• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA KEBUTUHAN PADA PEMBUATAN TEMPLATE GAME DESIGN DOCUMENT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISA KEBUTUHAN PADA PEMBUATAN TEMPLATE GAME DESIGN DOCUMENT"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

I-65

ANALISA KEBUTUHAN PADA PEMBUATAN TEMPLATE GAME

DESIGN DOCUMENT

Halimatus Sa’dyah1

, Fahim Nur Cahya Bagar2,Alfan Zain Kusuma Putra3

1,2,3

Program Studi DIV Teknologi Game, Departemen Teknologi Multimedia Kreatif, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

1

halimatus@pens.ac.id, 2fahim.bagar@pens.ac.id, 3alfanzainkp@gmail.com

Abstrak

Game Design Document (GDD) adalah dokumen yang memuat informasi terperenci tentang sebuah game yang akan dikembangkan. Dokumen tersebut dibuat dengan tujuan untuk mempermudah kolaborasi antar anggota pengembang game mulai dari Game Designer, Game Artist, Sound Engineer, Game Tester dan Software Engineer. Pembuatan GDD mulai dikerjakan pada tahap praproduksi dan ditujukan untuk pihak internal (tim pengembang game sendiri) serta pihak eksternal (publisher dan investor). Selama proses pengembangan game, GDD akan dikembangkan menjadi lebih kompleks sehingga dapat dijadikan pedoman dalam pengembangan game tersebut. Tidak adanya standarisasi dokumentasi pengembangan game mengakibatkan banyaknya variasi format GDD. Dari variasi yang ada, tidak semuanya mampu mengakomodasi kebutuhan anggota tim pengembang game. Makalah ini ditulis untuk memaparkan hasil penelitian tentang elemen apa saja yang diperlukan untuk membuat GDD yang baik sehingga mampu mengakomodasi kebutuhan semua anggota tim pengembangan game.

Kata kunci : GDD, game design document, game development

1. Pendahuluan

Pesatnya perkembangan teknologi informasi menjadikan game sebagai salah satu bidang industri yang menjanjikan. Data statistik dari Newzoo menyebutkan bahwa laba industri game yang diperoleh dari konsumen di Indonesia pada tahun 2015 mencapai 4.45T (Mahardy, 2016). Data tersebut menunjukkan bahwa Indonesia merupakan pasar yang besar bagi industri game.

Namun di balik itu semua, perkembangan industri game di Indonesiamasih belum dapat dikatakan optimal. Laporan dari Multimedia Development Corps menunjukkan bahwa sarana dan prasaranauntuk industripengembangan game di Indonesia masih belum lengkap (Mahmood, 2017). Dengan kata lain, ekosistem industri game di Indonesia masih belum terbentuk dengan baik. Salah satu elemen ekosistem industri game yang belum berkembang secara optimal adalah teknologi pendukung yang dapat membantu para pengembang game untuk meningkatkan produktifitas khususnya dalam hal perencanaan serta pengembangan game secara berkelanjutan.

Sebagian besar pengembang game di Indonesia masih menggunakan Game Design Document

(GDD) yang statis dan terpusat. Ini menjadi ciri khas metode pengembangan perangkat lunak dengan

Waterfall Method. Sementara itu bila ditinjau dari

disiplin ilmu rekayasa perangkat lunak, pengembangan game bukanlah pekerjaan yang dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatanWaterfall Method(Kanode, 2009). Game memiliki konsumen yang beragam dan dinamis. Dibutuhkan inovasi dan pengembangan berkelanjutan untuk menjaga keterikatan antara produk game dengan konsumen.Waterfall method

sangat cocok jika digunakan untuk mengembangkan perangkat lunak dengan konsep yang sudah terjelaskan dengan baik di awal sehingga tidak membutuhkan banyak perubahan di tengah pengerjaan. Oleh karena itu, Waterfall Method

bukanlah pendekatan yang cocok digunakan untuk mengembangkan game.

Sebagian besar peneliti sepakat bahwa game dapat dikembangkan dengan baik menggunakan pendekatan yang bersifat dinamis seperti metodeiteratif atau metode agile (Aleem, 2016).

Berkaitan dengan pengembangan game yang dinamis, Ramadan-Widyanimenjelaskan secara rinci tentang Game Development Life Cycle (GDLC) mulai dari fase pra-produksi hingga testing (Ramadan, 2013).

Pewarisan informasi merupakan hal yang penting dalam pengembangan perangkat lunak dengan pendekatan yang dinamis seperti metode iteratif atau metode agile. Pewarisan informasi ini harus berjalan dengan baik pada setiap perpindahan

(2)

I-66

antar fase dalam GDLC. Oleh karena itu, dokumentasi menjadi salah satu dokumen pendukung yang krusial dalam pengembangan game secara berkelanjutan. Aleem dkk bahkan menjadikan ada tidaknya sistem pengembangan dokumentasi dan GDD sebagai salah satu indikator apakah sebuah perusahaan pengembang game sudah disebut mumpuni (mature) atau belum (Aleem, 2017).

Meskipun hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan pengembangan game awalnya masuk ke dalam disiplin ilmu rekayasa perangkat lunak, namun pengembangan game memiliki proses yang lebih rumit jika dibandingkan dengan pengembangan perangkat lunak pada umumnya. Pengembangan game merupakan pekerjaan yang menggabungkan dua disiplin ilmu diantaranya bisnis, rekayasa perangkat lunak dan Fine Arts. Oleh karenanya, pengembangan game melibatkan sumber daya dengan disiplin keahlian yang berbeda-beda sepertiProgrammer, Marketing, Artist, Game Designer, Sound Engineer dan Tester. Perbedaan disiplin keahlian para anggota pengembang game memberikan tantangan sendiri tentang bagaimana menyampaikan konsep game secara utuhserta mendokumentasikan proses pengembangan game secara lengkap dalam format dokumen ringkas yang dapat mengakomodasi kebutuhan semua anggota pengembang game.

Untuk mengawali penelitian tentang teknologi yang mendukung produktifitas pembuatan game yang berkelanjutan, dalam makalah ini akan dipaparkan hasil penelitian tentang analisa kebutuhan dalam pembuatan GDD. GDD merupakan dokumen yang disusun di tahapan paling awal dalam Game Development Life Cycle.

Dokumen tersebut berisi tentang konsep utuh game yang akan dibuat. Pengisian GDD awalnya diinisialisasi oleh Game Designer. Namun pada tahapan selanjutnya GDD dapat mengalami perubahan berdasarkan masukan dari anggota pengembang yang lain. Makalah ini disusun dengan urutan sebagai berikut: (1) Pendahuluan; (2) Game Development Life Cycle; (3) Elemen-elemen yang dibutuhkan dalam pembuatan GDD; serta (4) Penutup.

2. Game Development Life Cycle

Game Development Life Cycle (GDLC) merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan tahapan-tahapan yang harus ditempuh oleh pengembang dalam mengembangkan game mulai dari brainstroming ide hingga peluncuran. Ramadan menjelaskan bahwa salah satu tujuan dirumuskannya GDLC adalah untuk menemukan

best practice dalam mengembangkan game dengan kualitas yang baik (Ramadan, 2013).

Dalam sub bab ini, akan dijelaskan tentang tahapan-tahapan yang ada dalam GDLC serta

bagaimana idealnya setiap tahapan tersebut dijalankan. Terdapat banyak peneliti yang mengajukan GDLC dalam berbagai versi. Versi yang paling baru adalah GDLC yang diajukan oleh Ramadan dan Widyani. Dalam makalahnya, Ramadan mengajukan GDLC yang terdiri dari enam tahapan di antaranya:(1)Inisialisasi; (2)Praproduksi; (3)Produksi;(4)Pengujian, (5)Pengujian Beta; dan (6)Peluncuran. Penjelasan dari setiap tahapan dapat dilihat pada sub bab 2.1 hingga 2.6.

2.1 Inisialisasi

Inisialisasi merupakan tahapan pertama pada GDLC versi Ramadan – Widyani (Ramadan, 2013). Sebagian peneliti memasukkan tahapan inisialisasi sebagai bagian dari praproduksi (Chandler, 2010).

Dalam tahapan ini, Game Designer melakukan

brainstorming hingga mendapatkan gambaran kasar tentang konsep game yang akan dibuat. Luaran dari tahapan ini adalah deskripsi game yang menjadi acuan dalam pengembangan GDD pada tahapan pra produksi.

2.2 Praproduksi

Pada sebagian GDLC yang diajukan oleh para peneliti, praproduksi termasuk tahapan yang pertama. Namun dalam GDLC yang diajukan oleh Ramadan – Widyani, praproduksi menjadi tahapan kedua setelah tahapan inisialisasi (Ramadan, 2013). Artinya, pada awal tahap praproduksi telah ada gambaran kasar tentang konsep game yang akan dibuat sehingga proses perencanaan pengembangan game dalam tahap praproduksipada GDLC yang diusulkan oleh Ramadan-Widyani tidak dimulai dari nol.

Tahapan praproduksi adalah tahapan yang digunakan untuk merencanakan pengembangan game agar proses produksi dan peluncuran game dapat berjalan dengan lancar dan terukur. Terdapat tiga dokumen yang menjadi luaran dari tahapan praproduksi yaitu proposal game, GDD serta purwarupa game. Namun pada prakteknya, terdapat banyak studio game yang meringkas tiga dokumen ini menjadi satu dokumen GDD. Adapula studio game yang menggabungkan GDD dengan proposal game dan menjadikan purwarupa sebagai satu dokumen tersendiri. Dalam makalah ini, proposal game, GDD dan purwarupa dibahas sebagai tiga dokumen terpisah.

Proposal game biasa digunakan oleh staff bagian pemasaran untuk berhubungan dengan pihak luat seperti investor atau pihak lain yang akan membiayai pembuatan game. Dalam proposal game, penjelasan ditekankan pada deskripsi game, target pemasaran, rencana pemasaran, rencana peluncuran serta rencana monetisasi game. Pihak yang banyak terlibat dalam penyusunan proposal game adalah

(3)

I-67

Game Designer dan bagian pemasaran. Game Designer bertugas mendeskripsikan konsep game dan rencana peluncuran.Sedangkan staff bagian pemasaran bertugas menjelaskan target pasar, rencana pemasaran serta rencana monetisasi game. Pada prakteknya, Game Designer terkadang sekaligus merangkap sebagai staff bagian pemasarandalam membuat proposal game. Namun meskipun Game Designer tidak merangkap sebagai

staff pemasaran, seorang Game Designer juga harus memahami target pasar dari game yang akan dikembangkan. Karena pemahaman tentang konsumen dan target pasar berpengaruh pada warna game yang akan dikembangkan.

Jika proposal game digunakan untuk berkomunikasi dengan pihak luar, GDD digunakan sebagai alat komunikasi antar anggota pengembang game. GDD disusun untuk mengkomunikasikan konsep game yang akan dikembangkan serta menggambarkankan rencana pengerjaan game tersebut.

Semua anggota tim yang terlibat dalam pengembangan game menjalankan pekerjaannya dengan mengacu pada GDD. Oleh karena itu, GDD yang baik harus jelas, mudah dibaca dan tidak ambigu. Dalam studio game yang sudah masuk level 5 berdasarkan Digital Maturity Model yang diusulkan oleh Aleem, GDD yang baik juga harus memuat dokumentasi masukan anggota tim pengembang game untuk keperluan pengembangan game yang berkelanjutan (Aleem, 2017).

Pihak yang banyak terlibat dalam penyusunan GDD adalah Game Designer, Software Engineer, Game Artist serta Sound Engineer. Game Designer

bertugas untuk merancang dan mendeskripsikan konsep game yang akan dibuat. Sedangkan

Programmer, Artist serta Sound Engineer

memberikan masukan terhadap game yang dirancang sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing.

Setelah GDD dibuat, tahapan selanjutnya adalah pembuatan purwarupa. Pada game yang sederhana, purwarupa harus dapat memberi gambaran tentang tampilan visual game dan mekanika game. Sedangkan untuk game yang lebih kompleks, purwarupa juga harus dapat memberikan gambaran tentang level design, teknologi yang dapat digunakan untuk mengembangkan game, serta tingkat game balancingdari game yang akan dibuat (Aleem, 2015).

Dalam GDLC yang diusulkan oleh Ramadan- Widyani, pembuatan purwarupa terdiri atas dua tahapan yang berurutan yaitu Foundation dan

Structure. Foundation adalah purwarupa yang memberikan gambaran tentang seberapa menghibur game yang akan dibuat. Purwarupa di tahap

foundation berwujud mock up yang diuji melalui kuisioner dan diskusi.

Adapun tahap kedua setelah Foundation adalah

Structure. Pada tahap ini, purwarupa tidak hanya memberikan gambaran tentang seberapa menghibur game yang akan dikembangkan. Purwarupa yang ada dalam tahap ini harus bisa menggambarkan tentang Core Mechanic dari game yang dapat diuji dengan memainkan purwarupa tersebut. Pada tahap ini, Game Tester dapat memulai pekerjaannya untuk mendefinisikan checklist pengujian yang harus diterapkan pada game sebagai bahan pada tahap pengujiansebelum peluncuran. Pihak yang terlibat dalam penyusunan purwarupa sama dengan pihak yang terlibat dalam penyusunan GDD.

Di akhir proses praproduksi, tiga dokumen yang telah dihasilkan harus sudah jelas dan mendukung pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan game untuk dapat menjadwalkan pekerjaan masing-masing. Sesuai dengan penjelasan pada sub bab pendahuluan yang mengatakan bahwa pengembangan game berjalan dinamis dan iteratif, tiga dokumen yang dibuat dalam tahap pra produksi ini masih mungkin mengalami peubahan minor pada tahap-tahap selanjutnya. Oleh karena itu, dalam pengembangan game yang dinamis, proses dokumentasi dapat dimulai dari tahapan pra produksi.

2.3 Produksi

Produksi merupakan tahapan yang paling utama dalam GDLC. Pembuatan sourcecode, asset, dan

sound effect semuanya dilakukan di tahap ini. Luaran akhir dari tahap produksi adalah game yang siap diuji pada tahap pengujian.

Pada tahap produksi, dimungkinkan adanya perubahan minor dalam GDD. Oleh karena itu, hal krusial yang perlu dipastikan dalam tahap produksi adalah manajemen asset, manajemen sourcecode,

pengawalan agar pengembangan game berjalan sesuai konsep yang ditulis di GDD,serta dokumentasi.

Saat ini, teknologi yang mendukung manajemen asset, manajemen sourcecode serta pengawalan projek telah berkembang pesat. Para pengembang game telah familiar dengan Github dan Trello serta teknologi lain yang berhubungan dengan manajemen asset, manajemen sourcecode serta pengawalan projek. Sedangkan teknologi yang mendukung proses dokumentasi belum banyak berkembang. Kita mengenal dundoc sebagai aplikasi untuk membuat GDD. Namun saat ini, sebagian besar studio game di Indonesia masih lebih nyaman menggunakan GDD dengan format .doc yang tidak memungkinkan untuk mendokumentasikan perubahan GDD secara otomatis.

(4)

I-68

2.4 Pengujian

Setelah tahap produksi selesai, tahapan selanjutnya adalah pengujian. Tahapan pengujian pada GDLC yang diajukan oleh Ramadan-Widyani mengacu pada pengujian internal yang menjadi tanggung jawab Game Tester.

Terdapat dua jenis pengujian yang harus diselesaikan pada tahapan ini.Pengujian pertama adalah uji fungsional untuk memastikan apakah fitur-fitur fungsional yang ada di dalam game berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan pengujian kedua berkaitan dengan Game Balancing

untuk memastikan bahwa game yang dibuat memenuhi kriteria menghibur dan menantang pemain. Kedua pengujian ini dilakukan secara simultan dengan memainkan game.

Sebelum pengujian dimulai, Game Tester

bertanggung jawab untuk membuat checklist yang berkaitan dengan pengujian game dimana jika semua

checklist terpenuhi, pengembangan dapat berlanjut ke tahap beta. Sedangkan jika semua checklist tidak terpenuhi, maka pengembangan akan kembali ke tahap sebelumnya. Selain menyiapkan checklist, Game Tester juga harus menyiapkan banyak skenario ujicoba untuk memastikan bahwa setiap poin yang ada dalam checklist dapat teruji. Luaran dari tahapan pengujian ini adalah laporan tentang

bug, rekomendasi untuk perubahan fitur yang ada pada game, serta keputusan tentang apakah pengembangan akan berlanjut ke tahap beta ataukah kembali ke siklus sebelumnya.

2.5 Pengujian Beta

Dalam GDLC yang diajukan Ramadan – Widyani, tahapan pengujian beta mengacu pada pengujian yang dilakukan oleh pihak eksternal. Jenis pengujian yang harus diselesaikan pada tahapan ini sama dengan jenis pengujian pada tahapan sebelumnya. Adapun luaran dari tahapan pengujian beta adalah laporan bug, keputusan apakah game akan diluncurkan atau pengembangan akan kembali ke tahap selanjutnya,serta umpan balik berkaitan dengan game dari responden yang ditunjuk untuk menjadi penguji.

2.6 Peluncuran

Tahapan terakhir dari GDLC yang diajukan oleh Ramadan – Widyani adalah peluncuran, Selain peluncuran produk game ke konsumen yang ada di pasar, tahapan ini juga mencakup penyelesaian dokumentasi, perencanaan pemeliharaan game serta perencanaan pengembangan game pada siklus selanjutnya.

3. Elemen-elemen yang Dibutuhkan dalam GDD

Berdasarkan penjelasan yang ada pada sub bab sebelumnya, kita mendapatkan gambaran menyeluruh tentang proses pengembangan sebuah game mulai dari brainstroming ide di tahapan inisialisasi hingga peluncuran game pada tahapan terakhir dalam GDLC.

Proses pengembangan sebuah gameyang digambarkan dalam GDLC melibatkan banyak sumber daya dengan peranan yang berbeda-beda. Namun dalam melaksanakan pekerjaan, mereka harus mengacu pada satu dokumen yang sama yaitu GDD.

Oleh karena itu, untuk menentukan elemen-elemen apa saja yang dibutuhkan dalam membuat GDD, kita perlu mengidentifikasi tiga hal yaitu: (1) Pihak mana saja yang terlibat dalam proses pengembangan game; (2) Bagaimana peran masing-masing pihak dalam mengembangkan game; serta (3) Informasi apa saja yang dibutuhkan oleh masing-masing pihak untuk menjalankan perannya dengan baik.

Pihak yang terlibat dalam pengembangan game antara lain: (1) Game Designer; (2) Software engineer; (3) Game Artist; (4) Sound Engineer; dan (5) Game Tester. Game Designer adalah pihak yang bertanggung jawab dalam mendesain game dan menyusun informasi tentang game yang akan dikembangkan ke dalam sebuah GDD.

Software engineeradalah istilah yang mengacu pada tim yang bertanggung jawab untuk mengembangkan game dari sisi perangkat lunak. Sebagian orang menyebut software engineer dengan sebutan programmer meskipun sebenarnya pekerjaan software engineer dalam pengembangan game bukan sekedar menulis kode program.

Software engineer,selain bertugas menulis kode program, juga bertanggung jawab dalam merancang arsitektur perangkat lunak, merancang skema basis data dan alur pertukaran informasi serta menentukan algoritma jika game yang dikembangkan membutuhkan sentuhan kecerdasan buatan. Dalam menjalankan pekerjaannya, software engineer

membutuhkan informasi sebagai berikut: (1) Mekanika gamepada game yang akan dikembangkan; (2) Tata cara memainkan game; (3) Piranti yang digunakan sebagai antarmuka antara game dan pemain; (4) Karakter yang ada di dalam game beserta atribut dan behavior yang berkaitan dengan karakter tersebut; (5) Platform dari game yang akan dibuat; serta (6) Menu pengaturan yang berhubungan dengan game.

Game artist adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anggota tim pengembangan game yang bertanggung jawab untuk hal-hal yang berkaitan dengan tampilan visual game. Game artist bertugas untuk merancang tampilan environment, tampilan karakter dan atributnya, serta efek visual yang ada pada game. Untuk mengerjakan tugasnya, game

(5)

I-69

artist membutuhkan informasi sebagai berikut: (1)Suasana environment pada game (2) Karakter yang ada di dalam game beserta atribut yang berhubungan dengan karakter tersebut; (3) Menu pengaturan yang berhubungan dengan game; serta (4) Special request yang berkaitan dengan tampilan visual game.

Sound Engineer adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anggota tim pengembangan game yang bertanggung jawab dengan pengaturan musik dan sound effect yang ada di dalam game. Untuk mengerjakan tugasnya dengan baik, sound engineer

membutuhkan informasi sebagai berikut: (1) Suasana environment pada game; (2) Karakter yang ada di dalam game beserta atribut yang berhubungan dengan karakter tersebut; serta (5) Special request

yang berkaitan dengan pengaturan musik dan sound effect pada game.

Pihak terakhir yang terlibat dalam pengembangan game adalah Game Tester. Game Tester bertanggung jawab dalam fase pengujian. Peran Game Tester adalah menyusun checklist

kriteria kualitas game dalam pengujian, menyusun skenario pengujian sekaligus melakukan pengujian itu sendiri. Adapun informasi yang dibutuhkan oleh

Game Tester adalah: (1) Game mechanics yang ada pada game; (2) Alur cerita game; (3) Desain level pada game; (4) Cara memainkan game; serta (4) Piranti yang menjadi antarmuka antara game dengan pemain.

Informasi yang dibutuhkan oleh anggota pengembang game yang dipaparkan pada paragraf sebelumnya jika kita ringkas menjadi item wajib ada dalam GDD adalah sebagai berikut:

Deskripsi Game

Isi dari deskripsi game meliputi platform tempat game dibuat, cerita yang ada di dalam game, aturan bermain, serta desain level. Informasi yang ada dalam deskripsi game dapat digunakan untuk merancang environment, merancang sound effect

dan tata musik yang sesuai, serta merancang arsitektur perangkat lunak yang dibutuhkan untuk membangun game.

Panduan bermain dalam game

Isi dari panduan bermain game meliputi: (1) Piranti yang menjadi antarmuka antara pemain dan game; serta (2) Bagaimana cara menggunakan piranti tersebut untuk memainkan game. Informasi ini berguna bagi software engineer dalam menulis kode yang berkaitan dengan antarmuka antara pemain dan game. Terkadang, panduan bermain ini juga berguna bagi game artist dan sound engineer

untuk merancang tampilan visual dan sound effect

yang berkaitan dengan langkah-langkah yang dibuat pemain dalam game.

Karakter beserta atribut dan behaviour yang berhubungan dengan karakter tersebut

Informasi tentang karakter apabila digabungkan dengan deskripsi game akan

menghasilkan gambaran tentang ciri visual yang harus dimiliki oleh setiap karakter. Informasi ini sangat dibutuhkan oleh game artistuntuk merancang tampilan visual karakter.

Anggota pengembang lain yang juga membutuhkan informasi tentang karakter adalah

software engineer. Software Engineer bertanggung jawab untuk mengerjakan program yang berkaitan dengan karakter, atribut sekaligus behavior yang dimiliki oleh karakter.

Requestkusus

Request spesialini dapat dijabarkan lagi menjadi: (1) Request khusus untuk visual; (2)Request khusus untuk sound effect dan penataan musik; (3) Request khusus untuk teknologi yang digunakan dalam pengembangan game; serta (4)

Request khusus berkaitan dengan menu pendukung pada game.

Jika lebih diringkas lagi menjadi outline GDD, maka outline GDD yang diusulkan dalam makalah ini antara lain:

 Deskripsi Game

o Platform yang digunakan untuk

membangun game.

o Cerita yang ada di dalam game o Desain level

o Aturan Bermain  Panduan bermain game

o Piranti yang menjadi antarmuka

antara pengguna dengan game

o Cara menggunakan piranti untuk

mengendalikan karakter dalam game

 Karakter yang ada di dalam game beserta penjelasan tentang atribut dan behaviour yang dimiliki.

 Requestkhusus untuk game (opsional).

o Request khusus berkaitan dengan

visual

o Request khusus berkaitan dengan

musik dan sound effect.

o Request khusus berkaitan dengan

teknologi pengembangan game

o Request khusus tentang menu

pendukung pada game.

Sebagian GDD memasukkan rancangan arsitektur, rancangan database hingga rancangan kelas. Dalam makalah ini, elemen-elemen tersebut tidak dimasukkan ke dalam elemen wajib GDD karena item-item tersebut berhubungan erat dengan

software engineer.

GDD adalah dokumen yang digunakan untuk berkomunikasi dengan semua pihak sehingga GDD semestinya tidak memuat hal-hal khusus yang hanya dibutuhkan oleh pihak-pihak tertentu.

(6)

I-70

4. Penutup

Elemen-elemen penyusun GDD yang diusulkan dalam makalah ini disusun berdasarkan study literature dan wawancara terhadap responden pengembang game lokal. Bagaimanapun, hal-hal yang dipaparkan dalam makalah ini masih bersifat umum dan berlaku untuk semua game secara general.

Penelitian di bidang ini masih membuka peluang untuk merancang GDD yang lebih dinamis dengan mempertimbangkan genre game, rencana monetisasi serta perubahan konsep game yang dilakukan setelah fase praproduksi.

Hasil penelitian yang ada dalam makalah ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk membuat GDD yang ringkas dan lengkap. Selain itu, hasil penelitian ini juga menjadi awalan pembuatan GDD berbasis online yang dalam pengembangannya kelak dapat diintegrasikan dengan sistem dokumentasi dan

manajemen projek yang dapat mendukung kelancaran setiap proses yang ada dalam GDLC.

Daftar Pustaka:

Mahardy, Danny. (2016):Industri Game Indonesia hasilkan Rp 4.45 Triliun di 2015. Diunduh dari: https://www.techno.id/tech-news/industri- game-indonesia-hasilkan-rp445-triliun-di-2015-160105w.html ( diunduh pada 30 April 2017)

Mahmood, Yasmin. (2017):South East Asia Game Industry Initiative. Kuala Lumpur: Multimedia Development Corporation.

Kanode, CM. & Haddad, MH. (2009): Software Engineering Challenge in Game Development.

Proceeding of 6th International Conference on Information Technology.

Ramadan, R. & Widyani, Y. (2013). Game Development Life Cycle Guideliners. Jakarta: Proceeding of 5thInternational Conference on Advanced Computer Science and Information System (ICASIS)

Aleem, Saiqa., Capretz, LF. & Ahmed, Faheem. (2016): A Digital Game Maturity Model.

Entertainment Computing 17 hal 55-73. H. M. Chandler. (2010): Game Production

Handbook (Book style), Sudbury: Jones and Bartletts Publishers.

Referensi

Dokumen terkait