• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ayu Syafitri 1815161609 Upaya Guru dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Ayu Syafitri 1815161609 Upaya Guru dalam"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

APRESIASI SASTRA DI SEKOLAH DASAR

UPAYA GURU DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA DAN MENULIS

PERMULAAN MELALUI SASTRA DONGENG

AYU SYAFITRI

1815161609

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

(2)

ABSTRAK

Membaca dan menulis permulaan merupakan salah satu kemampuan dasar

yang harus dikuasai oleh siswa, sebab keterampilan membaca dan menulis

sangat memengaruhi kegiatan pembelajaran ke depannya.

Membaca dan menulis permulaan dapat melalui pembelajaran sastra khususnya

dongeng. Pemberian dongeng ataupun cerita dengan membacakan buku atau

menyampaikan secara langsung dapat memperkaya kosa kata yang dimiliki anak

sehingga kemampuan bahasa anak akan membaik. Selain itu dengan

diberikannya dongeng, kreaivitas anak dalam berimajinasi juga akan meningkat,

hal ini disebabkan karena anak mengimajinasikan kejadian-kejadian yang

disampaikan dalam dongeng.

Dalam tulisan ini akan dipaparkan upaya-upaya yang dapat ditempuh oleh guru

dalam pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan menggunakan

sastra dongeng sebagai bahan ajarnya.

Kata Kunci: membaca dan menulis permulaan, sastra dongeng

PENDAHULUAN

Membaca dan menulis merupakan suatu keterampilan yang sangat unik serta

berperan penting bagi perkembangan pengetahuan, dan sebagai alat komunikasi

bagi kehidupan manusia. Dengan membaca dan menulis, seseorang akan dapat

memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan serta pengalaman baru. Semua

yang diperoleh melalui membaca dan menulis itu akan memungkinkan siswa

mampu mempertinggi daya pikirnya, mempertajam pandangan dan memperluas

wawasannya. Kegiatan membaca dan menulis di sekolah merupakan kegiatan

yang sangat diperlukan oleh siapapun yang ingin maju dan meningkatkan diri.

Oleh sebab itu, peran guru mengajarkan membaca permulaan di sekolah sangat

penting.

Pembelajaran membaca dan menulis di kelas rendah akan sangat berpengaruh

terhadap kemampuan membaca dan menulis lanjut. Sebagai kemampuan yang

mendasari kemampuan berikutnya, kemampuan membaca dan menulis

(3)

tidak kuat, maka pada tahap membaca dan menulis lanjut siswa akan mengalami

kesulitan untuk memiliki kemampuan membaca dan menulis yang memadai.

Siswa yang tidak mampu membaca dan menulis dengan baik akan mengalami

kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran pada semua mata pelajaran.

Selain itu, siswa juga akan mengalami kesulitan menagkap dan memahami

informasi yang disajikan dalam berbagai buku pelajaran. Hal ini akan berdampak

pada kemajuan belajarnya,sehingga menjadi lamban jika dibandingkan dengan

teman yang lainnya. Oleh karena itu, seorang guru tentunya memiliki tugas untuk

mempersiapkan siswa agar termotivasi dalam meningkatkan kemampuan

membaca dan menulis serta pemahaman terhadap apa yang dibaca dan

ditulisnya.

Seseorang yang gemar membaca memungkinkan kemampuan berbahasanya

akan lebih baik, begitu pula dengan pengetahuannya. Tetapi hal tersebut belum

disadari oleh masyarakat Indonesia secara menyeluruh. Terbukti dengan hasil

penelitian UNESCO (2012) yang mencantumkan bahwa indeks membaca di

Indonesia hanya 0,001, artinya hanya satu dari seribu orang Indonesia yang

terbiasa untuk membaca.

Berdasarkan hasil penelitian EGRA (Early Grade Reading

Assessment/Pemetaan Kemampuan Membaca Pada Kelas Awal)1 menunjukkan

bahwa kemampuan membaca siswa sekolah dasar di Indonesia masih sangat

rendah. Hal tersebut sangat memprihatinkan bagi negara ini yang sudah sering

berganti kurikulum, namun tidak memiliki dampak yang nyata bagi kemajuan

bangsa.

Sastra dongeng dipilih karena muatan-muatan kebaikan yang ada didalamnya.

Dongeng adalah salah satu warisan budaya Indonesia sejak zaman dulu

disalurkan antar generasi. Di dalam dongeng terdapat moral dan nilai bangsa

yang sesuai dengan keadaan masyarakat Indonesia. Jadi dongeng sendiri

adalah sarana pendidikan moral bangsa yang sesuai. Selain bahasanya mudah

dicerna, tokoh dalam dongeng dapat melambangkan sifat manusia dalam

kehidupan sehari-hari.

1

dilansir dalam www.acdp-indonesia.org dengan tema “Pentingnya Membaca dan Penilaian di Kelas-Kelas

(4)

Arah kebijakan pengajaran sastra secara tegas dinyatakan dalam Permendiknas

Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah. Dijelaskan bahwa tujuan pengajaran sastra agar peserta didik

memiliki kemampuan (1) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk

memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan; (2) menghargai dan

mengembangkan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual

manusia Indonesia.

Pembelajaran sastra harus mendapat perhatian yang lebih baik, sebab

pembelajaran sastra di sekolah dasar adalah tonggak awal siswa dalam

memahami sastra, mulai sastra anak, sastra remaja, sampai pada sastra

dewasa. Dari sebuah cerita, siswa tidak hanya mendapatkan hiburan, tetapi

nilai-nilai moral yang bisa membentuk karakternya, baik dari segi keagamaan,

keluarga, ataupun kemasyarakatan. Dongeng merupakan bagian dari sastra.

Oleh sebab itu, dongeng turut memiliki banyak manfaat bagi siswa. Hal ini

dijelaskan oleh Noor (2011) “terdapat enam manfaat dongeng bagi anak-anak

yaitu; 1) mengajarkan nilai moral yang baik; 2) mengembangkan daya imajinasi

anak; 3) menambah wawasan; 4) meningkatkan kreativitas; 5) mendekatkan

anak-anak dengan orang tua; dan 6) menghilangkan ketegangan atau stress.

Tentu dalam hal ini guru harus bekerja sama dengan orang tua siswa Orang tua

harus turut berperan aktif dalam memberikan dongeng-dongeng kepada anaknya

di rumah.

Karya sastra merupakan jalan keluar untuk melakukan perubahan dan

penanaman terhadap karakter siswa. Sastra berpotensi besar dalam membawa

masyarakat ke arah perubahan, termasuk perubahan karakter seseorang. Dapat

dipahami bahwa sastra dapat digunakan untuk mengajarkan bahasa dan

mengasah kemampuan bersosial siswa dengan muatan-muatan yang

terkandung dalam sebuah karya sastra. Di dalam sebuah karya sastra

terkandung berbagai macam kebaikan yang dibutuhkan oleh siswa termasuk

pemerolehan kosakata. Jika pembelajaran bahasa berbasis pada karya sastra,

bukan hal yang tidak mungkin bahwa siswa akan berperilaku layaknya manusia

(5)

PEMBAHASAN

Membaca adalah keterampilan yang penting dalam pembelajaran dan

komunikasi. Membaca merupakan suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta

memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tulis. Proses belajar

yang paling efektif dapat dilakukan melalui kegiatan membaca. Adapun menurut

Tarigan (2008: 7) membaca adalah suatu proses yang dilakukan oleh pembaca

guna memperoleh pesan atau informasi yang hendak disampaikan oleh penulis

melalui media kata-kata atau bahasa lisan. Dengan demikian membaca memiliki

peran yang sangat penting bagi setiap manusia sehingga membaca perlu

dijadikan budaya yang baik.

Belajar membaca yang menyenangkan dibutuhkan karena pembelajaran

membaca di SD semestinya ditujukan untuk memenuhi kehausan siswa akan

pengetahuan dan memenuhi rasa keingintahuan mereka. Salah satu cara yang

dilakukan untuk memenuhi rasa ingin tahu siswa ini adalah dengan kegiatan

membaca. Kegiatan membaca yang dilakukan oleh siswa merupakan bagian dari

kegiatan pencarian siswa untuk menjawab berbagai pertanyaan yang muncul di

pikirannya. Maka semestinya pembelajaran membaca memberikan trigger pada

siswa untuk menyukai membaca dan kemudian mengembangkan sikap bukan

lagi “belajar membaca” akan tetapi “membaca untuk belajar sesuatu yang baru”

dan menjadi pembaca sejati.

Demikian pula pada keterampilan menulis. Menulis merupakan suatu

keterampilan yang menyertai kemampuan membaca. Ketika seorang siswa

lancar menulis juga secara otomatis menunjukkan kemampuannya dalam

mengeja huruf meskipun pada awal mula siswa mungkin saja sudah dapat

menulis akan tetapi belum mengerti makna simbol yang dituliskan. Tulisan

tangan seringkali disamakan dengan kegiatan menggambar pada siswa, ketika

anak menggambar, sejatinya dia sedang menulis.

Kemampuan membaca diperlukan dalam seluruh proses belajar siswa. Siswa

yang mengalami ketidaklancaran dalam membaca akan mengalami kesulitan

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran. Begitu

pula jika siswa tidak lancar dalam menulis, siswa akan mengalami kesulitan

(6)

Problematik selanjutnya yaitu guru belum memanfaatkan sastra dalam

pembelajaran membaca dan menulis permulaan. Sejak dahulu, sastra dianggap

menjadi sebuah solusi dalam pembelajaran karakter, akan tetapi dalam praktik di

lapangan menunjukkan bahwa sastra belum mampu dimanfaatkan secara

maksimal dalam pembelajaran. Sastra dijadikan bagian yang terpisah dari

pembelajaran bahasa, dan dipandang sebagai pembelajaran yang

membosankan. Seharusnya mulai ditumbuhkan kesadaran bahwa pembelajaran

sastra bukan bagian terpisah dari bahasa, melainkan keduanya merupakan

bagian terintegrasi yang tidak dapat dipisahkan.

Harus mulai dibangun kesadaran bahwa sastra dapat mengembangkan karakter,

mengasah etika, budi pekerti, pemerolehan bahasa dan lain-lain. Seharusnya

pembelajaran bahasa diawali dari sebuah karya sastra. Di dalam sebuah karya

sastra terkandung berbagai macam kebaikan yang dibutuhkan oleh siswa

termasuk pemerolehan kosakata. Jika pembelajaran bahasa berbasis pada karya

sastra, bukan hal yang tidak mungkin bahwa siswa akan berperilaku layaknya

manusia Indonesia yang terpuji.

Karya sastra sangat memungkinkan digunakan dengan maksimal dalam

penguatan pembelajaran MMP. Berikut upaya yang dapat dilakukan oleh guru

dalam pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan memanfaatkan

literasi sastra:

1. Mendengarkan cerita siswa dengan Pendekatan Pengalaman Berbahasa

(PPB).

Tahap pembelajaran ini bertujuan untuk mengumpulkan berbagai macam

cerita yang didapat dari siswa. Tahap pembelajaran ini sesuai dengan

Pendekatan Pengalam Berbahasa (PPB) atau lebih dikenal dengan

Language E perience Approach (LEA). Tujuan dari mendengarkan

cerita-cerita siswa adalah guru dapat merumuskan dongeng yang paling tepat

untuk didengarkan oleh siswa, sehingga siswa akan merasa dekat

dengan dongeng yang telah dirumuskan oleh guru.

2. Membuat dongeng berdasarkan cerita siswa.

Berdasarkan cerita-cerita yang didapat dari siswa, guru merumuskan

cerita tersebut ke dalam sebuah naskah dongeng. Kepiawaian guru

(7)

pembelajaran. Dalam merumuskan naskah dongeng banyak hal yang

harus diperhatikan, diantaranya yaitu keterbacaan naskah, kesesuaian

naskah dengan perkembangan psikologi siswa, perbendaharaan dan

perkembangan kosakata siswa, dan lain-lain. Dengan kata lain, guru tidak

dapat merumuskan dan membuat naskah dongeng secara acak.

3. Bercerita dengan memanfaatan media big books.

Setelah naskah dibuat, guru melakukan kegiatan mendongeng dengan

mengerahkan kemampuannya dalam menyampaikan cerita kepada

siswa. Guru tidak sekadar membacakan dongeng, tapi harus mampu

menyampaikan dongeng tersebut hingga menarik bagi siswa. Dalam

mendongeng, guru menggunakan media big book agar menambah daya

tarik cerita. Big book merupakan buku yang digunakan berukuran besar

sehingga terlihat oleh semua siswa.

4. Berdiskusi tentang tokoh dan penokohan dalam dongeng.

Dalam proses berdiskusi akan merangsang kemampuan siswa dalam

menyimak cerita dan mengemukakan pendapat. Tentu akan terjadi

keberagaman pendapat dari siswa, tugas guru adalah membimbing siswa

ke dalam sebuah pola berpikir yang tepat. Hal yang paling penting dalam

tahap ini adalah, guru dilarang menyalahkan pendapat siswa, karena

akan berpengaruh terhadap perkembangan psikologis. Dikhawatirkan

siswa tersebut tidak akan berani tampil kembali dalam mengemukakan

pendapat. Selain itu, dari keragaman pendapat yang mungkin terjadi akan

menghidupkan kelas, karena memiliki banyak sudut pandang berpikir.

5. Guru menuliskan tokoh dan bagian-bagian cerita lainnya.

Setelah proses berdiskusi mengenai tokoh dan penokohan dalam

dongeng, guru melanjutkan pada kegiatan menulis. Guru menuliskan kata

dan/atau kalimat yang terdapat dalam dongeng untuk dibacakan

bersama-sama dengan siswa. Kegiatan menulis ini merupakan sesuatu

yang penting, karena guru akan mempraktikkan kepada siswa tentang

cara menuliskan sebuah huruf menjadi kata dan dirangkai menjadi

(8)

6. Siswa membaca bersama dan individu.

Setelah guru selesai menulis, guru meminta siswa untuk membaca

bersama-sama. Dalam kegiatan membaca bersama, guru turut

membimbing siswa agar seluruh siswa mengikuti tahap pembelajaran.

Proses membaca dilakukan berulang-ulang dengan

penekanan-penekanan pada huruf atau kata-kata yang dianggap sulit. Proses

membaca bersama dilakukan dengan metode SAS (Struktur Analisis

Sintetik) yaitu, ditampilkan terlebih dahulu satu kalimat, kemudian dibagi

menjadi kata-kata, sampai pada bagian terkecil yaitu huruf. Kemudian

dilakukan hal sebaliknya, dari huruf-huruf dirangkai menjadi sebuah kata

dan sampai pada sebuah kalimat. Dalam kegiatan membaca, guru

mempersilahkan siswa untuk belajar membaca secara bergantian,

sehingga tidak semuanya dibaca secara bersama-sama.

7. Menulis Berantai

Guru membimbing siswa untuk menulis huruf demi huruf hingga terangkai

menjadi sebuah kata dan sampai pada kalimat. Guru mempersilakan

siswa untuk menulis secara bergantian hingga semua siswa

mendapatkan bagian yang sama. Tahapan ini untuk mengasah

kemampuan siswa dalam menuliskan lambang-lambang bahasa sehingga

dapat terbaca. Siswa harus menyadari bahwa yang mereka ujarakan

dapat mereka tuliskan ke dalam sebuah lambang bahasa.

8. Membaca Ulang

Membaca ulang merupakan tahap terakhir dalam pembelajaran membaca

dan menulis permulaan dengan penguatan literasi sastra. Membaca

ulang dimaksudkan untuk pembiasaan kepada siswa untuk gemar

membaca, terutama yang mereka baca adalah tulisan sendiri (bukan lagi

tulisan guru). Dari hal tersebut diharapkan akan tumbuh motivasi

membaca dan menulis, bahwa yang mereka tulis dapat dibaca.

Mendongeng sangat memungkinkan untuk digunakan pada proses

pembelajaran. Kemunculan tokoh yang berkarakter kuat dalam dongeng,

mendorong siswa untuk mengidolakan bahkan mencontoh watak dan perilaku

sang tokoh. Mengingat hal tersebut, tidak boleh sembarangan memilih dongeng

(9)

unsur-unsur yang berhubungan dengan segi isi cerita bersifat negatif, yang tidak

pantas untuk diketahui siswa karena unsur-unsur tersebut dapat mempengaruhi

perkembangan jiwa siswa ke arah yang tidak baik.

Cerita anak-anak adalah cerita sederhana yang kompleks. Kesederhanaan itu

ditandai oleh syarat wacananya yang baku dan berkualitas tinggi, namun tidak

ruwet sehingga komunikatif. Maka dialog dan komunikasi saat mendongengpun

sangat diperlukan karena dapat menghidupkan suasana mendongeng dan

membantu pemahaman anak terhadap dongeng yang disajikan. Dialog yang

diucapkan atau dilakukan para tokoh dalam mendongeng harus wajar dan hidup.

Oleh karena itu, bahasa yang digunakan harus singkat dan lugas, tidak

menggunakan gaya bahasa yang biasa digunakan oleh orang dewasa.

KESIMPULAN

Membaca dan menulis permulaan mempunyai peranan penting dalam

mempelajari pelajaran di sekolah. Semakin cepat siswa dapat membaca dengan

lancar akan semakin besar peluang untuk dapat memahami dan mempelajari

pelajaran di sekolah. Begitu pula jika siswa lancar dalam menulis, siswa akan

lebih mudah dalam mengekspresikan idenya secara tertulis.

Membaca dan menulis permulaan dapat melalui pembelajaran sastra khususnya

dongeng. Pemberian dongeng ataupun cerita dengan membacakan buku atau

menyampaikan secara langsung dapat meningkatkan kemampuan bahasa pada

anak. Siswa mendapatkan kosa kata baru setelah pemberian dongeng.

Pemberian kosa kata baru inilah yang nantinya dapat memperkaya kosa kata

yang dimiliki anak sehingga kemampuan bahasa anak terutama akan membaik.

Selain itu dengan diberikannya dongeng, kreaivitas anak dalam berimajinasi juga

akan meningkat, hal ini disebabkan karena anak mengimajinasikan

kejadian-kejadian yang disampaikan dalam dongeng.

Di dalam sebuah karya sastra terkandung berbagai macam kebaikan yang

dibutuhkan oleh siswa termasuk pemerolehan kosakata. Jika pembelajaran

bahasa berbasis pada karya sastra, bukan hal yang tidak mungkin bahwa siswa

(10)

REFERENSI

Ahyani, Latifah Nur. "Metode Dongeng dalam Meningkatkan Perkembangan

Kecerdasan Moral Anak ." Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus Vol. 1 No.

1, 2010: 24-32.

Ernawati. "Menumbuhkan Nilai Pendidikan Karakter Anak SD Melalui Dongeng

(Fabel) dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia." Jurnal Pendidikan dan

Pembelajaran Dasar Vol. 4 No. 1, 2017: 120-132.

Fatholah, Mintikawati Sari, M Ismail Sr, and Usada. "Meningkatkan Keterampilan

Menyimak Dongeng Melalui Media Panggung Boneka." Jurnal Kreatif

Tadulako Online Vol. 4 No. 4, 2014: 5-10.

Halimah, Siti. "Understanding Analysis and Teacher Preparation Implement

Curriculum 2013." International Journal On Language, Research And

Education Studies Vol. 2, No. 1, 2013: 181-197.

ACDP Indonesia. Pentingnya Membaca dan Penilaian di Kelas-Kelas Awal.

2014. http://www.acdp-indonesia.org/wp-content/uploads/2015

/02/Working-Paper-ACDP-EGRA-Indonesia-FINAL1.pdf (accessed May 4, 2018).

Irdawati, Yunidar, and Darmawan. "Meningkatkan Kemampuan Membaca

Permulaan dengan Menggunakan Media Gambar Kelas 1." Jurnal Kreatif

Tadulako Online Vol. 5 No. 4, 2015: 1-14.

Iswinarti, Nur Rahmatul Azkiya. "Pengaruh Mendengarkan Dongeng Terhadap

Kemampuan Bahasa Anak." Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan Vol. 4 No. 2,

2016: 123-139.

Kurniastuti, Irine. "Mengenal Kesukaran Belajar Membaca Menulis Awal Siswa

Sekolah Dasar dan Metode Montessori Sebagai Salah Satu Alternatif

Pengajarannya." Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 1, 2013:

174-182.

Kurniawan, Muhammad Yusuf, and St. Y. Slamet Slamet. "Peningkatan

Keterampilan Membaca Pemahaman dengan Menggunakan Strategi Directed

(11)

Langi, Andi. "Peningkatan Kemampuan Membaca dan Menulis dengan

Menggunakan Kartu Huruf ." Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 8

88-102, 2016: 88-102.

Latae, Azlia, Sahruddin Barasandji, and Muhsin. "Upaya Meningkatkan

Kemampuan Menulis Permulaan Siswa Melalui Metode SAS Siswa Kelas 1

SDN Tondo Kecamatan Bungku Barat Kabupaten Morowali." Jurnal Kreatif

Tadulako Online Vol. 2 No. 4, 2014: 199-213.

Mancoro, Nurliatin. "Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Dongeng dalam

Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas I SD Negeri 2 Tatura." Jurnal

Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 , 2013: 306-314.

Marlina. "Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan dengan

Menggunakan Metode SAS Siswa Kelas I SDN Ambunu." Jurnal Kreatif

Tadulako Online Vol. 2 No. 1, 2014: 15-27.

Mislaini. "Improving Students’ Reading Comprehension of Narrative Text By

Using Fable." International Journal on Language, Research and Education

Studies Vol. 1, No. 2, 2015: 39-61.

Muhdiah, Mumuy, and Suherman. "Sistem Interaktif Membaca Permulaan Bagi

Anak Usia Dini." Jurnal Ilmiah ILKOM Vol. 8 No. 1, 2016: 23-28.

Muhyidin, Asep. "Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan Bahasa

Indonesia di Kelas Awal ." Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 2 No. 4, 2014:

1-12.

Mulyati, Y. (2016). Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Literasi Melalui

Pembiasaan dan Pembelajaran." Prosiding Seminar Nasional dan Kongres

Ke-3 Ikatan Pengajar Bahasa Indonesia (IPBI) Universitas Swadaya Gunung

Jati, 2016: 507-515.

Noor, R. Pendidikan Karakter Berbasis Sastra. Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2011.

Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan

Dasar dan Menengah.

Pratiwi, Inne Marthyanne. "Analisis Kesulitan Siswa dalam Membaca Permulaan

(12)

Rozak, Abdul. "Kajian Puisi Anak dan Bahan Ajar Tematik Bahasa Indonesia

Sekolah Dasar." Deiksis - Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

2015: 1-17.

Rozak, R. W. A. "Pengembangan Pembelajaran Membaca dan Menulis

Permulaan Melalui Pendekatan Pengalaman Berbahasa Berbasis Literasi

Sastra." Proposal Disertas Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan

Indonesia, 2017.

Samniah, Naswiani. "Kemampuan Memahami Isi Bacaan Siswa." Jurnal

Humanika Vol. 1 No. 16, 2013: 1-16.

Suhartini, Sigi, Efendi, and Pratama Bayu Santosa. "Peningkatan Kemampuan

Siswa Membaca dan Menulis Permulaan Melalui Metode SAS Di Kelas 1 SD

Inpres Sibalaya Utara Kecamatan Tanambulava." Jurnal Kreatif Tadulako

Online Vol. 5 No. 8, 2014: 160-182.

Suherman. "Sistem Interaktif Membaca Permulaan Bagi Anak." Jurnal Ilmiah

ILKOM Vol. 8 No. 1, 2016: 50-62.

Sumaryana, Y. "Pembelajaran Sastra di Sekolah Dasar Berbasis Kearifan Lokal

(Cerita Rakyat)." Jurnal Mimbar Sekolah Dasar Vol. 4 No. 1, 2017: 21-28.

Tarigan, Henry Guntur. Dasar-Dasar Psikosastra. Bandung: Angkasa, 1995.

Tindaon, Yosi Abdian. "Pembelajaran Sastra Sebagai Salah Satu Wujud

Implementasi Pendidikan Berkarakter." Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5

No. 4 , 2015: 8-17.

Tripungkasingtyas, Sri Yuniarti. "Pembelajaran Sastra di Sekolah Dasar Melalui

Karya Sastra Cerita Rakyat Sebagai Salah Satu Bentuk Pengenalan Budaya

Nusantara." Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III, 2013: 518-521.

Yawu, Surfin, Efendi, and Saharudin Barasandji. "Peningkatan Kemempuan

Siswa Membaca Permulaan Melalui Metode Permainan Bahasa di Kelas I

Referensi

Dokumen terkait

Dari segi jaminan ( assurance ) Go-jek dan Grab, contohnya seperti driver dapat mengemudikan sepeda motor dengan baik, driver mempunyai pengetahuan mengenai

Out of the eighteen people, eight people were treated twice using different over- the-counter drugs/traditional medicine, four people came to the hospital more than once due to

Setiap huruf pada umumnya melambangkan satu suku kata (huruf silabis) yang diawali konsonan dan diakhiri vokal (lihat Lampiran ). pemuka adat selalu berusaha untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN

Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan mengenai keterampilan proses Fisika pada siswa kelas X SMA Seri Rama YLPI Pekanbaru didapatkan informasi sebagai

Biji jarak yang dibuang kulitnya dan dilumatkan hingga menjadi serbuk dapat ditempel ke tubuh sebagai obat korengan, sedangkan minyak yang diambil dari bijinya bisa diminum

Indonesia telah melakukan langkah maju dalam pelaksanaan Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air secara terpadu ( Integrated Water Resources Management –

2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau kerusakan barang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 8