembentukan VOC tersebut merupakan bukti sejarah tentang keterlibatan negara dalam ekonomi

dan berhubungan dengan perkembangan ekonomi Eropa Barat.

Tumbuhnya Perusahaan Negara pasca kemerdekaan merupakan reaksi

terhadap situasi Kolonial, dimana meskipun telah merdeka perusahaan-perusahaan

Belanda dan asing masih terus beropersi di Indonesia hingga dilakukan tindakan

Nasionalisasi berdasarkan Undang-Undang No. 86 tahun 1958 tentang Nasionalisasi

Perusahaan-Perusahaan milik Belanda di Indonesia dan untuk mengelola ex .

Perusahaan-Perusahaan milik Belanda tersebut dibentuk Perusahaan Negara.

Di Negara- negara dunia ketiga, lahirnya Perusahaan Negara selain

dikembalikan dengan alasan ideologis dan paham ekonomi, juga merupakan

kelanjutan dari sistem ekonomi kolonial yang dinasionalisasikan.47

Tanpa mengenyampingkan fenomena keikutsertaan pemerintah secara

langsung dalam bidang perekonomian, pengertian terhadap BUMN itu sendiri

mengalami perubahan konsepsi dari waktu ke waktu, hal ini dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1. Dalam UU No.9 Tahun 1969 tentang Penetapan Perpu. No. 1 tahun 1969

tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara menjadi Undang-Undang , disebutkan

: BUMN adalah seluruh bentuk usaha negara yang seluruhnya atau sebagian

46

Sumantoro, Aspek-aspek Hukum Badan Usaha Milik Negara, BPHN Departemen Kehakiman, Jakarta, 1987, hal. 17

47

(6)

modalnya dimiliki oleh Negara/Pemerintah dan dipisahkan dari kekayaan

negara.

2. Dalam Instruksi Presiden No.5 Tahun 1988 disebutkan bahwa yang dimaksud

dengan BUMN adalah ;

a) Badan Usaha yang sepenuhnya dimiliki oleh negara;

b) Badan Usaha yang tidak seluruhnya dimiliki negara, tetapi statusnya

disamakan dengan BUMN, yaitu:

1) BUMN yang merupakan patungan antara Pemerintah dengan

Pemerintah Daerah.

2) BUMN yang merupakan patungan antara Pemerintah dengan

BUMN lainnya.

3) BUMN yang merupakan Badan usaha patungan antara

Pemerintah dengan swasta nasional/Asing, dimana negara

memiliki saham mayoritas (minimal 51 persen). Sedangkan

anak perusahaan BUMN akan menjadi bagian dari kekayaan

BUMN apabila sebagian besar sahamnya (minimal 51 persen)

atau seluruhnya dimiliki oleh BUMN.

3. Dalam UU No.19 Tahun 2003 disebutkan; BUMN adalah badan usaha yang

seluruh atau sebagian modalnya dimilki oleh negara melalui penyertaan secara

lansung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.

Pengertian BUMN yang diberikan peraturan perundang-undangan di atas

(7)

adanya UU No. 19 Tahun 1960 adanya bermacam-macam bentuk usaha negara ,

maka setelah ditetapkan UU No.19 Tahun 1960 semua badan usaha milik negara

yang ada waktu itu diberi nama Perusahaan Negara. Dalam konteks ini , UU No.19

Tahun 1960 tidak begitu mementingkan bentuk-bentuk badan usaha negara, tetapi

yang lebih dipentingkan adalah kedudukan badan hukumnya yang diperoleh dengan

Peraturan Pemerintah (PP).

Kemudian terjadi penertiban badan-badan usaha milik negara berdasarkan

instruksi Presiden No.17 Tahun 1967, dimana bagi badan usaha yang dianggap sudah

tidak dapat lagi diteruskan eksistensinya karena tidak memenuhi syarat sebagai suatu

badan usaha yang sehat atau fungsinya sudah tidak sesuai dengan keadaan,

diusahakan pembubarannya. Bagi badan usaha yang lemah dan bergerak dibidang

yang sama diusahakan perbaikannya dengan cara penggabungan.

Bagi badan-badan usaha milik negara yang dinilai masih memiliki prospek

diarahkan pengalihan bentuknya menjadi salah satu dari tiga bentuk BUMN yang

baru, yakni Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan

Perseroan (Persero). Untuk memberi dasar perundangan bagi ketiga bentuk BUMN

itu diterbitkanlah UU No. 9 Tahun 1969. Dengan demikian Badan-badan Usaha Milik

Negara yang sebelumnya semua diberi nama Perusahaan Negara yang tidak

mempersoalkan bentuknya, maka sejak tahun 1969 hanya ada tiga bentu BUMN

yakni; Perjan, Perum dan Persero. Baik Perjan maupun Perum seluruh modalnya

merupakan kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham-saham.

(8)

Tahun 1969 itu berupa perusahaan negara yang modalnya tidak seluruhnya dimiliki

negara. Konsepsi Perusahaan Negara dalam bentuk Persero ini menampakkan

wajahnya yang lain dari konsepsi Perusahaan Negara sebagaimana diatur dalam UU

No.19 Tahun 1960.

Ketiga bentuk usaha-usaha negara itu (diluar bentuk usaha negara yang

berbentuk Bank Umum Milik Pemerintah dan Pertamina), maka tugas pokok Perjan

adalah melakukan tugas-tugas perusahaan sekaligus tugas pemerintahan yang

tercermin dalam susunan organisasi Departemen, dengan sifat usahanya adalah

pelayanan publik (public service). Barang atau jasa yang dihasilkan Perjan

merupakan kewajiban pemerintah dalam rangka pelayanan masyarakat karena barang

dan jasa itu besar dan penting artinya bagi kehidupan masyarakat banyak. Bidang

usahanya merupakan monopoli pemerintah dan tidak menarik minat swasta, karena

usahanya mempunyai rate of return yang kecil sedangkan investasi dan resikonya

besar.

Sementara itu Perum bertugas melayani kepentingan umum dan sekaligus

untuk memupuk keuntungan dan bergerak dibidang yang oleh pemerintah dianggap

vital. Perum pada umumnya menjalankan tugas perusahaan akan tetapi dapat dibebani

tugas pemerintahan, di Departemen tidak ada lagi unit organisasi yang menjalankan

tugas pemerintahan yang telah diserahkan kepada Perum.

Tidak demikian halnya dengan Persero, dimana persero melakukan usaha

perusahaan yang bisa dilakukan oleh swasta dan semata-mata bukan menjadi tugas

(9)

bukan merupakan kewajiban negara untuk menghasilkannya. Bidang usaha harus

dapat memberikan keuntungan finasial kepada negara baik dalam jangka panjang

maupun dalam jangka pendek. Persero pada prinsipnya tidak diberi hak monopoli

atau perlakuan khusus lainnya oleh pemerintah.48

Beberapa perbedaan pokok dalam tugas, fungsi dan sifat usaha dari ketiga

bentuk BUMN di atas, jika dibandingkan dengan peranan BUMN di Indonesia

berdasarkan PP No.3 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan PP No.28 Tahun

1983, maka peran BUMN (Perjan, Perum dan Persero) adalah sebagai berikut :

1. memberikan sumbangan untuk mengembangkan perekonomian negara

disamping menambah perekonomian negara;

2. mengadakan pemupukkan keuntungan/pendapatan;

3. memberikan pemanfaatan umum baik berupa barang maupun jasa kepada

masyarakat umum;

4. menjadi pioneer dalam hal kegiatan usaha yang belum dapat diusahan sector

swasta dan koperasi;

5. melengkapi kegiatan swasta dan koperasi dalam hal penyediaan barang dan

jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat banyak;

6. memberikan bimbingan kepada sector swasta khususnya pengusaha bermodal

kecil dan sector koperasi;

7. melaksanakan dan menunjang pelaksanaan program pemerintah dibidang

ekonomi dan pembangunan pada umumnya. Sementara itu bandingkan pula

48

(10)

dengan tugas-tugas BUMN sebagaimana dituangkan dalam Instruksi Presiden

No. 5 Tahun 1988, yakni antara lain:

a) mengadakan barang yang karena pertimbangan keamanan dan

kerahasiaan harus dikuasai negara;

b) didirikan atas pertimbangan untuk melaksanakan kebijakan

pemerintahan tertentu dan atau strategis;

c) didirikan dengan tujuan untuk melindungi keselamatan dan

kesejahteraan masyarakat;

d) didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

harus dimilki dan dikelola oleh pemerintah;

e) usaha-usaha yang bersifat komersial seperti yang dilakukan swasta.

Mencermati peran, tugas, fungsi dan sifat usaha BUMN dan

pekembangannya itu, maka pada prinsipnya kehadiran BUMN di Indonesia selain

sebagai faset perekonomian negara, sekaligus berperan sebagai perusahaan biasa

yang mencari keuntungan yang sebesar-besanya. Bahkan BUMN mempunyai ruang

gerak dan jangkauan yang lebih luas dari pada perusahaan swasta. Secara substantif

dan berdasarkan kewenangan dalam menentukan bidang-bidang ekonomi yang

menguasai atau menyangkut kepentingan umum/masyarakat banyak, disamping

melakukan usaha yang bersifat komersial seperti yang dilakukan swasta.

Kehadiran BUMN di Indonesia sesungguhnya bukan sekedar melengkapi

kegiatan swasta dan koperasi dan peran BUMN lebih dari perusahaan biasa. Hal ini

(11)

pemerintah tampil sebagai pengatur yang baik (regulator), agar system ekonomi

berkembang harmonis sesuai dengan realita social ? Dan . apakah benar BUMN tidak

lain dari pada bentuk kebijaksanaan pemerintah dalam mencoba menciptakan atau

mempertahankan keseimbangan pasar antara sektor swasta dan sektor pemerintah ? 49

Apa pun jawaban atas pertanyaan tadi, factanya, bahwa BUMN ( baik

Perjan, Perum maupun Persero) yang memiliki peran luar biasa itu hanya

memberikan kontibusi yang relatif kecil bagi APBN. Indikasi yang dilontarkan

sejumlah pengamat ekonomi benar, bahwa belum terciptanya akuntabilitas dan

tranparansi dalam pengelolaan BUMN atau pengelolaan BUMN belum dilandaskan

pada Good Corporate Governance. Disisi lain yang BUMN hidup “tidak sehat” tidak

terlepas dari besarnya intervensi pemerintah dalam pengelolaan BUMN dan BUMN

dijadikan “sapi perahan” partai politik. Mekanisme pengelolaan BUMN tidak

diserahkan pada mekanisme pasar. Dengan begitu dapat dipahami, mengapa peran

BUMN selama ini tidak optimal guna mewujudkan kesejahteraan rakyat.50

Keberadaan BUMN dikaitkan dengan pembangunan ekonomi masa kini,

seyogianya harus kembali melihat hukum sebagaimana diajarkan Weber. Weber

telah memperingatkan bahwa pembangunan ekonomi harus berlandaskan hukum

yang rasional.51

49

Lihat Noer Soetrisno. Privatisasi BUMN dalam rangka Pemberdayaan rakyat (Infokop No Tahun XX 2005

50 Ibid, hal 2 51

(12)

Dengan hukum modern atau rasional itu akan dapat dilakukan

pengorganisasian pembangunan ekonomi. Sebab salah satu dari ciri hukum modern

adalah penggunaan hukum secara aktif dan sadar untuk mencapai tujuan-tujuan

tertentu.52 Pembahasan mengenai pengelolaan BUMN juga memerlukan pendekatan

hukum secara aktif agar tujuan di bentuknya BUMN memberikan manfaat pada

masyarakat , cara pendekatan tersebut diharapkan akan menciptakan penerapan

keadilan dan kewajaran dan secara proporcional dan dapat pula memberikan manfaat

pada masyarakat, sebagaimana yang disimpulkan Adam Smith, bahwa man

continually standing in need of the assistance of others.53 , akan tetapi pengkajian hukum untuk mengatur pembangunan ekonomi tidak boleh hanya melihat substansi

hukum, tetapi harus juga mengkaji aparatur hukum dan budaya hukum (legal

culture).54

B. Landasan Yuridis Pembentukan BUMN

1.Undang Undang No 19 Tahun 2003 tentang BUMN

Ketentuan Pasal 10 ayat (1) UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN

menetapkan bahwa pendirian BUMN diusulkan oleh Menteri kepada Presiden disertai

dengan dasar pertimbangan setelah dikaji bersama dengan Menteri Teknis dan

52

David M. Trubek, Op. Cit., hal. 4-5. Lihat juga. Lawrence M. Friedman, The Republic of Choice Law, Authority, and Culture, (Massachusetts: Harvard University Press, 1990), hal. 97.

53

R.L. Meek, Adam Smith Lectures on Jurisprudence, (Indianapolis: Liberty Fund, 1982), hal. 347.

54

(13)

Menteri Keuangan. BUMN yang berbentuk Persero, organnya adalah RUPS,

Komisaris, dan Direksi. Sedangkan untuk Perum, organnya adalah RUPS, Dewan

Pengawas, dan Direksi.

Selanjutnya sesuai dengan Pasal 2 UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN,

maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah (1) memberikan sumbangan bagi

perkembangan perekonomian nasional dan penerimaan negara; (2) mengejar

keuntungan; (3) menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang

dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang

banyak; (4) menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan

oleh sektor swasta atau koperasi; dan (5) turut aktif memberikan bimbingan dan

bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat.

Berdasarkan prinsip-prinsip korporasi, Pemerintah juga dapat memberikan

penugasan penugasan khusus kepada BUMN, namun harus mendapatkan persetujuan

dari RUPS/Menteri, dan penugasan khusus tersebut dapat ditetapkan melalui

peraturan perundang-undangan.55

Kepemilikan negara atas BUMN menurut badan hukumnya terdiri atas 4

(empat) kelompok yaitu: Persero, Perusahaan Umum (Perum), Perusahaan Jawatan

(Perjan), dan Patungan Minoritas.56

Lahirnya UU nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN melahirkan sejumlah

perubahan mendasar terhadap eksistensi BUMN di Indonesia, antara lain;57

(14)

Pertama, UU No.19 Tahun 2003 hanya mengenal dua bentuk BUMN, yakni

Perusahaan Perseroan (Persero) dan Perusahaan Umum (Perum). Dengan demikian,

BUMN dalam bentuk Perusahaan Jawatan (Perjan) akan dibubarkan yang akan

ditetapkan Peraturan Pemerintah. Dalam hubungan ini fungsi kemanfaatan

(pelayanan) umum yang selama ini menjadi tugas Perjan, akan diberikan penugasan

khusus oleh pemerintah kepada Persero atau Perum. Pemberian penugasan khusus

fungsi kemanfaatan umum itu kepada Persero maupun Perum harus dengan terlebih

dahulu mendapat persetujuan RUPS/Menteri.

Kedua, jika dalam peraturan perundang-undangan sebelumnya kedudukan dan tugas

Perum melayani kepentingan umum dan sekaligus untuk memupuk keuntungan dan

bergerak dibidang yang oleh pemerintah dianggap vital. Dan disamping menjalankan

tugas perusahaan, Perum dapat pula dibebani tugas pemerintahan. Tidak demikian

halnya dengan UU No.19 Tahun 2003 , maksud dan tujuan Perum adalah

menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa

penyediaan barang dan/atau jasa yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh

masyarakat berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat (Good Corporate

Governance).

Dari konsepsi UU No.19 Tahun 2003 mengenai maksud dan tujuan Perum,

maka bidang usaha yang dikelola Perum tidak lagi dibatasi oleh adanya sifat vital

57

(15)

terhadap bidang yang menjadi usahanya. Ruang gerak Perum menjadi lebih fleksibel,

dengan catatan asal penyedian barang dan jasa yang dilakukan Perum harganya

terjangkau oleh masyarakat, tetapi tetap didasarkan pada prinsip pengelolaan

perusahaan yang sehat (Good Corporate Governance).

Ketiga, jika dalam peraturan perundang-undangan sebelumnya Persero melakukan

usaha perusahaan yang bisa dilakukan swasta dan bukan semata-mata tugas

pemerintah. Barang-barang yang dihasilkan perusahaan bukan merupakan kewajiban

negara untuk menghasilkannya. Berdasarkan UU UU No.19 Tahun 2003 , maksud

dan tujuan BUMN tidak lagi diformulasikan dalam perspektif pemikiran pemerintah

dan swasta. Persero dalam perspektif UU UU No.19 Tahun 2003 tidak ubahnya

seperti pada perusahaan swasta. Persero diproyeksikan harus mampu bersaing

dengan perusahaan milik swasta. Persero harus mampu menyediakan barang/jasa

yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat. Tujuan ini tentu tidak dapat dipisahkan

dari maksud dan tujuan persero mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai dan

kinerja perusahaan sebagaimana pada perusahaan milik swasta, pasal 11 UU No.19

Tahun 2003 juga menentukan berlakunya bagi BUMN segala ketentuan dam

prinsip-prinsip yang berlaku bagi Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam UU

No.1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.

Keempat, jika dalam peraturan perundang-undangan sebelumnya , Direksi Perum

diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul menteri yang bersangkutan, maka

berdasarkan UU No.19 Tahun 2003 pengangkatan dan pemberhentian Direksi Perum

(16)

perundang-undangan. Sedangkan bagi Pesero, dalam peraturan perundang-undangan sebelumnya

pengangkatan dan pemberhentian Direktur Utama dan Direktur Persero oleh Menteri

Keuangan selaku RUPS berdasarkan usul menteri. Sedangkan menurut UU No.19

Tahun 2003 pengangkatan pemberhentian Direksi dilakukan oleh RUPS dan dalam

hal Menteri bertindak sebagai RUPS pengangkatan dan pemberhentian Direksi

ditetapkan oleh Menteri.

Kelima, berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan sebelumnya anggota

Direksi Perum dan Persero diangkat berdasarkan syarat-syarat kemampuan dan

keahlian dalam bidang pengelolaan (manajemen) perusahaan, memenuhi syarat

lainnya yang diperlukan untuk menunjang kemajuan perusahaan yang dipimpinnya

dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Disisi lain dalam hal

Menteri berpendapat bahwa calon-calon anggota direksi persero yang diusulkan tidak

memenuhi persyaratan yang ditetapkan, maka Menteri Keuangan meminta kepada

Menteri Teknis agar diusulkan calon-calon lain. Berbeda halnya dengan UU No.19

Tahun 2003, pengangkatan anggota Direksi Persero dan Perum dilakukan melalui

mekanisme uji kelayakan dan kepatutan. Pola pengangkatan direksi serupa ini tidak

dijumpai dalam peraturan perundang-undangan sebelumnya.

Calon anggota Direksi yang dinyatakan lulus uji kelayakan dan kepatutan oleh

UU No.19 Tahun 2003 diwajibkan menandatangani kontrak manajemen sebelum

ditetapkan pengangkatannya sebagai anggota Direksi. Mekanisme ini juga tidak

(17)

Jika diteliti UU No.19 Tahun 2003 , maka maksud dan tujuan pendirian

BUMN tersebut menjadi tidak sama penekanannya antara Persero dan Perum. Dalam

konteks ini maksud dan tujuan pendirian Persero adalah menyediakan barang

dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat dan mencari keuntungan

guna meningkatkan nilai dan kinerja perusahaan. Sedangkan maksud dan tujuan

pendirian Perum adalah menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan

umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang berkualitas dengan harga yang

terjangkau oleh masyarakat berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat.

Dengan demikian, tujuan utama dari Persero maupun Perum pada prinsipnya adalah

mengejar keuntungan, sekalipun usaha yang dilakukan bertujuan untuk kemanfaatan

umum .

Oleh sebab itu, kelahiran UU No.19 Tahun 2003 meletakkan dasar perubahan

yang fundamental terhadap eksistensi BUMN di Indonesia yang selama ini senantiasa

dikonsepsikan sebagai implementasi negara Indonesia sebagai negara kesejahteraan.

Dengan dihapusnya Perjan oleh UU No.19 Tahun 2003, maka substansi negara

Indonesia sebagai negara kesejahteraan mengalami pembaharuan. Sekaligus bisa jadi

mengalami degradasi apabila ternyata kemudian dalam prakteknya, Persero dan

Perum dengan berbagai dalih atau alasan enggan menerima penugasan khusus dari

pemerintah untuk menyelenggarakan fungsi kemanfaatan umum. Dalam hubungan

inilah keberadaan Perjan haruslah dilihat dalam perspektif tugas public service yang

menjadi tanggung jawab pemerintah. Dalam melaksanakan tugas public service

(18)

rakyat, dimana aspek mengejar keuntungan tidak begitu dipentingkan karena sudah

menjadi tanggung jawab pemerintah , jadi penghapusan Perjan semestinya tidak

boleh hanya dilihat hanya karena Perjan sulit menjadi unit usaha yang kompetetif.

Hal itu disebabkan perusahaan jawatan tersebut disubsidi pemerintah dan

karyawannya berstatus pegawai negeri sipil. Inilah salah satu sisi penting yang luput

dari pertimbangan pembentuk UU No.19 Tahun 2003 dan atas penghapusan Perjan

pemerintah mencarikan berkewajiban untuk mencari solusi dan mengambil kebijakan

yang tepat atas dampak dihapuskannya Perjan.

Kecenderungan dari pendirian BUMN dibawah UU No.19 Tahun 2003

tampaknya mengacu atau mengarah pada keberadaan BUMN di negara-negara maju

yang sekarang berbentuk perusahaan Multinasional. Hal ini sejalan dengan apa yang

dikemukakan Robert Fabrikan58 bahwa pada negara-negara maju kebanyakan

perusahaan negara (BUMN) merupakan hasil kesepakatan umum dan lebih penting

lagi adalah pemahaman bahwa sektor-sektor perekonomian itu mempunyai arti

strategis yang memerlukan keikutsertaan pemerintah secara lansung. Hanya saja

aspek strategis BUMN itu dalam No.19 Tahun 2003 tidak menjadi ukuran. Intinya

apakah BUMN (terutama Persero) akan bergerak disemua sector perekonomian

strategis atau tidak hal tersebut tergantung pada bidang usahanya.

Konsepsi pendirian BUMN yang demikian, tidak bisa lain memang,

pemerintah harus melepaskan kecenderungan intervensinya dalam pengelolaan

58

(19)

BUMN. Pengelolaan BUMN harus diletakkan di atas sendi-sendi Good Coporate

Governance, sehingga kian menumbuhkan keyakinan kita bagi tercapainya

optimalisasi peran BUMN untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana

diinginkan UU BUMN

Secara umum BUMN dapat dikelompokkan sebagai BUMN Pionir, BUMN

Strategis, BUMN PSO (Public Service Obligation), dan BUMN yang melaksanakan

bisnis murni.59 BUMN Pionir adalah jenis BUMN perintis yang belum dapat

dilaksanakan oleh swasta namun sangat dibutuhkan oleh masyarakat. BUMN

strategis adalah jenis BUMN yang menyangkut kepentingan negara, seperti

pertahanan dan keamanan negara. BUMN PSO adalah jenis BUMN pada bidang jasa

dan pelayanan masyarakat yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Ketiga jenisBUMN

merupakan BUMN pada sektor non-kompetitif. Sedangkan BUMN yang melaksanakan bisnis

murni adalah jenis BUMN yang berorientasi keuntungan (profit) dan merupakan BUMN

pada sektor kompetitif. Sektor kompetitif adalah sektor yang dapat diperdagangkan, misalnya

industri, penerbangan (airlines), budidaya pertanian (agriculture), dan kegiatan

pendistribusian. Sektor ini sangat memungkinkan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi

secara cepat dan berarti, sepanjang tidak terdapat distorsi ekonomi secara luas.60

59 Mas Achmad Daniri, .Aspek Governance Badan Usaha Milik Negara., http://www. governance-indonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=63&Itemid=2

(20)

2. Peraturan Pemerintah No 45 Tahun 2005 Tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, Dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara

Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2005 mengatur hubungan antara

Menteri, Menteri Keuangan dan Menteri Teknis dalam hal pendirian, pengurusan,

pengawasan dan pembubaran BUMN.

Ketentuan Pasal 4 Ayat (1) nenyebutkan bahwa Pendirian BUMN meliputi:

a. pembentukan Perum atau Persero baru;

b. perubahan bentuk unit instansi pemerintah menjadi BUMN;

c. perubahan bentuk badan hukum BUMN; atau

d. pembentukan BUMN sebagai akibat dari peleburan Persero dan Perum.

Selanjutnya dalam ayat (2) disebutkan Pendirian Persero dilakukan

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Perseroan Terbatas.

Ketentuan tersebut menunjuk Undang Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas sebagai dasar dari pembentukan BUMN Persero.

Namun terdapat pengecualian yang diatur dalam UU No. 40 Tahun 2007

mengenai pendirian Perseroan, ketentuan Pasal 7 ayat (7) huruf a UU No. 40 Tahun

2007 menyebutkan bahwa ketentuan yang mewajibkan perseroan didirikan oleh 2

(dua) orang atau lebih sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) , dan ketentuan dalam

ayat (5), serta ayat (6) tidak berlaku bagi perseroan yang merupakan Badan Usaha

Milik Negara , terhadap Badan Usaha Milik Negara dibenarkan kepemilikan

(21)

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan

Perseroan (Persero) dan Perseroan Terbatas yang sebahagian sahamnya dimiliki oleh

Pemerintah Indonsia , kewenangan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara

adalah sebagai pemegang saham atau Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).61

C. Pengaturan Kekayaan Negara Yang Dipisahkan

Landasan hukum yang digunakan dalam pelaksanaan dan pengelolaan

kekayaan negara yang dipisahkan adalah sebagai berikut :

1. Pasal 23 dan Pasal 33 UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.

2. UndangUndang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara

3. UndangUndang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN

4. Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.

5. UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas .

6. Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2001 Tentang Pengalihan Kedudukan,

Tugas dan Kewenangan Menteri Keuangan pada Perusahaan Perseroan

(Persero), Perusahaan Umum (Perum), dan Perusahaan Jawatan (Perjan)

kepada Menteri Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Tahun 2003

Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4305);

61

(22)

7. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2003 Tentang Pelimpahan

Kedudukan, Tugas dan Kewenangan Menteri Keuangan pada Perusahaan

Perseroan (Persero), Perusahaan Umum (Perum), dan Perusahaan Jawatan

(Perjan) kepada Menteri Badan Usaha Milik Negara Peraturan Pemerintah

Nomor 33 Tahun 2005 tentang Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2005 tentang Penggabungan,

Peleburan, Pengambilalihan, dan Perubahan Bentuk Badan Usaha Milik

Negara;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 Tentang Tatacara Penyertaan

dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara

10.Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan,

Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara.

ayaan egara Yang Dipisahkan

Ruang lingkup pelaksanaan dan pengelolaan kekayaan negara meliputi:

1. Penyertaan Modal Negara (PMN)

Pengelolaan kekayaan negara dimulai sejak adanya usul inisiatif baik yang

diajukan oleh Menteri Negara BUMN, Menteri Keuangan atau Menteri Teknis,

yang meliputi:

a. PMN dalam rangka pendirian BUMN.

b. PMN dalam rangka Penambahan Modal pada BUMN.

c. PMN dalam rangka Public Service Obligation (PSO), meskipun tidak selalu

(23)

PMN, karena peraturan perundang undangan memungkinkan dilakukannya

PSO dengan cara memberikan konpensasi.

d. PMN dalam rangka pengurangan Modal, dimana dana yang diperoleh dari

pengurangan modal Pemerintah pada BUMN ini digunakan untuk menutupi

defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau digunakan untuk

penyertaan modal atau tambahan PMN pada tahun anggaran yang sama .

2. Privatisasi BUMN

a. Initial Public Offering

b. Secondary Public Offering;

c. Right Issue.

3. Divestasi BUMN

a. Divestasi pada BUMN Lain

b. Divestasi pada Strategic Partner;

c. Divestasi pada Pemerintah Daerah.

4. Kekayaan Awal pada Badan Hukum Milik Negara

a. Kekayaan Awal pada Perguruan Tinggi

b. Kekayaan Awal pada Badan Pelaksana Migas

5. Kekayaan Awal pada Badan Pelaksana Harian Migas.

Adapun tujuan dari dilakukan penyertaan modal Negara dari Pemerintah

Republik Indonesia kepada BUMN, BUMD, atau Badan Hukum lainnya yaitu:

(24)

2. Mendirikan, mengembangkan/meningkatkan kinerja BUMN, BUMD, dan Badan

Hukum lainnya.

Sedangkan pertimbangan dilakukannya penyertaan modal Negara dari Pemerintah

Republik Indonesia kepada BUMN, BUMD, atau Badan Hukum lainnya yaitu:

1. Dalam rangka pendirian dan/atau mengembangkan/meningkatkan kinerja

BUMN, BUMD, atau Badan Hukum lainnya;

2. Dalam rangka mendukung BUMN, BUMD, atau Badan Hukum lainnya untuk

menjalankan tugas Kewajiban Pelayanan Umum yang diberikan oleh

Pemerintah;

3. Yang diusulkan merupakan proyek selesai kementerian/lembaga yang dari awal

pengadaannya telah diprogramkan untuk diserahkan pengelolaannya pada

BUMN, BUMD, atau Badan Hukum lainnya;

4. Kekayaan negara yang tidak dipisahkan tersebut menjadi lebih optimal apabila

dikelola oleh BUMN, BUMD, atau Badan Hukum lainnya.

Sumber penyertaan modal Negara dapat berasal dari :

1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Kekayaan Negara yang

tidak Dipisahkan, berupa :

a. APBN Tunai

b. Proyek Selesai

c. Piutang Negara

d. Aset Negara Lainnya

(25)

3. Sumber Lainnya.

Penyertaan modal negara adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik

Negara yang semula merupakan kekayaan negara yang tidak dipisahkan menjadi

kekayaan negara yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal/saham negara

pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), atau

Badan Hukum lainnya yang dimiliki Negara/Daerah.

Tujuan dilakukannya Penyertaan Modal Negara adalah, agar Barang Milik

Negara dijadikan Penyertaan Modal Pemerintah Pusat dalam rangka pendirian,

pengembangan, dan peningkatan kinerja Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau

Badan Hukum lainnya yang dimiliki Negara/Daerah.

Barang Milik Negara yang dari awal pengadaannya sesuai dokumen

penganggaran diperuntukkan bagi Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau Badan

Hukum lainnya yang dimiliki Negara/Daerah dalam rangka penugasan pemerintah

dengan pertimbangan Barang Milik Negara tersebut akan lebih optimal apabila

dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau Badan Hukum lainnya yang

dimiliki Negara/Daerah, baik yang sudah ada maupun yang akan dibentuk.

Barang Milik Negara yang dapat dilakukan Penyertaan Modal Pemerintah:

1. tanah dan atau bangunan yang berada pada Pengelola Barang .

2. tanah dan atau bangunan yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk

disertakan sebagai modal pemerintah pusat sesuai yang tercantum dalam

dokumen penganggarannya .

(26)

Pihak-pihak yang dapat melaksanakan penyertaan modal pemerintah pusat

adalah:

a. Pengelola Barang, untuk tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengelola

Barang.

b. Pengguna Barang, dengan persetujuan Pengelola Barang untuk:

1) Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan yang dari awal

pengadaannya direncanakan untuk disertakan sebagai modal pemerintah pusat

sesuai yang tercantum dalam dokumen penganggaran;

2) Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan.

c. Pihak-pihak yang dapat menerima penyertaan modal pemerintah pusat

1) Badan Usaha Milik Negara,

2) Badan Usaha Milik Daerah,

3) Badan Hukum lainnya yang dimiliki Negara/Daerah.

Tata cara pelaksanaan penyertaan modal pemerintah pusat yaitu Barang Milik

Negara berupa tanah dan/atau bangunan pada Pengguna Barang yang dari awal

pengadaannya, sebagaimana tercantum dalam dokumen penganggarannya,

direncanakan untuk disertakan sebagai penyertaan modal pemerintah pusat.

Pengguna Barang membentuk tim internal yang bertugas antara lain:

a) menyiapkan kelengkapan data administrasi sekurang-kurangnya meliputi:

(27)

2. nilai realisasi pelaksanaan anggaran,

3. hasil audit aparat pengawas fungsional pemerintah,

4. berita acara serah terima pengelolaan sementara dari Pengguna Barang

kepada penerima penyertaan modal pemerintah pusat.

b). melakukan pengkajian.

c) menyampaikan laporan hasil kerja tim kepada Pengguna Barang.

Selanjutnya Pengguna Barang mengajukan usulan kepada Pengelola Barang

dengan disertai:

a) penjelasan/pertimbangan mengenai usul dimaksud,

b) kelengkapan data administrasi tersebut dalam butir a.1),

c) hasil kajian tim internal.

Pengelola Barang melakukan pengkajian mengenai kelayakan usul Pengguna

Barang. Dalam hal berdasarkan kajian tersebut pada butir c, Pengelola Barang

menganggap usulan tersebut layak, Pengelola Barang menerbitkan surat persetujuan

penyertaan modal pemerintah pusat dimaksud dan menyiapkan rancangan peraturan

pemerintah tentang penyertaan modal tersebut. Persetujuan tersebut dalam butir d

mencantumkan nilai Barang Milik Negara yang akan dijadikan penyertaan modal

pemerintah pusat, yang perhitungannya didasarkan realisasi pelaksanaan anggaran

setelah mempertimbangkan hasil audit. Dalam hal nilai penyertaan modal dimaksud

di atas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), Pengelola Barang mengajukan

permintaan persetujuan kepada Presiden disertai dengan rancangan peraturan

(28)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah tentang penetapan penyertaan modal

pemerintah pusat, Pengguna Barang melakukan serah terima barang dengan penerima

penyertaan modal pemerintah pusat yang dituangkan dalam berita acara serah terima

barang. Pengguna Barang menerbitkan keputusan penghapusan Barang Milik Negara

dari Daftar Barang Pengguna dan Pengelola Barang menerbitkan keputusan

penghapusan Barang Milik Negara dari Daftar Barang Milik Negara berdasarkan

berita acara serah terima barang tersebut Barang Milik Negara berupa tanah dan atau

bangunan yang berada pada Pengelola Barang. Pengelola Barang mengkaji perlunya

penyertaan modal pemerintah pusat sesuai dengan tujuan dan pertimbangan

penyertaan modal sebagaimana dimaksud Romawi II dan III dengan melibatkan

Badan Usaha Milik Negara/Daerah dan Kementerian Negara/Lembaga yang

bertanggungjawab di bidang pembinaan Badan Usaha Milik Negara/Daerah. Usulan

penyertaan modal dapat diajukan Pengguna Barang kepada Pengelola Barang.

Dalam mengajukan usulan tersebut pada butir b, Pengguna Barang harus

menyampaikan perhitungan kuantitatif yang mencantumkan perbandingan

keuntungan bagi pemerintah atas penyertaan modal dengan salah satu cara lain dalam

pemanfaatan Barang Milik Negara. Pengelola Barang mengkaji kelayakan usulan

Pengguna Barang untuk menentukan disetujui atau tidaknya usulan dimaksud. Dalam

hal usulan tidak disetujui, Pengelola Barang memberitahukan kepada Pengguna

Barang disertai alasannya. Dalam hal usulan disetujui, Pengelola Barang membentuk

tim yang anggotanya terdiri dari Pengelola Barang, wakil dari instansi yang

(29)

melibatkan wakil dari instansi teknis yang berkompeten dan wakil dari calon

penerima penyertaan modal.

Tim bertugas untuk melakukan penelitian atas tanah dan/atau bangunan yang

akan dijadikan penyertaan modal, serta menyiapkan hal-hal yang bersifat teknis

dalam pelaksanaan penyertaan modal tersebut. Pengelola Barang menugaskan penilai

untuk melakukan perhitungan nilai tanah dan/atau bangunan yang akan dijadikan

penyertaan modal. Penilai menyampaikan laporan hasil penilaian kepada Pengelola

Barang melalui Tim. Tim menyampaikan kepada Pengelola Barang laporan hasil

pelaksanaan tugas termasuk usulan nilai Barang Milik Negara yang akan disertakan

sebagai modal berdasarkan laporan hasil penilaian. Berdasarkan laporan tim,

Pengelola Barang menetapkan nilai Barang Milik Negara yang akan disertakan

sebagai modal menyusun rancangan peraturan pemerintah tentang penyertaan modal.

Dalam hal penyertaan modal tersebut memerlukan persetujuan DPR, maka:

1. Pengelola Barang mengajukan permohonan persetujuan kepada DPR;

2. berdasarkan surat persetujuan dari DPR, Pengelola Barang

mengajukan rancangan peraturan pemerintah tentang penyertaan

modal pemerintah kepada Presiden untuk ditetapkan.

Dalam hal nilai penyertaan modal di atas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh

miliar rupiah), Pengelola Barang mengajukan permintaan persetujuan kepada

Presiden disertai rancangan peraturan pemerintah mengenai penetapan modal negara

(30)

Dalam hal nilai perolehan Barang Milik Negara di atas Rp10.000.000.000,00

(sepuluh miliar rupiah) sampai dengan Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah),

Pengelola Barang mengajukan permohonan persetujuan penyertaan modal pemerintah

pusat kepada presiden disertai, rancangan peraturan pemerintah tentang penyertaan

modal pemerintah untuk ditetapkan. Dalam hal Barang Milik Negara dari awal

perencanaan pengadaannya diperuntukan sebagai penyertaan modal pemerintah pusat

sesuai dokumen anggarannya, tidak diperlukan persetujuan DPR.

Dalam hal nilai perolehan Barang Milik Negara tersebut di atas

Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah), maka Pengelola Barang mengajukan

permohonan persetujuan penyertaan modal pemerintah pusat kepada DPR.

Berdasarkan surat persetujuan dari DPR, Pengelola Barang mengajukan rancangan

peraturan pemerintah tentang penyertaan modal pemerintah kepada Presiden untuk

ditetapkan.

Setelah syarat-syarat yang ditentukan Undang-Undang terpernuhi maka:

1. Pengelola Barang menerbitkan keputusan pelaksanaan penyertaan modal;

2. berdasarkan keputusan tersebut, Pengelola Barang menyampaikan rancangan

peraturan pemerintah tentang penyertaan modal pemerintah pusat kepada

Presiden untuk ditetapkan.

3. Setelah peraturan pemerintah tentang penyertaan modal telah ditetapkan,

Pengelola Barang melakukan serah terima barang dengan penerima

penyertaan modal pemerintah pusat, yang dituangkan dalam berita acara serah

(31)

4. Berdasarkan berita acara serah terima barang, Pengelola Barang menerbitkan

keputusan penghapusan Barang Milik Negara dari Daftar Barang Milik

Negara.

Dalam pelaksanaannya Pengguna Barang melakukan inventarisasi Barang

Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan, yang direncanakan untuk dijadikan

penyertaan modal pemerintah pusat, serta identifikasi pihak penerimaan penyertaan

modal berdasarkan tujuan dan pertimbangan . Pengguna Barang melakukan persiapan

penyertaan modal pemerintah pusat dengan membentuk tim internal yang bertugas

antara lain menyiapkan kelengkapan data administrasi dan melakukan penelitian

mengenai Barang Milik Negara yang akan disertakan sebagai penyertaan modal

pemerintah pusat.

Pengguna Barang mengajukan usulan penyertaan modal pemerintah pusat atas

Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan tersebut dalam huruf a kepada

Pengelola Barang. Pengelola Barang melakukan kajian dan penelitian atas usulan

Pengguna Barang untuk menentukan kesesuaian usulan dengan tujuan dan

pertimbangan Pengelola Barang mengkaji usulan Pengguna Barang untuk

menentukan disetujui atau tidaknya usulan dimaksud. Dalam hal usulan tidak

disetujui Pengelola Barang memberitahukan kepada Pengguna Barang disertai

dengan alasannya. Dalam hal usulan disetujui, Pengelola Barang menerbitkan surat

persetujuan penyertaan modal pemerintah pusat. Pengguna Barang menindaklanjuti

(32)

anggotanya terdiri dari unsur Pengelola Barang, Pengguna Barang, instansi teknis

yang berkompeten, dan penerima penyertaan modal pemerintah pusat.

Tim bertugas untuk melakukan penelitian atas Barang Milik Negara yang

akan dijadikan penyertaan modal, serta menyiapkan hal-hal yang bersifat teknis

dalam pelaksanaan penyertaan modal tersebut. Setelah peraturan pemerintah tentang

penyertaan modal pemerintah pusat ditetapkan, Pengguna Barang melakukan serah

terima barang dengan penerima penyertaan modal pemerintah pusat yang dituangkan

dalam berita acara serah terima barang. Berdasarkan berita acara serah terima

barang, Pengguna Barang melakukan penghapusan dari Daftar Barang Pengguna

dengan menerbitkan keputusan penghapusan Barang Milik Negara.

Pengguna Barang menyampaikan laporan kepada Pengelola Barang disertai

dengan berita acara serah terima barang dan keputusan penghapusan. Berdasarkan

laporan tersebut , Pengelola Barang menghapuskan dari Daftar Barang Milik Negara

dengan menerbitkan keputusan penghapusan barang apabila barang tersebut ada

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa program secara garis besar diarahkan untuk peningkatan kapasitas kelompok pembatik agar turut serta dalam pembelajaran, diantaranya penyusunan dokumen

Berdasarkan hasul studi pendahuluan dan wawancara dengan pengurus sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) di Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu, yang

Hasil uji laboratorium menunjukkan rugi-rugi daya yang lebih besar dan efisiensi yang lebih rendah diperoleh untuk kondisi pembebanan non-linier.Semakin tinggi kandungan

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan suatu rangkaian kegiatan yang harus diikuti oleh mahasiswa program pendidikan Universitas Negeri Semarang sebagai program

1) Persiapan yang dilakukan guru bimbingan dan konseling layanan informasi tentang minat belajar dengan mempersiapkan sesuatunya berkaitan dengan kegiatan yang

individuals.” The use of Pictures Word Inductive Model emphasized more on how students recognized the words by looking at the pictures that teacher provided and by using those

memfokuskan memberikan pelajaran agama saja. Pada tahun ini juga ditetapkan.. keputusan presiden yang menyatakan bahwa semua Sekolah Dasar dan. dan Menengah harus

PEMEMIC UNAN DESA Di.N BiU1TUJ.N KHUSUS I.. KESERJ.S1LF