2.1. Industri Pertambangan Batubara 2.1.1. Batubara
The lnternational Hand Book of Coal Petrography (1963): Batubara adalah batuan sedimen yang mudah terbakar, terbentuk dari sisa-sisa tanaman dalam variasi tingkat pengawetan, diikat oleh proses kompaksi dan terkubur
dalam cekungan-cekungan pada kedalaman yang bervariasi, dari dangkal sampai dalam.
Pembentukan batubara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu (jtl), adalah masa pembentukan batubara yang paling
produktif dimana hampir seluruh deposit batubara (black coal) yang ekonomis dibelahan bumi bagian utara terbentuk.
Komposisi kimia batubara hampir sama dengan komposisi kimia jaringan tumbuhan, keduanya mengandung unsur utama yang terdiri dari unsur C, H, O, N, S, P. Hal ini mudah dimengerti karena batubara terbentuk dari jaringan
Gambar 2.1.Proses terbentuknya Batubara
Terdapat kaitan erat antara kayu sebagai pembentuk batubara dengan
berbagai jenis batubara. Kayu dapat diubah menjadi arang kayu dengan rekayasa dan inovasi manusia dalam jangka waktu yang pendek, sedang kayu akan berubah
menjadi batubara secara alamiah oleh proses alam dalam jangka waktu ratusan hingga ribuan juta tahun. Karena batubara terbentuk oleh proses alam, maka banyak parameter yang akan berpengaruh pada pembentukan batubara. Semakin
tinggi intensitas parameter yang berpengaruh makin tinggi mutu batubara yang terbentuk (Sukandarrumidi, 2006).
Kayu Unsur C, H, O, N, S,P
Arang kayu
Rekayasa
• Gambut • Lignit
• Sub Bitumina • Bitumina • Anthrasit • grafit
C, H, O, N, S, P C
C
H20
2.1.2. Materi Pembentuk Batubara
Hampir seluruh pembentuk batubara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis
tumbuhan pembentuk batubara dan umurnya menurut Diessel (1981) dalam Wahyudiono (2003) adalah sebagai berikut:
a. Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit endapan batubara dari perioda ini.
b.Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga.
Sedikit endapan batubara dari perioda ini.
c. Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk
batubara berumur Karbon di Eropa dan Amerika utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh diiklim hangat.
d.Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah.
Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan
glossopteris adalah penyusun utama batubara Permian seperti di Australia, India dan Afrika.
e. Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern,
2.1.3. Klasifikasi Batubara
Secara umum batubara digolongkan menjadi 5 (lima) tingkatan, yaitu dimulai dari tingkatan tertinggi sampai terendah yaitu :
1. Anthracite
2. Bituminous coal
3. Sub bituminous coal
4. Lignite
5. Peat
Dalam usaha untuk mempermudah pengenalan jenis batubara berikut
ditunjukkan sifat-sifat batubara untuk masing-masing jenis sebagai berikut :
1. Anthracite
Warna hitam, sangat mengkilat, kompak ; kandungan karbon sangat tinggi; nilai kalor sangat tinggi; kandungan air sangat sedikit; kandungan abu sangat sedikit; kandugan sulfur sangat sedikit; kandungan volatile matter rendah; nilai
kalor berkisar pada nilai 8300kkal/kg.
2. Bituminous/ subbituminous coal
Warna hitam mengkilat, kurang kompak; kandungan karbon relative tinggi; nilai kalor tinggi; kandungan air sedikit; kandungan abu sedikit; kandungan sulfur sedikit; kandungan volatile matter sedang; nilai kalor antara
7000-8000kkal/kg. 3. Lignite (brown coal)
kandungan volatile matter tinggi; nilai kalor antara 1500-4500kkal/kg
(sukandarrumidi, 2006).
2.1.4. Rantai Rangkaian Pemanfaatan Batubara
Apabila kegiatan penambangan batubara dikategorikan sebagai industri
hulu, ternyata cukup banyak kegiatan industri hilir yang mampu ditumbuhkan. Kenyataan di lapangan, industri hilir ini yang melahirkan kegiatan-kegiatan yang
bersifat multidisiplin dan multi fungsi. Oleh karenanya dipandang perlu meningkatkan peran batubara, tidak hanya sebagai sumberdaya energi dalam bentuk batubara padat dan penggunaan batubara yang lain. Untuk itu perlu
dilakukan usaha rekayasa dengan teknologi termasuk pemanfaatan limbah hasil penambangan batubara dan hasil pembakaran batubara. Gambar di bawah ini akan
memperjelas pernyataan tersebut di atas.
1.
Gambar 2.2.Keterkaitan batubara dengan industri semen Batubara sebagai sumber energi pada industri semen
Semen Gedung
Jalan/terowongan
Landasan pesawat terbang
2.
Gambar 2.3.Keterkaitan batubara dengan PLTU
3.
Gambar 2.4.Pemanfaatan limbah batubara Batubara sebagai sumber energi pada
2.2. Kecelakaan Kerja di Dunia Industri 2.2.1. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan kerja disuatu perusahaan. Hubugan kerja disini dapat berarti bahwa kecelakaan
dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan (Djati, 2002).
Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan seorang atau kelompok dalam rangka melaksanakan kerja di lingkungan industri atau perusahaan. Kecelakaan kerja biasanya timbul sebagai gabungan dari beberapa faktor, seperti faktor
peralatan, lingkungan kerja, dan pekerja itu sendiri. Dalam suatu pabrik, terkadang ada mesin yang kurang baik, seperti tidak dilengkapi alat pengaman
yang cukup, maka kondisi seperti ini dapat menjadi sumber risiko (Siahaan, 2009).
2.2.2. Klasifikasi Kecelakaan Industri
Terlalu banyak jenis kecelakaan yang terjadi menyulitkan pengembangan metode klasifikasi dan pencatatan yang dapat memberikan informasi penting guna
pencegahan kecelakaan tanpa membuatnya menjadi terlalu rumit. Menurut olii-kamil (1996), jenis-jenis kecelakaan diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Kecelakaan dalam industri berdasarkan jenis kecelakaannya
a. Orang jatuh
b. Tertimpa benda jatuh
c. Menginjak, melanggar atau terpukul benda diluar benda-benda jatuhan. d. Terperangkap/terjepit
f. Terkena atau tersentuh benda panas
g. Terkena atau tersentuh arus listrik
1. Terkena atau tersentuh bahan-bahan yang merusak atau mengandung radiasi
h. Jenis- jenis kecelakaan lain yang tidak terkelompok karena kekurangan data yang cukup
2. Kecelakaan dalam industri berdasarkan perantaranya a. Mesin
1. Mesin-mesin penggerak, kecuali motor listrik
2. Mesin transmisi
3. Mesin-mesin pengerjaan logam
4. Mesin-mesin kayu dan sejenisnya 5. Mesin pertanian
6. Mesin pertambangan
7. Mesin-mesin lain yang tak terkelompokkan b. Alat-alat angkutan dan peralatan terkelompokkan
1. Mesin pengangkat dan peralatannya 2. Alat-alat angkutan yang menggunakan rel
3. Alat-alat angkutan beroda lainnya, diluar kereta api
4. Alat-alat angkutan udara 5. Alat-alat angkutan air
c. Peralatan lain
1. Alat-alat bertekanan tinggi 2. Tanur, tungku dan kilang 3. Alat-alat pendingin
4. Instalasi-instalasi listrik, termasuk motor listrik, diluar perkakas dengan bertenaga listrik
5. Tangga, tangga berjalan 6. Perancah (scalfolding)
7. Perantara lain yang tidak terkelompokkan
d. Material, bahan-bahan dan radiasi 1. Bahan peledak
2. Debu, gas, cairan dan bahan kimia diluar peledak 3. Keping-kepingan terbang
4. Radiasi
5. Material dan bahan lainnya yang tidak terkelompokkan e. Lingkungan kerja
1. Diluar bangunan 2. Di dalam bangunan 3. Di bawah tanah
3. Kecelakaan dalam industri berdasarkan sifat yang diakibatkannya a. Patah tulang
b. Keseleo dan kejang-kejang
e. Luka-luka luar
f. Memar dan retak g. Luka bakar h. Keracunan akut
i. Dampak akibat cuaca, cahaya dan kodisi sejenis j. Sesak nafas
k. Akibat arus listrik l. Akibat radiasi
m. Luka majemuk dengan sifat yang berbeda-beda
n. Luka-luka lain yang tak terkelompokkan
4. Kecelakaan dalam industri berdasarkan lokasi tempat luka-luka pada tubuh
a. Kepala b. Leher c. Badan
d. Lengan e. Kaki
f. Luka umum
2.2.3. Penyebab Kecelakaan Kerja
Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta
dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak terulang kembali (Suma’mur, 2009).
Kecelakaan kerja disebabkan oleh dua fakor yaitu : 1. Faktor Mekanis dan Lingkungan
Yaitu segala faktor yang menyangkut mesin dan peralatan-peralatan yang
digunakan pada suatu pekerjaan tertentu serta segala kondisi potensi bahaya yang berada di lingkungan suatu tempat kerja yang berkontribusi terhadap terjadinya
suatu kecelakaan kerja. 2. Faktor manusia
Yaitu segala faktor yang menyangkut tindakan para pekerja dalam
melakukan pekerjaannya yang cendrung mengabaikan prosedur kerja yang telah ditetapkan terhadap suatu pekerjaan tertentu sehingga menimbulkan potensi
bahaya kecelakaan kerja pada dirinya dalam pekerjaannya (Suma’mur, 2009). 2.2.4. Kerugian Akibat Kecelakaan
Kerugian akibat kecelakaan kerja akan diterima oleh para pekerja dan
perusahaan dimana pekerja itu bekerja. Korban kecelakaan kerja akan mengeluh dan menderita akibat luka, kelainan, atau cacat yang yang ditimbulkan akibat
diterimanya, namun jika ditinjau dari produktivitas kerja, hal ini sangat merugikan
pekerja.
Tiap kecelakaan yang terjadi adalah suatu kerugian yang amat besar yang akan dirasakan perusahaan. Biaya ini dapat dibagi menjadi biaya langsung dan
biaya tersembunyi. Biaya langsung ialah biaya atas PPPK, pengobatan, dan perawatan, biaya rumah sakit, biaya angkutan, upah selama pekerja tak mampu
bekerja, kompensasi cacat, dan biaya atas kerusakan bahan, perlengkapan, peralatan dan mesin. Biaya tersembunyi meliputi segala sesuatu yang tidak terlihat pada waktu dan beberapa waktu pasca kecelakaan terjadi. Biaya ini meliputi
berhentinya operasi perusahaan, oleh karena pekerja lain menolong korban, dan biaya yang harus dikeluarkan untuk mengganti peran pekerja yang celaka serta
biaya pelatihan yang harus dikeluarkan untuk training pekerja baru. Penelitian tentang biaya kecelakaan memperlihatkan bahwa perbandingan antara biaya langsung dan tersembunyi adalah 1 (satu) terhadap 4 (empat)(Suma’mur 2009).
2.3. Potensi Bahaya
ILO (1986) dalam Anugrah (2009), mendefinisikan potensi bahaya atau
bahaya kerja (work hazard) adalah suatu sumber potensi kerugian atau suatu situasi yang berhubungan dengan pekerja, pekerjaan dan lingkungan kerja yang berpotensi menyebabkan gangguan/kerugian.
Bahaya di tempat kerja timbul atau terjadi ketika ada interaksi antara unsur-unsur produksi yaitu manusia, peralatan, material, proses, atau metoda
tersebut, yaitu manusia, peralatan, material, proses serta sistem dan prosedur
(Ramli, 2010).
Potensi bahaya merupakan segala sesuatu yang mempunyai kemungkinan mengakibatkan kerugian baik pada harta benda, lingkungan maupun manusia. Di
tempat kerja, potensi bahaya sebagai sumber risiko keselamatan dan kesehatan akan selalu dijumpai.
Jika setiap bahaya-bahaya tersebut dapat diidentifikasi, tindakan harus diambil untuk menghilangkan atau meminimalkan risiko yang dihadapi oleh pekerja. Jika bahaya -bahaya tersebut tidak dapat dihilangkan, suatu penilaian
risiko perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencegahan apa saja yang harus diambil, Hal ini diupayakan untuk melindungi pekerja yang merupakan asset yang
sangat berharga bagi perusahaan. 2.3.1. Jenis Bahaya
Bahaya dalam kehidupan sangat banyak ragam dan jenisnya. Disekitar kita
terdapat banyak bahaya-bahaya yang berpotensial untuk mencederai tubuh kita baik cidera ringan maupun sampai cedera fatal. Kita tidak dapat mencegah
berbagai bahaya-bahaya tersebut jika kita tidak mengenali bahayanya dengan baik.
Ramli (2010) mengklasifikasikan jenis bahaya sebagai berikut:
a. Bahaya Mekanis b. Bahaya Listrik
A. Bahaya Mekanis
Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual maupun dengan penggerak. Misalnya mesin sinso, bubut, gerinda, tempa dan lain-lain.
Bagian yang bergerak pada mesin mengandung bahaya seperti gerakan mengebor, memotong, menempa, menjepit, menekan dan bentuk gerakan lainnya.
Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan cedera atau kerusakan seperti tersayat, terjepit, terpotong, atau terkupas.
B. Bahaya Listrik
Suatu bahaya yang berasal dari energi listrik. Energi listrik dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, dan hubungan
singkat. Di lingkungan kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari jaringan listrik, maupun peralatan kerja atau mesin yang menggunakan energi listrik.
C. Bahaya Kimiawi
Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat bahaya kimiawi. Bahaya yang
dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia antara lain : a) Keracunan oleh bahan kimia yang bersifat beracun (toxic)
b) Iritasi, oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam keras, cuka air
aki dan lainnya
c) Kebakaran dan peledakan, beberapa jenis bahan kimia memiliki sifat mudah
d) Polusi dan pencemaran lingkungan
Bahan kimia sangat beragam, disekitar kita penuh dengan berbagai jenis bahan kimia. Oleh karena itu risiko bahaya bahan kimia harus diperhatikan dengan baik. Berbeda dengan jenis bahaya lain seperti mekanik atau listrik,
bahaya bahan kimia sering kali tidak dirasakan secara langsung atau bersifat kronis dalam jangka waktu yang panjang.
D. Bahaya Fisis
Bahaya yang berasal dari faktor fisis antara lain :
a) Bising, dapat mengakibatkan bahaya ketulian atau kerusakan indera
pendengaran b) Tekanan
c) Getaran
d) Suhu panas atau dingin e) Cahaya atau penerangan
f) Radiasi dari bahan radioaktif, sinar ultra violet atau infra merah E. Bahaya Biologis
Diberbagai lingkungan kerja terdapat bahaya yang bersumber dari unsur biologis seperti flora dan fauna yang terdapat di lingkungan kerja atau berasal dari aktivitas kerja. Potensi bahaya ini ditemukan dalam industri makanan, Farmasi,
2.3.2. Sumber Bahaya dari Lingkungan Kerja
Banyak sekali sumber energi yang dapat menjadi suatu potensi bahaya
disuatu lingkungan kerja. Sebagian diantaranya sebagai berikut :
Tabel 2.1. Jenis Energi dan Bentuk Bahaya
JENIS ENERGI BENTUK BAHAYA
Gravitasi 1. Dapat terjadi jika suatu benda jatuh menimpa orang, jatuh dari ketinggian atau terpleset
2. Cedera bervariasi mulai dari terkilir, luka dan fatal
Bising dan getaran 1. Ditemukan jika terpapar suara bising atau getaran
2. Cedera beragam dari ringan sampai ketulian
Kimia 1. Dapat terjadi jika manusia
menghirup, menelan atau menyerap cairan, debu, gas atau yang dapat mengakibatkan kerusakan seperti kebakaran, peledakan, korosi dan lainnya. 2. Cidera bervariasi mulai dari
akut, kronis, dan kematian
Listrik 1. Ditemukan dalam penggunaan
listrik untuk mengoperasikan peralatan
2. Cedera bervariasi mulai dari cidera luka bakar sampai mati
Mekanikal 1. Terdapat pada mesin atau
bagian bergerak atau berputar yang mengeluarkan bagian yang tajam, runcing, atau lontaran benda.
Termal 1. Terjadi pada lingkungan panas, dingin atau peralatan yang
menggunakan dan
menghasilkan panas atau dingin seperti dapur, ruang pendingin, proses panas, pengelasan, benda panas atau dingin
2. Cedera bervariasi mulai luka bakar, strees panas sampai mati
Tekanan 1. Ditemukan pada bejana atau
objek bertekanan termasuk boiler, botol bertekanan dan kompresor
2. Cedera bervariasi mulai dari luka sampai mati
Radiasi 1. Ditemukan pada pekerjaan atau
peraralatan yang menggunakan sinar X, Radiasai Ultra Violet, gelombang mikro, laser atau pengelasan
2. Cidera bervariasi mulai luka bakar sampai mati
Mikrobiologis 1. Dapat terjadi jika terpajan dengan bakteri, virus atau zat pathogen lainnya misalnya dalam menara pendingin, organ tubuh manusia atau hewan 2. Cedera bervariasi mulai akut,
kronis, yang bersifat jangka panjang menimbulkan kematian seperti HIV, Hepatitis, Keracunan
2.3.3. Sumber Bahaya dari Pekerja
Menurut penelitian dalam Djati (2002) hampir 85% kecelakaan terjadi
disebabkan faktor manusia yang melakukan tindakan tidak aman. Tindakan tidak aman ini dapat disebabkan oleh:
a. Karena tidak tahu
Yang bersangkutan tidak mengetahui bagaimana melakukan pekerjaan dengan aman dan tidak tahu bahaya-bahaya yang ada.
b. Karena tidak mampu/tidak bisa
Yang bersangkutan telah mengetahui cara kerja yang aman, bahaya-bahaya
yang ada tetapi karena belum mampu, kurang terampil dia melakukan kesalahan.
c. Walaupun telah mengetahui dengan jelas cara kerja dan
peraturan-peraturannya serta yang bersangkutan dapat melaksanakannya, tetapi karena tidak mau melaksanakan maka terjadi kecelakaan. Misalnya tidak mau
memakai alat keselamatan atau melepas alat pengaman.
Beberapa prilaku yang tidak aman yang sering menyebabkan pekerja celaka atau berpotensi untuk celaka sebagai penyebab tidak langsung dari suatu
kecelakaan kerja yang sering ditemukan dalam aktivitas pertambangan menurut H.W. Heinrich dalam Suryani (2012), yaitu :
1. Mengoperasikan peralatan dengan kecepatan yang tidak layak. 2. Mengoperasikan peralatan tanpa perintah.
3. Menggunakan peralatan yang tidak layak.
6. Tidak menggunakan alat pelindung diri.
7. Bekerja dengan posisi yang salah atau tidak aman. 8. Bermain-main, bersenda gurau.
9. Konsumsi alkohol
10. Konsumsi obat-obatan
2.3.4. Sumber Bahaya Dari Bahan Kimia dan Peralatan
Bahan kimia dan peralatan yang digunakan pada suatu perusahaan juga menjadi sumber bahaya yang dapat mengancam para pekerja setiap saat. Bahaya akan muncul ketika ada interakasi anatara pekerja dan bahan kimia maupun
peralatan yang digunakan. Jika tidak ada Kontrol dan pemeriksaan berkala, potensi kecelakaan kerja dimungkinkan akan terjadi pada para pekerja.
Pada penggunaan bahan-bahan kimia, terdapat sejumlah tindakan yang dapat dilakukan untuk menghilangkan bahaya sehingga mencegah pekerja dari risiko terkena penyakit. Jika bahayanya tidak dapat dihilangkan, tindakan
pengendalian harus diimplementasikan untuk meminimalkan risiko dari bahan-bahan kimia yang dihadapi pekerja (Riedley, 2008).
Efek dari bahan kimia sebagian besar tidak kita sadari dampaknya, hal ini dikarenakan efeknya yang akan timbul dalam jangka waktu yang relatif lama. Tentu ini sangat berbeda dengan efek yang ditimbulkan dari bahaya peralatan
seperti mesin dan peralatan lainnya yang akan menimbulkan efek dengan segera mungkin apabila terjadi kecelakaan pada pekerja baik itu cidera ringan sampai
cidera berat sekalipun.
perusahaan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui berbagai potensi bahaya yang
akan ditimbulkan sehingga dapat dilakukan upaya evaluasi dan perlindungan terhadap pekerja.
2.4. Analisa Potensi Bahaya Pekerjaan
Analisa potensi bahaya pekerjaan adalah sebuah upaya yang dilakukan untuk mengindentifikasi setiap potensi bahaya yang berhubungan dengan
pekerjaan sebelum kecelakaan itu terjadi. Dan semua hasil temuan potensi bahaya itu akan dihilangkan. Apabila tidak bisa dihilangkan maka akan diminimalkan dengan pengelolaan lingkungan kerja baik secara teknis maupun administratif
sampai potensi bahaya itu berkurang sampai pada tingkat risiko yang dapat diterima oleh para pekerja.
Analisa potensi bahaya sangat penting untuk dilakukan terutama pada pekerjaan-pekerjaan dengan tingkat risiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi pekerjaan seperti pertambangan. Hal ini dikarenakan lingkungan kerja yang begitu
ekstrem dan alat-alat yang begitu kompleks yang digunakan dalam dunia pertambangan, sehingga sedikit kelalaian atau kesalahan kecil yang dilakukan
dalam pekerjaannya akan menyebabkan kerugian yang begitu besar baik secara materi maupun produktivitas pekerja.
Didalam Ramli (2010), Untuk mengaanalisa potensi bahaya ada beberapa
metode yang dapat digunakan, diantaranya :
1. Hazard and Operability Study (HAZOPS) adalah teknik analisa potensi
2. Job Safety Analysis (JSA) adalah teknik yang sangat popular dan banyak
digunakan di lingkungan kerja. Teknik ini menganalisa dengan pengamatan terhadap sistem kerja, prosedur kerja serta pekerja itu sendiri.
3. Analisa pohon kegagalan (Fault Tree Analysis) adalah analisa bersifat
dedeuktif. Dimulai dengan menetapkan kejadian puncak yang mungkin terjadi.
Semua potensi bahaya harus dianalisa secara berkala, hal ini dikarenakan setiap potensi bahaya itu akan berubah setiap saat. Setiap ada interaksi antara manusia dengan mesin dan peralatan kerja yang ada di lingkungan kerja, disaat
itulah munculnya potensi bahaya. Semakin bervariasi interaksi antara pekerja dengan mesin, peralatan, dan lingkungan kerja, maka semakin berbeda pula
potensi bahaya yang dihasilkan.
Analisa potensi bahaya harus dilakukan secara terencana dan komprehensif. Banyak perusahaan yang telah melakukan analisa potensi bahaya,
tetapi ternyata angka kecelakaan kerja masih tergolong tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa proses analisa potensi bahaya yang dilakukan belum berjalan
dengan efektif. Analisa potensi bahaya harus dinamis dan selalu mempertimbangkan adanya teknologi dan ilmu terbaru. Banyak bahaya yang belum dikenal tetapi saat ini menjadi suatu potensi bahaya besar dalam pekerjaan.
Selain itu, melibatkan pekerja dalam proses analisa potensi bahaya sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan karena mereka yang paling mengetahui adanya
2.5. Analisa Keselamatan Kerja (Job Safety Analysis)
Job Safety Analysis (JSA) adalah suatu teknik yang dipakai untuk menganalisa suatu pekerjaan secara sistematis untuk bisa mengenali bahaya disetiap langkahnya sehingga bisa dikembangkan solusi untuk mencegah
terjadinya kecelakaan.
Job Safety Analysis (JSA) pada dasarnya adalah penganalisaan aktivitas
kerja dan tempat kerja untuk menentukan tindakan pencegahan yang memadai di tempat kerja. Dengan kata lain, JSA sebagai sistematis identifikasi potensi bahaya di tempat kerja sebagai langkah untuk mengendalikan risiko yang mungkin akan
terjadi disuatu lingkungan kerja.
Job Safety Analysis (JSA) digunakan untuk meninjau metode kerja dan
menemukan bahaya yang :
1. Mungkin diabaikan dalam layout pabrik atau bangunan dan dalam desain permesinan, peralatan, perkakas, stasiun kerja dan proses.
2. Memberikan perubahan dalam prosedur kerja atau personel. 3. Mungkin dikembangkan setelah produksi dimulai.
Badan resmi yang bertanggung jawab dalam proses ini membuat gambaran yang paling aman, efisien dari setiap bentuk pekerjaan yang diberikan. Badan analisa keselamatan kerja membuat strategi yang terstruktur dalam mencegah
Job Safety Analysis (JSA) sangat diperlukan dalam setiap pekerjaan.
Kriteria pekerjan yang memerlukan kajian Job Safety Analysis (JSA) menurut Ramli (2010) adalah sebegai berikut :
1. Pekerjaan yang sering mengalami kecelakaan atau memiliki angka kecelakaan
yang tinggi.
2. Pekerjaan berisiko tinggi dan dapat berakibat fatal misalnya industri
pertambangan
3. Pekerjaan yang jarang dilakukan sehingga belum diketahui secara persis bahaya yang ada.
4. Pekerjaan yang rumit atau komplek dimana sedikit kelalaian dapat berakibat kecelakaan atau cidera.
2.5.1. ManfaatJob Safety Analysis(JSA)
Analisa keselamatan kerja atau JSA bermanfaat dalam keamaan kerja dan melindungi produktivitas pekerja. Manfaatnya adalah :
1. Mengidentifikasi usaha perlindungan yang dibutuhkan di tempat kerja. 2. Menemukan bahaya fisik yang ada di lingkungan kerja.
3. Mempelajari pekerjaan untuk peningkatan yang memungkinkan dalam metode kerja.
4. Biaya kompensasi pekerja menjadi lebih rendah dan meningkatkan
produktivitas.
5. Penentuan standar-standar yang diperlukan untuk keamanan, termasuk
petunjuk dan pelatihan tenaga kerja manusia.
2.5.2. Langkah melakukanJob Safety Analysis(JSA)
Occupational Health and Safety (OSH, 2013) menjelaskan langkah Job Safety Analysis(JSA) adalah sebagai berikut :
1. Memilih pekerjaan (Job selection)
Pekerjaan dengan sejarah kecelakaan yang buruk mempunyai prioritas dan harus dianalisa terlebih dulu. Dalam memilih pekerjaan yang akan dianalisa, hal
penting yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut : a. frekuensi kecelakaan.
Sebuah pekerjaan yang sering kali terulang kecelakaan merupakan prioritas
utama dalam JSA.
b. tingkat cedera yang menyebabkan cacat.
Setiap pekerjaan yang menyebabkan cacat harus dimasukan ke dalam JSA.
c. kekerasan potensi
Beberapa pekerjaan mungkin tidak mempunyai sejarah kecelakaan namun
mungkin berpotensi untuk menimbulkan bahaya.
d. pekerjaan baru
Untuk setiap pekerjaan baru harus memiliki JSA. Analisa tidak boleh ditunda hingga kecelakaan atau kejadian hampir celaka terjadi.
e. mendekati bahaya
Pekerjaan yang sering hampir terjadi bahaya harus menjadi prioritas JSA. Hal ini dimaksudkan agar potensi bahaya yang sering terjadi itu berubah menjadi
2. Menguraikan pekerjaan (Job breakdown)
Pekerjaan yang akan dianalisis harus diuraikan berdasarkan tahapan-tahapan pekerjaannya. Tahapan setiap pekerjaan harus dijelaskan secara jelas dari tahap awal sampai akhir. Hindari keselahan-kesalahan yang sering terjadi seperti :
a. Terlalu rinci dalam menentukan langkah pekerjaan, sehingga dapat menimbulkan langkah yang tidak penting.
b. Terlalu umum dalam menguraikan langkah pekerjaan, sehingga langkah-langkah dasar tindak dapat dibedakan.
3. Mengidentifikasi bahaya (Hazard identification)
Proses identifikasi bahaya merupakan bagian yang sangat penting dalam keberhasilan suatu analisa keselamatan kerja. Dalam upaya identifikasi semua
potensi bahaya harus dicermati dan dianalisa dengan baik agar semua potensi dapat ditanggulangi. Ada beberapa pertanyaan yang dapat menggambarkan indentifikasi bahaya diantaranya :
a. Apakah metode kerja dan sikap pekerja aman dalam bekerja? b. Apakah lingkungan kerja membahayakan pekerja?
c. Apakah kapasitas beban pekerja terlalu besar?
d. Apakah pekerja berpotensi tertusuk, terpotong, tergelincir, tergilas, terjepit, terpukul, tertanduk, terseruduk, dan lain sebagainya.
4. Pengendalian bahaya (Hazard control)
Pada tahap terakhir dari dari analisa kecelakaan kerja adalah melakukan pengendalian bahaya dengan menemukan solusi alternatif yang dapat mengembangkan suatu prosedur keselamatan dalam bekerja sehingga pekerjaan
dapat dikerjakan secara aman, efektif dan efisien.
Dalam mengendalikan bahaya, intervensi yang paling efektif yang dapat
kita lakukan adalah dengan menerapkan hirarki kontrol. Tahapan hirarki kontrol yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Primary control : Mencakup pengendalian pertama dengan fokus
intervensi pada alat dan mesin dengan upaya rekayasa.
2. Secondary control : Mencakup pengendalian administrasi dengan cara
membatasi paparan terhadap risiko tertentu.
3. Tertiari control : Pengendalian yang dilakukan dengan mengajarkan praktek kerja yang benar atau melakukan prosedur kerja yang baik dalam
suatu pekerjaan tertentu dengan sistematis.
4. APD : Pengendalian yang menjadi pilihan terakhir dalam
2.6. Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja
Setelah semua risiko dapat diidentifikasi, dilakukan penilaian risiko melalui analisa risiko dan evaluasi risiko. Analisa risiko dimaksudkan untuk menentukan besarnya suatu risiko dengan mempertimbangkan kemungkinan
terjadinya dan besarnya akibat yang ditimbulkan. Berdasarkan hasil analisa dapat ditentukan peringkat risiko sehingga dapat dilakukan pemilahan risiko yang
memiliki dampak besar terhadap perusahaan dan risiko ringan atau dapat diabaikan.
Penilaian risiko bertujuan untuk memberikan makna terhadap suatu
bahaya yang terindentifikasi untuk memberikan gambaran seberapa besar risiko tersebut. Sehingga dapat diambil tindakan lanjutan terhadap bahaya yang
teridentifikasi, apakah bahaya itu dapat diterima atau tidak.
Dalam menilai suatu risiko berbagai standart dapat kita gunakan sebagai acuan, salah satu diantaranya adalah standart AS/NZS 4360 yang membuat matrik
atau peringkat risiko sebagai berikut : 1. E : Extreme Risk
2. H : HighRisk 3. M : Moderat Risk 4. L : LowRisk
Matrik atau peringkat risiko sebaiknya dikembangkan sendiri oleh perusahaan sesuai dengan kondisi masing-masing. Hal ini dikarenakan setiap
2.6.1. Teknik Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja
Teknik penilaian risiko yang dapat kita gunakan untuk menilai risiko kecelakaan kerja diantaranya adalah ;
1. Teknik Kualitatif
Metoda kualitatif menggunakan matrik risiko yang menggambarkan tingkat dari kemungkinan dan keparahan suatu kejadian yang dinyatakan dalam
bentuk rentang dari risiko rendah sampai risiko tinggi.
Pendekatan kualitatif dilakukan sebagai langkah awal untuk mengetahui risiko suatu kegiatan atau fasilitas. Pendekatan ini dilakukan jika data-data yang
lengkap tidak tersedia. Menurut standar AS/NZS 4360, kemungkinan atau
likelihood diberi rentang antara suatu risiko yang jarang terjadi sampai dengan
risiko yang dapat terjadi setiap saat.
Untuk keparahan dikategorikan antara kejadian yang tidak menimbulkan cedera atau hanya kerugian kecil dan yang paling parah jika dapat menimbulakn
kejadian fatal (meninggal dunia) atau kerusakan besar terhadap aset perusahaan. 2. Teknik semi kuantitatif
Teknik semi kuantitatif dapat dilakukan jika data-data yang tersedia lebih lengkap. Nilai risiko digambarkan dalam angka numeric, namun nilainya tidak bersifat absolute. Teknik ini baik digunakan untuk risiko yang bersifat komulatif.
3. Teknik kuantitatif
Analisa risiko kuantitatif menggunakan perhitungan probabilitas kejadian atau konsekwensinya dengan data numerik. Besarnya risiko lebih dinyatakan dalam angka seperti 1, 2, 3, atau 4 yang mana 2 mengandung arti risikonya dua
kali lipat dari 1. Oleh karena itu, hasil perhitungan kuantitatif akan memberikan data yang lebih akurat terhadap suatu potensi bahaya, namun demikian dibutuhkan
keahlian khusus dan mendalam serta dukungan data informasi yang lengkap dalam pengaplikasiannya. Berikut perbandingan teknik penilaian risiko menurut Ramli (2010).
Tabel 2.2. Perbandingan Teknik Penilaian Risiko
Teknik Jenis Keterangan
Kualitatif -Risk Matrik 1. Biaya rendah, mudah diaplikasikan
2. Kemungkinan dan keparahan diunjukkan dalam bentuk kata
3. Nilai risiko tidak menunjukan nilai numerik 4. Waktu yang diperlukan relative cepat Semi
1. Ditunjukkan dengan angka numerik walau nilainya tidak absolute
2. Baik digunakan untuk risiko komulatif 3. Teknik lebih terstruktur dan memerlukan
keahlian khusus
1. Memberikan nilai risiko yang bersifat numerik
2. Berdasarkan perhitungan estimasi konsekuensi (software atau modeling) dan tingkat kegagalan (failure rate) untuk kemungkinan ataulikelihood
2.7. Kerangka Konsep
Gambar 2.5. Kerangka Konsep
Coal Getting
Crushing
Coal Hauling
Barging
Job Safety Analysis