• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK PEMERIKSAAN THT Lengkap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TEKNIK PEMERIKSAAN THT Lengkap"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK

PEMERIKSAAN

(2)

C U R I C U L U M V I T A E

Nama :

dr. Tutut Sriwiludjeng, Sp

THT

Alamat :

Jl. Jambangan Kebon Agung Asri I / 19 Surabaya

Riwayat Pendidikan:

(3)
(4)

Aurikulum

Meatus akustikus eksternus (MAE)

(5)
(6)

BAGIAN BERTULANG RAWAN  Heliks dan Anti Heliks

 Tragus dan Anti Tragus

 Konka

 Sulkus Retroaurikuler

(7)
(8)

MEATUS AKUSTIKUS EKSTERNUS

MAE berbentuk tabung dan terdiri dari 2 bagian:

Bagian 1/3 luar adalah pars kartilagenus:

Merupakan kelanjutan dari aurikulum

Mempunyai rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumenalis

Kulit merekat erat dengan perikondrium

Bagian 2/3 dalam adalah pars osseus:

Merupakan bagian dari os temporale

Tidak berambut

Ada penyempitan yaitu istmus MAE

(9)

MEMBRANA TIMPANI

Posisi

-Membentuk sudut 45’ dengan bidang horisontal dan sagital

-Tepi bawah terletak 6 mm lebih medial daripada tepi atas

-Pada bayi < 1 tahun letaknya lebih horisontal dan frontal

Warna

-Putih mengkilat seperti mutiara

Ukuran

-Tinggi 9 - 10 mm, lebar 8 - 9 mm

Bentuk

-Oval yang condong ke anterior

Bagian -Pars Tensa

(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)

A. Cara Memakai Lampu Kepala:

 Pasang lampu kepala, sehingga tabung lampu berada di antara kedua mata

 Letakkan telapak tangan kanan pada jarak 30 cm di depan mata kanan

 Mata kiri ditutup

 Proyeksi tabung harus tampak terletak medial dari proyeksi cahaya dan saling bersinggungan

 Diameter proyeksi cahaya kurang lebih 1 cm

(22)

B. Cara Duduk:

Penderita duduk di depan pemeriksa

Lutut kiri pemeriksa berdempetan dengan lutut kiri

penderita

Kepala dipegang dengan ujung jari

Waktu memriksa telinga yang kontra lateral, hanya

posisi kepala penderita yang diubah

Kaki, lutut pemeriksa dan penderita tetap pada

(23)
(24)

C. Cara Memegang Telinga:

Kanan

Aurikulum dipegang dengan jari I dan II, sedangkan jari III, IV, V pada planum mastoid

Aurikulum ditarik ke arah posterosuperior untuk meluruskan MAE

Kiri

Aurikulum dipegang dengan jari I dan II, sedangkan jari III, IV, V di depan aurikulum

(25)

D. Cara Memegang Otoskop:

Pilih spekulum telinga yang sesuai dengan lumen MAE Nyalakan lampu otoskop

(26)

E. Cara Memilin Kapas:

Ambil sedikit kapas, letakkan pada pemilin kapas

dengan ujung pemilin berada di dalam tepi kapas

Pilin perlahan searah jarum jam

Untuk melepasnya, ambil sedikit kapas, putar

(27)
(28)

PEMERIKSAAN HIDUNG DAN

SINUS PARANASALIS

Jenis pemeriksaan hidung dan sinus paranasalis terdiri atas:

1. Pemeriksaan dari luar 2. Rinoskopi anterior 3. Rinoskopi posterior

4. Transluminasi –Diapanoscopia 5. X-foto

6. Pungsi percobaan 7. Biopsi

(29)

Pemeriksaan dari luar

A. Inspeksi

, perhatikan:

• Kerangka Dorsum nasi:

 lebar (polip)

Miring (fraktur)  Saddle nose ( lues)

 Lorgnet nose (abses septum nasi)

Luka-luka, warna, odem (kulit ujung hidung jadi mengkilat) ,ulkus naso-labial.

(30)

B. Palpasi

, perhatikan:

• Dorsum nasi: krepitasi, deformitas (tanda fraktur os nasalis)

(31)

Menekan lantai sinus frontalis, dengan ibujari ke

arah medio-superior ,dengan tenaga yang optimal dan simetris (tenaga kiri= kanan)

(32)

 Menekan dinding muka sinus frontalis, dengan ibu jari ke arah medial dengan tenaga yang optimal dan simetris , pada tempat yang simetris dan tidak boleh pada foramen suopraorbitalis sebab disana ada N.supraorbitalis.

 Nilai seperti diatas

(33)

Fossa kanina ( untuk sinus maxilaris): Syarat- syarat

seperti diatas , tetapi jangan ditekan pada foramen infra-orbitalis sebab ada N. Infra-infra-orbitalis.

C. Perkusi:

Bila palpasi menimbulkan reaksi yang hebat maka dapat

dilakukan dengan perkusi.

(34)

RINOSKOPI ANTERIOR

1. Alat:

a. Spekulum hidung hartman

b. Pinset (angulair)- bayonet (Lucae) c. Aplikator

d. Pipa penghisap

(35)
(36)

2. Cara pemakaian spekulum

Memegang spekulum dengan tangan kiri, posisi spekulum

(37)

Memasukkan spekulum

Mulut spekulum dalam keadaan tertutup,

masukkan spekulum kedalam kavum nasi dan mulut spekulum dibuka pelan- pelan

Mengeluarkan spekulum

Mulut spekulum ditutup 90%, baru dikeluarkan.

(38)

3. Tahap- tahap pemeriksaan:

a. Memeriksa Vestibulum Nasi

b. Memeriksa Kavum Nasi Bagian Bawah

c. Memeriksa Fenomena Palatum Mole

d. Memeriksa Kavum Nasi Bagian Atas

(39)

a. Memeriksa Vestibulum Nasi

 Pemeriksaan pendahuluan, yang dilihat :

 Bibir atas : maserasi ( terutama anak – anak )  Pinggir – pinggir lubang hidung : kruste, merah

 Posisi septum nasi : dorong ujung hidung ke atas dengan ibu

jari

 Pemeriksaan dengan spekulum

 Bagian vestibulum sisi lateral dengan mendorong spekulum ke

lateral, medial dengan mendorong ke medial, superior dengan mendorong ke atas, inferior dengan mendorong ke bawah

 Yang di lihat : apakah ada sekret, krusta, bisul – bisul,

(40)

b.

Memeriksa Kavum Nasi Bagian Bawah

 Arahkan cahaya lampu ke kavum nasi

sehingga sejajar dengan konka inferior, perhatikan :

 warna mukosa dan konka inferior hiperemi, anemi,

biru

 besarnya lumen kavum nasi

 dasar kavum nasi

(41)
(42)

c. Memeriksa Fenomena Palatum Mole

 Cahaya lampu di arahkan ke dinding belakang

nasofaring.

Normal nasofaring kelihatan sangat terang karena

cahaya lampu tegak lurus pada dinding belakang nasofaring.

 Kemudian penderita disuruh mengucapkan huruf

“iiii”.

 Positif jika, pada saat mengucapkan “iiii” palatum

(43)

 Benda yang gelap karena cahaya tidak tegak lurus pada

palatum mole.

 Selesai mengucapkan huruf “iiii” palatum mole bergerak

kebawah dan tampak benda gelap menghilang ke arah bawah atau dinding belakang yang gelap jadi terang kembali.

 Fenomena palatum mole negatif bila waktu mengucapkan

huruf “iiii”, palatum mole tidak bergerak ke atas, nasofaring tetap terang.

 Fenomena palatum mole negatif pada :

 paralisa dari palatum mole (post difteri)

 spasme dari palatum mole (abses peritonsil)

 sikatrik ( pasca ATE dengan sluder, arkus anterior ikut

terambil)

 tumor dalam nasofaring, misalnya karsinoma nasofaring,

(44)

d. Memeriksa Kavum Nasi Bagian Atas

 Arahkan cahaya lampu diarahkan ke kavum nasi bagian

atas ( kepala ditengadahkan )

 Perhatikan :

 kaput dari konka media  meatus medius: pus, polip

 septum bagian atas: mukosa, posisi (deviasi sampai menekan

konka media)

 fissura olfaktoria

e. Memeriksa Septum Nasi ( Seluruhnya )

(45)

PEMERIKSAAN

RINOSKOPIA

(46)

TUJUAN PEMERIKSAAN

Menyinari koane dan

dinding-dinding nasofaring dengan

(47)

Syarat yang harus dipenuhi:

• Harus ada tempat yang cukup luas buat

menempatkan kaca untuk itu lidah di dalam mulut dan ditekan ke bawah dengan spatula.

• Harus ada jalan yang lebar antara uvula dan faring agar cahaya yang dipantulkan oleh cermin, dapat masuk ke dalam nasofaring.

Untuk keperluan itu penderita harus bernapas dari

(48)

Alat-alat

Cermin yang kecil

Spatula penekan lidahLampu spiritus

(49)

Teknik

Penderita yang sangat sensitif, faring

diberikan Xylocain 10%, selama 5 menit. Spatula dipegang dengan tangan kiri,

cermin dengan tangan kanan.

Punggung cermin dipanasi dengan lampu

spiritus sampai suhunya sedikit diatas 37 derajat C. Temperatur dicek dengan

(50)

Mulut dibuka lebar, lidah ditarik

kedalam mulut, penderita bernafas lewat hidung.

Ujung spatula diletakkan paramedian

kanan depan uvula, lidah ditekan kebawah.

Masukkan cermin antara faring dan

(51)

Posterior Rhinoscopy

Mirror Examination

Nasal turbinates Sup. Middle &Infer

(52)

Tahap-tahap pemeriksaan:

Tahap 1 : Pemeriksaan septum nasi

(margo posterior), koane dan tuba kanan

Tahap 2 : Pemeriksaan septum nasi

(margo posterior), koane dan tuba kiri

Tahap 3 : Memeriksa atap nasofaringTahap 4 : Memeriksa kauda konka

(53)

Rinoskopia posterior untuk

melihat koane

1. Meatus superior

2. Meatus medius 3. Meatus inferior 4. Koana

(54)

Rinoskopia posterior untuk melihat ostium tuba

1. Lipatan

anterior dari ostium tuba 2. Ostium tuba 3. Fosa

Rosenmuller 4. Lipatan

(55)

Tahap 1 :

Memeriksa bagian kanan

penderita.

Cermin letaknya para median, maka kelihatan kauda konka media kanan.

Putar tangkai cermin ke medial sehingga kelihatan margo posterior septum nasi di tengah-tengah

cermin.

Putar tangkai cermin ke kanan sehingga kelihatan konka. Konka yang paling besar ialah kauda dari konka inferior.

(56)

Tahap 2:

Memeriksa bagian

kiri

Putar tangkai cermin ke medial, hingga tampak margo posterior dari septum

nasi.

Putar terus tangkai cermin ke kiri

(57)

Tahap 3:

Memeriksa atap

nasofaring

Tangkai cermin mulai diputar kembali ke medial sehingga pada cermin

kelihatan kembali margo posterior septum nasi.

Sesudah itu tangkai cermin

(58)
(59)

Tahap 4:

Memeriksa kauda

konka inferior

Tangkai cermin direndahkan, atau cermin

dinaikkan. Biasanya kauda konka inferior tak dapat dilihat. Dapat dilihat bila konka inferior hipertrof, bentuk nya seperti murbei

(berdungkul-dungkul), udem. Perhatikan:

Radang : pus pada meatus medius dan

meatus superior adenoiditis, ulkus pada dinding-dinding nasofaring (tbc)

(60)

TRANSLUMINASI

( Diaphanoscopia)

Adalah pemeriksaan penerawangan sinus maksilaris dan sinus frontalis yang dilakukan dikamar gelap, dengan

memakai lampu bertangkai panjang (Heyman) berkekuatan 6 volt

Cara melakukan:

Sinus Frontalis:

– lampu ditekankan pada lantai sinus frontalis

– lampu ditekankan ke arah media-superior

–cahaya yang memancar ke depan, ditutup dengan tangan kiri

(61)
(62)

Sinus maksilaris

Cara 1:

– mulut dibuka lebar-lebar

–lampu ditekankan pada margo inferior orbita kearah inferior

–cahaya yang memancar ke depan, ditutup dengan tangan kiri

Hasilnya:

(63)
(64)

Cara 2:

mulut dibuka

kedalam mulut dimasukkan lampu yang

telah diselubungi tabung gelas

mulut ditutup rapat-rapat

(65)
(66)

Hasilnya:

– pada sinus maksilaris normal, pada daerah dinding depan dibawah orbita terlihat bayangan terang berbentuk seperti bulan sabit.

Penilaian:

– Pemeriksaan hanya mempunyai nilai bila ada perbedaan antara kiri dan kanan.

– Bila kedua sinus terang, kemungkinannya:

 pada pria -> sinus normal

 pada wanita -> sinus normal/keduanya berisi cairan (karena tulang tipis)

– Bila sama gelap, kemungkinannya:

(67)

PUNGSI PERCOBAAN

Hanya untuk sinus maksilaris, menggunakan alat pungsi yang disebut troicart dan dilakukan melalui meatus inferior. Bila keluar nanah atau sekret

(68)

X- FOTO RONTGEN

Posisi untuk menilai sinus maksilaris yang baik ialah posisi water.

(69)

BIOPSI

Pada sinus maksilaris dapat dilakukan:

(70)
(71)
(72)

Pemeriksaan Mulut

Inspeksi, perhatikan :

• Ptialismus, Trismus

Gerakan bibir dan sudut mulut (N. VII)Mukosa dan gingiva, misalkan ada ulkus • Gigi atau geraham rusak yang dapat

menimbulkan sinusitis maksilaris (caries gigi P1, P2, M1, M2, M3 atas) atau

(73)

Pemeriksaan Mulut

Lidah : Parese N. XII, atrof, aftae,

tumor malignan

Palatum durum (torus palatinus),

(74)

Pemeriksaan Mulut

Palpasi

Jangan dilupakan bila ada ulkus pada lidah (karsinoma)

Perkusi

(75)

Pemeriksaan Tonsil dan

Faring

Mulut dibuka lebar-lebar, lidah ditarik

ke dalam, dilunakkan, lidah ditekan ke bawah, di bagian medial.

• Penderita disuruh bernapas :

Tak boleh menahan napas – Tak boleh napas keras-keras

– Tak boleh ekspirasi atau mengucap “ch”

(76)

Pemeriksaan Tonsil dan

Faring

A. Memeriksa besar tonsil

Besar tonsil ditentukan sebagai berikut :

T0 : Tonsil telah diangkat

T1 : Bila besarnya ¼ jarak arkus

anterior dan uvula atau tonsil masih berada dalam fossa

(77)

Pemeriksaan Tonsil dan

Faring

T2 : Bila besarnya 2/4 jarak arkus anterior dan uvula

T3 : Bila besarnya ¾ jarak arkus anterior dan uvula

(78)

Pemeriksaan Tonsil dan

Faring

B. Memeriksa mobilitas tonsil Digunakan 2 spatula

Spatula 1 : diletakkan di atas lidah (paramedian)

Spatula 2 : posisi ujungnya vertikal menekan jaringan

peritonsil, sedikit lateral dari arkus anterior,

(79)

Pemeriksaan Tonsil dan

Faring

C. Memeriksa patologi dari tonsil dan Palatum Mole

Perhatikan anatominyaPerhatikan patologinya

Tonsilitis akut : semua merah,

titik-titik putih pada tonsil

(80)

Pemeriksaan Tonsil dan

Faring

Aftae : Ditekan sakit

Abses peritonsil : * ismus fausium kecil, * tonsil terdesak ke

medial

* sekitar tonsil merah

dan oedem

(81)

Pemeriksaan Tonsil dan

Faring

Difteri : pseudo membran warna kotor, hemoragis,

ada

yang di luar batas tonsil

(82)

Pemeriksaan Tonsil dan

Faring

Radang spesifk : Tuberkulosa

Tumor benigna : keras, tonsil fksasi Sikatrik : akibat tonsilektomi,

insisi abses peritonsil

(83)
(84)

Pemeriksaan Tonsil dan

Faring

D. Memeriksa patologi faring

Faringitis akut --> semua merah

Faringitis Kronik --> hanya granulae

merah

Aftae, difteri, ulkus siflis, sikatriks,

(85)

Pemeriksaan Tonsil dan

Faring

E. Memeriksa paresis/paralisis palatum mole

Normal

Waktu istirahat

Uvula menunjuk ke bawah

Konkavitas palatum mole simetris

Ucapkan “aa,ee”

(86)

Pemeriksaan Tonsil dan

Faring

Paresis bilateral

Waktu istirahat

Seperti normaal

Ucapkan “aa,ee”

Seperti normal

Mungkin uvula sedikit

(87)

Pemeriksaan Tonsil dan

Faring

Paresis unilateral – Waktu istirahat

Seperti normal

– Ucapkan “aa,ee”

Palatum mole terangkat ke arah yang sehat,

uvula miring, menunjuk ke arah sehat, konkavitas, tak simetris

(88)

Pemeriksaan Tonsil dan

Faring

F. Memeriksa Paresis Faring • Normal

Bila disentuh sensitif, dijumpai refeks muntah

Paresis bilateral

Dijumpai tumpukan air ludah dan bila disentuh

tidak sensitif dan refek muntah hilang

Paresis Unilateral

Bila disentuh muncul gerakan yang bergerak

(89)

Pemeriksaan

(90)

Pemeriksaan laring terdiri

atas :

Pemeriksaan dari luar dengan inspeksi

dan palpasi

Laringoskopia indirekta dengan cermin

laring

Laringoskopia direkta dengan

laringoskop kaku, laringoskop fber optik atau mikroskop

(91)
(92)

Inspeksi :

Diperhatikan warna dan keutuhan

kulit, serta benjolan yang ada pada daerah leher disekitar laring. Suatu benjolan yang mengikuti gerakan laring adalah struma dan kista

(93)

Palpasi berguna untuk :

Mengenal bagian – bagian dari

kerangka laring ( kartilago hyoid,

kartilago tiroid, kartilago krikoid ) dan gelang – gelang trakhea.

Apakah ada oedem, struma, kista,

(94)

Laring yang normal, mudah sekali

(95)

Laringosk

opi

(96)

Maksudnya adalah melihat laring

secara tidak langsung dengan cara menempatkan cermin didalam faring dan cermin tersebut disinari oleh

(97)

Syarat – syarat :

Harus ada jalan yang lebar buat

cahaya yang dipantulkan oleh

cermin dari faring ke laring. Untuk keperluan itu maka lidah harus

dikeluarkan, sehingga radiks linguae yang menutup jalan itu bergerak

(98)

Harus ada tempat yang luas buat

cermin dan cemin tidak boleh ditutup oleh uvula. Untuk keperluan itu

penderita disuruh bernafas dari mulut, Dengan demikian uvula

(99)

Alat – Alat :

Cermin laringoskop yang

besar

Lampu spiritus

Larutan Xylocain 10% buat

faring yang sensitif

(100)
(101)

Tahap – Tahap

Pemeriksaan :

Memeriksa radiks linguae,

epiglotis dan sekitarnya

Memeriksa lumen laring dan

rima glotidis

Memeriksa bagian yang

(102)

Pelaksanaan :

Anaestesi faring dengan Xylocain

10%. Pada umumnya anaestesi

ini tidak diperlukan, kecuali

untukfaring yang sangat sensitif.

Pemeriksaan dapat dimulai kira –

kira 10 menit setelah

(103)

Mulut harus dibuka lebar –

lebar, harus bernafas dari

mulut

Penderita diminta

(104)

Bagian lidah yang ada diluar

mulut

Dibungkus dengan kain kasa, kita

pegang dengan tangan kiri, jari I

diatas lidah, jari III dibawah lidah dan jari II menekan pipi

Dipegang dengan tenaga yang

optimal. Lebih keras dari itu

(105)

Cermin dipegang dengan tangan

kanan, seperti memegang pensil arah cermin kebawah.

Cermin dipanasi ( lebih sedikit dari

(106)

Panas cermin dikontrol pada lengan

bawah kiri pemeriksa. Cermin

dimasukkan ke dalam faring, dan mengambil posisi dimuka uvula.

Kalau perlu uvula didorong sedikit ke

(107)
(108)
(109)
(110)

Untuk pemeriksaan laringoskopi

indirekta,kepala penderita diatur

dalam 3 posisi

:

1. Posisi tegak

2. Posisi Killian : lebih jelas untuk

melihat sekitar komisura

posterior

3. Posisi Tuerck’s : lebih jelas untuk

melihat

sekitar

(111)

Tahap 1 : radiks

lingue,epiglotis dan sekitarnya

Kelihatan gambar dari radiks linguae,

epiglotis yang menutup introitus

laringis, plika glossoepiglotika, valekula kiri dan kanan.

Perhatikan anatominya

Perhatikan patologinya: udem dari

(112)

Facies posterior tonsil pada

kesempatan ini dapat diperiksa yaitu pada awal tahap 1 atau pada akhir

tahap 3.

Perhatikan : warna, aftae, ulkusUntuk keperluan ini penderita

(113)

Akibat mengucapkan huruf “iii”yang

tinggi itu, ialah laring ditarik keatas dan ke muka.

Dalam gerakan keatas dan kemuka itu,

ikut pula serta epiglotis.

Epiglotis yang sebelumnya menutup

introitus laringis, sekarang terbuka sehingga cahaya dapat masuk ke dalam laring dan trakea.

(114)

Tahap 2 : melihat laring dan

sekitarnya

Perhatikan anatomi laring, berupa :

- Epiglotis dan pinggirnya. - Aritenoid kiri dan kanan.

- Plika ari-epiglotika kiri dan kanan - Sinus piriformis kiri dan kanan

(115)

-

Plika ventrikularis kiri dan

kanan

- Komisura anterior dan

posterior

(116)
(117)

Perhatikan patologi-

anatominya

Radang :

- Laringitis akut(semua merah)

- Laringitis kronis(sedikit merah atau yang merah hanya korda

(118)

Ulkus :

Laringitis TBC berupa erosi ulkus

pada komisura posterior dan erosi ulkus pada korda vokalis.

Epiglotis berupa udem, infltrat,

ulkus.

(119)

Udem : radang, alergi, tumor. Cairan :

• Sputum hemoragis dijumpai pada TBC, keganasan.

Tumpukan saliva di sinus pyriformis

Tumor :

(120)

Perhatikan gerakan dari

korda vokalis kiri – dan

kanan normal, simetris,

tidak

(121)

Kausa paralisa,antara lain:

Kelainan saraf otak

Di leher : Tumor colli,operasi

struma

Dalam thoraks : Karsinoma paru, TB

(122)

Jantung :

Corbivinum, perikarditis, mitral

insufsiensi,stenosis

Nefritis, diabetes

Fiksasi dari aritenoid :

(123)

Tahap 3 : melihat trakea

Biasanya korda vokalis hanya dapat

dilihat dalam stadium fonasi

Dalam stadium respirasi lumen laring

tertutup oleh epiglotis, sehingga

mukosa trakea hanya dapat waktu

(124)

Perhatikan : anatomi,

patologi mukosa, warna

mukosa, sekret regio

(125)
(126)

Maksudnya adalah

Melihat laring secara

langsung tanpa cermin

tetapi dengan perantaraan

alat yang disebut

(127)

Laringoskop yang

digunakan

a. Laringoskop kaku,yaitu :

Endoskop model Brunings,

jackson, Mc.intosh, Mc.Gill

Sumber cahaya : Brunings

(128)

Teknik

Penderita ditidurkan terlentang diatas

meja periksa

Pemeriksaan baru dapat dimulai kira -

kira 10 menit setelah ke dalam faring dan laring diseprotkan Xylocain 10% ( + 10 semprot)

Pipa Laringoskop dimasukkan sampai

introitus laringis

Memperhatikan gambar laring seperti

(129)

b. Laringoskop fber optic

c. Mikrolaringoskop dengan memakai mikroskop

perhatikan :

Penderita berbaring, posisi kepala di

depan pemeriksa

Bagian kanan penderita adalah juga

(130)
(131)
(132)

 Pada umumnya baru teraba apabila ada pembesaran >1cm

 Palpasi dilakukan dengan:

1.Posisi pemeriksa berada di belakang penderita

2.Dilakukan secara sistematis/berurutan mulai dari submental berlanjut ke arah angulus

mandibula, sepanjang muskulus

sternocleidomastoid, clavicula dan di teruskan saraf assesorius

(133)
(134)

Indikasi

Fraktur laring

Karsinoma laring:

Untuk melihat pasage yang masih adaUntuk melihat luasnya tumor

Macam pemeriksaan:

Foto leher PA/lateral soft tissue

– Laringogram dengan menggunakan kontras

(135)
(136)
(137)
(138)

Gambar

GAMBAR MEMBRANA TIMPANI KANAN
GAMBAR ALAT PEMERIKSAAN TELINGA
Gambar alat pemeriksaan hidung
Gambar laring

Referensi

Dokumen terkait

Dari titik yang baru ini, dilakukan perkusi lagi ke arah medial dengan posisi jari kiri tegak lurus terhadap iga, sampai timbul perubahan suara dari sonor ke redup, yang merupakan

Dari titik yang baru ini, dilakukan perkusi lagi ke arah medial dengan posisi jari kiri tegak lurus terhadap iga, sampai timbul perubahan suara dari sonor ke redup, yang merupakan