• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Industri Pertambangan Batubara 2.1.1. Batubara - Analisa Potensi Bahaya Dengan Menggunakan Metode Job Safety Analysis (JSA) Pada Proses Coal Chain di Pertambanagan Batubara PT Mifa Bersaudara Meulaboh Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Industri Pertambangan Batubara 2.1.1. Batubara - Analisa Potensi Bahaya Dengan Menggunakan Metode Job Safety Analysis (JSA) Pada Proses Coal Chain di Pertambanagan Batubara PT Mifa Bersaudara Meulaboh Tahun 2014"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Industri Pertambangan Batubara 2.1.1. Batubara

The lnternational Hand Book of Coal Petrography (1963): Batubara adalah batuan sedimen yang mudah terbakar, terbentuk dari sisa-sisa tanaman dalam variasi tingkat pengawetan, diikat oleh proses kompaksi dan terkubur

dalam cekungan-cekungan pada kedalaman yang bervariasi, dari dangkal sampai dalam.

Pembentukan batubara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu (jtl), adalah masa pembentukan batubara yang paling

produktif dimana hampir seluruh deposit batubara (black coal) yang ekonomis dibelahan bumi bagian utara terbentuk.

Komposisi kimia batubara hampir sama dengan komposisi kimia jaringan tumbuhan, keduanya mengandung unsur utama yang terdiri dari unsur C, H, O, N, S, P. Hal ini mudah dimengerti karena batubara terbentuk dari jaringan

(2)

Gambar 2.1.Proses terbentuknya Batubara

Terdapat kaitan erat antara kayu sebagai pembentuk batubara dengan

berbagai jenis batubara. Kayu dapat diubah menjadi arang kayu dengan rekayasa dan inovasi manusia dalam jangka waktu yang pendek, sedang kayu akan berubah

menjadi batubara secara alamiah oleh proses alam dalam jangka waktu ratusan hingga ribuan juta tahun. Karena batubara terbentuk oleh proses alam, maka banyak parameter yang akan berpengaruh pada pembentukan batubara. Semakin

tinggi intensitas parameter yang berpengaruh makin tinggi mutu batubara yang terbentuk (Sukandarrumidi, 2006).

Kayu Unsur C, H, O, N, S,P

Arang kayu

Rekayasa

• Gambut • Lignit

• Sub Bitumina • Bitumina • Anthrasit • grafit

C, H, O, N, S, P C

C

H20

(3)

2.1.2. Materi Pembentuk Batubara

Hampir seluruh pembentuk batubara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis

tumbuhan pembentuk batubara dan umurnya menurut Diessel (1981) dalam Wahyudiono (2003) adalah sebagai berikut:

a. Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit endapan batubara dari perioda ini.

b.Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga.

Sedikit endapan batubara dari perioda ini.

c. Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk

batubara berumur Karbon di Eropa dan Amerika utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh diiklim hangat.

d.Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah.

Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan

glossopteris adalah penyusun utama batubara Permian seperti di Australia, India dan Afrika.

e. Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern,

(4)

2.1.3. Klasifikasi Batubara

Secara umum batubara digolongkan menjadi 5 (lima) tingkatan, yaitu dimulai dari tingkatan tertinggi sampai terendah yaitu :

1. Anthracite

2. Bituminous coal

3. Sub bituminous coal

4. Lignite

5. Peat

Dalam usaha untuk mempermudah pengenalan jenis batubara berikut

ditunjukkan sifat-sifat batubara untuk masing-masing jenis sebagai berikut :

1. Anthracite

Warna hitam, sangat mengkilat, kompak ; kandungan karbon sangat tinggi; nilai kalor sangat tinggi; kandungan air sangat sedikit; kandungan abu sangat sedikit; kandugan sulfur sangat sedikit; kandungan volatile matter rendah; nilai

kalor berkisar pada nilai 8300kkal/kg.

2. Bituminous/ subbituminous coal

Warna hitam mengkilat, kurang kompak; kandungan karbon relative tinggi; nilai kalor tinggi; kandungan air sedikit; kandungan abu sedikit; kandungan sulfur sedikit; kandungan volatile matter sedang; nilai kalor antara

7000-8000kkal/kg. 3. Lignite (brown coal)

(5)

kandungan volatile matter tinggi; nilai kalor antara 1500-4500kkal/kg

(sukandarrumidi, 2006).

2.1.4. Rantai Rangkaian Pemanfaatan Batubara

Apabila kegiatan penambangan batubara dikategorikan sebagai industri

hulu, ternyata cukup banyak kegiatan industri hilir yang mampu ditumbuhkan. Kenyataan di lapangan, industri hilir ini yang melahirkan kegiatan-kegiatan yang

bersifat multidisiplin dan multi fungsi. Oleh karenanya dipandang perlu meningkatkan peran batubara, tidak hanya sebagai sumberdaya energi dalam bentuk batubara padat dan penggunaan batubara yang lain. Untuk itu perlu

dilakukan usaha rekayasa dengan teknologi termasuk pemanfaatan limbah hasil penambangan batubara dan hasil pembakaran batubara. Gambar di bawah ini akan

memperjelas pernyataan tersebut di atas.

1.

Gambar 2.2.Keterkaitan batubara dengan industri semen Batubara sebagai sumber energi pada industri semen

Semen Gedung

Jalan/terowongan

Landasan pesawat terbang

(6)

2.

Gambar 2.3.Keterkaitan batubara dengan PLTU

3.

Gambar 2.4.Pemanfaatan limbah batubara Batubara sebagai sumber energi pada

(7)

2.2. Kecelakaan Kerja di Dunia Industri 2.2.1. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan kerja disuatu perusahaan. Hubugan kerja disini dapat berarti bahwa kecelakaan

dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan (Djati, 2002).

Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan seorang atau kelompok dalam rangka melaksanakan kerja di lingkungan industri atau perusahaan. Kecelakaan kerja biasanya timbul sebagai gabungan dari beberapa faktor, seperti faktor

peralatan, lingkungan kerja, dan pekerja itu sendiri. Dalam suatu pabrik, terkadang ada mesin yang kurang baik, seperti tidak dilengkapi alat pengaman

yang cukup, maka kondisi seperti ini dapat menjadi sumber risiko (Siahaan, 2009).

2.2.2. Klasifikasi Kecelakaan Industri

Terlalu banyak jenis kecelakaan yang terjadi menyulitkan pengembangan metode klasifikasi dan pencatatan yang dapat memberikan informasi penting guna

pencegahan kecelakaan tanpa membuatnya menjadi terlalu rumit. Menurut olii-kamil (1996), jenis-jenis kecelakaan diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Kecelakaan dalam industri berdasarkan jenis kecelakaannya

a. Orang jatuh

b. Tertimpa benda jatuh

c. Menginjak, melanggar atau terpukul benda diluar benda-benda jatuhan. d. Terperangkap/terjepit

(8)

f. Terkena atau tersentuh benda panas

g. Terkena atau tersentuh arus listrik

1. Terkena atau tersentuh bahan-bahan yang merusak atau mengandung radiasi

h. Jenis- jenis kecelakaan lain yang tidak terkelompok karena kekurangan data yang cukup

2. Kecelakaan dalam industri berdasarkan perantaranya a. Mesin

1. Mesin-mesin penggerak, kecuali motor listrik

2. Mesin transmisi

3. Mesin-mesin pengerjaan logam

4. Mesin-mesin kayu dan sejenisnya 5. Mesin pertanian

6. Mesin pertambangan

7. Mesin-mesin lain yang tak terkelompokkan b. Alat-alat angkutan dan peralatan terkelompokkan

1. Mesin pengangkat dan peralatannya 2. Alat-alat angkutan yang menggunakan rel

3. Alat-alat angkutan beroda lainnya, diluar kereta api

4. Alat-alat angkutan udara 5. Alat-alat angkutan air

(9)

c. Peralatan lain

1. Alat-alat bertekanan tinggi 2. Tanur, tungku dan kilang 3. Alat-alat pendingin

4. Instalasi-instalasi listrik, termasuk motor listrik, diluar perkakas dengan bertenaga listrik

5. Tangga, tangga berjalan 6. Perancah (scalfolding)

7. Perantara lain yang tidak terkelompokkan

d. Material, bahan-bahan dan radiasi 1. Bahan peledak

2. Debu, gas, cairan dan bahan kimia diluar peledak 3. Keping-kepingan terbang

4. Radiasi

5. Material dan bahan lainnya yang tidak terkelompokkan e. Lingkungan kerja

1. Diluar bangunan 2. Di dalam bangunan 3. Di bawah tanah

3. Kecelakaan dalam industri berdasarkan sifat yang diakibatkannya a. Patah tulang

b. Keseleo dan kejang-kejang

(10)

e. Luka-luka luar

f. Memar dan retak g. Luka bakar h. Keracunan akut

i. Dampak akibat cuaca, cahaya dan kodisi sejenis j. Sesak nafas

k. Akibat arus listrik l. Akibat radiasi

m. Luka majemuk dengan sifat yang berbeda-beda

n. Luka-luka lain yang tak terkelompokkan

4. Kecelakaan dalam industri berdasarkan lokasi tempat luka-luka pada tubuh

a. Kepala b. Leher c. Badan

d. Lengan e. Kaki

f. Luka umum

(11)

2.2.3. Penyebab Kecelakaan Kerja

Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta

dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak terulang kembali (Suma’mur, 2009).

Kecelakaan kerja disebabkan oleh dua fakor yaitu : 1. Faktor Mekanis dan Lingkungan

Yaitu segala faktor yang menyangkut mesin dan peralatan-peralatan yang

digunakan pada suatu pekerjaan tertentu serta segala kondisi potensi bahaya yang berada di lingkungan suatu tempat kerja yang berkontribusi terhadap terjadinya

suatu kecelakaan kerja. 2. Faktor manusia

Yaitu segala faktor yang menyangkut tindakan para pekerja dalam

melakukan pekerjaannya yang cendrung mengabaikan prosedur kerja yang telah ditetapkan terhadap suatu pekerjaan tertentu sehingga menimbulkan potensi

bahaya kecelakaan kerja pada dirinya dalam pekerjaannya (Suma’mur, 2009). 2.2.4. Kerugian Akibat Kecelakaan

Kerugian akibat kecelakaan kerja akan diterima oleh para pekerja dan

perusahaan dimana pekerja itu bekerja. Korban kecelakaan kerja akan mengeluh dan menderita akibat luka, kelainan, atau cacat yang yang ditimbulkan akibat

(12)

diterimanya, namun jika ditinjau dari produktivitas kerja, hal ini sangat merugikan

pekerja.

Tiap kecelakaan yang terjadi adalah suatu kerugian yang amat besar yang akan dirasakan perusahaan. Biaya ini dapat dibagi menjadi biaya langsung dan

biaya tersembunyi. Biaya langsung ialah biaya atas PPPK, pengobatan, dan perawatan, biaya rumah sakit, biaya angkutan, upah selama pekerja tak mampu

bekerja, kompensasi cacat, dan biaya atas kerusakan bahan, perlengkapan, peralatan dan mesin. Biaya tersembunyi meliputi segala sesuatu yang tidak terlihat pada waktu dan beberapa waktu pasca kecelakaan terjadi. Biaya ini meliputi

berhentinya operasi perusahaan, oleh karena pekerja lain menolong korban, dan biaya yang harus dikeluarkan untuk mengganti peran pekerja yang celaka serta

biaya pelatihan yang harus dikeluarkan untuk training pekerja baru. Penelitian tentang biaya kecelakaan memperlihatkan bahwa perbandingan antara biaya langsung dan tersembunyi adalah 1 (satu) terhadap 4 (empat)(Suma’mur 2009).

2.3. Potensi Bahaya

ILO (1986) dalam Anugrah (2009), mendefinisikan potensi bahaya atau

bahaya kerja (work hazard) adalah suatu sumber potensi kerugian atau suatu situasi yang berhubungan dengan pekerja, pekerjaan dan lingkungan kerja yang berpotensi menyebabkan gangguan/kerugian.

Bahaya di tempat kerja timbul atau terjadi ketika ada interaksi antara unsur-unsur produksi yaitu manusia, peralatan, material, proses, atau metoda

(13)

tersebut, yaitu manusia, peralatan, material, proses serta sistem dan prosedur

(Ramli, 2010).

Potensi bahaya merupakan segala sesuatu yang mempunyai kemungkinan mengakibatkan kerugian baik pada harta benda, lingkungan maupun manusia. Di

tempat kerja, potensi bahaya sebagai sumber risiko keselamatan dan kesehatan akan selalu dijumpai.

Jika setiap bahaya-bahaya tersebut dapat diidentifikasi, tindakan harus diambil untuk menghilangkan atau meminimalkan risiko yang dihadapi oleh pekerja. Jika bahaya -bahaya tersebut tidak dapat dihilangkan, suatu penilaian

risiko perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencegahan apa saja yang harus diambil, Hal ini diupayakan untuk melindungi pekerja yang merupakan asset yang

sangat berharga bagi perusahaan. 2.3.1. Jenis Bahaya

Bahaya dalam kehidupan sangat banyak ragam dan jenisnya. Disekitar kita

terdapat banyak bahaya-bahaya yang berpotensial untuk mencederai tubuh kita baik cidera ringan maupun sampai cedera fatal. Kita tidak dapat mencegah

berbagai bahaya-bahaya tersebut jika kita tidak mengenali bahayanya dengan baik.

Ramli (2010) mengklasifikasikan jenis bahaya sebagai berikut:

a. Bahaya Mekanis b. Bahaya Listrik

(14)

A. Bahaya Mekanis

Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual maupun dengan penggerak. Misalnya mesin sinso, bubut, gerinda, tempa dan lain-lain.

Bagian yang bergerak pada mesin mengandung bahaya seperti gerakan mengebor, memotong, menempa, menjepit, menekan dan bentuk gerakan lainnya.

Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan cedera atau kerusakan seperti tersayat, terjepit, terpotong, atau terkupas.

B. Bahaya Listrik

Suatu bahaya yang berasal dari energi listrik. Energi listrik dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, dan hubungan

singkat. Di lingkungan kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari jaringan listrik, maupun peralatan kerja atau mesin yang menggunakan energi listrik.

C. Bahaya Kimiawi

Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat bahaya kimiawi. Bahaya yang

dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia antara lain : a) Keracunan oleh bahan kimia yang bersifat beracun (toxic)

b) Iritasi, oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam keras, cuka air

aki dan lainnya

c) Kebakaran dan peledakan, beberapa jenis bahan kimia memiliki sifat mudah

(15)

d) Polusi dan pencemaran lingkungan

Bahan kimia sangat beragam, disekitar kita penuh dengan berbagai jenis bahan kimia. Oleh karena itu risiko bahaya bahan kimia harus diperhatikan dengan baik. Berbeda dengan jenis bahaya lain seperti mekanik atau listrik,

bahaya bahan kimia sering kali tidak dirasakan secara langsung atau bersifat kronis dalam jangka waktu yang panjang.

D. Bahaya Fisis

Bahaya yang berasal dari faktor fisis antara lain :

a) Bising, dapat mengakibatkan bahaya ketulian atau kerusakan indera

pendengaran b) Tekanan

c) Getaran

d) Suhu panas atau dingin e) Cahaya atau penerangan

f) Radiasi dari bahan radioaktif, sinar ultra violet atau infra merah E. Bahaya Biologis

Diberbagai lingkungan kerja terdapat bahaya yang bersumber dari unsur biologis seperti flora dan fauna yang terdapat di lingkungan kerja atau berasal dari aktivitas kerja. Potensi bahaya ini ditemukan dalam industri makanan, Farmasi,

(16)

2.3.2. Sumber Bahaya dari Lingkungan Kerja

Banyak sekali sumber energi yang dapat menjadi suatu potensi bahaya

disuatu lingkungan kerja. Sebagian diantaranya sebagai berikut :

Tabel 2.1. Jenis Energi dan Bentuk Bahaya

JENIS ENERGI BENTUK BAHAYA

Gravitasi 1. Dapat terjadi jika suatu benda jatuh menimpa orang, jatuh dari ketinggian atau terpleset

2. Cedera bervariasi mulai dari terkilir, luka dan fatal

Bising dan getaran 1. Ditemukan jika terpapar suara bising atau getaran

2. Cedera beragam dari ringan sampai ketulian

Kimia 1. Dapat terjadi jika manusia

menghirup, menelan atau menyerap cairan, debu, gas atau yang dapat mengakibatkan kerusakan seperti kebakaran, peledakan, korosi dan lainnya. 2. Cidera bervariasi mulai dari

akut, kronis, dan kematian

Listrik 1. Ditemukan dalam penggunaan

listrik untuk mengoperasikan peralatan

2. Cedera bervariasi mulai dari cidera luka bakar sampai mati

Mekanikal 1. Terdapat pada mesin atau

bagian bergerak atau berputar yang mengeluarkan bagian yang tajam, runcing, atau lontaran benda.

(17)

Termal 1. Terjadi pada lingkungan panas, dingin atau peralatan yang

menggunakan dan

menghasilkan panas atau dingin seperti dapur, ruang pendingin, proses panas, pengelasan, benda panas atau dingin

2. Cedera bervariasi mulai luka bakar, strees panas sampai mati

Tekanan 1. Ditemukan pada bejana atau

objek bertekanan termasuk boiler, botol bertekanan dan kompresor

2. Cedera bervariasi mulai dari luka sampai mati

Radiasi 1. Ditemukan pada pekerjaan atau

peraralatan yang menggunakan sinar X, Radiasai Ultra Violet, gelombang mikro, laser atau pengelasan

2. Cidera bervariasi mulai luka bakar sampai mati

Mikrobiologis 1. Dapat terjadi jika terpajan dengan bakteri, virus atau zat pathogen lainnya misalnya dalam menara pendingin, organ tubuh manusia atau hewan 2. Cedera bervariasi mulai akut,

kronis, yang bersifat jangka panjang menimbulkan kematian seperti HIV, Hepatitis, Keracunan

(18)

2.3.3. Sumber Bahaya dari Pekerja

Menurut penelitian dalam Djati (2002) hampir 85% kecelakaan terjadi

disebabkan faktor manusia yang melakukan tindakan tidak aman. Tindakan tidak aman ini dapat disebabkan oleh:

a. Karena tidak tahu

Yang bersangkutan tidak mengetahui bagaimana melakukan pekerjaan dengan aman dan tidak tahu bahaya-bahaya yang ada.

b. Karena tidak mampu/tidak bisa

Yang bersangkutan telah mengetahui cara kerja yang aman, bahaya-bahaya

yang ada tetapi karena belum mampu, kurang terampil dia melakukan kesalahan.

c. Walaupun telah mengetahui dengan jelas cara kerja dan

peraturan-peraturannya serta yang bersangkutan dapat melaksanakannya, tetapi karena tidak mau melaksanakan maka terjadi kecelakaan. Misalnya tidak mau

memakai alat keselamatan atau melepas alat pengaman.

Beberapa prilaku yang tidak aman yang sering menyebabkan pekerja celaka atau berpotensi untuk celaka sebagai penyebab tidak langsung dari suatu

kecelakaan kerja yang sering ditemukan dalam aktivitas pertambangan menurut H.W. Heinrich dalam Suryani (2012), yaitu :

1. Mengoperasikan peralatan dengan kecepatan yang tidak layak. 2. Mengoperasikan peralatan tanpa perintah.

3. Menggunakan peralatan yang tidak layak.

(19)

6. Tidak menggunakan alat pelindung diri.

7. Bekerja dengan posisi yang salah atau tidak aman. 8. Bermain-main, bersenda gurau.

9. Konsumsi alkohol

10. Konsumsi obat-obatan

2.3.4. Sumber Bahaya Dari Bahan Kimia dan Peralatan

Bahan kimia dan peralatan yang digunakan pada suatu perusahaan juga menjadi sumber bahaya yang dapat mengancam para pekerja setiap saat. Bahaya akan muncul ketika ada interakasi anatara pekerja dan bahan kimia maupun

peralatan yang digunakan. Jika tidak ada Kontrol dan pemeriksaan berkala, potensi kecelakaan kerja dimungkinkan akan terjadi pada para pekerja.

Pada penggunaan bahan-bahan kimia, terdapat sejumlah tindakan yang dapat dilakukan untuk menghilangkan bahaya sehingga mencegah pekerja dari risiko terkena penyakit. Jika bahayanya tidak dapat dihilangkan, tindakan

pengendalian harus diimplementasikan untuk meminimalkan risiko dari bahan-bahan kimia yang dihadapi pekerja (Riedley, 2008).

Efek dari bahan kimia sebagian besar tidak kita sadari dampaknya, hal ini dikarenakan efeknya yang akan timbul dalam jangka waktu yang relatif lama. Tentu ini sangat berbeda dengan efek yang ditimbulkan dari bahaya peralatan

seperti mesin dan peralatan lainnya yang akan menimbulkan efek dengan segera mungkin apabila terjadi kecelakaan pada pekerja baik itu cidera ringan sampai

cidera berat sekalipun.

(20)

perusahaan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui berbagai potensi bahaya yang

akan ditimbulkan sehingga dapat dilakukan upaya evaluasi dan perlindungan terhadap pekerja.

2.4. Analisa Potensi Bahaya Pekerjaan

Analisa potensi bahaya pekerjaan adalah sebuah upaya yang dilakukan untuk mengindentifikasi setiap potensi bahaya yang berhubungan dengan

pekerjaan sebelum kecelakaan itu terjadi. Dan semua hasil temuan potensi bahaya itu akan dihilangkan. Apabila tidak bisa dihilangkan maka akan diminimalkan dengan pengelolaan lingkungan kerja baik secara teknis maupun administratif

sampai potensi bahaya itu berkurang sampai pada tingkat risiko yang dapat diterima oleh para pekerja.

Analisa potensi bahaya sangat penting untuk dilakukan terutama pada pekerjaan-pekerjaan dengan tingkat risiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi pekerjaan seperti pertambangan. Hal ini dikarenakan lingkungan kerja yang begitu

ekstrem dan alat-alat yang begitu kompleks yang digunakan dalam dunia pertambangan, sehingga sedikit kelalaian atau kesalahan kecil yang dilakukan

dalam pekerjaannya akan menyebabkan kerugian yang begitu besar baik secara materi maupun produktivitas pekerja.

Didalam Ramli (2010), Untuk mengaanalisa potensi bahaya ada beberapa

metode yang dapat digunakan, diantaranya :

1. Hazard and Operability Study (HAZOPS) adalah teknik analisa potensi

(21)

2. Job Safety Analysis (JSA) adalah teknik yang sangat popular dan banyak

digunakan di lingkungan kerja. Teknik ini menganalisa dengan pengamatan terhadap sistem kerja, prosedur kerja serta pekerja itu sendiri.

3. Analisa pohon kegagalan (Fault Tree Analysis) adalah analisa bersifat

dedeuktif. Dimulai dengan menetapkan kejadian puncak yang mungkin terjadi.

Semua potensi bahaya harus dianalisa secara berkala, hal ini dikarenakan setiap potensi bahaya itu akan berubah setiap saat. Setiap ada interaksi antara manusia dengan mesin dan peralatan kerja yang ada di lingkungan kerja, disaat

itulah munculnya potensi bahaya. Semakin bervariasi interaksi antara pekerja dengan mesin, peralatan, dan lingkungan kerja, maka semakin berbeda pula

potensi bahaya yang dihasilkan.

Analisa potensi bahaya harus dilakukan secara terencana dan komprehensif. Banyak perusahaan yang telah melakukan analisa potensi bahaya,

tetapi ternyata angka kecelakaan kerja masih tergolong tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa proses analisa potensi bahaya yang dilakukan belum berjalan

dengan efektif. Analisa potensi bahaya harus dinamis dan selalu mempertimbangkan adanya teknologi dan ilmu terbaru. Banyak bahaya yang belum dikenal tetapi saat ini menjadi suatu potensi bahaya besar dalam pekerjaan.

Selain itu, melibatkan pekerja dalam proses analisa potensi bahaya sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan karena mereka yang paling mengetahui adanya

(22)

2.5. Analisa Keselamatan Kerja (Job Safety Analysis)

Job Safety Analysis (JSA) adalah suatu teknik yang dipakai untuk menganalisa suatu pekerjaan secara sistematis untuk bisa mengenali bahaya disetiap langkahnya sehingga bisa dikembangkan solusi untuk mencegah

terjadinya kecelakaan.

Job Safety Analysis (JSA) pada dasarnya adalah penganalisaan aktivitas

kerja dan tempat kerja untuk menentukan tindakan pencegahan yang memadai di tempat kerja. Dengan kata lain, JSA sebagai sistematis identifikasi potensi bahaya di tempat kerja sebagai langkah untuk mengendalikan risiko yang mungkin akan

terjadi disuatu lingkungan kerja.

Job Safety Analysis (JSA) digunakan untuk meninjau metode kerja dan

menemukan bahaya yang :

1. Mungkin diabaikan dalam layout pabrik atau bangunan dan dalam desain permesinan, peralatan, perkakas, stasiun kerja dan proses.

2. Memberikan perubahan dalam prosedur kerja atau personel. 3. Mungkin dikembangkan setelah produksi dimulai.

Badan resmi yang bertanggung jawab dalam proses ini membuat gambaran yang paling aman, efisien dari setiap bentuk pekerjaan yang diberikan. Badan analisa keselamatan kerja membuat strategi yang terstruktur dalam mencegah

(23)

Job Safety Analysis (JSA) sangat diperlukan dalam setiap pekerjaan.

Kriteria pekerjan yang memerlukan kajian Job Safety Analysis (JSA) menurut Ramli (2010) adalah sebegai berikut :

1. Pekerjaan yang sering mengalami kecelakaan atau memiliki angka kecelakaan

yang tinggi.

2. Pekerjaan berisiko tinggi dan dapat berakibat fatal misalnya industri

pertambangan

3. Pekerjaan yang jarang dilakukan sehingga belum diketahui secara persis bahaya yang ada.

4. Pekerjaan yang rumit atau komplek dimana sedikit kelalaian dapat berakibat kecelakaan atau cidera.

2.5.1. ManfaatJob Safety Analysis(JSA)

Analisa keselamatan kerja atau JSA bermanfaat dalam keamaan kerja dan melindungi produktivitas pekerja. Manfaatnya adalah :

1. Mengidentifikasi usaha perlindungan yang dibutuhkan di tempat kerja. 2. Menemukan bahaya fisik yang ada di lingkungan kerja.

3. Mempelajari pekerjaan untuk peningkatan yang memungkinkan dalam metode kerja.

4. Biaya kompensasi pekerja menjadi lebih rendah dan meningkatkan

produktivitas.

5. Penentuan standar-standar yang diperlukan untuk keamanan, termasuk

petunjuk dan pelatihan tenaga kerja manusia.

(24)

2.5.2. Langkah melakukanJob Safety Analysis(JSA)

Occupational Health and Safety (OSH, 2013) menjelaskan langkah Job Safety Analysis(JSA) adalah sebagai berikut :

1. Memilih pekerjaan (Job selection)

Pekerjaan dengan sejarah kecelakaan yang buruk mempunyai prioritas dan harus dianalisa terlebih dulu. Dalam memilih pekerjaan yang akan dianalisa, hal

penting yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut : a. frekuensi kecelakaan.

Sebuah pekerjaan yang sering kali terulang kecelakaan merupakan prioritas

utama dalam JSA.

b. tingkat cedera yang menyebabkan cacat.

Setiap pekerjaan yang menyebabkan cacat harus dimasukan ke dalam JSA.

c. kekerasan potensi

Beberapa pekerjaan mungkin tidak mempunyai sejarah kecelakaan namun

mungkin berpotensi untuk menimbulkan bahaya.

d. pekerjaan baru

Untuk setiap pekerjaan baru harus memiliki JSA. Analisa tidak boleh ditunda hingga kecelakaan atau kejadian hampir celaka terjadi.

e. mendekati bahaya

Pekerjaan yang sering hampir terjadi bahaya harus menjadi prioritas JSA. Hal ini dimaksudkan agar potensi bahaya yang sering terjadi itu berubah menjadi

(25)

2. Menguraikan pekerjaan (Job breakdown)

Pekerjaan yang akan dianalisis harus diuraikan berdasarkan tahapan-tahapan pekerjaannya. Tahapan setiap pekerjaan harus dijelaskan secara jelas dari tahap awal sampai akhir. Hindari keselahan-kesalahan yang sering terjadi seperti :

a. Terlalu rinci dalam menentukan langkah pekerjaan, sehingga dapat menimbulkan langkah yang tidak penting.

b. Terlalu umum dalam menguraikan langkah pekerjaan, sehingga langkah-langkah dasar tindak dapat dibedakan.

3. Mengidentifikasi bahaya (Hazard identification)

Proses identifikasi bahaya merupakan bagian yang sangat penting dalam keberhasilan suatu analisa keselamatan kerja. Dalam upaya identifikasi semua

potensi bahaya harus dicermati dan dianalisa dengan baik agar semua potensi dapat ditanggulangi. Ada beberapa pertanyaan yang dapat menggambarkan indentifikasi bahaya diantaranya :

a. Apakah metode kerja dan sikap pekerja aman dalam bekerja? b. Apakah lingkungan kerja membahayakan pekerja?

c. Apakah kapasitas beban pekerja terlalu besar?

d. Apakah pekerja berpotensi tertusuk, terpotong, tergelincir, tergilas, terjepit, terpukul, tertanduk, terseruduk, dan lain sebagainya.

(26)

4. Pengendalian bahaya (Hazard control)

Pada tahap terakhir dari dari analisa kecelakaan kerja adalah melakukan pengendalian bahaya dengan menemukan solusi alternatif yang dapat mengembangkan suatu prosedur keselamatan dalam bekerja sehingga pekerjaan

dapat dikerjakan secara aman, efektif dan efisien.

Dalam mengendalikan bahaya, intervensi yang paling efektif yang dapat

kita lakukan adalah dengan menerapkan hirarki kontrol. Tahapan hirarki kontrol yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Primary control : Mencakup pengendalian pertama dengan fokus

intervensi pada alat dan mesin dengan upaya rekayasa.

2. Secondary control : Mencakup pengendalian administrasi dengan cara

membatasi paparan terhadap risiko tertentu.

3. Tertiari control : Pengendalian yang dilakukan dengan mengajarkan praktek kerja yang benar atau melakukan prosedur kerja yang baik dalam

suatu pekerjaan tertentu dengan sistematis.

4. APD : Pengendalian yang menjadi pilihan terakhir dalam

(27)

2.6. Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja

Setelah semua risiko dapat diidentifikasi, dilakukan penilaian risiko melalui analisa risiko dan evaluasi risiko. Analisa risiko dimaksudkan untuk menentukan besarnya suatu risiko dengan mempertimbangkan kemungkinan

terjadinya dan besarnya akibat yang ditimbulkan. Berdasarkan hasil analisa dapat ditentukan peringkat risiko sehingga dapat dilakukan pemilahan risiko yang

memiliki dampak besar terhadap perusahaan dan risiko ringan atau dapat diabaikan.

Penilaian risiko bertujuan untuk memberikan makna terhadap suatu

bahaya yang terindentifikasi untuk memberikan gambaran seberapa besar risiko tersebut. Sehingga dapat diambil tindakan lanjutan terhadap bahaya yang

teridentifikasi, apakah bahaya itu dapat diterima atau tidak.

Dalam menilai suatu risiko berbagai standart dapat kita gunakan sebagai acuan, salah satu diantaranya adalah standart AS/NZS 4360 yang membuat matrik

atau peringkat risiko sebagai berikut : 1. E : Extreme Risk

2. H : HighRisk 3. M : Moderat Risk 4. L : LowRisk

Matrik atau peringkat risiko sebaiknya dikembangkan sendiri oleh perusahaan sesuai dengan kondisi masing-masing. Hal ini dikarenakan setiap

(28)

2.6.1. Teknik Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja

Teknik penilaian risiko yang dapat kita gunakan untuk menilai risiko kecelakaan kerja diantaranya adalah ;

1. Teknik Kualitatif

Metoda kualitatif menggunakan matrik risiko yang menggambarkan tingkat dari kemungkinan dan keparahan suatu kejadian yang dinyatakan dalam

bentuk rentang dari risiko rendah sampai risiko tinggi.

Pendekatan kualitatif dilakukan sebagai langkah awal untuk mengetahui risiko suatu kegiatan atau fasilitas. Pendekatan ini dilakukan jika data-data yang

lengkap tidak tersedia. Menurut standar AS/NZS 4360, kemungkinan atau

likelihood diberi rentang antara suatu risiko yang jarang terjadi sampai dengan

risiko yang dapat terjadi setiap saat.

Untuk keparahan dikategorikan antara kejadian yang tidak menimbulkan cedera atau hanya kerugian kecil dan yang paling parah jika dapat menimbulakn

kejadian fatal (meninggal dunia) atau kerusakan besar terhadap aset perusahaan. 2. Teknik semi kuantitatif

Teknik semi kuantitatif dapat dilakukan jika data-data yang tersedia lebih lengkap. Nilai risiko digambarkan dalam angka numeric, namun nilainya tidak bersifat absolute. Teknik ini baik digunakan untuk risiko yang bersifat komulatif.

(29)

3. Teknik kuantitatif

Analisa risiko kuantitatif menggunakan perhitungan probabilitas kejadian atau konsekwensinya dengan data numerik. Besarnya risiko lebih dinyatakan dalam angka seperti 1, 2, 3, atau 4 yang mana 2 mengandung arti risikonya dua

kali lipat dari 1. Oleh karena itu, hasil perhitungan kuantitatif akan memberikan data yang lebih akurat terhadap suatu potensi bahaya, namun demikian dibutuhkan

keahlian khusus dan mendalam serta dukungan data informasi yang lengkap dalam pengaplikasiannya. Berikut perbandingan teknik penilaian risiko menurut Ramli (2010).

Tabel 2.2. Perbandingan Teknik Penilaian Risiko

Teknik Jenis Keterangan

Kualitatif -Risk Matrik 1. Biaya rendah, mudah diaplikasikan

2. Kemungkinan dan keparahan diunjukkan dalam bentuk kata

3. Nilai risiko tidak menunjukan nilai numerik 4. Waktu yang diperlukan relative cepat Semi

1. Ditunjukkan dengan angka numerik walau nilainya tidak absolute

2. Baik digunakan untuk risiko komulatif 3. Teknik lebih terstruktur dan memerlukan

keahlian khusus

1. Memberikan nilai risiko yang bersifat numerik

2. Berdasarkan perhitungan estimasi konsekuensi (software atau modeling) dan tingkat kegagalan (failure rate) untuk kemungkinan ataulikelihood

(30)

2.7. Kerangka Konsep

Gambar 2.5. Kerangka Konsep

Coal Getting

Crushing

Coal Hauling

Barging

Job Safety Analysis

Gambar

Gambar 2.1. Proses terbentuknya Batubara
Gambar 2.2. Keterkaitan batubara dengan industri semen
Gambar 2.4. Pemanfaatan limbah batubara
Tabel 2.1. Jenis Energi dan Bentuk Bahaya
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 5.2 memberikan pula gambaran daerah-daerah berbentuk kabupaten yang memperoleh pangsa ekonomi utama dari sektor industri pengolahan merupakan daerah yang relatif lebih

Dalam pernbahasan di atas , sebuah prosedur telah dikembangkan untuk rnenurunkan persarnaan dari sebuah garis lurus dengan menggunakan criteria kuadrat

Sedang Kegiatan teknis perlindungan flora dilindungi yang telah diimplementasikan PT KAJR diantaranya kegiatan identifikasi dan pemantauan namun sebagian kegiatan pengelolaan

Pelepasan informasi medis dapat dicatatat atau dicopy oleh pasien atau orang tua atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak untuk

CPD (Continuing Professional Development) CDK merupakan bagian dari kegiatan Program Pendidikan Apoteker Berkelanjutan (P2AB) yang terselenggara berkat kerjasama PP IAI

Risiko pasar merupakan risiko yang disebabkan oleh fluktuasi tingkat suku bunga, volatilitas nilai tukar mata uang dan pertumbuhan ekonomi. Perubahan suku bung a yang terlalu

Produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah bahan ajar matematika berbasis Mind Mapping untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa kelas IX SMP

Berdasarkan tahapan analisa, tahapan implementasi serta tahapan pengujian yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa sistem pakar penyakit infeksi saluran kemih