TEKNIK
PEMERIKSAAN
C U R I C U L U M V I T A E
Nama :
dr. Tutut Sriwiludjeng, Sp
THT
Alamat :
Jl. Jambangan Kebon Agung Asri I / 19 Surabaya
Riwayat Pendidikan:
Aurikulum
Meatus akustikus eksternus (MAE)
BAGIAN BERTULANG RAWAN Heliks dan Anti Heliks
Tragus dan Anti Tragus
Konka
Sulkus Retroaurikuler
MEATUS AKUSTIKUS EKSTERNUS
MAE berbentuk tabung dan terdiri dari 2 bagian:
Bagian 1/3 luar adalah pars kartilagenus:
Merupakan kelanjutan dari aurikulum
Mempunyai rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumenalis
Kulit merekat erat dengan perikondrium
Bagian 2/3 dalam adalah pars osseus:
Merupakan bagian dari os temporale
Tidak berambut
Ada penyempitan yaitu istmus MAE
MEMBRANA TIMPANI
Posisi
-Membentuk sudut 45’ dengan bidang horisontal dan sagital
-Tepi bawah terletak 6 mm lebih medial daripada tepi atas
-Pada bayi < 1 tahun letaknya lebih horisontal dan frontal
Warna
-Putih mengkilat seperti mutiara
Ukuran
-Tinggi 9 - 10 mm, lebar 8 - 9 mm
Bentuk
-Oval yang condong ke anterior
Bagian -Pars Tensa
A. Cara Memakai Lampu Kepala:
Pasang lampu kepala, sehingga tabung lampu berada di antara kedua mata
Letakkan telapak tangan kanan pada jarak 30 cm di depan mata kanan
Mata kiri ditutup
Proyeksi tabung harus tampak terletak medial dari proyeksi cahaya dan saling bersinggungan
Diameter proyeksi cahaya kurang lebih 1 cm
B. Cara Duduk:
Penderita duduk di depan pemeriksa
Lutut kiri pemeriksa berdempetan dengan lutut kiri
penderita
Kepala dipegang dengan ujung jari
Waktu memriksa telinga yang kontra lateral, hanya
posisi kepala penderita yang diubah
Kaki, lutut pemeriksa dan penderita tetap pada
C. Cara Memegang Telinga:
Kanan
Aurikulum dipegang dengan jari I dan II, sedangkan jari III, IV, V pada planum mastoid
Aurikulum ditarik ke arah posterosuperior untuk meluruskan MAE
Kiri
Aurikulum dipegang dengan jari I dan II, sedangkan jari III, IV, V di depan aurikulum
D. Cara Memegang Otoskop:
Pilih spekulum telinga yang sesuai dengan lumen MAE Nyalakan lampu otoskop
E. Cara Memilin Kapas:
Ambil sedikit kapas, letakkan pada pemilin kapas
dengan ujung pemilin berada di dalam tepi kapas
Pilin perlahan searah jarum jam
Untuk melepasnya, ambil sedikit kapas, putar
PEMERIKSAAN HIDUNG DAN
SINUS PARANASALIS
• Jenis pemeriksaan hidung dan sinus paranasalis terdiri atas:
1. Pemeriksaan dari luar 2. Rinoskopi anterior 3. Rinoskopi posterior
4. Transluminasi –Diapanoscopia 5. X-foto
6. Pungsi percobaan 7. Biopsi
Pemeriksaan dari luar
A. Inspeksi
, perhatikan:• Kerangka Dorsum nasi:
lebar (polip)
Miring (fraktur) Saddle nose ( lues)
Lorgnet nose (abses septum nasi)
• Luka-luka, warna, odem (kulit ujung hidung jadi mengkilat) ,ulkus naso-labial.
B. Palpasi
, perhatikan:• Dorsum nasi: krepitasi, deformitas (tanda fraktur os nasalis)
Menekan lantai sinus frontalis, dengan ibujari ke
arah medio-superior ,dengan tenaga yang optimal dan simetris (tenaga kiri= kanan)
Menekan dinding muka sinus frontalis, dengan ibu jari ke arah medial dengan tenaga yang optimal dan simetris , pada tempat yang simetris dan tidak boleh pada foramen suopraorbitalis sebab disana ada N.supraorbitalis.
Nilai seperti diatas
• Fossa kanina ( untuk sinus maxilaris): Syarat- syarat
seperti diatas , tetapi jangan ditekan pada foramen infra-orbitalis sebab ada N. Infra-infra-orbitalis.
C. Perkusi:
Bila palpasi menimbulkan reaksi yang hebat maka dapat
dilakukan dengan perkusi.
RINOSKOPI ANTERIOR
1. Alat:
a. Spekulum hidung hartman
b. Pinset (angulair)- bayonet (Lucae) c. Aplikator
d. Pipa penghisap
2. Cara pemakaian spekulum
Memegang spekulum dengan tangan kiri, posisi spekulum
Memasukkan spekulum
Mulut spekulum dalam keadaan tertutup,
masukkan spekulum kedalam kavum nasi dan mulut spekulum dibuka pelan- pelan
Mengeluarkan spekulum
Mulut spekulum ditutup 90%, baru dikeluarkan.
3. Tahap- tahap pemeriksaan:
a. Memeriksa Vestibulum Nasi
b. Memeriksa Kavum Nasi Bagian Bawah
c. Memeriksa Fenomena Palatum Mole
d. Memeriksa Kavum Nasi Bagian Atas
a. Memeriksa Vestibulum Nasi
Pemeriksaan pendahuluan, yang dilihat :
Bibir atas : maserasi ( terutama anak – anak ) Pinggir – pinggir lubang hidung : kruste, merah
Posisi septum nasi : dorong ujung hidung ke atas dengan ibu
jari
Pemeriksaan dengan spekulum
Bagian vestibulum sisi lateral dengan mendorong spekulum ke
lateral, medial dengan mendorong ke medial, superior dengan mendorong ke atas, inferior dengan mendorong ke bawah
Yang di lihat : apakah ada sekret, krusta, bisul – bisul,
b.
Memeriksa Kavum Nasi Bagian Bawah
Arahkan cahaya lampu ke kavum nasi
sehingga sejajar dengan konka inferior, perhatikan :
warna mukosa dan konka inferior hiperemi, anemi,
biru
besarnya lumen kavum nasi
dasar kavum nasi
c. Memeriksa Fenomena Palatum Mole
Cahaya lampu di arahkan ke dinding belakang
nasofaring.
Normal nasofaring kelihatan sangat terang karena
cahaya lampu tegak lurus pada dinding belakang nasofaring.
Kemudian penderita disuruh mengucapkan huruf
“iiii”.
Positif jika, pada saat mengucapkan “iiii” palatum
Benda yang gelap karena cahaya tidak tegak lurus pada
palatum mole.
Selesai mengucapkan huruf “iiii” palatum mole bergerak
kebawah dan tampak benda gelap menghilang ke arah bawah atau dinding belakang yang gelap jadi terang kembali.
Fenomena palatum mole negatif bila waktu mengucapkan
huruf “iiii”, palatum mole tidak bergerak ke atas, nasofaring tetap terang.
Fenomena palatum mole negatif pada :
paralisa dari palatum mole (post difteri)
spasme dari palatum mole (abses peritonsil)
sikatrik ( pasca ATE dengan sluder, arkus anterior ikut
terambil)
tumor dalam nasofaring, misalnya karsinoma nasofaring,
d. Memeriksa Kavum Nasi Bagian Atas
Arahkan cahaya lampu diarahkan ke kavum nasi bagian
atas ( kepala ditengadahkan )
Perhatikan :
kaput dari konka media meatus medius: pus, polip
septum bagian atas: mukosa, posisi (deviasi sampai menekan
konka media)
fissura olfaktoria
e. Memeriksa Septum Nasi ( Seluruhnya )
PEMERIKSAAN
RINOSKOPIA
TUJUAN PEMERIKSAAN
•
Menyinari koane dan
dinding-dinding nasofaring dengan
Syarat yang harus dipenuhi:
• Harus ada tempat yang cukup luas buat
menempatkan kaca untuk itu lidah di dalam mulut dan ditekan ke bawah dengan spatula.
• Harus ada jalan yang lebar antara uvula dan faring agar cahaya yang dipantulkan oleh cermin, dapat masuk ke dalam nasofaring.
Untuk keperluan itu penderita harus bernapas dari
Alat-alat
• Cermin yang kecil
• Spatula penekan lidah • Lampu spiritus
Teknik
• Penderita yang sangat sensitif, faring
diberikan Xylocain 10%, selama 5 menit. Spatula dipegang dengan tangan kiri,
cermin dengan tangan kanan.
• Punggung cermin dipanasi dengan lampu
spiritus sampai suhunya sedikit diatas 37 derajat C. Temperatur dicek dengan
• Mulut dibuka lebar, lidah ditarik
kedalam mulut, penderita bernafas lewat hidung.
• Ujung spatula diletakkan paramedian
kanan depan uvula, lidah ditekan kebawah.
• Masukkan cermin antara faring dan
Posterior Rhinoscopy
Mirror Examination
Nasal turbinates Sup. Middle &Infer
Tahap-tahap pemeriksaan:
• Tahap 1 : Pemeriksaan septum nasi
(margo posterior), koane dan tuba kanan
• Tahap 2 : Pemeriksaan septum nasi
(margo posterior), koane dan tuba kiri
• Tahap 3 : Memeriksa atap nasofaring • Tahap 4 : Memeriksa kauda konka
Rinoskopia posterior untuk
melihat koane
1. Meatus superior
2. Meatus medius 3. Meatus inferior 4. Koana
Rinoskopia posterior untuk melihat ostium tuba
1. Lipatan
anterior dari ostium tuba 2. Ostium tuba 3. Fosa
Rosenmuller 4. Lipatan
Tahap 1 :
Memeriksa bagian kanan
penderita.
Cermin letaknya para median, maka kelihatan kauda konka media kanan.
Putar tangkai cermin ke medial sehingga kelihatan margo posterior septum nasi di tengah-tengah
cermin.
Putar tangkai cermin ke kanan sehingga kelihatan konka. Konka yang paling besar ialah kauda dari konka inferior.
Tahap 2:
Memeriksa bagian
kiri
Putar tangkai cermin ke medial, hingga tampak margo posterior dari septum
nasi.
Putar terus tangkai cermin ke kiri
Tahap 3:
Memeriksa atap
nasofaring
Tangkai cermin mulai diputar kembali ke medial sehingga pada cermin
kelihatan kembali margo posterior septum nasi.
Sesudah itu tangkai cermin
Tahap 4:
Memeriksa kauda
konka inferior
Tangkai cermin direndahkan, atau cermin
dinaikkan. Biasanya kauda konka inferior tak dapat dilihat. Dapat dilihat bila konka inferior hipertrof, bentuk nya seperti murbei
(berdungkul-dungkul), udem. Perhatikan:
•Radang : pus pada meatus medius dan
meatus superior adenoiditis, ulkus pada dinding-dinding nasofaring (tbc)
TRANSLUMINASI
( Diaphanoscopia)
Adalah pemeriksaan penerawangan sinus maksilaris dan sinus frontalis yang dilakukan dikamar gelap, denganmemakai lampu bertangkai panjang (Heyman) berkekuatan 6 volt
Cara melakukan:
• Sinus Frontalis:
– lampu ditekankan pada lantai sinus frontalis
– lampu ditekankan ke arah media-superior
–cahaya yang memancar ke depan, ditutup dengan tangan kiri
Sinus maksilaris
Cara 1:
– mulut dibuka lebar-lebar
–lampu ditekankan pada margo inferior orbita kearah inferior
–cahaya yang memancar ke depan, ditutup dengan tangan kiri
Hasilnya:
Cara 2:
–
mulut dibuka
–
kedalam mulut dimasukkan lampu yang
telah diselubungi tabung gelas
–
mulut ditutup rapat-rapat
• Hasilnya:
– pada sinus maksilaris normal, pada daerah dinding depan dibawah orbita terlihat bayangan terang berbentuk seperti bulan sabit.
• Penilaian:
– Pemeriksaan hanya mempunyai nilai bila ada perbedaan antara kiri dan kanan.
– Bila kedua sinus terang, kemungkinannya:
pada pria -> sinus normal
pada wanita -> sinus normal/keduanya berisi cairan (karena tulang tipis)
– Bila sama gelap, kemungkinannya:
PUNGSI PERCOBAAN
Hanya untuk sinus maksilaris, menggunakan alat pungsi yang disebut troicart dan dilakukan melalui meatus inferior. Bila keluar nanah atau sekret
X- FOTO RONTGEN
Posisi untuk menilai sinus maksilaris yang baik ialah posisi water.
BIOPSI
Pada sinus maksilaris dapat dilakukan:
Pemeriksaan Mulut
Inspeksi, perhatikan :
• Ptialismus, Trismus
• Gerakan bibir dan sudut mulut (N. VII) • Mukosa dan gingiva, misalkan ada ulkus • Gigi atau geraham rusak yang dapat
menimbulkan sinusitis maksilaris (caries gigi P1, P2, M1, M2, M3 atas) atau
Pemeriksaan Mulut
• Lidah : Parese N. XII, atrof, aftae,
tumor malignan
• Palatum durum (torus palatinus),
Pemeriksaan Mulut
• Palpasi
Jangan dilupakan bila ada ulkus pada lidah (karsinoma)
• Perkusi
Pemeriksaan Tonsil dan
Faring
• Mulut dibuka lebar-lebar, lidah ditarik
ke dalam, dilunakkan, lidah ditekan ke bawah, di bagian medial.
• Penderita disuruh bernapas :
– Tak boleh menahan napas – Tak boleh napas keras-keras
– Tak boleh ekspirasi atau mengucap “ch”
Pemeriksaan Tonsil dan
Faring
A. Memeriksa besar tonsil
Besar tonsil ditentukan sebagai berikut :
T0 : Tonsil telah diangkat
T1 : Bila besarnya ¼ jarak arkus
anterior dan uvula atau tonsil masih berada dalam fossa
Pemeriksaan Tonsil dan
Faring
T2 : Bila besarnya 2/4 jarak arkus anterior dan uvula
T3 : Bila besarnya ¾ jarak arkus anterior dan uvula
Pemeriksaan Tonsil dan
Faring
B. Memeriksa mobilitas tonsil Digunakan 2 spatula
Spatula 1 : diletakkan di atas lidah (paramedian)
Spatula 2 : posisi ujungnya vertikal menekan jaringan
peritonsil, sedikit lateral dari arkus anterior,
Pemeriksaan Tonsil dan
Faring
C. Memeriksa patologi dari tonsil dan Palatum Mole
– Perhatikan anatominya – Perhatikan patologinya
Tonsilitis akut : semua merah,
titik-titik putih pada tonsil
Pemeriksaan Tonsil dan
Faring
Aftae : Ditekan sakit
Abses peritonsil : * ismus fausium kecil, * tonsil terdesak ke
medial
* sekitar tonsil merah
dan oedem
Pemeriksaan Tonsil dan
Faring
Difteri : pseudo membran warna kotor, hemoragis,
ada
yang di luar batas tonsil
Pemeriksaan Tonsil dan
Faring
Radang spesifk : Tuberkulosa
Tumor benigna : keras, tonsil fksasi Sikatrik : akibat tonsilektomi,
insisi abses peritonsil
Pemeriksaan Tonsil dan
Faring
D. Memeriksa patologi faring
• Faringitis akut --> semua merah
• Faringitis Kronik --> hanya granulae
merah
• Aftae, difteri, ulkus siflis, sikatriks,
Pemeriksaan Tonsil dan
Faring
E. Memeriksa paresis/paralisis palatum mole
• Normal
– Waktu istirahat
• Uvula menunjuk ke bawah
• Konkavitas palatum mole simetris
– Ucapkan “aa,ee”
Pemeriksaan Tonsil dan
Faring
•
Paresis bilateral
–
Waktu istirahat
•
Seperti normaal
–
Ucapkan “aa,ee”
•
Seperti normal
•
Mungkin uvula sedikit
Pemeriksaan Tonsil dan
Faring
• Paresis unilateral – Waktu istirahat
• Seperti normal
– Ucapkan “aa,ee”
• Palatum mole terangkat ke arah yang sehat,
uvula miring, menunjuk ke arah sehat, konkavitas, tak simetris
Pemeriksaan Tonsil dan
Faring
F. Memeriksa Paresis Faring • Normal
– Bila disentuh sensitif, dijumpai refeks muntah
• Paresis bilateral
– Dijumpai tumpukan air ludah dan bila disentuh
tidak sensitif dan refek muntah hilang
• Paresis Unilateral
– Bila disentuh muncul gerakan yang bergerak
Pemeriksaan
Pemeriksaan laring terdiri
atas :
• Pemeriksaan dari luar dengan inspeksi
dan palpasi
• Laringoskopia indirekta dengan cermin
laring
• Laringoskopia direkta dengan
laringoskop kaku, laringoskop fber optik atau mikroskop
Inspeksi :
• Diperhatikan warna dan keutuhan
kulit, serta benjolan yang ada pada daerah leher disekitar laring. Suatu benjolan yang mengikuti gerakan laring adalah struma dan kista
Palpasi berguna untuk :
• Mengenal bagian – bagian dari
kerangka laring ( kartilago hyoid,
kartilago tiroid, kartilago krikoid ) dan gelang – gelang trakhea.
• Apakah ada oedem, struma, kista,
• Laring yang normal, mudah sekali
Laringosk
opi
• Maksudnya adalah melihat laring
secara tidak langsung dengan cara menempatkan cermin didalam faring dan cermin tersebut disinari oleh
Syarat – syarat :
• Harus ada jalan yang lebar buat
cahaya yang dipantulkan oleh
cermin dari faring ke laring. Untuk keperluan itu maka lidah harus
dikeluarkan, sehingga radiks linguae yang menutup jalan itu bergerak
• Harus ada tempat yang luas buat
cermin dan cemin tidak boleh ditutup oleh uvula. Untuk keperluan itu
penderita disuruh bernafas dari mulut, Dengan demikian uvula
Alat – Alat :
•
Cermin laringoskop yang
besar
•
Lampu spiritus
•
Larutan Xylocain 10% buat
faring yang sensitif
Tahap – Tahap
Pemeriksaan :
•
Memeriksa radiks linguae,
epiglotis dan sekitarnya
•
Memeriksa lumen laring dan
rima glotidis
•
Memeriksa bagian yang
Pelaksanaan :
•
Anaestesi faring dengan Xylocain
10%. Pada umumnya anaestesi
ini tidak diperlukan, kecuali
untukfaring yang sangat sensitif.
Pemeriksaan dapat dimulai kira –
kira 10 menit setelah
•
Mulut harus dibuka lebar –
lebar, harus bernafas dari
mulut
•
Penderita diminta
Bagian lidah yang ada diluar
mulut
• Dibungkus dengan kain kasa, kita
pegang dengan tangan kiri, jari I
diatas lidah, jari III dibawah lidah dan jari II menekan pipi
• Dipegang dengan tenaga yang
optimal. Lebih keras dari itu
• Cermin dipegang dengan tangan
kanan, seperti memegang pensil arah cermin kebawah.
• Cermin dipanasi ( lebih sedikit dari
• Panas cermin dikontrol pada lengan
bawah kiri pemeriksa. Cermin
dimasukkan ke dalam faring, dan mengambil posisi dimuka uvula.
• Kalau perlu uvula didorong sedikit ke
Untuk pemeriksaan laringoskopi
indirekta,kepala penderita diatur
dalam 3 posisi
:1. Posisi tegak
2. Posisi Killian : lebih jelas untuk
melihat sekitar komisura
posterior
3. Posisi Tuerck’s : lebih jelas untuk
melihat
sekitar
Tahap 1 : radiks
lingue,epiglotis dan sekitarnya
• Kelihatan gambar dari radiks linguae,
epiglotis yang menutup introitus
laringis, plika glossoepiglotika, valekula kiri dan kanan.
• Perhatikan anatominya
• Perhatikan patologinya: udem dari
• Facies posterior tonsil pada
kesempatan ini dapat diperiksa yaitu pada awal tahap 1 atau pada akhir
tahap 3.
• Perhatikan : warna, aftae, ulkus • Untuk keperluan ini penderita
• Akibat mengucapkan huruf “iii”yang
tinggi itu, ialah laring ditarik keatas dan ke muka.
• Dalam gerakan keatas dan kemuka itu,
ikut pula serta epiglotis.
• Epiglotis yang sebelumnya menutup
introitus laringis, sekarang terbuka sehingga cahaya dapat masuk ke dalam laring dan trakea.
Tahap 2 : melihat laring dan
sekitarnya
Perhatikan anatomi laring, berupa :
- Epiglotis dan pinggirnya. - Aritenoid kiri dan kanan.
- Plika ari-epiglotika kiri dan kanan - Sinus piriformis kiri dan kanan
-
Plika ventrikularis kiri dan
kanan
- Komisura anterior dan
posterior
Perhatikan patologi-
anatominya
• Radang :
- Laringitis akut(semua merah)
- Laringitis kronis(sedikit merah atau yang merah hanya korda
Ulkus :
• Laringitis TBC berupa erosi ulkus
pada komisura posterior dan erosi ulkus pada korda vokalis.
• Epiglotis berupa udem, infltrat,
ulkus.
Udem : radang, alergi, tumor. Cairan :
• Sputum hemoragis dijumpai pada TBC, keganasan.
• Tumpukan saliva di sinus pyriformis
Tumor :
•
Perhatikan gerakan dari
korda vokalis kiri – dan
kanan normal, simetris,
tidak
Kausa paralisa,antara lain:
Kelainan saraf otak
• Di leher : Tumor colli,operasi
struma
• Dalam thoraks : Karsinoma paru, TB
Jantung :
• Corbivinum, perikarditis, mitral
insufsiensi,stenosis
• Nefritis, diabetes
Fiksasi dari aritenoid :
Tahap 3 : melihat trakea
• Biasanya korda vokalis hanya dapat
dilihat dalam stadium fonasi
• Dalam stadium respirasi lumen laring
tertutup oleh epiglotis, sehingga
mukosa trakea hanya dapat waktu
•
Perhatikan : anatomi,
patologi mukosa, warna
mukosa, sekret regio
Maksudnya adalah
•
Melihat laring secara
langsung tanpa cermin
tetapi dengan perantaraan
alat yang disebut
Laringoskop yang
digunakan
a. Laringoskop kaku,yaitu :
•
Endoskop model Brunings,
jackson, Mc.intosh, Mc.Gill
•
Sumber cahaya : Brunings
Teknik
• Penderita ditidurkan terlentang diatas
meja periksa
• Pemeriksaan baru dapat dimulai kira -
kira 10 menit setelah ke dalam faring dan laring diseprotkan Xylocain 10% ( + 10 semprot)
• Pipa Laringoskop dimasukkan sampai
introitus laringis
• Memperhatikan gambar laring seperti
b. Laringoskop fber optic
c. Mikrolaringoskop dengan memakai mikroskop
perhatikan :
• Penderita berbaring, posisi kepala di
depan pemeriksa
• Bagian kanan penderita adalah juga
Pada umumnya baru teraba apabila ada pembesaran >1cm
Palpasi dilakukan dengan:
1.Posisi pemeriksa berada di belakang penderita
2.Dilakukan secara sistematis/berurutan mulai dari submental berlanjut ke arah angulus
mandibula, sepanjang muskulus
sternocleidomastoid, clavicula dan di teruskan saraf assesorius
Indikasi
• Fraktur laring
• Karsinoma laring:
– Untuk melihat pasage yang masih ada – Untuk melihat luasnya tumor
• Macam pemeriksaan:
– Foto leher PA/lateral soft tissue
– Laringogram dengan menggunakan kontras