• Tidak ada hasil yang ditemukan

PASTA 12 Recent site activity Anggun Hari Kusumawati S.Farm.,M.Si.,Apt

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PASTA 12 Recent site activity Anggun Hari Kusumawati S.Farm.,M.Si.,Apt"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

PASTA

I. DEFINISI SEDIAAN

Pasta merupakan sediaan semipadat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal (FI V hlm. 47). Pasta sama dengan salep dimaksudkan untuk pemakaian luar pada kulit. Secara umum persentase bahan padat pada pasta lebih besar maka pasta lebih kental dan kaku dari salep. Pada dasarnya pembuatan salep dan pasta adalah sama(Ansel, C. Howard., `Pengantar Sediaan Farmasi`, ed IV, penerbit UI,1989, hal 515) .

Menurut farmakope Indonesia edisi ke-3 pasta adalah sediaan berupa masa lembek yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan vaselin atau parafin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan Gliserol, musilago atau sabun. Digunakan sebagai antiseptik, atau pelindung.

Definisi lain dari pasta dapat dilihat di:

Husa`s Pharm.Dispensing of Medication, p.110, Eric W. Martin, 5th ed, 1959

Fornas 1978, edisi ke-2, Depkes RI, hal 326(pasta adalah sediaan berupa massa lembek yang dimaksudkan untuk pemakaian luar)

Lachman, The Theory & Practice of Industrial Pharmacy,1986,Philadelphia:Lea&Febiger.p534, 548

II. TEORI UMUM A. PENGGOLONGAN

Penggolongan pasta dapat dilihat di FI V hal 47, Ilmu Meracik Obat 2000, hal 67-70, Cooper n Gunn`s : Dispensing for Pharm. Student hlm 149, Aulton, Pharmaceutical Pactice, p. 125-126 Berdasarkan FI V, hlm 47, pasta digolongkan menjadi pasta dari gel fasa tunggal yang mengandung air seperti pasta natrium karboksimetilselulosa dan pasta berlemak seperti pasta zink oksida merupakan salep yang padat, kaku, yang tidak meleleh pada suhu tubuh dan berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bagian yang diolesi.

Pasta berlemak ternyata kurang berminyak dan lebih menyerap dibandingkan dengan salep karena tingginya kadar obat yang mempunyai afinitas terhadap air. Pasta ini cenderung untuk menyerap sekresi seperti serum; dan mempunyai daya penetrasi lebih rendah dari salep. Oleh karena itu, pasta digunakan untuk lesi akut yang cenderung membentuk kerak, menggelembung, atau mengeluarkan cairan.

B. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN Keuntungan:

 Bekerja melindungi dan memiliki kemampuan menyerap kotoran dari luka-luka di kulit. Oleh karena itu bila kerja melindungi lebih dibutuhkan dari terapeutiknya maka akan lebih dipilih panggunaan pasta, tapi bila yang dibutuhkan kerja terapeutikanya lebih dipilih bentuk sediaan salep dan krim

(2)

2 salep. (Ansel, C. Howard., `Pengantar Sediaan Farmasi`, ed IV, penerbit UI,1989, hal 515)  Dapat digunakan untuk lesi akut yang cenderung membentuk kerak, menggelembung atau

mengeluarkan cairan. Hal ini dikarenakan pasta berlemak ternyata kurang berminyak dan lebih menyerap dibanding salep kerena tingginya kadar obat yang mempunyai afinitas terhadap air. Pasta ini cenderung untuk menyerap sekresi seperti serum dan mempunyai daya penetrasi dan daya maserasi lebih rendah daripada salep. Pasta gigi digunakan untuk pelekatan pada selaput lendir untuk memperoleh efek lokal (misal pasta gigi Triamsinolon asetonida) (FI IV hlm. 14, FI V hlm 47).

 Pasta digunakan sebagai pelindung pada kulit, seperti untuk perawatan kemerahan kulit atau melindungi wajah dan bibir dari matahari

 Pasta menempel baik pada kulit dan memiliki keuntungan dalam perawatan luka kronik atau lichenified. Pasta dapat membentuk lapisan pelindung jika menggunakan bahan yang tepat sehingga mencegah pelepasan kulit pada kulit karena garukan (Lachman, The Theory & Practice of Industrial Pharmacy,1986, Philadelphia:Lea&Febiger .p534)

Kerugian:

 Mengandung lebih banyak bahan padat dan oleh karena itu lebih kental dan kurang meresap daripada salep

 Pasta mengandung bahan padat yang tinggi.

 Karena sifatnya yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta umumnya tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berambut (Ansel, C. Howard., `Pengantar Sediaan Farmasi`, ed IV, penerbit UI,1989, hal 515)

III. FORMULA a. FORMULA BAKU

R/ Zat aktif Basis

Zat tambahan (pengawet, antioksidan, emolien, emulsifier, surfaktan, zat penstabil, peningkat penetrasi dll)

b. CONTOH FORMULA DI BUKU

1. Pasta berlemak (lihat di Fornas 1978)

- Pasta asam salisilat seng hal 14

- Pasta Seng hal 304

- Pasta resorcinol belerang hal 267 2. Pasta kering, (IMO 2005 hal 69)

Bentonit 1 Sulfur pp 2 ZnO 10 Talk 10 Ichtamoli 0,5 Gliserin

(3)

3 3. Pasta pendingin

Salep Tiga Dara (IMO 2005 hal 69) ZnO

Olei olivae

Calcii Hidroxidi sol aa 10 4. Formula pasta lainnya

Pasta ter seng (Fornas 1978 hal 249)

(4)

4 PENJELASAN FORMULA

1. Zat aktif

Penggunaan pasta pada umumnya untuk antiseptik, perlindungan, penyejuk kulit dan absorben sehingga zat aktif yang sering digunakan ialah zat aktif yang memiliki aktivitas farmakologi seperti yang telah disebut diatas. Sifat zat aktif yang perlu diperhatikan ialah zat aktif harus mampu didispersikan secara homogen pada basis namun dapat lepas dengan baik dari basis untuk mencapai tujuan farmakologinya.

2. Basis

Basis yang digunakan untuk pembuatan pasta ialah basis berlemak atau basis air. Macam-macam basis yang dapat digunakan untuk pembuatan pasta :

a. Basis Hidrokarbon (Aulton, Pharmaceutical Practice, hal. 125-126) Contoh basis : paraffin cair, paraffin lunak, hard paraffin.

Karakteristik basis ini:  Tidak diabsorbsi oleh kulit  Tidak tercampurkan dengan air  Inert

 Daya absorpsi air rendah

 Menghambat kehilangan air pada kulit dengan membentuk lapisan tahan air & meningkatkan hidrasi sehingga meningkatkan absorpsi obat melalui kulit. Info tambahan (tidak ada pustaka);

 Di atas permukaan kulit akan sukar dibersihkan  Lengket

 Akan memperpanjang waktu kontak dengan kulit dan obat, tetapi memberikan rasa tidak menyenangkan kepada pemakai

b. Basis absorpsi (Aulton, Pharmaceutical Practice, p 125-126)

Karakteristiknya: bersifat hidrofil dan dapat menyerap sejumlah tertentu air dan larutan cair. Terbagi menjadi 2 kelas, yaitu :

1) Basis non-emulsi

Dapat menyerap air dan larutan cair membentuk emulsi A/M. Mengandung campuran bahan tipe sterol dengan satu atau lebih parafin. Jika dibandingkan dengan basis hidrokarbon :

 Kurang bersifat oklusif namun emolien yang baik  Membantu obat larut minyak untuk penetrasi kulit  Lebih mudah menyebar/ dioleskan (spread)

Bahan tipe sterol yang penting adalah :  Wool fat

(5)

5 2) Emulsi A/M

Dapat mengabsorpsi air lebih banyak dari basis non emulsi. Terdiri dari :  Hydrous wool fat (lanolin)

Oily cream BP

Emulsifying wax merupakan basis pada pasta zinc dan coal tar.

c. Basis air-misibel (Aulton, Pharmaceutical Practice, p 125-126)

Keuntungannya antara lain :  Mudah dibersihkan dari kulit

 Misibel/ bercampur dengan eksudat dari luka  Mengurangi gangguan terhadap fungsi kulit

 Kontak baik dengan kulit karena kandungan surfaktannya  Penerimaan terhadap kosmetik yang cukup baik

 Mudah dibersihkan dari rambut. Salep dengan basis hidrokarbon/ absorpsi cocok untuk kondisi Scalp

Contoh: salep beremulsi  pasta resorsinol dan sulfur Tiga salep beremulsi dari basis ini

 salep beremulsi (anionik)

 salep beremulsi setomakrogol (non ionik)  salep beremulsi setrimid (kationik)

Salep-salep ini mengandung parafin dan emulgen M/A dengan formula umum sbb: Emulgator anionik/kationik/non ionik 30%

White soft paraffin 50%

Parafin cair 20%

d. Basis larut air

Beberapa pasta terbuat dari basis macrogol (polietilen glikol). Keuntungan basis larut air :

 Non oklusif

 Absorpsi yang baik oleh kulit  Bercampur dengan eksudat  Mudah melarutkan bahan lain

 Mudah dibersihkan dengan cara dicuci  Bebas dari rasa lengket

 Tidak berwarna  Nyaman digunakan  Larut air

 kompatibel dgn obat-obat dermatologi Kerugian basis larut air :

(6)

6 3. Bahan tambahan

a. Pengawet (TPC, hal 151-152)

Antimikroba jarang digunakan pada salep tak berair karena mikroba tidak dapat tumbuh, tetapi salep yang mengandung air perlu penambahan antimikroba. Pengawet dapat mempengaruhi respon fisik pada pemakaian topikal. Konsentrasi pengawet perlu diperhatikan agar tidak timbul efek samping yang tidak diinginkan. Pengawet sebaiknya tidak toksik, tidak bersifat alergen, lebih memiliki sifat bakterisidal daripada bakteriostatik, dan dapat digunakan untuk spektrum luas. Selain itu pengawet sebaiknya tidak mahal, memiliki potensi, resisten terhadap serangan mikroorganisme, stabil dalam kondisi penyimpanan, bebas dari bau dan warna yang tidak menyenangkan, dan tidak berinteraksi dengan bahan yang lain dan wadah.

Pengawet yang paling banyak digunakan pada salep mengandung air adalah kloroform, asam organik (asam benzoat dan asam sorbat), klorokresol, fenetil alcohol, fenoksietanol, senyawa amonium kuarterner (cetrimide), dan raksa organik seperti fenilmerkuri nitrat dan fenilmerkuri asetat.

b. Antioksidan(TPC, hal 151-152)

Lemak dan minyak alami mudah teroksidasi oleh oksigen di udara maka diperlukan penambahan antioksidan untuk mencegah dekomposisi. Antioksidan dipilih berdasarkan warna, bau, potensi, iritasi, toksisitas, stabilitas, dan kompatibilitas. Asam edetat dan asam organik dan inorganik lainnya (asam sitrat, maleat, tartarat, atau fosforat) dapat ditambahkan ke dalam formula untuk mengkelat sesepora logam yang dapat mengkatalisis proes oksidasi.

c. Emulsifier( TPC, hal 148-149)

Pada penggunaaan emulsifier yang harus diperhatikan ialah stabilitas. Penggunaan emulsifier lebih baik dikombinasikan sehingga diperoleh stabilitas yang lebih baik dan sifat iritan yang lebih rendah. Macam-macam emulsifier yang dapat digunakan ialah :

Emulsifier anionik (natrium lauril sulfat, natrium setostearil sulfat, triaetanolamin stearat, kalsium oleat); pH sistem di adjust sesuai dengan pH kulit manusia (4,5-6,5)

Emulsifier kationik (ammonium kuartener, cetrimide); lebih stabil pada pH 3-7 sehingga cocok untuk produk topikal, tetapi dapat menyebabkan iritasi ketika digunakan pada kulit dan mata.

Emulsifier nonionik (ester glikol, ester gliserol,cetomacrogol, polisorbat, polivinilalkohol); kompatibel dengan banyak substansi obat dan elektrolit, stabil dan tidak mengiritasi. d. Humektan (TPC, hal 150)

Bahan ini digunakan untuk mengurangi kehilangan air dari sediaan semisolid. Humektan mencegah pengeringan dan membantu penerimaan produk dengan meningkatkan kualitas pengolesan dan konsistensi secara umum. Contohnya gliserol, propilen glikol, sorbitol, dan makrogol berbobot molekul rendah.

IV.METODE PEMBUATAN

(Aulton, Pharmaceutical practice, p128-129)

(7)

7 1. Metode fusion

Disini zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan bersama dan diaduk sampai membentuk fase yang homogen. Dalam hal ini perlu diperhatikan stabilitas zat berkhaziat terhadap suhu yang tinggi pada saat pelelehan.

2. Metode triturasi

Digunakan jika bahan aktif tidak larut dalam basis atau larutan yang digunakan dalam jumlah kecil. Zat padat harus berupa serbuk halus. Zat yang tidak larut dicampur dengan sedikit basis yang akan dipakai atau dengan salah satu zat pembantu, kemudian dilanjutkan dengan penambahan sisa basis. Dapat juga digunakan pelarut organik untuk melarutkan terlebih dahulu zat aktifnya, kemudian baru dicampur dengan basis yang akan digunakan.

Metode dan cara pembuatan pasta secara umum :

a. Sediaa ya g aka dibuat adalah pasta……de ga kekuata sediaa …….. b. Bobot sediaa pasta dala ke asa tube ….g

c. Ju lah ya g aka dibuat…..tube dita bah de ga keperlua evaluasi seba yak….tube. Jadi total ya g aka dibuat adalah….tube.

d. Jumlah pasta yang dibuat adalah...g.

V. PROSEDUR PEMBUATAN

Prosedur Pembuatan Secara Umum :

a. Timbang sejumlah zat aktif dan eksipien sesuai dengan yang dibutuhkan

b. Tambahkan zat pembawa dan zat berkhasiat kemudian dilelehkan bersama dan diaduk sampai membentuk fase yang homogen (Fusion)

c. Zat yang tidak larut dicampur dengan sedikit basis yang akan dipakai atau dengan salah satu zat pembantu, kemudian dilanjutkan dengan penambahan sisa basis. Dapat juga digunakan pelarut organik untuk melarutkan terlebih dahulu zat aktifnya, kemudian baru dicampur dengan basis yang akan digunakan (triturasi)

d. Pasta yang sudah jadi dimasukkan ke dalam alat pengisi pasta dan diisikan ke dalam tube sebanyak yang dibutuhkan (Apabila tidak ada alat pengisi pasta, dapat dilakukan dengan menggunakan kertas perkamen).

e. Ujung tube ditutup lalu diberi etiket dan dikemas dalam wadah yang dilengkapi brosur dan etiket.

Prosedur Pembuatan (pilih salah satu metode)  Metode fusion

a. Timbang sejumlah zat aktif dan eksipien sesuai dengan yang dibutuhkan

b. Tambahkan zat pembawa dan zat berkhasiat kemudian dilelehkan bersama basis dalam cawan penguap dan diaduk sampai membentuk fase yang homogen

c. Hasil pelelehan dipindahkan ke mortar digerus hingga membentuk massa pasta yang homogen

d. Pasta yang sudah jadi ditimbang sesuai bobot per tube* dan dimasukkan ke tube

(8)

8 * Bobot sediaan yang dimasukkan ke dalam tube dapat ditambahkan hingga maksimal 10%

dari bobot netto per tube.

Metode triturasi

a. Bahan basis ditimbang dengan dilebihkan 10-20%, kemudian dimasukkan ke dalam mortar dan digerus hingga terbentuk basis pasta yang baik**. Basis pasta ditimbang kembali sesuai kebutuhan.

b. Zat aktif ditimbang, dimasukkan ke dalam mortar, dan digerus hingga halus. Ke dalam mortar juga sambil ditambahkan sedikit demi sedikit basis pasta hingga bercampur homogen. Dapat juga digunakan pelarut organik untuk melarutkan terlebih dahulu zat aktifnya, kemudian baru dicampur dengan basis yang akan digunakan.

c. Pasta yang sudah jadi ditimbang sesuai bobot per tube* dan dimasukkan ke tube

d. Ujung tube ditutup lalu diberi etiket dan dikemas dalam wadah yang dilengkapi brosur dan etiket.

* Bobot sediaan yang dimasukkan ke dalam tube dapat ditambahkan hingga maksimal 10% dari bobot netto per tube.

** Sesuaikan dengan cara pengembangan basis

Metode fusion dan triturasi (jika basis berbentuk padatan&zat aktif tak tahan terhadap panas) a. Bahan basis ditimbang dengan dilebihkan 10-20%, kemudian dimasukkan ke dalam cawan penguap, dilelehkan, dimasukkan ke dalam mortar, dan digerus hingga terbentuk basis pasta yang baik. Basis pasta ditimbang kembali sesuai kebutuhan.

b. Zat aktif ditimbang, dimasukkan ke dalam mortar, dan digerus hingga halus. Ke dalam mortar juga sambil ditambahkan sedikit demi sedikit basis pasta hingga bercampur homogen. Dapat juga digunakan pelarut organik untuk melarutkan terlebih dahulu zat aktifnya, kemudian baru dicampur dengan basis yang akan digunakan.

c. Pasta yang sudah jadi ditimbang sesuai bobot per tube* dan dimasukkan ke tube.

d. Ujung tube ditutup lalu diberi etiket dan dikemas dalam wadah yang dilengkapi brosur dan etiket.

* Bobot sediaan yang dimasukkan ke dalam tube dapat ditambahkan hingga maksimal 10% dari bobot netto per tube.

VI. PERHITUNGAN

Perhitungan formula pasta : Mengacu pada salep

Sediaan yang ditugaskan untuk dibuat sebanyak Z tube @ a gram. Untuk keperluan uji mutu sediaan akhir sebagai berikut:

Penampilan 3 tube Homogenitas 1 tube

Uji stabilitas pasta 3 tube

(9)

9 (Jika dipersyaratkan dalam monografi/pustaka sediaan) 1 tube

Uji konsistensi

(250 g, kapasitas minimal visko brookfiled) ....tube Identifikasi 1 tube x triplo 3 tube Uji kebocoran tube ( FI IV <1241>, hal 1086) 10 tube

(Tidak destruktif dapat digunakan untuk evaluasi stabilitas gel, penetapan pH, penetapan kadar zat aktif, uji pelepasanZat aktif dari sediaan)

Penetapan kadar zat aktif 1 tube x triplo 3 tube Uji efektifitas pengawet (jika memakai pengawet) 5 tube Uji potensi antibiotik (bila zat aktifnya antibiotik) .... tube +

Total jumlahevaluasisediaan = U tube

Karena dari seluruh uji di atas ada uji yang tidak destruktif, sehingga dapat digunakan untuk uji evaluasi yang lain. Maka jumlah sediaan yang dibutuhkan untuk evaluasi = U – 30 = T tube. (Catatan :ini untuk T >30; bila T<30 maka total sediaan =30)

Jadi, jumlahsediaan yang akan dibuat adalah Z + T= Y tube Total sediaan yang akan dibuat adalah = Y x a = b gram.

VII. PENIMBANGAN

Formula yang akan dibuat:

R/ Zat aktif m % Zat tambahan 1 n % Basis pasta ad a gram Penimbangan untuk b gram

Zat aktif = m % x b gram = c gram Zat tambahan 1 = n % x b gram = d gram Basis pasta = b gram – (c + d) gram = e gram

Jumlah zat aktif selalu ditimbang dalam jumlah 5% berlebih untuk mencegah kemungkinan berkurangnya kadar dalam sediaan akibat proses pembuatan ataupun dalam penyimpanannya. (disesuaikan dengan batas atas kadar bahan aktif menurut monografi)

VIII. EVALUASI SEDIAAN a. IPC (IN PROCESS CONTROL)

1. Penampilan (warna & bau) Meliputi penampilan organoleptik

Pustaka : Goeswin Agoes, Teknologi Farmasi Liquida & Semisolida, hal 127 Dilihat dengan adanya pemisahan fasa, bau tengik dan perubahan warna. 2.Homogenitas

Jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok harus menunjukkan susunan yang homogen.

3. Distribusi ukuran partikel (untuk metode triturasi) (Lachman, Theory & Practice of Industrial Pharmacy, hal 182)

(10)

10 Prosedur :Sebarkan sejumlah pasta yang membentuk lapisan tipis pada slide mikroskop. Lihat dibawah mikroskop.

4. Konsistensi (istilah untuk sediaan semisolid)/viskositas

Sediaan semisolid termasuk sistem non-newton, jadi konsistensinya diukur dengan viskometer Brookfield Helipath stand.

Prinsip : melakukan pengukuran konsistensi pasta pada suhu kamar dengan menggunakan viskometer Brookfield Helipath stand yang memakai spindel dan pada kecepatan (RPM) tertentu.

Prosedur :

a. Penyiapan sampel

Sampel yang akan diukur ditempatkan pada gelas piala 500 mL dengan permukaan rata (sedapat mungkin penuh) dan tidak boleh ada gelembung udara di dalamnya (pemadatan dapat dilakukan dengan cara diketuk – ketuk).

b. Pengukuran

- Dilakukan pada suhu kamar

- Pembacaan skala dilakukan pada saat rentang waktu tertentu, misalnya 2 menit. Tiap formula dapat dilakukan 2 – 3 kali pengukuran

- Pembacaan dilakukan dengan menyatakan jenis spindel dan kecepatan putarnya. c. Cara kerja

- Spindel yang sesuai dipasang pada gantungan spindel

- Pasta yang akan diukur ditempatkan pada gelas kimia dengan permukaan rata

- Spindel diturunkan hingga batas spindel tercelup dalam salep yang ukur.

- Motor dinyalakan

- Biarkan spindel berputar dan amati jarum merah pada skala

- Baca angka yang ditunjukan oleh jarum merah tersebut

- Untuk menghitung viskositas maka angka tersebut dikalikan dengan suatu faktor yang tercantum pada tabel. Hal yang harus diperhatikan pada tabel : jenis alat, RPM, nomor spindel.

- Dengan mengubah – ubah RPM, maka didapat konsistensi pada berbagai kecepatan geser.

- Untuk mengetahui sifat aliran, dibuat kurva antara RPM dan usaha yang dibutuhkan untuk memutar spindel. Usaha dihitung dengan mengalikan angka yang terbaca pada skala dengan 7,187 dyne (viskometer Brookfield RV)

Contoh perhitungan

Misalnya didapat pembacaan viskositas 35, menggunakan spindel pTD pada RPM 2,5 Maka viskositas pasta yang uji = 35 x (faktor) x 800 M

= 35 x 0,01 x 800 x 1000 = 280. 000 cps Prosedur ringkas :

(11)

11 pada berbagai kecepatan geser. Untuk mengetahui sifat aliran, dibuat kurva antara RPM dan usaha yang dibutuhkan untuk memutar spindel. Usaha dihitung dengan mengalikan angka yang terbaca pada skala dengan 7,187 dyne/cm (viskometer Brookfield RV)

b. EVALUASI FISIK

a. Penampilan (warna & bau) (Goeswin Agoes, Teknologi Farmasi Liquida&Semisolida, P 127) Meliputi penampilan organoleptik

Dilihat dengan adanya pemisahan, bau tengik dan perubahan warna. b. Homogenitas (lihat untuk IPC)

c. Distribusi ukuran partikel (untuk metode triturasi) (Lacman, Theory & Practice of Industrial Pharmacy, hal 182)

d. Konsistensi

Sediaan semisolid termasuk sistem non-newton, jadi konsistensinya diukur dengan viskometer Brookfield Helipath stand.

Prinsip : Melakukan pengukuran konsistensi pasta pada suhu kamar dengan menggunakan viskometer Brookfield Helipath stand yang memakai spindel dan pada kecepatan (RPM) tertentu.

Prosedur:Penyiapan sampel  Sampel yang akan diukur ditempatkan pada gelas piala 500 mL dengan permukaan rata (sedapat mungkin penuh) dan tidak boleh ada gelembung udara didalamnya. (pemadatan dapat dilakukan dengan cara diketuk – ketuk).

e. Isi minimum(FI IV <861> hal 997)

Prosedur :Ambil contoh 10 wadah berisi zat uji, hilangkan etiket yang dapat mempengaruhi bobot saat isi wadah dikeluarkan. Bersihkan dan keringkan dengan sempurna bagian luar wadah dengan cara yang sesuai dan timbang satu per satu.

KemudianKeluarkan isi secara kuantitatif dari masing-masing wadah, potong ujung wadah, jika perlu cuci dengan pelarut yang sesuai. Hati-hati agar tutup dan bagian lain wadah tidak terpisah. Keringkan dan timbang kembali masing-masing wadah kosong dan bagian-bagiannya. Perbedaan antara kedua penimbangan adalah bobot bersih isi wadah.

Persyaratan :Bobot bersih rata-rata isi dari 10 wadah tidak kurang dari bobot yang tertera pada etiket dan tidak satupun yang bobot bersihnya kurang dari 90% bobot yang tertera pada etiket untuk bobot 60 g atau kurang.

Jika persyaratan tidak dipenuhi, tetapkan bobot bersih isi 20 wadah tambahan. Bobot rata-rata 30 wadah tidak kurang dari bobot yang tertera di etiket dan hanya satu wadah yang kurang dari 90% untuk bobot 60g atau kurang dan tidak kurang dari 95% harga yang tertera di etiket untuk bobot lebih dari 60 g dan kurang dari 150 g.

f. Uji Kebocoran /uji salep mata(FI IV hal 1086)

Tujuan: memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas (untuk sediaan yang harus steril) dan volume serta kestabilan sediaan.

Prinsip: 10 tube sediaan dibersihkan dan dikeringkan baik-baik bagian luarnya dengan kain penyerap. lalu tube diletakkan secara horizontal di atas kain penyerap di dalam oven dengan suhu diatur pada 60o ± 3o selama 8 jam.

(12)

12 dari 1 tube, ulangi pengujian dengan 20 tube tambahan. Uji memenuhi syarat jika: tidak ada satu pun kebocoran diamati dari 10 tube uji pertama, atau kebocoran yang diamati tidak lebih dari 1 dari 30 tube yang diuji.

g. Uji stabilitas(Lacman, Theory & Practice of Industrial Pharmacy, hal 528-529) Dilakukan uji dipercepat dengan:

- Agitasi atau sentrifugasi (mekanik)

Sediaan disentrifugasi dengan kecepatan tinggi (sekitar 30.000 RPM), diamati apakah terjadi pemisahan atau tidak.

- Manipulasi suhu

Sampel dioleskan pada kaca objek dan dipanaskan pada suhu 30, 40, 50, 60, 70oC. Amati dengan bantuan indikator (seperti sudah merah) mulai suhu berapa terjadi pemisahan. Makin tinggi suhu maka makin stabil.

h. Uji pelepasan bahan aktif dari sediaan salep

Prinsip : Mengukur kecepatan pelepasan bahan aktif dari sediaan salep dengan cara mengukur konsentrasi zat aktif dalam cairan penerima pada waktu – waktu tertentu. Prosedur :

 Sejumlah salep dioleskan pada cawan petri, dibuat permukaan serata mungkin.

 Cairan penerima disiapkan (dapar, larutan NaCl 0,9%, dll) dalam gelas kimia 600 mL dengan volume tertentu (250 mL). Kemudian gelas direndam dalam water bath bersuhu 37oC. Pengaduk dipasang tepat ditengah tengah antara permukaan cairan penerima dan salep dengan kecepatan 60 RPM.

 Cawan petri yang telah diolesi salep dimasukkan

 Cairan penerima dipipet pada waktu – waktu tertentu, misalnya pada menit 5, 10, 15, 20, 25, 30, 60, 90, 120, 180, dan 240.

Catatan: Pemipetan pada awal diusahakan range waktunya kecil dan semakin lama semakin besar.

 Cairan yang dipipet diganti dengan cairan penerima yang sama bersuhu 37oC.

 Kadar zat aktif dalam sampel ditentukan dengan metode yang sesuai. Jika perlu dapat diencerkan.

Catatan : apabila komponen salep mengandung bahan yang dapat bercampur dengan cairan penerima, maka pada permukaan salep harus dipasang membran selofan (diusahakan antara permukaan salep dengan membran tidak ada udara), sehingga salep tidak kontak langsung dengan cairan penerima.

(13)

13 i. Uji difusi bahan aktif dari sediaan salep

Prinsip : Menguji difusi bahan aktif dari sediaan salep menggunakan suatu sel difusi dengan cara mengukur konsentrasi bahan aktif dalam cairan penerima pada selang waktu tertentu. Prosedur :

1) Sejumlah salep dioleskan pada plat difusi sampai rata, ditutup dengan membran. Diusahakan tidak terjadi rongga udara antara permukaan salep dan membran

2) Plat dipasang pada penyangga bawah dan ditutup dengan cincin kemudian dihubungkan dengan penyangga atas.

3) Sel difusi dimasukkan ke dalam penangas air bersuhu 37oC, dihubungkan dengan pompa peristaltik, wadah penerima dan tabung pencegah masuknya udara memakai selang. 4) Cairan penerima dipipet pada waktu – waktu tertentu dan diganti dengan cairan yang

sama bersuhu 37oC.

5) Kadar zat aktif ditentukan dengan metoda yang sesuai.

c. EVALUASI KIMIA

 Penetapan Kadar zat Aktif (sesuai monografi)  Identifikasi Zat Aktif (sesuai monografi)

d. EVALUASI BIOLOGI

 Uji efektivitas pengawet antimikroba(FI IV <61>, hal 854-855)

 Penetapan potensi antibiotik secara mikrobiologi (untuk zat aktifnya antibiotik) (FI IV suplemen <131>, hal 1519-1527)

 Kandungan zat antimikroba (khusus untuk formula yang menggunakan pengawet) (FI IV<441> hal 939-942)

e. KETERANGAN TAMBAHAN UNTUK EVALUASI PASTA (Tek ologi Far asi, Rudilf Voigt”, edisi ke-5, terjemahan, Gajah Mada University Press , hal 378-384)

1. Daya mengambil air

Daya mengambil air, diukur sebagai angka air, berlaku untuk karakterisasi pasta dari basis absorpsi.

Angka air dirumuskan sebagai jumlah air maksimal (g), yang mampu mempertahankan 100 g air bebas dasar pada suatu suhu tertentu (umumnya 15-20ºC) terus menerus atau suatu waktu terbatas (umumnya 24 jam), dimana air digabungkan secara manual. Perolehan kuantitatif dari jumlah air yang diambil berlangsung melalui penimbangan yang berbeda (sistem mengandung air-sistem bebas air) atau dengan sebuah penentuan kandungan air (lihat no.2)

Kemampuan air akan berubah, jika larutan digabungkan. Umumnya menyebabkan penurunan angka air. Itu terjadi dalam skala khusus pada peracikan dari larutan dengan fenolik (Fenol, resorsinol, Pirogalol)

(14)

14 AA = (100.KA) / (100-KA) KA = (100.AA) / (100+AA)

2. Kadar air Ada 3 cara :

a. Penentuan dari kehilangan pengeringan

Dihitung sebagai kandungan massa yang hilang setelah dilakukan pengeringan pada suatu suhu tertentu (umumnya dengan cara oven pada suhu 100-110ºC). Kehilangan massa (%) diperoleh dari selisih antar bobot awal dengan bobot tetap setelah dioven dan dibandingkan dengan bobot awal. Cara ini tidak dapat digunakan jika ada bahan obat atau bahan pembantu yang menguap (minyak atsiri, fenol,dsb).

b. Cara penyulingan

Dilakukan dengan cara penyulingan menggunakan bahan pelarut menguap yang tidak dapat bercampur dengan air, seperti trikloretan, Benzen, toluen atau silen, yang disuling sebagai campuran azeotrop dengan air dan pada pendinginan kembali dapat memisah, sehingga jumlah air tersuling dapat diketahui volumenya. Caranya : sampel yang mengadung air dicampur bersama dengan bahan pelarut jenuh ke dalam labu bundar (pada alat), kemudian disuling sampai diperoleh air, dipisahkan, tidak bertambah lagi (terlihat pada pipa ukur).

c. Cara titrasi menurut Karl Fischer

Penentuannya berdasarkan pada pemindahan belerang dioksida dan Iod dengan air dengan adanya Piridin dan Metanol menurut persamaan reaksi berikut :

I2 + SO2 + CH3OH + H2O ↔ 2HI + CH3HSO4

Piridin akan menangkap asam yang terbentuk dan akan terjadi reaksi secara kuantitatif Penentuannya dilakukan dalam sebuah sistem titrasi tertutup terdiri dari labu titrasi dan buret. Dalam sistem ini tidak ada kontak dengan udara diluar sistem titrasi, begitu juga dengan pengaruh kelembaban udara. Sebelum dilakukan penentuan kadar air sampel, larutan reagen Karl-Fischer dibakukan dengan asam oksalat (2H2O). Disamping titrasi sampel, dengan cara yang sama dilakukan juga terhadap blanko untuk mengetahui pengaruh dari medium larutan sampel.

Penentuan titik ekivalen dapat dilakukan secara visual, tetapi lebih baik secara elektrometris (metode-Dead-Stop). Sebagai bahan pelarut untuk digunakan suatu campuran dari benzen/metanol (9 : 1).

Untuk perhitungan kandungan air berlaku formula berikut : % Air = {f.100(a-b)}/ Ew f = nilai aktif/ kadar larutan pentiter (mg air/mL) a = larutan peniter yang dibutuhkan (mL)

b = larutan peniter yang dibutuhkan untuk blanko (mL) Ew = penimbangan zat/sampel (mg)

Metode ini sesuai dan cocok untuk penentuan jumlah air dengan kadar rendah dalam sediaan farmasetik dan lebih baik/tepat dilakukan secara berulang.

3. Penghamburan

Penghamburan suatu salep diartikan sebagai kemampuannya untuk dapat disebarkan pada kulit. Penentuannya dilakukan dengan Ekstensometer.

(15)

15 anak timbangan di atasnya. Permukaan penyebaran yang dihasilkan dengan menaiknya pemberian beban menggambarkan suatu karakteristik daya hambur.

Hasil yang lebih detail dapat diperoleh dengan cara menggambarkan pemberian beban (g) dan penghamburan (mm2) dalam suatu grafik sistem koordinat.

4. Resistensi panas

Resistensi panas dari pasta dilakukan dengan tes berayun. Uji ini cocok/sesuai digunakan untuk mempertimbangkan daya simpannya pada daerah dengan iklim tropis nyata (terjadi perubahan suhu) secara terus menerus.

Beberapa sampel pasta yang dalam sebuah wadah tertutup ditempatkan dalam suatu kondisi dengansuhu yang berubah secara kontinu dan berbeda-beda (misalnya 20 jam pada 37°C dan 4 jam pada 100°C) dan ditentukan waktunya. Selama ditempatkan pada kondisi suhu yang berubah, dilakukan pengamatan adanya perubahan konsistensi dan homogenitas. Salep yang baik tidak menunjukkan perubahan konsistensi dan homogenitas.

5. Ukuran partikel

Referensi

Dokumen terkait

Angkatan Kerja Berdasarkan Pemdidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Di Jawa Tengah (2016) .... Sektor Pekerjaan Angkatan Kerja Di Jawa Tengah

Di bagian utara daerah penelitian bagian bawah Formasi Warukin (lokasi 07Y035) tersusun oleh atas dominasi batulempung warna kelabu sampai kehitaman dengan

Untuk menilai kerusakan prasarana sebagai akibat dari pemanfaatan prasarana dilakukan oleh Tim beranggotakan petugas Satker Operasi dan Pemeliharaan di Balai Besar/Balai

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa konseling rational emotive behavior therapy teknik homework assignments dapat meningkatkan konsentrasi belajar pada peserta didik di MTsN 2

Dengan adanya Aplikasi Hutang Piutang ini, diharapkan dapat membantu dan memberikan kemudahan bagi pihak yang bersangkutan dalam melakukan penyimpanan data – data hutang piutang

Jika petak tersier hanya memperoleh air pada satu tempat saja dari jaringan (pembawa) utama, hal ini akan memerlukan jumlah bangunan yang lebih sedikit di

[r]

From the analysis on interstratification of illite/ montmorillonite using diagrams Watanabe (1981) for examples of rock alteration in the researched area, it is found that the type